Anda di halaman 1dari 120

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/342434978

MANAJEMEN PEMBELAJARAN BERBASIS STANDAR PROSES PENDIDIKAN


Teori dan Aplikasinya

Book · June 2020

CITATIONS
READS
3
515

1 author:

Haerana Haerana
Universitas Muhammadiyah Makassar
8 PUBLICATIONS 5 CITATIONS

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Kinerja Pegawai Outsourcing Di Pt. Telkom Divre Vii Kota Makassar View project

All content following this page was uploaded by Haerana Haerana on 25 June 2020.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


MANAJEMEN
PEMBELAJARAN BERBASIS
STANDAR PROSES
PENDIDIKAN
Teori dan Aplikasinya
MANAJEMEN PEMBELAJARAN
BERBASIS STANDAR PROSES
PENDIDIKAN
Teori dan Aplikasinya

Haerana, S.Sos., M.Pd.


;

Manajemen Pembelajaran Berbasis Standar Proses Pendidikan; Teori dan Aplikasinya,


oleh Haerana, S.Sos., M.Pd.
Hak Cipta © 2016 pada penulis

Ruko Jambusari 7A Yogyakarta 55283 Telp: 0274-


889398; Fax: 0274-889057
E-mail: Web:
Hak Cipta dilindungi undang-undang. Dilarang memperbanyak atau memindahkan sebagian atau seluruh isi buku ini dalam bentuk
ISBN: 978-602-74482-8-5
E-SBN : 978-602-74482-9-2
Cetakan Pertama, tahun 2016
KATA PENGANTAR

D
alam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 19 Tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan Bab I Pasal 1 Ayat 6 bahwa
Standar Proses adalah standar nasional pendidikan yang
berkaitan dengan pembelajaran pada satu satuan pendidikan untuk men- capai
standar kompetensi lulusan. Dan untuk mencapai standar proses tersebut maka
seluruh satuan pendidikan wajib mengupayakan pe- laksanaan pembelajaran yang
berdasarkan standar proses pendidikan sebagaimana tertuang dalam Permendiknas
No. 41 Tahun 2007. Permendiknas ini mengatur tentang proses pembelajaran
berdasarkan Standar Nasional Pendidikan, yang meliputi:
1. Perencanaan proses pembelajaran,
2. Pelaksanaan proses pembelajaran,
3. Penilaian hasil pembelajaran, dan
4. Pengawasan pembelajaran.
Buku ini mencoba menyajikan pembahasan mengenai tiga hal yang
terkandung dalam Permendiknas tersebut di atas, yaitu: perencanaan proses
pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran dan penilaian hasil pembelajaran.
Dalam Permendiknas No. 41 Tahun 2007 dijelaskan bahwa Perencanaan
proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana pe-
v Manajemen Pembelajaran Berbasis Standar Proses

laksanaan pembelajaran (RPP) yang memuat identitas mata pelajaran, standar


kompetensi (SK), kompetensi dasar (KD), indikator pencapaian kompetensi, tujuan
pembelajaran, materi ajar, alokasi waktu, metode pembelajaran, kegiatan
pembelajaran, penilaian hasil belajar, dan sumber belajar. Komponen-komponen
perencanaan proses pembelajaran tersebut harus disusun dengan baik tetapi pada
kenyataannya di lapangan (sekolah) masih banyak kesalahan yang dilakukan
dalam penyusunan perencanaan proses pembelajaran, misalnya masih ada guru
yang kesulitan dalam melakukan pemetaan SK-KD sehingga terkadang terjadi
kesalahan dalam pembuatan Rencana Pelaksanaan Pembelajarannya (RPP).
Pelaksanaan proses pembelajaran yang tidak sesuai Permendiknas No. 41
Tahun 2007 di antaranya, beban kerja minimal guru yang idealnya sekurang-
kurangnya 24 jam tatap muka dalam satu minggu sepertinya tidak dijalankan oleh
beberapa guru, gejala tersebut terlihat dari guru yang akan mengajar akan datang ke
sekolah pada saat jam pelajarannya telah tiba dan kemudian akan segera pulang di
saat selesai jam mengajarnya.
Selanjutnya hal menyimpang dari Permendiknas No. 41 Tahun 2007 lainnya
adalah tentang buku teks pelajaran di mana sesuai peraturan, idealnya rasio buku
teks pelajaran untuk peserta didik adalah 1 : 1 per mata pelajaran sedangkan di
sejumlah sekolah masih ditemukan kenyataan bahwa dalam satu kelas hanya
terdapat satu (1) atau dua (2) orang yang memiliki buku teks pelajaran, sehingga
hal ini berdampak pada proses pembelajaran yang lebih banyak kegiatan mencatat
di papan tulis. Guru di sekolah tersebut dalam pelaksanaan proses pembelajarannya
juga hanya mengacu pada satu buku teks pelajaran, sedangkan dalam
permendiknas No 41 Tahun 2007 idealnya guru menggunakan referensi dan
sumber lainnya dalam proses pembelajarannya.
Dalam hal pengelolaan kelas, tidak dapat dipungkiri bahwa masih belum
tercipta kedisiplinan dalam penyelenggaraan proses pembelajaran, hal ini terlihat
dari banyaknya siswa yang berkeliaran di luar kelas maupun di luar sekolah pada
jam pelajaran berlangsung. Di mana para pelajar tersebut sering kali banyak di
temukan sedang berjalan-jalan di mall atau warung internet (warnet).
Kata v

Permendiknas No. 41 Tahun 2007 tentang standar proses pendidikan


memuat penjelasan bahwa penilaian dilakukan oleh guru terhadap hasil
pembelajaran untuk mengukur tingkat pencapaian kompetensi peserta didik, serta
digunakan sebagai bahan penyusunan laporan kemajuan hasil belajar, dan
memperbaiki proses pembelajaran. Tetapi pada kenyataannya masih banyak guru
yang tidak menyusun penilaian hasil belajar siswa dengan baik.
Manajemen pembelajaran yang tidak berbasis standar proses pendidikan
sebagaimana telah dikemukakan di atas, maka menimbulkan keraguan akan tingkat
ketercapaian standar kompetensi lulusan pada sekolah tersebut.
Buku ini mencoba menyajikan gambaran perencanaan proses pem- belajaran
berbasis standar proses pendidikan, gambaran pelaksanaan proses pembelajaran
berbasis standar proses pendidikan, gambaran pe- nilaian hasil pembelajaran
berbasis standar proses pendidikan serta men- coba menggambarkan apa saja faktor
yang mendukung dan menghambat pelaksanaan manajemen pembelajaran berbasis
standar proses pendidikan.
Akhirnya penulis berharap semoga buku ini dapat mendatangkan manfaat
bagi para pembaca dan untuk penyempurnaan buku ini di masa datang maka
diharapkan saran dan kritik yang membangun dari para pembaca.

Makassar, Februari 2016

Penulis
viii Manajemen Pembelajaran Berbasis Standar Proses
Pendidikan
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR v
DAFTAR ISI ix
DAFTAR TABEL xi
BAB 1 HAKIKAT MANAJEMEN 1
1.1 Pendahuluan 1
1.2 Pengertian Manajemen 1
1.3 Fungsi-fungsi Manajemen 3
BAB 2 IMPLEMENTASI MANAJEMEN DI DUNIA PENDIDIKAN 9
2.1 Pendahuluan 9
2.2 Manajemen Pendidikan 9
2.3 Manajemen Berbasis Sekolah 12
BAB 3 MANAJEMEN PEMBELAJARAN 17
3.1 Pendahuluan 17
3.2 Pengertian Pembelajaran 17
3.3 Aplikasi Pembelajaran dalam Konteks Manajemen 22
3.4 Manajemen Pembelajaran Sebelum dan Sesudah 24
Berbasis Standar Proses
BAB 4 STANDAR PROSES PENDIDIKAN 29
4.1 Pendahuluan 29
4.2 Pengertian Standar Proses Pendidikan 30
4.3 Kedudukan Standar Proses Pendidikan Diantara 31
Standar Lainnya
x Manajemen Pembelajaran Berbasis Standar Proses Pendidikan

BAB 5 PERENCANAAN PROSES PEMBELAJARAN 35


5.1 Pendahuluan 35
5.2 Perumusan Silabus 39
5.3 Perumusan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) 40
BAB 6 PELAKSANAAN PROSES PEMBELAJARAN 45
6.1 Pendahuluan 45
6.2 Persyaratan Pelaksanaan Proses Pembelajaran 46
6.3 Proses Belajar Mengajar di Kelas 62
6.4 Kegiatan Penutup 69
BAB 7 PENILAIAN HASIL PEMBELAJARAN 73
7.1 Pendahuluan 73
7.2 Mengukur Tingkat Pencapaian Kompetensi 76
Peserta Didik
7.3 Penyusunan Laporan Kemajuan Hasil Belajar 79
7.4 Memperbaiki Proses Pembelajaran 82
BAB 8 FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT 93
MANAJEMEN PEMBELAJARAN
8.1 Pendahuluan 93
8.2 Faktor Pendukung dan Penghambat pada Perencanaan 99
Pembelajaran
8.3 Faktor Pendukung dan Penghambat pada Pelaksanaan 99
Pembelajaran
8.4 Faktor Pendukung dan Penghambat pada Penilaian 100
Pembelajaran
DAFTAR PUSTAKA 103

-oo0oo-
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Fungsi-fungsi Manajemen 4


Tabel 1.2 Tujuan Penerapan Fungsi-fungsi Manajemen 4
Tabel 3.1 Arti Tujuan Pembelajaran 19
Tabel 3.2 Taksonomi Bloom 21
Tabel 3.3 Pelaksanaan Manajemen Pembelajaran 24
Tabel 6.1 Model-Model Bimbingan 50
Tabel 6.2 Tujuan dan Prinsip Mengelola Kelas 56
Tabel 6.3 Tujuan dan Keterampilan Penguatan 60

Mohon judul tabel yang masih kosong dilengkapi, terima kasih

-oo0oo-
xii Manajemen Pembelajaran Berbasis Standar Proses
Pendidikan
HAKIKAT MANAJEMEN

1.1 PENDAHULUAN

B
ertolak dari judul buku ini yaitu Manajemen Pembelajaran Berbasis
Standar Proses Pendidikan, maka penting kiranya pada bab pertama ini
diuraikan terlebih dahulu tentang hakikat manajemen yang
kemudian penulis petakan dalam dua pembahasan yakni pengertian dan fungsi-
fungsi manajemen.
Tidak bisa dipungkiri bahwa hampir setiap sektor dalam kehidupan ini baik
dalam skala kecil maupun besar, semuanya dikemas dalam rangkaian kegiatan
yang mengikuti alur dari konsep manajemen. Dengan penerapan kegiatan yang
didasarkan pada sejumlah fungsi manajemen tersebut maka diharapkan tujuan dari
organisasi tersebut dapat tercapai.

1.2 PENGERTIAN MANAJEMEN


Menurut Amirullah dan Budiyono (2004: 7), “istilah manajemen mengacu pada
suatu proses mengkoordinasi dan mengintegrasikan kegiatan- kegiatan kerja agar
diselesaikan secara efisien dan efektif dengan dan melalui orang lain, Proses
menggambarkan fungsi-fungsi yang berjalan terus atau kegiatan-kegiatan utama
yang dilakukan oleh para manajer.
2 Manajemen Pembelajaran Berbasis Standar Proses

Fungsi-fungsi tersebut biasanya disebut sebagai merencanakan, me- ngorganisasi,


memimpin, dan mengendalikan.”
Menurut Daft (2002: 8) manajemen adalah “pencapaian sasaran- sasaran
organisasi dengan cara yang efektif dan efisien melalui pe- laksanaan,
pengorganisasian, kepemimpinan dan pengendalian sumber daya organisasi.” Ada
dua ide penting tentang dalam pengertian di atas, yaitu (1) empat fungsi
manajemen meliputi perencanaan, pe- ngorganisasian, kepemimpinan dan
pengendalian dan (2) pencapaian sasaran-sasaran.
Menurut Fattah (2008: 10), “manajemen sering diartikan sebagai ilmu, kiat
dan profesi. Dikatakan sebagai ilmu oleh Luther Gulick karena manajemen
dipandang sebagai suatu bidang pengetahuan yang secara sistematik berusaha
memahami mengapa dan bagaimana orang bekerja sama. Dikatakan sebagai kiat
oleh Follet karena manajemen mencapai sasaran melalui cara-cara dengan
mengatur orang lain dalam menjalankan tugas. Dipandang sebagai profesi oleh
Robert L.Katz karena manajemen dilandasi oleh keahlian khusus untuk mencapai
suatu proses manajer, dan para profesional dituntun oleh suatu kode etik.”
Menurut Mahtika (2007: 11), “manajemen adalah suatu proses atau usaha
bersama dari orang-orang guna mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan.
Pengertian proses dititikberatkan pada arti manajemen adalah proses memimpin,
membimbing dan memberikan fasilitas dari usaha orang-orang yang terorganisasi
di dalam organisasi guna mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan.”
Dalam pengertian lain, menurut Terry (2003: 15), “manajemen adalah proses
perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan. Dalam rangka
usaha mencapai tujuan yang telah dilakukan oleh orang secara bersama-sama,
maka jelas diantara mereka itu terdiri atas sekurang- kurangnya dua golongan
orang, yakni golongan yang dipimpin dan golongan yang memimpin.”
Manajemen adalah suatu proses yang dijalankan oleh seorang manajer
dengan mengimplementasikan fungsi-fungsi manajemen dengan
Hakikat 3

berdasar pada pemanfaatan sejumlah sumber daya manusia dan sumber daya
lainnya (unsur-unsur manajemen—6 M) dalam upaya pencapaian tujuan yang
diinginkan.

1.3 FUNGSI‐FUNGSI MANAJEMEN


Dalam proses manajemen terlibat fungsi-fungsi pokok yang ditampilkan oleh
seorang manajer (pimpinan), yaitu: perencanaan (planning), pe- ngorganisasian
(organizing), pemimpin (leading) dan pengawasan (controlling). Oleh karena itu
manajemen diartikan sebagai proses me- rencana, mengorganisasi, memimpin, dan
mengendalikan upaya organisasi dengan segala aspeknya agar tujuan organisasi
dapat tercapai secara efektif dan efisien (Fattah, 2008: 1).
Dari pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa manajemen adalah upaya
seorang pemimpin dalam mengelola segala sumber daya yang dimiliki melalui
serangkaian kegiatan yaitu perencanaan, pe- ngorganisasian, penggerakan dan
pengawasan. Dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan tersebut seorang manajer atau
pemimpin melakukan kerjasama dengan sejumlah orang selaku orang yang
dipimpin yang memiliki visi dan misi yang sama yaitu untuk mencapai tujuan
organisasi atau tujuan bersama yang telah ditetapkan sebelumnya.
Untuk penggambaran yang lebih jelas maka Tabel 1.1 ini di tampilkan
sejumlah fungsi-fungsi manajemen dari berbagai kalangan penulis.
Fungsi manajemen tersebut merupakan pedoman-pedoman yang akan
mengarahkan seorang manajer atau pemimpin dalam menjalankan perusahaan atau
organisasi yang di pimpinnya, sebab dengan implementasi sejumlah fungsi
manajemen dengan baik maka akan memudahkan para manajer untuk melakukan
analisa akan peluang, ancaman, kekuatan dan kelemahan yang datang dari dalam
dan luar organisasi yang dipimpinnya.
4 Manajemen Pembelajaran Berbasis Standar Proses

Tabel 1.1 Fungsi-fungsi Manajemen

Pendapat Ahli Fungsi-fungsi Manajemen


G.R Terry Planning, Organizing, Actuating,
Controlling
John F. Mee Planning, Organizing, Motivating,
Controlling
Louis A. Allen Leading, Planning, Organizing, Controlling
Henry Fayol Planning, Organizing, Commanding,
Coordinating, Controlling
Harold Koontz Cyril Planning, Organizing, Staffing, Directing,
O’Donnel Controlling
Luther Gullick Planning, Organizing, Staffing, Directing,
Coordinating, Reporting, Budgeting

Untuk penggambaran tentang tujuan dari penerapan fungsi-fungsi manajemen,


secara detail maka penulis menampilkan Tabel 1.2.
Tabel 1.2 Tujuan Penerapan Fungsi-fungsi Manajemen

Fungsi Manajemen Tujuan


Perencanaan Menentukan tujuan di masa depan, menetapkan
strategi yang akan dilakukan misalnya jenis
produk (kuantitas dan kualitas), dana (jumlah
dan sumber dana), karyawan (jumlah dan
kualifikasi keahlian)
Pengorganisasian Diadakan Klasifikasi pekerjaan
 Intinya the right man on the right place
 Setiap orang sadar akan tugas
dan tanggung jawabnya
Pengarahan Memberikan pengarahan kepada semua
anggota agar tetap terjalin komunikasi
dua arah, memberikan petunjuk dan
motivasi
Pengendalian Menemukan sekaligus mengoreksi kesalahan atau
penyimpangan yang terjadi, mengukur prestasi
kerja
Hakikat 5

Dari gambaran tentang tujuan penerapan dari fungsi-fungsi manajemen


sebagaimana tersebut dalam tabel di atas maka idealnya seorang pemimpin dapat
mengetahui perannya dengan baik dalam me- nggerakkan organisasi yang menjadi
tanggung jawabnya.
Menurut Henry Minztberg (Torang, 2014) ada 3 (tiga) peran yang harus
dilakukan oleh pemimpin atau manajer dalam mengelola atau menggerakkan
organisasi, yaitu:

1. Menjalin Hubungan Antar Pribadi


Ada tiga peran yang harus dijalani oleh seorang pemimpin dalam menjalin
hubungan antarpribadi, yaitu sebagai:
a. Pemimpin simbolis (figurehead) ditugaskan untuk menjalankan kewajiban
rutin yang bersifat legal dan soial, seperti: memberikan ucapan selamat datang
kepada tamu, menandatangani dokumen resmi organisasi.
b. Pemimpin (leader) ditugaskan untuk memotivasi, melatih, mengisi staf
(staffing) dan melakukan semua aktivitas bersama karyawan.
c. Penghubung (liaison) bertugas memperluas jaringan (network), mem- berikan
informasi dan melakukan semua aktivitas yang melibatkan pihak eksternal.

2. Menjaring Informasi
a. Pemantau (monitor) ditugaskan untuk mencari dan menerima
informasi internal dan eksternal.
b. Penyebab (disseminator) ditugaskan untuk meneruskan informasi yang
didapatkan kepada anggota/karyawan organisasi.
c. Juru bicara (spokesman) secara formal memberi informasi kepada orang-orang
di luar organisasi.

3. Peran dalam Pengambilan Keputusan


Ada empat peran yang harus dijalani oleh seorang pimpinan dalam me- ngambil
keputusan, yaitu sebagai berikut:
6 Manajemen Pembelajaran Berbasis Standar Proses

a. Entrepreneur (wirausahawan) yang ditugaskan untuk mencari peluang dan


usaha untuk mengembangkan organisasi dengan jalan peng- organisasian
strategis dan mengembangkan program baru.
b. Disturbance handler (penyelesaian gangguan) yang bertanggung jawab atas
tindakan korektif bila organisasi menghadapi gangguan.
c. Resources allocator (pengalokasi sumber daya) yang membuat atau
menyetujui keputusan-keputusan organisasi serta bertanggung jawab atas
alokasi sumber daya organisasi.
d. Perunding yang bertanggung jawab mewakili organisasi melakukan
perundingan-perundingan untuk kepentingan pengembangan organisasi
Ketiga (3) peran pemimpin dalam menggerakkan organisasi sebagaimana
dijelaskan Henry Mintzberg tersebut seolah menggambarkan adanya tiga titik inti
yang harus menjadi prioritas perhatian seorang leader (pemimpin) dan ketiga titik
tersebut menjalin sebuah lingkaran keterkaitan satu sama lain. Menjalin hubungan
antarpribadi adalah dasar dari ter- ciptanya suatu bentuk kerjasama yang efektif
antara pengikut dan pemimpin, dengan memiliki hubungan antarpribadi yang baik
maka akan memudahkan pemimpin menggerakkan para pengikut untuk me-
laksanakan semua kegiatan kearah pencapaian tujuan organisasi. Setelah memiliki
hubungan yang baik, maka untuk mendukung agar semua perencanaan berjalan
dengan baik dan tepat sasaran maka peran pemimpin untuk menjaring informasi
sangat diperlukan. Informasi adalah data konkret yang akan melengkapi
kesempurnaan setiap program kegiatan organisasi, untuk itu informasi sebaiknya
bersumber dari internal dan eksternal organisasi dan terpercaya. Dengan informasi
yang diketahui oleh pemimpin maka tugasnyalah untuk menyampaikannya kepada
para pengikutnya dengan tidak dikurangi dan tidak pula dilebih-lebihkan dan yang
paling penting tidak menimbulkan interpretasi yang berbeda-beda diantara para
bawahan/pengikut. Penyampaian informasi juga di- upayakan disampaikan kepada
pihak-pihak dari luar organisasi. Dan yang terakhir sekaligus peran pemimpin yang
paling penting adalah peran pengambilan keputusan, seorang pemimpin harus
mampu mengambil
Hakikat 7

keputusan yang tepat di setiap aspek pengelolaan organisasi agar tercipta kestabilan
kinerja organisasi yang dipimpinnya dapat dipertahankan di masa kini dan masa
depan.

-oo0oo-
8 Manajemen Pembelajaran Berbasis Standar Proses
Pendidikan
IMPLEMENTASI MANAJEMEN
DI DUNIA PENDIDIKAN

2.1 PENDAHULUAN

P
eningkatan kualitas Sumber Daya Manusia dipengaruhi kuat oleh
peningkatan pendidikan. Pendidikan akan membentuk anak didik untuk
tumbuh menjadi warga negara yang bertanggung jawab
dan menjadi manusia berakhlak mulia, untuk itu pemerintah telah me- ngupayakan
segala cara untuk menciptakan suatu sistem pendidikan yang baik demi
terwujudnya masa depan yang lebih baik.
Pendidikan merupakan rangkaian kegiatan yang terstruktur dan diikuti oleh
setiap individu secara sadar yang menginginkan suatu pe- rubahan pengetahuan
dan keterampilan serta diselenggarakan berdasarkan peraturan yang mengikat
pendidik dan pebelajar. Dalam proses pe- nyelenggaraan pendidikan tersebut
terdapat indikator-indikator capaian yang akan menjadi tolak ukur keefektifan dari
proses belajar mengajar yang dilaksanakan.

2.2 MANAJEMEN PENDIDIKAN


Manajemen dalam konteks pendidikan tidak lain adalah upaya untuk lebih
meningkatkan kinerja para pendidik baik bagi kepala sekolah selaku manajer
pendidik, guru maupun tenaga kependidikan lainnya yang turut membantu
penyelenggaraan pendidikan pada tingkat sekolah dengan
1 Manajemen Pembelajaran Berbasis Standar Proses

lebih memfokuskan setiap kegiatan pembelajaran secara nyata dalam bentuk


prinsip-prinsip dan teori manajemen.
Usman (2008: 9) mengatakan bahwa, “manajemen pendidikan adalah seni
dan ilmu mengelola sumber daya pendidikan untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kemampuan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara.”
Mantja (2008: 74) menyebutkan bahwa “manajemen pendidikan adalah
manajemen kelembagaan yang bertujuan untuk menunjang kelembagaan dan
penyelenggaraan pengajaran dan pembelajaran. Manajemen pendidikan meletakkan
berbagai fungsi-fungsi manajemen yang bertujuan untuk mengefektifkan dan
mengefisienkan tujuan pendidikan.”
Sedangkan menurut Usman (2008: 13) mengatakan bahwa, “ruang lingkup
tugas manajemen pendidikan adalah penerapan fungsi-fungsi manajemen dalam
bidang pendidikan, meliputi perencanaan, peng- organisasian, pengarahan dan
pengendalian. Sementara itu, bidang kajian manajemen pendidikan, meliputi
manajemen peserta didik, manajemen tenaga pendidik dan tenaga kependidikan,
manajemen keuangan, manajemen sarana dan prasarana, manajemen humas,
manajemen layanan khusus dan manajemen pembelajaran.”
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa manajemen pendidikan adalah
suatu upaya penerapan fungsi-fungsi manajemen dalam lingkup pendidikan dengan
memberdayakan segala sumber daya di lembaga pendidikan, seperti guru selaku
tenaga pendidik, peserta didik selaku pebelajar, sarana dan prasarana lembaga
pendidikan.
Fungsi manajemen yang paling sering digunakan dalam lingkup pendidikan
adalah perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pe- ngendalian. Tenaga
pendidik, peserta didik, orang tua, dinas terkait dan masyarakat bekerjasama dalam
rangka mewujudkan penyelenggaraan
Implementasi Manajemen di Dunia 1

pendidikan yang berkualitas dan sesuai dengan standar proses pendidikan yang
telah ditentukan oleh pemerintah.
Tujuan dan manfaat manajemen pendidikan menurut Usman
(2011: 13) adalah sebagai berikut:
1. Terwujudnya suasana belajar dan proses pembelajaran yang aktif, kreatif,
efektif, menyenangkan dan bermakna (PAKEMB).
2. Terciptanya peserta didik yang aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara.
3. Terpenuhinya salah satu dari 5 kompetensi tenaga kependidikan
(tertunjangnya kompetensi manajerial tenaga kependidikan sebagai manajer).
4. Tercapainya tujuan pendidikan secara efektif dan efisien.
5. Terbekalinya tenaga kependidikan dengan teori tentang proses dan tugas
administrasi pendidikan (tertunjangnya profesi sebagai manajer atau konsultan
manajemen pendidikan).
6. Teratasinya masalah mutu pendidikan karena 80 % masalah mutu disebabkan
oleh manajemennya.
7. Terciptanya perencanaan pendidikan yang merata, bermutu, relevan dan
akuntabel.
8. Meningkatnya citra positif pendidikan.
Penerapan manajemen di sektor pendidikan sangat bermanfaat untuk setiap
individu yang terlibat dalam proses penyelenggaraan pendidikan. Manfaat bagi
guru selaku kreator kegiatan belajar mengajar maka akan memudahkan mereka
dalam merancang setiap langkah- langkah pembelajaran yang dilakukannya. Setiap
rancangan pem- belajarannya akan terstruktur dengan baik dan dengan demikian
akan menciptakan proses pembelajaran yang sistematik dan pada akhirnya me-
mudahkan pebelajar dalam mengikuti materi yang diajarkan oleh para pendidik.
1 Manajemen Pembelajaran Berbasis Standar Proses

Menurut Rivai dan Murni (2009:103), sebagaimana halnya pada manajemen


secara umum, manajemen pendidikan meliputi empat hal pokok, yaitu:
1. Perencanaan pendidikan, dimaksudkan untuk mempersiapkan semua
komponen pendidikan, agar dapat terlaksana proses belajar mengajar yang
baik dalam penyelenggaraan pendidikan dalam mencapai sasaran pendidikan
seperti yang diharapkan.
2. Pengorganisasian pendidikan, ditujukan untuk menghimpun semua potensi
komponen pendidikan dalam suatu organisasi yang sinergis untuk dapat
menyelenggarakan pendidikan dengan sebaik-baiknya.
3. Penggiatan pendidikan, adalah pelaksanaan dari penyelenggaraan pendidikan
yang telah direncanakan dan diawaki oleh organisasi penyelenggara
pendidikan dengan memerhatikan rambu-rambu yang telah ditetapkan dalam
perencanaan dalam rangka mencapai hasil pendidikan yang optimal.
4. Pengendalian pendidikan, dimaksudkan untuk menjaga agar pe- nyelenggaraan
pendidikan dilaksanakan sesuai dengan yang direncanakan dan semua
komponen pendidikan digerakkan secara sinergis dalam proses yang mengarah
kepada pencapaian tujuan pendidikan yang dijabarkan dalam sasaran-sasaran
menghasilkan output secara optimpal seperti yang telah ditetapkan dalam pe-
rencanaan pendidikan.

2.3 MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH


Kegiatan pembangunan yang sedang dilaksanakan membutuhkan sumber daya
manusia yang berkualitas, demokratis, dan tanggap terhadap masalah-masalah
praktis yang harus segera diselesaikan. Sumber daya manusia yang demikian
sangat dipengaruhi oleh kualitas pendidikan. Berbicara tentang kualitas pendidikan
tidak dapat lepas dari proses dan hasil belajar. Proses pendidikan menentukan hasil
belajar, oleh karena itu proses pendidikan harus dirancang untuk mampu
mengembangkan hasil belajar yang diperlukan siswa.
Implementasi Manajemen di Dunia 1

Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional


menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Salah satu permasalahan pendidikan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia
adalah rendahnya mutu pendidikan pada setiap jenjang dan satuan pendidikan
sebagai implikasi dari pelaksanaan pembelajaran di sekolah yang masih kurang
efektif, meskipun telah banyak upaya dilakukan untuk meningkatkan mutu
pendidikan nasional, misalnya pengembangan kurikulum nasional dan lokal,
peningkatan kompetensi guru melalui pelatihan, pengadaan buku dan alat
pelajaran, pengadaan dan perbaikan sarana dan prasarana pendidikan dan
peningkatan mutu manajemen sekolah. Namun demikian, berbagai indikator mutu
pendidikan belum menunjukkan peningkatan yang berarti.
Menurut Wiyono (2010: 184) ada dua faktor yang dapat menjelaskan
mengapa upaya perbaikan mutu pendidikan selama ini kurang atau tidak berhasil.
Pertama, strategi pembangunan pendidikan selama ini lebih bersifat input oriented
yang bersandar kepada asumsi bahwa bilamana semua input pendidikan telah
dipenuhi, maka secara otomatis lembaga pendidikan akan dapat menghasilkan
output yang bermutu. Kedua, pengelolaan pendidikan selama ini lebih bersifat
macro oriented, diatur oleh jajaran birokrasi di tingkat pusat. Akibatnya, banyak
faktor yang diproyeksikan di tingkat makro (pusat) tidak terjadi atau tidak berjalan
sebagaimana mestinya di tingkat mikro (sekolah).
Diterapkannya desentralisasi pendidikan di Indonesia sebagai akibat
diberlakukannya undang-undang otonomi daerah yakni UU Nomor 22 Tahun 1999
tentunya memberikan kekuasaan dan kewenangan yang sangat luas kepada daerah
untuk mengatur dan mengurus sendiri berbagai kewenangan yang diberikan,
termasuk di dalamnya aspek pendidikan. Desentralisasi pendidikan juga
mencakup otonomi pada tingkat lembaga
1 Manajemen Pembelajaran Berbasis Standar Proses

pendidikan sebagai ujung tombak penyelenggaraan pendidikan yang dipertegas


dengan UU Sistem Pendidikan Nasional No. 20/2003 pasal 51 yang menyatakan
bahwa “pengelolaan satuan pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, dan
pendidikan menengah dilaksanakan berdasarkan standar pelayanan minimal dengan
prinsip manajemen berbasis sekolah
/madrasah”.
Fungsi-fungsi yang didesentralisasikan ke sekolah dalam MBS ini adalah: a)
perencanaan dan evaluasi; b) pengelolaan kurikulum; c) pe- ngelolaan proses
belajar mengajar; d) pengelolaan ketenagaan; e) pengelolaan fasilitas; f)
pengelolaan keuangan; g) pengelolaan layanan siswa; h) pengelolaan hubungan
sekolah-masyarakat; dan i) pengelolaan iklim sekolah (Depdiknas, 2003: 14).
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) sebagai suatu metode pe- ngelolaan
sekolah yang memberikan otonomi atau kemandirian kepada pihak sekolah agar
mendorong pengambilan keputusan partisipatif dari semua unsur sekolah mulai
dari kepala sekolah hingga masyarakat untuk kepentingan sekolah agar untuk
meningkatkan mutu sekolah berdasarkan kebijakan pendidikan nasional.
Mulyasa (2007: 24) dalam Manajemen Berbasis Sekolah, MBS adalah
merupakan salah satu wujud dari reformasi pendidikan yang menawarkan kepada
sekolah untuk menyediakan pendidikan yang lebih baik dan memadai bagi para
peserta didik. Otonomi dalam manajemen merupakan potensi bagi sekolah untuk
meningkatkan kinerja para staf, menawarkan partisipasi langsung kelompok-
kelompok terkait, dan meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap pendidikan.
Penerapan Manajemen Berbasis Sekolah mendatangkan sejumlah manfaat
bagi sekolah, yaitu:
1. Dengan otonomi yang diberikan memungkinkan bagi pihak sekolah untuk
lebih proaktif dalam pengambilan keputusan yang bertujuan untuk peningkatan
mutu penyelenggaraan pendidikan yang di- jalankan.
Implementasi Manajemen di Dunia 1

2. Memberikan kepuasan tersendiri bagi para anggota sekolah karena


dilibatkan secara langsung dalam proses pengambilan keputusan.
3. Memotivasi para pendidik dan tenaga kependidikan di sekolah untuk
lebih kreatif dalam menjalankan tugasnya.
4. Mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya yang dimiliki sekolah
dalam rangka peningkatan mutu pendidikan.
5. Meningkatkan rasa tanggung jawab bagi pihak sekolah agar tetap menjaga
dan terus meningkatkan mutu pendidikan di sekolah.
Sementara itu, Nurkolis (2005: 23) menjelaskan bahwa tujuan implementasi
Manajemen Berbasis Sekolah adalah untuk kualitas pem- belajaran, kualitas
kurikulum, kualitas sumber daya manusia baik guru maupun tenaga kependidikan
lainnya dan kualitas pelayanan secara umum. Bagi sumber daya manusia,
peningkatan kualitas bukan hanya me- ningkatkan pengetahuan dan
keterampilannya melainkan meningkatkan kesejahteraannya pula.
Dari sejumlah penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
desentralisasi pendidikan adalah jawaban atas kelemahan dari sentralisasi
pendidikan yang selama ini diterapkan. Sebagai paradigma baru dalam bidang
pendidikan maka keberhasilannya sangat tergantung pada semua pihak yang
terlibat dalam penyelenggaraan konsep manajemen berbasis sekolah tersebut.
Untuk itu dibutuhkan kemampuan manajerial yang baik oleh para pendidik dan
tenaga kependidikan, sebab dengan otonomi yang diberikan maka pihak sekolah
dituntut untuk mempertanggung- jawabkannya baik kepada pemerintah pusat
maupun kepada masyarakat sebagai wujud dari akuntabilitas publik yang harus
dijalankan.

-oo0oo-
16 Manajemen Pembelajaran Berbasis Standar Proses
Pendidikan
MANAJEMEN PEMBELAJARAN

3.1 PENDAHULUAN

P
embelajaran merupakan kegiatan yang sangat kompleks, di mana
kesuksesan pembelajaran sangat dipengaruhi oleh sejumlah faktor yang
mendukungnya, hal ini sejalan dengan pendapat Uno (2006:
15) yang menyatakan bahwa, ”pembelajaran tidak dapat disamakan dengan
pengajaran yang merupakan proses secara sepihak, melainkan lebih bermakna
sebagai suatu kegiatan yang berupaya membelajarkan siswa secara terintegrasi
dengan memperhitungkan faktor lingkungan belajar, karakteristik siswa,
karakteristik bidang studi, serta berbagai strategi pembelajaran, baik penyampaian,
pengelolaan, maupun peng- organisasian. Dalam hal ini pembelajaran dipandang
sebagai upaya maksimal yang dilakukan oleh guru dalam memengaruhi peserta
didik agar mau meningkatkan kegiatan belajarnya demi mencapai tujuan pem-
belajaran dengan efektif dan efisien.

3.2 PENGERTIAN PEMBELAJARAN


Pembelajaran selalu dinyatakan sebagai rangkaian proses belajar yang diikuti oleh
pebelajar dan terdapat materi ajar yang akan disampaikan oleh pendidik dengan
tujuan akhir kegiatan adalah pencapaian kompetensi oleh setiap pebelajar.
1 Manajemen Pembelajaran Berbasis Standar Proses

Pengertian pembelajaran dikemukakan oleh Mulyasa (2008: 125) yang


menjelaskan bahwa “Pembelajaran pada hakikatnya adalah proses interaksi antar
peserta didik dengan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan perilaku kearah
yang lebih baik.” Hal ini menunjukkan bahwa dalam interaksi tersebut banyak
faktor yang memengaruhinya, baik faktor internal yang datang dari dalam diri
individu maupun faktor eksternal yang datang dari lingkungan.
Menurut Haling (2007: 13), “pembelajaran adalah suatu proses di mana
lingkungan seseorang secara sengaja dikelola untuk memungkinkan terjadinya
belajar pada diri pebelajar. Pembelajaran adalah suatu proses yang dilaksanakan
secara sistematik di mana setiap komponen saling ber- pengaruh. Dalam proses
secara implisit terdapat kegiatan memilih, menetapkan dan mengembangkan
metode untuk mencapai hasil pem- belajaran yang diinginkan.”
Menurut Degeng dan Miarso (dalam Haling, 2007: 14), menyatakan bahwa
“pembelajaran menaruh perhatian pada bagaimana membelajarkan pebelajar dan
lebih menekankan pada cara untuk mencapai tujuan.”
Dari sejumlah pengertian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran adalah kegiatan yang sistematis dan direncanakan dengan baik. Yang
menjadi ciri utama pembelajaran adalah terjadinya interaksi yang efektif antara
peserta didik, pendidik dan sumber belajar dalam suatu lingkungan belajar untuk
menciptakan proses pembelajaran yang me- ngarah pada standar kompetensi
lulusan.
Menurut Uno (2008: 34), tujuan pembelajaran merupakan salah satu aspek
yang perlu dipertimbangkan dalam merencanakan pembelajaran. Sebab segala
kegiatan pembelajaran muaranya pada tercapainya tujuan pembelajaran. Ada
beberapa keuntungan yang dapat diperoleh melalui perancangan tujuan
pembelajaran tersebut adalah sebagai berikut:
1. Waktu mengajar dapat dialokasikan dan dimanfaatkan secara tepat.
2. Pokok bahasan dapat dibuat seimbang, sehingga tidak ada materi pembelajaran
yang dibahas terlalu mendalam atau terlalu sedikit.
Manajemen 1

3. Guru dapat menetapkan berapa banyak materi pembelajaran yang dapat atau
sebaliknya disajikan dalam setiap jam pelajaran.
4. Guru dapat menetapkan urutan dan rangkaian materi pelajaran secara tepat.
Artinya, peletakan masing-masing materi pelajaran akan me- mudahkan siswa
dalam mempelajari isi pelajaran.
5. Guru dapat dengan mudah menetapkan dan mempersiapkan strategi
pembelajaran yang paling cocok dan menarik.
6. Guru dapat dengan mudah mempersiapkan berbagai keperluan per- alatan
maupun bahan dalam keperluan belajar
7. Guru dapat dengan mudah mengukur keberhasilan siswa dalam belajar.
8. Guru dapat menjamin bahwa hasil belajarnya akan lebih baik dibandingkan
dengan hasil belajar tanpa tujuan yang jelas.
Perancangan tujuan pembelajaran merupakan strategi yang harus dilakukan
oleh guru selaku kreator kegiatan proses belajar mengajar di kelas. Dengan strategi
tersebut maka persiapan guru dalam mengajar akan lebih sistematis dan terukur,
mulai dari penentuan bahan/materi ajar, alokasi waktu, metode pembelajaran,
media pembelajaran dan sistem penilaian.
Pendapat mengenai tujuan pembelajaran ini telah banyak dikemukakan oleh
beberapa ahli, diantaranya sebagaimana dikutip dalam Uno (2008: 35), berikut:
Tabel 3.1 Arti Tujuan Pembelajaran

Pendapat Ahli Arti Tujuan Pembelajaran


Robert F. Mager Sebagai perilaku yang hendak dicapai atau
yang dapat dikerjakan oleh siswa pada kondisi
dan kompetensi tertentu.
Kemp Adalah suatu pernyataan yang spesifik yang
dinyatakan dalam perilaku atau penampilan yang
diwujudkan dalam bentuk tulisan untuk
menggambarkan hasil belajar yang di- harapkan.
Perilaku ini dapat berupa fakta yang konkrit serta
dapat dilihat dan fakta yang tersamar.
2 Manajemen Pembelajaran Berbasis Standar Proses

Tabel 3.1 Arti Tujuan Pembelajaran (Lanjutan)

Pendapat Ahli Arti Tujuan Pembelajaran


Fred Percival dan Adalah suatu pernyataan yang jelas dan
Henry Ellington menunjukkan penampilan atau keterampilan siswa
tertentu yang diharapkan dapat dicapai sebagai
hasil belajar.

Dari penjelasan sebagaimana tertuang dalam tabel 3.1, maka dapat


disimpulkan bahwa tujuan pembelajaran adalah hasil akhir dari proses
pembelajaran yang telah dilaksanakan dalam kurun waktu tertentu, yang
diwujudkan dalam suatu pernyataan yang bersifat kuantitatif (angka) dan kualitatif
serta ditujukan kepada setiap individu selaku pebelajar.
Menurut Swardi (2008: 32), analisis tujuan pembelajaran pada dasarnya
untuk mengetahui kompetensi yang perlu dikuasai oleh siswa sebagai hasil
pembelajaran. Analisis tujuan pembelajaran merupakan langkah awal dalam
menyusun perencanaan pembelajaran. Tujuan pem- belajaran atau tujuan
instruksional terdiri dari tujuan pembelajaran umum dan tujuan pembelajaran
khusus. Dalam kurikulum berbasis kompetensi, istilah tujuan pembelajaran umum
merupakan kompetensi, sedangkan tujuan pembelajaran khusus merupakan
indikator kompetensi. Menurut Ely dalam Swardi, Tujuan pembelajaran umum
menjelaskan kemampuan, keterampilan dan pengetahuan yang bersifat umum dan
luas sedangkan tujuan pembelajaran khusus menjelaskan tingkah laku khusus atau
spesifik yang perlu dimiliki siswa.
Dalam merumuskan tujuan pembelajaran umum atau kompetensi dan tujuan
pembelajaran khusus atau indikator kompetensi dapat disusun berdasarkan
Taksonomi Bloom sebagaimana dikutip dalam Swardi (2008: 33):
Setiap pendidik harus mengetahui dan memahami Taksonomi Bloom
tersebut di atas, sebab dengan menyesuaikan materi ajar dengan taksonomi Bloom
maka guru akan mudah menentukan strategi pembelajarannya sehingga pada
akhirnya tujuan pembelajarannya akan sesuai dengan standar kompetensi lulusan
yang diinginkan.
Manajemen 2

Tabel 3.2 Taksonomi Bloom

Ranah Level Indikator Kompetensi


Kognitif Mengetahui dan Menyebutkan, menuliskan,
memahami menyatakan, mengurutkan,
mengidentifikasi, mendefinisikan,
mencocokkan, menamai, melabeli,
menggambarkan.
Memahami Menerjemahkan, mengubah,
menganalisasi, menguraikan dengan
kata-kata sendiri, meringkas,
membedakan, mempertahankan,
menyimpulkan, berpendapat dan
menjelaskan.
Menerapkan ide Mengoperasikan, menghasilkan,
mengubah, mengatasi,
menggunakan, menunjukkan,
mempersiapkan dan
menghitungkan.
Analisis Menguraikan satuan menjadi unit-
unit, membagi satuan menjadi sub- sub
atau bagian-bagian, membedakan
antara dua yang sama, memilih dan
mengenal perbedaan dalam satu
kesatuan.
Sintesis Merancang, merumuskan,
menganalisasikan,
mengompilasikan,
mengomposisikan, membuat
hipotesis, dan merencanakan.
Evaluasi Mengkritisi, menginterpretasi,
menjastifikasi, dan memberi
penilaian.
Afektif Penerimaan Mempercayai sesuatu atau orang,
memilih sesuatu atau seseorang untuk
diikuti, dan mengalokasikan.
Tanggapan Mengomfirmasi, memberi jawaban,
membaca pesan-pesan, membantu,
melaksanakan, melaporkan dan
menampilkan.
2 Manajemen Pembelajaran Berbasis Standar Proses

Tabel 3.2 Taksonomi Bloom (Lanjutan)

Ranah Level Indikator Kompetensi


Penanaman nilai Menginginkan, mengundang orang
untuk terlibat, mengusulkan dan
melakukan.
Pengorganisasian Memverifikasikan nilai, memilih
nilai nilai, mensentesiskan nilai-nilai,
mengintegrasikan nilai-nilai,
mempengaruhi kehidupan dengan
nilai-nilai.
Karakteristik Menggunakan nilai-nilai sebagai
kehidupan pandangan hidup, mempertahankan
nilai-nilai yang sudah diyakini.

Psikomotor Memperhatikan Mengamati proses, memberi


perhatian pada tahap-tahap
perbuatan,memberi perhatian
sebuah artikulasi.
Peniruan Melatih mengubah sebuah bentuk,
membongkar sebuah struktur,
membangun kembali sebuah struktur,
menggunakan sebuah konstruk atau
model.
Pembiasaan Membiasakan sebuah model atau
perilaku yang sudah terbentuk,
mengontrol kebiasaan agar tetap
konsisten.
Penyesuaian Menyesuaikan model, membenarkan
sebuah model untuk dikembangkan
dan menyekutukan model pada
kenyataan.

3.3 APLIKASI PEMBELAJARAN DALAM KONTEKS


MANAJEMEN
Agar proses pembelajaran itu berlangsung secara optimal diperlukan strategi yang
merupakan program umum yang di dalamnya tercakup tujuan, sasaran, kebijakan
dan alokasi sumber daya. Untuk melaksanakan
Manajemen 2

strategi itu dengan efektif diperlukan manajemen, yang juga mencakup


perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan penilaian. Dengan kata lain,
pembelajaran yang efektif perlu diletakkan dalam konteks manajemen
pembelajaran.
Davis (dalam Mantja, 2008: 202) “menetapkan manajemen pem- belajaran
dalam empat fungsi, yaitu planning, organizing, leading dan controlling. Peran
guru dalam melaksanakan fungsi manajemen pem- belajaran itu sangatlah
mendasar, sehingga guru dalam proses pem- belajaran adalah seorang manajer
karena guru bertugas mempersiapkan, mengorganisasikan, melaksanakan dan
melakukan penilaian pem- belajaran. Keefektifan manajemen pembelajaran dapat
dicapai apabila fungsi manajemen dalam pembelajaran yang meliputi fungsi
perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan diimplementasikan
dengan baik dan benar dalam program pembelajaran.”
Lebih lanjut menurut Davis (1991: 35), “peranan guru sebagai manajer
dalam pembelajaran adalah (1) merencanakan, yaitu menyusun tujuan
pembelajaran, (2) melaksanakan, yaitu menghubungkan atau menggabungkan
seluruh sumber daya pembelajaran dan memotivasi peserta didik untuk siap
menerima materi pelajaran dalam mencapai tujuan secara efektif dan efisien, (3)
mengawasi, yaitu apakah pembelajaran yang dilaksanakan mencapai tujuan, karena
itu harus ada proses penilaian pembelajaran, sehingga diketahui hasil yang
dicapai.”
Hal yang sama dikemukakan oleh Sanjaya (2009: 7) bahwa “tugas guru
sebagai desainer pembelajaran mencakup tiga hal, yaitu: (1) sebagai perencana,
yakni mengorganisasikan semua unsur yang ada agar berfungsi dengan baik, (2)
sebagai pengelola implementasi sesuai dengan prosedur dan jadwal yang
direncanakan, (3) penilaian keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan untuk
menentukan efektivitas dan efisiensi sistem pembelajaran.”
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa manajemen pem- belajaran
adalah segala upaya yang dilakukan dalam mengelola pem- belajaran di kelas dan
guru sebagai manajer di dalam kelas memiliki
2 Manajemen Pembelajaran Berbasis Standar Proses

aktifitas mencakup kegiatan merencanakan, melaksanakan dan penilaian hasil


pembelajaran yang dikelolanya. Hal tersebut sejalan dengan manajemen
pembelajaran yang akan dijadikan perhatian dalam penulisan buku ini, yaitu fungsi
perencanaan, fungsi pelaksanaan dan fungsi pe- nilaian pembelajaran.

3.4 MANAJEMEN PEMBELAJARAN SEBELUM DAN SESUDAH


BERBASIS STANDAR PROSES
Untuk melihat gambaran tentang pelaksanaan manajemen pembelajaran sebelum
berbasis standar proses pendidikan yang berdasarkan pada Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia No. 29 Tahun 1990 (mulai diberlakukan tanggal 10 Juli 1990)
dan pelaksanaan manajemen pem- belajaran berbasis standar proses pendidikan
yang berdasarkan Permendiknas No. 41 Tahun 2007 (mulai diberlakukan tanggal
23 November 2007), maka berikut ini tabel perbandingannya:
Tabel 3.3 Pelaksanaan Manajemen Pembelajaran
MANAJEMEN PEMBELAJARAN MANAJEMEN PEMBELAJARAN
SEBELUM BERBASIS STANDAR BERBASIS STANDAR PROSES
PROSES PENDIDIKAN PENDIDIKAN
(PP RI No.29 Tahun 1990) (Permendiknas No. 41 Tahun 2007)
I. Perencanaan I. Perencanaan
a. Silabus a. Silabus
Silabus yang disusun dalam Disusun dengan komponen-
bentuk Garis-Garis Besar komponen sebagai berikut:
Program Pembelajaran (GBPP) kompetensi dasar, indicator, materi
yang diterbitkan oleh Departemen pembelajaran, kegiatan
Pendidikan Nasional. pembelajaran, penilaian, alokasi
waktu, dan sumber belajar. Yang
kesemuanya itu didasarkan pada
 Tidak ada pengembangan
Standar Isi, Standar Kompetensi
GBPP di sekolah
Lulusan dan KTSP.

 Pengembangan Silabus
selalu diadakan di sekolah
Manajemen 2

Tabel 3.3 Pelaksanaan Manajemen Pembelajaran (Lanjutan)


MANAJEMEN PEMBELAJARAN MANAJEMEN PEMBELAJARAN
SEBELUM BERBASIS STANDAR BERBASIS STANDAR PROSES
PROSES PENDIDIKAN PENDIDIKAN
(PP RI No.29 Tahun 1990) (Permendiknas No. 41 Tahun 2007)
b. RPP b. RPP
Disusun berdasarkan Tujuan Disusun dengan komponen-
Instruksional Umum (TIU) dan komponen sebagai berikut: identitas
Tujuan Instruksional Khusus mata pelajaran, standar kompetensi,
(TIK). Dan semua indikator kompetensi dasar, indikator
disusun oleh pusar (Depdiknas), pencapaian kompetensi, tujuan
sehingga sifatnya sentralistik. pembelajaran, materi ajar, alokasi
waktu, metode pembelajaran,
 RPP yang disusun tanpa kegiatan pembelajaran, penilaian
hasil belajar dan sumber belajar.
dilengkapi gambar
media yang digunakan Dengan dilengkapi gambar media
dalam pembelajaran, pembelajaran dan langkah-langkah
program remedial dan program remedial dan program
pengayaan juga tidak pengayaan
dicantumkan.
Dengan berbasis Standar Proses maka
hanya Standar Kompetensi dan
Kompetensi Dasar dari pusat
(Depdiknas) sedangkan indikatornya
ditentukan oleh guru, sehingga
bersifat desentralisasi.

II. Pelaksanaan II. Pelaksanaan


Persyaratan pelaksanaan Persyaratan Pelaksanaan Pembelajaran
pembelajaran
Untuk satuan pendidikan dasar dan
Untuk satuan pendidikan dasar dan menengah, wajib memenuhi persyaratan
menengah, wajib memenuhi persyaratan pelakasanaan pembelajaran sebagai
pelakasanaan pembelajaran sebagai berikut:
berikut:  Rasio buku teks 1 : 1 permata
 Rasio buku teks 1 : 1 permata pelajaran
pelajaran  Rombel 32 siswa perkelas
 Rombel 40-48 siswa perkelas  Beban kerja guru sekurang-
 Beban kerja guru sekurang- kurangnya 24 jam perminggu
kurangnya 18 jam perminggu
 Pengelolaan kelas yang baik
 Pengelolaan kelas yang baik dan benar
dan benar
2 Manajemen Pembelajaran Berbasis Standar Proses

Tabel 3.3 Pelaksanaan Manajemen Pembelajaran (Lanjutan)


MANAJEMEN PEMBELAJARAN MANAJEMEN PEMBELAJARAN
SEBELUM BERBASIS STANDAR BERBASIS STANDAR PROSES
PROSES PENDIDIKAN PENDIDIKAN
(PP RI No.29 Tahun 1990) (Permendiknas No. 41 Tahun 2007)
b. Pelaksanaan pembelajaran b. Pelaksanaan Pembelajaran
1. Kegiatan pendahuluan 1. Kegiatan Pendahuluan
Kegiatan pendahuluan Kegiatan ini meliputi:
hanya diartikan sebagai menyiapkan siswa secara
kegiatan psikis
apersepsi. dan fisik, apersepsi, menjelaskan
tujuan pembelajaran,
menyampaikan cakupan materi.
2. Kegiatan Inti
Kegiatan inti merupakan proses
2. Kegiatan inti
pembelajaran untuk mencapai
Kegiatan inti biasanya hanya Kompetensi Dasar yang
terdiri dari kegiatan guru dilakukan secara interaktif,
menyampaikan materi dengan inspiratif, menyenangkan,
cara ceramah. Sehingga menantang, memotivasi siswa
pembelajaran yang dilaksanakan untuk berpartisipasi aktif.
berorientasi Guru.
3. Kegiatan penutup
3. Kegiatan penutup
Kegiatan ini meliputi: membuat
Kegiatan penutup biasanya kesimpulan, melakukan penilaian,
hanya menyampaikan salam memberikan umpan balik,
dan absensi siswa. merencanakan kegiatan tindak
lanjut, menyampaikan rencana
pembelajaran pada pertemuan
berikutnya,

III. Penilaian III. Penilaian


Dalam praktik pembelajaran di Penilaian sebaiknya dilakukan pada
sekolah, guru hanya mengenal 2 setiap Kompetensi Dasar dengan
langkah penilaian: penilaian yang mengacu pada:
a. Penilaian proses a. Mengukur tingkat
Penilaian ini biasanya dilakukan pencapaian kompetensi
selama proses pembelajaran siswa.
berlangsung tetapi guru biasanya b. Penyusunan laporan kemajuan hasil
tidak memiliki data tentang nilai belajar.
tersebut. c. Membuat kisi-kisi ujian.
b. Penilaian hasil d. Memperbaiki proses pembelajaran.
Penilaian ini dilakukan pada saat
midsemester dan semester.
Manajemen 2

Sejalan pelaksanaan manajemen pembelajaran yang belum berbasis standar


proses menurut Yamin dan Maisah (2009:36) bahwa “di dalam proses
pembelajaran di sekolah dapat dibedakan adanya dua kelompok masalah yaitu
masalah pengajaran dan masalah pengelolaan kelas.” Masalah pengelolaan kelas
harus ditanggulangi dengan tindakan korektif pengelolaan, sedangkan masalah
pengajaran harus ditanggulangi dengan tindakan korektif instruksional. Peserta
didik yang enggan ambil bagian di dalam kelompok karena merasa ditolak oleh
kelompok lain (masalah pengelolaan) tidak dapat ditanggulangi dengan kegiatan
menjadi lebih menarik (tidak instruksional), meskipun memang tidak dapat
dibantah bahwa penarikan diri peserta didik tersebut akan menghalangi tercapainya
tujuan khusus pembelajaran yang hendak dicapai melalui kegiatan kelompok yang
dimaksud. Sebaliknya hubungan antar pribadi (interpersonal) yang baik antara guru
dengan peserta didik (suatu petunjuk keberhasilan pengelolaan) tidak dengan
sendirinya menjamin bahwa proses pembelajaran akan menjadi efektif. Yang jelas,
pengelolaan kelas yang efektif merupakan prasyarat mutlak bagi terjadinya proses
pembelajaran yang efektif.
Masih menurut Yamin dan Maisah bahwa sebagai pemberian dasar serta
penyiapan kondisi bagi terjadinya proses belajar yang efektif, pengelolaan kelas
menunjuk kepada pengaturan orang (dalam hal ini terutama peserta didik) maupun
pengaturan ventilasi, penerangan, tempat duduk, sampai dengan perencanaan
program pembelajaran yang tepat. Sudah barang tentu yang belakangan ini,
terutama yang lebih merupakan pengaturan perangkat lunak (software) telah
memasuki kawasan pe- ngajaran.
Terlepas dari penjelasan yang disampaikan oleh Yamin dan Maisah di atas,
menurut penulis faktor utama penghambat pelaksanaan manajemen pembelajaran
berbasis standar proses pendidikan adalah karena pihak sekolah tidak memenuhi
persyaratan pelaksanaan pem- belajaran sebagaimana telah dijelaskan dalam
Permendiknas No. 41 Tahun
2 Manajemen Pembelajaran Berbasis Standar Proses

2007. Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional tersebut, dijabarkan tentang


sistematika kegiatan pembelajaran mulai dari persiapan sampai pada penilaian hasil
pembelajaran.

-oo0oo-
STANDAR PROSES PENDIDIKAN

4.1 PENDAHULUAN

K
eefektifan pembelajaran adalah hasil guna yang diperoleh setelah
pelaksanaan proses belajar mengajar. Dan pembelajaran efektif tersebut
dapat dicapai dengan penerapan standar proses
pendidikan dalam setiap kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru, sehingga
pada akhirnya akan mengarah pada upaya ketercapaian Standar Kompetensi
Lulusan (SKL).
Standar proses pendidikan berkaitan dengan pelaksanaan pem- belajaran,
yang berarti dalam standar proses pendidikan berisi tentang bagaimana seharusnya
proses pembelajaran berlangsung. Dengan demikian standar proses pendidikan
dimaksud dapat dijadikan pedoman bagi guru dalam pengelolaan pembelajaran.
Dalam Permendiknas No. 41 Tahun 2007 standar proses meliputi pe-
rencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, pe- nilaian hasil
pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran untuk terlaksananya proses
pembelajaran yang efektif dan efisien. Perencanaan, pelaksanaan dan penilaian
tersebut akan dijelaskan lebih lanjut pada bab bab berikutnya.
3 Manajemen Pembelajaran Berbasis Standar Proses

4.2 PENGERTIAN STANDAR PROSES PENDIDIKAN


Berdasar pada Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 Bab 1 Pasal 1 Ayat 6
dijelaskan standar proses pendidikan adalah standar nasional pendidikan yang
berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satu satuan pendidikan untuk
mencapai standar kompetensi lulusan.
Dari pengertian standar proses pendidikan sebagaimana tercantum dalam
peraturan pemerintah tersebut di atas maka dapat di pahami beberapa poin yang
terkandung di dalamnya, yaitu:
1. Standar proses pendidikan adalah merupakan standar nasional pen- didikan
sehingga hal tersebut berarti standar ini diberlakukan secara menyeluruh pada
setiap satuan pendidikan yang sedang dijalankan dalam wilayah negara
Republik Indonesia.
2. Standar proses pendidikan berkaitan dengan pelaksanaan pem- belajaran,
pernyataan tersebut mengandung makna bahwa dalam standar proses
pendidikan tersebut telah diuraikan secara rinci prosedur pelaksanaan
pembelajaran mulai dari pendahuluan sampai pada penilaian hasil
pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Dan hal itu berarti pula apabila
terdapat oknum guru yang tidak menjalankan proses pembelajaran sesuai
aturan yang telah termuat dalam standar proses pendidikan maka dapat
dipastikan pada akhirnya tidak akan tercapai standar kompetensi lulusan
sebagaimana yang diinginkan.
3. Standar proses pendidikan dimaksudkan untuk mencapai standar kompetensi
lulusan. Dengan kata lain, bahwa standar kompetensi lulusan adalah hasil akhir
yang ingin dicapai dalam pelaksanaan pem- belajaran yang berdasar pada
standar proses pendidikan. Sehingga setiap guru wajib memahami dengan baik
standar kompetensi lulusan terlebih dahulu pada setiap mata pelajaran yang
diajarkan sebelum merancang pelaksanaan pembelajarannya.
Masalah tidak tercapainya standar kompetensi lulusan pada sejumlah siswa
tidak terlepas dari tingkat kompetensi yang dimiliki guru dalam mengaplikasikan
acuan standar proses pendidikan di kelas. Seringkali terjadi terdapat guru yang
tidak profesional dalam bekerja di
Standar Proses 3

mana sama sekali tidak melaksanakan proses belajar mengajar dengan baik,
misalnya metode pembelajarannya lebih pasif dengan meninggalkan buku di kelas
dan meminta salah satu siswa mencatat di papan dan siswa lainnya mencatatnya di
buku mereka sedangkan guru pengampu me- ninggalkan kelas. Kejadian tersebut
tentu tidak akan meninggalkan kesan bagi siswa sebab tidak terdapat proses
transfer ilmu dengan baik.

4.3 KEDUDUKAN STANDAR PROSES PENDIDIKAN


DIANTARA STANDARLAINNYA
Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 19 Tahun 2005 dijelaskan
sejumlah standar pendidikan selain standar proses pendidikan, yaitu:
1. Standar kompetensi lulusan (SKL)
2. Standar isi (SI)
3. Standar pendidik dan tenaga kependidikan
4. Standar sarana dan prasarana
5. Standar pengelolaan
6. Standar pembiayaan
7. Standar penilaian
Standar kompetensi lulusan adalah kualifikasi kemampuan lulusan yang
mencakup sikap, pengetahuan dan keterampilan. Standar kompetensi lulusan
meliputi semua jenjang pendidikan (PP No. 19 Tahun 2005 ayat 4).
Standar Isi adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang
dituangkan dalam kriteria tentang kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian,
kompetensi mata pelajaran, dan silabus pembelajaran yang harus dipenuhi oleh
peserta didik pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu (PP No. 19 Tahun 2005
Bab 1 pasal 1 Ayat 5)
Standar proses adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan
pelaksanaan pembelajaran pada satu satuan pendidikan untuk mencapai standar
kompetensi lulusan (PP No. 19 Tahun 2005 Bab 1 Pasal 1
Ayat 6).
3 Manajemen Pembelajaran Berbasis Standar Proses

Standar pendidik dan tenaga kependidikan adalah kriteria pendidikan


prajabatan dan kelayakan fisik maupun mental, serta pendidikan dalam jabatan (PP
No. 19 Tahun 2005 Bab 1 Pasal 1 Ayat 7).
Standar sarana dan prasarana adalah standar nasional pendidikan yang
berkaitan dengan kriteria minimal tentang ruang belajar, tempat berolahraga,
tempat beribadah, perpustakaan, laboratorium, bengkel kerja, tempat bermain,
tempat berekreasi, serta sumber belajar lain yang diperlukan untuk menunjang
proses pembelajaran, termasuk penggunaan teknologi informasi dan komunikasi
(PP No. 19 Tahun 2005 Bab 1 Pasal 1
Ayat 8).
Standar pengelolaan adalah standar nasional pendidikan yang ber- kaitan
dengan perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan kegiatan pendidikan pada
tingkat satuan pendidikan, kabupaten/kota, provinsi atau nasional agar tercapai
efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pendidikan (PP No. 19 Tahun 2005 Bab 1
Pasal 1 Ayat 9).
Standar pembiayaan adalah standar nasional yang mengatur komponen dan
besarnya biaya operasi satuan pendidikan yang berlaku selama satu tahun ( PP No.
19 Tahun 2005 Bab 1 Pasal 1 Ayat 10).
Standar penilaian adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan
mekanisme, prosedur dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik (PP No.
19 Tahun 2005 Bab 1 Pasal 1 Ayat 11).
Keseluruhan standar nasional pendidikan tersebut di atas saling
memengaruhi antara satu dengan yang lainnya. Kesemuanya diharapkan saling
bersinergi dalam upaya peningkatan mutu pendidikan nasional di masa depan.
Standar proses pendidikan selaku standar pelaksanaan pembelajaran
memegang peranan yang sangat penting. Standar proses ini berlaku untuk jenjang
pendidikan dasar dan menengah pada jalur formal, baik pada sistem paket maupun
pada sistem kredit semester. Standar proses meliputi perencanaan proses
pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran dan
pengawasan proses pembelajaran untuk terlaksananya proses pembelajaran yang
efektif dan efisien.
Standar Proses 3

Untuk melihat kedudukan standar proses pendidikan diantara standar


nasional pendidikan lainnya, maka dapat digambarkan seperti berikut ini :

SI
SKL

PENGELOLAAN
PENDIDI PENILAI PEMBIAYAAN
K A

SPP

SARANA & PRASARANA

Gambar 4.1 Bagan Kedudukan Standar Proses Diantara Standar Lainnya

Dari penggambaran di atas, maka dapat di ketahui bahwa Standar proses


pendidikan adalah sentral kegiatan bagi semua standar lainnya dalam konsep
Standar Nasional Pendidikan. Standar kompetensi lulusan dan standar isi yang
telah dirumuskan dengan sempurna kemudian akan di tuangkan dalam bentuk
tindakan nyata dalam rangkaian kegiatan pembelajaran berdasar pada standar
proses pendidikan. Dan aktor utama yang mengarahkan dan mengendalikan
rutinitas kegiatan dalam standar proses pendidikan adalah seorang guru yang
diharapkan kompetensinya sesuai dengan standar pendidik dan tenaga
kependidikan, kegiatan selanjutnya adalah guru tersebut akan memberikan
penilaian kepada peserta didik dengan mengacu pada standar penilaian nasional.
3 Manajemen Pembelajaran Berbasis Standar Proses

Standar Isi, standar kompetensi lulusan, standar proses pendidikan, standar


pendidik dan tenaga kependidikan dan standar penilaian akan dapat terlaksana
dengan efektif dan efisien apabila satuan unit pelaksana pendidikan tersebut di
dukung oleh standar sarana dan prasarana serta terpenuhinya dana pendidikan yang
sesuai dengan standar pembiayaan. Dan yang terakhir, yang tidak kalah pentingnya
adalah adanya komitmen dari seluruh pihak sekolah untuk tetap konsisten dalam
menjalankan penyelenggaraan pendidikannya berdasar pada standar pengelolaan.

-oo0oo-
PERENCANAAN PROSES PEMBELAJARAN

5.1 PENDAHULUAN

A
da beberapa definisi tentang perencanaan yang rumusannya berbeda-
beda satu dengan yang lain. Menurut Terry dan Rue (2003: 9),
“perencanaan adalah menentukan tujuan-tujuan yang
hendak dicapai selama suatu masa yang akan datang dan apa yang harus diperbuat
agar dapat mencapai tujuan-tujuan itu.” Sedangkan menurut Winardi (2000: 229),
“perencanaan adalah karya mental serta intelektual yang diperlukan sebelum upaya
dan aktivitas fisikal dilaksanakan. Dari kedua definisi tersebut maka diketahui
bahwa penekanan pengertiannya diarahkan pada penentuan langkah awal yang
harus dilakukan sebelum pelaksanaan kegiatan lainnya dilakukan dalam rangka
pencapaian tujuan.”
Dari rumusan perencanaan tersebut maka dapatlah disimpulkan bahwa
perencanaan adalah suatu cara pemilihan dan penentuan langkah- langkah atau
cara-cara yang dapat dilakukan dengan didasarkan pada kemampuan intelektual
yang dimiliki sehingga menghasilkan suatu rancangan kerja di masa depan untuk
mewujudkan pencapaian tujuan yang diinginkan.
Menurut Torang (2014:168), ada enam pertanyaan mendasar yang harus
diajukan dalam mengefektifkan perencanaan, yaitu:
3 Manajemen Pembelajaran Berbasis Standar Proses

1. What action will be done? pertanyaan ini diindikasikan pada tipe-tipe aktivitas
yang akan dilakukan.
2. Why has the action to be done? pertanyaan ini diindikasikan pada aktivitas
yang mendesak (necessary activities) untuk dilakukan.
3. Where will the action be done? pertanyaan ini diindikasikan pada tempat
pelaksanaan aktivitas serta fasilitas pendukung.
4. When will the action be done? pertanyaan ini diindikasikan pada pertimbangan
penetapan waktu (awal dan akhir) pelaksanaan aktivitas.
5. Who will do the action? pertanyaan ini diindikasikan pada manusia (person)
yang ditugaskan dan bertanggung jawab melaksanakan aktivitas.
6. How will the action be done? pertanyaan ini diindikasikan pada ragam cara
menyelesaikan aktivitas. Pertanyaan ini sebenarnya ditujukan untuk mengecek
seluruh perencanaan untuk maksud penyempurnaan dan petunjuk untuk
mencapai tujuan.
Di samping enam pertanyaan dasar yang harus diajukan dalam me-
ngefektifkan perencanaan, ada juga delapan langkah dasar dalam mem- buat
perencanaan. Kedelapan langkah tersebut menurut Terry dalam Torang (2014:
169), sebagai berikut:
1. Clarify the problem (menjelaskan masalah); langkah ini dimaksudkan agar
masalah betul-betul dipahami. Oleh sebab itu, agar masalah mudah dipahami,
maka masalah harus: a). Divisualisasi dengan jelas, 2). Disederhanakan
(diringkas), 3) diamati dengan cermat (siapa tau masih membutuhkan
perbaikan), dan 4) membatasi masalah (apabila masalah dapat dibatasi maka
dapat dikatakan bahwa sudah 50 % masalah tersebut dapat dipecahkan atau
diselesaikan). Jangan mem- formulasikan perencanaan sebelum melakukan
keempat tahapan diatas.
2. Obtain complete information about the activities involved (memperoleh
informasi yang lengkap tentang aktivitas/pekerjaan yang akan dilakukan).
Pengenalan dan pengetahuan kita terhadap aktivitas/ pekerjaan yang akan
dilakukan sangat esensi dalam menetapkan
Perencanaan Proses 3

perencanaan. Begitupun terhadap efek atau dampak yang dapat ditimbulkan


dari aktivitas/pekerjaan baik efek ke dalam (internal) maupun efek keluar
(eksternal). Ada beberapa hal yang juga penting harus diingat adalah bahwa
pengetahuan dan pengalaman (hasil pengamatan, rekaman data/peristiwa dan
eksperimen) menentukan efektivitasnya perencanaan.
3. Analyze and classify the information (menganalisa dan meng- klasifikasikan
informasi). Setiap informasi sebaiknya diteliti ke- benarannya secara terpisah,
maupun hubungannya terhadap masing- masing informasi.
4. Establish planning premises (tetapkan perencanaan pendahuluan sebagai
langkah awal). Perencanaan awal (premises) akan menggambarkan latar
belakang, yang diasumsikan untuk dilaksanakan dan sekaligus merupakan
salah satu cara untuk memvalidasi perencanaan.
5. Determine alternate plans (tentukan alternatif rencana). Seperti biasanya, para
perencana membuat beberapa alternatif rencana dan berbagai macam
kemungkinan yang dapat terjadi dalam menyelesaikan pekerjaan yang harus
dilakukan. Kecakapan dan kreatifitas di- butuhkan dalam membuat
kemungkinan-kemungkinan perencanaan (possible plans).
6. Choose proposed plan (memilih perencanaan yang diusulkan). Pimpinan harus
mengambil keputusan terhadap rencana yang akan dipilih untuk diadopsi.
Pimpinan juga harus melakukan pertimbangan yang akurat, kemampuan
adaptasi dan faktor biaya. Pimpinan sebaiknya me- libatkan staff dalam
pengambilan keputusan tersebut.
7. Arrange detailed sequence and timing of propose plan (membuat schedule).
Membuat gambaran yang lengkap tentang dimana kegiatan yang telah
direncanakan sebaiknya dilaksanakan, siapa yang melaksanakan, serta kapan
waktu yang tepat kegiatan dilaksanakan.
8. Provide progress check-up to proposed plan (lakukan pengecekan).
Kesuksesan sebuah perencanaan diukur melalui hasil yang diperoleh. Oleh
sebab itu, hasil yang harus capai (result) merupakan suatu bagian yang harus
ada dalam sebuah perencanaan.
3 Manajemen Pembelajaran Berbasis Standar Proses

Perencanaan merupakan tahap awal dari semua kegiatan untuk itu


penyusunannya harus mempertimbangkan berbagai aspek, sebab kualitas hasil atau
pencapaian tujuan sangat bergantung pada kematangan perencanaan. Perencanaan
proses pembelajaran terkait dengan penentuan langkah awal kegiatan sebelum
pelaksanaan pembelajaran dilakukan.
Menurut Aunurrahman (2009: 34), “pembelajaran adalah suatu sistem yang
bertujuan untuk membantu proses belajar siswa, yang berisi serangkaian peristiwa
yang dirancang, disusun, sedemikian rupa untuk mendukung dan memengaruhi
terjadinya proses belajar siswa yang bersifat internal.”
Sedangkan menurut Sagala (2008: 142), “perencanaan pembelajaran pada
prinsipnya meliputi: (1) menetapkan apa yang mau dilakukan oleh guru, kapan dan
bagaimana cara melakukannya dalam implementasi pembelajaran, (2) membatasi
sasaran atas dasar tujuan instruksional khusus dan menetapkan pelaksanaan kerja
untuk mencapai hasil yang maksimal melalui proses penentuan target
pembelajaran, (3) me- ngembangkan alternatif-alternatif yang sesuai dengan
strategi pem- belajaran, (4) mengumpulkan dan menganalisis informasi yang
penting untuk mendukung kegiatan pembelajaran dan (5) mempersiapkan dan
mengkomunikasikan rencana-rencana dan keputusan-keputusan yang berkaitan
dengan pembelajaran kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Jika prinsip-prinsip
ini terpenuhi, secara teoritik perencanaan pembelajaran itu akan memberi
penegasan untuk mencapai tujuan sesuai skenario yang disusun.”
Perencanaan proses pembelajaran berbasis standar proses pen- didikan
meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang memuat
identitas mata pelajaran, standar kompetensi (SK), kompe- tensi dasar (KD),
indikator pencapaian kompetensi, tujuan pembelajaran, materi ajar, alokasi waktu,
metode pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian hasil belajar, dan sumber
belajar.
Pada penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) masih terdapat
guru yang melakukan kesalahan dalam pemetaan SK-KD.
Perencanaan Proses 3

Sehingga kesalahan tersebut harus diperbaiki sebab kesalahan pada pe- rencanaan
pembelajaran akan berdampak pada pelaksanaan pembelajaran atau dengan kata
lain kesalahan tersebut akan memengaruhi pencapaian tujuan pembelajaran.
Sejalan dengan pendapat di atas, Hakiim (2008:9) mengemukakan bahwa
“perencanaan pembelajaran dirumuskan lalu dilaksanakan oleh guru maupun siswa
dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan tertentu. Perencanaan
pembelajaran merupakan perencanaan terhadap apa yang hendak dicapai.”
Pembelajaran yang baik akan terjadi apabila dilaksanakan sesuai standar
proses pendidikan. Standar proses pendidikan harus menjadi patokan guru dalam
merancang perencanaan pembelajarannya agar tercipta perencanaan pembelajaran
yang baik dan tepat. Perencanaan pem- belajaran menjadi unsur utama yang
menentukan kualitas pelaksanaan pembelajaran di kelas.

5.2 PERUMUSAN SILABUS


Silabus sebagai acuan pengembangan RPP memuat identitas mata pelajaran atau
tema pelajaran, SK, KD, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator
pencapaian kompetensi, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar. Silabus
dikembangkan oleh satuan pendidikan berdasarkan Standar Isi (SI) dan Standar
Kompetensi Lulusan (SKL), serta panduan penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP). Dalam pelaksanaannya, pengembangan silabus dapat
dilakukan oleh para guru secara mandiri atau berkelompok dalam sebuah sekolah
/madrasah atau beberapa sekolah, kelompok Musyawarah Guru Mata Pelajaran
(MGMP) atau Pusat Kegiatan Guru (PKG), dan Dinas Pendidikan. Pengembangan
silabus disusun di bawah supervisi dinas kabupaten/kota yang bertanggung jawab
di bidang pendidikan untuk SD dan SMP, dan dinas provinsi yang bertanggung
jawab di bidang pendidikan untuk SMA dan SMK, serta departemen yang
menangani urusan pemerintahan di bidang agama untuk MI, MTs, MA, dan MAK.
4 Manajemen Pembelajaran Berbasis Standar Proses

Menurut Kunandar (2009: 243) Silabus merupakan uraian yang lebih rinci
mengenai kompetensi dasar, materi standar dan hasil belajar yang harus dimiliki
oleh peserta didik sehubungan dengan suatu mata pelajaran.”
Perumusan silabus menjadi sangat penting karena merupakan awal
penentuan arah pelaksanaan pembelajaran. Setiap guru wajib melakukan
pengembangan silabus pada setiap mata pelajarannya agar kompetensi yang akan
diajarkan jelas, kegiatan pembelajarannya juga terarah dan pe- ngukuran tingkat
pencapaian kompetensi siswa juga jelas.

5.3 PERUMUSAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN


(RPP)
RPP dijabarkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan belajar peserta didik
dalam upaya mencapai KD. Setiap guru pada satuan pendidikan berkewajiban
menyusun RPP secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung
secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, me- motivasi peserta didik
untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,
kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik
serta psikologis peserta didik.
RPP disusun untuk setiap KD yang dapat dilaksanakan dalam satu kali
pertemuan atau lebih. Guru merancang penggalan RPP untuk setiap pertemuan
yang disesuaikan dengan penjadwalan di satuan pendidikan.
Komponen RPP adalah:
1. Identitas Mata Pelajaran
Identitas mata pelajaran, meliputi: satuan pendidikan, kelas, semester,
program/program keahlian, mata pelajaran atau tema pelajaran, jumlah
pertemuan.
2. Standar Kompetensi
Standar kompetensi merupakan kualifikasi kemampuan minimal peserta didik
yang menggambarkan penguasaan pengetahuan, sikap,
Perencanaan Proses 4

dan keterampilan yang diharapkan dicapai pada setiap kelas dan/atau semester
pada suatu mata pelajaran.
3. Kompetensi Dasar
Kompetensi dasar adalah sejumlah kemampuan yang harus dikuasai peserta
didik dalam mata pelajaran tertentu sebagai rujukan pe- nyusunan indikator
kompetensi dalam suatu pelajaran.
4. Indikator Pencapaian Kompetensi
Indikator kompetensi adalah perilaku yang dapat diukur dan/atau diobservasi
untuk menunjukkan ketercapaian kompetensi dasar tertentu yang menjadi
acuan penilaian mata pelajaran. Indikator pencapaian kompetensi dirumuskan
dengan menggunakan kata kerja opera- sional yang dapat diamati dan diukur,
yang mencakup pengetahuan, sikap, dan keterampilan.
5. Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran menggambarkan proses dan hasil belajar yang
diharapkan dicapai oleh peserta didik sesuai dengan kompetensi dasar.
6. Materi Ajar
Materi ajar memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan, dan
ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator pencapaian
kompetensi.
7. Alokasi Waktu
Alokasi waktu ditentukan sesuai dengan keperluan untuk pencapaian KD dan
beban belajar.
8. Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran digunakan oleh guru untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik mencapai kompetensi
dasar atau seperangkat indikator yang telah ditetapkan. Pemilihan metode
pembelajaran disesuaikan dengan situasi dan kondisi peserta didik, serta
karakteristik dari setiap indikator dan kompetensi yang hendak dicapai pada
setiap mata pelajaran.
4 Manajemen Pembelajaran Berbasis Standar Proses

9. Kegiatan pembelajaran
a. Pendahuluan. Pendahuluan merupakan kegiatan awal dalam suatu
pertemuan pembelajaran yang ditujukan untuk membangkitkan motivasi
dan memfokuskan perhatian peserta didik untuk ber- partisipasi aktif
dalam proses pembelajaran.
b. Inti. Kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk men- capai KD.
Kegiatan pembelajaran dilakukan secara interaktif, inspiratif,
menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi
aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan
kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta
psikologis peserta didik. Kegiatan ini dilakukan secara sistematis dan
sistemik melalui proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi.
c. Penutup. Penutup merupakan kegiatan yang dilakukan untuk me- ngakhiri
aktifitas pembelajaran yang dapat dilakukan dalam bentuk rangkuman
atau kesimpulan, penilaian dan refleksi, umpan balik, dan tindaklanjut.
d. Penilaian Hasil Belajar. Prosedur dan instrumen penilaian proses dan
hasil belajar disesuaikan dengan indikator pencapaian kom- petensi dan
mengacu kepada Standar Penilaian.
e. Sumber Belajar. Penentuan sumber belajar didasarkan pada standar
kompetensi dan kompetensi dasar, serta materi ajar, kegiatan pembelajaran,
dan indikator pencapaiankompetensi.
Prinsip-Prinsip Penyusunan RPP
1. Memperhatikan Perbedaan Individu Peserta Didik
RPP disusun dengan memperhatikan perbedaan jenis kelamin, ke- mampuan
awal, tingkat intelektual, minat, motivasi belajar, bakat, potensi, kemampuan
sosial, emosi, gaya belajar, kebutuhan khusus, kecepatan belajar, latar
belakang budaya, norma, nilai, dan/atau lingkungan peserta didik.
2. Mendorong Partisipasi Aktif Peserta Didik
Proses pembelajaran dirancang dengan berpusat pada peserta didik untuk
mendorong motivasi, minat, kreativitas, inisiatif, inspirasi, kemandirian, dan
semangat belajar.
Perencanaan Proses 4

3. Mengembangkan Budaya Membaca dan Menulis


Mengembangkan budaya membaca dan menulis Proses pembelajaran
dirancang untuk mengembangkan kegemaran membaca, pemahaman beragam
bacaan, dan berekspresi dalam berbagai bentuk tulisan.
4. Memberikan Umpan Balik dan Tindak Lanjut
RPP memuat rancangan program pemberian umpan balik positif, pe- nguatan,
pengayaan, dan remedi.
5. Keterkaitan dan Keterpaduan
RPP disusun dengan memperhatikan keterkaitan dan keterpaduan antara SK,
KD, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian
kompetensi, penilaian, dan sumber belajar dalam satu keutuhan pengalaman
belajar. RPP disusun dengan mengako- modasikan pembelajaran tematik,
keterpaduan lintas mata pelajaran, lintas aspek belajar, dan keragaman budaya.
6. Menerapkan Teknologi Informasi dan Komunikasi
RPP disusun dengan mempertimbangkan penerapan teknologi informasi dan
komunikasi secara terintegrasi, sistematis, dan efektif sesuai dengan situasi
dan kondisi.
Dari hasil penelitian yang pernah penulis lakukan pada salah satu sekolah
menunjukkan bahwa perumusan RPP yang disusun guru masih ada yang belum
berdasarkan standar proses sebab terdapat kesalahan dalam pemetaan Standar
kompetensi dan kompetensi dasar di mana ada dua Kompetensi Dasar yang
digabungkan dan untuk semua indikator pada Kompetensi Dasar tersebut juga
digabungkan tetapi ada beberapa indikator yang tidak dicantumkan pada RPP
tersebut.
Menurut Harjanto (2006: 22), “perencanaan dapat menolong pen- capaian
suatu sasaran secara lebih ekonomis, tepat waktu dan memberi peluang untuk lebih
mudah dikontrol dan dimonitor dalam pe- laksanaannya.”
Pembelajaran atau pengajaran adalah untuk membelajarkan murid. Dalam
pengertian ini secara implisit dalam pengajaran terdapat kegiatan memilih,
menetapkan, mengembangkan metode untuk mencapai hasil pengajaran yang
diinginkan. Pemilihan, penetapan dan pengembangan
4 Manajemen Pembelajaran Berbasis Standar Proses

metode ini didasarkan pada kondisi pengajaran yang ada. Kegiatan ini pada
dasarnya merupakan inti dari perencanaan pembelajaran. Perlunya perencanaan
pembelajaran dimaksudkan agar dapat dicapai perbaikan pembelajaran. Upaya
perbaikan pembelajaran ini dilakukan dengan asumsi sebagai berikut (Rivai dan
Murni, 2009: 107):
a. Untuk memperbaiki mutu pembelajaran perlu diawali dengan pe- rencanaan
pembelajaran yang diwujudkan dengan adanya desain pembelajaran.
b. Untuk merancang suatu pembelajaran perlu menggunakan pendekatan sistem.
c. Perencanaan desain pembelajaran diacukan pada bagaimana seorang belajar.
d. Untuk merencanakan suatu desain pembelajaran diacukan pada murid secara
perorangan.
e. Pembelajaran yang dilakukan akan bermuara pada ketercapaian tujuan
pembelajaran, dalam hal ini akan ada tujuan langsung pembelajaran dan tujuan
pengiring dari pembelajaran
f. Sasaran akhir dari perencanaan desain pembelajaran adalah mudahnya murid
untuk belajar.
g. Perencanaan pembelajaran harus melibatkan semua variabel pem- belajaran.
h. Inti dari desain pembelajaran yang dibuat adalah penetapan metode
pembelajaran yang optimal untuk mencapai tujuan yang ditetapkan.
Rencana pelaksanaan pembelajaran sebagai ujung tombak dalam
pelaksanaan proses pembelajaran harus disusun sebaik mungkin dan tanpa ada
kesalahan. Hal tersebut dikarenakan rencana pelaksanaan pem- belajaran dapat
pula dijadikan pengukuran tingkat efektifitas pelaksanaan proses pembelajaran
yang dilaksanakan oleh guru sehingga setiap saat diketahui ketepatan dan
kelambatan cara kerja guru.

-oo0oo-
PELAKSANAAN PROSES PEMBELAJARAN

6.1 PENDAHULUAN

D
alam kamus Bahasa Indonesia oleh Poerwadarminta (1986: 553)
mengemukakan bahwa Pelaksana adalah orang yang me- ngerjakan
atau melakukan rencana yang telah disusun.
Sedangkan pelaksanaan adalah perihal (perbuatan, usaha), melaksanakan
rancangan.
Berdasarkan batasan yang dikemukakan oleh Poerwadarminta diatas maka
dapat dibedakan antara pengertian pelaksana yaitu orang yang melaksanakan
dengan pelaksanaan yaitu perbuatan yang dilakukan oleh pelaksana. Selanjutnya
menurut Sastropoerto (1982: 193) yang me- ngemukakan pengertian pelaksanaan
sebagai suatu usaha atau kegiatan tertentu yang dilakukan untuk mewujudkan
rencana atau program dalam kenyataannya.
Menurut Mulyasa (2008: 180), pada umumnya pelaksanaan pembelajaran
mencakup tiga kegiatan, yakni pembukaan, pembentukan kompetensi dan penutup.
Sedangkan Pelaksanaan pembelajaran berbasis standar proses pendidikan terdiri
atas tiga elemen yang selanjutnya dijelaskan berikut ini.
4 Manajemen Pembelajaran Berbasis Standar Proses

6.2 PERSYARATAN PELAKSANAAN PROSES PEMBELAJARAN


Sebelum suatu lembaga pendidikan menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar
maka terdapat sejumlah persyaratan yang harus dipenuhi, yaitu :

1. Rombongan Belajar
Jumlah maksimal peserta didik setiap rombongan belajar adalah:
a. SD/MI : 28 peserta didik
b. SMP/MT : 32 peserta didik
c. SMA/MA : 32 peserta didik
d. SMK/MAK : 32 peserta didik
Kelas yang jumlah peserta didiknya banyak sulit untuk dikelola. Jumlah peserta
dalam satu kelas di SLTA yang mencapai rata-rata 40 orang peserta didik dan
perguruan tinggi yang kadang-kadang mencapai 45 orang peserta didik merupakan
masalah tersendiri dalam pengelolaan kelas (Yamin & Maisah, 2009: 74)
Kelas dengan jumlah peserta didik yang melebihi standar proses akan
menyulitkan guru dalam memberikan perhatian dan bimbingan pada siswa.
Sehingga pada akhirnya kondisi kelas tidak dapat dikontrol dan pencapaian
kompetensi siswa akan berada jauh di bawah standar kriteria ketuntasan minimal.

2. Beban Kerja Minimal Guru


a. Beban kerja guru mencakup kegiatan pokok yaitu merencanakan
pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, menilai hasil pembelajaran,
membimbing dan melatih peserta didik, serta melaksanakan tugas tambahan;
b. Beban kerja guru sebagaimana dimaksud pada huruf a di atas adalah sekurang-
kurangnya 24 (dua puluh empat) jam tatap muka dalam 1 (satu) minggu.
Sudah menjadi rahasia umum bahwa di sejumlah sekolah pe- laksanaan
beban kerja minimal guru belum berbasis standar proses, hal
Pelaksanaan Proses 4

tersebut terlihat dari masih ada guru yang jam kerjanya kurang dari 24 jam
seminggu.
Guru harus mematuhi berbagai peraturan dan tata tertib secara konsisten,
atas kesadaran profesional, karena mereka bertugas untuk men- disiplinkan para
peserta didik di sekolah, terutama dalam pembelajaran. Oleh karena itu, dalam
menanamkan disiplin guru harus memulai dari dirinya sendiri, dalam berbagai
tindakan dan perilakunya (Yamin & Maisah, 2009: 105).
Menurut Djamarah (2002: 73), secara keseluruhan guru adalah figur yang
menarik perhatian semua orang, entah dalam keluarga, dalam masyarakat atau di
sekolah. Tidak ada seorangpun yang tidak mengenal guru, hal ini dikarenakan figur
guru itu bermacam-macam seperti guru silat, guru mengaji, guru mata pelajaran
dan lain-lain. Menurut Yamin dan Maisah (2009: 103), guru harus mampu
memaknai pembelajaran serta menjadikan pembelajaran sebagai ajaran
pembentukan kompetensi dan perbaikan kualitas peserta didik, untuk itu dalam diri
guru terdapat sejumlah peran yang melekat padanya, yaitu:
a. Guru sebagai sumber belajar
Sebagai sumber belajar dalam proses pembelajaran hendaknya guru
melakukan hal-hal sebagai berikut:
1) Sebaiknya guru memiliki bahan referensi yang lebih banyak dibandingkan
dengan siswa. Hal ini untuk menjaga agar guru memiliki pemahaman
yang lebih baik tentang materi yang akan dikaji bersama siswa. Dalam
perkembangan teknologi informasi yang sangat cepat, bisa bisa terjadi
siswa lebih “pintar” dibandingkan guru dalam hal penguasaan informasi.
Oleh sebab itu, untuk menjaga agar guru tidak ketinggalan informasi,
sebaiknya guru memiliki bahan-bahan referensi yang lebih banyak
dibandingkan siswa.
2) Guru dapat menunjukkan sumber belajar yang dapat dipelajari oleh siswa
yang biasanya memiliki kecepatan belajar diatas rata- rata siswa lain.
Siswa yang demikian perlu diberikan perlakukan
4 Manajemen Pembelajaran Berbasis Standar Proses

khusus, misalnya dengan memberikan bahan pengayaan dengan


menunjukkan sumber belajar yang berkenaan dengan materi pelajaran.
3) Guru perlu melakukan pemetaan tentang materi pelajaran, misalnya
dengan menentukan materi inti (core), yang wajib dipelajari siswa, mana
materi tambahan, mana yang harus diingat kembali dan lain sebagainya.
b. Guru sebagai pendidik
Guru adalah pendidik, yang menjadi tokoh, panutan dan identifikasi bagi para
peserta didik dan lingkungannya. Oleh karena itu, guru harus memiliki standar
kualitas pribadi tertentu yang mencakup tanggung jawab, wibawa, mandiri dan
disiplin. Guru yang tidak menjalankan beban kerjanya dengan baik berarti
melanggar komitmen sebagai guru yang profesional.
Berkaitan dengan tanggung jawab, guru harus mengetahui nilai, norma moral,
dan sosial serta berusaha berperilaku dan berbuat sesuai dengan nilai dan
norma tersebut. Guru juga harus bertanggung jawab terhadap segala
tindakannya dalam pembelajaran disekolah dan dalam kehidupan
bermasyarakat.
c. Guru sebagai pembelajar
Dengan perkembangan teknologi informasi yang tumbuh sangat cepat, maka
hal itu menggeser fungsi guru dalam proses pembelajaran, saat ini guru tidak
lagi menjadi sumber belajar utama sebab telah hadir sejumlah media terutama
media online yang menyajikan materi pelajaran yang lebih mudah diakses dan
dengan tampilan yang lebih menarik.
Untuk itu, terdapat sejumlah hal yang perlu dilakukan guru dalam
pembelajaran menurut Yamin dan Maisah (2009: 107), yaitu
1) Membuat ilustrasi, pada dasarnya ilustrasi menghubungkan sesuatu yang
sedang dipelajari peserta dengan sesuatu yang telah diketahuinya dan pada
waktu yang sama memberikan tambahan pengalaman kepada mereka.
Pelaksanaan Proses 4

2) Mendefinisikan, meletakkan sesuatu yang dipelajari secara jelas dan


sederhana dengan menggunakan latihan dan pengalaman serta pengertian
yang dimiliki oleh peserta didik.
3) Menganalisis, membahas masalah yang telah dipelajari bagian demi
bagian.
4) Mensintesis, mengembalikan bagian-bagian yang telah dibahas ke dalam
suatu konsep yang utuh sehingga memiliki arti, hubungan antar bagian
yang satu dengan yang lain tampak jelas dan setiap masalah tetap
berhubungan keseluruhan yang lebih besar.
5) Bertanya, mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang berarti dan tajam agar
apa yang dipelajari menjadi lebih jelas, seperti yang dilakukan Socrates.
6) Merespon, merekasi atau menanggapi pertanyaan peserta didik.
Pembelajaran akan lebih efektif jika guru dapat merespon setiap
pertanyaan peserta didik.
7) Mendengarkan, memahami peserta didik, dan berusaha me-
nyederhanakan setiap masalah, serta membuat kesulitan nampak jelas baik
bagi guru maupun peserta didik.
8) Mencipt akan kepercayaan, peserta didik akan memberikan kepercayaan
terhadap keberhasilan guru dalam pembelajaran dan pembentukan
kompetensi dasar.
9) Memberikan pandangan yang bervariasi, melihat bahan yang dipelajari
dari berbagai sudut pandang dan melihat masalah dalam kombinasi yang
bervariasi.
10) Menyediakan media untuk mengkaji materi standar, memberikan
pengalaman yang bervariasi melalui media pembelajaran dan sumber
belajar yang berhubungan dengan materi standar.
11) Menyesuaikan metode pembelajaran, menyesuaikan metode pem-
belajaran dengan kemampuan dan tingkat perkembangan peserta didik
serta menghubungkan materi baru dengan sesuatu yang telah dipelajari.
12) Memberikan nada penasaran, membuat pembelajaran menjadi lebih
bermakna dan hidup melalui antusias dan semangat.
5 Manajemen Pembelajaran Berbasis Standar Proses

d. Guru sebagai pembimbing


Blocher dalam Kartadinata dan Ahman (2007:83), memiliki asumsi dasar
tentang bimbingan perkembangan, yaitu: perkembangan individu akan
berlangsung dalam interaksi yang sehat antara individu dengan lingkungannya.
Asumsi ini membawa dua implikasi pokok bagi pelaksanaan bimbingan di
sekolah:
1) Perkembangan adalah tujuan bimbingan; oleh karena itu para para petugas
bimbingan di sekolah perlu memiliki suatu kerangka berfikir konseptual
untuk memahami perkembangan siswa sebagai dasar perumusan isi dan
tujuan bimbingan.
2) Interaksi yang sehat merupakan suatu iklim perkembangan yang harus
dikembangkan oleh petugas bimbingan. Oleh karena itu petugas
bimbingan perlu menguasai pengetahuan dan ke- terampilan khusus untuk
mengembangkan interaksi yang sehat sebagai pendukung sistem
peluncuran bimbingan di sekolah.
Terdapat sepuluh (10) model bimbingan menurut sejumlah ahli dalam bukunya
Kartadinata dan Ahman (2007: 81), model-model tersebut dapat dilihat dalam
tabel berikut:
Tabel 6.1 .Model-Model Bimbingan

Jenis-jenis Model Bimbingan Maksudnya


Model Parson Parson berpendapat bahwa bimbingan
merupakan kesepadanan (match) antara
jabatan dengan individu. Fokus bimbingan
adalah diagnosis dan studi kasus yang
dikombinasikan dengan analisis jabatan
dengan mengabaikan kepedulian pribadi
lainnya.
Bimbingan sebagai Model ini berpendapat bahwa pendidikan
pendidikan memiliki kesamaan dengan bimbingan di
sekolah, yaitu sama-sama mengembangkan
kemampuan akademik siswa
Pelaksanaan Proses 5

Tabel 6.1 Model- Model Bimbingan (Lanjutan)


Jenis-jenis Model Bimbingan Maksudnya
Bimbingan sebagai distribusi Model ini dibangun dari peningkatan
penerimaan bimbingan jabatan dan
pendidikan menitikberatkan pada distribusi.
Siswa dibantu untuk menemukan peluang
pendidikan dan jabatan secara memadai.
Distribusi dan penempatan dipandang
sebagai penyesuaian utama terhadap
individual.
Bimbingan sebagai Pengukuran dan tes dalam mempelajari
proses klinis perbedaan individual merupakan bagian
penting dalam model bimbingan yang
menggunakan pendekatan klinis. Bertolak dari
data ilmiah yang dukumpulkan melalui
instrumen yang standar, konselor lebih
menggunakan pendekatan konseling yang
direktif.

Bimbingan sebagai Model ini memandang bahwa bimbingan


pengambilan keputusan merupakan proses membantu individu untuk
melakukan pengambilan keputusan.

Bimbingan sebagai Elektisisme dalam bimbingan


elektisisme dan serangkaian menitikberatkan pada berbagai teknik atau
layanan metoda untuk membantu individu. Sejumlah
layanan dalam model ini adalah: (1) layanan
informasi, (2) layanan
analisis siswa, (3) layanan konseling, (4)
layanan penempatan dan rujukan, dan
(5) layanan evaluasi serta tindak lanjut.
Bimbingan dipandang sebagai konseling,
koordinasi, dan konsultasi (3’K). Layanan
bimbingan ditempatkan dalam konteks untuk
memberikan dukungan terhadap sistem
pendidikan yang tengah berlangsung.
5 Manajemen Pembelajaran Berbasis Standar Proses

Tabel 6.1 Model-Model Bimbingan (Lanjutan)


Jenis-jenis Model Bimbingan Maksudnya
Bimbingan sebagai Bimbingan dalam model perkembangan
perkembangan dipandang sebagai perkembangan sepanjang
kehidupan, yang dirancang untuk
mempermudah perkembangan sosial-pribadi,
pendidikan dan penentuan pilihan jabatan.

Bimbingan sebagai Model ini memungkinkan konselor sebagai


ativisme sosial kekuatan aktif dalam membentuk lingkungan
sosial dari siswa. Konselir menjadi katalisator
dalam kebudayaan.
Bimbingan sebagai Model ini memadukan pentingnya
pendidikan psikologis pengambilan keputusan dalam pengajaran
langsung bagi pengembangan kepribadian
siswa. Model ini dipandang sebagai intervensi
pendidikan dengan perhatian khusus untuk
meningkatkan kompetensi psikologis dan
pribadi.
Bimbingan sebagai sistem Model ini memandang bahwa bimbingan
sebagai infrasistem dalam menganalisis,
merumuskan tujuan dan prosedur sebagai
sistem, evaluasi dan kegunaannya.

Peran guru sebagai pembimbing diartikan sebagai penunjuk arah bagi peserta
didik. Guru adalah sosok yang dapat memberitahukan jalan mana yang terbaik
bagi masa depan peserta didiknya, dengan pe- ngalaman dan pengetahuan
yang dimiliki seorang Guru maka men- jadikan dirinya sebagai navigator yang
terbaik dalam menentukan langkah yang harus ditempuh siswanya agar
mereka memiliki kompetensi yang bermanfaat bagi diri siswanya di masa
depan.
e. Guru sebagai pelatih
Proses pendidikan dan pembelajaran memerlukan latihan ke- terampilan baik
intelektual maupun motorik sehingga menuntut guru untuk bertindak sebagai
pelatih. Pelatihan yang dilakukan, di samping
Pelaksanaan Proses 5

harus mampu memperhatikan perbedaan individual peserta didik dan


lingkungannya. Untuk itu guru harus banyak tahu meskipun tidak mencakup
semua hal secara sempurna, karena hal itu tidaklah mungkin.
f. Guru sebagai penasehat
Guru adalah seorang penasehat bagi peserta didik, bahkan bagi orang tua,
meskipun mereka tidak memiliki latihan khusus sebagai pe- nasehat dan dalam
beberapa hal tidak dapat berharap untuk me- nasehati orang. Banyak guru
cenderung menganggap bahwa konseling terlalu banyak membicarakan klien,
seakan akan berusaha untuk me- ngatur kehidupan orang dan oleh karenanya
mereka tidak senang me- laksanakan fungsi ini. Padahal menjadi guru pada
tingkat manapun berarti menjadi penasehat dan menjadi orang kepercayaan,
kegiatan pembelajaran meletakkannya pada posisi tersebut.
g. Guru sebagai agen pembaharu (inovator)
Guru sebagai agen perubahan akan mengubah dirinya sendiri senjadi
seseorang yang bertindak secara professional, guru yang mengubah siswanya
menjadi siswa yang berkarakter, dan guru yang mengubah proses
pembelajaran menjadi lebih berkualitas dan bermakna.
h. Guru sebagai model atau teladan
Guru merupakan model atau teladan bagi peserta didik dan semua orang yang
menganggap dia sebagai guru. Terdapat kecendrungan yang besar untuk
menganggap bahwa peran ini tidak mudah untuk ditentang apalagi ditolak.
Sebagai teladan tentu saja pribadi dan apa yang dilakukan guru akan mendapat
sorotan peserta didik serta orang disekitar lingkungannya yang menganggap
atau mengakuinya sebagai guru. Sehubungan itu, beberapa hal di bawah ini
perlu mendapat perhatian dan perlu didiskusikan oleh para guru.
1) Sikap dasar; postur psikologis yang akan nampak dalam masalah- masalah
penting, seperti keberhasilan, kegagalan, pembelajaran, kebenaran,
hubungan antar manusia, agama, pekerjaan, permainan dan diri.
5 Manajemen Pembelajaran Berbasis Standar Proses

2) Bicara dan gaya bicara; penggunaan bahasa sebagai alat pikir.


3) Kebiasaan bekerja; gaya yang dipakai oleh seseorang dalam bekerja yang
ikut mewarnai kehidupannya.
4) Sikap melalui pengalaman dan kesalahan; pengertian hubungan antara
luasnya pengalaman dan nilai serta tidak mungkinnya mengelak dari
kesalahan.
5) Pakaian; merupakan perlengkapan pribadi yang amat penting dan
menampakkan ekspresi seluruh kepribadian.
6) Hubungan kemanusiaan; diwujudkan dalam semua pergaulan manusia,
intelektual, moral, keindahan, terutama bagaimana ber- perilaku.
7) Proses berpikir; cara yang digunakan oleh pikiran dalam meng- hadapi
dan memecahkan masalah.
8) Perilaku neuritis; suatu pertahanan yang dipergunakan untuk melindungi
diri dan bisa juga untuk menyakiti orang lain.
9) Selera; pilihan yang secara jelas merefleksikan nilai-nilai yang dimiliki
oleh pribadi yang bersangkutan.
10) Keputusan; keterampilan rasional dan intuitif yang dipergunakan untuk
menilai setiap situasi.
11) Kesehatan; kualitas tubuh, pikiran dan semangat yang me- refleksikan
kekuatan, perspektif, sikap tenag, antusias dan semangat hidup.
12) Gaya hidup secara umum; apa yang dipercaya oleh seseorang tentang
setiap aspek kehidupan dan tindakan untuk mewujudkan kepercayaan itu.
Status sebagai guru menjadikan seseorang harus siap sebagai cerminan dari
hal-hal positif dan diharuskan bebas dari kesalahan atau setidaknya harus
meminimalisir kesalahan yang dilakukan. Guru tidak hanya diharapkan mampu
memberikan materi ajar dengan baik tetapi juga sumber contoh berperilaku yang
baik di tengah-tengah masyarakat.
Pelaksanaan Proses 5

3. Buku Teks Pelajaran


a. Buku teks pelajaran yang akan digunakan oleh sekolah/madrasah
dipilih melalui rapat guru dengan pertimbangan komite sekolah
/madrasah dari buku-buku teks pelajaran yang ditetapkan oleh Menteri;
b. Rasio buku teks pelajaran untuk peserta didik adalah 1 : 1 per mata
pelajaran;
c. Selain buku teks pelajaran, guru menggunakan buku panduan guru, buku
pengayaan, buku referensi dan sumber belajar lainnya;
d. Guru membiasakan peserta didik menggunakan buku-buku dan sumber
belajar lain yang ada di perpustakaan sekolah/madrasah.
Dalam proses pembelajaran yang dianggap modern sesuai tuntutan standar
proses pendidikan dan sesuai dengan perkembangan ilmu pe- ngetahuan dan
tekhnologi khususnya teknologi informasi, maka sebaiknya guru memanfaatkan
sumber-sumber lain selain buku. Hal ini penting sebab penggunaan salah satu
sumber tertentu saja, akan membuat pengetahuan siswa terbatas dari satu sumber
yang ditetapkan itu (Sanjaya, 2010: 175).
Masih menurut Sanjaya (2010: 176), mengatakan bahwa: “yang menjadi
bahan pelajaran diantaranya adalah buku-buku, majalah, koran, dan bahan cetak
lainnya, transparansi yang telah berisi pesan yang akan disampaikan, film slide,
foto, gambar dan lain sebagainya.”
Sedangkan menurut Yamin dan Maisah (2009: 74), mengatakan bahwa:
“jumlah buku yang kurang atau alat lain yang tidak sesuai dengan jumlah peserta
didik yang membutuhkannya akan menimbulkan masalah pengelolaan kelas.”
Buku teks pelajaran adalah salah satu sumber belajar, siswa yang tidak
menggunakan buku teks pelajaran maka berarti pula kehilangan salah satu sumber
belajarnya. Dengan tidak menggunakan buku teks pelajaran di kelas maka akan
menghambat siswa dalam memahami materi yang disajikan guru. Gurupun akan
kesulitan dalam mengajarkan materinya sebab daya ingat siswa sangat terbatas
sehingga muncul
5 Manajemen Pembelajaran Berbasis Standar Proses

kekhwatiran siswa tidak akan mampu mengingat kembali apa yang telah diajarkan.

4. Pengelolaan Kelas
Menurut Saud (2009: 69), pengelolaan kelas adalah keterampilan guru
menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan me-
ngembalikannya apabila terjadi gangguan proses belajar mengajar. Tujuan dan
prinsip-prinsip keterampilan mengelola kelas, yaitu:
Tabel 6.2 Tujuan dan Prinsip Mengelola Kelas

Tujuan keterampilan Prinsip-prinsip keterampilan


mengelola kelas mengelola kelas
1. Mendorong siswa 1. Memodifikasi tingkah laku. Guru
mengembangkan hendaknya menganalisis tingkah
mengembangkan tingkah laku siswa yang mengalami masalah
lakunya sesuai tujuan dan memodifikasi tingkah laku
pembelajaran. tersebut dengan mengaplikasikan
2. Membantu siswa menghentikan pemberian penguatan secara
tingkah lakunya yang sistematis.
menyimpang dari tujuan 2. Guru dapat menggunakan
pembelajaran. pendekatan pemecahan masalah
3. Mengendalikan siswa dan sarana kelompok dengan cara :
pembelajaran dalam suasana memperlancar tugas-tugas,
pembelajaran yang menyenangkan memelihara kegiatan kelompok,
untuk mencapai tujuan memelihara semangat siswa, dan
pembelajaran. menangani konflik yang timbul.
4. Membina hubungan 3. Menemukan dan memecahkan
interpersonal yang baik antara tingkah laku yang menimbulkan
guru dengan siswa dan siswa masalah. Guru dapat
dengan siswa sehingga kegiatan menggunakan seperangkat cara
pembelajaran menjadi efektif. untuk mengendalikan tingkah laku
keliru yang muncul, dan ia
mengetahui sebab-sebab dasar
yang mengakibatkan
ketidakpatutan tingkahlaku
tersebut serta berusaha untuk
menemukan pemecahannya.
Pelaksanaan Proses 5

Indikator-indikator pengelolaan kelas berbasis standar proses pendidikan


adalah sebagai berikut:
a. Pengelolaan kelas dimaksudkan bahwa Guru mengatur tempat duduk sesuai
dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran, serta aktivitas
pembelajaran yang akan dilakukan;
Tetapi pada kenyataannya di sekolah masih ada guru yang tidak mengatur
tempat duduk sesuai dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran
serta aktivitas pembelajaran yang akan dilakukan.
Yang juga harus diperhatikan dalam penataan ruang kelas adalah desain
tempat duduk siswa. Pembelajaran berorientasi aktivitas siswa yang
menghendaki siswa aktif dalam belajar, sebaiknya tempat duduk tidak bersifat
statis, tetapi seharusnya dinamis. Artinya tempat duduk didesain agar dapat
dipindah-pindahkan sehingga bisa digunakan sesuai dengan kebutuhan
pembelajaran (Sanjaya, 2010: 145).
Ada beberapa bentuk formasi tempat duduk yang dapat digunakan sesuai
dengan kebutuhan. Apabila pengajaran itu akan ditempuh dengan cara
berdiskusi, maka formasi tempat duduknya sebaiknya berbentuk melingkar.
Jika pengajaran ditempuh dengan metode ceramah, maka tempat duduknya
sebaiknya berderet memanjang ke belakang (Syaiful & Aswan, 2006: 205).
Hal senada dikemukakan oleh Sudirman N (1991: 318), “me- ngemukakan
bahwa beberapa contoh formasi tempat duduk, yaitu posisi berhadapan, posisi
setengah lingkaran, dan posisi berbaris ke belakang”.
Pengaturan tempat duduk yang salah dapat menghambat proses pem-
belajaran. Dalam mengatur tempat duduk yang penting adalah me-
mungkinkan terjadinya tatap muka di mana dengan demikian guru sekaligus
dapat mengontrol tingkah laku peserta didik sehingga proses pembelajaran
berlangsung tertib dan lancar.
5 Manajemen Pembelajaran Berbasis Standar Proses

b. Volume dan intonasi suara guru dalam proses pembelajaran harus dapat
didengar dengan baikoleh peserta didik;
Proses transfer ilmu yang dilakukan oleh seorang guru dalam kelas
seyogyanya harus didukung oleh kemampuan tenaga pengajar dalam mengatur
volume dan intonasi suaranya sehingga dapat didengar dengan baik oleh
peserta didik.
Sanjaya (2010: 39), mengatakan bahwa ”dalam suatu proses pem- belajaran
bisa terjadi kurangnya perhatian siswa disebabkan oleh suara guru, mungkin
terlalu lemah sehingga suaranya tak bisa ditangkap oleh seluruh siswa; atau
pengucapan kalimat yang kurang jelas.” Lebih lanjut Sanjaya (2010: 188),
mengatakan bahwa: “intonasi suara adalah pengaturan suara sesuai dengan
pesan yang ingin disampaikan. Guru yang baik akan memahami kapan ia harus
menaikkan nada suaranya, dan kapan ia harus melemahkan suaranya.”
Pengaturan volume dan intonasi suara pada saat proses belajar me- ngajar
hendaknya disesuaikan dengan isi pesan yang ingin di- sampaikan. Guru yang
memahami kapan saatnya melemahkan dan meninggikan suara maka dia akan
mampu mengontrol situasi pem- belajaran agar tetap fokus pada tujuan
pembelajaran.
c. Tutur kata guru santun dan dapat dimengerti oleh peserta didik; Menurut
Djamarah & Zain (2006: 188) “pernyataan guru terhadap sesuatu yang
dikemukakan oleh anak didik sangat diperlukan, baik berupa tanggapan,
komentar ataupun yang lain. Akan tetapi, haruslah dihindari hal-hal yang
menunjukkan dominasi guru”.
Tutur kata guru dalam menyajikan materi maupun dalam menanggapi
pertanyaan dan pernyataan siswa harus santun dan dapat dimengerti peserta
didik. Tutur kata guru tersebut harus jauh dari unsur ancaman, melecehkan
ataupun menghina siswa.
Pelaksanaan Proses 5

d. Guru menyesuaikan materi pelajaran dengan kecepatan dan ke- mampuan


belajar peserta didik;
Kecepatan di sini diartikan sebagai tingkat kemajuan yang dicapai anak didik
dalam suatu pelajaran. Yang perlu dihindari oleh guru adalah kesalahan
menahan kecepatan yang tidak perlu, atau menahan penyajian bahan pelajaran
yang sedang berjalan atau kemajuan tugas. Ada dua kesalahan kecepatan yang
harus dihindari bila kecepatan yang tepat mau dipertahankan, yaitu bertele-tele
dan mengulangi penjelasan yang tidak perlu (Djamarah & Zain, 2006: 192).
Penyajian materi yang dilakukan oleh guru harus dilakukan secara sistematis
dan didasarkan pada kecepatan dan kemampuan belajar siswa. Pembelajaran
yang tidak terstruktur serta mengabaikan ke- mampuan siswa akan
mengakibatkan kebosanan siswa pada proses pembelajaran yang berlangsung.
e. Guru menciptakan ketertiban, kedisiplinan, kenyamanan, keselamatan, dan
keputusan pada peraturan dalam menyelenggarakan proses pembelajaran;
Adalah merupakan tanggung jawab guru untuk menciptakan kelas menjadi
tempat yang enak untuk belajar. memang disadari bahwa bentuk dan susunan
formal kelas telah ditentukan oleh pemerinath namun masih banyak
kesempatan yang diberikan kepada guru untuk dapat mengatur kelas
sedemikian rupa sehingga memberikan suasana yang mendukung bagi
terciptanya suasana belajar di kelas (Wahab, 2009: 14).
Kelas yang kondusif akan membangkitkan motivasi siswa untuk fokus pada
pelajarannya. Untuk itu diperlukan kemampuan guru dalam menciptakan
ruang kelas yang mendukung proses belajar mengajar yang baik.
f. Guru memberikan penguatan dan umpan balik terhadap respons dan hasil
belajar peserta didik selama proses pembelajaran berlangsung; Menurut
Saud (2009: 65), penguatan adalah respon terhadap suatu tingkah laku yang
dapat meningkatkan kemungkinan berulangnya
6 Manajemen Pembelajaran Berbasis Standar Proses

kembali tingkah laku tersebut. Dan untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam
tabel 6.3, tentang tujuan dan komponen-komponen keterampilan penguatan,
yaitu:
Tabel 6.3 Tujuan dan Komponen Keterampilan

Tujuan Komponen-komponen
Keterampilan Penguatan Keterampilan Penguatan
1. Meningkatkan perhatian 1. Penguatan verbal, biasanya
siswa pada pelajaran. diutarakan dengan menggunakan
2. Meningkatkan motivasi kata-kata pujian, penghargaan,
belajar siswa. persetujuan dan sebagainya.
3. Memudahkan siswa untuk 2. Penguatan non verbal, hal ini
belajar. meliputi :
4. Mengeliminir tingkah laku siswa a. Penguatan berupa gerakan
yang negatif dan membina tingkah mimik dan badan, misalnya :
laku positif siswa acungan jempol, senyuman dan
sebagainya.
b. Penguatan dengan cara
mendekati, misalnya guru
duduk sekat siswa, berdiri
disamping siswa.
c. Penguatan dengan kegiatan
menyenangkan. Dalam hal ini
guru dapat menggunakan
kegiatan-kegiatan yang
disenangi siswa sebagai
penguatan.
d. Penguatan berupa simbol dan
benda, misalnya kartu bergambar
lencana, binatang dan plastik.
e. Penguatan tak penuh, yang
diberikan apabila siswa memberi
jawabannya sebagian yang
benar. Dalam hal ini guru tidak
boleh langsung menyalahkan
siswa. Tetapi sebaiknya
memberikan penguatan tak
penuh.
Pelaksanaan Proses 6

Sedangkan menurut Sanjaya (2010: 47), mengatakan bahwa: “sebaiknya


penguatan perlu dilakukan kepada siswa yang mem- berikan respons positif
dengan memberikan pujian atau penghargaan baik secara verbal atau
komentar-komentar yang wajar maupun melalui isyarat-isyarat yang
menyejukkan dan menyenangkan”.
Menurut Rooijakkers (1991: 11), mengatakan bahwa: “umpan balik tidak sama
dengan penilaian. Umpan balik hanya dimaksudkan untuk mencari informasi
sampai dimana murid mengerti bahan yang telah dibahas.”Sedangkan menurut
Alma (2009: 16)umpan balik bertujuan sebagai evaluasi sederhana dan untuk
menciptakan situasi baru dan menumbuhkan minat belajar, cara yang dapat
dilakukan diantaranya
(1) mengkaji pemahaman siswa, (2) mengkaji minat siswa dan (3)
mengendalikan sikap dan perilaku siswa.
Kegiatan penguatan dan umpan balik yang dilakukan selama proses
pembelajaran berlangsung akan dapat membantu siswa yang memiliki
keterlambatan dalam belajar dan membantu guru untuk mengukur tingkat
pencapaian kompetensi siswa akan materi pelajaran yang diajarkan.
g. Guru menghargai pendapat peserta didik;
Tanggapilah respon siswa dengan segera. Artinya, sekali apapun respon siswa
harus kita tanggapi. Apabila siswa memberikan respon yang tepat, segeralah
kita beri penguatan sedangkan seandainya siswa memberikan respon yang
kurang tepat, segeralah tunjukkan bahwa respon siswa perlu perbaikan dengan
tidak menyinggung perasaan siswa (Yamin & Maisah, 2009: 155).
Guru yang segera merespon pendapat peserta didiknya merupakan guru yang
menghargai pendapat peserta didik sehingga akan men- cipatakan situasi
pembelajaran yang kondusif. Dan pada akhirnya me- mudahkan pencapaian
tujuan pembelajaran.
h. Guru memakai pakaian yang sopan, bersih, dan rapi;
Menurut Yamin dan Maisah (2009: 114), mengatakan bahwa: “sebagai teladan
tentu saja pribadi dan apa yang dilakukan guru akan
6 Manajemen Pembelajaran Berbasis Standar Proses

mendapat sorotan peserta didik di sekitar lingkungannya yang me- nganggap


atau mengakuinya sebagai guru.”
Dalam proses pembelajaran guru adalah pusat perhatian siswa, sehingga segala
gerak-gerik dan apa yang dikenakannya akan menarik perhatian siswa. Guru
yang memakai pakaian yang sopan, bersih dan rapi akan memancarkan citra
yang baik akan kepribadian guru tersebut. Sangat tidak diharapkan pakaian
yang dikenakan guru lebih menarik perhatian siswa daripada materi yang
disajikannya.
i. Pada tiap awal semester, guru menyampaikan silabus mata pelajaran yang
diampunya; dan
Untuk menciptakan kesiapan belajar siswa maka sebaiknya pada tiap awal
semester guru menyampaikan silabus mata pelajaran yang diampunya. Hal
tersebut dilakukan agar siswa selaku peserta didik memiliki gambaran awal
tentang garis-garis besar materi mata pelajaran yang akan dipelajarinya di
masa yang akan datang dalam kurun waktu tertentu.
j. Guru memulai dan mengakhiri proses pembelajaran sesuai dengan waktu yang
dijadwalkan.
Sikap profesional guru berhubungan dengan motivasi yang tinggi dalam
melaksanakan tugas mengajarnya, dan guru yang menjalankan tugas dan
tanggung jawabnya dengan baik maka dia telah men- jalankan etika profesinya
dengan baik pula.

6.3 PROSES BELAJAR MENGAJAR DI KELAS


Pelaksanaan pembelajaran merupakan implementasi dari RPP. Pelaksanaan
pembelajaran meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup.

1. Kegiatan Pendahuluan
Dalam kegiatan pendahuluan, guru:
a. Menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisikuntuk mengikuti proses
pembelajaran;
Pelaksanaan Proses 6

Djamarah dan Zain (2006:45), mengatakan bahwa: “dalam kegiatan belajar


mengajar, guru sebaiknya memperhatikan perbedaan individual anak didik,
yaitu pada aspek biologis, intelektual, dan psikologis.”
Pada awal pembelajaran guru wajib menyiapkan peserta didik secara psikis
dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran agar transfer of knowledge/skill
yang dilakukan oleh guru dapat dengan mudah dimengerti dan dipahami oleh
siswa. Dengan fisik dan psikis yang baik akan menjadikan siswa memiliki
kesiapan penuh untuk me- ngikuti proses pembelajaran.
b. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan
sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari;
Djamarah & Zain (2006:144), mengatakan bahwa “pengalaman anak
mengenai bahan pelajaran yang telah diberikan merupakan bahan apersepsi
yang dipunyai anak. Pertama kali menerima bahan pelajaran dari guru dalam
suatu pertemuan, merupakan pengalaman pertama anak untuk menerima
sesuatu yang baru.
Sejalan dengan pendapat di atas, Sagala (2008:226) menjelaskan bahwa
“kegiatan prainstruksional yang dapat dilakukan guru pada saat memulai
kegiatan pembelajaran antara lain: menanyakan kehadiran siswa, bertanya atau
memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang materi
sebelumnya.”
Langkah mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan pe- ngetahuan
sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari di awal pembelajaran tiada
lain tujuannya untuk memperbaiki struktur pengetahuan yang telah dimiliki
siswa, memotivasi siswa untuk lebih aktif di kelas dan untuk meningkatkan
kemampuan berfikir siswa.
c. Menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan dicapai;
Tujuan pembelajaran diartikan sebagai perilaku hasil belajar yang diharapkan
dimiliki oleh siswa setelah menempuh proses pem- belajaran. Hamalik
(2009:155) mengatakan bahwa tujuan mengajar
6 Manajemen Pembelajaran Berbasis Standar Proses

adalah tujuan yang bersifat operasional. Tujuan dalam waktu yang singkat
dapat tercapai, yakni selesai jam pelajaran tertentu, tujuan mengajar senantiasa
merupakan tujuan khusus, yang dirumuskan dalam rencana mengajar harian
atau lesson plan.
Menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan dicapai
siswa di awal pembelajaran akan membangkitkan motivasi belajar siswa.
Siswa yang memiliki motivasi belajar secara tidak langsung pula memiliki
tingkat kesiapan belajar yang tinggi, sehingga apa yang diajarkan oleh guru
akan mudah dimengerti dan dipahami dengan baik.
d. Menyampaikan cakupan materi dan penjelasanuraian kegiatan sesuai silabus.
Harjanto (2006:222) mengatakan bahwa: “materi pelajaran berada dalam ruang
lingkup isi kurikulum. Karena itu, pemilihan materi pelajaran tentu saja harus
sejalan dengan ukuran-ukuran (kriteria) yang digunakan untuk memilih isi
kurikulum bidang studi ber- sangkutan.”
Silabus mencakup rangkaian materi secara umum yang akan dipelajari oleh
siswa, untuk itu sangat penting bagi guru untuk menyampaikan cakupan materi
dan penjelasan uraian kegiatan sesuai silabus pada siswa, agar siswa lebih
memahami dan mengerti lebih awal mengenai gambaran mata pelajaran yang
akan dipelajarinya.

2. Kegiatan Inti
Pelaksanaan kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai KD
yang dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, me- nantang,
memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang
cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan
perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
Pelaksanaan Proses 6

Kegiatan inti menggunakan metode yang disesuaikan dengan karakteristik


peserta didik dan mata pelajaran, yang dapat meliputi proses eksplorasi, elaborasi,
dan konfirmasi.
a. Eksplorasi
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Eksplorasi diartikan sebagai:
1) Penjelajahan lapangan dengan tujuan memperoleh pengetahuan lebih
banyak (tentang keadaan), terutama sumber-sumber alam yang terdapat di
tempat itu; penyelidikan; penjajakan:
2) Kegiatan untuk memperoleh pengalaman baru dari situasi yang baru;
3) Penyelidikan dan penjajakan daerah yangg diperkirakan me- ngandung
mineral berharga dengan jalan survei geologi, survei geofisika, atau
pengeboran untuk menemukan deposit dan me- ngetahui luas wilayahnya;
Terkait dengan proses pembelajaran, kegiatan eksplorasi adalah kegiatan yang
dilakukan siswa/peserta didik guna mendapatkan pengalaman baru di bawah
bimbingan guru.
Dalam kegiatan eksplorasi, guru:
1) Melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan dalam
tentang topik/tema materi yang akan dipelajari dengan menerapkan
prinsip alam takambang jadi guru dan belajar dari aneka sumber;
2) Menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media pem- belajaran,
dan sumber belajar lain;
3) Memfasilitasi terjadinya interaksi antarpeserta didik serta antara peserta
didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya;
4) Melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran;
dan
5) Memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di laboratorium,
studio, atau lapangan.
6 Manajemen Pembelajaran Berbasis Standar Proses

Berbagai pilihan kegiatan eksplorasi yang lain:


1) Membaca tentang
2) Mendengar tentang
3) Berdiskusi tentang
4) Mengamati model (teks/ karya)
5) Mengamati demonstrasi
6) Mengamati simulasi kasus
7) Mengamati 2 perbandingan (yang salah dan yang benar)
8) Mencoba melakukan kegiatan trtentu
9) Membaca kasus (bedah kasus)
10) Talk show
11) Berwawancara dengan sumber tertentu (menggali informasi)
12) Observasi terhadap lingkungan
13) Mencoba melakukan kompetensi dengan kemampuan awalnya
14) Mencoba bereksperimen
15) Bernyanyi (berkaitan dengan konsep yang akan dibahas)
16) Bermain (berkaitan dengan konsep yang akan dibahas)
b. Elaborasi
Kegiatan elaborasi pada proses pembelajaran adalah kegiatan siswa/peserta
didik dalam menyelesaikan tugas-tugas untuk me- nguasai suatu kompetensi
secara tekun dan cermat di bawah bimbingan guru.
Dalam kegiatan elaborasi, guru:
1) Membiasakan peserta didik membaca dan menulis yang beragam melalui
tugas-tugas tertentu yang bermakna;
2) Memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan lain-lain
untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis;
3) Memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis, me- nyelesaikan
masalah, dan bertindak tanpa rasa takut;
4) Memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif can
kolaboratif;
Pelaksanaan Proses 6

5) Memfasilitasi peserta didik berkompetisi secara sehat untuk


meningkatkan prestasi belajar;
6) Menfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang dilakukan
balk lisan maupun tertulis, secara individual maupun kelompok;
7) Memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan r iasi; kerja individual
maupun kelompok;
8) Mefasilitasi peserta didik melakukan pameran, turnamen, festival, serta
produk yang dihasilkan;
9) Memfasilitasi peserta didik melakukan kegiatan yang menumbuhkan
kebanggaan dan rasa percaya diri peserta didik.
Berbagai pilihan kegiatan elaborasi lainnya:
1) Diskusi/ mandiri
2) Mengidentifikasi ciri
3) Menemukan konsep
4) Melakukan generalisasi
5) Mencari bagian-bagian
6) Mendeskripsikan persamaan dan perbedaan
7) Memasukkan dalam kelompok yang mana (memilah-milah)
8) Membandingkan dengan dunia nyata atau pengetahuan yang telah
dimiliki (analisis beda dan persamaannya)
9) Menganalisis mengapa terjadi begini/begitu dari hasil eksperimen
/demonstrasi
10) Meramalkan apa yang akan terjadi dari eksperimen
11) Mengidentifikasi mana yang beda/sama dengan model
bandingkan/kriteria dan mana yang lebih baik
12) Mengidentifikasi apa yang salah/benar, mengapa salah/benar
13) Mengurutkan
14) Mengelompokkan
15) Mengkombinasikan
16) Menyusun mana yang berhubungan dan mana yang tidak
17) Menghubung-hubungkan (mencari model hubungan)
18) Memasangkan contoh dan bukan contoh (memanfaatkan model
bandingan untuk elaborasi)
6 Manajemen Pembelajaran Berbasis Standar Proses

c. Konfirmasi
Kegiatan konfirmasi dalam pembelajaran adalah kegiatan yang dilakukan guru
bersama-sama dengan siswa dalam rangka penegasan, pengesahan, atau
pembenaran hasil eksplorasi dan elaborasi.
Dalam kegiatan konfirmasi, guru:
1) Memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan,
tulisan, isyarat, maupunhadiah terhadap keberhasilan peserta didik,
2) Memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi peserta
didik melalui berbagai sumber,
3) Memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi untuk mem- peroleh
pengalaman belajar yang telah dilakukan,
4) Memfasilitasi peserta didik untuk memperoleh pengalaman yang
bermakna dalam mencapai kompetensi dasar:
5) Berfungsi sebagai narasumber dan fasilitator dalam menjawab
pertanyaan pesertadidik yang menghadapi kesulitan, dengan
menggunakan bahasa yang baku dan benar;
6) Bembantu menyelesaikan masalah;
7) Memberi acuan agar peserta didik dapat melakukan pe- ngecekan hasil
eksplorasi;
8) Memberi informasi untuk bereksplorasi Iebih jauh;
9) Memberikan motivasi kepada peserta didik yang kurang atau belum
berpartisipasi aktif.
Berbagai pilihan kegiatan konfirmasi lainnya:
1) Penyimpulan
2) Memberikan balikan apa yang dikerjakan siswa
3) Penjelasan mengapa salah
4) Penjelasan mana yang benar dan yang salah
5) Meluruskan yang salah
6) Menegaskan yang benar
7) Melanjutkan/menambahkan yang kurang
Pelaksanaan Proses 6

8) Mengangkat kasus yang salah dan yang benar – menjelaskan


mengapa salah/benar
9) Menyimpulkan konsep, kriteria, prinsip, cara mencapai yang lebih
baik, contoh dan bukan contoh
10) Memperluas contoh yang benar dan yang salah
11) Menjelaskan bagaimana seharusnya
12) Menciptakan rubrik
Harjanto (2006: 171) mengatakan bahwa: “belajar adalah kegiatan transfer
of knowledge/skill yang dilakukan oleh siswa. Keaktifan sepenuhnya ada pada
siswa. Guru hanya menyediakan bahan dan menunjukkan cara belajar yang sebaik-
baiknya”.
Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar dilakukan
oleh guru sebagai pendidik dan belajar dilakukan oleh peserta didik. Guru dapat
mengajar dengan baik dan peserta didik dapat belajar dengan baik apabila diantara
keduanya ada komitmen untuk menciptakan pembelajaran yang interaktif,
inspiratif, menyenangkan, memotivasi pem- belajaran yang interaktif, memotivasi
peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi
prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan
perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.

6.4 KEGIATAN PENUTUP


Kegiatan penutup merupakan rangkaian kegiatan yang dilakukan setelah kegiatan
inti pembelajaran dilakukan atau dengan kata lain kegiatan ini adalah akhir dari
pembelajaran. Pada tahap ini, seorang guru harus mampu mengukur tingkat
pencapaian kompetensi para siswanya.
Dalam kegiatan penutup, guru melakukan kegiatan sebagai berikut:
a. Bersama-sama dengan peserta didik dan/atau sendiri membuat
rangkuman/simpulan pelajaran;
Sagala (2009:228) mengatakan: “Kesimpulan materi pelajaran dibuat oleh
guru dan sebaiknya pokok-pokoknya ditulis di papan tulis untuk
7 Manajemen Pembelajaran Berbasis Standar Proses

dicatat siswa. Kesimpulan dapat pula dibuat guru bersama-sama siswa, bahkan
kalau mungkin diserahkan sepenuhnya kepada siswa.”
Sedangkan menurut Sanjaya (2006:189), mengatakan bahwa: “menyimpulkan
adalah tahapan untuk memhami inti (core) dari materi pelajaran yang telah
disajikan. Melalui langkah menyimpulkan siswa akan dapat mengambil inti
sari dari proses penyajian”.
Kesimpulan materi pelajaran ini tidak lain adalah bentuk penegasan kembali
atas apa yang telah dipelajari dan dibuat berdasarkan tujuan pembelajaran yang
akan dicapai. Dengan cara menyimpulkan akan memudahkan siswa untuk
mengingat kembali keseluruhan dari materi yang dibahas.
b. Melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah
dilaksanakan secara konsisten dan terprogram;
Menilai adalah mengumpulkan informasi tentang kemajuan belajar siswa,
tentang apa yang sudah dikuasai siswa. Informasi tersebut diperlukan agar
guru dapat menentukan tugas/kegiatan atau bantuan apa yang harus diberikan
berikutnya kepada siswa agar pengetahuan, kemampuan dan sikap mereka
lebih berkembang (Yamin & Maisah, 2009: 178).
Penilaian yang dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung merupakan
penilaian berbasis kelas. Guru yang menerapkan penilaian berbasis kelas akan
mampu memberikan nilai yang akurat berdasarkan kemampuan siswa
sehingga pengukuran kompetensi siswa terlihat jelas dan hal tersebut menjadi
bahan bagi guru dalam menentukan tindak lanjut yang akan digunakan.
c. Memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran; Dalam
mengelola kegiatan pembelajaran, guru perlu merencanakan tugas dan alat
belajar yang menantang, pemberian umpan balik, belajar kelompok dan
penyediaan program penilaian yang memungkinkan semua siswa mampu
unjuk kemampuan/mendemonstrasikan kinerja (performance) sebagai hasil
belajar (Yamin & Maisah, 2009: 172).
Pelaksanaan Proses 7

Dalam kegiatan penutup pembelajaran guru harus memberikan umpan balik


terhadap proses dan hasil pembelajaran agar diperoleh informasi mengenai
tingkat kemajuan belajar siswa. Informasi yang diperoleh sebagai hasil dari
umpan balik tersebut akan berbeda pada setiap individu siswa, dan hal tersebut
menjadi acuan guru dalam melakukan bimbingan belajar pada siswa.
d. Merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi,
program pengayaan, layanan konseling dan/atau memberikan tugas baik tugas
individual maupun kelompok sesuai dengan hasil belajar peserta didik;
Program tindak lanjut merupakan rencana yang dipersiapkan guru untuk
memberikan tindak lanjut terhadap sejumlah kompetensi yang telah diujikan
kepada siswa. Hasil ujian tersebut akan memberikan gambaran seberapa
banyak siswa yang telah tuntas dan seberapa banyak siswa yang belum tuntas
dalam menguasai kompetensi yang telah diberikan. Siswa yang telah
memperoleh nilai di atas KKM berarti akan diikutkan pada program
pengayaan, sedangkan siswa yang mem- peroleh nilai di bawah KKM berarti
akan diikutkan pada program perbaikan atau remedial.
e. Menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya. Sebelum
guru meninggalkan ruang kelas sebaiknya menyampaikan rencana
pembelajaran pada pertemuan berikutnya pada siswa. Hal tersebut dapat
memberikan gambaran bahwa pembelajaran yang dijalankan sistematis dan
terstruktur dengan baik, selain itu dengan lebih awal menyampaikan
rencana pembelajaran pada siswa akan memberikan peluang bagi siswa
untuk mempersiapkan diri baik pe- ngetahuannya maupun alat yang
nantinya mungkin akan digunakan.

-oo0oo-
72 Manajemen Pembelajaran Berbasis Standar Proses
Pendidikan
PENILAIAN HASIL PEMBELAJARAN

7.1 PENDAHULUAN

P
enilaian dilakukan secara konsisten, sistematik, dan terprogram dengan
menggunakan tes dan nontes dalam bentuk tertulis atau lisan, pengamatan
kinerja, pengukuran sikap, penilaian hasil
karya berupa tugas, proyek dan/atau produk, portofolio, dan penilaian diri.
Penilaian hasil pembelajaran menggunakan Standar Penilaian Pendidikan dan
Panduan Penilaian Kelompok Mata Pelajaran.
Menurut Haling (2007: 108), “penilaian adalah usaha yang bertujuan untuk
mengetahui keberhasilan belajar dalam penguasaan kompetensi. Selain itu,
penilaian bertujuan pula untuk mengetahui berhasil tidaknya pelaksanaan
pembelajaran”. Sudijono (2009: 4), menurutnya penilaian berarti menilai sesuatu.
Sedangkan menilai itu mengandung arti mengambil keputusan terhadap sesuatu
dengan mendasarkan diri atau berpegang pada ukuran baik atau buruk, sehat atau
sakit, pandai atau bodoh dan sebagainya. Jadi pemilaian itu sifatnya adalah
kualitatif. Akhirnya dalam rangka lebih mempertegas perbedaan antara pengukuran
(measurement) dengan penilaian (evaluation) Wandt dan Brown mengatakan
bahwa: “measurement means the act or process of axestaining the extent or
quantity of something”. Pengukuran adalah suatu tindakan atau proses untuk
menentukan luas atau kuantitas dari sesuatu; ia kan memberikan jawab atas
pertanyaan; How much?. Adapun penilaian atau evaluasi
7 Manajemen Pembelajaran Berbasis Standar Proses

didefinisikan sebagai tindakan atau proses untuk menentukan nilai dari sesuatu, itu
akan memberikan jawaban atas pertanyaan: What value ?.
Sedangkan menurut Yamin dan Maisah (2009: 204), mengatakan bahwa
“tujuan penilaian adalah untuk mengetahui tingkat pencapaian kompetensi selama
dan setelah proses pembelajaran berlangsung, untuk memberikan umpan balik bagi
peserta didik agar mengetahui kekuatan dan kelemahannya dalam proses
pencapaian kompetensi, untuk me- mantau kemajuan dan mendiagnosis kesulitan
belajar yang dialami peserta didik sehingga dapat dilakukan pengayaan dan
remedial, untuk memberikan umpan balik bagi guru dalam memperbaiki metode,
pendekatan, kegiatan dan sumber belajar yang digunakan, untuk mem- berikan
pilihan alternatif penilaian kepada guru dan untuk memberikan informasi kepada
orang tua dan komite sekolah tentang efektivitas pendidikan.

Proses Pembelajaran

Perencanaan Pembelajaran

Penilaian
Hasil Belajar

FeedBack Tuntas atau


Tidak
Tuntas

Gambar 7.1 Hubungan Penilaian dengan Kegiatan Pembelajaran Lainnya

Dari penjelasan tersebut di atas maka dapat disimpulkan bahwa penilaian


pendidikan lebih menekankan pada aspek proses awal dalam
Penilaian Hasil 7

rangka penilaian atas suatu kegiatan untuk memperoleh data tentang tingkat
ketercapaian kegiatan tersebut. Secara umum, penilaian sebagai suatu tindakan atau
proses setidak-tidaknya memiliki tiga macam fungsi pokok, yaitu (1) mengukur
kemajuan, (2) menunjang penyusunan rencana,
(3) memperbaiki atau melakukan penyempurnaan kembali.
Penilaian hasil pembelajaran merupakan kegiatan akhir yang dilakukan oleh
guru terkait dengan proses belajar mengajar yang telah dilakukannya. Untuk itu,
dalam rangka memperjelas keterkaitan atau hubungan antara kegiatan penilaian
dengan kegiatan proses belajar mengajar, berikut ini akan dapat dilihat pada
gambar 7.1.
Dari gambaran siklus pada Gambar 7.1, maka dapat diketahui bahwa siklus
pertama selalu diawali dengan perencanaan pembelajaran, dalam kegiatan
perencanaan ini dituntut kesiapan Guru dengan baik dalam segala hal yaitu
kesiapan media pembelajaran, pemilihan metode pem- belajaran yang akan
digunakan dan yang terpenting kesiapan mental serta materi yang akan diajarkan.
Selanjutnya setelah perencanaan disiapkan dengan baik maka langkah Guru
selanjutnya adalah memulai proses belajar mengajar di kelas, proses ini akan
berjalan dengan sukses dalam artian bahwa siswa berhasil menguasai kompetensi
yang diajarkan Guru dan Guru berhasil melakukan transfer of knowledge dengan
baik apabila dilaksanakan berdasarkan konsep perencanaan pembelajarannya. Dan
pada akhirnya setelah semua rangkaian kegiatan proses belajar mengajar selesai
dilaksanakan maka Guru kemudian melakukan kegiatan Penilaian untuk peserta
didiknya. penilaian hasil belajar merupakan kegiatan wajib yang dilakukan oleh
seorang Guru sebagai penentuan dalam meng- klasifikasikan tingkat pencapaian
anak didiknya, apakah masuk kategori tuntas atau tidak tuntas. Dan dari hasil
penilaian tersebut akan ditentukan tindakan yang akan dilakukan apakah siswa
akan mengikuti remedial ataukah pengayaan, terlepas dari pada tujuan tersebut
penilaian itu pula akan memudahkan Guru dalam menganalisis tingkat kesuksesan
proses belajar mengajar yang telah dilaksanakannya dan hal itu menjadi referensi
untuk memperbaiki perencanaan pembelajaran yang akan dilaksanakan dimasa
datang.
7 Manajemen Pembelajaran Berbasis Standar Proses

Penilaian pembelajaran yang disusun oleh guru terkadang belum berbasis


standar proses pendidikan. Hal tersebut ditunjukkan dari indikator dalam penilaian
pembelajaran yang belum dilaksanakan dengan baik, antara lain: mengukur tingkat
pencapaian kompetensi peserta didik, bahan penyusunan laporan kemajuan hasil
belajar, memperbaiki proses pembelajaran. Untuk itu berikut ini akan digambarkan
penilaian proses pembelajaran yang berdasar pada standar proses
pendidikan.Indikator- indikator yang harus termuat dalam penilaian tersebut :

7.2 MENGUKUR TINGKAT PENCAPAIAN KOMPETENSI


PESERTA DIDIK
Mansyur (2009:38), mengatakan bahwa: “pada dasarnya penilaian umumnya
memiliki misi untuk memperbaiki standar, tidak sekedar mengukur siswa.”
Karena penilaian menyangkut tingkat pencapaian kompetensi tertentu oleh
peserta didik maka terdapat sejumlah langkah dalam penilaian (evaluasi) hasil
belajar sebagaimana tertuang dalam Sudijono (2009: 59).

1. Menyusun Rencana Evaluasi Hasil Belajar


Sebelum evaluasi hasil belajar dilaksanakan, harus disusun lebih dahulu
perencanaannya secara baik dan matang. Perencanaan evaluasi hasil belajar itu
umumnya mencakup enam jenis kegiatan, yaitu:
a. Merumuskan tujuan dilaksanakannya evaluasi. Perumusan tujuan evaluasi
hasil belajar itu penting sekali sebab tanpa tujuan yang jelas maka evaluasi
hasil belajar akan berjalan tanpa arah dan pada gilirannya dapat
mengakibatkan evaluasi menjadi kehilangan arti dan fungsinya.
b. Menetapkan aspek-aspek yang akan dievaluasi, misalnya apakah aspek
kognitif, aspek afektif ataukah aspek psikomotorik.
c. Memilih dan menentukan tekhnik yang akan dipergunakan di dalam
pelaksanaan evaluasi, misalnya apakah evaluasi itu akan dilaksanakan
Penilaian Hasil 7

dengan teknik tes atau teknik non tes. Menurut Nurkancana dalam Haling
(2007: 109), tes adalah suatu cara untuk mengadakan penilaian yang berbentuk
suatu tugas atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan oleh pebelajar,
sehingga menghasilkan suatu nilai tentang tingkah laku atau prestasi pebelajar
tersebut, yang dapat dibandingkan dengan nilai yang dicapai oleh pebelajar
lain atau dengan standar nilai yang ditetapkan. Sedangkan pengertian non tes
menurut Haling (2007: 113), merupakan penilaian yang menyangkut aspek-
aspek tingkah laku dan alat penilaiannya yaitu observasi, wawancara, studi
kasus, skala penilaian, chek list dan inventori.
d. Menyusun alat-alat pengukur yang akan digunakan dalam pengukuran dan
penilaian hasil belajar peserta didik.
e. Menentukan tolak ukur, norma atau kriteria yang akan dijadikan pegangan
atau patokan dalam memberikan interpretasi terhadap data hasil evaluasi.
f. Menentukan frekuensi dari kegiatan evaluasi hasil belajar itu sendiri (kapan
dan seberapa kali evaluasi hasil belajar itu akan dilaksanakan).

2. Menghimpun Data
Wujud nyata dari kegiatan menghimpun data adalah melaksanakan pengukuran
misalnya dengan menyelenggarakan tes hasil belajar (apabila evaluasi hasil belajar
itu menggunakan teknik tes atau menggunakan teknik non tes.

3. Melakukan Verifikasi Data


Data yang telah berhasil dihimpun harus disaring lebih dahulu sebelum diolah lebih
lanjut. Proses penyaringan itu dikenal dengan istilah pe- nelitian data atau
verifikasi data. Verifikasi data dimaksudkan untuk dapat memisahkan data yang
baik (yaitu data yang akan dapat memperjelas gambaran yang akan diperoleh
mengenai diri individu atau sekelompok individu yang sedang di evaluasi) dari data
yang “kurang baik” (yaitu data yang akan mengaburkan gambaran yang akan
diperoleh apabila data itu ikut serta diolah).
7 Manajemen Pembelajaran Berbasis Standar Proses

4. Mengolah dan Menganalisis Data


Mengolah dan menganalisis hasil evaluasi dilakukan dengan maksud untuk
memberikan makna terhadap data yang telah berhasil dihimpun dalam kegiatan
evaluasi. Dalam mengolah dan menganalisis data hasil evaluasi itu dapat
dipergunakan teknik statistik dan/atau teknik nonstatistik, tergantung kepada jenis
data yang akan diolah dan dianalisis. Dengan tekhnik analisis statistik misalnya
penyusunan atau pengukuran dan penyajian data lewat tabel-tabel, grafik atau
diagram, perhitungan- perhitungan rata-rata, standar deviasi, pengukuran korelasi,
uji beda mean, atau uji beda frekuensi dan sebagainya akan dapat menghasilkan
informasi-informasi yang lebih lengkap dan amat berharga.

5. Memberikan Interpretasi dan Menarik Kesimpulan


Penafsiran atau interpretasi terhadap data hasil belajar pada hakikatnya adalah
merupakan verbalisasi dari makna yang terkandung dalam data yang telah
mengalami pengolahan dan penganalisasian itu. Atas dasar interpretasi terhadap
data hasil evaluasi itu pada akhirnya dapat dikemukakan kesimpulan-kesimpulan
tertentu. Kesimpulan-kesimpulan hasil evaluasi itu sudah barang tentu harus
mengacu kepada tujuan dilakukannya evaluasi itu sendiri.

6. Tindak Lanjut Hasil Evaluasi


Bertitik tolak dari data hasil evaluasi yang telah disusun, diatur, diolah, dianalisis
dan disimpulkan sehingga dapat diketahui apa makna yang terkandung di dalamnya
maka pada akhirnya evaluator akan dapat mengambil keputusan atau merumuskan
kebijakan-kebijakan yang dipandang perlu sebagai tindak lanjut dari kegiatan
evaluasi tersebut. Harus senantiasa diingat bahwa setiap kegiatan evaluasi
menuntut adanya tindak lanjut yang kongkret.
Kualitas pembelajaran dapat dilihat dari hasil penilaian. Dalam penilaian
yang diberikan dapat diukur sejauhmana standar telah tercapai. Apakah semua
peserta didik telah mencapai semua kompetensi yang
Penilaian Hasil 7

diajarkan?. Dan berdasar dari pertanyaan itu maka strategi pembelajaran dapat
diatur dengan baik untuk lebih memotivasi belajar siswa.

7.3 PENYUSUNAN LAPORAN KEMAJUAN HASIL BELAJAR.


Pemanfaatan data hasil penilaian untuk memperbaiki dan meningkatkan kulitas
pembelajaran harus didukung oleh siswa, guru, kepala sekolah, dan orang tua.
Dukungan ini akan diperoleh apabila mereka memperoleh informasi hasil belajar
yang lengkap dan akurat. Untuk itu, diperlukan laporan perkembangan hasil belajar
siswa untuk guru atau sekolah, untuk siswa dan untuk orang tua (Mansyur, 2009:
169)
Penyusunan laporan kemajuan hasil belajar siswa sangat penting untuk
dibuat oleh guru sebagai data untuk menunjukkan nilai hasil belajar siswa. Apabila
guru tidak membuat laporan kemajuan hasil belajar untuk setiap mata pelajarannya
maka proses pembelajaran yang dilakukannya hanya sekedar penyajian materi saja,
dan hal tersebut dapat menurunkan kualitas pembelajaran sebab laporan kemajuan
siswa merupakan salah satu tolak ukur untuk melihat prestasi siswa.
Laporan kemajuan hasil belajar memuat tentang penentuan nilai akhir oleh
seorang pendidik terhadap peserta didiknya. Dalam Sudijono (2009: 431),
penentuan nilai akhir setidaknya empat macam fungsi, yaitu :

1. Fungsi Administratif
Secara administratif pemberian nilai akhir oleh seorang pendidik terhadap peserta
didiknya itu memiliki fungsi sebagai berikut:
a. Menentukan, apakah seorang peserta didik dapat dinaikkan ke tingkatan yang
lebih tinggi, dapat dinyatakan lulus, dapat dinyatakan tamat belajar ataukah
tidak.
b. Memindahkan atau menempatkan peserta didik pada kelompok atau bidang
yang sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya.
c. Menentukan, apakah seorang peserta didik layak atau dipandang telah
memenuhi persyaratan-persyaratan tertentuk untuk diberikan beasiswa,
pembebasan SPP ataukah tidak.
8 Manajemen Pembelajaran Berbasis Standar Proses

d. Menentukan, apakah kepada peserta didik dapat diberikan rekomendasi


ataukah tidak, guna menempuh program pendidikan tertentu atau program
pendidikan lanjutan.
e. Memberikan gambaran tentang prestasi belajar para peserta didik kepada para
calon pemakai tenaga kerja.

2. Fungsi Informatif
Pemberian nilai akhir oleh pendidik kepada para peserta didik juga memiliki fungsi
informatif. Hal ini mengandung pengertian bahwa pemberian nilai akhir itu
berfungsi untuk memberikan informasi kepada pihak-pihak terkait, seperti: para
orangtua atau wali murid, wali kelas, penasehat akademik dan lain-lain, tentang
prestasi belajar murid, siswa atau mahasiswa yang berada dalam asuhannya atau
menjadi tanggung jawabnya.
Dengan memperhatikan nilai-nilai yang dicapai oleh peserta didik itu, pihak-
pihak terkait tadi akan memperoleh informasi yang amat berharga guna mengambil
langkah-langkah, ikhtiar atau upaya yang dipandang perlu agar para peserta didik
memperoleh hasil-hasil yang lebih optimal dalam mengikuti program pendidikan
selanjutnya.

3. Fungsi Bimbingan
Dengan memperhatikan nilai-nilai akhir yang dicapai oleh peserta didik maka guru
yang diserahi menangani kegiatan bimbingan dan penyuluhan akan dapat bekerja
dengan lebih terarah dalam rangka memberikan bimbingan dan bantuan psikologis
kepada para peserta didik yang memang menghajatkannya.

4. Fungsi Instruksional
Tidak ada tujuan yang lebih penting dalam proses pembelajaran kecuali
mengusahakan agar perkembangan dan kegiatan belajar para peserta didik dapat
mencapai tingkat yang optimal. Dalam hubungan ini secara instruksional
pemberian nilai akhir berfungsi memberikan umpan balik (feed back) yang
mencerminkan seberapa jauh peserta didik telah mencapai tujuan yang telah
ditentukan dalam program pengajaran atau dalam sistem
Penilaian Hasil 8

instruksional. Jika pemberian nilai akhir itu dapat dilaksanakan dengan tepat dan
obyektif, maka akan dapat diketahui pula keberhasilan atau ketidakberhasilan
peserta didik pada setiap bagian dari tujuan pengajaran tersebut.
Laporan kemajuan hasil belajar pada dasarnya mencakup semua pencapaian
peserta didik dalam hal penguasaanya terhadap setiap indikator kompetensi yang
telah dipelajarinya, sehingga dengan data tersebut setiap peserta didik akan dapat
diukur tingkat keberhasilannya ataupun juga tingkat kegagalannya. Dan informasi
tentang pencapaian hasil belajar itu akan mengarahkan strategi pembelajaran apa
yang harus dilakukan oleh guru untuk dapat memberikan kesempatan kembali
kepada peserta didik agar bisa memperbaiki nilai yang diperolehnya.
Menurut Arikunto (2008:285), secra garis besar laporan atau catatan tentang
siswa dapat dibuat dengan 2 macam cara, yakni sebagai berikut:
a. Catatan lengkap
Catatan lengkap adalah catatan tengtang siswa yang berisi baik prestasi
maupun aspek-aspek pribadi yang lain, misalnya kejujuran, kebersihan
kerajinan, sikap sosial, kebiasaan bekerja, kepercayaan terhadap diri sendiri,
disiplin, ketelitian dan sebagainya. Tentang isi catatannya, ada yang hanya
dinyatakan ddengan singkatseperti: “Baik”, “Sedang”, “Kurang” atau dengan
keterangan yang lebih terperinci.
b. Catatan tidak lengkap
Catatan tdak lengkap adalah catatan siswa yang hanya berisi gambaran
tentang prestasi siswa dan hanya sedikit saja menyinggung tentang
kepribadian.
Tentang catatan prestasi belajar siswa itu sendiri dapat dibedakan atas dua
cara, yaitu :
a. Dengan pernyataan lulus-belum lulus
Penilaian atas prestasi belajar dalam sistem pengajaran yang menganut prinsip
belajar tuntas didasarkan atas sudah berhasil atau belumnya seorang siswa
dalam mencapai tujuan. Dalam hal ini bahan pelajaran
8 Manajemen Pembelajaran Berbasis Standar Proses

dibagi atas unit-unit kecil yang masing-masing unit sudah disertai dengan
tujuan yang dirumuskan secara terperinci. Apabila seorang siswa telah
mencapai tujuan (paling sedikit 75 % tujuan), maka pada unit tersebut diberi
tanda (misalnya tanda silang) untuk mem- bedakannya dari unit yang belum
diselesaikan. Dengan demikian maka tergambar banyak sedikitnya unit yang
telah diselesaikan per bidang studi.
b. Dengan nilai siswa
Pencatatan dengan nilai dilakukan apabila seluruh siswa dalam satu kelompok
berjalan bersama-sama secara klasikal. Dengan demikian maka prinsip belajar
tuntas sangat sukar dilaksanakan dan pencatatan nilai didasarkan atas nilai-
nilai ulangan yang telah diikuti.

7.4 MEMPERBAIKI PROSES PEMBELAJARAN.


Mansyur (2009: 169) mengatakan bahwa: “perbaikan dan peningkatan kulitas
proses pembelajaran dilakukan dalam bentuk program remedial dan pengayaan
berdasarkan hasil ujian.”
Guru yang profesional tidak pernah puas atas apa yang telah dicapainya
untuk itu dia selalu melakukan perbaikan atas proses pembelajaran yang
dilakukannya. Perbaikan proses pembelajaran tersebut dapat dilakukan dengan
mengadakan program remedial dan pengayaan ataupun menciptakan strategi
pembelajaran baru di kelas yang dikelolanya.
Kegiatan remedial hanya diperuntukkan bagi para peserta didik yang belum
atau kesulitan dalam menguasai kompetensi dari materi ajar, dengan tujuan akhir
bahwa dengan mengikuti kegiatan remedial tersebut maka peserta didik dapat
menuntaskan pencapaian kompetensinya.
Dalam keseluruhan proses belajar mengajar, pengajaran remedial/ perbaikan
memiliki beberapa fungsi, Ahmadi dan Supriyono (2008: 155) :
Penilaian Hasil 8

1. Korektif
Artinya dalam fungsi ini pengajaran remedial diadakan pembetulan atau perbaikan
antara lain: perumusan tujuan, penggunaan metode, cara-cara belajar, Materi dan
alat pelajaran, evaluasi, segi pribadi dan lain-lain.

2. Pemahaman
Artinya dari pihak guru, siswa atau pihak lain dapat memahami siswa.

3. Penyesuaian
Penyesuaian pengajaran perbaikan terjadi antara siswa dengan tuntutan dalam
proses belajarnya. Artinya siswa dapat belajar sesuai dengan kemampuannya
sehingga peluang untuk mencapai hasil baik lebih besar. Tuntutan disesuaikan
dengan jenis, sifat, dan latar belakang kesulitan sehingga mendorong untuk lebih
belajar.

4. Pengayaan
Maksudnya pengajaran perbaikan itu dapat memperkaya proses belajar mengajar.
Pengayaan dapat melalui atau terletak dalam segi metode yang dipergunakan dalam
pengajaran perbaikan sehingga hasil yang diperoleh lebih banyak, lebih dalam atau
dengan singkatnya prestasi belajar lebih kaya.
Dalam Depdiknas 2008 (Sistem Penilaian KTSP), Ada tiga jenis
pembelajaran pengayaan, yaitu:
a. Kegiatan eksploratori yang bersifat umum yang dirancang untuk disajikan
kepada peserta didik. Sajian dimaksud berupa peristiwa sejarah, buku, tokoh
masyarakat, dsb, yang secara regular tidak tercakup dalam kurikulum.
b. Keterampilan proses yang diperlukan oleh peserta didik agar berhasil dalam
melakukan pendalaman dan investigasi terhadap topik yang diminati dalam
bentuk pembelajaran mandiri.
c. Pemecahan masalah yang diberikan kepada peserta didik yang memiliki
kemampuan belajar lebih tinggi berupa pemecahan masalah nyata dengan
menggunakan pendekatan pemecahan masalah atau
8 Manajemen Pembelajaran Berbasis Standar Proses

pendekatan investigatif/ penelitian ilmiah. Pemecahan masalah ditandai


dengan: (a) identifikasi bidang permasalahan yang akan dikerjakan; (b)
penentuan fokus masalah/problem yang akan dipecahkan; (c) penggunaan
berbagai sumber; (d) pengumpulan data menggunakan teknik yang relevan; (e)
analisis data; dan (f) penyimpulan hasil investigasi.
Sekolah tertentu, khususnya yang memiliki peserta didik lebih cepat belajar
dibanding sekolah-sekolah pada umumnya, dapat menaikkan tuntutan kompetensi
melebihi standari isi. Misalnya sekolah-sekolah yang menginginkan memiliki
keunggulan khusus.
Pelaksanaan Pembelajaran Pengayaan
Pemberian pembelajaran pengayaan pada hakikatnya adalah pemberian bantuan
bagi peserta didik yang memiliki kemampuan lebih, baik dalam kecepatan maupun
kualitas belajarnya. Agar pemberian pengayaan tepat sasaran maka perlu ditempuh
langkah-langkah sistematis, yaitu (1) mengidentifikasi kelebihan kemampuan
peserta didik, dan (2) memberikan perlakuan (treatment) pembelajaran pengayaan.
1. Identifikasi Kelebihan Kemampuan Belajar
a. Tujuan
Identifikasi kemampuan berlebih peserta didik dimaksudkan untuk
mengetahui jenis serta tingkat kelebihan belajar peserta didik. Kelebihan
kemampuan belajar itu antara lain meliputi:
 Belajar lebih cepat. Peserta didik yang memiliki kecepatan belajar
tinggi ditandai dengan cepatnya penguasaan kompetensi (SK/KD)
mata pelajaran tertentu.
 Menyimpan informasi lebih mudah. Peserta didik yang memiliki
kemampuan menyimpan informasi lebih mudah, akan memiliki
banyak informasi yang tersimpan dalam memori/ ingatannya dan
mudah diakses untuk digunakan.
 Keingintahuan yang tinggi. Banyak bertanya dan menyelidiki
merupakan tanda bahwa seorang peserta didik memiliki hasrat ingin
tahu yang tinggi.
Penilaian Hasil 8

 Berpikir mandiri. Peserta didik dengan kemampuan berpikir mandiri


umumnya lebih menyukai tugas mandiri serta mempunyai kapasitas
sebagai pemimpin.
 Superior dalam berpikir abstrak. Peserta didik yang superior dalam
berpikir abstrak umumnya menyukai kegiatan pe- mecahan masalah.
 Memiliki banyak minat. Mudah termotivasi untuk meminati masalah
baru dan berpartisipasi dalam banyak kegiatan.
b. Teknik
Teknik yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi kemampuan
berlebih peserta didik dapat dilakukan antara lain melalui : tes IQ, tes
inventori, wawancara, pengamatan, dsb.
 Tes IQ (Intelligence Quotient) adalah tes yang digunakan untuk
mengetahui tingkat kecerdasan peserta didik. Dari tes ini dapat
diketahui tingkat kemampuan spasial, interpersonal, musikal,
intrapersonal, verbal, logik/matematik, kinestetik, naturalistik, dsb.
 Tes inventori. Tes inventori digunakan untuk menemukan dan
mengumpulkan data mengenai bakat, minat, hobi, kebiasaan belajar,
dsb.
 Wawancara. Wanwancara dilakukan dengan mengadakan interaksi
lisan dengan peserta didik untuk menggali lebih dalam mengenai
program pengayaan yang diminati peserta didik.
 Pengamatan (observasi). Pengamatan dilakukan dengan jalan melihat
secara cermat perilaku belajar peserta didik. Dari pengamatan
tersebut diharapkan dapat diketahui jenis maupun tingkat pengayaan
yang perlu diprogramkan untuk peserta didik.
8 Manajemen Pembelajaran Berbasis Standar Proses

c. Bentuk Pelaksanaan Pembelajaran Pengayaan


Bentuk-bentuk pelaksanaan pembelajaran pengayaan dapat dilakukan
antara lain melalui:
 Belajar Kelompok. Sekelompok peserta didik yang memiliki minat
tertentu diberikan pembelajaran bersama pada jam-jam pelajaran
sekolah biasa, sambil menunggu teman-temannya yang mengikuti
pembelajaran remedial karena belum mencapai ketuntasan.
 Belajar mandiri. Secara mandiri peserta didik belajar mengenai
sesuatu yang diminati.
 Pembelajaran berbasis tema. Memadukan kurikulum di bawah tema
besar sehingga peserta didik dapat mempelajari hubungan antara
berbagai disiplin ilmu.
 Pemadatan kurikulum. Pemberian pembelajaran hanya untuk
kompetensi/materi yang belum diketahui peserta didik. Dengan
demikian tersedia waktu bagi peserta didik untuk memperoleh
kompetensi/materi baru, atau bekerja dalam proyek secara mandiri
sesuai dengan kapasitas maupun kapabilitas masing-masing.
Perlu diperhatikan bahwa penyelenggaraan pembelajaran pengayaan ini
terutama terkait dengan kegiatan tatap muka untuk jam-jam pelajaran sekolah
biasa. Namun demikian kegiatan pembelajaran pengayaan dapat pula dikaitkan
dengan kegiatan tugas terstruktur dan kegiatan mandiri tidak terstruktur. Sekolah
dapat juga memfasilitasi peserta didik dengan kelebihan kecerdasan dalam bentuk
kegiatan pengembangan diri dengan spesifikasi pengayaan kompetensi tertentu,
misalnya untuk bidang sains. Pembelajaran seperti ini diselenggarakan untuk
membantu peserta didik mempersiapkan diri mengikuti kompetisi tingkat nasional
maupun internasional seperti olimpiade internasional fisika, kimia dan biologi.
Sebagai bagian integral dari kegiatan pembelajaran, kegiatan pengayaan
tidak lepas kaitannya dengan penilaian. Penilaian hasil belajar kegiatan pengayaan,
tentu tidak sama dengan kegiatan pembelajaran biasa,
Penilaian Hasil 8

tetapi cukup dalam bentuk portofolio, dan harus dihargai sebagai nilai tambah
(lebih) dari peserta didik yang normal.

5. Akselerasi
Maksudnya pengajaran perbaikan dapat mempercepat proses belajar baik dari segi
waktu maupun materi.

6. Terapeutik
Secara langsung ataupun tidak pengajaran perbaikan dapat memperbaiki atau
menyembuhkan kondisi pribadi yang menyimpang. Penyembuhan ini dapat
menunjang pencapaian prestasi belajar dan pencapaian prestasi yang baik dapat
mempengaruhi pribadi (timbal balik).
Beberapa prinsip yang harus diperhatikan dari pembelajaran remedialseperti
yang dijelaskan Depdiknas tentang penyelenggaraan pembelajaran remedial tahun
2008, adalah:
a. Adaptif
Program pembelajaran remedial hendaknya memungkinkan peserta didik
untuk belajar sesuai dengan kecepatan, kesempatan, dan gaya belajar masing-
masing. Hal ini di sebabkan oleh karena peserta didik memiliki keunikan
sendiri-sendiri sehingga pembelajaran remdial harus mampu mengakomodasi
semua perbedaan tersebut.
b. Interaktif
Pembelajaran remdial hendaknya memungkinkan peserta didik untuk secara
intensif berinteraksi dengan pendidik dan sumber belajar yang tersedia. Hal ini
didasarkan atas pertimbangan bahwa kegiatan belajar yang merupakan
perbaikan perlu selalu mandapatkan monitoring dan pengawasan agar
diketahui kemajuan belajarnya.
c. Fleksibilitas dalam metode pembelajaran dan penilaian
Metode pengajaran dan metode penilaian yang digunakan dalam pembelajaran
remedial haruslah bervarisi. Hal ini disebabkan oleh perbedaan karakteristik
individu yang dimiliki oleh peserta didik.
8 Manajemen Pembelajaran Berbasis Standar Proses

d. Pemberian umpan balik sesegera mungkin


Setelah melaksanakan pembelajaran remedial umpan balik berupa informasi
mengenai kemajuan belajar peserta didik perlu diberikan sesegera mungkin.
Hal ini dapat menghindari kekeliruan belajar yang berlarut-larut pada peserta
didik.
e. Kesinambungan dan ketersediaan dalam pemberian layanan
Program pembelajaran reguler dengan pembelajaran remedial merupakan satu
kesatuan, dengan demikian program pembelajaran reguler dengan remedial
harus berkesinambungan dan programnya selalu tersedia agar setiap saat
peserta didik dapat mengaksesnya sesuai dengan kesempatan masing-masing.
Pelaksanaan pembelajaran remedial seperti yang dijelaskan dalam
Depdiknas 2008 tentang sistem penilaian KTSP mengenai panduan
penyelenggaraan pembelajaran remedial adalah sebagai berikut:
1. Diagnosis Kesulitan belajar
a. Tujuan
Diagnosis kesulitan belajar dimaksudkan untuk mengetahui tingkat
kesulitan belajar peserta didik.
b. Teknik Teknik yang dapat digunakan untuk mendiagnosis kesulitan
belajar antara lain: 1) Tes prasyarat (prasyarat pengetahuan, prasyarat
keterampilan), 2) Tes diagnostik, 3) Wawancara, 4) Pengamatan dan
sebagainya.
2. Bentuk Pelaksanaan Pembelajaran Remedial
Setelah kesulitan belajar peserta didik di analisis, selanjutnya yang harus
dilakukan adalah memberikan tindakan berupa pembelajaran remedial.
Bentuk-bentuk pelaksanaan pembelajaran remedial antara lain:
a. Pemberian pembelajaran ulang dengan metode dan media yang berbeda.
Pemberian pembelajaran ulang ini diberikan dengan melakukan
penyederhanaan materi, cara penyajian yang lebih bervariasi.
Pembelajaran ulang dilakukan bilamana sebagian besar
Penilaian Hasil 8

atau semua peserta didik belum mencapai ketuntasan belajar atau


mengalami kesulitan belajar.
b. Pemberian bimbingan secara khusus, misalnya bimbingan per- orangan.
Pemberian bimbingan perorangan merupakan implikasi peran pendidik
sebagi tutor. Sistem tutorial dilaksanakan bilamana terdapat satu atau
beberapa peserta didik yang belum berhasil mencapai ketuntasan.
c. Pemberian tugas-tugas latihan secara khusus. Dalam rangka me- nerapkan
prinsip pengulangan, tugas-tugas latihan perlu di- perbanyak agar peserta
didik tidak mengalami kesulitan dalam mengerjakan tes akhir.
d. Pemamfaatan tutor sebaya. Tutor sebaya adalah teman sekelas yang
memiliki kecepatan belajar lebih. Dengan teman sebaya diharapkan
peserta didik yang mengalami kesulitan belajar akan lebih terbuka dan
akrab.
3. Waktu pelaksanaan Pembelajaran remedial
Pembelaran remedial dilakukan setelah peserta didik telah menempuh
tes/evaluasi untuk satu KD. Jika setelah tes yang diberikan diketahui beberapa
orang peserta didik yang perlu dilakukan remedial barulah remedial tersebut
dilakukan. Pelaksanaan remedial bisa dilakukan diluar jam pelajaran reguler.
Hasil belajar yang menunjukkan peserta didik telah mencapai tingkat
ketuntasan diperoleh melalui tes dan penilaian-penilaian lainnya oleh guru.
Begitu pula pada pembelajaran remdial, untuk mengetahui tujuan
pembelajaran remedial sudah tercapai atau belum maka dilakukan tes,
pemberian tugas ataupun sistem penilaian lainnya sehingga di peroleh hasil
yang diinginkan
Pendekatan Dalam Kegiatan Remedial adalah sebagai berikut :
a. Pendekatan yang bersifat preventif
Kegiatan remidial dipandang bersifat preventif apabila kegiatan remidial
dilaksanakan untuk membantu siswa yang diduga akan mengalami kesulitan
dalam menguasai kompetensi yang telah
9 Manajemen Pembelajaran Berbasis Standar Proses

ditetapkan. Kegiatan remidial yang bersifat preventif dilaksanakan sebelum


kegiatan pembelajaran biasa dilaksanakan.
Anda dapat menggunakan salah satu jenis alat evaluasi yang ditujukan untuk
mengetahui kompetensi yang telah dikuasai siswa sebelum kegiatan
pembelajaran dilaksanakan. Jenis alat evaluasi tersebut adalah pretest.Pretest
adalah salah satu jenis alat evaluasi yang digunakan guru sebelum kegiatan
pembelajaran dilaksanakan. Berdasarkan hasil pre-test guru dapat
mengelompokkan siswa menjadi 3 kelompok, yaitu kelompok siswa yang akan
mampu menguasai kompetensi yang telah ditetapkan sesuai lebih cepat dari
waktu yang telah disediakan, kelompok siswa yang akan mampu menguasai
kompetensi yang telah ditetapkan sesuai dengan waktu yang telah disediakan,
dan kelompok siswa yang tidak akan mampu menguasai kompetensi yang
telah ditetapkan sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan. Kegiatan remidial
yang diberikan kepada kelompok siswa yang tidak akan mampu menguasai
kompetensi yang telah ditetapkan sesuai dengan waktu yang disediakan adalah
kegiatan remidial yang bersifat preventif.
b. Pendekatan yang Bersifat Kuratif
Kegiatan remedial dipandang bersifat kuratif apabila pelaksanaan kegiatan
remidial ditujukan untuk membantu mengatasi kesulitan siswa setelah
mengikuti pembelajaran biasa. Kegiatan remidial yang bersifat kuratif
dilaksanakan karena berdasarkan hasil evaluasi pada kegiatan pembelajaran
biasa diketahui bahwa siswa belum mencapai kriteria keberhasilan atau
kompetensi minimal yang telah ditetapkan ditetapkan.
Biasanya setelah membahas satu atau beberapa pokok bahasan guru
melaksanakan evaluasi formatif. Dari hasil evaluasi formatif tersebut diketahui
ada beberapa siswa yang telah mencapai kriteria keberhasilan yang telah
ditetapkan dan ada pula siswa yang belum mencapai kriteria keberhasilan yang
diharapkan. Bantuan yang diberikan guru kepada kelompok siswa yang belum
menguasai kompetensi yang telah ditetapkan merupakan kegiatan remidial
yang
Penilaian Hasil 9

bersifat kuratif karena guru ingin membantu siswa mempunyai kompetensi


yang ditetapkan yang belum dicapainya.
c. Pendekatan yang Bersifat Pengembangan
Kegiatan remedial dipandang bersifat pengembangan apabila kegiatan remidial
dilaksanakan selama berlangsungnya kegiatan pembelajaran biasa. Melalui
kegiatan remidial yang bersifat pengembangan, guru mengharapkan agar siswa
yang mengalami kesuliatan dalam menguasai kompetensi yang ditetapkan
secara bertahap dan segera dapat mengatasi kesulitan yang dihadapinya.
Sementara itu, pada kegiatan yang bersifat kuratif, bantuan akan diberikan
guru pada siswa mampu menghitung kekuatan lensa berdasarkan jarak fokus
dari soal- soal yang diberikan guru pada waktu evaluasi. Bantuan pada
kegiatan remidial yang bersifat kuratif diberikan setelah guru melaksanakan
evaluasi.
Jenis-jenis Kegiatan Remedial, adalah sebagai berikut:
1. Mengajarkan Kembali
Guru menjelaskan kembali materi yang belum dipahami atau dikuasai siswa.
Tentu saja dalam menjelaskan kembali materi tersebut, guru harus berorientasi
pada kesulitan yang dihadapi siswa. Apabila siswa kurang memahami konsep,
guru sebaiknya memberikan lebih banyak contoh. Untuk membantu siswa
yang mengalami kesulitan kesulitan dalam menerapkan konsep, guru
hendaknya memberikan lebih banyak contoh penggunaan konsep tersebut
dalam suatu kasus tertentu atau memberikan banyak latihan yang menuntut
siswa menerapkan konsep yang sedang dibahas.
2. Menggunakan Alat Peraga
Untuk lebih memudahkan siswa memahami konsep yang belum dikuasainya,
guru sebaiknya menggunakan berbagai alat peraga dan memberi kesempatan
kepada siswa untuk menggunakan alat peraga tersebut. Apalagi jika pada
waktu menjelaskan materi pada pembelajaran pertama kali guru tidak
menggunakan alat peraga.
9 Manajemen Pembelajaran Berbasis Standar Proses

Konsep yang sukar dipahami akan lebih mudah dipelajari dan menjadi menarik
jika disajikan dengan menggunakan media.
3. Kegiatan Kelompok
Diskusi ataupun kerja kelompok dapat digunakan guru untuk membantu siswa
yang mengalami kesulitan dalam menguasai kompetensi yang dituntut. Yang
perlu diperhatikan guru dalam menerapkan kerja kelompok dalam kegitan
remidial adalah menentukan anggota kelompok. Kegiatan kelompok dapat
efektif dalam membantu siswa memahami pelajaran apabila diantara anggota
kelompok ada siswa yang benar-benar menguasai materi dan mampu
menjelaskannya dengan cukup baik kepada siswa lainnya. Kegiatan kelompok
sebagai upaya membantu siswa yang mengalami kesulitan akan sia-sia apabila
tidak dibimbing oleh anggota kelompok yang menguasai materi yang sedang
dibahas.
4. Tutorial
Kegiatan tutorial juga dapat diterapkan guru dalam melaksanakan kegiatan
remidial. Dalam kegiatan ini guru meminta bantuan siswa lain yang lebih
pandai untuk membantu siswa yang menghadapi kesulitan dalam menguasai
kompetensi yang telah ditetapkan atau guru dapat juga meminta siswa dari
kelas yang lebih tinggi untuk membantu adik kelasnya.
5. Sumber Belajar yang Relevan
Selain dengan mengajarkan kembali, kegiatan kelompok dan tutorial guru juga
dapat menggunakan sumber belajar lain dalam membantu siswa menguasai
kompetensi yang telah ditetapkan. Guru juga dapat meminta siswa
mengunjungi suatu instansi tertentu yang berkaitan dengan materi yang belum
dikuasainya. Atau guru juga dapat mendatangkan anggota masyarakat yang
mempunyai keahlian dalam hal materi yang belum dikuasai siswa.

-oo0oo-
FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT
MANAJEMEN PEMBELAJARAN

8.1 PENDAHULUAN

D
alam pelaksanaan pembelajaran dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik
faktor pendukung maupun faktor penghambat, antara lain:

1. Faktor Pendukung
Menurut Sanjaya (2008: 52), terdapat beberapa faktor yang dapat me- mengaruhi
kegiatan proses sistem pembelajaran, diantaranya:
a. Faktor guru
Guru adalah komponen yang sangat menentukan dalam implementasi suatu
strategi pembelajaran. Tanpa, guru bagaimanapun bagus dan idealnya suatu
strategi, maka strategi itu tidak mungkin diaplikasikan. Keberhasilan
implementasi suatu strategi pembelajaran akan ter- gantung pada kepiawaian
guru dalam menggunakan metode, teknik dan taktik pembelajaran.
Guru dalam proses pembelajaran memegang peran yang sangat penting. Dalam
proses pembelajaran, guru tidak hanya berperan sebagai model atau teladan
bagi siswa yang diajarnya, tetapi juga sebagai pengelola pembelajaran
(manager of learning). Dengan demikian efektivitas proses pembelajaran
terletak di pundak guru. Oleh
9 Manajemen Pembelajaran Berbasis Standar Proses

karenanya, keberhasilan suatu proses pembelajaran sangat ditentukan oleh


kualitas atau kemampuan guru.
Untuk dapat melakukan peranan dan melaksanakan tugas serta tanggung
jawabnya maka menurut Sardiman (2011: 126), guru me- merlukan syarat-
syarat tertentu yang dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1) Persyaratan Administratif
Syarat-syarat administratif antara lain meliputi: soal ke- warganegaraan
(warga negara Indonesia), umur (sekurang- kurangnya 18 tahun),
mengajukan permohonan, berkelakukan baik. Di samping itu masih ada
syarat-syarat lain yang telah ditentukan sesuai dengan kebijakan yang ada.
2) Persyaratan teknis
Dalam persyarata teknis ini ada yang bersifat formal, yakni harus
berijazah pendidikan guru. Hal ini mempunyai konotasi bahwa seseorang
yang memiliki ijazah pendidikan guru itu dinilai sudah mampu mengajar.
Kemudian syarat-syarat lain adalah menguasai cara dan teknik mengajar,
terampil mendesain program pengajaran serta memiliki motivasi dan cita-
cita memajukan pendidikan/ pengajaran.
3) Persyaratan psikis
Yang berkaitan dengan kelompok persyaratan psikis, antara lain sehat
rohani, dewasa dalam berfikir dan bertindak, mampu me- ngendalikan
emosi, sabar, ramah dan sopan, memiliki jiwa ke- pemimpinan, konsekuen
dan berani bertanggungjawab, berani berkorban dan memiliki jiwa
pengabdian. Disamping itu juga guru dituntut untuk bersifat pragmatis dan
realististetapi juga memiliki pandangan yang mendasar dan filosofis. Guru
juga harus mematuhi norma dan nilai yang berlaku serta memiliki
semangat membangun. Inilah pentingnya bahwa guru itu harus memiliki
hati nurani untuk mengabdi demi anak didik.
Faktor Pendukung dan Penghambat Manajemen 9

4) Persyaratan fisik
Persyaratan ini meliputi: berbadan sehat, tidak memiliki cacat tubuh yang
mungkin mengganggu pekerjaannya, tidak memiliki gejala-gejala
penyakit yang menular. Dalam persyaratan fisik ini juga menyangkut
kerapian dan kebersihan termasuk bagaimana cara berpakaian. Sebab
bagaimanapun juga guru akan selalu dilihat/diamatidan bahkan dinilai
oleh para siswa/anak didiknya.
b. Faktor Siswa
Siswa adalah organism yang unik yang berkembang sesuai dengan tahap
perkembangannya. Perkembangan anak adalah perkembangan seluruh aspek
kepribadiannya, akan tetapi tempo dan irama per- kembangan masing-masing
anak pada setiap aspek tidak selalu sama. Proses pembelajaran dapat
dipengaruhi oleh perkembangan anak yang tidak sama itu, disamping
karakteristik lain yang melekat pada diri anak.
Seperti halnya guru, faktor-faktor yang dapat memengaruhi proses
pembelajaran dilihat dari aspek siswa meliputi aspek latar belakang siswa.
Yaitu jenis kelamin siswa, tempat kelahiran, tempat tinggal siswa, tingkat
sosial ekonomi siswa, dari keluarga yang bagaimana siswa berasal, dan lain-
lain. Sedangkan dilihat dari sifat yang dimiliki siswa meliputi kemampuan
dasar, pengetahuan dan sikap.
c. Faktor Sarana dan Prasarana
Sarana adalah segala sesuatu yang mendukung secara langsung terhadap
kelancaran proses pembelajaran, misalnya media pem- belajaran, alat-alat
pelajaran, perlengakapan sekolah, dan lain sebagainya, sedangkan prasarana
adalah segala sesuatu yang secara tidak langsung dapat mendukung
keberhasilan proses pembelajaran, misalnya jalan menuju sekolah, penerangan
sekolah, kamar kecil, dan lain sebagainya. Kelengkapan sarana dan prasarana
akan membantu guru dalam penyelenggaraan proses pembelajaran, dengan
demikian sarana dan prasarana merupakan merupakan komponen penting yang
dapat memengaruhi proses pembelajaran.
9 Manajemen Pembelajaran Berbasis Standar Proses

Terdapat beberapa keuntungan bagi sekolah yang memiliki ke- lengkapan


sarana dan prasarana. Pertama, kelengkapan sarana dan prasarana dapat
menumbuhkan gairah dan motivasi guru mengajar. Kedua, kelengkapan sarana
dan prasarana dapat memberikan berbagai pilihan pada siswa untuk belajar.
Setiap siswa pada dasarnya memiliki gaya belajar yang berbeda. Siswa yang
bertipe auditif akan lebih mudah belajar melalui pendengaran; sedangkan tipe
siswa yang visual akan lebih mudah belajar melalui penglihatan. Kelengkapan
sarana dan prasarana akan memudahkan siswa menentukan pilihan dalam
belajar.
d. Faktor Lingkungan
Dilihat dari dimensi lingkungan ada dua faktor yang dapat me- mengaruhi
proses pembelajaran, yaitu faktor organisasi kelas dan faktor iklim sosial-
psikologis.
Faktor organisasi kelas di dalamnya meliputi jumlah siswa dalam satu kelas
merupakan aspek penting yang bias memengaruhi proses pembelajaran.
Organisasi kelas yang terlalu besar akan kurang efektif untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Kelompok belajar yang besar dalam satu kelas
berkecendrungan:
1) Sumber daya kelompok akan bertambah luas sesuai dengan jumlah siswa,
sehingga waktu yang tersedia akan semakin sempit.
2) Kelompok belajar akan kurang mampu memanfaatkan dan menggunakan
semua sumber daya yang ada.
3) Kepuasan belajar setiap siswa akan cenderung menurun karena pelayanan
yang terbatas dari setiap guru.
4) Perbedaan individu antara anggota akan semakin tampak, sehingga akan
semakin sukar mencapai kesepakatan.
5) Anggota kelompok yang terlalu banyak berkecenderungan akan semakin
banyak siswa yang terpaksa menunggu untuk sama-sama maju
mempelajari materi pelajaran baru.
6) Anggota kelompok yang terlalu banyak akan cenderung semakin
banyaknya siswa yang enggan berpartisipasi aktif dalam setiap kegiatan
kelompok.
Faktor Pendukung dan Penghambat Manajemen 9

2. Faktor Penghambat
Menurut Sudjana (2004: 43), terdapat beberapa faktor yang dapat meng- hambat
kegiatan proses pembelajaran, di antaranya:
a. Faktor Guru
Agar guru dapat menyajikan bahan pelajaran dengan menarik dan berhasil,
maka perlu menguasai beberapa teknik sistem penyajian. Juga dapat memilih
sistem penyajian yang tepat untuk setiap materi tertentu yang akan disajikan
ataupun dapat membuat variasi dalam menyajikan bahan tersebut, namun
demikian dalam pengamatan pe- laksanaan pengajaran itu para guru
menemukan masalah-masalah seperti berikut:
Guru kurang menguasai beberapa sistem penyajian yang menarik dan efektif
1) Pemilihan metode kurang relevan dengan tujuan pelajaran dan
materi pelajaran.
2) Kurang trampil dalam menggunakan metode
3) Kurang bervariasi dalam menggunakan metode.
4) Cara menyajikan kurang membangkitkan motivasi.
5) Sangat terikat pada satu metode saja.
Guru tidak memberikan feed back pada tugas yang dikerjakan siswa. Menurut
Sudjana (2004: 84), dalam pelaksanaan pengajaran guru kadang-kadang
menemui banyak hambatan, diantaranya ialah:
1) Banyak guru kurang menggunakan perpustakaan sebagai sumber belajar.
2) Guru kurang membimbing bagaimana seharusnya cata belajar efektif itu.
3) Guru kurang kompeten.
4) Guru kurang memperhatikan dan memanfaatkan assessment siswa.
5) Guru belum menggunakan media dengan tepat.
6) Guru kurang mempertimbangkan latar belakang siswa yang tidak sama.
7. Guru kurang mengerti kemampuan dasar siswa yang kurang
9 Manajemen Pembelajaran Berbasis Standar Proses

8. Kurangnya buku-buku bacaan ilmiah


9. Keadaan sarana yang kurang
10. Jumlah buku-buku yang berbahasa Indonesia masih terbatas.
11. Guru dan murid kurang mampu dalam menguasai bahasa Inggris.
Dengan menemukan hambatan-hambatan itu, maka dalam pem- belajaran
menjadi kurang lancar. Guru mengalami kesulitan dalam meningkatkan proses
belajar mengajar, agar hasilnya efektif dan efeisien.
b. Faktor Siswa
Dalam mencapai hasil belajar yang maksimal, menurut Sudjana (2004:
39) dipengaruhi oleh faktor dari dalam diri siswa berupa kemampuan yang
dimilikinya. Faktor kemampuan siswa besar sekali pengaruhnya terhadap hasil
belajar siswa yang dicapai. Rendahnya kemampuan siswa dapat menjadi faktor
penghambat dalam proses pembelajaran.
Di samping faktor rendahnya kemampuan yang dimiliki siswa sebagai faktor
penghambat, juga ada faktor lain seperti rendahnya motivasi belajar,
kurangnya minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, kurangnya
ketekunan, sosial ekonomi, faktor fisik dan psikis.
c. Faktor Sarana dan Prasarana
Sering kita temukan bahwa guru merupakan satu-satunya sumber belajar di
kelas. Situasi ini kurang menunjang kualitas pembelajaran. Untuk itu
kurangnya ketersediaan sarana dan prasarana akan sangat mempengaruhi
kesuksesan proses belajar mengajar.
d. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan yang kurang kondusif akan menghambat pe- laksanaan
pembelajaran. Faktor lingkungan dapat memberikan pengaruh yang positif dan
pengaruh negatif terhadap siswa.
Tidak sedikit siswa yang sebelumnya rajin pergi ke sekolah, aktif me- ngikuti
kegiatan-kegiatan sekolah, kemudian berubah menjadi siswa yang malas, tidak
disiplin dan menunjukkan perilaku buruk dalam belajar. Hal ini dikarenakan
pengaruh dari lingkungan yang kurang
Faktor Pendukung dan Penghambat Manajemen 9

kondusif sehingga dampak akhirnya adalah tidak terwujudnya proses belajar


mengajar efektif dan efisien.

8.2 FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT PADA


PERENCANAAN PEMBELAJARAN
Implementasi perencanaan pembelajaran yang terjadi di sekolah dapat
diidentifikasi faktor-faktor yang mendukung penyusunan perencanaan
pembelajaran tersebut antara lain adanya kerjasama antar sesama guru mata
pelajaran, sarana dan prasarana yang mendukung, adanya dukungan dari kepala
sekolah serta bimbingan dari wakakurikulum.
Adapun faktor-faktor yang menghambat penyusunan perencanan
pembelajaran antara lain guru yang malas dalam menyusun perencanaan
pembelajarannya mulai dari pembuatan Rencana Pelaksanaan Pem- belajaran
(RPP) sampai pada tahap penyiapan media pembelajaran sesuai dengan mata
pelajaran yang diajarkan dan ketidakmampuan untuk mencari dan mengadakan
buku sumber yang diperlukan sebagai literatur yang akan digunakan dalam
penyusunan perencanaan pembelajaran.
Untuk mengatasi hambatan dalam perencanaan pembelajaran maka perlu
diupayakan pembinaan melalui pelatihan, peningkatan wawasan kependidikan
khususnya dalam penyusunan perencanaan pembelajaran. Dilain pihak sekolah
harus menyediakan buku sumber sebagai panduan dalam penyusunan perencanaan
pembelajaran.

8.3 FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT PADA


PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Sebaik apapun perencanaan pembelajaran yang telah disusun, biasanya tidak
terlaksana secara menyeluruh seperti yg diharapkan. Hal ini tidak lepas dari faktor
pendukung dan faktor penghambat ketika kegiatan pembelajaran itu dilaksanakan.
Faktor pendukung pelaksanaan pembelajaran yang penulis lihat pada
sejumlah sekolah adalah tersedianya sarana dan prasarana yang
1 Manajemen Pembelajaran Berbasis Standar Proses

cukup, guru yang kompeten karena rata-rata jenjang pendidikannya S1, adanya
komitmen semua guru untuk melaksanakan pembelajaran yang berkualitas.
Sedangkan faktor yang menghambat dalam pelaksanaan pembelajaran adalah tidak
adanya dana yang cukup untuk membiayai penyediaan sarana dan prasaran yang
sesuai standar atau untuk mengganti peralatan yang rusak, kekurangan dana
tersebut sering terjadi pada sekolah gratis dan tidak adanya buku teks pelajaran
siswa yang digunakan selama proses pembelajaran berlangsung.
Pentingnya penyediaan sarana dan prasarana dalam proses pembelajaran
sejalan dengan pendapat Sanjaya (2010: 55), yang mengatakan bahwa:
“kelengkapan sarana dan prasarana akan membantu guru dalam penyelenggaraan
proses pembelajaran, dengan demikian sarana dan prasarana merupakan komponen
penting yang dapat mempengaruhi proses pembelajaran.”
Untuk mengatasi faktor penghambat dalam pelaksanaan pembelajaran,
antara lain dapat dilakukan dengan penyediaan dana yang cukup untuk membiayai
proses pembelajaran seperti misalnya membeli peralatan musikyang baru (bagi
SMK) atau untuk membiayai ongkos perbaikan komputer yang rusak, sekolah
menyediakan buku teks pelajaran untuk semua siswa. Dan pihak sekolah
menyelenggarakan pembinaan pada guru yang sering menghindari tanggung
jawabnya dalam mengajar serta pembinaan pada siswa yang melanggar tata tertib
sekolah.

8.4 FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT PADA


PENILAIAN PEMBELAJARAN
Sebagaimana pada tahap perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, pada tahap
penilaian pun terdapat faktor pendukung dan penghambat. Bahwa salah satu faktor
yang memudahkan guru dalam penilaian pembelajaran adalah apabila guru dalam
pembelajarannya setiap satu kompetensi dasar dilakukan evaluasi dengan
mengadakan pre-test dan post-test sedangkan yang menghambat adalah
ketidakpedulian guru dan siswa dalam penilaian , guru tidak melaksanakan
tugasnya dengan baik
Faktor Pendukung dan Penghambat Manajemen 1

dalam hal memberikan penilaian sedangkan siswa kurang atau tidak termotivasi
untuk mendapatkan nilai terbaik.
Pendapat diatas sejalan dengan Sudjana (2004:40), yang mengatakan bahwa:
“rendahnya kemampuan yang dimiliki siswa sebagai faktor penghambat, juga ada
faktor lain seperti rendahnya motivasi belajar, kurangnya minat dan perhatian,
sikap dan kebiasaan belajar, kurangnya ketekunan, sosial ekonomi, faktor fisik dan
psikis.
Untuk mengatasi hambatan dalam penilaian pembelajaran, anatara lain dapat
dilakukan dengan cara sebaiknya guru mengatur waktu dengan sebaik mungkin
dalam penyusunan soal dan pemeriksaan lembar jawaban, dan pihak sekolah
sebaiknya memberikan pelatihan pada guru tentang tata cara penyusunan soal serta
guru dan komponen sekolah lainnya ber- komitmen untuk terus memotivasi siswa
untuk belajar melalui bimbingan khusus dan kegiatan lainnya.

-oo0oo-
102 Manajemen Pembelajaran Berbasis Standar Proses
Pendidikan
DAFTAR PUSTAKA

Aunurrahman, 2009. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. Amirullah &


Budiyono.2004. Pengantar Manajemen. Graha Ilmu: Yogyakarta Daft, Richard
L. 2002. Manajemen. Jakarta: Erlangga.
Davis, Iuor K. 1991. Pengelolaan Belajar. Jakarta: Rajawali Press.
Djamarah, B.S & Zain.A. Strategi Belajar Mengajar.2006. Jakarta: Rineka
cipta Fattah, Nanang. 2008. Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung:
Remaja
Rosda Karya.
Haling, A. 2007. Belajar dan Pembelajaran. Makassar: Badan Penerbit
UNM. Hakiim, Lukmanul. 2008. Perencanaan Pembelajaran. Bandung:
Wacana
Prima.
Harjanto. 2006. Perencanaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Kunandar. 2009. Guru Profesional (Implementasi KTSP dan Sukses dalam
Sertifikasi). Jakarta: Rajawali Pers.
Mahtika, Hanafie. 2007. Pengambilan Keputusan Strategik. Makassar: Badan
Penerbit UNM.
Mulyasa. 2008. Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan,
Kemandirian Guru dan Kepala Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara.
1 Manajemen Pembelajaran Berbasis Standar Proses

Mantja, W. 2008. Profesionalisme Tenaga Kependidikan Manajemen Pendidikan


dan Supervisi Pengajaran. Malang: Elang Emas.
Mansyur, dkk. 2009. Asesmen Pembelajaran di Sekolah. Yogyakarta: Multi
Pressindo
Nurkolis, 2005. Manajemen Berbasis Sekolah. Jakarta; PT. Grasindo.
Poerwadarminta, W.J.S. 1986. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan. Jakarta. Cemerlang.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 41 Tahun
2007 tentang Standar Proses Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan
Menengah.
Rooijkakkers. 1991. Mengajar dengan Sukses. Jakarta: Grasindo Sagala,
S. 2008. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
---------------. 2009. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Sudirman N, dkk., 1991. Ilmu Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Sastropoerto, S. 1982. Strategi Pelaksanaan Latihan. Jakarta: Gramedia.
Sanjaya, W. 2006. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Kencana
Prenada Media Group.
---------------. 2009. Kurikulum dan Pembelajaran Teori dan Praktik
Pengembangan KTSP. Jakarta: Kencana.
---------------. 2010. Strategi Pembelajaran (Berorientasi Standar
Proses Pendidikan). Jakarta: Kencana Prenada Media
Group.
Sudjana, N. 2004. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung. Sinar Baru
Algensindo.
Terry, George R. 2003. Prinsip-prinsip Manajemen. Jakarta: Bumi Aksara.
Terry, R. G. & Rue, W. L. 2003. Dasar-Dasar Manajemen. Jakarta: Bumi Aksara.
Daftar 1

---------------. 2006. Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran. Jakarta. Bumi


aksara.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional. Jakarta. Cemerlang.
Usman, Husaini. 2008. Manajemen Teori Praktik & Riset Pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara.
Usman, Husaini. 2011. Manajemen; Teori, Praktik dan Riset Pendidikan.
Yogyakarta; Bumi Aksara. Edisi Ketiga.
Winardi. 2000. Asas-asas Manajemen. Bandung: Mandar Maju.
Yamin. M & Maisah. 2009. Manajemen Pembelajaran Kelas. Jakarta:Gaung Persada
Press.

-oo0oo-
106 Manajemen Pembelajaran Berbasis Standar Proses
Pendidikan

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai