Anda di halaman 1dari 6

MODUL 01

EFISIENSI MESIN: PENENTUAN NILAI EFISIENSI MESIN UAP


PANAS
Syafitra Salam, Dian Retno Anggraini E., Muhammad Ridho, Said Husain, Shafira Amaliyah
10219027, 10219093, 10219009, 10219048, 10219106
Program Studi Fisika, Institut Teknologi Bandung, Indonesia
Email: safitra.salam@gmail.com

Asisten: Elvan Vensiando / 10217034


Tanggal Praktikum: (05-03-2021)

Abstrak
Mesin uap panas adalah mesin yang bekerja mengikuti hukum termodinamika. Mesin ini bekerja dengan
memanfaatkan kalor yang diterima kemudian mengonversikannya menjadi kerja, lalu kerja yang dihasilkan
akan dikonversikan menjadi energi listrik atau energi lainnya. Kalor dihasilkan dari pemanasan air dalam
reservoir, kemudian uap yang dihasilkan akan digunakan untuk menekan piston yang mengakibatkan turbin
berputar. Akan tetapi, mesin uap panas tidak memiliki sifat yang ideal sehingga tidak semua kalor dapat
dikonversikan menjadi kerja. Oleh karena itu, perlu ditentukan berapa kerja yang dapat dihasilkan, kalor yang
kembali digunakan pada siklus termodinamika, dan efisiensi dari mesin uap panas tersebut. Meskipun efisiensi
tidak dapat bernilai 100%, tetapi efisiensi dapat ditingkatkan dengan menggunakan suatu alat yang disebut
prony brake.
Kata kunci : Efisiensi, mesin uap panas, prony brake, termodinamika.

I. Pendahuluan kedua proses ini dilakukan dengan tekanan


konstan. Uap yang dihasilkan kembali
dipanaskan dengan tekanan yang sama
sehingga uap dapat mengalir ke dalam silinder
dan mengalami ekspansi secara adiabatis
terhadap piston atau flywheel hingga tekanan
dan temperaturnya turun atau sama seperti
kondensor. Di kondensor, uap mengembun
menjadi air dengan temperatur dan tekanan
Gambar 1.1 Mesin Uap Panas[3] yang sama pada keadaan awal, ini adalah
proses satu siklus dari mesin uap panas.[1]
Mesin uap panas memanfaatkan energi Tujuan dari modul ini adalah untuk
dari uap panas berupa kalor (Q1) menjadi kerja menentukan jumlah panas Q2 yang
sebesar W. Kemudian kerja W akan dipindahkan ke cooling water dan kerja W
dikonversi ke energi listrik atau energi yang dilakukan tiap siklusnya. Serta
lainnya. Kalor yang dihasilkan dari proses menentukan efisiensi η.
pemanasan air tidak mungkin terkonversi Jika tidak ada kalor atau panas yang
100% menjadi kerja. Oleh karena itu, kalor hilang dalam satu siklus, besar Q1 akan
yang tidak terkonversi (Q2) akan dipindahkan ekivalen dengan :
ke reservoir. Selain itu, terdapat juga kalor 𝑄1 = 𝑄2 + 𝑊 (1)
yang hilang akibat dari gesekan piston dan Akan tetapi, pada kenyataannya terdapat
energi listrik yang menghasilkan panas dalam kalor Q1 yang hilang sehingga :
bentuk konduksi dan radiasi. 𝑄1 > 𝑄2 + 𝑊 (2)
Pada reservoir, air dipanaskan hingga Efisiensi di definisikan sebagai
mencapai titik didih dan kemudian menguap, banyaknya kerja yang dihasilkan untuk tiap
kalor yang diberikan, atau dapat ditulis 𝑃
𝑄′2 = (9)
𝑓
sebagai :
𝑊 Dari persamaan tersebut, dapat
𝜂=𝑄 (3) ditentukan besar kalor yang kembali ke siklus
1
Untuk mesin uap panas, karena pada termodinamika adalah :
prosesnya tidak semua Q1 yang terkonversi 𝑄2 = 𝑄′2 − 𝑊𝑅 (10)
menjadi Q2 dan W, maka persamaan efisiensi Keterangan :
lebih baik ditulis sebagai : W’ : Kerja oleh gaya gesek pada prony
𝑊 brake (J).
𝜂=𝑄 (4)
2 +𝑊 τ : Torsi pada prony brake (Nm).
Keterangan : WR : Kerja oleh gaya gesek mesin uap
Q1 : Kalor yang diterima dari reservoir 1 (piston) (J).
(J). 𝐹 : Gaya yang bekerja pada
Q2 : Kalor yang dipindahkan ke cooling prony brake (N).
water (J). L : Panjang lengan prony brake (m).
W : Kerja yang dihasilkan dalam satu P : Daya yang ditransfer ke cooling water
siklus (J). (W).
η : Efisiensi. c : Kalor jenis air (J/kg℃)
Selanjutnya, panas Q2 akan dipindahkan ρ : Massa jenis air (kg/m3).
ke cooling water sehingga menyebabkan ΔV : Perubahan volume (m3).
temperatur cooling water meningkat. Untuk Δt : Perubahan waktu (s)
mengukur temperatur dari cooling water harus ΔT : Perubahan suhu (℃)
disertai kerja gaya gesek piston WR karena Q’2 : Kalor yang ditransfer ke cooling water
gesekan piston juga berkontribusi terhadap (J)
perubahan temperatur dari cooling water. f : Frekuensi perputaran mesin uap panas
Pada percobaan dengan prony brake, (Hz)
gesekan antara prony brake dengan flywheel
akan memperlambat kecepatan rotasi flywheel II. Alat dan Bahan
sehingga gesekan tersebut harus Alat dan bahan yang digunakan pada
dipertimbangkan. Oleh karena itu, kita perlu modul ini diantaranya adalah :
mengukur kerja dan torsi yang dihasilkan dari 1. 1 Cooling Water
prony brake tersebut. Kerja W’ yang 2. 1 Termometer
disebabkan oleh prony brake adalah : 3. 1 Bejana
𝑊 ′ = 2𝜋𝜏 (5) 4. 1 Power Supply
Dikarenakan adanya kerja yang 5. 1 Pompa air
dihasilkan dari prony brake, maka kerja total 6. 1 Dinamometer
dari mesin uap panas juga akan berubah 7. 1 Transformer
menurut persamaan : 8. 1 Mesin uap panas.
𝑊 = 𝑊 ′ + 𝑊𝑅 (6) 9. 1 Stopwatch
Lalu, untuk menghitung torsi gunakan 10. 1 Gelas beker
persamaan :
𝜏 =𝐹∙𝐿 (7) III. Metode Percobaan
Besar daya yang ditransfer ke cooling
water adalah :
∆𝑉
𝑃 = 𝑐𝜌 ∆𝑡 ∆𝑇 (8)
Sehingga, kalor yang ditransfer ke
cooling water sebesar :
percobaan tanpa prony brake untuk setiap 1
menit selama 5 menit. Gaya yang terbaca pada
dynamometer digunakan untuk menghitung
torsi.
Beberapa hipotesis pada percobaan ini
adalah, kerja yang dihasilkan (W) dan kalor
yang ditransfer ke cooling water (Q2) selalu
Gambar 3.1 Set alat percobaan mesin uap panas. lebih kecil dibandingkan kalor yang diberikan
(Q1). Efisiensi (η) tidak mungkin bernilai
Langkah-langkah percobaan dari modul 100% atau lebih tetapi efisiensi dapat
ini, pertama-tama, pastikan semua alat yang ditingkatkan dengan menggunakan prony
digunakan bekerja dengan baik. Kemudian, brake.
supply cooling water dinyalakan, periksa
sirkulasi air. Setelah air kembali melalui IV. Data dan Pengolahan
tabung outlet, temperatur awal dari cooling a. Data frekuensi dan beda suhu pada menit
water diukur, lalu transformer dinyalakan ke-10 adalah :
dengan tegangan U = 12 V (10 dan 8 V untuk
variasi lainnya). Mesin uap panas dinyalakan Tabel 4.1 Frekuensi dan suhu pada menit
dengan memutar flywheel searah jarum jam ke-10 untuk tiap variasi tegangan..
dan tunggu hingga mesin uap panas bekerja Tegangan Frekuensi Beda Suhu
(V) (Hz) (℃)
secara stabil. Setelah stabil, tegangan pada
8 3,4 12.01
transformer diturunkan menjadi 8 V dan
10 4.97 14.85
biarkan mesin uap panas beroperasi selama 10
menit. Ujung tabung outlet diletakkan pada 12 6.16 19.24
gelas beker, setelah 5 menit, volume gelas
beker diukur untuk mendapatkan debit dari Grafik beda suhu terhadap tegangan tanpa
aliran air. Lalu, kecepatan rotasi mesin uap prony brake diperoleh melalui data di atas :
panas diukur dengan menggunakan sensor
yang diarahkan pada lubang-lubang flywheel,.
Temperatur dari cooling water juga diukur
untuk mendapatkan kalor yang kembali ke
siklus termodinamika. Pengukuran temperatur
dan kecepatan rotasi ini dilakukan setiap 1
menit selama 10 menit.
Untuk percobaan dengan prony brake,
hal pertama yang dilakukan adalah memasang
prony brake pada poros engkol mesin uap Gambar 4.1 Grafik beda suhu terhadap tegangan
panas. Kemudian memasang dudukan setinggi tanpa prony brake.
47 cm dari dasar dudukan dan
menghubungkannya dengan stand rod. Pada Dari grafik di atas, semakin besar tegangan
stand rod dipasang precision dynamometer yang diberikan maka semakin besar pula beda
1,0 N yang di set nilai 0. Gaya gesek diatur suhu. Beda suhu berbanding lurus terhadap
sesuai keinginan dengan cara menambahkan tegangan. Ini menyatakan bahwa tegangan
beban pada tiap sisi prony brake. Kemudian, yang besar akan menghasilkan kalor yang
mesin uap panas dinyalakan dengan tegangan besar pula.
12 V (sama untuk tiap variasi), kecepatan
b. Data percobaan dengan prony brake.
rotasi dan temperatur dari cooling water
U = 12 V
diperoleh dengan cara yang sama seperti
L = 0.25 m 5.8 0.0 6.9 7.28 5.75 55.
12
Ti = 29.7 ℃ 6 52 564 296 2542 9
0.0 6.9 7.08 6.89 50.
12 5.7
Tabel 4.2 Data hasil pengukuran dengan prony 2 564 2 4758 67
brake 0.0 6.9 7.12 7.55 48.
12 5.6
275 564 91 16 56
Tf m ΔT τ f
F (N) o o
( C) (kg) ( C) (Nm) (Hz)
0 43.22 0 13.52 0 5.9 Kerja mekanik W diperoleh melalui
0.208 43.34 0.05 13.64 0.052 5.86 persamaan (6) dengan W’ dari persamaan (5).
0.08 44.16 0.1 14.46 0.02 5.7 Untuk kalor Q2 diperoleh melalui persamaan
0.11 44.58 0.15 14.88 0.0275 5.6 (10) dengan Q’2 dari persamaan (9) dan daya
P dari persamaan (8). Untuk mendapatkan
Torsi (τ) dari tabel di atas diperoleh dengan efisiensi digunakan persamaan (4).
menggunakan persamaan (7). Untuk beda Dari tabel 4.3 di atas, diperoleh grafik kerja W
suhu diperoleh melalui selisih antara suhu dan kalor Q2 terhadap frekuensi f :
akhir (Tf) dan suhu awal (Ti). Dari tabel 4.2,
diperoleh grafik frekuensi terhadap torsi :

Gambar 4.3 Grafik kerja dan kalor terhadap


Gambar 4.2 Grafik frekuensi terhadap torsi pada
frekuensi pada percobaan tanpa prony brake dan
percobaan dengan prony brake.
dengan prony brake.

Berdasarkan grafik di atas, terlihat bahwa


Berdasarkan grafik di atas, diperoleh bahwa
hubungan antara frekuensi dan torsi tidak
kerja pada piston tanpa prony brake dan tanpa
beraturan.
prony brake bernilai konstan. Hal ini
dikarenakan kerja yang dihasilkan oleh prony
c. Data percobaan tanpa prony brake dan
brake dan piston saling menyeimbangkan
dengan prony brake :
sehingga kerja total bernilai konstan. Untuk
kalor Q2 dengan prony brake, semakin besar
Tabel 4.3 Hasil pengukuran tanpa prony
kecepatan rotasi mesin uap panas maka
brake (baris 1-3) dan dengan prony brake
(baris 4-7).
semakin kecil kalor yang kembali ke siklus
termodinamika karena kalor yang
U f τ 𝜂
WR W Q2 dikonversikan menjadi kerja pada piston akan
(V (H (N (%
(J) (J) (J) semakin besar. Begitu juga untuk kalor Q2
) z) m) )
6.9 6.95 12.3 tanpa prony brake, hanya saja nilai kalor yang
8 3.4 0 36
564 64 3025 kembali ke siklus termodinamika lebih besar
4.9 6.9 6.95 9.35 42. karena kalor hanya dikonversikan ke kerja
10 0
7 564 64 7685 64 oleh piston saja.
6.1 6.9 6.95 10.0 40.
12 0
6 564 64 9724 79
6.9 6.95 5.55 55. V. Pembahasan
12 5.9 0
564 64 5329 6
Pada percobaan modul ini, pengambilan Oleh karena itu, efisiensi lebih sesuai dihitung
nilai T (temperatur) dan f (frekuensi) dengan menggunakan persamaan (4).
menggunakan metode pengukuran berulang. Pada percobaan dengan prony brake,
Nilai T dan f diambil setiap 1 menit selama 10 grafik 4.2 menunjukkan bahwa semakin besar
menit (10 pengukuran) untuk percobaan tanpa torsi yang dihasilkan maka semakin kecil
prony brake dan setiap 1 menit selama 5 menit kecepatan rotasi dari mesin uap panas.
(5 pengukuran) untuk percobaan dengan Besarnya torsi dipengaruhi oleh beban yang
prony brake. Metode pengukuran berulang ini diberikan pada sisi prony brake. Semakin
digunakan untuk memperoleh hasil yang lebih besar beban yang diberikan maka semakin
akurat karena temperatur cooling water dan besar pula torsi yang dihasilkan. Besarnya
kecepatan rotasi mesin uap panas selalu torsi berbanding lurus terhadap kerja yang
berubah-ubah. Perubahan ini disebabkan oleh dihasilkan oleh prony brake dan berbanding
gaya gesek mesin uap panas. Panas yang terbalik terhadap kecepatan rotasi mesin uap
dihasilkan dari gaya gesek mesin uap akan panas. Karena kecepatan rotasi berbanding
ditransfer ke cooling water sehingga terbalik terhadap kalor Q2, maka saat kerja
temperaturnya berubah. Gaya gesek ini juga yang dihasilkan oleh prony brake semakin
menghambat kecepatan rotasi sehingga besar, kalor Q2 akan semakin kecil dan begitu
kecepatan rotasinya pun juga berubah. sebaliknya. Karena kalor Q2 semakin kecil
Berdasarkan percobaan yang dilakukan, dan W semakin besar, maka efisiensi akan
pengaruh waktu terhadap temperatur siklus meningkat. Oleh karena itu, dapat
kerja berbanding lurus. Hal ini dikarenakan disimpulkan bahwa penambahan beban akan
semakin lama waktu berjalan, semakin meningkatkan efisiensi.
banyak energi yang terkonversi menjadi Pada tabel 4.3, terlihat bahwa efisiensi
panas, yaitu panas dari gesekan piston dan akan semakin besar jika kecepatan rotasi
panas yang tidak terkonversi menjadi kerja. semakin besar dan sebaliknya, perubahan torsi
Berdasarkan grafik 4.1, hubungan antara hampir tidak memengaruhi kerja mesin uap
tegangan dan temperatur berbanding lurus. panas sehingga kerja dapat dianggap konstan.
Semakin besar tegangan maka semakin besar Untuk percobaan dengan prony brake pada
kalor yang diberikan pada reservoir sehingga grafik 4.3, terlihat bahwa semakin besar
temperatur pada siklus termodinamika kecepatan rotasi, maka Q2 akan semakin kecil
semakin besar pula. Temperatur yang tinggi dan W yang dihasilkan tidak terlalu berubah
pada siklus akan menyebabkan tekanan yang atau mendekati konstan. Maka, dari grafik
besar dan sebaliknya. Tekanan digunakan tersebut dapat disimpulkan bahwa cara untuk
untuk memutar flywheel melalui piston. meningkatkan efisiensi adalah dengan
Semakin besar tekanan maka semakin cepat meningkatkan kecepatan rotasi.
flywheel berputar (frekuensi semakin besar). Hubungan kecepatan rotasi terhadap Q
Dari proses tersebut, terlihat bahwa semakin tanpa prony brake dan dengan prony brake
besar temperatur maka semakin besar pula berbanding terbalik. Hal ini dikarenakan
frekuensi mesin uap panas. semakin besar f maka semakin kecil Q’2
Efisiensi mesin uap panas akan lebih baik Sementara itu, hubungan kecepatan rotasi
dihitung menggunakan persamaan (4) karena terhadap W tanpa prony brake dan dengan
kalor Q1 tidak sepenuhnya terkonversi prony brake bernilai konstan atau hampir
menjadi Q2 dan W. Pada prosesnya, sebagian tidak dipengaruhi sama sekali.
energi listrik dari transformer hilang dalam
bentuk konduksi dan radiasi panas sehingga VI. Kesimpulan
Q1 > Q2 + W. Akibat dari tidak idealnya mesin 1. Jumlah panas (Q2) tertera pada tabel 4.3.
uap panas tersebut, besar energi yang diterima 2. Kerja mekanik (W) tertera pada tabel 4.3.
oleh siklus termodinamika adalah Q2 + W.
3. Efisiensi mesin uap panas tertera pada
tabel 4.3

VII. Daftar Pustaka


[1] Moran J., Shapsiro N. M., 2006,
“Fundamentals of Engineering
Thermodynamics 5th Ed.”. UK :
John Wiley and Sons.
[2] Zemansky, Mark W., 1968 “Heat
and Thermodynamics 5th Ed.”,
McGraw Hill.
[3] https://www.cs.mcgill.ca/~rwest/wi
kispeedia/wpcd/images/126/12659.
gif.

Anda mungkin juga menyukai