Anda di halaman 1dari 6

MODUL 01

EFISIENSI MESIN: PENENTUAN NILAI EFISIENSI MESIN UAP


PANAS
Adella Nur Apriati, Yuni Prastika, Hilman Fikry, Willy Christofery Sihotang
10217082, 10216060, 10217051, 10217083
Program Studi Fisika, Institut Teknologi Bandung, Indonesia
Email: adellabasjari@gmail.com

Asisten: Yolanda Raintina / 10216095


Tanggal Praktikum: (05-09-2019)

Abstrak
Laporan ini merupakan hasil percobaan Modul 01 dari praktikum Eksperimen Fisika 2 yang berjudul Efisiensi
Mesin: Penentuan Nilai Efisiensi Mesin Uap Panas. Dari judulnya, tujuan utama percobaan ini adalah untuk
menentukan nilai efisiensi mesin uap panas. Selain itu, tujuan lain dari percobaan ini adalah menentukan kerja,
kalor transfer, torsi dan frekuensi mesin uap. Untuk mencapai tujuan tersebut, dilakukan percobaan dengan
menggunakan mesin uap dan prinsip prony brake dengan beberapa alat dan bahan lain yang tertera selanjutnya di
dalam isi laporan. Data didapat dari pengukuran langsung terhadap mesin uap, yang berisikan volume air,
temperatur, frekuensi dan tegangan yang diberikan. Data tersebut kemudian diolah untuk mencapai tujuan yang
telat disebutkan. Didapat hasil berupa nilai-nilai yang menjawab tujuan percobaan ini.
Kata kunci : frekuensi, kerja mekanik, mesin uap, prony brake, torsi.

I. Pendahuluan 𝑄1 = 𝑊 + 𝑄2 (1)
Dari diadakannya praktikum ini, dibuat
beberapa tujuan. Pertama, menentukan nilai 𝑄1 > 𝑊 + 𝑄2 (2)
torsi dari tiap percobaan yang dilakukan.
Kedua, menentukan frekuensi mesin uap di η=
𝑊
(3)
tiap percobaan. Ketiga, menentukan kerja 𝑄1
𝑊
mekanik W dan kalor Q2 mesin uap dari tiap η= 𝑄2 +𝑊
(4)
percobaan. Yang terakhir, menentukan
efisiensi mesin dari tiap percobaan yang Keterangan:
dilakukan. Q1 : Panas dari reservoir (J)
Percobaan ini menggunakan konsep Q2 : Panas yang ditransfer (J)
mesin uap panas. Mesin uap panas bekerja W : Kerja mekanik (J)
dengan menyerap panas Q1 dari reservoir yang η : Efisiensi mesin (%)
kemudian dikonversikan menjadi kerja
mekanik mesin uap W dan panas Q2 yang Prony Brake adalah sebuah tipe
dikeluarkan mesin, diserap oleh air. Namun, sederhana dari dinamometer yag digunakan
hasil Q1 mungkin saja keluar dari sistem. untuk mengukur torsi yang ditimbulkan oleh
Efisiensi (η) merupakan kemampuan sebuah motor atau mesin. Prinsip kerja yang
menjalankan tugas dengan baik dan tepat digunakan pada prony brake adalah fisika
(tidak membuang waktu, tenaga, biaya) [3]. torsi[2]. Prony brake akan memunculkan torsi
Pada kasus mesin uap ini, efisiensi merupakan (τ) pada poros dan memperlambat kecepatan
perbandingan kerja W dengan kalor perputaran mesin uap. Nilai ini memengaruhi
pembentuknya yaitu Q1. Representasinya kerja W yang muncul. Beberapa persamaan di
ditunjukkan oleh persamaan-persamaan bawah akan menjelaskan perhitungan dalam
berikut prony brake
𝜏 = (𝐹 + 𝑚. 𝑔). 𝐿 (5) William John Macquorn Rankine pada
′ abad ke-19 dan sejak saat itu banyak
𝑊 = 𝑊 + 𝑊𝑅 (6)
𝑊 ′ = 2𝜋. 𝜏 (7) diaplikasikan pada mesin-mesin uap[1].
Keterangan: Penjelasan gambar siklus rankine terlampir
τ : Torsi (Nm) pada lampiran, gambar 2. Air menjadi fluida
kerja siklus rankine dan mengalami siklus
F : Gaya (N)
tertutup (close-loop cycle) artinya secara
m : Massa (kg) konstan air pada akhir proses siklus masuk
g : Gaya gravitasi (m/s2) kembali ke proses awal siklus. Pada siklus
L : Lengan torsi (m) rankine, air ini mengalami empat proses sesuai
W : Kerja mekanik (J) dengan gambar di atas, yaitu:
W’ : Kerja mekanik poros engkol (J)
WR : Kerja mesin uap (J) 1. Proses C-D: Fluida kerja / air dipompa
dari tekanan rendah ke tinggi, dan pada
proses ini fluida kerja masih berfase cair
sehingga pompa tidak membutuhkan input
tenaga yang terlalu besar. Proses ini
dinamakan proses kompresi-isentropik
karena saat dipompa, secara ideal tidak
ada perubahan entropi yang terjadi.
2. Proses D-F: Air bertekanan tinggi tersebut
masuk ke boiler untuk mengalami proses
selanjutnya, yaitu dipanaskan secara
isobarik (tekanan konstan). Sumber panas
didapatkan dari luar seperti pembakaran
Gambar 1. Prony brake dengan keterangan batubara, solar, atau juga reaksi nuklir. Di
perhitungan. N sebagai torsi, r sebagai lengan boiler air mengalami perubahan fase dari
torsi. cair, campuran cair dan uap, serta 100%
uap kering.
Mesin uap memiliki daya yang nantinya 3. Proses F-G: Proses ini terjadi pada turbin
ditransfer ke air. Nilai daya tersebut dan kalor uap. Uap air kering dari boiler masuk ke
turbin dan mengalami proses ekspansi
Q2 yang ditransfer ditentukan dengan
secara isentropik. Energi yang tersimpan
persamaan berikut di dalam uap air dikonversi menjadi energi
gerak pada turbin.
∆𝑉 4. Proses G-C: Uap air yang keluar dari
𝑃 = 𝑐. 𝜌 ∆𝑡 ∆𝑇 (8)
𝑃
turbin uap masuk ke kondensor dan
𝑄′2 = 𝑓
(9) mengalami kondensasi secara isobarik.
𝑄2 = 𝑄′2 − 𝑊𝑅 (10) Uap air diubah fasenya menjadi cair
kembali sehingga dapat digunakan
kembali pada proses siklus.
Keterangan:
P : Daya (W) Gambaran siklus melalui diagram T-S di atas
c : Kalor jenis air (J/kg K) adalah siklus rankine yang paling dasar dan
ρ : Massa jenis air (kg/m3) sederhana. Pada penggunaannya ada beberapa
ΔV : Perubahan volume (m3) modifikasi proses sehingga didapatkan
Δt : Perubahan waktu (s) efisiensi termal total yang lebih tinggi[1].
II. Alat dan Bahan
ΔT : Perubahan temperatur (0C)
Spesifikasi alat dan bahan adalah sebagai
f : Frekuensi (Hz)
berikut.
1. 1 Voltmeter
Siklus Rankine adalah sebuah siklus
2. 1 Ammeter
yang mengkonversi energi panas menjadi
kerja/energi gerak. Dikembangkan oleh 3. 1 Cooling water
4. 1 Power Supply Dengan menggunakan data tersebut,
5. 1 Termometer didapat grafik (terlampir sebagai gambar
6. 1 Bejana 3) dan hasil pengolahan data sebagai
berikut
7. 1 Pompa air
8. 1 Dinamometer Tabel 2. Data percobaan 1 yang sudah diolah.
9. 1 Transformer
U (V) ΔV/Δt (m3/s) f (Hz) ΔT (°C)
10. 1 Mesin uap panas
8 1.25E-06 3 7.5
11. 1 Stopwatch
10 1.2667E-06 5 14
12. 1 Gelas beker
12 1.2967E-06 6.2 23
III. Metode Percobaan
Alat-alat disiapkan sesuai dengan
2. Percobaan dengan Prony Brake
percobaan yang dilakukan. Setelah itu,
Dari percobaan ini, didapat data sebagai
nyalakan power supply, cooling water, dan berikut
temperatur awal air diukur. Transformer diatur
dengan tegangan U 12 V, kemudian mesin uap Tabel 3. Data percobaan 2
panas dinyalakan dengan memutar flywheel m (g) T (°C) V (ml)
searah jarum jam. Setelah flywheel memutar 50 40.5 294
otomatis (stabil), tegangan U transformer 100 39 379
diturunkan menjadi 8 V. Frekuensi akan 150 39 384
berubah menjadi stabil, setelah itu mulai
menampung air ke gelas beker selama 5 menit. Dari data tersebit menggunakan
Setelah itu, temperatur dan frekuensi akhir persamaan (5), gravitasi = 9,8 m/s2 dan
dicatat, serta volume air yang terisi di gelas. asumsi F = 0 N, didapat grafik (terlampir
Percobaan ini dilakukan lagi dengan variasi sebagai gambar 4) dan hasil sebagai
berikut
tegangan 10 V dan 12 V.
Pada percobaan kedua, diletakkan prony Tabel 4. Hasil pengolahan data percobaan 2.
brake pada poros engkol mesin, dengan sisi U (V) 8 L (m) 0.25
satu digantung ke dinamometer dan sisi yang
f (Hz) ΔT (°C) m (kg) τ (N m)
lain digantung beban 50 g. Mesin uap panas
3.4 13.5 0.05 0.1225
dinyalakan dengan U = 8 V. Percobaan
3.2 12 0.1 0.245
dilakukan dengan cara yang sama seperti
3.1 12 0.15 0.3675
percobaan pertama namun dengan variasi
beban (50 g, 100 g, 150 g) dan U tetap sebesar 3. Tabulasi Data Percobaan 1 dan 2
8 V. Dari percobaan-percobaan yang telah
IV. Data dan Pengolahan data dilakukan, didapat data yang diolah
1. Percobaan tanpa beban menggunakan persamaan (4), (5), (6),
Dari percobaan ini, didapat data sebagai (7), (8), (9) dan (10). Hasilnya
berikut ditabulasikan dalam tabel 5 dan grafik
(gambar 5) yang terlampir di bagian
Tabel 1. Volume, temperatur air serta lampiran.
informasi yang didapat dari percobaan 1. V. Pembahasan
T awal (OC) 27 Waktu memengaruhi temperatur hanya di
Δt (s) 300 awal siklus. Proses dalam satu siklus pasti
ΔV (ml) T (°C) butuh selang waktu awal untuk menaikkan
375 34.5 temperatur air sampai ke titik tertentu saat
380 41 kerja mesin sudah memberikan kalor
389 50 maksimal untuk diserap air.
Semakin besar tegangan yang diberikan,
akan semakin tinggi temperatur air yang
dihasilkan. Tegangan yang diberikan VII. Daftar Pustaka
memengaruhi kalor yang dihasilkan mesin [1] Anonim, Siklus Rankine, http://artikel-
sehingga ketika tegangan membesar, kalor teknologi.com/siklus-rankine/ (8
yang dihasilkan semakin banyak, temperatur September 2019)
air naik. [2] Febriany, Prony Brake
Efisiensi mesin lebih tepat menggunakan Dynamometer,
persamaan (4) pada modul karena persamaan http://blog.ub.ac.id/febriany/2015/01/09/
(3) merupakan definisi efisiensi secara ideal. prony-brake-dynamometer/ (8
September 2019)
Namun kenyataannya, Q1 belum tentu sama
[3] Setiawan, Ebta., Kamus Besar
dengan Q2+W, karena mungkin saja panas Q1
Bahasa Indonesia,
dari reservoir tidak seluruhnya menghasilkan
https://kbbi.web.id/efisiensi (8
W dan Q2. Mungkin ada Q1 yang hilang atau September 2019)
terbawa ke luar sistem. Sehingga tepatnya
efisiensi mesin merupakan perbandingan dari
kerja per kerja + kalor yang dihasilkan,
persamaan (4).
Beban yang diberikan akan memberi
kontribusi sebesar torsi ke poros engkol. Torsi
ini W’ yang akan ditambahkan dengan WR
menjadi kerja mekanik W. Secara umum,
adanya beban prony brake akan membuat
persamaan efisiensi membesar komponen W
nya dan efisiensinya bernilai lebih besar.
Seperti analisis yang dibahas sebelumnya,
hasil efisiensi yang didapat dari eksperimen
prony brake menunjukkan bahwa semakin
besar beban, semakin besar efisiensi. Maka
dari itu, salah satu cara untuk meningkatkan
efisiensi adalah dengan memperberat beban
prony brake yang digunakan.
Untuk pengerjaan tanpa beban, frekuensi
berbanding lurus dengan Q. Sedangkan
pengerjaan dengan prony brake, frekuensi
berbanding terbalik dengan Q.
Hubungan frekuensi rotasi dengan kerja
mekanik W sama dengan hubungan f dengan
Q. Namun, semua nilai Q lebih besar daripada
W.

VI. Kesimpulan
 Semua hasil pengukuran yang
menjawab tujuan pertama sampai terakhir
dapat dilihat pada tabel 5 pada lampiran yang
menyajikan tabulasi data secara keseluruhan
percobaan.
Lampiran

Gambar 2. Siklus Rankine.

Grafik Tegangan Pemanas (U)


terhadap Frekuensi Rotasi (f)
8 6.2
6 5
f (Hz)

4 3

2
0
0 5 10 15
U (V)

Gambar 3. Grafik yang dihasilkan dari percobaan 1.

Grafik Torsi (τ) terhadap Frekuensi


Rotasi (f)
3.6 3.4
f (Hz)

3.4 3.2
3.1
3.2
3
0 0.1 0.2 0.3 0.4
τ (N m)

Gambar 4. Grafik yang dihasilkan dari percobaan 2.


Tabel 5. Tabulasi data dengan hasil pengolahan data dari semua percobaan.
c (J/(kg K)) 4200 ρ (kg/m3) 1000
U (V) f (Hz) τ (N m) Wr (J) W (J) Q2 (J) η (%)
8 3 0 2.6 2.6 10.5250 19.8095
10 5 0 1 1 13.8960 6.7132
12 6.2 0 1 1 19.2029 4.9498
8 3.4 0.1225 2.6 3.3697 13.7429 19.6912
8 3.2 0.245 2.6 4.1394 17.2975 19.3096
8 3.1 0.3675 2.6 4.9091 18.2103 21.2336

Grafik Kalor Reservoir Dingin (Q2) dan Kerja


Mekanik (W) terhadap Frekuensi Rotasi (f)
25.0000

20.0000
Q2, W (J)

15.0000

10.0000

5.0000

0.0000
0 1 2 3 4 5 6 7
f (Hz)

Kalor Reservoir Dingin (Q2) Kerja Mekanik (W)

Gambar 5. Grafik kalor Q2 dan W terhadap frekuensi rotasi f.

Anda mungkin juga menyukai