Abstrak – Untuk mengetahui kinerja salah satu pembangkit litrik geothermal di Jawa Barat, telah dilakukan audit energi.
Informasi yang diperoleh diperlukan untuk strategi manajemen aset. Komponen utama yang diuji adalah turbin dan
cooling tower. Pengujian merujuk pada standar internasional, untuk turbin dipakai standar ASME PTC-6 dengan kinerja:
daya total bersih, laju uap dan laju panas. Sedangkan untuk cooling tower dipakai ASME CTI ATC-15 dengan kinerja:
efisiensi termal dan kapasitas tower. Tahapan pekerjaan diawali dengan mengkondisikan turbin dan cooling tower dalam
keadaan tunak, dilanjutkan dengan pengukuran tekanan, temperatur, laju aliran uap dan besaran lain yang diperlukan.
Data tersebut dikoreksi sesuai rumusan standar internasional yang digunakan selanjutnya diolah untuk menghitung
kinerja turbin dan cooling tower, hasilnya dibandingkan dengan hasil commissioning terakhir. Dari hasil audit energi
disimpulkan: turbin masing berada dalam kinerja yang baik, sedangkan kinerja cooling tower turun cukup besar, sehingga
cooling tower memerlukan perbaikan.
I. PENDAHULUAN .
Permasalahan utama dalam pengelolaan pembangkit listik adalah bagaimana mempertahankan daya output pada nilai
yang ditentukan. Target daya yang diinginkan akan dicapai jika dilakukan managemen energi yang tepat melalui audit
energi. Audit energi dilakukan dengan cara memantau kinerja masing-masing komponen peralatan secara berkala, jika telah
terjadi penurunan dilakukan perbaikan (retrofitted). Penelitian ini terkait dengan pemeriksaan pemanfaatan energi pada
salah satu pembangkit listrik tenaga panas bumi di Jawa Barat dengan daya keluaran 60 MW, tekanan kepala sumur 11 bar,
temperatur uap 184°C, dengan laju alir 436,2 ton/jam.
Tujuan penelitian adalah mengaudit energi, menganalisa kinerja pembangkit sesuai dengan metoda manufaktur/
internasional, dan menghitung ulang kinerja
aktual dan membandingkannya dengan hasil commissioning. Komponen yang diuji turbin dan cooling tower, hasilnya
digunakan untuk managemen aset.
&
Daya turbin aktual: W = m&(h1 − h2 ) (1)
&
Daya turbin isentropik: Ws = m&(h1 − h2 s ) (2)
Prosiding Pertemuan Ilmiah XXX HFI Jateng & DIY, Salatiga 28 Mei 2016
ISSN : 0853-0823
2 Cukup Mulyana / Audit Energi di Pembangkit Listrik Geothermal
B. Teori Kinerja Cooling tower. dengan nilai rata-rata 11,07 bar dengan fluktuasi 0,07 bar.
Unjuk kerja cooling tower dinyatakan a.oleh Berdasarkan standar internasional batas deviasi yang
temperatur air dingin yang diharapakan (Expected Cold diijinkan untuk tekanan adalah 3% atau ± 0.33 bar,
Water Temperture) atau Tcw. b.efisiensi termal c. sehingga disimpulkan turbin bekerja dalam keadaan
kapasitas cooling tower. Tcw adalah temperatur yang steady state. Hasil pengetesan untuk tekanan uap keluar
seharusnya dimiliki oleh cooling tower pada temperatur turbin, temperatur, dan excess auxiliary load menunjukan
bola basah tertentu, rancangan desain aliran air tertentu bahwa turbin bekerja dalam keadaan steady state.
dan rentang temperatur tertentu. Sedangkan efisiensi Selanjutnya dilakukan pengukuran data yang diperlukan
termal adalah perbandingan antara nilai rentang untuk menghitung daya total turbin. Hasilnya ditunjukkan
temperatur terhadap nilai penjumlahan nilai temperatur pada Tabel 1.
dan approach temperature.
Kapasitas cooling tower adalah yaitu jumlah aliran
air yang digunakan untuk mendinginkan fluida kerja per
satuan daya yang dihasilkan oleh pembangkit. Sedangkan
efisiensi termal cooling tower adalah perbandingan antara
nilai rentang temperatur terhadap nilai penjumlahan
rentang temperatur dan approach temperatur. Berikut ini
merupakan ilustrasi hubungan antara rentang temperatur
dan approach temperatur pada saat cooling tower dengan
kondisi input yang sama (cooling water flow dan
temperatur bola basah yang sama), maka kenaikan nilai
approach temperatur dan penurunan nilai nilai rentang
temperatur dapat menjadi indikasi penurunan kinerja dari
Metoda untuk mengukur kinerja turbin digunakan Gambar 3. Grafik fluktuasi tekanan
rujukanmanufaktur/internasionalASME PTC6
Prosiding Pertemuan Ilmiah XXX HFI Jateng & DIY, Salatiga 28 Mei 2016
ISSN : 0853-0823
Cukup Mulyana / Audit Energi di Pembangkit Listrik Geothermal 3
Hasil Perhitungan
Untuk mendapatkan daya bersih terkoreksi dilakukan koreksi terhadap data hasil pengukuran untuk parameter tekanan uap
masuk turbin, faktor daya dan temperatur bola basah yang merujuk pada ASME PTC-6. Hasilnya adalah 0,013%; 0,4106% dan
0,327%. Faktor koreksi total adalah penjumlahan dari ke tiga nilai tersebut, diperoleh 0,721%. Dengan menggunakan nilai
tersebut diperoleh daya total terkoreksi sebesar 59969,3 kW. Sedangkan batas maksimal toleransi daya turbin yang diijinkan
1,5%, sehingga nilai terendahnya adalah 59100 kW, sehingga dapat disimpulkan daya turbin masih berada dalam kisaran yang
diijinkan.
Steam rate pengukuran dihitung dengan menggunakan persamaan (5) diperoleh 7,712 kg/h. Sedangkan steam rate hasil koreksi
dihitung dengan persamaan (6) dengan terlebih dahulu menghitung faktor koreksi tekanan uap, faktor daya dan temperatur bola
basah. Hasilnya adalah 0,0069%, -0,4106% dan -0,0252%. Steam rate hasil koreksi dihitung dengan persamaan (5), dengan
terlebih dahulu menghitung faktor koreksi total sebesar -0,4289. Hasil steam rate koreksi adalah 7,218 kg/kWh.
Laju panas (heat rate) pengukuran dihitung dengan persamaan (7). Data hasil pengukuran yang diperlukan untuk menghitung
laju panas ditunjukkan oleh Tabel 2. Dari informasi tekanan dan temperatur yang masuk dan keluar turbin diperoleh entalphi
masuk hi = 2785,77 kJ/kg dan enthalpi keluar ho = 2196,20 kJ/kg. Selanjutnya dengan persamaan (7) diperoleh laju aliran panas
Hrm = 4007,48 kJ/kWh. Karena faktor koreksi untuk laju panas tidak tersedia dari rujukan manufaktur maka koreksi laju panas
tidak dilakukan.
Pembahasan
Setelah semua kinerja turbin dihitung, berikut ini adalah tabel kinerja turbin untuk berbagai pembebanan seperti terlihat pada
Tabel 3.
Analisa: Pada Tabel 3 terlihat laju uap untuk berbagai pembebanan meningkat dengan menurunnya pembebanan, daya
turbin menurun untuk pembebanan yang lebih kecil, sedangkan laju panas mengalami peningkatan. Jika dibandingkan
dengan hasil comisioning kinerja turbin mengalami sedikit penurunan. Untuk menjaga turbin agar tetap beroperasi pada
beban yang konstan dibutuhkan peningkatan jumlah laju uap yang masuk ke dalam turbin. Oleh karena itu jika turbin
dioperasikan pada beban yang rendah akan menyebabkan terjadinya pemborosan uap. Berdasarkan manufaktur kriteria
penurunan kinerja turbin terjadi jika laju uap > 7,58 kg/kWh dan daya total bersih turbin < 59,1 MW. Jika dibandingkan
dengan hasil pengujian laju uap adalah 7,217 kg/kWh, dan daya total bersih 59,372 MW kinerja turbin masih baik
sekalipun terjadi penurunan. Jika dibiarkan laju penurunan akan meningkat sehingga diperlukan kajian kapan waktu yang
tepat untuk melakukan retrofitted.
Prosiding Pertemuan Ilmiah XXX HFI Jateng & DIY, Salatiga 28 Mei 2016
ISSN : 0853-0823
4 Cukup Mulyana / Audit Energi di Pembangkit Listrik Geothermal
30
29
28
27 90%,R=14
90%,R=20
26 90%,R=25.5
90%,R=32
(deg-C)
25
100%,R=14
100%,R=20
24
100%,R=25.5
Tcw
23 100%,R=32
110%,R=14
22 110%,R=20
110%,R=25.5
21 110%,R=32
20
19
18
13 15 17 19 21 23 25
Twb (deg-C)
Gambar 5. Kurva kinerja untuk berbagai temperatur bola basa, rentang temperatur, dan % desain aliran
Untuk menghitung kapasitas cooling tower dilakukan dengan mengumpulkan data-data seperti terlihat pada tabel 5.
Selanjutnya dilakukan urutan berikut: 1) menentukan prediksi temperatur, 2) memplot titik potong pertama , 3) memplot
titik potong ke-dua, 4) menentukan adjusted cooling water flow rate 5) selanjutnya menghitung kapasitas cooling tower.
Dari hasil perhitungan kapasitas cooling tower dan efisensi termal diperoleh hasil dari kinerja cooling tower sebagai
berikut: Tabel. 6 kinerja cooling tower di pagi hari dan di siang hari. Sedangkan perbandingan kinerja hasil pengukuran
terhadap hasil comisioning dan desain ditunjukkan pada Tabel 7.
V. KESIMPULAN
1. Uji Performansi yang dilakukan telah dapat menentukan nilai performansi peralatan sesuai dengan standar uji
performansi yang berlaku.
2. Hasil uji performansi menunjukkan bahwa terjadi penurunan performansi dari peralatan dengan tingkat penurunan yang
berbeda-beda.
3. Laju penurunan performansi tertinggi terjadi pada cooling tower.
PUSTAKA
[1] ASME Performance Test Code – Steam Turbines. PTC 6-2004 steam turbines. 2005. USA: The American Society of Mechanical
Engineers.
[2] ASME Performance Test Code – Appendix A to PTC 6. 2001. The Test Code for Steam Turbines. PTC 6A-
2000.USA: The American Society of Mechanical Engineers.
[3] ASME Performance Test Code Report – Procedures for Routine Performance Tests of Steam Turbines. 1989. PTC 6S Report-1988.
USA: The American Society of Mechanical Engineers.
[4] ASME Performance Test Code on Overall Plant Performance. 1997. ASME PTC 46-1996. USA: The American Society of
Mechanical Engineers.
[5] Cooling Technology Institute Acceptance Test Code. CTI Code ATC-105.
[6] DiPippo, R. An Introduction to Electric Energy Conversion Systems for Geothermal Energy Resources. 1978. Rhode Island: Brown
University.
[7] Moran, Michael J. and Saphiro, Howard N. Fundamentals of Engineering Thermodynamics. 2008. USA:Wiley. PT.EMI (Energy
Management Indonesia) Persero. 2007. Audit Energi. http://www.energyservices.co.id. Diakses pada tanggal 11 Januari 2011.
TANYA JAWAB
Suaydhi (LAPAN)
? 1. Bagaimana kalo dibandingkan dengan batubara?
2. Kok lebih murah?
Comm. = Commissioning
Prosiding Pertemuan Ilmiah XXX HFI Jateng & DIY, Salatiga 28 Mei 2016
ISSN : 0853-0823