Anda di halaman 1dari 10

REKAYASA INSTALASI NUKLIR BAB VIII PERPINDAHAN PANAS DALAM REAKTOR NUKLIR Oleh Adhitya Rusel Syah Fajar

Farhn M 140310090012 140310090008

JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PADJADJARAN 2013

Bab 8 Perpindahan Panas dari Reaktor Nuklir

Sifat dan operasi dari sistem pendingin adalah salah satu pertimbangan yang paling penting dalam desain reaktor nuklir. Agar reaktor dapat beroperasi dalam keadaan stabil, dengan distribusi temperatur internal yang tidak tergantung waktu, semua panas yang dilepaskan dalam sistem harus dibuang segera, secepat panas itu diproduksi. Salah satu tujuan utama dalam desain sistem pendingin reaktor adalah untuk menghilangkan panas yang dihasilkan pada tingkat daya yang diinginkan sambil memastikan bahwa temperatur bahan bakar maksimal selalu di bawah nilai yang tertentu. 8.1 PEMBAHASAN TERMODINAMIKA SECARA UMUM

Gambar Gambar skematik dari aliran pendingin melalui reactor Seperti ditunjukkan pada Gambar. 8.1, panas dilepaskan dalam reaktor dengan laju q Btu/jam atau watt dan diserap oleh pendingin, yang masuk ke reaktor pada temperatur Tin dan keluar dari reaktor pada temperatur Tout, dengan melewati sistem pada laju w lb/jam atau kg/jam.

Dalam reaktor, panas dari reaktor hanya digunakan untuk menaikkan 3emperature pendingin, sebuah proses yang terjadi pada tekanan konstan yaitu pada tekanan pendingin 3empera. Panas dalam Btu atau joule yang dibutuhkan untuk menaikkan 3emperature satu satuan massa pendingin dari 3emperature Tin menjadi Tout adalah

Karena w lb atau kg pendingin mengalir melalui reaktor setiap jam, laju penyerapan panas oleh pendingin adalah

Besaran ini didefinisikan untuk suatu zat dengan hubungan

Maka, laju penyerapan panas oleh pendingin diberikan oleh Pers.

Dimana : Cp (T) : Panas spesifik pada tekanan konstan per unit massa pendingin. W q h u P v : Kg pendingin mengalir melalui reaktor setiap jam. : Laju penyerapan panas oleh pendingin. : Entalpi per satuan massa zat. : Energi internal per satuan massa. : Tekanan. : Volume spesifik zat

8.2 PEMBANGKITAN PANAS DALAM REAKTOR 8.2.1 Produksi Panas dalam Elemen Bahan Bakar (Batang Bahan Bakar) Neutron serempak dipancarkan dengan energi kinetik total sekitar 5 MeV per fisi. Dalam reaktor termal, sebagian besar energi ini disimpan di moderator ketika neutron melambat. Oleh karena itu, sinar- tangkapan yang dipancarkan setelah penyerapan neutron dalam reaksi non fisi,

diproduksi dan diserap diseluruh reaktor. Dalam sebuah reaktor cepat, sangat sedikit neutron fisi melambat sebelum diserap, dan energi kinetik mereka muncul sebagai tambahan dari energi sinar- tangkapan. Kontribusi neutron tertunda dapat diabaikan dalam energi reaktor. Maka laju produksi panas per satuan volume pada titik r diberikan oleh persamaan

Dalam reaktor termal, sebagian besar fisi dipicu oleh neutron termal

Sehingga daya reaktor total diberikan oleh

Dimana : q''' Ed : Rapat daya, laju produksi energi per satuan volume.
:

Energi per fisi yang tersimpan secara lokal dalam bahan bakar. : Fluks bergantung energi sebagai fungsi dari posisi.

Efr(E) : Tampang lintang fisi makroskopik dari bahan bakar. (r, E) av T(r) : Fluks termal. : Fluks termal rata-rata. : Tampang fisi makroskopik. V : Volume seluruh teras.

8.2.2 Pemanasan Radiasi Dalam reaktor thermal, energi kinetik neutron fisi tersimpan dalam moderator dan pendingin di sekitar fisi yang distribusi spasial nya lebih atau kurang sama seperti fisi dari mana neutron ini berasal. Namun, hanya 2% hingga 3% dari energi fisi muncul dalam bentuk ini, dan sering diasumsikan bahwa energi kinetik disimpan seragam di seluruh teras. 8.2.3 Pemanasan Peluruhan Produk Fisi Setelah reaktor beroperasi beberapa hari, radiasi- dan yang dipancarkan dari peluruhan produk fisi berjumlah sekitar 7% dari output total daya termal reaktor. Ketika reaktor dimatikan,

produk fisi yang terakumulasi terus meluruh dan melepaskan energi didalam reaktor. Energi peluruhan produk fisi ini secara absolut jumlahnya dapat cukup besar, sehingga suatu cara untuk mendinginkan teras reaktor setelah shutdown harus tersedia pada semua reaktor, kecuali reactor yang beroperasi pada tingkat daya yang sangat rendah. Jika hal ini tidak dilakukan, temperature bahan bakar akan naik sampai suatu titik di mana integritas bahan bakar dipertanyakan dan produk fisi dilepaskan.

Gambar Rasio P(ts)/P0 dari daya peluruhan produk fisi terhadap daya operasi reaktor sebagai fungsi dari waktu ts sesudah padam. (Subcommittee ANS-5 of the American Nuclear Society, 1968.) Jika reaktor berbahan bakar seperti ini, peluruhan harus diperhitungkan. 8.3 ALIRAN PANAS LEWAT KONDUKSI Dalam konduksi, panas ditransmisikan dari satu lokasi dalam badan ke lokasi lain juga dalam badan sebagai akibat dari perbedaan temperatur yang ada di dalam badan - tidak ada gerakan makroskopik dari setiap bagian badan. Dengan mekanisme seperti inilah, akan ditunjukkan dalam pasal ini, panas yang dihasilkan dalam batang bahan bakar dipindahkan ke permukaan batang. Konveksi panas, sebaliknya, melibatkan perpindahan panas ke cairan atau gas, yang bergerak sebagai hasil dari perbedaan temperatur dan penolakan panas di lokasi lain.
239U 235U

mengandung sejumlah besar

238U,

banyak reaktor
238U,

dan

239Np,

yang dibentuk oleh penyerapan neutron dalam

juga

Jadi, panas yang di pindahkan dengan cara konduksi ke permukaan batang bahan bakar dibawa ke pendingin dan keluar dari sistem dengan cara konveksi. 8.3.1 Persamaan Panas Konduksi Hubungan dasar yang mengatur konduksi panas adalah hukum Fourier, yang untuk media isotropik ditulis sebagai

Laju produksi panas total di dalam V adalah sama dengan

Dimana : q'' T k q''' : Laju aliran panas melalui satu satuan luas. : Temperature. : Sejumlah zat penting diberikan : Laju produksi panas per satuan volume.

Hasil ini dapat diterapkan untuk beberapa masalah yang menarik dalam reaktor nuklir. Salah satu masalah sentral, seperti yang terlihat, adalah perhitungan jumlah panas yang dapat dipindahkan keluar dari batang bahan bakar dan akhirnya ke pendingin pada suatu temperatur maksimum dalam bahan bakar. Temperatur bahan bakar maksimal adalah suatu kondisi preset yang tidak boleh dilampaui untuk alasan keamanan. 8.3.2 Elemen Bahan Bakar Jenis Lempeng Biasanya, tebal total elemen lempeng cukup kecil dibandingkan dengan lebar ataupun panjangnya. Karena itu masuk akal untuk mengabaikan sekelumit panas yang mengalir keluar melalui sisi atau ujung elemen. Singkatnya, panas hanya mengalir dalam arah x, dimana x adalah jarak dari pusat elemen tegak lurus ke permukaan. Distribusi temperatur dalam bahan bakar ini kemudian ditentukan oleh persamaan Poisson dalam satu dimensi,

Dimana kf adalah konduktivitas termal dari bahan bakar.

Gambar Elemen bahan bakar jenis lempeng Dua kondisi batas harus ditentukan dalam persamaan diferensial orde dua

di mana Tm adalah temperatur maksimum (temperatur pusat) dalam bahan bakar, dan diatas. Dalam masalah ini, ini

pada x = 0. Kondisi kedua muncul karena simetri dari masalah, yang membuat tidak ada aliran panas pada pusat bahan bakar. Karena itu temperatur di dalam bahan bakar

Dengan menggunakan persamaan ini, temperatur Ts pada permukaan bahan bakar (pada antarmuka bahan bakar - kelongsong) dapat dihitung. Jadi, dengan menulis x = a ,maka

Laju total produksi panas dalam bahan bakar adalah sama dengan q''' dikalikan dengan volume, bahan bakar 2Aa di mana A adalah luas satu muka dari bahan bakar. Dalam keadaan mapan, semua panas yang dihasilkan dalam bahan bakar mengalir keluar dari bahan bakar. Karena itu panas yang mengalir melalui satu muka bahan bakar adalah

Hasil ini juga dapat diperoleh dari Pers. (8.34) menggunakan hukum Fourier. Dengan demikian, fluks panas (aliran panas per satuan luas) diberikan oleh

di mana turunan harus dievaluasi pada x = a. Sisipkan Pers. (8.34) dan lakukan diferensiasi, hasilnya adalah

Distribusi temperature dalam elemen bahan bakar adalah seperti yang ditunjukkan pada Gambar

Gambar Distribusi temperatur melalui elemen bahan bakar jenis lempeng Karena itu perbedaan temperatur Tm - Tc harus lebih besar untuk suatu aliran panas yang keluar dari permukaan elemen bahan bakar. 8.3.2 Batang Bahan Bakar Silinder Temperatur dalam batang hanyalah fungsi dari jarak r dari sumbu batang, sehingga dalam koordinat silinder persamaan konduksi panas adalah

Kondisi batas yang sesuai untuk masalah ini adalah (i) T nonsingular dalam batang, (ii) T(0) = Tm, di mana Tm adalah temperatur pusat bahan bakar.

Dalam bentuk perbedaan temperatur keseluruhan antara pusat bahan bakar dan permukaan kelongsong, panas yang mengalir keluar dari batang adalah

diverifikasi untuk Tm-Ts dan untuk Ts-Tc dan menjumlahkan kedua ekspresi. 8.3.3 Sumber Panas Tergantung Ruang Adalah mungkin untuk menggunakan perhitungan yang dibuat dalam pasal ini pada kasus dimana q''' adalah fungsi dari z. Hal ini dapat dilakukan dengan membagi nilai q terhitung, yang merupakan aliran panas total dari permukaan batang bahan bakar, dengan luas permukaan batang. Hasilnya adalah fluks panas, q'', yang independen dari posisi jika q''' adalah konstan, tetapi bervariasi dengan posisi jika q''' tidak konstan.

Ini adalah fluks panas pada permukaan batang sebagai fungsi dari z. Demikian pula, q''(z) dapat ditemukan sebagai fungsi dari perbedaan temperatur Tm - Tc, di mana kedua temperatur mungkin fungsi dari z, dengan membagi dengan 2(a+b)H:

8.3.4 Sumber Panas Eksponensial Sering kali diperlukan untuk menghitung distribusi temperatur dan transmisi panas dalam perisai reaktor dan tabung tekan di mana energi radiasi tersimpan lebih atau kurang secara eksponensial. Perhatikan lempeng dengan tebal a yang permukaannya dijaga pada temperatur Tl
dan

T2, seperti ditunjukkan pada Gambar

Gambar Lempeng berisi sumber panas yang terdistribusi secara eksponensial Pada kondisi tertentu temperatur pada lempeng akan naik sampai nilai maksimum yang lebih besar dari T1 atau T2.

Anda mungkin juga menyukai