Anda di halaman 1dari 5

MODUL 6

HUKUM PERTAMA TERMODINAMIKA

Sebelum membahas tentang hukum pertama termodinamika kita perlu memahami beberapa
defisini dari istilah-istilah berikut:
ENERGI TERMAL atau KALOR (ΔQ) adalah energy yang mengalir dari benda yang satu ke
benda yang lain karena perbedaan suhu. Kalor selalu berpindah dari benda yang panas ke benda
yang dingin. Agar kedua benda yang bersentuhan tersebut berada dalam keadaan termal yang
seimbang (yakni tidak ada perpindahan kalor antara kedua benda), suhu kedua benda haruslah
sama. Jika benda pertama dan benda kedua berada dalam keadaan seimbang termal dengan benda
ketiga, maka kedua benda pertama berada dalam keadaan seimbang termal. (pernyataan ini sering
disebut hukum ke-nol termodinamika).
ENERGI DALAM (U) atau energi dakhil atau energi internal suatu system adalah jumlah total
energi yang terkandung dalam suatu system. Energi dalam merupakan jumlah energi kinetic,
energi potensial, energi kimiawi, energi listrik, energi nuklir dan segenap bentuk energi lain yang
dimiliki atom dan molekul system. Khusus untuk gas ideal perlu diingat bahwa energi dalamnya
hanyalah terdiri atas energi kinetic saja, dan hanya bergantung pada suhu saja. (1/2 m0v2rms = 3/2
kT adalah energi kinetic satu atom, atau molekul gas ideal).
USAHA YANG DILAKUKAN SISTEM (ΔW) bernilai positif jika system melepaskan energi
pada lingkungannya. Apabilalingkungan mengadakan usaha pada system sehingga system
menerima sejumlah energi, maka ΔW bernilai negative. Apabila fluida berekspansi sedikit (ΔV)
sedangkan tekanannya boleh dianggap tetap p, maka fluida melakukan kerja sebesar:
ΔW = p ΔV pers. (6.1)
Setelah memahami definisi dari istilah-istilah tersebut, kita akan membahas tentang Hukum
pertama termodinamika.
HUKUM PERTAMA TERMODINAMIKA
Pemindahan panas dan kerja usaha (performance of work) memberikan dua metode mengenai
penambahan energi kepada atau pengurangan dari suatu system. Begitu pemindahan energi selesai,
system itu dikatakan telah mengalamai perubahan energi-dalam (dakhil).
Umpamakan suatu system berubah dari keadaan 1 ke keadaan 2 mengikuti suatu lintasan
tertentu dan kemudian panas yang diserap, Q dan usaha, W di ukur. Dengan menyatakan Q dan W
dalam satuan panas atau satuan mekanik, maka selisih Q – W dapatlah dihitung. Jika kemudian
kita menghitung untuk berbagai macam lintasan (antara keadaan 1 dan 2), hasil penting yang
diperoleh ialah bahwa Q – W adalah sama untuk semua lintasan yang menghubungkan keadaan 1
dan 2. Tetapi Q tak lain ialah energi yang diberikan kepada system oleh pemindahan panas, dan
W sama dengan energi yang terambil dari system oleh kerja usaha. Selisih Q – W oleh karena itu
haruslah menggambarkan perubahan energi-dakhil system tersebut. Dengan demikian, perubahan
energi-dakhil suatu system tidak bergantung pada lintasan, dan oleh karena itu sama dengan
energi system pada keadaan 2 dikurangi energi pada keadaan 1, atau U2 – U1:
∆𝑈 = 𝑈2 − 𝑈1 = 𝑄 − 𝑊 pers. (6.2)
Persamaan 6.2 adalah hukum pertama termodinamika. Jika energi-dakhil itu diberi suatu harga
untuk keadaan patokan standar, maka harganya pada setiap keadaan lain sudah tertentukan pula,
karena Q – W untuk semua proses yang menghubungkan keadaan-keadaan itu adalah sama. Kalau
hukum ini dipergunakan dalam bentuk di atas, haruslah diperhatikan bahwa (1) semua besaran
haruslah dinyatakan dalam satuan yang sama, (2) Q positif apabila panas masuk ke dalam system,
(3) W positif apabila gaya dilakukan oleh system dan perpindahan mempunyai tanda yang sama.
Jika system termodinamika hanya mengalami perubahan secara diferensial, maka kita dapat
menulis ulang hukum pertama tersebut:
𝑑𝑈 = 𝑑𝑄 − 𝑑𝑊 pers. (6.3)
Energi-dakhil U dari suatu system cenderung meningkat jika energi ditambahkan sebagai panas
Q dan cenderung menurun jika energi hilang sebagai usaha W yang dilakukan oleh system.
Jika suatu sistem proses yang akan membawanya Kembali ke keadaan awal (proses siklis),
maka:
U2 = U1 dan Q=W
Jadi, walaupun ada usaha netto W dilakukan oleh system itu dalam proses demikian, energi tidak
terciptakan, karena energi dalam jumlah yang sama masuk ke dalam system dalam bentuk panas
Q.
Suatu system yang terisolasi ialah system yang tidak melakukan usaha luar dan tidak ada panas
yang mengalir masuk ke dalamnya. Maka untuk tiap proses yang terjadi dalam system semacam
itu, W = Q = 0 dan U2 = U1 = 0 atau ΔU = 0. Artinya energi-dakhil suatu system yang terisolasi
tetap konstan. Ini merupakan ungkaan yang paling umum mengenai asas kekekalan energi. Energi-
dakhil suatu system yang terisolasi tidak dapt diubah oleh proses apapun (proses mekanis, listrik,
kimia, nuklir, atau biologis) yang terjadi di dalam system itu. Energi suatu system dapat diubah
hanya oleh aliran panas yang menembus dinding batasnya, atau oleh kerja usaha. (jika salah satu
proses ini terjadi, sistemnyatidak lagi terisolasi). Maka penambahan energi system akan sama
dengan energi yang mengalir masuk dalam bentuk panas, dikurangi energi yang mengalir ke luar
dalam bentuk usaha.

BEBERAPA KASUS KHUSUS DALAM HUKUM PERTAMA TERMODINAMIKA


Sekarang kita akan melihat empat proses termodinamika yang berbeda, dengan beberapa Batasan
tertentu dikenakan pada system.
1. Proses Adiabatik, adalah salah satu proses yang terjadi sangat cepat atau terjadi dalam
suatu system yang terisolasi dengan baik sehingga tidak ada transfer energi panas yang
terjadi dalam system dan lingkungannta, dengan kata lain tidak ada kalor yang masuk atau
keluar dari system. maka Q = 0, sehingga untuk proses demikian, hukum pertama menjadi:
∆𝑈 = −𝑊 (proses adiabatic) pers. (6.4)
Hal ini menjelaskan kepada kita bahwa jika usaha dilakukan oleh system (yaitu, jika W
adalah positif) maka energi internal system akan menurun sebanding dengan jumlah usaha.
Sebaliknya, jikausaha dilakukan pada system (yaitu, jika W adalah negative) maka energi
internal system akan meningkat sebanding dengan jumlah tersebut.
2. Proses volume-konstan, disebut juga proses isovolumic atau proses isokorik, adalah proses
dimana volume system tidak berubah. Naiknya tekanan dan suhuakibat pengaliran panas
masuk ke dalam suatu zat yang berada dalam sebuah ruang yang tidak dapat memuai
merupakan salah satu cotoh proses isovolumic. Jika volume gas tersebut tidak berubah,
tidak akan ada usaha W = pΔV = 0, sehingga hukum pertama termodinamika menjadi:
∆𝑈 = 𝑄 (proses isovolumic) pers. (6.5)
artinya, semua panas yang masuk ke dalam system terpakai untuk menambah energi dakhil
system tersebut. Kenaikan suhu dan tekanan yang mendadak yang menyertai ledakan uap
bensin dan udara di dalam sebuah motor bensin, dari segi matematika dapat dianggap
seolah-olah terjadi penambahan panas yang isovolumic.

3. Proses isotermik, adalah proses dimana suhu tidak berubah. Proses terjadi pada suhu
konstan. Supaya suhu suatu system betul-betul tetap konstan, perubahan pada variable
lainya harus berlangsung perlahan-lahan, dan haruslah ada panas yang berpindah. Pada
umumnya besaran Q, W, atau U2 = U1 bernilai nol. Ada dua bahan sempurna yang energi
dakhilnya bergantung hanya pada suhu, yaitu gas ideal dan kristal paramagnet yang
sempurna. Apabila zat-zat ini mengalami proses isotermik, energi dakhilnya tidak akan
berubah, dan oleh karena itu hukum pertama termodinamika menjadi:

𝑄 = 𝑊 (proses isovolumic) pers. (6.6)

4. Proses isobaric, adalah proses dimana tekanan system tidak berubah. Apabila air
memasuki suatu ketel mesin uap dan dipanaskan sampa pada titik didihnya, lalu menguap,
dan kemudian uap ini ditinggikan lagi, maka seluruh proses ini berlangusng secara isobaric.
Proses-proses semacam ini sangat penting di dalam Teknik mesin dan juga dalam ilmu
kimia.
SOAL-SOAL YANG DIPECAHKAN
1. Selama suatu proses, kalo sebanyak 8000 kal dihantarkan pada system, sedangkan system
melakukan usaha 6000 J. berapa perubahan energi dalam yang dialami system tersebut?
Jawab.
Satuan Q dan W harus disamakan terlebih dahulu.
Q = (8000 kal)(4,184 J/kal) = 33,5 kJ
W = 6000 J = 6 kJ
Dari hukum pertama diperoleh: ΔU = Q – W = 33,5 kJ – 6 kJ = 27,5 kJ

2. Kalau es berubah menjadi air, energi dalamnya naik. Berapakah energi dalam 5 g es akan
naik bila berubah menjadi air pada 0 o C? (perubahan bolume yang menyertai proses ini
demikian kecilnya sehingga boleh diabaikan).
Jawab.
Kalor yang diperlukan untuk mencairkan jumlah es tersebut adalah:
ΔQ = mHf = (5 g) (80 kal/g) = 400 kal
Ingat bahwa nilai kalor lebur air pada 0o C adalah 80 kal/g atau 335 kJ/kg.
Es tidak melakukan usaha papun sewaktu mencair, sehingga W = 0, maka dari hukum
pertama ΔU = Q – W diperoleh bahwa ΔU = Q, jadi
ΔU = Q = (400 kal) (4,184 J/kal) = 1670 J

3. Sebuah mesin kecil (0,4 hp) dipakai untuk mengaduk 5 kg air. Karena menerima usaha,
suhu air naik disebabkan adanya gesekan di dalam air. Dengan memisalkan bahwa seluruh
usaha dapat diubah enjadi kalor ini, berapa lamakah mesin harus dihidupkan agar suhu itu
naik 6o C?
Jawab.
Ingat bahwa kalor jeni atau kapasistas kalor spesifik (c) air adalah 1 kal/g. oC atau 4184
J/kg.oC. Sehingga jumlah Kalor yang diperlukan:
ΔQ = mcΔT = (5000 g) (1 kal/g.oC) (6oC) = 30000 kal
Ubah satuan ΔQ kedalam satuan joule
ΔQ = (30000 kal) (4,184 J/kal) = 126 kJ
Usaha ini sama dengan usaha yang dihasilkan mesin kecil tersebut dalam waktu t
Usaha mesin dalam waktu t = (daya mesin) (t)
Dari persamaan tersebut diperoleh
𝑢𝑠𝑎ℎ𝑎 𝑚𝑒𝑠𝑖𝑛
𝑡=
𝑑𝑎𝑦𝑎 𝑚𝑒𝑠𝑖𝑛
126 𝑘𝐽
𝑡= = 420 𝑠 = 7 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
(0,4 ℎ𝑝 × 746 𝑊/ℎ𝑝)

4. Tentukan perubahan energi-dakhil system dalam ketiga proses berikut: (a) system
menyerap kalor sebanyak 500 kal, dan pada saat yang sama melakukan usaha 400 J; (b)
system penyerap kalor sebanyak 300 kal, dan pada saat yang sama usaha 420 J dilakukan
padanya; (c) kalor sebanyak 1200 kal dikeluarkan dari suatu gas pada V tetap.
Jawab.
(a) ΔU = Q – W = (500 kal) (4,184 J/kal) – 400 J = 1700 J
(b) ΔU = Q – W = (300 kal) (4,184 J/kal) – (-420 J) = 1680 J
(c) ΔU = Q – W = (-1200 kal) ( 4,184 J/kal) – 0 = -5000 J

5. Carilah perubahan energi dalam kedua proses adiabatic berikut: (a) gas mengembang
secara adiabatic dan ternyata melakukan usaha 5 J; (b) gas dikompresi secara adiabatic,
dan ternyata usaha 80 J diperlukan untuk itu.
Jawab.
Pada system adiabatic taka da kalor yang masuk maupun keluar dari system
(a) ΔU = Q – W = 0 – 5 J = -5 J
(b) ΔU = Q – W = 0 – (-80 J) = 80 J

REFERENSI :

[1]. Bueche, F.J., 1989, Theory and Problem of College Physics, 8th edition (terjemahan),
Penerbit Erlangga, Jakarta.
[2]. Halliday, D., Resnick, R and Walker, J., 2010, Fundamental of Physics, John Willey and
Sons Inc., USA.
[3]. Halliday,D., Resnick, R., 1985, Fisika, Jilid 1, Edisi Ketiga (diterjemahkan oleh Pantur
Silaban dan Erwin Sucipto), Penerbit Erlangga, Jakarta.
[4]. Tipler, P.A and Mosca, G., 2008, Physics for Scientists and Engineers, Sixth Edition, W.H.
Freeman and Company, USA.
[5]. Bouche, F and Wallach, DL, 1994, Technical Physics, Fourth Edition, John Willey and Sons
Inc., USA.

Anda mungkin juga menyukai