Anda di halaman 1dari 3

“KELUARGA DAN PEMBENTUKAN KARAKTER ANAK

BANGSA”
Assalamu’alaikum Wr.Wb

Hadirin...
Persoalan moralitas adalah problema yang selalu up to date tak lekang oleh waktu, tak lapuk oleh
zaman, dan persoalan perilaku adalah komponen yang tidak lepas dari generasi penerus. Tetapi
hadirin, dekadensi moral telah menembus dinding usia ataupun kasta, sehingga bukan hanya
anak-anak yang tidak beradab, orang tua pun tidak sedikit yang tidak beradab, tidak hanya
generasi muda yang suka melanggar norma, orang dewasa pun sering tak punya tata karma,
sehingga hadirin, kemerosotan akhlak telah meracuni kaum muda, kaum tua, tak peduli pria atau
wanita, tak mengenal miskin ataupun kaya.
Problematika perilaku manusia seperti tidak kunjung habis, karena tidak sedikit orang kehilangan
pikiran logis, di depan berwajah manis, tapi hatinya dipenuhi hasrat iblis, sehingga tidak ragu
berbuat bengis, hatinya tertawa walaupun matanya menangis.

Oleh karena itu hadirin, fenomena demoralisasi kronis yang telah banyak terjadi di negeri ini,
menimbulkan kegelisahan akademik kami, untuk bisa memberikan kontribusi yang berarti,
sebagai bentuk kepedulian terhadap bangsa ini, untuk memberikan konsep solutif-konstruktif
terkini, melalui syarhil qur’an kami, yang berjudul: KELUARGA DAN PEMBENTUKAN
KARAKTER ANAK BANGSA. Dengan merujuk pada ayat al-Qur'an surah at-Tahrim ayat 6:

‫دَا ٌد اَل‬:‫يَاَأيُّهَا الَّ ِذينَ َءا َمنُوا قُوا َأ ْنفُ َس ُك ْم َوَأ ْهلِي ُك ْم نَارًا َوقُو ُدهَا النَّاسُ َو ْال ِح َجا َرةُ َعلَ ْيهَا َماَل ِئكَ ةٌ ِغاَل ظٌ ِش‬
َ‫يَ ْعصُونَ هللاَ َما َأ َم َرهُ ْم َويَ ْف َعلُونَ َما يُْؤ َمرُون‬
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan
bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang
tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu
mengerjakan apa yang diperintahkan”

Hadirin yang dimuliakan Allah…


Secara implisit Doktor Muhammad Sulaiman al-Asqori dalam Zubdat al-Tafsir min Fath al-
Qadir menjelaskan bahwa, conclusi dari ayat tersebut adalah menjaga istri agar menjadi shalihah,
yang pandai menjaga diri, menjaga kehormatannya, menjaga rumah tangganya, menjaga harta
suaminya. Tapi tak kalah penting nilainya adalah, dia pandai menjaga, membina serta mendidik
anak-anaknya. Quraish Shihab menambahkan bahwa pendidikan harus diawali dari rumah, orang
tua bertanggung jawab terhadap anaknya, dan pasangan suami isteri bertanggung jawab terhadap
perilaku masing-masing.
Berkaitan dengan penjelasan tersebut, seorang anak tumbuh berdasarkan intensitas perhatian
orang tuanya, karena orang tua dan anak merupakan satu ikatan dalam jiwa, meski berpisah raga,
jiwa keduanya menjadi satu dalam ikatan, dan ikatan ini ada dalam bentuk hubungan emosional
dan tercermin dalam perilaku anak, demikian ditulis oleh Syaiful Bahri Djamarah dalam
bukunya Pola Komunikasi Orang Tua dan Anak dalam Keluarga. (halaman 27).

Dapat dipahami, bahwa maksud dari firman Allah dalam surah at-Tahrim ayat 6 tersebut
menegaskan kepada setiap individu muslim, untuk menjaga diri dan keluarganya terlebih pada
aspek pendidikan kepada isteri maupun anak-anaknya, seorang ayah yang mampu memberikan
akulturasi agama kepada isteri dan anaknya, dan seorang ibu yang pandai dalam mendidik anak-
anaknya. Secara konseptual, yang terpenting dalam pendidikan terhadap anak adalah pendidikan
agama dan akhlak.

Setiap orang tua yang memenuhi kewajiban terhadap anak-anaknya, secara tidak langsung
merupakan tindakan nasionalisme dan bentuk upaya pembebasan krisis moral yang
berkepanjangan, layaknya pengorbanan para pejuang dalam merebut kemerdekaan, karena dalam
konteks kekinian, kita sedang terjajah sejak dalam pikiran, tertindas secara kejiwaan.

Bangsa Indonesia dulu dikenal sebagai bangsa yang memiliki kesantunan, identik dengan budaya
ketimuran, tapi sekarang, para politikus dipenuhi sandiwara dan pencitraan, pelacuran hampir
dihalalkan, ulama yang gemar keduniaan, para pelajar yang sering tawuran, para pedagang yang
senang melakukan penipuan, bahkan lembaga hukum tidak lagi dapat diberikan kepercayaan,
karena kepentingan pribadi dan golongan yang paling dikedepankan, tak peduli rakyat
kebingungan, tidak tahu yang mana musuh yang mana korban, tidak mengerti antara kejujuran
dan kebohongan.

Proses perbaikan hanya bisa terjadi jika saya, anda, dan kita semua, mau menerapkan revolusi
mental sesungguhnya, mendidik diri sendiri dengan baik agar bisa mendidik keluarga kita,
mengembalikan fitrah kita sebagai manusia biasa, serta mau merefleksikan setiap ajaran agama
dalam diri kita, keluarga kita, kerabat kita, orang-orang terdekat kita, dengan merenungkan
firman Allah dalam Surah an-Nahl ayat 78:

“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam Keadaan tidak mengetahui sesuatupun,
dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.”

Hadirin yang dimuliakan Allah…


Jalaluddin as-Syuyuti dan Jalaluddin al-Mahaly dalam tafsir Jalalain menjelaskan bahwa jumlah
kalimat laa ta’lamuuna syai’an berkedudukan menjadi hal (keadaan) atau kalimat keterangan,
dan lafaz as sam’a bermakna jamak sekalipun kalimatnya mufrad. Lebih lanjut dijelaskan bahwa
seluruh indera (penglihatan, pendengaran, dan hati) adalah agar manusia bersyukur sehingga
mau beriman. Quraish Shihab dalam tafsir al-Misbah menambahkan, bahwa pengetahuan
manusia diperoleh melalui upaya manusiawi atau pendidikan. Dapat disimpulkan bahwa
pendidikan memegang peranan penting dalam menentukan moral bangsa.
Terakhir mengutip hadis Nabi saw yang ditulis oleh ‘Alauddin Ali al-Muttaqi dalam kitabnya:

ّ ‫من ح‬
)‫ق الولد على الوالد أن يحسن أسمه ويحسن أدبه (رواه إبن النجار‬

”Salah satu kewajiban orang tua kepada anak adalah memberikan nama yang baik dan perbaikan
tata krama”. (HR.Ibn Nujjar)

Pada akhirnya kami menitipkan pesan 4 M sebagai berikut :

1. Mari membina keluarga harmonis, karena harmonisasi kondusif membantu efektifitas


pembinaan psikologis anak.

2. Mari mendidik moral anak sedini mungkin, karena keluarga adalah sekolah pertama dan
utama dalam pembentukan karakter anak.

3. Mari membangun bangsa melalui pembinaan generasi, karena revolusi mental sesungguhnya
adalah implementasi nilai-nilai agama pada diri, keluarga, kerabat, terlebih lagi masyarakat.

4. Mari bersama kita berdo’a, semoga kita semua menjadi insan beriman, jujur dalam perkataan,
lembut pada perbuatan, pandai menjaga kehormatan, berguna di masa depan.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Anda mungkin juga menyukai