Mukkadimah….
Hadirin....
Masih senantiasa membelenggu kita, ketika tenaga kerja Asing dan Aseng, lebih diutamakan
dan diprioritaskan dari pada tenaga kerja asli Indonesia. Masih ingatkah, ketika bendera
bangsa ini, dicetak terbalik oleh oknum Bangsa tetangga, spontan rakyat Indonesia geram dan
Marah. Ini membuktikan bahwa rasa Nasionalisme belum mati di dalam dada. Namun kini
hadirin, rasa nasionalisme itu mulai sirna, karena hanya mengedepankan keegoisan semata.
Perbedaan dan keregaman menjadi sumber perpecahan dimana-mana, saling menghujat dan
saling menghina, bahkan sampai menistakan sebuah agama, pembunuhan dan berita hoax
semakin marak di media masa, tawuran antar pelajar dan narkoba, perpecahan terhadap
simpul-simpul negara dan lain sebagainya.... (Betul Hadirin)
Lalu bagaimanakah solusi dari persoalan tersebut?
Hadirin....
Waa ta simu bihaba lillahi jami’a “Dan berpegang tegulah kamu semuanya kepada tali
Allah”. Ayat tersebut menyuruh kita untuk senantiasa berpegang teguh kepada tali Allah,
bersatu pada terkhusus dalam mencintai tanah Air kita dan melarang kita untuk bercerai-
berai. “Walla taffarroku”dan janganlah kalian bercerai-berai.
Syekh ismail halki Al-Barosawi didalam tafsirnya ruhul bayyah, jilid 5 halaman 321
menjelaskan bahwa penyebab terjadinya tafarrok atau berpecaah-belah ialah “izkunn tumm
a’da ‘a”. Apabila kamu berselisih.
Imam Jalaluddin As-Syuyuti dan imam jalaluddin Al-Mahaly dalam tafsir jalalain jilid 2
halaman 371 menjelaskan bahwa “Sesungguhnya perpecahan merupakan sebuah kebinasaan
dan persatuan merupakan keselamatan. Generasi muda harus menjadi pelopor persatuan
sebagaimana pemuda generasi 1 abad silam, yang berhasil mengikrarkan diri dalam
momentum Sumpah Pemuda.
“Kami Putra dan Putri Indonesia mengaku bertumpah darah yang satu tanah air
Indonesia”
“Kami Putra dan utri Indonesia mengaku berbangsa yang satu bangsa Indonesia”
“Kami Putra dan Putri Indonesia mengaku menjunjung tinggi bangsa persatuan
Bangsa Indonesia”
Mari pemuda mari kita bersatu padu dalam mencintai tanah air kita, sebagaimana sair berikut
ini :....... “Mari kita bertakbir bersama”.......
Hadirin....
Masih teringat dibenak kita ketika pesta olahraga akbar ASIAN GAMES digelar di negara
kita, seketika perbedaan suku menjadi luruh, ketika atlit kebanggaan Indonesia mengenakan
seragam merah putih mereka yang berasal dari sumatera, Jawa, NTB dan lainnya, bersatu
padu mengharumkan Bangsa Indonesia, mereka menggelorakan semangat persatuan di
kesatuan, dalam mencintai tanah airnya sebagaimana prinsi Panglima TNI Indonesia Jendral
Sudirman “Robok-roboklah badanku, potong-potonglah jasad ini, tetapi jiwaku dilindungi
merah putih, akan tetap hidup, tetap menuntut boleh siapa pun lawan yang aku hadapi”. Oleh
karena itu hadirin, mari kita bersatu padu mencintai tanah air kita, karena umat islam
bersaudara sebagaimana dalam Qur’an Surah Al-hujurat Ayat 10 :
Hadirin....
Syekh Ahmad Nustofa Marawwi dalam tafsirnya “Al-Marawi” Jilid 4 halaman 31
menjelaskan Sungguh orang mukmin itu bersaudara yakni bersaudara dalam Agama.
Inspirasi dari rasa persaudaraan tersebut hadirin, hendaknya menumbuhkan rasa cinta tanah
air. Rasa nasionalisme tentang Indonesia, Indonsia tempat dimana kita lahir dan tempat
dimana kita hidup dan tempat akhir kita menutup mata.
Hadirin...
Mari kita bersatu padu mencintai tanah air kita, mencintai Indonesia, karena..... “Indonesia
satu nusa, satu bangsa, satu tanah air kita.
“United we stand, divided we fall”
Hadirin....
Sebagai kesimpulan dari syarahan kami, Nasionalisme merupakan rasa cinta tanah air yang
harus tertanam pada diri insan manusia, dalam rangka memandang pentingnya merawat rasa
nasionalisme tersebut. Persatuan dan kesatuan merupakan pilar utama dalam mencintai tanah
air kita.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb