Anda di halaman 1dari 4

MERAWAT KEBERAGAMAN DALAM KESATUAN NKRI

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh....

Negara kesatuan Republik Indonesia merupakan Negara dengan tingkat keragaman


yang tidak diragukan lagi. Untuk lebih detailnya Indonesia terdiri dari dari 17.504 pulau
dengan 1.211 bahasa daerah 300 etnik 1340 suku bangsa yang berbeda-beda. Sejak tahun
2000 terdapat enam agama resmi yang diakui di Indonesia yaitu agama Islam, Kristen
Katolik, Kristen Protestan, Hindu Budha dan Konghucu. Sejak tahun 2012 terus terjadi
pemekaran daerah sehingga sampai ini, Negara kita memiliki 34 provinsi dan di tahun 2019
ini, ada 14 partai politik kontestan pemilu yang bersaing merebut hati rakyat agar simpatik
dengan berbagai cara dan teknik mungkin dengan cara yang baik- baik tapi bisa jadi
menggunakan trik dan intrik bahkan tidak mustahil dengan cara licik dan picik tak perduli
yang penting rakyat tertarik terutama dari kalangan wong cilik, betul?

Lalu bagaimanakah mengantisipasi agar hal ini tidak terjadi? Sebagai jawabannya
maka pada kesempatan kali ini tergugah hati kami bertiga untuk menyampaikan sebuah
syarah Al-Qur’an dengan judul “MERAWAT KEBERAGAMAN DALAM KESATUAN NKRI”
dengan landasan Firman Allah SWT dalam Al-Qur’an Surah Al-Hujurat ayat 13 yang berbunyi:

Hadirin Rahimakumullah..

Dalam kajian Ilmu Balaghah Firman Allah pada ayat tersebut merupakan kalam
khobari dengan esensi sebuah informasi Ilahi bahwa Allah secara fitrah sudah menciptakan
manusia dengan beranekaragam. Hal tersebut sejalan serta sejalin dengan pemahaman
kontekstualisasi ayat. Sebagaimana disampaikan Syekh Azzuhri yang bersumber dari Ibnul
Mundzir Ibnu Abi Haqi dan Baihaqi yang dinukil dalam kitab Addalaail bahwa secara tekstual
ayat tersebut diturunkan sebagai teguran kepada Bani Baidah ketika Rasulullah
memerintahkan Bani Baidah untuk memeohonkan ampunan kepada mereka yakni dengan
menikahkan putri-putri mereka kepada budak-budak mereka yang bernama Abihin, dengan
sinis mereka berkata “pantaskah putri-putri kami dinikahkan dengan budak-budak kami?”
pada saat itulah Allah SWT menurunkan surah Al-Hujurat ayat 13 bahwa diciptakan manusia
berbeda suku, berlainan bangsa, terdiri dari laki-laki dan perempuan, dengan tujuan
Lita’aarafu aikholaknakum kadzalikal ya’rifa ba’dukum ba’dha, yakni kami telah menciptakan
kalian seperti itu atau secara beragam agar sebagian kalian mengenal sebagian yang lain.
Demikianlah penafsiran Syekh Kholid Abdurahman Al-akh dalam sobhatul bayan Lima’anil
Qur’an halaman 516 dan juga dijelaskan dalam tafsir Jalalen halaman 687. Meskipun ayat ini
secara tekstual ditujukan kepada Bani Baidoh namun secara kontekstual merupakan
landasan etis sosiologis untuk merajut kebersamaan ditengah-tengah keanekaragaman,
termasuk dalam konteks merawat keutuhan NKRI karena memang hadirin, berawal dari
diskriminasi, pasti saling menutup dir,i tidak saling berkomunikas,i gampang saling
mencurigai, sehingga sangat mudah terpropokasi, bahkan tidak mustahil melakukan
tindakan-tindakan anarki. Oleh karena itu dalam rangka merawat keutuhan NKRI ditengah-
tengah keragaman yang sangat tinggi kami menghimbau kepada saudara-saudaraku untuk
mejauhi sikap diskriminasi, kita harus saling membuka diri, saling menjalin komunikasi, saling
sinergi dan saling melengkapi, agar tidak ada dusta diantara kita, setuju?

Karena realita masih berbicara, karena gara-gara beda organisasi, rakyat kita gampang
saling mencaci maki, gara-gara beda suku mudah berseteru, gara-gara beda pendapat saling
sikat, gara-gara beda pilihan saling bermusuhan, bahkan cuma gara-gara beda partai saling
bantai, Na’udzubillah tsumma na’udzubillah. Padahal bukankah Rasulullah Saw dengan tegas
mengingatkan “Laisa minna manda’a ila ashobiyah walaisa minna man qotala’ana ashobiyah
walaisa minna man maka ala ashobiyah” bukan termasuk umatku orang yang menyeru pada
fanatisme golongan, dan bukan termasuk umatku orang yang berperang karena fanatisme
golongan dan bukan termasuk umatku orang yang mati karena fanatisme golongannya (HR
Abu Daud). Lalu bagaimanakah solusi dasar untuk merawat keberagaman dalam bingkai
NKRI? Sebagai jawabannya kita renungkan penggalan Firman Allah dalam Al-Qur’an Surah Al-
Imran ayat 103 yang berbunyi :

Hadirin rahimakumullah...

Secara sembanti ayat ini diawali dengan sighatulil amr yang bermakna perintah,
sedangkan kaidah usul fiqih menyatakan al-asufil amri lil wujub asal suatu perintah adalah
kewajiban, dengan demikian wajib bagi saya, saudara dan kita semua untuk terus memupuk
persatuan, membina kebersamaan dan merajut harmoni demi keutuhan NKRI, setuju? Inilah
esensi insuksi Ilahya yang terangkai indah pada kalimat watasimu bihablillahi jami awwala
taffarroqu aiamarohum bil jama’ah wanahahum anitaffarruqo, Allah memerintahkan kepada
kita semua untuk bersatu padu dan jangan berseteru. Demikianlah penjelasan Imam Ibnu
Katsir dalam tafsir Al-Qur’anil ‘azim, lalu bagaimanakah relefansinya ayat ini dengan
kehidupan bangsa kita? Alhamdulillah hadirin walaupun Indonesia memiliki keragaman adat
istiadat, suku bangsa, bahasa bahkan agama, tapi bhineka tunggal ika walaupun berbeda
tetap satu jua, betul?

Namun yang lebih membahagiakan saat ini komitmen pemerintah yang didukung
oleh para alim ulama dengan misi yang sama menjaga pancasila, bhineka tunggal ika, NKRI
dan UUD 1945 terus membahana ditengah-tengah laju pembangunan bangsa sehingga kami
para pelajar dan seluruh pemuda Indonesia semakin yakin dan percaya serta berani
menyatakan secara terbuka “bagi kami NKRI harga mati” sepakat? Tapi ingat dibalik
kesepakatan diforum ini kita harus tetap waspada karena masih berkeliaran oknum-oknum
yang terus menebar bibit-bibit perpecahan, bukankah ditengah-tengah pesta demokrasi
masih sering terjadi tindakan-tindakan tidak terpuji? Bukankah masih ada oknum-oknum
pembagi uang hingga rakyat mau berjuang bahkan rela berperang, padahal hanya membela
kepentingan seseorang, jika benar fenomena ini ada berarti keutuhan NKRI belum aman
secara nyata, betul? Oleh sebab itu dalam rangka merawat keutuhan NKRI kami
menghimbau kepada saudara-saudaraku seiman dan sekeyakinan, kita perkokoh ukhuwah
islamiyah, dan kepada saudara-saudaraku yang berlainan keyakinan kita perkokoh ukhuwah
watoniyah dan ukhuwah insaniyah demi NKRI tetap lestari, bangsa Indonesia tetap berjaya.
Aamiin YaRabbal’alamiin. Jika sikap tersebut kita implementasikan maka keragaman
bukanlah sebuah ancaman melainkan sebagai perekat persatuan dalam implementasi
kebaikan yang akan mendapatkan balasan dari Allah berupa ampunan dan pahala yang
berlimpahan, sebagaimana Firman Allah dalam Al-Qur’an surah Al-Maidah ayat 9 yang
berbunyi:

Hadirin....

Dengan berakhirnya lantunan qalam Illahi tadi uraian ini dapat kami simpulkan bahwa
perbedaan dan keragaman merupakan fitrah sekaligus rahmat dari Allah bagi Negara kita
atas keragaman itu kita nikmati, kita syukuri, dan kita jalani dengan saling membuka diri,
saling menjalin komunikasi, dan silaturahmi, itulah bukti merawat NKRI sepenuh hati.
Semoga Allah SWT tetap merahmati. Aamiin YaRabbal ‘alamiin. Sekian yang dapat kami
sampaikan, kurang dan lebihnya mohon dimaafkan...

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabaarakatuh...

Anda mungkin juga menyukai