Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM

UTILITAS

ACARA 6 : COOLING TOWER

Disusun oleh :

Nama : Mahabati Fita hanjani

NIM : 021200003

Fakultas/Prodi :Teknik Industri / D3 Teknik Kimia

Hari, Tanggal : Kamis, 04 November 2021

Dosen Pembimbing : Yuli Ristianingsih, ST., M. Eng.

LABORATORIUM UTILITAS

PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA

JURUSAN TEKNIK KIMIA

FAKULTAS TEKNIK INDUSTRI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”


YOGYAKARTA

2021
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN UTILITAS

ACARA 6 : COOLING TOWER

DISUSUN OLEH :

Nama : Mahabati Fita Hanjani


NIM : 021200003
Fakultas / Prodi : Teknik Industri / D3 Teknik Kimia
Hari, Tanggal : Kamis, 04 November 2021
Plug / Kelompok :A/2
Dosen Pembimbing : Mitha Puspitasari, S. T, M.Eng

Disetujui
Dosen Pembimbing

Mitha Puspitasari, S. T, M.Eng


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, berkat
rahmat dan karunia-Nya saya dapat menyelesaikan praktikum dan
menyusun laporan UTILITAS dengan judul “COOLING TOWER”
sebagai data hasil pengamatan saya, saya juga menyampaikan terima
kasih kepada

1. Mitha Puspitasari, S. T, M.Eng selaku dosen pembimbing pada praktikum


utilitas
2. Para asisten laboratorium

3. Kelompok praktikum saya yang telah saling bekerja sama


dalam melakukan praktikum.

Laporan ini saya susun untuk memenuhi tugas PRAKTIKUM


UTILITAS semester ganjil yaitu semester tiga D3 Teknik Kimia Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta.

Laporan praktikum ini masih jauh dari kata baik, oleh karena itu saya
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca untuk
lebih baik dalam kedepannya untuk membuat laporan.

Demikian yang dapat saya tulis, semoga laporan praktikum ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca.

Yogyakarta, 04 November 2021

Penulis

Mahabati Fita Hanjani


BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Dalam suatu proses industri penggunaan Menara pendingin adalah


sangat penting untuk keberlangsungan industri tersebut. Pengetahuan
tentang sistem proses dan segala yang berkaitan dengan Menara pendingin
harus dipelajari agar dapat menetapkan berapa jumlah air yang ditambahkan
untuk mengganti air yang hilang atau untuk mengetahui karakteristik
penting dari sebuah Menara pendingin. Mengingat betapa pentingnya faktor
karakteristik Menara pendingin dan jumlah air yang menguap, maka
dilaksanakan percobaan ini yang bertujuan untuk mengetahui faktor dan
banyaknya air yang menguap karena proses pendinginan. Jika suatu pabrik
tidak lengkap dengan cooling tower dan hanya menggunakan sirkulasi air
pendingin sekali pakai, maka air pendingin yang telah digunakan dan telah
mengalami kenaikan temperature selanjutnya akan langsung dibuang ke
laut, danau, ataupun sungai. Pembuangan air ini akan meningkatkan
temperature laut, danau, ataupun sungai tersebut. Jika pabrik menggunakan
sistem seperti ini hal ini akan dapat merusak ekosistem tempat dibuangnya
air tersebut. (Tim Penyusun, 2020).

II.1 Tujuan Percobaan

1. Mempelajari karakteristik menara atau kolom, yaitu : bilangan suatu


transfer unit keseluruhan (NTU), faktor bahan isian (m), dan
eksponensial (n).

2. Mempelejari pengaruh L/Ga terhadap NTU (Number Transfer Unit).

3. Mempelajari pengaruh kenaikan T1 terhadap NTU.

4. Menghitung jumlah air yang hilang dalam sirkulasi cooling tower.


III.1 Dasar Teori

Menara pendingin adalah suatu menara yang digunakan untuk


mendinginkan air pendingin yang digunakan untuk keperluan air
pendingain yang telah menjadi panas pada proses pendinginan, sehingga air
pendingin yang telah dingin itu dapat digunakan untuk proses pendinginan
selanjutnya. Adapun prinsip kerja menara pendingin secara umum adalah
kontak langsung antara permukaan air dengan udara kering. Apabila air
panas berkontak langsung dengan udara yang lebih dingin maka air akan
mengalami penurunan temperature. Penurunan temperature ini disebabkan
oleh penguapan sebagian dari cairan dan akan kehilangan panas sensibel,
sebaliknya udara akan menjadi panas dan mengalami pelembaban.
(Hardjono, 1989).

Dalam menara pendingin, aliran air panas didinginkan dengan


mengubah panas laten dari panas sensibel uap air dengan aliran udara kering
pada arus yang berlawanan. Air panas dimasukkan dari atas menara dan
dikeluarkan dari bagian dasar menara. Aliran udara mengalir secara counter
currant terhadap aliran air. Pada bagian atas menara, panas ditransfer dari
air panas ke udara, temperature air lebih tinggi dari pada lapisan antara muka
pada film gas-cair (interface) dan temperature interface biasanya lebih
tinggi dari pada temperature udara. Panas sensibel ini dipindahkan dari air
ke udara pada bagian dasar menara, temperature air dan interface keduanya
lebih rendah dari pada udara dengan panas sensibel ditransfer cairan dan
udara ke interface dimana diserap sebagai panas laten dalam proses
penguapan air. (Brown, 1970).

Fungsi / kegunaan cooling tower :

1. Menurunkan suhu air bekas pendingin.

2. Memperbaiki performa air bekas pendingin.

3. Meningkatkan efisiensi pengolahan air pendingin


Dalam membangun dan merancang sebuah menara pendingin
sebagai suatu alat penukar panas perlu diperhatikan beberapa hal penting,
hal-hal penting dalam membuat konstruksi tersebut haruslah terpenuhi agar
menara pendingin tersebut bekerja dengan baik dan efisien.

Neraca energi sektor sistem untuk harga udara hasil pendinginan adalah.

Q + Lo . Cp . To = G (H2 – H1) (1)

Dimana:

Q = Debit air (ft 3 /jam)

L = Kecepatan alir air (cm3 /lbf ℉)

Cp = Suhu (℃)

G = Kecepatan udara masuk (cm3 /detik)

NTU = Bilangan suatu transfer unit keseluruhan

Ka = Konsentrasi (mol/L)

Persamaan ini menggunakan temperature referensi pada F udara kering,


dengan panas uap masuk dalam lb udara kering.

Neraca energi komposisi air

Q = L . Cp . (T1 – T2) + Lo . Cp (T2 – To ) (2)

Kombinasi dari kedua persamaan diatas adalah:

Cp . T1 . (H2 – H1) = L . (T1 – T2) + Lo . Cp . T2 (3)

Maka jumlah air make up untuk mengganti penguapan adalah :

Lo = G (X2 – X1) (4)

Dalam menera pendingin, udara pendingin digunakan untuk


mendinginkan air panas. Air yang telah lewat kolom temperaturnya lebih
rendah dari pada temperature udara kering masuk, tetapi tidak akan lebih
rendah dari pada temperature bola basah udara masuk. Dalam daerah teratas
dari kolom, air panas mula-mula berkontak dengan udara kering yang lebih
dingin dari pada air panas, dapat dinyatakan juga sebagai penurunan total
kualitas air atau penguapan. Enthalpy air total atau pertambahan enthalpy
campuran udara adalah setara.

dq = s (L. C. T) = G. dH (5)

Muaran udara yang melewati menara pendingin adalah tetap karena


dinyatakan dalam basis udara kering. Tetapi muatan air tidak persis konstan
karena ada yang hilang oleh penguapan lebih kecil dari sirkulasi (2%), maka
dapat diasumsikan harga L adalah konstan (Kern, D.Q., 1950).

d (L .Cp .T) = L . Cp .dT (6)

L. Cp . dT = G. dH (7)

Menurut lewis dalam sistem campuran udara dan air persamaan dapat
dinyatakan sebagai berikut:

L. C. dT – G . dH = k (H’ – H) a. dV (8)
BAB II

PELAKSANAAN DAN PERCOBAAN

II.1 Alat dan Bahan

A. Alat
1. Cooling tower
2. Heater
3. Blower
4. Pompa
5. Thermometer
B. Bahan
1. Air yang dialirkan dari kran
2. Udara yang berasal dari blower

II.2 Rangkaian Alat

Gambar II.2.1 Rangkaian Alat


II.3 Diagram Alir

Menyiapkan alat dan bahan yang digunakan

Mencatat Twet dan Tdry pada termometer di atas cooling


tower

Solar,
Menyalakan heater untuk memanaskan air dalam pertalite,
tangki kerosin

Mengukur suhu air hingga mencapai 38ºC (T in)

Menyalakan pompa air panas bersamaan dengan


blower

Mengatur rotameter hingga ketinggian tertentu

Mengukur suhu Tout pada cooling tower

Mengukukur suhu Twet dan Tdry

Gambar II.3.1 Diagram Alir Cooling Tower


BAB III

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

III.1 Hasil Pengamatan

1. Kecepatan aliran udara : 360 cm3/detik


2. Diameter bahan : 39,17 cm
3. Tinggi bahan isian : 65 cm
4. Diameter pipa dalam : 1,67 cm
5. T wet masuk (Twm) : 26˚C
6. T dry masuk (Tdm) : 29˚C

Tabel III.1.1 Data hasil pengamatan


Kecepatan Air
Suhu Air Suhu Air
(L) Udara Keluar
No Skala Masuk Keluar
Tw (⁰C) Td (⁰C)
(⁰C) (⁰C)
1. 1 42 32 27 30
2. 2 42 33 28 31
3. 3 42 34 29,5 32

III.2 Perhitungan

17,67𝑥𝑇𝑑
a. 𝑒𝑠 = 6,112𝑒𝑥𝑝 (𝑇𝑑+243,5)
17,67𝑥30
= 6,112𝑒𝑥𝑝 (30+243,5)

= 6,112𝑒𝑥𝑝(6,94629)
= 42,4557
17,67𝑥𝑇𝑤
b. 𝑒𝑤 = 6,112𝑒𝑥𝑝 (𝑇𝑤+243,5)
17,67𝑥27
= 6,112𝑒𝑥𝑝 (27+243,5)

= 6,112𝑒𝑥𝑝(5,85167)
= 35,7654
c. 𝑒 = es – 6,6 x 10-4. 𝑃(𝑇𝑑 − 𝑇𝑤)(1 + 1,15𝑥10-3 . 𝑇𝑤)
= 42,4557 − 6,6 x 10-43039,75(30 − 27)(1 + 1,15𝑥10-3.27)
= 40,3683

𝑒
d. 𝑟ℎ = 𝑥100%
𝑒𝑠
40,3683
= 𝑥100%
42,4557

= 95,08%
Dengan cara yang sama diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel III.2.1 Tabel hasil perhitungan es, ew, e dan rh
No Es ew e rh
1 42,4554 40,07414 41,7647 98,37 %
2 44,96 42,4557 44,2681 98,46 %
3 42,4554 40,07414 41,7647 98,37 %

a. L1 = 1698 kg/ jam


Neraca massa total
L1 + (G+Gy1) - L2 - (G+Gy2) = 0
L1 - L2 + Gy1 + Gy2 =0
G (y2 - y1) + L2 = L1

Neraca panas total


Panas masuk – Panas keluar = 0
QG1 + QL1 – QG2 – QL1 =0

Data untuk hitungan diperoleh:


Cp H2O(g) = 1,87 kj/ kg.K
Cp udara = 1,005 kj/ kg.K
λ = 2502,8 kj/ kg. K
Cp H2O(l) = 4,184 kj/kg.K
Tref = 298 K
b. Skala 1
Tw = 27 + 273 = 300k
Rh = 95,08 %
y1 = 0,019 kg H2O/ kg Udara kering
Td = 30 + 273 = 303k
Rh = 95,08 %
y2 = 0,030 kg H2O/ kg Udara kering

• TG1
TG1 = 29 ºC = 302 ºK
Q G1 = G (Cp udara+(Cp H2O(g) x y1)) . (TG1- Tref)
= G (1,005+(1,87 x 0,019)) (300-298)
= 2,08106 G kg/ jam
• TG2
TG2 = 30 ºC = 303 ºK
Q G2 = G (Cp udara+(Cp H2O(g) x y1) . (TG2- Tref)+G(λ+y2)
= G (1,005+(1,87 x 0,030) (303-298)+G(2502,8+
0,030))
= 2508,1355G kg/ jam
• TL1
TL1 = 42 ºC = 315 ºK
QL1 = L1 + (Cp H2O(g) x (TL1 - Tref)
= 1698 + (1,87 x (315 – 298)
= 1729,79 kg/ jam
• TL2
TL2 = 32 ºC = 305 ºK
QL2 = L2 + (Cp H2O(g) x (TL2 - Tref)
= L2 + (1,87 x (305 – 298)
= 13,09 L2 kg/ jam
Neraca panas
QG1 + QL1 – QG2 – QL2 = 0
= 2,08106 G + 1729,79 - 2508,13556 G - 13,09 L2 = 0
= 1729,79-2506,0545 G = 13,09 L2 … (1)

Neraca massa
G (y – y ) + L2
2 1 = L1
G (0,030-0,019) + L2 = L1
0,011 G + L2 = L1 …(2)
Eliminasi persamaan 1 dan 2
13,29 L2 = 1729,79 – 2506,0545 G x1
L2 = 1698 + 0,011 G x13,09
13,29 L2 = 1729,79 – 2661,92308 G
13,29 L2 = 22226,82 + 0,14399 G

0 = -20497,03 -2661,779 G
G = -7,7005
0,011. -7,7005 + L2 = L1
-0,3771+L2 = 1698
L2 = 1698+0,3771
L2 = 1698,084

Air menguap
Air menguap = L1-L2
= 1698 - 1697,3771
= 0,6229 kg/ jam
Dengan cara yang sama maka diperoleh:
Tebel III.2.2 Nilai QG1, QG2 , QL1 , QL2
No QG1 QG2 QL1 QL2 Air menguap
1 2,08106 2508,1355 1729,79 22218,6662 0,084
2 3,1272 2509,1355 1729,79 1698,47216 0,047
3 4,7833 2510,2999 1729,79 15876,2671 0,021

III.3 Pembahasan

Pada praktikum ini dilakukan percobaan cooling tower. Tujuan dari


percobaan ini adalah mempelajari karakteristik menara atau kolom, yaitu:
bilangan suatu transfer unit keseluruhan (NTU), faktor bahan isian (m),
dan eksponensial (n), mempelajari pengaruh L/Ga terhadap NTU (Number
Transfer Unit), mempelajari pengaruh kenaikan T1 terhadap NTU, dan
menghitung jumlah air yang hilang dalam sirkulasi cooling tower.

Dalam menara pendingin, perpindahan kalor berlangsung dari air ke


udara. Menara pendingin menggunakan penguapan dimana sebagian air
diuapkan ke aliran udara yang bergerak dan kemudian dibuang ke
atmosfir. Sehingga air yang tersisa didinginkan secara signifikan. Air dari
bak/basin dipompa menuju heater untuk dipanaskan dan dialirkan ke
menara pendingin. Air panas yang keluar tersebut secara langsung
melakukan kontak dengan udara sekitar yang bergerak secara paksa karena
pengaruh fan atau blower yang terpasang pada bagian atas menara
pendingin, lalu mengalir jatuh ke bahan pengisi.

Pada praktikum ini digunakan air kran yang telah dipanaskan dengan
heater sebagai sampel. Setelah mencapai suhu tertentu, kemudian air
dialirkan masuk ke dalam peralatan cooling tower agar terjadi
pendinginan. Kemudian dicatat suhu air keluar dari percobaan tersebut.
Pendinginan ini terjadi sebagai akibat adanya penguapan dari sebagian air
kedalam aliran udara yang mempunyai kelembaban rendah, sehingga air
panas akan melepaskan sebagian panas sensibelnya dengan jumlah yang
sama dengan jumlah panas laten yang diperlukan untuk terjadinya
penguapan tersebut.
` Pada percobaan kali ini menggunakan alat cooling tower yang
berfungsi untuk memproses air panas menjadi air dingin yang digunakan
kembali dapat dirotasikan, dan mengolah air untuk mengatasi masalah
polusi lingkungan. Dengan variasi suhu air masuk menara (T) pada laju
aliran air masuk menara (L) konstan dapat berpengaruh terhadap besarnya
nilai QG1, QG2, QL1, QL2 dan air menguap sehingga diperoleh data sebagai
berikut.
Tebel III.2.2 Nilai QG1, QG2 , QL1 , QL2
No QG1 QG2 QL1 QL2 Air menguap
1 2,08106 2508,1355 1729,79 22218,6662 0,084
2 3,1272 2509,1355 1729,79 1698,47216 0,047
3 4,7833 2510,2999 1729,79 15876,2671 0,021

Berdasarkan hasil tersebut, dapat diketahui bahwa semakin tinggi


suhu dari air yang masuk ke cooling tower maka banyaknya air yang
menguap juga akan semakin banyak, yang diakibatkan karena adanya
kontak dengan udara yang menyebabkan terjadinya penguapan air dan
adanya air yang keluar melalui putaran blower
BAB IV

PENUTUP

IV.1 Kesimpulan

Dari praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:

Tabel IV.1 Kesimpulan dari Data Hasil Percobaan Cooling Tower

No QG1 QG2 QL1 QL2 Air menguap


1 2,08106 2508,1355 1729,79 22218,6662 0,084
2 3,1272 2509,1355 1729,79 1698,47216 0,047
3 4,7833 2510,2999 1729,79 15876,2671 0,021

Semakin tinggi suhu air masuk maka banyaknya air yang menguap juga
semakin banyak.

IV.2 Saran

-
DAFTAR PUSTAKA

Tim Penyusun. 2020. Buku Petunjuk Praktikum Utilitas. Yogyakarta :


Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta.

Handoyo, Yopi. 2015. Analisis Performa Cooling Tower LCT 400 pada P.T. XYZ,
Tambun Bekasi. Jurnal Imiah Teknik Mesin, Vol. 3, No.1
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai