Anda di halaman 1dari 6

3D PRINTING

3D printing atau sering juga disebut sebagai additive manufacturing adalah suatu proses
pembuatan suatu obyek solid 3 dimensi dari suatu model digital. Proses pencetakan 3D
dikerjakan dengan proses aditif, dimana obyek dibuat dengan cara meletakkan/
menambahkan material lapis demi lapis. Metode pencetakan 3D sangat berbeda dengan
teknik pemesinan tradisional yang lebih dikenal dengan proses subtraktif dimana pembuatan
produk dengan cara mengurangi material awal melalui proses penyayatan. 3D printing
pertama kali dipublikasikan oleh Hideo Kodama dari Nagoya Municipal Industrial Research
Institute pada 1982. Pertama kali 3D printer dapat bekerja atas hasil karya Charles W. Hull
dari 3D Systems Corp. pada tahun 1984 (Triwibowo dkk, 2015).

Berikut adalah bagian-bagian mesin 3D printing :

 Frame adalah struktur utama untuk menopang mesin 3D printing. Frame harus kaku
dan kokoh sehingga cetakannya bisa terbentuk dengan akurat.
 Print head adalah bagian dari printing yang berguna untuk melelehkan dan
menggerakkan filamen. Print head terdiri dari nozzle, heater, dan fan.
 Nozzle adalah bagian untuk mengeluarkan bahan yang berbentuk semi-solid setelah
melewati heater. Nozzle menentukan kemampuan bahan dapat dicairkan dengan
benar. Nozzle berkualitas baik dapat menyuplai bahan seperti polikarbonat, nilon, dan
plastik suhu tinggi lainnya.
 Build platform atau bed adalah permukaan datar untuk mencetak. Beberapa printing
memiliki bed yang dapat dipanaskan untuk memungkinkan pencetakan bahan yang
perlu dijaga temperaturnya selama proses cetak.
 Bowden berfungsi untuk mengatur filamen saat didorong atau ditarik oleh motor.
 Moving Parts adalah kombinasi motor stepper yang terpasang pada sekrup, kabel,
belt, dan sistem lain yang menempel pada pulley. Motor untuk printing 3D biasanya
memiliki 200 step per revolution. Setidaknya ada 5 motor stepper pada 3D printing.
 Electronics Control terdiri dari mikroprosesor dan sebuah board sebagai kontrol untuk
program pada mesin 3D printing. Sebagian besar printing 3D adalah sistem loop
terbuka.

Parameter yang biasa digunakan dalam 3d printing

 Nozzle temperature adalah temperatur pada saat filamen diekstrusi.


 Bed temperature adalah temperatur pada papan/plat dimana objek menempel saat
dicetak.
 Layer height adalah ketebalan setiap lapisan.
 Extrusion width adalah lebar pada material yang telah ekstrusi. Besar nilai extrusion
width harus lebih besar dari layer height.
 Perimeters adalah jumlah minimum shell vertikal (dinding) yang akan dicetak.
 Fill density adalah tingkat kerapatan pada bagian inti dari objek yang akan dicetak.
Fill density berkisar 0 sampai 100%.
 Fill pattern adalah pola pengisian pada bagian inti objek. Namun fill pattern hanya
dapat dilakukan dengan fill density kurang 100%. Memilih fill pattern tergantung
pada jenis model, kekuatan struktural yang diinginkan, dan kecepatan cetak. Pola
infill pada umumnya berbentuk rectilinear, line, dan honeycomb.
 Raster angle adalah sudut pola infill (infill pattern).
 Raft layers berfungsi menambahkan lapisan tambahan di bawah model pada saat
awal pencetakan yang berguna untuk menopang bagian layer yang mengambang. Raft
memerlukan proses tambahan untuk menghilangkannya.
 Kecepatan adalah kecepatan gerak pada saat mencetak. Pada pengaturan default
hanya ada tiga pengaturan kecepatan yang perlu dipertimbangkan: Perimeters speed
adalah kecepatan outline pada model. Proses cetak yang sedikit lebih lambat dapat
membuat outline cetakan memiliki sisa material ekstrusi yang lebih sedikit.
 Infill speed adalah kecepatan pada pola dari inti objek 3D. Kecepatan yang lebih
tinggi menghasilkan ekstrusi yang lebih tipis, dan hal ini dapat mempengaruhi ikatan
antar bagian yang ekstrusi. Travel speed adalah gerak nozzle untuk berpindah pada
saat tidak melakukan proses cetak.
 Brim width berfungsi untuk menambahkan perimeter lebih ke lapisan pertama sebagai
dasar, yang berguna untuk memberi area permukaan lebih banyak agar dapat
menempel pada bed dan mengurangi warping (sudut cetak terlepas dari bed).

Kegunaan 3d printing pada riset mobil listrik titen-ev2 universitas jember

 Menyerderhanakan pembuatan part-part mobil yang berukuran kecil, seperti dudukan


steering, steering, pedal rem, pedal gas, gear, tuas handrem dll.
 Mempercepat proses produksi part.
 Pereduksian beban dengan penggantian material yang sebelumnya logam menjadi
plastic.

Rekomendasi mesin 3d printing

Creality Ender 3 V2 32 Bit NEW Updated 3D Printer Prusa i3 Size Besar

Link = https://www.tokopedia.com/3dzaiku/creality-ender-3-v2-32-bit-new-updated-3d-
printer-prusa-i3-size-besar?refined=true&src=topads&whid=0

SKU : CRL-Ender3-V2
Garansi sparepart 1 tahun
keunggulan :

 Carborundum Glass Tempered Bed Untuk print lebih nempel dan gampang kalibrasi
bed nya.
 Power Supply Merek MeanWell lebih bagus untuk print lebih lama.
 Kerangka besi lebih kokoh dari yg versi Reguler.
 Dilengkapi Belt tensioner dan extruder adjustment untuk maintenance lebih gampang.
 Slot penyimpanan sparepart integrated.
 Layar Interface baru gampang dipakai.
 Mainboard 32 Bit Silent Board Terbaru Updated, print lebih presisi dan tidak berisik.

Speksifikasi mesin :

 Ketelitian Print sampai 0.05 mm (Printer lain hanya 0.1 mm)


 Auto-Resume Print, kalau mati lampu bisa lanjut print Kembali
 Bed powdered khusus untuk 3D Printing
 Kerangka Full besi jadi sangat kokoh
 Ukuran print 235*235*250 mm
 Heat bed bisa sampai 100 derajat
 Hotend bisa sampai 280 derajat

Material yang bisa digunakan :

 ABS (Acetonitrile Butadiene Styrene)


Acetonitrile Butadiene Styrene atau ABS adalah salah satu bahan yang banyak
digunakan untuk filamen mesin printer 3D. Pemilihan bahan ini bukan tanpa alasan,
pertama karena stabil dengan suhu dan paparan kimia. Selanjutnya sangat kuat dan
mudah dirapikan dengan penguapan aseton. Kekurangan dari bahan ABS ini adalah
tidak bisa diuraikan secara alami karena merupakan plastik sintetis. Selanjutnya saat
printing dilakukan akan ada asap berbahaya yang digunakan. ABS butuh suhu tinggi
sehingga daya yang dipakai juga besar.
 PLA (Polylactic acid)
Bahan PLA termasuk yang mulai naik daun dan digunakan oleh banyak
pelaku dan penggiat 3D print. Alasan penggunaan PLA adalah bahan bakunya yang
alami sehingga akan terurai kalau dibuang ke tanah. Secara harga produk ini
cenderung murah dan membutuhkan daya rendah untuk pencairan.
Karena tidak membutuhkan suhu tinggi, bantalan untuk mesin tidak
diperlukan lagi. Kemungkinan membakar benda di sekitarnya juga rendah.
Kekurangan dari bahan PLA hanyalah mudah meleleh, apalagi di suhu yang sangat
tinggi. Hindari terkena sinar matahari agar bentuk model tidak berantakan.
 HIPS (High Impact Polystyrene)
HIPS juga cukup bisa diandalkan karena memiliki beberapa kelebihan seperti
kekuatan bahan yang sangat tinggi. Selain itu bahan HIPS ini juga fleksibel meski
sangat kuat dibandingkan jenis lainnya. Bahan HIPS ini juga merupakan alternatif
dari ABS yang memiliki kekurangan pada asap berbahaya yang dikeluarkan.
Suhu yang digunakan untuk melakukan pencetakan atau printing cukup tinggi
dan butuh bantalan di bawahnya. Serat yang digunakan sebagai filamen juga rawan
patah dan juga ruwet kalau tidak ditata dengan baik. Terakhir, kalau mendapatkan
suhu tinggi, model 3D yang dihasilkan akan mudah lembek.
 Nylon
Bahan nylon juga sangat diandalkan untuk membuat model 3D. Alasan
penggunaan bahan nylon tidak lain dan tidak bukan adalah masalah kekuatan. Selama
ini nylon banyak digunakan untuk tekstil karena kekuatannya yang sempurna. Kalau
diaplikasikan pada model 3D, kemungkinan cepat leleh akan rendah. Selain itu
stabilitas pada suhu panas juga cukup stabil dan mudah diwarnai sesuai dengan
kebutuhan. Barangkali kekurangan dari bahan nylon adalah butuh suhu tinggi untuk
melelehkannya sebelum diaplikasikan menjadi bentuk tertentu. Selain itu nylon juga
mudah bengkok dan rawan ruwet sehingga proses cetak jadi terhambat.
 PVA (Polyvinyl Alcohol)
Filamen yang terbuat dari bahan PVA merupakan bahan organik dan bisa
diuraikan dengan mudah. Kalau ada sisa atau residu bisa dibuang ke tanah tanpa
memicu pencemaran seperti plastik. Meski bahannya organik, model 3D yang
dihasilkan tahan dengan berbagai pelarut dan juga minyak. Bahan PVA juga mudah
sekali larut dalam air sehingga tidak merugikan atau meracuni penggunanya. Kalau
Anda ingin menggunakan bahan PVA ada baiknya menjauhkan bahan ini dari panah
yang berlebihan dan kelembaban tinggi. Selain itu pertimbangkan masalah biaya
meningkat produk ini cukup mahal.
 PETG (Glycol-modified Polyethylene Terephthalate)
Menggunakan bahan PETG akan memberikan cukup banyak kelebihan.
Beberapa kelebihan itu adalah kekuatannya yang sangat tinggi dan stabil dengan suhu
tinggi. Produk ini juga tahan dengan paparan bahan kimia tertentu. Singkatnya model
3D yang dihasilkan dari produk ni akan awet digunakan.
Sayangnya bahan PETG ini tidak user friendly alias susah digunakan. Jangan
gunakan bahan ini kalau beberapa produk sebelumnya masih ada. Selanjutnya kalau
berada di bawah sinar ultraviolet, produk yang dihasilkan akan mudah rusak meski
tahan pada suhu yang tinggi.
 TPU (Thermoplastic Polyurethane)
Bahan TPU memiliki fleksibilitas seperti karet sehingga tidak mudah
patah. Filamen dengan bahan ini juga cocok untuk membuat lapisan-lapisan tertentu
pada model 3D yang sedang dihasilkan. Produk juga tahan dengan minyak.
TPU mudah sekali menggumpal meski masih dalam bentuk filamen. Karena
mudah menggumpal, kemungkinan terjadi masalah pengoperasian akan besar.
Terakhir bahan TPU ini sulit sekali dipoles kalau tidak sempurna karena secara
tekstur seperti karet.
 ASA (Acrylonitrile Styrene Acrylate)
Filamen dengan bahan ASA sama halnya dengan ABS yang terbuat dari
plastik. Bahan ini memiliki kelebihan berupa resistensi dengan suhu tinggi, sinar
ultraviolet, hingga paparan zat kimia. Proses penguapan aseton juga bisa digunakan
untuk proses finishing agar permukaan tidak kasar. Hal yang disayangkan dari bahan
ASA ini adalah kekuatannya yang rendah, butuh printer dengan suhu tinggi, dan
mudah menggumpal. Selain itu, bahan isian print 3D ini juga mahal.

Anda mungkin juga menyukai