Oleh:
DONI ERIKIAWAN
D 200 140 235
PUBLIKASI ILMIAH
Oleh:
DONI ERIKIAWAN
D 200 140 235
Dosen
Pembimbing
i
HALAMAN PENGESAHAN
OLEH
DONI ERIKIAWAN
D 200 140 235
Dewan Penguji:
Dekan,
ii
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam publikasi ilmiah ini tidak
terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu
perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau
pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali secara tertulis
diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Apabila kelak terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan saya di atas,
maka akan saya pertanggungjawabkan sepenuhnya.
DONI ERIKIAWAN
D200140235
iii
ANALISIS CFD 2 DIMENSI & STUDI EKSPERIMEN
KARAKTERISTIK AERODINAMIKA AIRFOIL NACA 0018
Abstrak
Abstract
1
1. PENDAHULUAN
Karena perkembangan ilmu pengetahuan yang sangat pesat, menimbulkan
kebutuhan akan teknologi tepat guna sehingga tercapainya suatu sistem yang
efektif dan efisien. Kehidupan masyarakat modern ini akan dipenuhi oleh riset
mengenai hal-hal mendetail dari setiap aspek demi menunjang terjadinya hal
tersebut. Kebutuhan mendasar dari kehidupan ini adalah energi dan salah satunya
adalah energi listrik, hampir semua pembangkit listrik memanfaatkan energi
kinetik untuk menggerakkan generator, dan hampir semua mesin konversi
energinya menggunakan sudu/bilah, kemudian untuk mendapatkan efisiensi yang
tinggi maka diperlukan desain sudu/bilah yang sesuai dengan kebutuhan, bentuk
dasar dari sudu/bilah tersebut adalah airfoil. Aerodinamika adalah ilmu
pengetahuan yang mempelajari hukum fisika tentang perilaku benda-benda yang
berada di dalam aliran udara dan gaya-gaya yang dihasilkannya(Munson et al.,
2009). Airfoil menjadi hal yang sangat mendasar pada suatu sistem yang bekerja
dengan fluida bergerak, mulai dari bidang pembangkit listrik, otomotif,
perkapalan, hingga penerbangan. Maka dari itu penelitian mengenai performa
aerodinamika airfoil sangat diperlukan demi memudahkan dalam pemanfaatannya
agar lebih efektif dan efisien.
Airfoil merupakan model bentuk yang berfungsi untuk mendapatkan gaya angkat
yang lebih besar dibandingkan gaya hambatnya. Besarnya gaya angkat airfoil
sangat bergantung pada sudut serangnya(Haque, Ali, & Ara, 2015). Dengan
bertambahnya sudut serang maka akan menambah gaya angkat dan gaya hambat
airfoil tersebut sampai batas sudut maksimal(Alam, Mamun, Ali, Islam, & Sadrul
Islam, 2014). Pada kecepatan yang tetap, koefisien angkat(CL) akan meningkat
sesuai dengan peningkatan sudut serang hingga mencapai nilai puncaknya dan
setelah melewatinya, CL tiba-tiba akan turun, fenomena ini disebut
Stalling(Abbott & Von Doenhoff, 1958). Kecepatan udara pada airfoil pada sudut
serang tertentu, antara titik satu dengan titik yang lain besarnya berbeda. Hal ini
yang menyebabkan distribusi tekanan tidak merata pada airfoil(Bagade, Bhumkar,
& Sengupta, 2014). Kebutuhan praktis untuk mengetahui aliran tentang model
secara aerodinamis yang mirip dengan aliran pada objek skala penuh menjadi jelas
dilihat dari fakta bahwa koefisien aerodinamika berubah dikarenakan perubahan
2
luas penampangnya, hal ini dikenal sebagai “scale effect”(Eastman, Jacobs, &
Sherman, 1939). Persamaan Bernoully menjelaskan bahwa pada satu sistem yang
sama, semakin cepat udara yang bekerja di suatu sisi maka tekanan pada sisi itu
akan rendah, akibatnya pada sisi yang lain dengan kecepatan yang rendah akan
memiliki tekanan yang lebih tinggi. Airfoil dirancang sedemikian rupa sehingga
pada sudut serang lebih dari nol, kecepatan fluida di permukaan atasnya lebih
besar (rata-rata) daripada di sepanjang permukaan bawahnya. Dari persamaan
Bernoulli, oleh karena itu, tekanan rata-rata pada permukaan bawah lebih besar
dari pada permukaan atas, hal ini yang menyebabkan gaya angkat (FL)
terjadi(Munson et al., 2009). Studi tentang gaya angkat dan hambat pada airfoil,
untuk bilangan Reynolds yang sangat rendah dengan variasi sudut serang agak
sulit ditemukan(Pathade, Kale, & More, 2016). Kinerja aerodinamis dari suatu
benda yang berinteraksi dengan fluida dapat dianalisis menggunakan
Computational Fluid Dynamics (CFD), yang merupakan salah satu cabang
mekanika fluida(Pathade et al., 2016). Vikas Gorakh melakukan penelitian secara
eksperimen dan simulasi pada airfoil NACA 0018, hasil penelitiannya
mengungkapkan bahwa semakin panjang chord line maka nilai CL dan CD juga
akan semakin meningkat(Pathade et al., 2016). Pada simulasi dengan metode
CFD, hasil simulasi dipengaruhi oleh besar kecilnya ukuran spacing mesh,
semakin kecil ukuran spacing mesh maka hasil simulasi akan semakin
akurat(Effendy, Yao, Yao, & Marchant, 2016). Penelitian yang berbeda
menyelidiki H-rotor VAWT dengan profil sudu simetris lurus dan airfoil yang
digunakan adalah NACA 0012, 0015, 0018, dan 0022. Dalam studi tersebut,
NACA 0018 memiliki hasil yang seimbang diantara kinerja aerodinamikanya
(efisiensi dan kapasitas self-starting) dan structural integrity (kekakuan
struktur)(Timmer, 2009). Dan juga pada pemanfaatannya airfoil dengan ketebalan
lebih dari 18% sangat jarang ditemukan(Houghton, Carpenter, Collicot, &
Valentine, 2016).
Berdasarkan pada uraian di ataslah pada penelitian ini dipilih airfoil NACA 0018,
dan penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kembali karakteristik performa
aerodinamika airfoil NACA 0018 menggunakan metode CFD 2 dimensi yang
kemudian di validasi dengan data hasil eksperimen dan literatur penelitian
3
terdahulu. Variasi penelitian yang digunakan adalah kecepatan aliran 8m/s, 10m/s,
12m/s, dan sudut serang -100, -50, 00, 50, 100, 150, 200. Dengan setup yang
digunakan untuk CFD adalah 2 jenis mesh yang berbeda dengan panjang chord
1meter, kemudian dimensi spesimen uji eksperimen memiliki panjang chord 10cm
dan panjang span 20cm. Parameter yang diteliti adalah koefisien angkat (CL) dan
koefisien hambat (CD), Rasio L/D, kemudian visualisasi aliran dan tekanan
berdasarkan hasil simulasi CFD 2D.
4
2. METODE
2.1 Diagram Alir Penelitian
5
2.2 Geometri Airfoil NACA 0018
Geometri benda uji eksperimen memiliki skala 1/10 dibandingkan dengan ukuran
benda uji simulasi, hal tersebut dapat dilihat pada gambar 2.
6
2.4 Metode Simulasi
Proses simulasi CFD 2 dimensi menggunakan software ANSYS FLUENT. Pada
metode simulasi, pembuatan specimen uji yang dimaksud adalah pembuatan
mesh. Menggunakan jenis mesh quadrilateral dan batas boundary type-C seperti
yang ditunjukkan pada gambar 4. Jenis structure dipilih karena lebih mudah
dalam pengontrolan bagian mana yang akan dibuat lebih halus(Effendy et al.,
2016).
7
Pada metode simulasi ini menggunakan metode 2 dimensi dengan memilih mesh
halus karena simulasi menggunakan mesh halus menghasilkan data yang lebih
stabil dan memiliki trendline yang sesuai dengan eksperimen dibandingkan
dengan hasil simulasi menggunakan mesh kasar. Pada gambar 5 menunjukkan
penyimpangan trendline hasil simulasi menggunakan mesh kasar yang terjadi
pada kecepatan 12m/s.
8
CD). Sedangkan untuk metode simulasi langsung didapatkan nilai koefisiennya.
Kemudian hasil simulasi dan eksperimen di olah menjadi bentuk grafik. Dari
kedua metode tersebut kemudian di bandingkan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Andre Laneville dkk(Laneville & Vittecoq, 2010), Robert. E dkk(Robert,
Sheldahl, C, & Klimas, 1981), dan W.A Timmer(Timmer, 2009).
(1)
(2)
Dimana FL dan FD merupakan gaya angkat dan gaya hambat (Newton), ρ adalah
densitas fluida(kg/m3), ʋ adalah kecepatan aliran udara(m/s), A merupakan luas
permukaan(m2)(Munson et al., 2009).
3.1 Pengaruh Variasi Sudut Serang (α) Terhadap Koefsien Angkat (CL)
Pada penelitian ini prediksi nilai CL hasil dari sumulasi CFD 2 dimensi yang
dibandingkan dengan data hasil eksperimen dan hasil penelitian terdahulu dapat
diamati pada gambar 6. Prediksi nilai CL hasil simulasi memiliki trendline yang
sangat sesuai dengan nilai hasil eksperimen dan hasil penelitian terdahulu. Nilai
CL meningkat seiring dengan bertambahnya sudut serang hingga mencapai titik
puncaknya pada sudut 100 kemudian setelahnya mengalami penurunan(stalling).
9
3.2 Pengaruh Variasi Sudut Serang (α) Terhadap Koefisien Hambat (CD)
Perbandingan prediksi nilai CD hasil dari simulasi CFD 2 dimensi dengan hasil
pengujian eksperimen dan hasil penelitian terdahulu dapat dilihat pada gambar 7.
Prediksi nilai CD hasil simulasi memiliki trendline yang sesuai dengan hasil
eksperimen dan hasil penelitian terdahulu, dimulai dari sudut serang minus nilai
CD akan turun hingga sudut 00, nilai CD terendah terjadi pada sudut 00, kemudian
nilai CD naik kembali seiring dengan bertambah besarnya sudut serang.
10
Gambar 8. Grafik Rasio L/D
-100 -50
11
00 50
100 150
12
Stagnation point
Stagnation point
-100 -50
00 50
vortex
100 150
vortex
Stagnation point
13
3.6 Distribusi Tekanan di Sekitar Airfoil
Distribusi tekanan menentukan besarnya gaya angkat, momen, gaya hambat
airfoil, dan posisi pusat tekanannya(Abbott & Von Doenhoff, 1958). Biasanya
distribusi tekanan disajikan berupa nilai koefisien tekanan (CP). Pada penelitian
ini nilai koefisien tekanan (CP) didapatkan dari hasil simulasi CFD 2 dimensi yang
terbagi menjadi 2 yaitu tekanan pada sepanjang permukaan bagian atas airfoil (top
surface) dan tekanan pada sepanjang bagian bawah airfoil (bottom surface), grafik
distribusi tekanan disekitar airfoil NACA 0018 pada setiap variasi sudut serang
dengan kecepatan 8m/s dapat dilihat pada gambar 11.
-100 -50
00 50
14
100 150
200
Gambar 11. Grafik Distribusi Tekanan Pada Kecepatan 8m/s
4. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan dari analisa hasil penelitian dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut:
a. Nilai CL dan CD mengalami peningkatan seiring dengan bertambah besarnya
sudut serang dan kecepatan aliran udara. Nilai CD mengalami kenaikan yang
sangat tinggi dimulai pada sudut serang 150, pada sudut serang yang sama
nilai CL mengalami stall.
b. Grafik L/D hasil simulasi memiliki bentuk trendline yang sama dengan hasil
eksperimen dan penelitian terdahulu, akan tetapi terjadi selisih nilai yang
cukup besar. Rasio L/D merupakan indikasi efisiensi aerodinamis dari airfoil,
15
sehingga dari grafik 3 dapat di analisa bahwa sudut paling optimal dari airfoil
NACA 0018 untuk membangkitkan koefisien angkat (CL) yang besar dengan
koefisien hambat (CD) yang kecil terdapat pada sudut 100.
c. Berdasarkan hasil simulasi CFD 2 dimensi yang berupa kontur tekanan,
streamline kecepatan, dan distribusi kecepatan, dapat diambil kesimpulan
bahwa pada sudut 150 terjadi vortex (aliran berputar) berkecepatan rendah
pada permukaan atas (top surface) airfoil, sehingga pada sebagian permukaan
atas airfoil memiliki tekanan yang tinggi. Hal tersebutlah yang mengakibatkan
fenomena stall, dan peningkatan koefisien hambat (CD) yang sangat tinggi
terjadi.
4.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, ada beberapa hal yang dapat
menjadi bahan pertimbangan untuk penelitian selanjutnya, yaitu:
a. Pembuatan benda uji eksperimen wind tunnel dapat menggunakan metode 3D
printing, agar geometri benda uji lebih presisi.
b. Dapat menggunakan jenis airfoil tidak simetris dengan geometri yang lebih
kompleks.
c. Pengambilan data eksperimen dengan wind tunnel sebaiknya dilakukan
beberapa kali agar nilai yang didapatkan lebih akurat.
d. Dapat menambahkan variasi beberapa jenis aliran turbulensi tidak hanya satu
jenis spallart-almaras saja, agar dapat mengetahui perbedaannya.
DAFTAR PUSTAKA
Abbott, I. H., & Von Doenhoff, A. E. (1958). Theory of Wings Section.
Alam, G. M. J., Mamun, M., Ali, M. A. T., Islam, M. Q., & Sadrul Islam, A. K.
M. (2014). Investigation of the aerodynamic characteristics of an aerofoil
shaped fuselage UAV model. Procedia Engineering, 90, 225–231.
Bagade, P. M., Bhumkar, Y. G., & Sengupta, T. K. (2014). An improved
orthogonal grid generation method for solving flows past highly cambered
aerofoils with and without roughness elements. Computers and Fluids, 103,
275–289.
Eastman, N., Jacobs, & Sherman, A. (1939). Airfoil Section Characteristics as
Affected by Variations of The Reynolds Number. Washington, D.C.
16
Effendy, M., Yao, Y. F., Yao, J., & Marchant, D. R. (2016). DES study of blade
trailing edge cutback cooling performance with various lip thicknesses.
Applied Thermal Engineering, 99, 434–445.
Haque, M. N., Ali, M., & Ara, I. (2015). Experimental investigation on the
performance of NACA 4412 aerofoil with curved leading edge planform.
Procedia Engineering, 105(Icte 2014), 232–240.
Houghton, E. ., Carpenter, P. W., Collicot, S. H., & Valentine, D. T. (2016).
Aerodynamics for Engineering Students. In Aerodynamics for Engineering
Students (sixth edit).
Laneville, A., & Vittecoq, P. (2010). Dynamic Stall: The Case of the Vertical
Axis Wind Turbine. Journal of Solar Energy Engineering, 108(2), 140.
Munson, B. R., Young, D. F., Okiishi, T. H., & Huebsch, W. W. (2009).
FUNDAMENTALS OF FLUID MECHANICS (Six Editio; D. Fowley, ed.).
New Jersey: John Wiley & Sons Inc.
Pathade, V. G., Kale, K. B., & More, S. K. (2016). CFD Analysis & Experimental
investigation of NACA0018 Blade Profile for Darrieus Turbine. Wind
Engineering, 4(8), 1–9.
Robert, E., Sheldahl, C, P., & Klimas. (1981). Aerodynamic Characteristics of
Seven Symmetrical Airfoil Section Through 180-Degree Angle of Attack for
Use in Aerodynamic Analysis of Vertical Axis Wind Turbines. Laboratory
Report, 124.
Srinivasa Rao, T., Mahapatra, T., & Chaitanya Mangavelli, S. (2018).
Enhancement of Lift-Drag characteristics of NACA 0012. Materials Today:
Proceedings, 5(2), 5328–5337.
Timmer, W. A. (2009). Two-Dimensional Low-Reynolds Number Wind Tunnel
Results for Airfoil NACA 0018. Wind Engineering, 32(6), 525–537.
17