TESIS
Oleh
Adam Fatchur Rohman
171161001
TESIS
Disusun sebagai syarat memperoleh gelar Magister
Program Studi Magister teknik perminyakan
Fakultas Teknologi Kebumian dan Energi, Universitas Trisakti
Oleh
Adam Fatchur Rohman
171161001
Menyetujui,
Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping
(Ir. Sugiatmo Kasmungin, MT, Ph.D) (Dr. Ir. Dwi Atty Mardiana, MT)
NIK: 1808/Usakti NIK: 3413/Usakti
Mengetahui,
Ketua Program Studi Magister Teknik Perminyakan
ii
LEMBAR PERSETUJUAN
Tesis yang berjudul “Studi Modifikasi Geometri Square Edge Orifice Valve Untuk
Efisiensi Gas lift Dengan Menggunakan Computational Fluid Dynamic”, telah
dipertahankan di depan tim penguji pada hari Jum’at tanggal 1 Maret 2019
TIM PENGUJI
1. (Ir. M. Taufiq Fathaddin, MT, Ph.D) Ketua Penguji (............................)
Mengetahui,
Ketua Program Studi Magister Teknik Perminyakan
iii
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Jakarta, 2019
Yang membuat pernyataan
Materai
Rp 6000-,
iv
SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS
Adalah benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bebas dari peniruan
terhadap karya dari orang lain. Kutipan pendapat dan tulisan orang lain ditunjuk
sesuai dengan cara-cara penulisan karya ilmiah yang berlaku.
Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat di buktikan bahwa dalam tesis
ini terkandung ciri-ciri plagiat dan bentuk-bentuk peniruan lain yang dianggap
melanggar peraturan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.
Jakarta, 2019
Yang membuat pernyataan
Materai
Rp 6000-,
v
ABSTRAK
Adam FatchurRohman
Nim: 171161001
Program Studi Magister Teknik Perminyakan, Fakultas
Teknologi Kebumian dan Energi, Universitas Trisakti, Jakarta,
Indonesia
Sistem pengangkatan gas lift banyak digunakan sebagai artificial lift di lapangan
SSS, dengan kedalaman rata-rata sumur produksi gas lift sebesar 3.000-3.500 ft.
Dari 20 sumur yang diteliti dan terpilih 3 sumur gas lift yang akan dioptimasi
dengan desain 3 hingga 5 Gas lift Valve (GLV) ukuran 1 inch. Pada titik injeksi gas
menggunakan square edge orifice GLV. Permasalahan pada optimasi sumur gas lift
adalah ketidakstabilan aliran karena fluktuasi laju alir gas, jumlah volumetrik gas
injeksi dan tekanan gas compressor yang terbatas. Dengan keterbatasan tekanan
compressor maka laju alir dan gas lift desain sangat tergantung besarnya tekanan
pada compressor, pada sumur-sumur produksi dengan keterbatasan tekanan injeksi
akan berakibat pada terbatasnya jumlah gas injeksi, pada square edge orifice
diperlukan perbedaan tekanan sebesar 40% untuk mencapai critical flow. Tujuan
penelitian ini bertujuan untuk mencari modifikasi geometri orifice GLV untuk
meningkatkan efisiensi system gas lift sehingga dapat mendapatkan produksi yang
optimal. Modifikasi desain GLV ini mencakup perubahan geometri orifice GLV.
Kajian desain dengan menggunaan simulasi Computational Fluid Dynamic (CFD)
bertujuan untuk menganalisis setiap perubahan desain geometri GLV terhadap
performance laju alir gas di dalam orifice valve yang digambarkan dalam valve
performance curve. Pendekatan modifikasi desain sesuai dengan geometri venturi
orifice GLV dan ketersediaan peralatan untuk melakukan modifikasi GLV. Hasil
dari simulasi CFD modifikasi geometri pertama dengan meningkatkan diameter
orifice dari 0,25 inch ke 0,5 inch dengan kondisi tekanan upstream 650 psig dan
downstream 625 psig meningkatkan kapasitas laju alir gas injeksi sebesar 355%
dan modifikasi geometri kedua dengan bentuk orifice venturi sebesar 280%. Pada
modifikasi bentuk orifice venture untuk mecapai critical flow membutuhkan
perbedaan tekanan sebesar 10%. Dengan peningkatan kapasitas laju alir injeksi dari
hasil Simulasi pada 3 sumur menunjukan potensi kenaikan produksi sebesar 44.9%.
Kata kunci: Modifikasi Geometri, Gas lift Valve (GLV), Orifice, Computational
Fluid Dynamic, laju alir gas injeksi.
vi
ABSTRACT
Adam FatchurRohman
Nim: 171161001
StudyProgram of Petroleum.Enginering, Faculty of Earth
Technology and Energy, Universitas Trisakti, Jakarta, Indonesia
The gas lift lifting system is widely used as an artificial lift on the SSS field, with
an average depth of gas lift production wells of 3,000-3,500 ft. Of the 20 wells
studied and selected 3 gas lift wells which will be optimized with the design of 3 to
5 Gas lift Valves (GLV) of 1 inch GLV size. At the point of gas injection using the
GLV square edge orifice. The problem in the optimization of gas lift wells is the
flow instability due to gas flow rate fluctuations, the limited volumetric gas
injection and limited gas compressor pressure. With the limited compressor
pressure, the lift flow and gas design speed is very dependent on the amount of
pressure on the compressor, the production wells with limited injection pressure
will result in a limited amount of gas injection, the square edge orifice requires a
pressure difference of 40% to achieve the maximum gas flow rate. This study aims
to find the modification of the GLV orifice geometry to improve the efficiency of
the gas lift system so that it can get optimal production. This GLV design
modification includes changing the GLV orifice geometry. Design studies using
Computational Fluid Dynamic (CFD) simulations aim to analyze any changes in
GLV geometry design to the performance of the gas flow rate in the orifice valve
described in the valve performance curve. The design modification approach is in
accordance with the GLV venturi orifice geometry and the availability of equipment
for GLV modification. The CFD simulation results of the first modification
geometry by increasing the orifice diameter from 0.25 inch to 0.5 inch with the
condition of upstream 650 psig and downstream 625 psig pressure increasing the
injection gas flow rate capacity by 355% and modifying the second geometry with
the venturi orifice form by 280%. In modifying the shape of the orifice venture to
reach critical flow requires a pressure difference of 10%. With the increase in
injection flow capacity from the simulation results on 3 wells, the potential for
production increases is 44.9%.
vii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah Subhana Wa ta’ala
atas segala nikmat yang telah dicurahkan kepada penulis khususnya pada penulisan
tesis ini. Dalam masa pengerjaan tesis ini penulis banyak mendapatkan bimbingan
dan masukan dari berbagai pihak sehingga pada kesempatan ini penulis ingin
memberikan ucapan hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-
pihak yaitu :
1. Orang tua penulis Ibu Chusniati & Alm Abah Charis H dan Ibu Indarti Y &
Alm Abah Zainun yang telah memberikan doa dan dukungan kepada
penulis termasuk dukungan material yang tidak terhingga sehingga penulis
dapat menyelesaikan tesis ini
2. Istri Anindya Putri Fardani dan anak-anak tercinta Alfisyahr MAA,
Alfkaysar MAA dan Aishyrana MAA, yang selalu bersabar dan mendukung
tenaga, pikiran, kesabaran, doa dan kasih sayang kepada penulis serta
dukungan semua keluarga besar penulis yang tidak dapat dituliskan satu
persatu.
3. Bapak Sugiatmo Kasmungin dan Ibu Dwi Atty Mardiana selaku dosen
pembimbing tugas akhir yang telah memberikan arahan, asistensi, dan
kesabaran kepada penulis selama penulisan tesis ini.
4. Para dosen / pengajar Program Studi Teknik Perminyakan atas ilmu
pengetahuan yang diberikan dan rekan-rekan Andreawan S, Fakhri A
Andika, Sigit R, Irwin A, Apriandi Rizkina dan Irma Suryawati Tuanaya .
5. Para Pihak yang tidak dapat penulis sebutkan namanya satu persatu.
Penulis sangat memahami bahwa banyak kekurangan dalam penulisan tesis ini
oleh karena itu saran dan masukan dari semua pihak sangat penulis harapkan.
Penulis
viii
DAFTAR ISI
ix
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 84
LAMPIRAN .......................................................................................................... 85
x
DAFTAR TABEL
Tabel III.1 Variasi Model, tekanan upstream dan tekanan downstream ......... 25
Tabel IV.1 Data Sumur A. ............................................................................... 30
Tabel IV.2 Spesifikasi Gas lift Valve Sumur A............................................... 31
Tabel IV.3 Data Sumur B. ............................................................................... 38
Tabel IV.4 Spesifikasi Gas lift Valve Sumur B. .............................................. 38
Tabel IV.5 Data Sumur C ................................................................................ 43
Tabel IV.6 Spesifikasi Gas lift Valve Sumur C ............................................... 43
Tabel IV.7 Rekap hasil simulasi CFD Model 1 ............................................... 60
Tabel IV.8 Rekap hasil simulasi CFD Model 2 ............................................... 68
Tabel IV.9 Rekap hasil simulasi CFD Model 3 ............................................... 75
Tabel IV.10 Potensi peningkatan produksi sumur ............................................. 81
xi
DAFTAR GAMBAR
xii
DAFTAR GAMBAR
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar IV.68 Hasil Presure Contours Model 3 P US/DS 650/500 Psig ............ 73
Gambar IV.69 Hasil Velocity Contours Model 3 P US/DS 650/500 Psig........... 74
Gambar IV.70 Grafik laju alir gas dengan variasi perbedaan pressure model 1. 75
Gambar IV.71 Grafik velocity gas dengan variasi perbedaan pressure model 1 76
Gambar IV.72 Grafik laju alir gas dengan variasi perbedaan pressure model 2. 77
Gambar IV.73 Grafik velocity gas dengan variasi perbedaan pressure model 2 77
Gambar IV.74 Grafik laju alir gas dengan variasi perbedaan pressure model 3. 78
Gambar IV.75 Grafik velocity gas dengan variasi perbedaan pressure model 3 79
Gambar IV.76 Variasi model terhadap kapasitas laju alir gas injeksi…………..79
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
xv
DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG
LAMBANG
P Perbedaan tekanan 27
A Luas permukaan 27
k permeability 27
L Panjang sampel 27
P Tekanan 27
Viscosity 27
xvi
BAB I PENDAHULUAN
1
maksimal hanya 10-20% yang mengakibatkan ketebatasan laju alir gas pada GLV
1. Bagaimana cara untuk modifikasi GLV agar dapat meningkatkan
kapasitas laju alir gas injeksi?
2. Bagaimana pengaruh modifikasi GLV terhadap performa produksi
sumur gas lift?
2
I.4.2 Pembatasan Masalah
Batasan masalah pada penelitian ini adalah:
1. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode simulasi.
2. Penelitian dilakukan pada model GLV ukuran 1 inch, yang digunakan pada
lapangan SSS.
3. Variable tekanan (Casing head Pressure) diambil dari kondisi lapangan SSS.
4. Penentuan gas lift valve performance curve menggunakan Software CFD.
5. Simulasi dari performa produksi sumur gas lift dengan menggunakan software
Nodal Analysis (PIPESIMS).
.
I.5 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan produksi minyak sumur
produksi gas lift dengan memberikan rekomendasi modifikasi desain geometri gas
injection valve untuk meningkatkan kapasitas laju alir gas injeksi dengan
keterbatasan tekanan pada casing head.
Penelitian ini diharapkan dapat berkontribusi terhadap ilmu pengetahuan
dimana dapat memberikan analisis dan pembahasan mengenai aliran gas di dalam
GLV, serta hubungan antara modifikasi GLV terhadap kinerja gas lift system.
3
BAB II KAJIAN PUSTAKA
4
tekanan lubang bawah (BHP) sangat rendah, membutuhkan gas bertekanan tinggi
untuk beroperasi dan mungkin menghadapi beberapa ketidakstabilan produksi
karena variasi dalam tingkat injeksi gas dan kedalaman injeksi. Gas lift memiliki 2
metode yaitu continuous gas lift dan intermitent gas lift. Pembahasan didalam
penelitian ini adalah skema continuous gas lift dengan ukuran GLV 1”.
Ketika sumur tidak bisa berproduksi secara natural flow, itu berarti bahwa
tekanan reservoir tidak mencukupi untuk mengalirkan fluida sampai ke fasilitas
produksi. Dalam hal ini diakibatkan oleh gradien cairan tinggi atau (GLR) rendah.
Untuk mendapatkan produksi sumur agar fluida dapat mengalir, cara termudah dan
paling sederhana adalah dengan menginjeksikan tambahan jumlah gas dari dan
sumber eksternal. Gambar II.2 menunjukkan profil gradien fluida dan bagaimana
menentukan titik injeksi gas untuk memproduksi sebuah sumur.
5
waterflood dimana BHP dipertahankan meskipun terobosan air akan membatasi
kinerja pipa. Dalam mengatur katup katup gas lift semakin dalam titik injeksi,
semakin rendah BHP dapat dipaksa karena ketersediaan lebih banyak gas dalam
larutan. Tingkat injeksi gas optimal harus dicapai untuk menghindari penurunan
kinerja bersih karena gesekan (yang lebih besar dari pengurangan kepadatan).
6
II.1.4 Desain sistim gas lift
Pada desain gas lift injeksi GLV pertama harus dirancang untuk kick-off. Ini
berarti bahwa pada saat awal, ketika tubing penuh cairan dan annulus diisi dengan
gas bertekanan tinggi, gas mendorong cairan keluar dari tubing berarti tekanan gas
injeksi yang tinggi diperlukan. untuk memaksa gas masuk ke tubing. Tekanan yang
diperlukan dihitung berdasarkan kerapatan gas di dalam anulus dan densitas fluida
di dalam tubing pada kedalaman katup. Pada Gambar II.4, tekanan injeksi yang
diperlukan untuk memulai sumur adalah sekitar 3500 psig. Setelah sumur
ditendang, tekanan operasi akan berkurang ketika cairan bercampur dengan gas
angkat.
7
dalam titik injeksi gas lift maka tekanan alir sumur akan lebih rendah dan akibatnya
pada reservoir dengan productivity index tinggi, lebih banyak cairan dapat diangkat.
Penentuan kedalaman GLV sangat penting, desain pemasangan yang salah, setting
tekanan pembuka GLV yang salah, dll. akan mengakibatkan kegagalan dalam
desain tersebut. Dalam gas lift, saat kita masuk lebih dalam, tekanan pembukaan
katup yang dibuka menurun meskipun berat kolom gas di atas setiap GLV
meningkat. Penurunan tekanan pembukaan katup set ini akan menyebabkan katup
atas menutup saat kita mulai menurunkan katup yang lebih rendah dan seterusnya.
Gambar II.5 dan Gambar II.6 mendemonstrasikan penentuan kedalaman katup
dengan memperhatikan tekanan tubing yang mengalir (jika injeksi melalui casing),
gradien gas injeksi, dan gradien cairan formasi. Seperti yang telah ditunjukkan pada
Gambar 2-7, GLV terendah hanyalah orifice. Untuk sumur produksi tinggi, gas
pengangkat diinjeksikan dari tubing dan mengangkat cairan dari casing.
8
Pada gambar II.6 desain gas lift metode untuk penentuan jumlah gas lift
valve pada suatu sumur.
Gambar II.7 (a) karakteristik aliran gas pada Gas lift (b) Diagram tekanan dan
kedalaman pada Gas lift. (Hernandez, 2016)
9
Pada Gambar II.8 (a) Menunjukkan hubungan kenaikan diameter dari
orifice terhadap laju alir gas dengan variasi downstream pressure, dari grafik
tersebut dengan kenaikan diameter orifice terdapat kenaikan laju alir gas dengan
perbedaan tekanan yang sama. Pada gambar II.8 (b) menunjukkan hubungan antara
kenaikan diameter orifice dengan tekanan injeksi dan laju alir gas.
2 𝑘′ +1
𝑘′ 𝑘′ 𝑘′
155.5 𝐶𝑑 (𝐴𝑝 )𝑃1 √2𝑔 ( ) (𝑟 − 𝑟 )
𝑘′ −1
10
g = Gas spesific gravity
T =Temperatur injeksi, R
Z = Compressibillity Factor
11
orifice sebesar 0.9 artinya dengan perbedaan pressure 10% aliran gas sudah
mencapai critical flow. Hal ini sangat signifikan dibandingkan dengan orifice gas
lift (Square Edge Orifice) yang membutuhkan rasio perbandingan tekanan
downstream dan upstream sebesar 0.5 untuk mencapai critical flow.
Kekurangan atau keterbatasan dari desain Ventury Orifice gas lift adalah
kurang sensitif terhadap perubahan tekanan casing dibandingkan katup orifice.
Venturi gas lift lebih kompleks untuk memproduksi dan membutuhkan lebih
banyak material dari pada orifice yang sederhana, dan oleh karena itu lebih mahal.
Almeida, A.R., (2010) dalam penelitiannya untuk Ventury Orifice gas lift
pada GLV ukuran 1.5” hasil percobaan menunjukkan nilai Cd (discharge
coeffiecient) untuk variasi ukuran orifice 3/16” – 3/8” Range nilai Cd 0.98-1.02.
dari hasil percobaan tersebut dengan nilai Cd mendekati 1 maka laju alir gas
theoretical hampir sama dengan laju alir gas sebenarnya, sedangkan untuk orifice
gas lift conventional memiliki Cd = 0.85.
12
Almeida, A.R., (2015) melakukan studi desain geometri untuk desain
ventury valve dengan beberapa geometri sbb :
Dari hasil studi tersebut rekomendasi bentuk profil yang optimal adalah desain B
“Toroidal Throat” dengan β 45 0 dengan surface roughness 0.5 µm.
Zoltan, T dan Gabor, T., (2009) melakukan simulasi penggunaan
Computational Fluid Dynamic (CFD) untuk mendapatkan karakteristik dari GLV 1
inch diantaranya valve performance curve untuk aliran melalui GLV, penelitian ini
mensimulasikan karakteristik GLV yang terdiri dari Stem dan Orifice, karakteristik
ini menganalisa pembukaan GLV terhadap pressure kemudian di analisa. Valve
performance curve untuk orife flow dan throthling flow hasil simulasi CFD
didapatkan kapasitas gas injeksi dengan variasi tekanan upstream maupun
downstream orifice.
13
field dengan reservoir limestone dan sandstone dengan rata-rata water cut produksi
sumur mencapai 96%, dengan jumlah 400 sumur yang terdiri atas sumur produksi
dan injeksi. Saat ini lapangan berproduksi dengan skenario secondary recovery
waterflooding dimana metode produksi dengan menggunakan pengangkatan buatan
(artificial lift) dengan tekanan reservoir bervariasi dari 800-900 psig. Lapangan SSS
memiliki karakteristik minyak ringan dimana API grafity sebesar 39.
Gas lift dan ESP merupakan metode pengangkatan yang paling effektif di
lapangan SSS. Salah satu permasalahan yang timbul pada sumur dengan metode
pengangkatan buatan gas lift yaitu keterbatasan tekanan pada casing head yang
merupakan variable ketersediaan spesifikasi tekanan maksimal yang dapat
dihasilkan oleh compressor, dimana hal ini mengakibatkan keterbatasan kedalaman
gas injeksi dan keterbatasan laju alir gas untuk mencapai kondisi produksi sumur
yang optimal.
14
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
III.1 Metodologi
Persiapan yang dilakukan sebelum memulai penelitian adalah dengan
mengumpulkan semua data lapangan yang diperlukan terkait dengan modifikasi
GLV , yaitu detail bentuk geometri dan material dari GLV, komposisi gas injeksi,
data tekanan casing head, data produksi sumur, desain gas lift, PVT, reservoir data.
Setelah data telah siap maka sistematika rangkaian analisis yang dilakukan adalah
sebagai berikut:
1. Menganalisis performance sumur gas lift dengan menggunakan
software Nodal Analysis, untuk mendapatkan gas lift performance
curve dan keterbatasan conventional GLV .
2. Menganalisis simulasi aliran gas melalui GLV awal dengan
menggunakan software CFD.
3. Melakukan simulasi dan optimasi design GLV dengan modifikasi
ukuran orifice dan variasi ukuran diameter lubang injeksi dengan
menggunakan software CFD.
4. Melakukan simulasi perbandingan antara desain venturi orice dengan
GLV yang telah dimodifikasi dengan software CFD.
5. Menganalisis efek dari modifikasi GLV terhadap produksi sumur
minyak yang menggunakan gas lift.
15
III.4 Prosedur Pengumpulan Data
Data yang dipakai dalam penelitian ini dikumpulkan dari salah satu
Lapangan SSS yang menggunakan gas lift sebagai artificial lift. Proses
pengumpulan data diawali dengan review dan identifikasi performance 3 sumur
sumur-sumur gas lift yang memiliki productivity index yang tinggi kemudian
dianalisis peluang untuk menaikkan produksi minyak.
Pengumpulan paper terkait modifikasi desain orifice GLV, mengidentifikasi
sejumlah referensi dalam review paper tersebut untuk mendapatkan informasi dan
data-data yang lebih detail, membuat klasifikasi parameter yang digunakan dalam
paper dan membuat ringkasan mengenai kesimpulan dan rekomendasi dari
penelitian yang telah diidentifikasi. Data-data yang telah dikumpulkan akan dipakai
sebagi asumsi awal dalam mengerjakan penelitian dan dilanjutkan dengan metode
trial mix dan trial error untuk mendapatkan optimasi design GLV yang akan
digunakan di sumur produksi gas lift. Data-data yang dikumpulkan meliputi data
Well Schematic, Well Testing Data, PVT Data, Production Test Well, Data Detail
Gas lift Valve, data downhole pressure survey dan data tekanan Compressor.
Diagram alir pada Gambar III.1 menunjukkan proses pemilihan kandidat
sumur gas lift yang akan dijadikan study case. Kriteria sumur yang akan dipilih
mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
1. Sumur dengan performance gas lift yang belum optimal dimana indikasi
Total Gas lift Ratio < 600 scf/stb
2. Sumur yang memiliki Productivity Index yang cukup baik dengan nilai PI
> 5 bbls/psi/day.
3. Prioritas sumur dengan WC yang rendah agar didapatkan potensi kenaikan
produksi yang signifikan
16
Diagram alir penelitian awal III.1 untuk memastikan agar kandidat yang
dipilih dapat mengoptimalkan modifikasi geometri.
Start
No
Flowing Gradient > 0.18
psi/ft / TGLR < 600 scf/stb
Yes
No
Productivity Index > 5 STB/
d/psi
Yes
No
Gas Lift
Sub Critical Flow Operation
Yes
Well Performance
Analysis with
Nodal Analysis
Software
Yes
No
Kandidat Sumur
untuk study case
End
17
III.5 Bahan dan Peralatan
Peralatan yang dipakai didalam penelitian:
1. Software Simulasi Nodal Analysis produksi sumur produksi gas lift
dengan mengunakan PIPESIMS licence PEP.
2. Software simulasi Fluid dynamic Software CFD license student
version.
3. GLV ukuran 1 Inch, dengan tipe dari operasi Injection Pressure
Operated
18
III.6 Prosedur Kerja.
Tahapan penelitian dimulai dari pengumpulan data dan kajian literature
seperti yang disampaikan pada subbab II, kemudian dilanjutkan dengan
mengumpulkan data yang akan dipakai sebagi asumsi awal penelitian dan
dilanjutkan dengan metode trial mix dan trial error untuk mendapatkan optimasi
desain geometri GLV yang akan digunakan di sumur produksi gas lift.
Tahapan pertama dalam penelitian ini adalah pengumpulan data-data
penunjang untuk analisa awal performa sumur gas lift berupa data well testing, well
schematic, data PVT, data downhole pressure survey dari data-data tersebut
dilakukan perhitungan Productivity Index dengan menggunakan software nodal
analysis PIPESIM 2017, kandidat terpilih dengan kriteria productivity index diatas
5 bbls/psi. Tahapan kedua dalam penelitian ini adalah menganalisa performa kinerja
gas lift dengan penentuan kondisi operasi critical / sub critical flow kandidat yang
dipilih performa gas lift pada sub critical flow. Tahapan ketiga adalah penentuan
optimasi performa produksi gas lift, jika sumur sudah dalam kondisi optimal maka
sumur tidak akan dipilih sebagai kandidat, kandidat yang dipilih adalah sumur-
sumur yang masih belum optimal performa produksinya.
Setelah tahapan pemilihan kandidat sumur selesai, tahapan selanjutnya
adalah melakukan simulasi modifikasi geometri gas lift dengan menggunakan CFD
Ansys, model yang digunakan dalam simulasi ini meliputi 3 model, model 1 adalah
kondisi awal gas lift valve, model 2 modifikasi dengan meningkatkan lubang
diameter orifice sampai 0,5 inch dan model 3 modifikasi dengan menggunakan
bentuk ventury orifce sesuai dengan hasil study literature.
Dari hasil simulasi CFD akan diperoleh perbandingan kapasitas injeksi gas
antara gas lift sebelum dan setelah dilakukan modifikasi. Dari hasil simulasi
kapasitas injeksi kemudian dilakukan simulasi nodal analysis untuk menganalisa
potesi kenaikan produksi dan optimasi gas lift untuk kemudian dilakukan analisa
modifikasi geomerii yang optimal.
Analisa geometri modifikasi focus pada kapasitas laju alir gas injeksi, untuk
meningkatkan laju alir gas injeksi dalam optimasi sumur produksi gas lift.
19
III.7 Diagram Alir
Alur prosedur kerja pada subbab III.6 disajikan pada Gambar III.2 dan
Gambar III.3
Start
Data Sumur,Well
Test, Well Diagram,
Gas Lift data, PVT
data, Pressure
Flowing, Static
Pressure
Potensi kenaikan No
Produksi
Yes
End
20
III.8 Analisis Data
Analisa yang dilakukan pada penelitian ini meliputi:
1. Analisa performa sumur produksi gas lift
2. Analisa kapasitas injeksi gas lift valve kondisi awal
3. Analisa kapasitas injeksi gas lift valve setelah dilakukan modifikasi.
4. Analisa optimasi produksi setelah adanya peningkatan kapasitas injeksi gas
21
model ini memiliki acuan kondisi awal dimana pada kondisi ini gas lift valve
memiliki ukuran orifice ¼”.
III.9.2 Model 2 yaitu Gas lift Valve dengan modifikasi geometri peningkatan
ukuran lubang Gas lift dari ¼” ke ½” (Gambar III.5) hal ini bertujuan untuk
meningkatkan kapasitas maksimal laju alir gas injeksi dengan peningkatan luas area
orfice. Pertimbangan peningkatan lubang orifice dengan ketebalan minimum yang
masih bisa dilakukan modifikasi geometri dari gas lift valve, dengan kenaikan
diameter orifice ini laju alir gas injeksi akan naik secara significan.
22
Pada model ke 2 ini modifikasi dengan cara yang paling sederhana dengan
upaya yang minimal, kedepannya modifikasi ini bisa dibuat varias diameter yang
lebih banyak sehingga mendapatkan beberapa opsi modifikasi untu peningkatan
laju alir gas injeksi.
III.9.3 Model 3 yaitu Gas lift valve dengan modifikasi geometri venture orifice
dengan acuan SPE 174082 dengan geometri orifice memiliki nozzle attack angle β
45 Deg dan α 6 Deg (Gambar III.6). desain ini merupakan formulasi dari hasil studi
yang telah dilaksanakan pada laboratorium. Pada modifikasi geometri model 3
dilakuka dengan pertimbangan cara dan peralatan untuk melakukan modifikasi
23
pada gas lift valve, sehingga model hasil geometri model 3 pendekatan dari formula
yang telah dirumuskan.
24
Analisis dilakukan dengan mengasumsikan sebagai gas Penelitian ini
dibatasi pada pengoperasian Tekanan Gas Injeksi Sebesar 650 psig dengan variasi
tekana tubing pada table dibawah ini.
25
III.9.1 Pre-processing
Pada tahap pre-processing ada beberapa langkah yang dilakukan yaitu:
merupakan tahap awal untuk Analisa pemodelan CFD. Dalam tahap ini terdiri dari
pembuatan model benda uji Gas lift valve, pembuatan meshing pada domain dan
penentuan kondisi batas dan paramater-parameter yang telah ditentukan.
26
Pembuatan model pada tahapan pre processing ini dengan skala 1:1 sesuai
dengan dimensi gas lift valve.
27
Hasil dari meshing ini digunakan untuk mendapatkan hasil simulasi yang
akurat, dengan setiap model memiliki jumlah nodes sebanyak 8,611 dan elements
41,511 untuk model 1 dan model 2.
28
Pada Model 3 sesuai dengan gambar III.14 jumlah nodes sebanyak 7,211
dan Elements 35,326.
III.9.2 Processing
Hasil meshing dan domain pada simulasi numerik dilakukan export ke solver untuk
dilakukan processing. Beberapa pengaturan yang dilakukan diantaranya adalah
models, materials, boundary conditions, operating conditions, control and
monitoring conditions, serta initialize conditions.
III.9.3 Post-processing
Setelah berhasil melakukan running langkah selanjutnya adalah tahap Post-
processing. Post-processing merupakan penampilan hasil serta analisa terhadap
hasil yang telah diperoleh berupa data kualitatif dan data kuantitatif. Data
kuantitatif berupa distribusi tekanan dan kecepatan dan data mass flowrate untuk
mendapatkan laju alir gas injeksi. Sedangkan data kualitatif berupa visualisasi
aliran dengan menampilkan contur pressure, dan velocity profile.
29
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Bab ini akan membahas hasil penelitian berdasarkan hasil analisa kandidat
sumur, simulasi performa produksi kandidat sumur, simulasi modifikasi GLV dan
simulasi optimasi produksi sumur.
IV.1 Analisa dan Pembahasan kandidat Sumur.
Analisa dilakukan pada tiga sumur produksi (sumur A, sumur B, dan sumur
C) di lapangan SSS.
Data Keterangan
Formasi Limestone
WC 94%
Model IPO
Jumlah GLV 4 ea
30
Detail spesifikasi gas lift yang dipasang terdapat pada table IV.2 yang meliputi data
kedalaman GLV, Pressure test rack opening, port size dan R (rasio port dan
bellow).
Tabel IV.2 Spesifikasi Gas lift Valve Sumur A
Depth Depth (ft Ptro (psig) Port
R
(ft TVD) MD)* @60 F Size
GLV 1 902 914 dummy N/A
GLV 2 1541 1640 dummy N/A
GLV 3 1986 2209 550 3/16" 0.094
GLV 4 2281 2592 SO 1/4" 0.165
0 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000
0
Tbg Press
Csg Press
SPM1
500
SPM2
SPM3
SPM4
1000 GLV-1 MID Perf.
Static
Max Csg.
TVD
Press.
1500 Target Csg.
GLV-2 Press.
Target
Prod. Grad.
Temp.F
2000
GLV-3
3rd
GLV-4
2500
Mid Perf
3000
110 120 130 140 150 160 170 180 190
31
Dari hasil pressure survey sumur A (Gambar IV.1) titik injeksi ada di GLV-
4 yang merupakan point of injection yang direncanakan, dengan casing head
pressure 595 psig gas injection rate yang dihasilkan 350 Mscfd dengan flowing
gradient 0,18 psig/ft, pada titik injeksi menggunakan orifice dengan ukuran ¼” pada
titik injeksi/ pada kedalaman orifice pressure pada casing sebesar 640 psig dan pada
tubing sebesar 603 psig dengan perbedaan tekanan sebesar 37 psig. Dengan
maksimal casing head pressure sebersar 630 psig maka tekanan casing maksimal
yang dapat diberikan sebesar 620 psig dikarenakan ada unloader valve di GLV-3.
Dengan maksimal pressure casing head sebesar 620 psig maka selisih maksimal
perbedaan tekanan yang ada di titik injeksi sebesar 37 psig + 25 psig = 62 psig /
10% dari maksimal casing head pressure (620 psig).
Dengan injeksi gas sebesar 350 Mscfd pressure drawdown pada Sumur A
sebesar 39 psig dengan produksi liquid 1552 BLPD, dengan pesamaan vogel
diperoleh Q max sebesar 25,800 BLPD. Dari data Qmax tersebut menunjukan
potensi produksi yang besar sehingga Sumur A salah satu kandidat yang optimal
untuk penelitian.
Simulasi analisa performa produksi sumur dilakukan dengan menggunakan
software Pipesims 2017, simulasi ini bertujuan untuk melakukan analisa produksi,
analisa performa gas lift dan analisa variasi gas injeksi terhadap produksi sumur.
Tahap awal yang terdiri dari masukan data-data mengenai skema sumur, kedalaman
peralatan gas lift tubing, packer, defiasi dari sumur, kedalaman perforasi, sehingga
diperoleh skema sumur (Gambar IV.2) kemudian survey kemiringan dari sumur
untuk menetukan kedalaman secara vertical (True Vertical Depth) hasil dari survey
di plot dan dimasukkan kedalam data input softwafe (Gambar IV.3).
Dari data test produksi sumur A dan hasil flowing bottom hole pressure
survey diperoleh Qmax sebesar 25,800 BLPD dengan memilih persamaan Vogel
serta Fluid Model yang dipilih adalah Black Oil dengan GOR 230 scf/stb. Hasil dari
data input reservoir (Gambar IV.4).
32
Pada Gambar IV.2 Setelah data-data mengenai peralatan produksi dibawah
tanah sumur A diperoleh sketsa dari sumur A
33
kemiringan lubang sumur. Dengan kedalaman MD sebesar 3845 ft diperoleh
kedalaman secara vertical sebesar 2782 ft.
Gambar IV.5 Parameter Matching Data Pressure & Temperature Survey Sumur
34
Dari hasil matching antara vertical flow correlation dan data survey Sumur
A (Gambar IV.6) diperoleh simulasi produksi sebesar 1580 BLPD dengan laju
alir gas injeksi 350 Mscfd,
Gambar IV.6 Hasil Matching profil Pressure & Temperature Survey Sumur A
Dibandingkan dengan kondisi actual produksi sebesar 1552 BLPD dengan
laju alir gas injeksi 350 Mscfd. Stelah data matching dibuat simulasi untuk
menganalisa variasi laju alir gas injeksi terhadap profil tekanan dalam tubing dan
produksi (Gambar IV.7) dari sumur, variasi dilakukan dengan 10 variabel dimulai
dari 100 Mscfd sampai dengan 1,000 Mscfd dengan interval 100 Mscfd. Dari hasil
profile tekanan tubing diperoleh dengan kenaikan gas injeksi profil tekanan dalam
tubing semakin rendah gradient nya, sehingga dengan penurunan distribusi tekanan
di dalam tubing maka pressure drawdown akan semakin tinggi yang menyebabkan
kenaikan produksi dari Sumur A.
35
Dari hasil simulasi data tersebut diperoleh data simulasi produksi sebesar
249 BLPD (100 Mscfd) sampai dengan 2482 BLPD (1,000 Mscfd).
Gambar IV.7 Profil tekanan tubing dengan variasi gas injeksi Sumur A
Untuk menetukan laju alir injeksi yang optimal dibuat simulasi dengan hasil
pada gambar IV.8 Pada kurva sumbu X laju alir produksi dalam BLPD dan sumbu
Y jumlah laju alir gas injeksi Mscfd, dari hasil analisa diperoleh laju alir gas injeksi
yang optimal sebesar 700-800 Mscfd dengan produksi sebesar 2,300-2,387 BLPD.
Untuk mendapatkan produksi Sumur A yang optimal dibuat simulasi
diagnosa performa injeksi gas lift pada titik injeksi, dari hasil simulasi (Gambar
IV.8) untuk mencapai laju alir gas yang optimal 700-800 Mscfd dengan
menggunakan orifice ukuran ¼” yang terpasang saat ini dibutuhkan tekanan
minimum casing head pressure sebesar 680 psig, Pada kodisi saat ini pada Sumur
A maksimal casing head pressure yang tersedia sebesar 620 psig maka untuk
mencapai kondisi optimal laju alir injeksi tidak memungkinkan.
36
Untuk mencapai laju alir injeksi gas yang optimal dapat dilakukan dengan
cara modifikasi geometry dari orifice
Gambar IV.8 Profil produksi sumur dengan variasi jumlah gas injeksi Sumur A
Gambar IV.9 Profil casing head pressure dengan laju alir gas injeksi
37
IV.1.2 Data dan Analisa Sumur B.
Data-data sumur B sebagai berikut
Tabel IV.3 Data sumur B
Data Keterangan
Formasi Limestone
WC 95%
Model IPO
Jumlah GLV 3 ea
Detail spesifikasi gas lift yang dipasang terdapat pada table IV.4 yang
meliputi data kedalaman GLV, Pressure test rack opening, port size dan R (rasio
port dan bellow).
Tabel IV.4 Spesifikasi Gas lift Valve Sumur B
Depth (ft Depth (ft Ptro (psig)
Port Size R
TVD) MD)* @60 F
GLV 1 1176 1226 dummy 3/16" N/A
GLV 2 2120 2359 660 3/16" 0.094
GLV 3 2776 3149 SO 1/4" 0.165
Dari data analisa hasil pressure dan temperature survey Sumur B, titik injeksi ada
di GLV-3 yang merupakan point of injection yang direncanakan. Dengan casing
head pressure 700 psig gas injection rate yang dihasilkan 310 Mscfd dengan
38
flowing gradient 0.21 psig/ft. Titik injeksi menggunakan orifice dengan ukuran ¼”
pada titik injeksi pressure pada casing sebesar 756 psig dan pada tubing sebesar
726 psig dengan perbedaan tekanan sebesar 30 psig.
SPM1
0 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000 1100
0 SPM2
SPM3
MID Perf.
500
Static
Max Csg.
Press.
Target Csg.
1000 Press.
GLV-1 Target
Prod. Grad.
Temp.F
1500
TVD
2000
GLV-2
2500
GLV-3
Dengan maksimal casing head pressure sebersar 730 psig maka tekanan
casing maksimal yang dapat diberikan sebesar 720 psig dikarenakan ada unloader
valve di GLV-2. Dengan maksimal pressure casing head sebesar 720 psig maka
selisih maksimal perbedaan tekanan yang ada di titik injeksi sebesar 30 psig + 20
psig = 50 psig / 7% dari maksimal casing head pressure (720 psig).
39
Dengan injeksi sebesar 310 Mscfd pressure drawdown pada Sumur A
sebesar 100 psig dengan produksi liquid 1402 BLPD, dengan pesamaan vogel
diperoleh Q max sebesar 7007 BLPD. Dari data Qmax tersebut menunjukan potensi
produksi yang cukup besar sehingga Sumur B salah satu kandidat yang optimal
untuk penelitian.
Simulasi analisa performa produksi sumur dilakukan dengan menggunakan
software Pipesims 2017, simulasi ini bertujuan untuk melakukan analisa produksi,
analisa performa gas lift dan analisa variasi gas injeksi terhadap produksi sumur.
Tahap awal yang terdiri dari masukan data-data mengenai skema sumur, kedalaman
peralatan gas lift tubing, packer, defiasi dari sumur, kedalaman perforasi, sehingga
diperoleh skema sumur (Gambar IV.11) kemudian survey kemiringan dari sumur
untuk menetukan kedalaman secara vertical (True Vertical Depth) hasil dari survey
di plot dan dimasukkan kedalam data input software (Gambar IV.12).
40
Dari data test produksi sumur B dan hasil flowing bottom hole pressure
survey diperoleh Qmax sebesar 7,099 BLPD dengan memilih persamaan Vogel
serta Fluid Model yang dipilih adalah Black Oil dengan GOR 230 scf/stb.
Processing Data Hasil dari data Matching hasil pressure dan temperature
41
survey dengan vertical flow multiphase correlation diperoleh korelasi Duns and
Rose yang mendekati kondisi actual dari Sumur A dengan parameter regresi Friksi
Gambar IV.14 Parameter Matching Data Pressure & Temperature Survey Sumur B
42
Gambar IV.15 Hasil Matching profil Pressure & Temperature Survey Sumur B
Dari hasil matching (Gambar IV.15) diperoleh simulasi produksi sebesar
1464 BLPD dengan laju alir gas injeksi 310 Mscfd, dibandingkan dengan kodisi
actual produksi sebesar 1402 BLPD dengan laju alir gas injeksi 310 Mscfd.
Pada simulasi variasi gas injeksi terhadap produksi diperoleh hasil pressure
profil pada sumur B (Gambar IV.14), dari data profil tersebut terlihat dengan
kenaikan gas injeksi rate flowing gradient pada sumur B semakin rendah yang
mengakibatkan drawdown yang lebih besar sehingga diperoleh laju alir produksi
yang lebih optimal.
Gambar IV.16 Profil tekanan tubing dengan variasi gas injeksi Sumur B
Variasi gas injeksi dengan profil tekanan pada tubing (Gambar IV.16),
dimana sumbu X merupakan kedalaman dan sumbu Y merupakan tekanan didalam
tubing, variasi antara 100 Mscfd sampai dengan 1000 Mscfd dengan interval 100
Mscfd dari data tersebut diperoleh data simulasi produksi sebesar 449 BLPD (100
Mscfd) sampai dengan 2,226 BLPD (1000 Mscfd. Pada Gambar IV.17 dibuat
simulasi untuk menetukan laju alir injeksi optimal di plot kurva sumbu X laju alir
produksi dan sumbu Y jumlah laju alir gas injeksi, dari hasil plot diperoleh laju alir
43
yang optimal sebesar 700 Mscfd dengan produksi sebesar 2,100 BLPD pada sumur
B, dengan laju alir gas 1000 Mscfd produksi yang diperoleh sebesar 2230 BLPD,
laju alir optimal dipilih 700 Mscfd dikarenakan dengan kenaikan gas injeksi sampai
dengan 1000 Mscfd kenaikan produksi tidak significand dan memerlukan tambahan
gas sebesar 300 Mscfd.
Gambar IV.17 Profil produksi sumur dengan variasi jumlah gas injeksi Sumur B
Gambar IV.18 Profil hubungan casing head pressure dengan laju alir gas injeksi
44
Hasil simulasi diagnosa gas lift (Gambar IV.18 ) pada titik injeksi diperoleh
untuk mencapai laju alir gas yang optimal 700 Mscfd dengan menggunakan orifice
ukuran ¼” dibutuhkan tekanan sebesar 840 psig, dengan maksimal casing head
pressure sebesar 720 psig maka untuk mencapai kondisi optimal laju alir injeksi
tidak memungkinkan dengan menggunakan orifice ¼”.
Data Keterangan
Formasi Limestone
WC 96%
Model IPO
Jumlah GLV 5 ea
Analisa data hasil downhole pressure dan temperature survey (Gambar 4.20). Dari
hasil pressure dan temperature survey Sumur c titik injeksi ada di GLV-3 yang
sebelumnya bukan merupakan point of injection yang direncanakan, akan tetapi
dengan keterbatasan casing head pressure injeksi gas hanya bisa dilakukan pada
GLV-3
45
Detail spesifikasi gas lift yang dipasang terdapat pada table IV.6 yang meliputi
kedalaman pemasangan GLV, Ptro, ukuran port dan rasio antara port dan bellows.
0 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000 1100
0 Tbg
Press
Press.
Csg
Press
500
SPM1
SPM2
1000 1st
SPM3
1500 SPM4
2nd
MID
TVD
Perf.
2000 3rd Static
4th
Max
2500
5th Csg.
Press.
Temp.
3500
70 90 110 130 150 170 190
.
Gambar IV.19 Hasil pressure dan temperature survey Sumur C
Dengan casing head pressure 660 psig gas injection rate yang dihasilkan
373 Mscfd dengan flowing gradient 0.224 psig/ft. Titik injeksi Menggunakan
46
orifice dengan ukuran ¼” pada titik injeksi pressure pada casing sebesar 700 psig
dan pada tubing sebesar 681 psig dengan perbedaan tekanan sebesar 19 psig.
Dengan maksimal casing head pressure sebersar 670 psig maka tekanan casing
maksimal yang dapat diberikan sebesar 660 psig dikarenakan ada unloader valve di
GLV-2.
Dengan injeksi sebesar 373 Mscfd pressure drawdown pada Sumur C
sebesar 73 psig dengan produksi liquid 1195 BLPD, dengan pesamaan vogel
diperoleh Q max sebesar 9776 BLPD. Dari data Qmax tersebut menunjukan potensi
produksi yang cukup besar sehingga Sumur C salah satu kandidat yang optimal
untuk penelitian. Gambar IV.9 menunjukan skema sumur C dengan kedalalam
GLV dan kedalaman perforasi, pada gambar tersebut menggambarkan 1 GLV yang
beroperasi sesuai hasil survey tekanan dan temperature.
47
Gambar IV.3 Menunjukkan hasil plot kedalaman secara vertical dan
kemiringan lubang sumur dari survey ini terlihat horizontal displacement sebesar
2000 ft dengan derajat kemiringan sebesar 42.
Dari analisa data test produksi dengan tekanan reservoir 1061 dan tekanan
alir sebesar 989 psig diperoleh dengan persamaan vogel pada Gambar IV.21 Qmax
48
sebesar 9960 BLPD. Fluid Model yang dipilih adalah Black Oil dengan GOR 230
scf/stb, dari data tersebut sumur ini memiliki potensi yang sangat baik.
Hasil dari data Matching hasil pressure dan temperature survey dengan
vertical flow multiphase correlation (Gambar IV.23) diperoleh korelasi Duns and
Rose yang mendekati kondisi actual dari Sumur A dengan parameter regresi Friksi
dan hold up sebesar 0.95.
Gambar IV.24 Matching Data profil Pressure & Temperature Survey Sumur C
49
Dari hasil matching diperoleh simulasi produksi sebesar 1137 BLPD dengan laju
alir gas injeksi 373 Mscfd, dibandingkan dengan kodisi actual produksi sebesar
1195 BLPD dengan laju alir gas injeksi 373 Mscfd.
Pada simulasi variasi gas injeksi terhadap produksi diperoleh hasil pressure
profil sebagai berikut. Variasi gas injeksi dengan profil tekanan pada tubing
(Gambar IV.25), dimana sumbu X merupakan kedalaman dan sumbu Y merupakan
tekanan didalam tubing, variasi antara 100 Mscfd sampai dengan 1000 Mscfd
dengan interval 100 Mscfd dari data tersebut diperoleh data simulasi produksi
sebesar 127 BLPD (100 Mscfd) sampai dengan 1744 BLPD (1000 Mscfd).
Gambar IV.25 Profil tekanan tubing dengan variasi gas injeksi Sumur C
Untuk menetukan laju alir injeksi optimal di plot kurva sumbu X laju alir
produksi dan sumbu Y jumlah laju alir gas injeksi (Gambar IV.22), Dengan laju alir
injeksi sebesar 1000 Mscfd diperoleh laju alir sebesar 1744 BLPD, dari hasil plot
diperoleh laju alir yang optimal sebesar 700-800 Mscfd dengan produksi sebesar
1636-1699 BLPD.
50
Hasil simulasi diagnosa gas lift pada titik injeksi diperoleh untuk mencapai
laju alir gas yang optimal 700 Mscfd dengan menggunakan orifice ukuran ¼”
dibutuhkan tekanan sebesar 925 psig, dengan maksimal casing head pressure
sebesar 660 psig maka untuk mencapai kondisi optimal laju alir injeksi tidak
memungkinkan dengan menggunakan orifice ¼”.
Gambar IV.27 Profil Casing head Pressure dengan laju alir injeksi gas
51
IV.2 Analisa CFD Modifikasi Geometri GLV
Pada tahapan ini melakukan analisa geometri gas lift valve dengan
menggunakan software CFD untuk menentukan hubungan antara gometri gas lift
terhadap kapasitas laju alir gas, distribusi pressure drop dan distribusi velocity
IV.2.1.1 Hasil simulasi Model 1 CFD mass flow rate, pressure & velocity countour
untuk tekanan upstream 650 psig perbedaan tekanan 25 psig (tekanan downstream
625 psig). Gambar IV.28 menunjukan hasil mass flowrate sebesar 0.117006 kg/s
atau sebesar 360 Mscfd.
Gambar IV.28 Hasil Mass Flow Rate Model 1 P US/DS 650/625 Psig
Dari hasil simulasi CFD untuk model 1 dengan tekanan upsteam 650 psig dan
tekanan downstream 625 psig mass flow rate sebesar 0.117006 kg/s (Gambar
IV.28) atau setara dengan 360 Mscfd. Pada distribusi tekanan (Gambar IV.29)
52
terlihat tekanan berkurang secara signifikan pada saat melewat orifice dengan
contour range 595 psi – 650 psi, kontraksi terlihat pada profil tekanan yang lebih
rendah pada saat melalui orifice.
53
pada zona ini terlihat distribusi tekanan yang paling redah. Dari contour
velocity (Gambar IV.30) diperoleh velocity maksimal sebesar 110 m/s.
IV.2.1.2 Hasil simulasi Model 1 CFD mass flow rate, pressure & velocity countour
untuk tekanan upstream 650 psig perbedaan tekanan 50 psig (tekanan downstream
600 psig) hasil mass flow rate sebesar 0.148023 kg/s (Gambar IV.31) atau setara
dengan 455 Mscfd.
Gambar IV.31 Hasil Mass Flow Rate Model 1 P US/DS 650/600 Psig
54
Pada distribusi tekanan (Gambar IV.32) terlihat tekanan dengan contour range
595 psi – 650 psi dan contour velocity (Gambar IV.33) diperoleh velocity maksimal
sebesar 156 m/s.
IV.2.1.3 Hasil simulasi Model 1 CFD mass flow rate, pressure & velocity countour
untuk tekanan upstream 650 psig perbedaan tekanan 100 psig (tekanan downstream
550 psig) hasil mass flow rate sebesar 0.205817 kg/s (Gambar IV.34) atau setara
dengan 633 Mscfd.
Gambar IV.34 Hasil Mass Flow Rate Model 1 P US/DS 650/550 Psig.
55
Pada distribusi tekanan (Gambar IV.35) terlihat tekanan berkurang dengan
contour range 458 psi – 650 psi, effect dari kontraksi terlihat pada profil tekanan
yang lebih rendah pada saat melalui orifice pada zona ini terlihat distribusi tekanan
yang paling redah. Dari contour velocity (Gambar IV.36) diperoleh velocity
maksimal sebesar 223 m/s
56
IV.2.1.4 Hasil simulasi Model 1 CFD mass flow rate, pressure & velocity countour
untuk tekanan upstream 650 psig perbedaan tekanan 150 psig (tekanan downstream
500 psig), hasil mass flow rate sebesar 0.236198 kg/s (Gambar IV.37) atau setara
dengan 729 Mscfd, pada distribusi tekanan (Gambar IV.38) terlihat tekanan
berkurang dengan contour range 390 psi – 650 psi, effect dari kontraksi terlihat pada
profil tekanan yang lebih rendah pada saat melalui orifice pada zona ini terlihat
distribusi tekanan yang paling redah. Dari contour velocity (Gambar IV.39)
diperoleh velocity maksimal sebesar 276 m/s
Gambar IV.37 Hasil Mass Flow Rate Model 1 P US/DS 650/500 Psig
57
IV.2.1.5 Hasil simulasi Model 1 CFD mass flow rate, pressure & velocity countour
untuk tekanan upstream 650 psig perbedaan tekanan 250 psig (tekanan downstream
400 psig), hasil mass flow rate sebesar 0.282286 kg/s (Gambar IV.40) atau setara
dengan 869 Mscfd,
Gambar IV.40 Hasil Mass Flow Rate Model 1 P US/DS 650/400 Psig
58
Pada distribusi tekanan (Gambar IV.41) terlihat tekanan berkurang dengan
contour range 215 psi – 650 psig.
59
Tabel IV.7 Rekap hasil simulasi CFD Model 1
Gambar IV.43 Hasil Mass Flow Rate Model 2 P US/DS 650/625 Psig
60
Pada distribusi tekanan (Gambar IV.44) terlihat tekanan dengan contour
range 610 psi – 650 psi dan dari contour velocity (Gambar IV.45) diperoleh velocity
maksimal sebesar 92 m/s.
61
IV.2.2.2 Hasil simulasi Model 2 CFD tekanan upstream 650 psig perbedaan
tekanan 50 psig (tekanan downstream 600 psig), hasil mass flow rate sebesar
0.566757 kg/s (Gambar IV.46) atau setara dengan 1744 Mscfd, pada distribusi
tekanan (Gambar IV.47) terlihat tekanan berkurang dengan contour range 572 psi
– 650 psi, effect dari kontraksi terlihat pada profil tekanan yang lebih rendah pada
saat melalui orifice pada zona ini terlihat distribusi tekanan yang paling redah..
Gambar IV.46 Hasil Mass Flow Rate Model 2 P US/DS 650/600 Psig
62
Dari contour velocity (Gambar IV.48) diperoleh velocity maksimal sebesar 137 m/s
dengan perbedaan tekanan sebesar 50 psig
IV.2.2.3 Hasil simulasi Model 2 CFD tekanan upstream 650 psig perbedaan
tekanan 100 psig (tekanan downstream 550 psig), hasil mass flow rate sebesar
0.761437 kg/s (Gambar IV.49) atau setara dengan 2335 Mscfd.
Gambar IV.49 Hasil Mass Flow Rate Model 2 P US/DS 650/550 Psig
63
Pada distribusi tekanan (Gambar IV.50) terlihat tekanan dengan contour
range 489 psi – 650 psi dan contour velocity (Gambar IV.51) diperoleh velocity
maksimal sebesar 196 m/s.
64
IV.2.2.4 Hasil simulasi Model 2 CFD tekanan upstream 650 psig perbedaan
tekanan 150 psig (tekanan downstream 500 psig), hasil mass flow rate sebesar
0.889065 kg/s (Gambar IV.52) atau setara dengan 2736 Mscfd.
Gambar IV.52 Hasil Mass Flow Rate Model 2 P US/DS 650/500 Psig
65
Dari contour velocity (Gambar IV.54) diperoleh velocity maksimal sebesar
240 m/s.
IV.2.2.5 Hasil simulasi Model 2 CFD tekanan upstream 650 psig perbedaan
tekanan 250 psig (tekanan downstream 400 psig), hasil mass flow rate sebesar
1,00532 kg/s (Gambar IV.55) atau setara dengan 3093 Mscfd.
Gambar IV.55 Hasil Mass Flow Rate Model 2 P US/DS 650/400 Psig
66
Pada distribusi tekanan (Gambar IV.56) terlihat tekanan berkurang dengan
contour range 322 psi – 650 psi, Dari contour velocity (Gambar IV.57) diperoleh
velocity maksimal sebesar 313 m/s.
67
Tabel IV.8 menunjukkan rekap hasil simulasi model 2 dimana dari hasil
simulasi dengan perbedaan tekanan sebesar 25 psig gas flow rate sebesar 1258
Mscfd dibandingkan dengan model 1 sebesar 360 Mscfd.
Simulasi geometri modifikasi gas lift valve model 3 dilakukan dengan tekanan di
upstream GLV sebesar 650 psig dan variasi perbedaan tekanan sebesar 25 psig, 50
psig, 100 psig, 150 psig dan 200 psig.
IV.2.3.1 Hasil simulasi Model 3 CFD tekanan upstream 650 psig perbedaan
tekanan 25 psig (tekanan downstream 625 psig), hasil mass flow rate sebesar
0.296287 kg/s (Gambar IV.58) atau setara dengan 912 Mscfd,
Gambar IV.58 Hasil Mass Flow Rate Model 3 P US/DS 650/625 Psig
68
Pada distribusi tekanan (Gambar IV.59) terlihat tekanan berkurang dengan
contour range 576 psi – 650 psi,. Dari contour velocity (Gambar IV.60) diperoleh
velocity maksimal sebesar 132 m/s.
69
IV.2.3.2 Hasil simulasi Model 3 CFD tekanan upstream 650 psig perbedaan
tekanan 50 psig (tekanan downstream 600 psig), hasil mass flow rate sebesar
0.332343 kg/s (Gambar IV.61) atau setara dengan 1036 Mscfd, pada distribusi
tekanan (Gambar IV.62) terlihat tekanan berkurang dengan contour range 509 psi
– 650 psi, effect dari kontraksi terlihat pada profil tekanan yang lebih rendah pada
saat melalui orifice pada zona ini terlihat distribusi tekanan yang paling redah. Dari
contour velocity (Gambar IV.63) diperoleh velocity maksimal sebesar 173 m/s.
Gambar IV.61 Hasil Mass Flow Rate Model 1 P US/DS 650/600 Psig
70
IV.2.3.3 Hasil simulasi Model 3 dengan perbedaan tekanan 100 psig , hasil mass
flow rate sebesar 0,3375525 kg/s (Gambar IV.64) atau setara dengan 1036 Mscfd.
Gambar IV.64 Hasil Mass Flow Rate Model 1 P US/DS 650/550 Psig
71
Dari contour velocity (Gambar IV.65) diperoleh velocity maksimal sebesar
375 m/s.
72
IV.2.3.4 Hasil simulasi Model 3 CFD tekanan upstream 650 psig perbedaan
tekanan 100 psig (tekanan downstream 550 psig), hasil mass flow rate sebesar
0,35129 kg/s (Gambar IV.66) atau setara dengan 1036 Mscfd, pada distribusi
tekanan (Gambar IV.67) terlihat tekanan berkurang dengan contour range 118 psi
– 650 psi, effect dari kontraksi terlihat pada profil tekanan yang lebih rendah pada
saat melalui orifice pada zona ini terlihat distribusi tekanan yang paling redah.
Gambar IV.67 Hasil Mass Flow Rate Model 1 P US/DS 650/500 Psig
73
Dari contour velocity (Gambar IV.68) diperoleh velocity maksimal sebesar
465 m/s dengan perbedaan tekana 150 psig.
Tabel IV.9 menunjukkan rekap hasil simulasi model 3 dimana dari hasil
simulasi dengan perbedaan tekanan sebesar 25 psig gas flow rate sebesar 912 Mscfd
dibandingkan dengan model 1 sebesar 360 Mscfd mdoifikasi geometri model 3
mengalami kenaikan yang significan dengan perbedaan tekanan yang sama, akan
tetapi masih dibawah model 2 rate gas injeksinya
74
IV.3.1 Analisa hasil simulasi CFD Model 1, Model 2 dan Model 3.
IV.3.1.1 Analisa Model 1 GLV Awal dengan orifice ¼”
Pada model 1 Gambar IV.70 dengan tekanan upstream 650 psig dan tekanan
downstream 625 psig dengan perbedaan tekanan sebesar 25 psig laju alir gas injeksi
sebesar 360 Mscfd. Untuk mendapatkan laju alir gas optimal untuk Sumur A,
Sumur B dan Sumur c sebesar 700 Mscfd dibutuhkan perbedaan tekanan sebesar
150 psig, sehingga dengan keterbatasan casing head pressure pada Sumur A,
Sumur B dan Sumur c dengan menggunakan orifice ¼” laju alir gas optimal tidak
dapat tercapai. Pada grafik Model 1 terlihat dengan perbedaan tekanan sebesar 50
psig laju alir gas sebesar 455 Mscfd dan lajju alir pada perbedaan tekanan sebesar
250 psig laju alir gas sebesar 869 Mscfd, tren ini sesuai dengan hasil yang terdapat
pada referensi paper, dimana dibutuhkan perbedaan tekanan diatas 40% untuk
mendapatkan maksimal laju alir gas. Dan dari grafik terlihat pada range perbedaan
tekanan 25-250 psig / P downstream 400-625 psig dengan perubahan tekanan
downstream akan mengakibatkan perubahan laju alir gas injeksi yang cukup
signifikan sehingga berpengaruh pada laju alir produksi sumur, hal ini berpengaruh
pada kestabilan produksi sumur gas lift.
1000
900
800
700
Rate Gas (Mscfd)
600
500
400
300
200
100
0
400 450 500 550 600 650
Gambar IV.70 Grafik laju alir gas dengan variasi perbedaan pressure model 1
75
Pada grafik IV.71 gas velocity maksimal sebesar 392 m/s dan minimal
velocity sebesar 110 m/s.
392
Velocity (m/s)
276
223
156
110
Gambar IV.71 Grafik velocity gas dengan variasi perbedaan pressure model 1
76
ini akan sangat effektif pada sumur-sumur yang membutuhkan gas injeksi 1500-
2000 Mscfd karena kapasitas gas injeksinya yang sangat besar, untuk study case
Sumur A Sumur B dan Sumur c modifikasi geometri ini dapat digunakan dengan
catatan pengaturan laju alir gas dilakukan dengan pengaturan choke gas lift dan
disesuaikan kebutuhan laju alir gas injeksi optimal.
3500
3000
2500
2000
Mscfd
1500
1000
500
0
400 450 500 550 600 650
Gambar IV.72 Grafik laju alir gas dengan variasi perbedaan pressure model 2
313
240
Velocity (m/s)
196
137
96
Gambar IV.73 Grafik velocity gas dengan variasi perbedaan pressure model 2
77
IV.3.3 Analisa Model 3 GLV Venturi Orifice
Pada grafik model 3 (Gambar IV.74) dengan tekanan upstream 650 psig dan
tekanan downstream 625 psig dengan perbedaan tekanan sebesar 25 psig laju alir
gas injeksi sebesar 912 Mscfd. Untuk mendapatkan laju alir gas optimal untuk
Sumur A, Sumur B dan Sumur c sebesar 700 Mscfd dengan keterbatasan casing
head pressure pada Sumur A, Sumur B dan Sumur c laju alir dapat tercapai dengan
menggunakan venturi orifice, dengan modifikasi geometri dari orifice ¼” ke venturi
terlihat kenaikan gas yang sangat signifikan dari 360 Mscfd ke 912 Mscfd untuk
perbedaan tekanan 25 psig.
Pada Grafik IV.74 Model 3 terlihat pada perbedaan tekanan sebesar 150 psig
laju alir gas sebesar 1081 Mscfd. Dari tren laju alir gas hanya dengan perbedaan
tekanan 10% untuk mendapatkan maksimal laju alir gas. Dan dari grafik terlihat
pada range perbedaan tekanan 25-250 psig / P downstream 400-625 psig dengan
perubahan tekanan downstream tidak mengakibatkan perubahan laju alir gas injeksi
yang signifikan sehingga tidak berpengaruh pada laju alir produksi sumur, hal ini
berpengaruh pada penikatan kestabilan produksi sumur gas lift.
Modifikasi geometri model 3 ini akan sangat effektif pada sumur-sumur yang
memiliki keterbatasan casing head pressure sehingga dengan perbedaan tekanan
sebesar 10% akan mendapatkan laju alir gas injeksi optimal.
1400
1200
1000
Mscfd
800
600
400
200
0
500 520 540 560 580 600 620 640
Gambar IV.74 Grafik laju alir gas dengan variasi perbedaan pressure model 3
78
Pada grafik IV.75 gas velocity maksimal sebesar 465 m/s dan minimal
velocity sebesar 132 m/s.
465
375
Velocity (m/s)
173
132
Gambar IV.75 Grafik velocity gas dengan variasi perbedaan pressure model 3
3200
1600
Mscfd
800
400
200
500 520 540 560 580 600 620 640
Gambar IV.76 variasi model terhadap kapasitas laju alir gas injeksi
79
Pada Gambar IV.76 Model 2 dengan peningkatan ukuran orifice ke ½”
memberikan dampak peningkatan laju alir gas yang sangat signfican dibandingkan
dengan model 1 dan model 3. Model 3 memiliki kelebihan dimana critical flow gas
lift dapat dicapai dengan perbedaan tekanan antara casing dan tubing sebesar 10%.
Dari Tabel IV.10 diperoleh rata-rata kenaikan produksi sumur sebesar 44.9% dari
kondisi sebelum dilakukan optimasi.
80
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Studi simulasi CFD mengenai modifikasi geometri Gas lift Valve dapat ditarik
beberapa kesimpulan dan saran sebagai berikut:
V.1 Kesimpulan
1. Hasil analisa performa sumur di dapatkan 3 kandidat yang sesuai dengan
kriteria yang ditetapkan dengan TGLR < 600 scf/stb, PI > 5 bbls/psig/day
dan kondisi aliran gas lift subcritical dengan performa gas lift yang belum
optimal.
2. Hasil simulasi CFD GLV Square Edge Orifice dengan tekanan upstream
GLV sebesar 650 psig dan perbedaan tekanan 25 psig laju alir gas 325
Mscfd, dan dengan perbedaan tekanan 250 psig laju alir gas 869 Mscfd.
3. Perubahan geometri model 2 dengan meningkatkan bore diameter square
edge orifice dari ¼” ke ½” dengan tekanan upsteam GLV 650 psig dan
perbedaan tekanan 25 psig meningkatkan kapasitas laju alir sebesar 387 %
dari 325 Mscfd ke 1,258 Mscfd dan dengan perbedaan tekanan 250 psig
kapasitas laju alir naik 355% ke 3,093 Mscfd.
4. Perubahan geometri model 3 dengan modifikasi bentuk ke ventury orifice
dengan tekanan upsteam GLV 650 psig dan perbedaan tekanan 25 psig
kapasitas laju alir dari meningkat 280% dari 325 Mscfd ke 912 Mscfd dan
dengan perbedaan tekanan 150 psig laju alir meningkat sebesar 148% ke
1081 Mscfd.
5. Geometri model 2 memiliki kelebihan meningkatkan laju alir injeksi yang
significan dan pada gemetri model 2 memiliki kelemahan dengan kapasitas
gas injeksi yang sangat besar berpotensi injeksi gas yang berlebih.
6. Geometri model 3 memiliki kelebihan pencapaian Critical flow didapatkan
dengan perbedaan tekanan kurang dari 10% sehingga meningkatkan
kestabilan dari injeksi gas.
7. Hasil simulasi dengan implementasi modifikasi model 2 dan model 3 pada
sumur A, B dan C berpotensi kenaikan produksi rata-rata sebesar 44.9%.
81
V.2 Saran
1. Penambahan simulasi CFD untuk variasi diameter untuk mendapatkan
modifikasi ukuran diameter orifice untuk mendapatkan laju alir gas yang
specific sesuai kebutuhan sumur gas lift.
2. Analisa dan simulasi modifikasi geometry pada GLV ukuran 1.5” sebagai
pengembangan penelitian.
82
DAFTAR PUSTAKA
Almeida, A.R., 2011. Gas lift Nozzle Valve, Patent application WO2011006220.
Almeida, A.R., 2015. Some design aspect for ventury GLV, SPE paper
174092-MS.
Gatut Widyanoko., 2010. Valve Performance curve, Gas lift training, Jakarta.
Mehdi Abbaszadeh Shahri, M.S., 2011. Simplified and rapid method for
determining flow characteistics of every GLV, a dissertation Texas USA.
Takac. Gabor., 2009. CFD techniques determine GLV behavior, Oil and Gas
Journal.
Thomas O.Allen & Alan P. Roberts., 1993. Production Operations 1, Oil & gas
Consultant, Tulsa.
83
LAMPIRAN
84
Lampiran B Skema Modifikasi GLV
Model 2 Model 3
85
Lampiran C Jadwal penyusunan tesis
86