Anda di halaman 1dari 68

SEKOLAH TINGGI TEKNIK – PLN

ANALISIS PENGARUH GAS TERLARUT DALAM MINYAK


TRANSFORMATOR TERHADAP KONDISI TRANSFORMATOR
DENGAN METODE DISSOLVED GAS ANALYSIS (DGA)

SKRIPSI

DISUSUN OLEH:
KAMIL FAISHAL HAKIM
NIM : 2014-11-074

PROGRAM STUDI SARJANA


TEKNIK ELEKTRO
JAKARTA, 2018
LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi dengan Judul

ANALISIS PENGARUH GAS TERLARUT DALAM MINYAK


TRANSFORMATOR TERHADAP KONDISI TRANSFORMATOR
DENGAN METODE DISSOLVED GAS ANALYSIS (DGA)

Disusun Oleh :

KAMIL FAISHAL HAKIM

NIM : 2014-11-074

Diajukan untuk memenuhi persyaratan

Program Studi Sarjana Teknik Elektro

SEKOLAH TINGGI TEKNIK-PLN

Jakarta, 20 Juli 2018

Mengetahui, Disetujui,

Syarif Hidayat, S.Si., MT Ir. Isworo Pujotomo, MT

Ketua Prodi S1 Teknik Elektro Pembimbing Skripsi

i
LEMBAR PENGESAHAN TIM PENGUJI

Nama Mahasiswa : Kamil Faishal Hakim


NIM : 201411074
Jurusan : S1 Teknik Elektro
Usulan Judul Skripsi : Analisis Indikasi Kegagalan Transformator Blok 2
PLTGU Muara Karang Berdasarkan Gas Terlarut
Dengan Metode Dissolved Gas Analysis (DGA)

Telah disidangkan dan dinyatakan Lulus Sidang Skripsi pada Program Sarjana
Strata 1, Program Studi S1 Teknik Elektro Sekolah Tinggi Teknik - PLN pada
tanggal

Nama Penguji Jabatan Tanda Tangan

Ketua Penguji

Sekretaris

Anggota

Mengetahui :

Ketua Prodi

S1 Teknik Elektro

(Syarif Hidayat, S.Si., MT)

ii
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Nama : Kamil Faishal Hakim

NIM : 2014-11-074

Jurusan : S1 Teknik Elektro

Judul Skripsi : Analisis Pengaruh Gas Terlarut Dalam Minyak Transformator


Terhadap Kondisi Transformator Dengan Metode Dissolved
Gas Analysis (DGA)

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam Skripsi ini tidak terdapat karya
yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar Ahli Madya/Sarjana/Magister baik di
lingkungan STT-PLN maupun di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang
pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau
diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan
disebutkan dalam daftar pustaka. Pernyataan ini dibuat dengan penuh kesadaran
dan rasa tanggung jawab serta bersedia memikul segala resiko jika ternyata
pernyataan ini tidak benar.

Jakarta, 20 Juli 2018

Kamil Faishal Hakim


NIM : 2014-11-074

iii
UCAPAN TERIMAKASIH

Dengan ini saya menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada yang terhormat :

Isworo Pujotomo, Ir., M.T. Selaku Pembimbing Skripsi

Yang telah memberikan petunjuk, saran-saran serta bimbingannya sehingga Skripsi


ini dapat diselesaikan.

Terima kasih yang sama, saya sampaikan kepada :

1. Bapak Doni (SPV Technology Owner PLTGU Blok 2 Muara Karang)


2. Bapak Robby (SPV Har Listrik Blok 2 PLTGU Muara Karang)
3. Bang Zulkifli (Anggota Technology Owner PLTGU Blok 2 Muara Karang)

Yang telah mengijinkan saya untuk melakukan pengumpulan data di PT. PJB
Muara Karang.

Jakarta, 20 Juli 2018

iv
(Kamil Faishal Hakim)

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI


TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademika Sekolah Tinggi Teknik - PLN, saya yang bertanda
tangan di bawah ini:
Nama : Kamil Faishal Hakim
NIM : 2014-11-074
Program Studi : S1
Jurusan : Teknik Elektro
Jenis Karya : Skripsi

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada


Sekolah Tinggi Teknik – PLN Hak Bebas Royalti Non eksklusif (Non-exclusive
Royalty Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul :

ANALISIS PENGARUH GAS TERLARUT DALAM MINYAK TRANSFORMATOR


TERHADAP KONDISI TRANSFORMATOR DENGAN METODE DISSOLVED GAS
ANALYSIS (DGA)

Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Non
eksklusif ini Sekolah Tinggi Teknik – PLN berhak menyimpan, mengalih
media/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat,
dan mempublikasikan Skripsi saya selama tetap mencantumkan nama saya
sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.


Jakarta, 20 Juli 2018

Kamil Faishal Hakim

v
NIM : 2014-11-074
ANALISIS PENGARUH GAS TERLARUT DALAM MINYAK TRANSFORMATOR
TERHADAP KONDISI TRANSFORMATOR DENGAN METODE DISSOLVED GAS
ANALYSIS (DGA)

Kamil Faishal Hakim, 2014 11 074

Di bawah bimbingan Ir. Isworo Pujotomo. MT

ABSTRAK
(Indonesia)

PLTGU Muara karang adalah salah satu pembangkit yang mensuplai tempat
dengan pelanggan VVIP. Oleh sebab itu keandalan sistem tenaga listrik PLTGU
Muara Karang harus terjaga. Salah satu peralatan penting penunjang keandalan
sistem tenaga listrik PLTGU Muara Karang adalah transformator. Fungsi
transformator sangat vital yaitu berfungsi untuk menyalurkan tenaga listrik dari
tegangan tinggi ke tegangan rendah ataupun sebaliknya. Untuk mengetahui kondisi
serta menjaga keandalan transformator dapat di lakukan dengan menguji minyak
transformator dengan metode Dissolved Gas Analysis (DGA). Dengan metode DGA
minyak di ekstraksi dan di pisahkan gas yang terlarut didalam nya. Gas tersebut di
analisis menggunakan teknik total dissolved combustible gas(tdcg) dan key gas.
Dari analisis tdcg di ketahui kondisi transformator GTG 1 berada pada kondisi 2
dengan nilai tdcg 806 ppm dan TDCGv sebesar 32.24 liter. Kondisi 2 menandakan
gas individu sudah mulai meningkat dan perlu di waspadai. Dari metode gas kunci
trafo terindikasi mengalami overheating selulosa karena kandungan gas karbon
monoksida dominan sebesar 71.091% dengan nilai 573 ppm. Untuk nilai tegangan
tembus pada transfrormator di dapatkan 53.8 kV dalam hal ini kondisi tegangan
tembus masuk dalam kategori baik apabila mengacu pada IEC 156-60422 / 2005.

Kata kunci: Dissolve Gas Analysis (DGA), minyak transformator, overheating


selulosa

vi
ANALYSIS OF THE EFFECT OF SOLID GAS IN TRANSFORMER OIL ON
TRANSFORMER CONDITIONS USING DISSOLVED GAS ANALYSIS (DGA)
METHOD

Kamil Faishal Hakim, 2014 11 074

Under the guidance of Isworo Pujotomo, Ir., M.T.

ABSTRACT
(Inggris)

PLTGU Muara Karang is one of the plants that supply places with VVIP customers.
Therefore, the reliability of the Muara Karang power plant system must be
maintained. One of the important tools supporting the reliability of the Muara Karang
PLTGU power system is a transformer. The function of the transformer is very vital,
which functions to deliver electricity from high voltage to low voltage or vice versa.
To determine the condition and maintain the reliability of the transformer can be
done by testing the transformer oil with the Dissolved Gas Analysis (DGA) method.
With the DGA method the oil is extracted and separated by the dissolved gas in it.
The gas is analyzed using total dissolved combustible gas (TDCG) and gas key
techniques. From the tdcg analysis, the condition of the GTG 1 transformer is in
condition 2 with 806 ppm tdcg and 32.24 liters of TDCGv. Condition 2 indicates that
individual gas has begun to increase and needs to be alerted. The transformer lock
gas method indicated cellulose overheating because the dominant carbon
monoxide gas content was 71,091% with a value of 573 ppm. For the translucent
voltage value on the transfrormator, it gets 53.8 kV in this case the breakdown
voltage condition is in good category when referring to IEC 156-60422 / 2005.

Keywords: Dissolve Gas Analysis (DGA), transformer oil, cellulose overheating

vii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN.............................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN TIM PENGUJI....................................................................ii
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI..........................................................................iii
UCAPAN TERIMAKASIH...........................................................................................iv
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI..........................................v
ABSTRAK (Indonesia)................................................................................................vi
ABSTRACT (Inggris)..................................................................................................vii
DAFTAR ISI...............................................................................................................viii
DAFTAR GAMBAR......................................................................................................x
DAFTAR TABEL.........................................................................................................xi
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................................xii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................1
1.1. Latar Belakang...............................................................................................1
1.2. Permasalahan Penilitian................................................................................1
1.2.1. Identifikasi Masalah.................................................................................1
1.2.2. Ruang Lingkup Masalah..........................................................................2
1.2.3. Rumusan Masalah..................................................................................2
1.3. Tujuan dan Manfaat Penulisan......................................................................2
1.4. Sistematika Penulisan....................................................................................3
BAB II TRANSFORMATOR........................................................................................4
2.1. Tinjauan Pustaka...........................................................................................4
2.2. Landasan Teori..............................................................................................4
2.2.1. Prinsip Kerja Transformator....................................................................4
2.2.2. Persamaan dan Rumus Transformator...................................................5
2.2.3. Kerugian dalam Transformator...............................................................7
2.2.4. Bentuk dan Kontruksi Transformator......................................................8
2.2.5. Peralatan Bantu transformator..............................................................12
2.2.6. Peralatan Proteksi Transformator.........................................................15

viii
2.2.7. Rangkaian Ekivalen Transformator.......................................................17
2.2.8. Transformator Daya..............................................................................19
2.2.9. Sistem Pendingin Trafo.........................................................................20
BAB III PENGUJIAN MINYAK TRANSFORMATOR DENGAN METODE
DISSOLVED GAS ANALYSIS (DGA).......................................................................22
3.1. Minyak Transformator.....................................................................................22
3.1.1. Fungsi Minyak Transformator...................................................................22
3.1.2 Struktur Minyak Transformator..................................................................23
3.2. Pengertian Dissolved Gas Analysis................................................................25
3.2.1. Alat Pengambil Sampel Minyak DGA.......................................................26
3.2.2. Cara Pengambilan Sampel Minyak..........................................................27
3.3. Metode Pengujian DGA..................................................................................28
3.4. Jenis Kegagalan Transformator...................................................................32
3.5. Metode Interpretasi data uji DGA...................................................................33
3.5.1 Analysis Total Dissolved Combustable Gas (TDCG)................................34
3.5.2 Key Gas.....................................................................................................38
3.6 Standar Klasifikasi Tes Minyak Trafo Berdasarkan IEC 156-60422 / 2005
42
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.........................................................................43
4.1. Hasil Pengujian Minyak Transformator...........................................................43
4.2. Pembahasan...................................................................................................44
4.2.1. Analisis Hasil Pengujian Dissolved Gas Analysis....................................45
4.1.2 Analisa Hasil Tegangan Tembus..........................................................48
BAB V SIMPULAN....................................................................................................50

ix
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Arus bolak balik mengelillingi inti besi...................................................5


Gambar 2. 2 Prinsip kerja transformator.....................................................................5
Gambar 2. 3 Belitan primer – sekunder transformator...............................................7
Gambar 2. 4 Tipe Cangkang dan Tipe Inti..................................................................9
Gambar 2. 5 Inti besi dan laminasi yang diikat fiber glass.......................................10
Gambar 2. 6 Kumparan Phasa RST.........................................................................10
Gambar 2. 7 Bushing................................................................................................11
Gambar 2. 8 Tanki Konservator Minyak Trafo..........................................................12
Gambar 2. 9 Pendingin.............................................................................................13
Gambar 2. 10 Tap Changer......................................................................................14
Gambar 2. 11 Silica Gel............................................................................................15
Gambar 2. 12 Rele Bucholz......................................................................................16
Gambar 2. 13 Rangkaian Pengganti Trafo...............................................................18
Gambar 2. 14 Rangkaian Ekivalen Sederhana........................................................18
Gambar 2. 15 Diagram Vektor..................................................................................18
Gambar 3. 1 Syringe.................................................................................................26
Gambar 3. 2 Oil Flushing Unit...................................................................................27
Gambar 3. 3 Sampel Minyak Yang Telah Diberi Label............................................28
Gambar 3. 4 Pengambilan sampel minyak ke dalam alat ekstrator.........................28
Gambar 3. 5 Sampel minyak yang dikocok..............................................................29
Gambar 3. 6 Gas yang terpisah dengan minyak......................................................29
Gambar 3. 7 Gas yang sudah terpisah diambil dan dikumpulkan ke dalam syringe29
Gambar 3. 8 Tempat penyuntikan............................................................................30
Gambar 3. 9 Karakteristik Akibat Kegagalan Gas....................................................33
Gambar 3. 10 Standar IEEE std.C57-104.2008 akan menetapkan tindakan operasi
yang harus dilakukan pada berbagai kondisi............................................................35
Gambar 3. 11 Grafik Standar Keadaan Overheated Oil...........................................39
Gambar 3. 12 Grafik Grafik Standar Keadaan Overheated Cellulose......................40
Gambar 3. 13 Grafik Standar Keadaan Partial Discharge in Oil..............................40
Gambar 3. 14 Grafik Standar Keadaan Arcing in Oil................................................41
Gambar 4. 1 Grafik Hasil Pengujian Gas Kunci........................................................48

x
DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1 Macam-macam sistem pendingin transformator.....................................20


Tabel 3. 1 Jenis gas yang terlarut dalam minyak transformator...............................30
Tabel 3. 2 Interpretasi Gas-Gas yang terdeteksi......................................................31
Tabel 3. 3 Batas konsentrasi gas terlarut berdasarkan IEEE std.C57-104.2008.....35
Tabel 3. 4 Rekomendasi tindakan trafo berdasarkan peningkatan TDCG ppm/day
dari kondisi transformator..........................................................................................36
Tabel 3. 5 Tabel jenis kegagalan menurut analisis key gas.....................................38
Tabel 3. 6 Klasifikasi Tes Minyak Trafo Berdasarkan IEC 156-60422 / 2005..........42
Tabel 4. 1 Hasil Pengujian Dissolved Gas Analysis Generator Transformer 2.1 Gas
Turbin Generator PLTGU Muara Karang..................................................................44
Tabel 4. 2 Tabel Total Dissolved Combustible Gas..................................................45
Tabel 4. 3 Hasil Tegangan Tembus..........................................................................48

xi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A. Lembar Bimbingan Skripsi................................................................A1-A2

Lampiran B. Surat Izin Penelitian dan Pengumpulan Data......................................B1

Lampiran C. Data –Data Penelitian...................................................................C1-C6

xii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Fungsi utama sistem tenaga listrik adalah untuk memenuhi kebutuhan


energi listrik setiap konsumen secara terus menerus. Oleh karena itu keandalan
sistem tenaga listrik harus tetap di jaga. Di dalam transformator terdapat sistem
isolasi utama. Sistem isolasi itu dibentuk dari dua bagian penting, yaitu minyak
isolasi dan kertas selulosa. Ada 4 fungsi utama minyak isolasi transformator
sebagai media isolasi baik antar belitan maupun antar belitan ke ground/body,
minyak isolasi transformator juga sebagai media pendingin belitan di dalam
transformator, juga sebagai pemadam ketika terjadi arcing (busur api), dan
minyak juga bisa melarutkan gas-gas hasil dari proses pemburukan minyak
maupun isolasi kertas di transformator itu sendiri.

Untuk menjaga keandalan transformator perlu dilakukan suatu pengujian


untuk mengetahui keadaan dari transformer tersebut, salah satunya dengan
melakukan uji DGA (Dissolved gas Analysis). DGA (Dissolved Gas Analysis)
adalah suatu metode pengujian minyak transformator dengan menganalisis
kandungan gas yang terkandung di dalam minyak trafo. Metode pengujian DGA
akan mengidentifikasi jenis dan jumlah dari fault gas. Hasil dari uji DGA adalah
data konsentrasi berbagai jenis fault gas yang nantinya akan dianalisis dan
diolah untuk memperoleh informasi akan adanya indikasi kegagalan pada
transformator yang di uji. Untuk mengetahui kondisi transformator lebih jauh
perlu juga di lakukan pengujian tegangan tembus pada transformator tersebut.

1.1.

1.2. Permasalahan Penilitian

1.2.1. Identifikasi Masalah

Salah satu peralatan penting yang menunjang keberlangsungan sistem


tenaga listrik adalah transformator. Transformator berfungsi sebagai

1
pengahantar energi listrik dari tegangan tinggi ke tegangan rendah ataupun
sebaliknya dari tegangan rendah ke tegangan yang lebih tinggi. Oleh sebab itu
sangat penting untuk menjaga keandalan dari transformator. Salah satu cara
menjaga keandalan dari transformator adalah dengan cara mendeteksi atau
menganalisis indikasi kegagalan dari transformator.

Analisis dilakukan dengan cara pengujian minyak transformator kemudian


di pisahkan kandungan gas yang terlarut di dalamnya. Dari data kandungan gas
yang ada di dalam transformator tersebut dapat dianalisis indikasi kegagalan
transformator melalui beberapa metode interpretasi data DGA seperti total
dissolved combustible gas (tdcg) dan key gas .Dari analisis data DGA tersebut
diketahui kondisi trafo paling aktual. Kemudian untuk mengetahui lebih jauh
kondisi transformator perlu adanya pengujian tegangan tembus.

1.2.2. Ruang Lingkup Masalah

Penulisan skripsi dengan judul “Analisis Pengaruh Gas Terlarut Dalam


Minyak Transformator Terhadap Kondisi Transformator Dengan Metode
Dissolved Gas Analysis (DGA)” ini melingkupi masalah sebagai berikut:
1. Data gas diambil menggunakan metode DGA berdasarkan Standar IEEE
C57.104-2008.
2. Komponen yang di jadikan objek penelitian hanya Generator
Transformator 1 dari Gas Turbin Generator dari blok 2 PLTGU Muara
Karang.
3. Penelitian ini tidak membahas tentang struktur kimia ataupun
transformator lebih dalam namun hanya sebatas minyak trafo yang di uji
dengan metode DGA dan pengujian tegangan tembus.
1.2.3. Rumusan Masalah

Jenis gangguan yang timbul di minyak isolasi transformator pada saat


berbeban berdasarkan hasil DGA dengan menggunakan nilai TDCG (Total
Dissolved Combustible Gas) / Jumlah gas yang mudah terbakar dan terlarut,
dan metode key gases. Untuk melihat kondisi transformator lebih jauh perlu
dilakukan pengujian tegangan tembus pada transformator.

2
1.1.

1.2.

1.3. Tujuan dan Manfaat Penulisan

Tujuan dalam penulisan skripsi ini adalah :

1. Untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk mendapatkan gelar


sarjana pada kurikulum pendidikan sarjana strata satu (S1).
2. Untuk memahami kondisi Generator Transformator 1 pada Gas Turbin
Generator blok 2 PLTGU Muara Karang melalui pengujian DGA dengan
teknik tdcg dan key gas.
3. Untuk mengetahui tegangan tembus yang ada pada transformator gas
turbin generator blok 2 PLTGU Muara Karang.

Manfaat dalam penulisan skripsi ini adalah :

1. Untuk memperoleh pengalaman operasional dalam suatu industri


mengenai penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sesuai
dengan bidang yang di ambil oleh penulis.
2. Untuk memperoleh kesempatan dalam memahami permasalahan yang
ada di lapangan berdasarkan teori yang di peroleh selama proses belajar.
3. Untuk memperoleh wawasan yang lebih tentang dunia kerja.
4. Hasil penulisan skripsi ini dapat digunakan sebagai bahan referensi
pengembangan teknis pengajaran antara link and match dunia pendidikan
dan dunia kerja.

1.4. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah pembaca dalam memahami isi dari skripsi ini maka
skripsi ini disusun dengan sistematika sebagai berikut. BAB I Pendahuluan,
berisi tentang latar belakang, permasalahan penelitian, tujuan dan manfaat
penelitian, serta sistematika penulisan. BAB II Landasan Teori, berisi tentang
tinjauan pustaka, landasan teori dan kerangka pemikiran. BAB III Metode
Penelitian, berisi tentang analisa kebutuhan, perancangan penelitian dan teknik

3
analisis. BAB IV Hasil dan Pembahasan, berisi tentang hasil, pembahasan dan
implikasi penelitian. BAB V Penutup, berisi tentang simpulan dari penelitian.

4
BAB II

TRANSFORMATOR

2.1. Tinjauan Pustaka


Peneliti meninjau beberapa penelitian sebelumnya dengan skripsi yang
bahasannya tidak jauh berbeda dengan skripsi yang akan di bahas oleh
peneliti. Rujukan penelitian awalan ini di harapkan dapat membantu peneliti
dalam membentuk koridor berpikirdalam penelitian ini. Berikut ini beberapa
penelitian sebelumnya yang di gunakan peneliti sebagai bahan rujukan
penelitian.

Penelitian sejenis sebelumnya di lakukan oleh Yustinus Pranata Sanuhaji


dengan skripsi yang berjudul Analisis Keadaan Minyak Isolasi Transformator
Daya 150 kv menggunakan metode Disolved Gas Analysis (DGA) Dan Fuzzy
Logic Pada Gardu Induk Wilayah Sidoarjo. Penelitiannya mengenai kondisi
trafo daya dengan melihat kandungan gas yang terkandung di dalamnya
menggunakan metode DGA metode yang di gunakan untuk melihat kandungan
gas pada minyak trafo. Penelitiannya di lakukan di wilayah Sidoarjo, Jawa
Timur.

2.2. Landasan Teori


2.2.1. Prinsip Kerja Transformator
Transformator merupakan peralatan listrik yang berfungsi untuk
menyalurkan daya/tenaga dari tegangan tinggi ke tegangan rendah atau
sebaliknya. Transformator menggunakan prinsip hukum induksi faraday dan
hukum lorentz dalam menyalurkan daya, dimana arus bolak balik yang
mengalir mengelilingi suatu inti besi maka inti besi itu akan berubah menjadi
magnet. Dan apabila magnet tersebut dikelilingi oleh suatu belitan maka pada
kedua ujung belitan tersebut akan terjadi beda potensial (gambar 2.1).

5
Gambar 2. 1 Arus bolak balik mengelillingi inti besi
Arus yang mengalir pada belitan primer akan menginduksi inti besi
transformator sehingga didalam inti besi akan mengalir flux magnet dan
flux magnet ini akan menginduksi belitan sekunder sehingga pada ujung
belitan sekunder akan terdapat beda potensial (Gambar 2.2) .

Gambar 2. 2 Prinsip kerja transformator

Berdasarkan frekuensi transformator dapat dikelompokan menjadi:

1. frekuensi daya 50-60 c/s


2. frekuensi pendengaran 50 c/s-20 kc/s
3. frekuensi radio diatas 30 kc/s

Dalam bidang tenaga listrik pemakaian transformator dapat dikelompokan


sebagai berikut:

1. Transformator daya
2. Transformator distribusi
3. Transformator pengukuran

2.2.2. Persamaan dan Rumus Transformator


Berdasarkan jenis pengubahan tegangan yang dikerjakan transformator
bisa dibedakan menjadi 2 jenis.
6
Jenis-Jenis Transformator :

a.Transformator Step-Up.

Berfungsi untuk menaikkan atau memperbesar tegangan bolak-balik suatu


sumber.Ciri-ciri dari transfomator ini adalah :

1) Tegangan pada kumparan sekunder lebih besar dari tegangan pada


kumparan primer Vs > Vp

2) Jumlah lilitan pada kumparan sekunder lebih banyak dari kumparan


primer Ns > Np

3) Arus pada kumparan primer lebih besar dari arus listrik pada kumparan
sekunder Ip > Is

b.Transformator Step-Down.

berfungsi untuk menurunkan atau memperkecil tengan bolak balik dari


suatu sumber.Ciri-cirinya Vp > Vs,NP > Ns.Ip < Is

Efisiensi Transformator

Efisiensi adalah nilai yang menyatakan perbandingan antara daya


keluaran (Pout) dengan daya masukan (Pin).

Nilai efisiensi transfomator dirumuskan :

Pout Ps
η= x 100 % atau η= x 100 % .................................................(2.1)
Pin Pp

dimana :

η = Efisiensi transformator (%)

Ps = daya pada kumparan sekunder (W)

Pp = daya pada kumparan primer (W)

Is = kuat arus pada kumparan sekunder (A)

7
Ip = kuat arus pada kumparan primer (A)

Transformator yang demikian disebut dengan transformator ideal. Apabila


efisiensi transformator kurang dari 100% maka ada daya listrik yang hilang atau
disebut rugi daya. Transformator ini disebut transfomator tidak ideal. Besarnya
daya yang hilang dirumuskan:

Ph = Pin – Pout = Pp – Ps..............................................................................(2.2)

Ph = daya listrik yang hilang atau rugi daya (W).

Gambar 2. 3 Belitan primer – sekunder transformator


Hubungan antara tegangan primer dengan tegangan sekunder
ditentukan oleh perbandingan jumlah lilitan primer dengan lilitan sekunder.

2.2.3. Kerugian dalam Transformator


Perhitungan diatas hanya berlaku apabila kopling primer-sekunder
sempurna dan tidak ada kerugian, tetapi dalam praktek terjadi beberapa
kerugian yaitu:

1. Kerugian tembaga 
Kerugian I2R dalam lilitan tembaga yang disebabkan oleh resistansi
tembaga dan arus listrik yang mengalirinya.
2. Kerugian kopling 
Kerugian yang terjadi karena kopling primer-sekunder tidak sempurna,
sehingga tidak semua fluks magnet yang diinduksikan primer memotong
lilitan sekunder. Kerugian ini dapat dikurangi dengan menggulung lilitan
secara berlapis-lapis antara primer dan sekunder.

8
3. Kerugian kapasitas liar 
Kerugian yang disebabkan oleh kapasitas liar yang terdapat pada lilitan-
lilitan transformator. Kerugian ini sangat mempengaruhi efisiensi
transformator untuk frekuensi tinggi. Kerugian ini dapat dikurangi
dengan menggulung lilitan primer dan sekunder secara semi-acak (bank
winding).
4. Kerugian yang terjadi ketika arus primer AC berbalik arah
Disebabkan karena inti transformator tidak dapat mengubah arah fluks
magnetnya dengan seketika. Kerugian ini dapat dikurangi dengan
menggunakan material inti reluktansi rendah.
5. Kerugian efek kulit 
Sebagaimana konduktor lain yang dialiri arus bolak-balik, arus
cenderung untuk mengalir pada permukaan konduktor. Hal ini
memperbesar kerugian kapasitas dan juga menambah resistansi lilitan.
Kerugian ini dapat dikurang dengan menggunakan kawat Litz, yaitu
kawat yang terdiri dari beberapa kawat kecil yang saling terisolasi.
Untuk frekuensi radio digunakan kawat geronggong atau lembaran tipis
tembaga sebagai ganti kawat biasa.
6. Kerugian arus eddy (arus tolak) 
Kerugian yang disebabkan oleh GGL masukan yang menimbulkan arus
dalam inti magnet yang melawan perubahan fluks magnet yang
membangkitkan GGL. Karena adanya fluks magnet yang berubah-ubah,
terjadi tolakan fluks magnet pada material inti. Kerugian ini berkurang
kalau digunakan inti berlapis-lapisan.

2.2.4. Bentuk dan Kontruksi Transformator


Ada dua perbedaan bentuk inti transformator yang biasa digunakan yang
dinamakan tipe inti (core type) dan tipe cangkang (egg shell type) seperti
ditunjukan pada gambar 2.4. Inti dari kedua tipe ini dibuat dari baja khusus
berkerugian rendah dan dilaminasi untuk mengurangi kerugian inti.

Pada kontruksi tipe ini yang ditunjukan dalam gambar 2.4 lilitan
mengelilingi inti besi yang berlaminasi. Transformator komersial tidak dibentuk

9
secara demikian karena sebagian besar fluksi yang dihasilkan lilitan primer
tidak memotong lilitan sekunder, atau dikatakan bahwa transformator
mempunyai kebocoran fluksi yang besar. Untuk menjaga agar kebocoran fluksi
serendah mungkin, lilitan dibagi dua dan ditempatkan pada masing-masing
kakinya.

Transformator kontruksi tipe cangkang dinyatakan dalam gambar 2.4


dalam kontruksi ini inti besi mengelilingi lilitan. Rakitan inti dan kumparan dari
transformator tersebut biasanya dirancang untuk dicelupkan dalam minyak
isolasi di dalam tangki baja. Selain itu sifat isolasi minyak juga menyalurkan
panas dari inti dan kumparan ke permukaan tangki dan dibuang ke udara di
sekitarnya.

Gambar 2. 4 Tipe Cangkang dan Tipe Inti

A. Inti Trafo

Berfungsi untuk mempermudah jalan fluksi, yang ditimbulkan oleh arus


listrik yang melalui kumparan. Dibuat dari lempengan-lempengan besi tipis yang
berisolasi, untuk mengurangi panas (sebagai rugi-rugi besi) yang ditimbulkan
oleh Eddy Current seperti gambar dibawah ini:

10
Gambar 2. 5 Inti besi dan laminasi yang diikat fiber glass

B. Kumparan Transformator

Adalah beberapa lilitan kawat berisolasi yang membentuk suatu


kumparan. Kumparan tersebut terdiri dari kumparan primer dan kumparan
sekunder yang di isolasi baik terhadap inti besi maupun terhadap antar
kumparan dengan isolasi padat seperti karton, pertinak dan lain-lain. Kumparan
tersebut sebagai alat transformasi tegangan dan arus.

Gambar 2. 6 Kumparan Phasa RST

Ada juga yang di sebut kumparan tersier. Kumparan tertier diperlukan


untuk memperoleh tegangan tertier atau untuk kebutuhan lain. Untuk kedua
keperluan tersebut, kumparan tertier selalu dihubungkan delta. Kumparan
tertier sering dipergunakan juga untuk penyambungan peralatan bantu
seperti kondensator synchrone, kapasitor shunt dan reactor shunt, namun
demikian tidak semua trafo daya mempunyai kumparan tertier.

11
C. Minyak Transformator

Berfungsi sebagai media pendingin dan isolasi. Minyak trafo mempunyai


sifat media pemindah panas (disirkulasi) dan mempunyai daya tegangan
tembus tinggi.

Pada power transformator, terutama yang berkapasitas besar, kumparan-


kumparan dan inti besi transformator di rendam dalam minyak-trafo. Syarat
suatu cairan bisa dijadikan sebagai minyak trafo adalah sebagai berikut:

1. Ketahanan isolasi harus tinggi ( >10kV/mm )


2. Berat jenis harus kecil, sehingga partikel-partikel inert di dalam minyak
dapat mengendap dengan cepat
3. Viskositas yang rendah agar lebih mudah bersirkulasi dan kemampuan
pendinginan menjadi lebih baik
4. Titik nyala yang tinggi, tidak mudah menguap yang dapat membahayakan.
5. Tidak merusak bahan isolasi padat
6. Sifat kimia yang stabil

D. Bushing

Hubungan antara kumparan trafo ke jaringan luar melalui sebuah bushing


yaitu sebuah konduktor yang diselubungi oleh isolator, yang sekaligus berfungsi
sebagai penyekat antara konduktor tersebut dengan tangki trafo. Pada bushing
dilengkapi fasilitas untuk pengujian tentang kondisi bushing yang sering disebut
center tap.

Gambar 2. 7 Bushing

12
E. Tanki Konservator

Berfungsi untuk menampung minyak cadangan dan uap/udara akibat


pemanasan trafo karena arus beban. Diantara tangki dan trafo dipasangkan
rele bucholz yang akan meyerap gas produksi akibat kerusakan minyak karena
listrik. Untuk menjaga agar minyak terkontaminasi dengan air yang masuk
bersama udara melalui saluran pelepasan dan masukanya udara ke dalam
konservator perlu dilengkapi media penyerap uap air pada udara sering disebut
denga silica gel tidak keluar mencemari udara disekitarnya.

Gambar 2. 8 Tanki Konservator Minyak Trafo

2.2.5. Peralatan Bantu transformator


A. Pendingin

Berupa udara/gas, minyak dan air. Sedangkan pengalirannya (sirkulasi)


dapat dengan cara alamiah (natural) atau tekanan/paksaan. Pada inti besi dan
kumparan-kumparan akan timbul panas akibat rugi-rugi besi dan rugi-rugi
tembaga. Bila panas tersebut mengakibatkan kenaikan suhu yang berlebihan,
akan merusak isolasi di dalam trafo, maka untuk mengurangi kenaikan suhu
yang berlebihan tersebut trafo perlu dilengkapi dengan sistem pendingin untuk
menyalurkan panas keluar trafo.  Media yang digunakan pada sistem pendingin
dapat berupa: Udara / gas, minyak dan air

13
Gambar 2. 9 Pendingin

B. Tap Changer

Berguna mengubah perbandingan tegangan, antara sisi primer dan sisi


sekunder (agar konstan/stabil). Tap Changer adalah perubah perbandingan
transformator untuk mendapatkan tegangan operasi sekunder sesuai yang
diinginkan dari tegangan jaringan/primer yang berubah-ubah. Tap changer
dapat dilakukan baik dalam keadaan berbeban (on-load) atau dalam keadaan
tak berbeban (off load), tergantung jenisnya.

Proses perubahan ratio belitan ini dapat dilakukan pada saat trafo sedang
berbeban (On load tap changer) atau saat trafo tidak berbeban (Off load tap
changer).

Tap changer terdiri dari :

1. Selector Switch
2. Diverter Switch
3. Tahanan transisi

Dikarenakan aktifitas tap changer lebih dinamis dibanding dengan belitan


utama dan inti besi, maka kompartemen antara belitan utama dengan tap
changer dipisah.

Selector switch: merupakan rangkaian mekanis yang terdiri dari terminal


terminal untuk menentukan posisi tap atau ratio belitan primer.

Diverter switch: merupakan rangkaian mekanis yang dirancang untuk


melakukan kontak atau melepaskan kontak dengan kecepatan yang tinggi.

14
Tahanan transisi : merupakan tahanan sementara yang akan dilewati arus
primer pada saat perubahan tap.

Gambar 2. 10 Tap Changer

C. Alat Pernafasan

Bila suhu minyak tinggi, minyak akan memuai dan mendesak udara di
atas permukaan minyak keluar dari dalam tangki, sebaliknya apabila suhu
turun, minyak menyusut maka udara luar akan masuk kedalam tangki. Karena
pengaruh naik turunnya beban trafo maupun suhu udara luar, maka suhu
minyak pun akan berubah-ubah mengikuti keadaan tersebut. Bila suhu minyak
tinggi, minyak akan memuai dan mendesak udara di atas permukaan minyak
keluar dari dalam tangki, sebaliknya bila suhu minyak turun, minyak menyusut
maka udara luar akan masuk ke dalam tangki.

Kedua proses di atas disebut pernapasan trafo. Permukaan minyak trafo


akan selalu bersinggungan dengan udara luar yang menurunkan nilai tegangan
tembus minyak trafo, maka untuk mencegah hal tersebut, pada ujung pipa
penghubung udara luar dilengkapi tabung berisi kristal zat hygroskopis.

15
Gambar 2. 11 Silica Gel

2.2.6. Peralatan Proteksi Transformator


1. Relay Bucholz

Pada saat transformator mengalami gangguan internal yang berdampak


kepada suhu yang sangat tinggi dan pergerakan mekanis didalam
transformator, maka akan timbul tekanan aliran minyak yang besar dan
pembentukan gelembung gas yang mudah terbakar. Tekanan atau gelembung
gas tersebut akan naik ke konservator melalui pipa penghubung dan rele
bucholz.

Tekanan minyak maupun gelembung gas ini akan dideteksi oleh rele
bucholz sebagai indikasi telah terjadinya gangguan internal.

Gas yang timbul diakibatkan oleh:

a. Hubung singkat antar lilitan pada / dalam phasa 


b. Hubung singkat antar phasa  
c. Hubung singkat antar phasa ke tanah  
d. Busur api listrik antar laminasi  
e. Busur api listrik karena kontak yang kurang baik

16
Gambar 2. 12 Rele Bucholz

2. Relay Jansen
Sama halnya seperti relay Bucholz yang memanfaatkan tekanan minyak
dan gas yang terbentuk sebagai indikasi adanya ketidaknormalan / gangguan,
hanya saja rele ini digunakan untuk memproteksi kompartemen OLTC. Rele ini
juga dipasang pada pipa saluran yang menghubungkan kompartemen OLTC
dengan konservator.

3. Suden Pressure
Relay sudden pressure ini didesain sebagai titik terlemah saat tekanan
didalam trafo muncul akibat gangguan. Dengan menyediakan titik terlemah
maka tekanan akan tersalurkan melalui sudden pressure dan tidak akan
merusak bagian lainnya pada maintank.

4. Relay Thermal
Suhu pada transformator yang sedang beroperasi akan dipengaruhi oleh
kualitas tegangan jaringan, losses pada trafo itu sendiri dan suhu lingkungan.
Suhu operasi yang tinggi akan mengakibatkan rusaknya isolasi kertas pada
transformator.

Untuk mengetahui suhu operasi dan indikasi ketidaknormalan suhu


operasi pada transformator digunakan rele thermal. Rele thermal ini terdiri dari
sensor suhu berupa thermocouple, pipa kapiler dan meter penunjukan

5. Pengaman tekanan lebih 


Alat ini berupa membran yang dibuat dari kaca, plastik, tembaga atau
katup berpegas, berfungsi sebagai pengaman tangki trafo terhadap kenaikan
17
tekan gas yang timbul di dalam tangki yang akan pecah pada tekanan tertentu
dan kekuatannya lebih rendah dari kakuatan tangi trafo.

6. Relay tekanan lebih


Rele ini berfungsi hampir sama seperti rele Bucholz, yakni mengamankan
terhadap gangguan di dalam trafo. Bedanya rele ini hanya bekerja oleh
kenaikan tekanan gas yang tiba-tiba dan langsung mentripkan P.M.T.

7. Relay Diferensial
Berfungsi mengamankan trafo dari gangguan di dalam trafo antara lain
flash over antara kumparan dengan kumparan atau kumparan dengan tangki
atau belitan dengan belitan di dalam kumparan ataupun beda kumparan.

8. Relay Arus lebih


Befungsi mengamankan trafo arus yang melebihi dari arus yang
diperkenankan lewat dari trafo terseut dan arus lebih ini dapat terjadi oleh
karena beban lebih atau gangguan hubung singkat.

9. Relay Tangki tanah


Berfungsi untuk mengamankan trafo bila ada hubung singkat antara
bagian yang bertegangan dengan bagian yang tidak bertegangan pada trafo.

10. Relay Hubung tanah


Berfungsi untuk mengamankan trafo bila terjadi gangguan hubung singkat
satu phasa ke tanah

11. Relay Termis


Berfungsi untuk mencegah/mengamankan trafo dari kerusakan isolasi
kumparan, akibat adanya panas lebih yang ditimbulkan oleh arus lebih.
Besaran yang diukur di dalam rele ini adalah kenaikan temperatur.

2.2.7. Rangkaian Ekivalen Transformator


Pada umumnya trafo yang digunakan di dunia ketenagalistrikan bukanlah
trafo-trafo ideal, karena sangatlah sulit untuk memperoleh bahan pada inti dan
belitan trafo yang dapat menghasilkan persamaan-persamaan sesuai dengan
keadaan saat trafo pada keadaan ideal. Hal ini disebabkan oleh resistansi pada

18
belitan, fluksi nyasar (rugi-rugi fluksi), dan permeabilitas inti trafo. Agar dapat
memperoleh gambaran terhadap trafo yang digunakan, maka digunakanlah
pemodelan trafo dengan cara membuat rangkaian pengganti pada trafo.
Rangkaian pengganti trafo dapat dilihat seperti gambar di bawah ini.

Gambar 2. 13 Rangkaian Pengganti Trafo

Untuk memudahkan analisis (perhitungan),rangkaian tersebut dapat


diubah menjadi seperti dapat dilihat pada gambar 2.14

Gambar 2. 14 Rangkaian Ekivalen Sederhana

Dari rangkaian di atas dapat di buat vektor diagramnya sebagai terlukis pada
gambar2.15.

Gambar 2. 15 Diagram Vektor

Dari model rangkaian diatas dapat pula diketahui hubungan penjumlahan


vektor:

19
V1=E1+I1R1+I1X1……………………..................………………….…....(2.3)

E2=V2+I1R1+I2X2…………............................................…………….....(2.4)

E1 N1
= =a atau E1=aE2
E2 N 2

Hingga: E1=a(I2ZL+I2R2+I2X2)

Karena: = atau I2= aI’2

Maka: E1=a 2 I’2ZL+a 2 I’2R2+a2 I’2X2

Dan: V1= a 2 I’2ZL+a 2 I’2R2+a2 I’2X2+ I1R1+I1X1.....................................(2.5)

Persamaan terakhir mengandung pengertian, apabila parameter


rangkaian sekunder dinyatakan dalam harga rangkian primer harganya perlu
dikalikan dengan faktor a2 .

2.2.8. Transformator Daya


Transformator Daya adalah suatu peralatan tenaga listrik yang berfungsi
untuk menyalurkan tenaga/daya listrik dari tegangan tinggi ke tegangan rendah
atau sebaliknya (mentransformasikan tegangan). Dalam operasi umumnya,
trafo-trafo tenaga ditanahkan pada titik netralnya sesuai dengan kebutuhan
untuk sistem pengamanan/proteksi, sebagai contoh transformator 150/70 kV
ditanahkan secara langsung di sisi netral 150 kV, dan transformator 70/20 kV
ditanahkan dengan tahanan di sisi netral 20 kV nya. Transformator yang telah
diproduksi terlebih dahulu melalui pengujian sesuai standar yang telah
ditetapkan.

A. Fungsi/Pemakaian

Berdasarkan fungsi/pemakaian nya transformator terdiri dari :

1. Transformator Pembangkit

2. Transformator Gardu Induk

3. Transformator Distribusi

20
B. Kapasitas dan Tegangan

Berdasarkan kapasitas dan tegangan nya transformator terdiri dari :

1. Trafo Besar
2. Trafo Sedang
3. Trafo Kecil

2.2.9. Sistem Pendingin Trafo


Pengoperasian transformator daya tidak terlepas dari adanya daya-daya
yang hilang. Daya-daya hilang ini terkonversi dalam bentuk panas. Panas
timbul pada bagian inti, belitan, minyak isolator dan tangki transformator. Panas
yang timbul ini biasanya akan dibuang ke atmosfer/lingkungan sekitar melalui
tangki transformator dan sistem pendingin. Sistem pendingin pada
transformator digunakan untuk mengurangi panas dan menjaga kenaikan
temperatur agar tetap berada di bawah batasan tertentu

Tabel 2. 1 Macam-macam sistem pendingin transformator

Media
Macam Sistem Dalam Transformator Di Luar Transformator
NO
Pendingin Sirkulasi Sirkulasi Sirkulasi Sirkulasi
Alamiah Paksa Alamiah Paksa
1 AN - - Udara -
2 AF - - - Udara
3 ONAN Minyak - Udara -
4 ONAF Minyak - - Udara
5 OFAN - Minyak Udara -
6 OFAF - Minyak - Udara
7 OFWF - Minyak - Air
8 ONAN/ONAF Kombinasi 3 dan 4
9 ONAN/OFAN Kombinasi 3 dan 5
10 ONAN/OFA Kombinasi 3 dan 6
11 ONAN/OFWF Kombinasi 3 dan 7

21
a. AN – Air Natural: Pendinginan alami dengan udara internal untuk windings
dan core dengan konveksi alami.
b. ON – Oil Natural: Pendinginan alami dengan minyak bersikulasi untuk
windings dan core dengan konveksi alami.
c. LN – Liquid Natural: Sama seperti ON namun liquid sintesis yang
digunakan bukan minyak.
d. OF – Oil Forced: Minyak yang digunakan oleh pompa minyak dimana
biasanya memuat eksternal kerja pipa koneksi lemah diantara eksternal radiator
bank dan sisi tanki.Metode ini jarang digunakan di inustri minyak karena
memicu tingginya ratings transformator.
e. LF – Liquid Forced: Sama dengan OF hanya liquid sintesis yang
digunakan.
Keterangan 2 huruf akhir:

AN – Air Natural AF – Air Forced

22
BAB III
PENGUJIAN MINYAK TRANSFORMATOR DENGAN METODE DISSOLVED
GAS ANALYSIS (DGA)

3.1. Minyak Transformator


Di antara jenis isolasi pada transformator yang di gunakan dalam
pengoperasian sistem tenaga listrik isolasi cair (minyak) merupakan jenis isolasi
yang paling banyak di gunakan. Hal ini di karenakan isolasi cair mempunyai
beberapa kelebihan yaitu:

1. Memiliki kerapatan 1000 kali atau lebih dibandingkan dengan isolasi gas
sehingga memiliki kekuatan dielektrik yang lebih tinggi.
2. Isolasi cair akan mengisi celah atau ruang yang akan diisolasi dan secara
serentak melalui proses konversi menghilangkan panas yang timbul akibat
rugi energi.
3. Isolasi cair cenderung dapat memperbaiki diri sendiri (self healing) jika
terjadi pelepasan muatan (discharge).

Tetapi isolasi cair (minyak) juga memiliki kekurangan yaitu mudah


terkontaminasi.

3.1.1. Fungsi Minyak Transformator

Fungsi minyak transformator pada peralatan tegangan tinggi adalah:

1. Sebagai pendingin
2. Sebagai isolator pada peralatan tegangan tinggi

A. Minyak Transformator Sebagai Pendingin

Minyak transformator berfungsi sebagai pendingin karena minyak


transformator mampu menghantarkan panas dengan baik.

B. Minyak transformator Sebagai Isolator

Minyak transformator yang baik harus bisa menjadi pemisah tegangan


antara bagian-bagian yang memiliki beda fasa. Hal ini dimaksudkan agar

23
diantara bagian-bagian yang memiliki beda fasa tidak terjadi lompatan listrik
(flash over) ataupun percikan listrik (spark over) .

Untuk memenuhi tujuan-tujuan tersebut minyak yang ideal harus memiliki


syarat berikut :

1. Kejernihan
2. Masajenis
3. Viskositas Kinematik
4. Titik Nyala
5. Titik Tuang
6. Angka Kenetralan
7. Tegangan Tembus
8. Faktor Kebocoran Dielektrik
9. Kandungan Air
10. Tahanan Jenis

3.1.2 Struktur Minyak Transformator

A. Sifat-sifat Fisika Isolator Minyak

Sifat-sifat fisika isolator minyak yang penting adalah sebagai berikut :

 Kejernihan (Appearance)
Minyak tidak boleh mengadung suspensi atau endapan (sedinient).
 Konduktivitas Panas (Thermal Conducdvity)
Konduktivitas panas adalah kemampuan isolator minyak menghantarkan
panas.
 Koefisien Muai Volum
Jika temperature naik, maka minyak akan memuai sebanding dengan
kenaikan temperaturnya.
 Massa Jenis (Spescific Mass)
Massa jenis isolator minyak mineral ini lebih kecil dibanding air.
 Kekentalan ( Viscosity)
Kekentalan merupakan suatu tahanan dari cairan untuk mengalir kontinyu
dan merata.

24
 Titik Nyala (FlashhPoint)
Titik nyala suatu minyak merupakan peryataan dimana minyak dapat
dipanaskan pada kondisi tertentu sebelum uap yang dihasilkan menjadi
api yang berbahaya.
 Titik Tuang (Pour Point)
Titik tuang adalah temperatur dimana minyak baru saja mengalir ketika
didinginkan dibawah kecepatan perubahan suhu.
 Titik Api (Fire Point)
Titik api atau titik bakar dari suatu isolator minyak adalah suhu dimana
minyak sudah dalam keadaan terbakar. Titik api ini dapat menunjukkan
minyak itu mengandung zat yang mudah terbakar (combustile)
 Kekuatan Pelarut (Solvent Power)
Kekuatan pelarut dari suatu cairan isolasi sangat penting pengaruh pada
bahan-bahan dari konstruksi peralatan. Material yang seluruhnya atau
sebagian terlarut oleh cairan isolasi akan mempengaruhi sifatsifat
kelistrikan.
 Sifat Mudah Terbakar (Flammability)
Pada umumnya suatu minyak mineral yang berasal dari minyak bumi
mempunyai sifat yang mudah terbakar (flammabilitas) dari
pembakarannya mempunyai suatu reaksi eksotermis yang tinggi dan
mendorong perambatan. Jadi diharapkan isolator minyak ini tidak bersifat
mudah terbakar (non-flammable).

B. Sifat-sifat Fisika Isolator Minyak

Sifat-sifat listrik isolator minyak adalah:

 Tegangan Tembus
Tegangan tembus adalah tegangan ketika pada sebuah isolator itu sudah
tidak mampu menghadapi stres tegangan di antara elektroda yang terpisah yag
memiliki beda potensial.
Proses tembus listrik pada minyak dengan pengaruh medan listrik
melibatkan banyak faktor. Salah satunya adalah perpindahan bahan padat yang

25
basah seperti fiber dan bahan kontaminan lain seperti air ke daerah yang
bertekanan listrik diantara kedua elektroda.

 Faktor Rugi-Rugi Dielektrik

Rugi-rugi dielektrik diduga kuat disebabkan oleh adanya elektron bebas


dalam isolasi cair. Keberadaan elektron bebas inilah yang menyebabkan
adanya arus konduksi dalam minyak. Apabila arus konduksi semakin besar
maka sudut rugu-rugi dielektrik makin besar.

Karakteristik tan δ digunakan untuk mengevaluasi efisiensi dielektrik.


Pengaruh langsung dari naiknya nilai tan δ adalah terjadinya pemanasan
dielektrik. Sedangkan pengaruh tidak langsungnya adalah naiknya korosi
logam, laju kerusakan dielektrik, larutan air, emulsifikasi air dan kecepatan
oksidasi.

Persamaan faktor rugi-rugi dielektrik (tan δ)

¿ V0 1
Tanδ =¿ Ir∨ ¿ Ic∨¿ ¿ ¿= = ..................................................................
RiCωU 0 RiCω
.................(3.1)

 Konstanta Dielektrik
Suatu bahan memiliki kemampuan menyimpan energi listrik yang
berbeda-beda, tergantung pada molekul yang menyusunnya. Kemampuan
bahan menyimpan energi elektrosetatis (Permitivitas) akan naik jika suatu
bahan berubah komposisi kimianya sehingga berat molekul bahan tersebut
meningkat Penyimpanan ini terjadi akibat pergeseran relatif kedudukan muatan
positif internal dan muatan negatif internal terhadap gaya atomik dan molekular
yang normal.

3.2. Pengertian Dissolved Gas Analysis


DGA (Dissolved Gas in Oil Analysis), DGA adalah salah satu metoda
diagnosa kondisi suatu transformator yang dapat dila-kukan dalam kondisi
online (transformator beroperasi). Pengujian DGA telah digunakan selama
bertahun - tahun sebagai metoda untuk membantu memprediksi kondisi

26
transformator dan menjadi sumber data untuk menentukan kondisi
transformator, sehingga dapat diketahui secara dini gejala–gejala kerusakan
pada transformator, dan dapat ditindak lanjuti untuk mencegah kerusakan yang
lebih parah pada transformator. Tata cara dan instruksi kerja pengambilan
sampel minyak harus benar. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam
pengambilan sampel minyak DGA, sesuai IEC 567 2012 yaitu :

1. Alat yang dipergunakan untuk pengambilan sampel


2. Cara pengambilan sampel
3. Durasi antara pengambilan sampel dan pengujian

3.2.1. Alat Pengambil Sampel Minyak DGA

Syringe adalah suntikan dengan wadah berbahan kaca untuk


pengambilan sampel minyak DGA. Maksud penggunaan Syringe adalah agar
minyak tidak terkontaminasi dengan udara luar, dan menghindari hilangnya
gas-gas ringan yang mudah lepas seperti H2.

Gambar 3. 1 Syringe

Oil flushing unit : Unit yang terdiri dari selang silicon, flange, seal dan stop
kran yang berfungsi sebagai sarana/fasilitas untuk membuang minyak trafo
yang kotor sekaligus mengambil sampel minyak.

27
Gambar 3. 2 Oil Flushing Unit

3.2.2. Cara Pengambilan Sampel Minyak

Berikut ini adalah instruksi kerja pengambilan sampel minyak DGA :

1. Persiapan : Siapkan ember atau sejenisnya untuk menampung minyak


trafo. Pasang oil flushing unit pada drain valve main tank trafo. Atur stop kran
pada posisi menutup. Persiapkan syringe untuk pengambilan sampel minyak.
2. Pelaksanaan : Buka drain valve main tank trafo. Lakukan proses
pembersihan/flushing terlebih dahulu. Tutup stop kran. Pasang jarum pada
syringe. Buka katup pada syringe dan suntikan syringe pada selang silicon.
Sedot minyak dari selang. Pastikan tidak ada udara (gelembung udara) yang
masuk ke dalam Syringe. Tutup kembali katup pada syringe. Pindahkan minyak
dari syringe ke botol/vial dengan cara menyuntikkan minyak ke dalam botol/vial
tanpa membuka tutupnya. Ambil sampel minyak sebanyak ± 10 ml untuk uji
DGA.
3. Penyelesaian

Tahap penyelesaian meliputi: memberi label pada sampel minyak

28
Gambar 3. 3 Sampel Minyak Yang Telah Diberi Label
Kemudian simpan sampel minyak dan lindungi dari panas maupun sinar
matahari langsung. Lepaskan jarum suntik dari syringe. Tutup kembali drain
valve main tank trafo. Buka stop kran untuk mengeluarkan sisa minyak pada oil
flushing unit (tampung dalam ember). Lepaskan oil flushing unit dari drain valve
main tank trafo. Pastikan drain valve telah terpasang dengan benar.

3.3. Metode Pengujian DGA


A. Metoda Ekstraksi, Sampel diekstraksi sehingga gas–gas yang terkandung
dapat dipisahkan dari minyak dengan beberapa cara sampling vakum: (a)
Sampel diambil ke dalam alat akstraktor dengan tanpa gelembung.

Gambar 3. 4 Pengambilan sampel minyak ke dalam alat ekstrator

29
(b) Sampel dikocok sehingga gas akan terpisah dari minyak

Gambar 3. 5 Sampel minyak yang dikocok

Gambar 3. 6 Gas yang terpisah dengan minyak

Gambar 3. 7 Gas yang sudah terpisah diambil dan dikumpulkan ke dalam


syringe

30
Sampel minyak transformator yang telah diekstrak dan sudah terkumpul
berupa gas pada syringe (Gambar 3.7), dimasukkan ke dalam kolom melalui
septum. Sampel dapat diambil ± 0,1 – 10 µl

Gambar 3. 8 Tempat penyuntikan


B. Metoda Gas Chromatography

Secara umum, chromatography merupakan suatu istilah yang


menggambarkan teknik yang digunakan untuk memisahkan komponen-
komponen dari suatu campuran / sampel. Gas chromatography (GC), adalah
suatu alat yang digunakan untuk memisahkan dan mendeteksi jenis–jenis gas
yang telah diekstrak dari minyak sampel. Dalam minyak transformator terdapat
berbagai macam gas, yang terdiri dari gas–gas yang mudah terbakar
(combustible gas) dan gas–gas yang tidak mudah terbakar (uncombustible
gas). Adapun jenis gas yang dapat mempengaruhi kinerja transformator ada 9
jenis seperti yang terdapat pada Tabel 3.1 dan Tabel 3.2 adalah interpretasi
gangguan berdasarkan pada gas–gas yang terdeteksi.

Tabel 3. 1 Jenis gas yang terlarut dalam minyak transformator

Jenis Gas Simbol Sifat


Hidrogen (H2) Combustible
Metane (CH4) Combustible
Asetilen (C2H2) Combustible
Etilen (C2H4) Combustible
Etane (C2H6) Combustible
Karbon Monoksida (CO) Combustible

31
Karbon Dioksida (CO2) Uncombustible
Oksigen (O2) Uncombustible
Nitrogen (N2) Uncombustible

Tabel 3. 2 Interpretasi Gas-Gas yang terdeteksi

Gas Terdeteksi Interpretasi


Nitrogen dan Karbon Dioksida atau Transformator bekerja dengan beban
Monoksida atau Keduanya lebih atau beroperasi pada suhu tinggi
yang mengakibatkan isolasi kertas
mengalami kerusakan
Nitrogen dan Hidrogen Terjadi korona, elektrolisis air dan
hydrogen atau terdapat karat
Nitrogen, hidrogen metana dan sedikit Terjadi loncatan bunga api kecil
etana dan asetilen (sparking) atau ada sebagian minyak
isolasi yang breakdown
Nitrogen, Hidrogen, Metana dan Terjadi loncatan bunga api kecil
Karbon dioksida dan sedikit (sparking) atau ada sebagian minyak
hidrokarbon (sedikit asetilen tidak isolasi kertas yang rusask
terdeteksi)
Nitrogen dengan Hidrogen yang tinggi Terjadi loncatan bunga api yang
dan sejumlah hidrokarbon termasuk panjang (arcing) akibat detorasi
asetilen minyak isolasi
Sama dengan dia tas di tambah Sama dengan di atas arcing juga
karbon dioksida dan karbon terjadi di kertas
monoksida

Prinsip kerja dari sistem Gas Chromatography adalah gas pembawa dan
gas bakar dialirkan secara terus menerus dari sebuah tabung silinder yang
bertekanan tinggi 120 Bar dengan melewat sebuah pengatur tekanan menjadi 3
Bar. Gas pembawa akan melewati pressure switch yang berfungsi untuk
mendorong gas pembawa yang menuju ke Thermal Conductivity Detector

32
filaments jika gas pembawa terhenti Electronic mass flow controller berfungsi
sebagai pengatur jumlah aliran gas yang diperlukan, ini sangat penting karena
jumlah aliran gas akan berpengaruh pada waktu retensi pada saat dianalisa. By
pass valve berfungsi untuk membuang gas pembawa maupun gas sampel, jika
terjadi penghentian analisis secara mendadak. Sebagai contoh apabila terjadi
pemadaman listrik mendadak, maka by pass valve akan terbuka dan
membiarkan gas pembawa serta gas sampel keluar dari kolom dan Methanizer,
agar tidak terjadi kerusakan.

Gas pembawa akan mengalir menuju TCD, injector atau dosing valve
selanjutnya menuju kolom. Sampel gas dimasukkan ke dalam dosing valve
dengan memutar saklar posisi injector. Apabila sampel gas sudah dimasukkan
pada loop, saklar diputar pada posisi load, maka gas pembawa akan membawa
gas sampel ke dalam kolom. Di dalam kolom ini akan terjadi pemisahan
senyawa–senyawa gas. Segera senyawa–senyawa gas keluar dari kolom
dengan waktu yang berbeda – beda, menuju ke TCD, selanjutnya akan
mengalir ke Methanizer dan FID yang telah dialiri oleh hidrogen. Di FID inilah
senyawa-senyawa gas tersebut akan dibakar. FID memerlukan udara bersih
dari luar saat terjadi pemrosesan, yang telah disiapkan melalui filter hidro
karbon. Filter yang kotor akan mempengaruhi tinggi puncak dan garis dasar
kurva yang dihasilkan oleh FID.

Electronic mass controller juga dipasang untuk mengatur aliran udara


yang menuju ke FID. Perekam akan mencatat isyarat yang diberikan oleh
detektor sebagai fungsi waktu, dan sebuah chromatogram yang akan diproses
oleh data lalu hasil chromatogram dapat diprint out.

3.4. Jenis Kegagalan Transformator


Penyebab utama terbentuknya gas-gas dalam kondisi operasi
transformator adalah adanya gangguan seperti :

33
a. Thermal Degradasion
Indikasi gas yang terjadi pada gangguan ini adalah terbentuknya gas
etilen (C2H4) , Metana (CH4), Hidrogen (H2), Etana (C2H6). Kegagalan pada
temperatur rendah memerlukan area yang luas sehingga menimbulkan gas-gas
tersebut. Dan pada temperatur rendah ini proses pilorisis pada minyak
transformator akan membebaskan gas erutama metana dan etana dan
sejumlah kecil gas etilen dan hidrogen. Sedangkan kegagalan gas karena
temperatur tinggi ditunjukkan dengan adanya gas etilen (C2H4) sebagai gas
yang paling dominan.

b. Arching (Busur Api)


Indikasi gas yang terbentuk pada gangguan ini adalah terbentuknya gas
hidrogen (H2) dan asitilen (C2H2). Tembusnya isolasi minyak akibat arching
ditunjukkan adanya gas hidrogen dan asitilen sebagai gas domain pada
penguraian ini.

c. Partial Discharge (Lompatan muatan)


Petunjuk yang paling nyata dalam proses partial discharge dalam sistem
tertutup adalah timbulnya gas Hidrogen (H2).

Gambar 3. 9 Karakteristik Akibat Kegagalan Gas

3.5. Metode Interpretasi data uji DGA


Terdapat beberapa metode untuk melakukan interpretasi data dan analisis
indikasi kegagalan trafo berdasarkan kandungan gas terlarut. Standard yang di
gunakan adalah IEEE std.C57 – 104.2008. Metode – metode tersebut

34
mempermudah dalam menganalisis indikasi kegagalan trafo yang sudah di
ketahui datanya pada pengujian sebelumnya.

3.5.1 Analysis Total Dissolved Combustable Gas (TDCG)

Dalam interpretasi data dengan metode Total Dissolved Combustable


Gas (TDCG) gas di klasifikasikan berdasarkan gas yang mudah terbakar
menjadi empat kelompok. Masing-masing kelompok memiliki batasan-batasan
nilai tersendiri. Dari klasifikasi tersebut dapat diketahui kondisi transformator
masih baik beroperasi atau tidak. Berikut penjelasan masing – masing kondisi:

Kondisi 1 TDCG pada level ini mengindikiasikan bahwa operasi trafo


memuaskan. Bila salah satu gas nilainya melebihi batasan level harus
diinvestigasi dengan cepat.
Kondisi 2 TDCG pada Kondisi ini menandakan komposisi gas sudah
melebihi batas normal. Bila salah satu gas nilainya melebihi batasan level harus
segera di tindak lanjuti. Lakukan tindakan untuk mendapatkan kecenderungan
gangguan yang mungkin hadir
Kondisi 3 TDCG pada level ini mengindikiasikan pemburukan tingkat
tinggi. Bila salah satu gas nilainya melebihi batasan level harus diinvestigasi
dengan cepat. Lakukan tindakan untuk mendapatkan kecenderungan gangguan
kemungkinan besar terjadi.
Kondisi 4 TDCG pada level ini mengindikiasikan pemburukan yang
sangat tinggi. Melanjutkan operasi trafo dapat mengarah pada kerusakan trafo
yang lebih parah. Adapun tabel standard yang di klasifikasikan oleh IEEE std.
C57-104.2008

35
Tabel 3. 3 Batas konsentrasi gas terlarut berdasarkan IEEE std.C57-104.2008

STANDARD IEEE C57-194.2008


NO PARAMETER GAS KONDIS KONDISI KONDISI 3 KONDISI
I 1 (ppm) 2 (ppm) (ppm) 4 (ppm)
1 HIDROGEN (H2) 100 101-700 701-1800 >1800
2 METANE (CH4) 120 121-400 401-1000 >1000
3 ASETILEN (C2H2) 1 2-9 10-35 >35
4 ETILEN (C2H4) 50 51-100 101-200 >200
5 ETANE (C2H6) 65 66-100 101-150 >150
6 KARBON MONOKSIDA
350 351-570 571-1400 >1400
(C0)
7 KARBON DIOKSIDA 2501- 4001-
2500 >10000
(C02)* 4000 10000
TDCG (Total Dissolved
720 721-1920 1921-4630 >4630
Combustable Gas)
*) karbondioksida (CO2) saja yang tidak termasuk kategori TDCG

KONDISI 1 NORMAL

TINGKAT TDCG
KONDISI 2 MULAI TINGGI

WASPADA
KONDISI 3 DEKOMPOSISI ISOLASI

TERJADI KERUSAKAN
KONDISI 4 ISOLASI

Gambar 3. 10 Standar IEEE std.C57-104.2008 akan menetapkan tindakan


operasi yang harus dilakukan pada berbagai kondisi.
Dengan metoda ini ada dua parameter yang harus dilihat dalam
menentukan tindak lanjut pada trafo yang diuji dan periode pengambilan
sample minyak.

1. Tingkat TDCG
2. Tingkat kenaikan TDCG/ hari

36
Tabel dibawah menunjukan periode pengambilan sample minyak dan
prosedur operasi pada tiap kondisi dan nilai TDCG. Nilai peningkatan
pembentukan gas menandakan masalah oleh karena itu pendeknya jarak
pengambilan sample sangat direkomendasikan.

Tabel 3. 4 Rekomendasi tindakan trafo berdasarkan peningkatan TDCG


ppm/day dari kondisi transformator

Periode pengambilan sample dan


Tingkat Peningkatan langkah yang di tempuh dalam
Kondisi TDCG TDCG kenaikan tingkat TDCG
(ppm/day) (ppm/day) Periode ambil Langkah yang di
sample minyak lakukan
>30 Harian Menghentikan
10-30 Harian operasi
Perhatian sangat
khusus terhadap
trafo
Kondisi 4 >4630
<10 Mingguan Analisa untuk
individual gas
Plan Outage

Perhatian sangat
> 30 Mingguan
khusus terhadap
trafo
10 – 30 Mingguan
Kondisi 3 1921-4630
Analisa untuk
individual gas
< 10 Bulanan Plan Outage

Kondisi Tingkat Peningkatan Periode pengambilan sample dan


TDCG TDCG langkah yang di tempuh dalam
(ppm/day) (ppm/day) kenaikan tingkat TDCG
Periode ambil Langkah yang di

37
sample minyak lakukan
> 30 Bulanan Perhatian khusus
10 – 30 Bulanan analisa untuk
individual gas
Kondisi 2 721 - 1920
Tetapkan
< 10 Empat Bulanan besarnya
pembebanan

Perhatian khusus
analisa untuk
individual gas
> 30 Bulanan
Tetapkan
Kondisi 1  720 besarnya
pembebanan

10 – 30 Empat Bulanan
Operasi Normal
< 10 Tahunan

Perhitungan Nilai TDCGV pada Transformator


Untuk menghitung nilai TDCGV pada isolasi minyak transformator
digunakan persamaan :

FG (V )
TDCGV = ...............................................................................................
1000000
(3.2)

dimana :

FG :penjumlahan dari H2, CH4, C2H6, C2H4, C2H2 dan CO


[microliter/liter (ppm)]

V : volume dari oli Transformator [liter (gallons)]

TDCGV :VolumeTotal gas yang terlarut [liter (gallons)]

38
3.5.2 Key Gas

Key Gas didefinisikan oleh IEEE std.C57 – 104.2008 sebagai “gas-gas


yang terbentuk pada transformator pendingin minyak yang secara kualitatif
dapat digunakan untuk menentukan jenis kegagalan yang terjadi, berdasarkan
jenis gas yang khas atau lebih dominan terbentuk pada berbagai temperature”.
Pendefinisian tersebut jika dikaitkan dengan berbagai kasus kegagalan
transformator yang seringkali terjadi. Gas gas yang dilihat pada metoda ini
adalah gas gas yang terbentuk dari proses penurunan kualitas minyak & kertas
selulosa yaitu H2, CH4, C2H2, C2H4, C2H6, CO. kecuali CO dan CO2 semua
gas tersebut terbentuk dari pemburukan minyak itu sendiri sedangkan CO dan
CO2 terbentuk dari pemburukan isolasi kertas. Adapun tabel jenis kegagalan
menurut analisis gas kunci:
Tabel 3. 5 Tabel jenis kegagalan menurut analisis key gas

Jumlah
Gangguan Gas Kunci Kriteria
persentase Gas
Hidrogen (H2)
dan Asetilen
Hidrogen (H2):
(C2H2) dalam
Busur api 60% Asetilen
Asetilen (C2H2) jumlah besar dan
(Arching)
sedikit metana
(C2H2) : 30%
(CH4) dan etilen
(C2H4)
Hidrogen dalam
jumlah besar,
Korona (Partial Hidrogen : 85%
Hidrogen (H2) metana jumlah
Discharge) Metana : 13%
sedang, dan
sedikit etilen
Etana dalam
Pemanasan lebih jumlah besar dan Etana : 63%
Etana
minyak etilen dalam Etilen : 20%
jumlah kecil
Pemanasan lebih Karbon CO dalam jumlah CO : 92%

39
Selulosa monoksida besar

Adapun grafik dan jenis kegagalan yang ditetapkan menurut standar key
gas terlihat pada gambar di bawah ini:

Overheated oil
70
60 63
50
40 Overheated oil

30
20
19
10 16

0 2
0
CO H2 CH4 C2H6 C2H4 0
C2H2

Gambar 3. 11 Grafik Standar Keadaan Overheated Oil

Gambar 3.11 diatas menunjukkan adanya jenis gas utama berupa etilen
yang menyebabkan timbulnya panas berlebih pada minyak. Kondisi ini
dipengaruhi oleh adanya pemanasan. Pemburukan ini juga disertai dengan
adanya penambahan gas etana dan hidrogen. Konsentrasi yang ada pada
etilen ini minimal 63% pada gejala pemanasan minyak. Gas Kunci : Ethylene.

Overheated Cellulose
100
90
92
80
70
60
50 Overheated Cellulose
40
30
20
10
0
CO 0
H2 0 C2H6
CH4 0 C2H4
0 C2H2
0

40
Gambar 3. 12 Grafik Grafik Standar Keadaan Overheated Cellulose

Gambar 3.12 menunjukkan adanya gas utama yang terbentuk yaitu


karbon monoksida. Gas ini terbentuk dengan persentase 92% persen. Angka
tersebut menunjukkan bahwa terjadi pemanasan berlebih pada selulosa (isolasi
kertas). Gas kunci : Karbon monoksida.

Partial Discharge in Oil


90
80 85
70
60
50
40
Partial Discharge in
30 Oil
20
10 13
0
0 1 1 0
CO H2 CH4 C2H6 C2H4 C2H2

Gambar 3. 13 Grafik Standar Keadaan Partial Discharge in Oil

Gambar 3.13 Menunjukkan adanya gas utama berupa hidrogen senilai


85%. Gas tersebut pada metode key gas mengindikasikan adanya ganggun
listrik berupa partial discharge. Partial discharge tipe ini merupakan partial
discharge dengan energi rendah. Gas lain juga timbul akibat gejala ini seperti
metana, etana dan etilen namun dalam jumlah yang sedikit. Gas kunci:
Hidrogen

41
Arcing in Oil
70
60
60
50
40 Arcing in Oil

30
30
20
10
0 5 3
0 2
CO H2 CH4 C2H6 C2H4 C2H2

Gambar 3. 14 Grafik Standar Keadaan Arcing in Oil


Grafik ini menunjukkan adanya beberapa gas. Gas utama yang
menyebabkan terjadinya arcing menurut metode ini merupkan gas asitilena.
Gas ini minimal bernilai 30%. Gas lain juga diproduksi pada saat gejala ini
terjadi yaitu hydrogen. Gas lain selain kedua gas tersebut juga ada pada gejala
ini seperti metana dan dan etilen namun dengan kwantitas minor. Dalam kasus
ini minyak juga dapat terjadi karbonisasi. Namun dengan mengacu standar dari
IEC, metode ini hanya terdiri dari 42% saja diagnosis yang benar. Hal ini
mengacu pada metode dengan ketelitian analis. Gas kunci : acetylene

42
3.6 Standar Klasifikasi Tes Minyak Trafo Berdasarkan IEC 156-60422 /

2005

Tabel 3. 6 Klasifikasi Tes Minyak Trafo Berdasarkan IEC 156-60422 / 2005

No Parameter Metoda Jenis Trafo Baik (kV) Cukup (kV) Buruk (kV)
IEC O,A >60 50-60 <50
Tegangan
1 60422 B >50 40-50 <40
tembus
Th. 2005 C >40 30-40 <30
Kadar air O,A <5 5-10 >10
toleransi
B <5 5-15 >15
2 pada 20 IEC 814

C <10 10-25 >25
(mg/kg)
Note :

A : Trafo tenaga dengan tegangan kerja 170 - 400 kV

B : Trafo tenaga dengan tegangan kerja 72.5 - 170 kV

C : Trafo tenaga dengan tegangan kerja < 72.5 kV

O : Trafo tenaga dengan tegangan kerja >400 kV

Metode pengujian menggunakan IEC. 156

Kriteria hasil uji menggunakan IEC.60422 Th. 2005

43
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Pengujian Minyak Transformator


Dalam pengujian dan analisa indikasi kegagalan transformator pada blok
2 PLTGU Muara Karang ini menggunakan data dari generator transformer 1
dari Gas Turbin Generator PLTGU Muara Karang. Data diambil pada tahun
2018. Pengujian di lakukan dengan dua teknik interpretasi data yaitu total
dissolved combustible gas dan key gas .

Transformator ini merupakan jenis transformator dengan jenis minyak


nynas nitro libra dengan menggunakan sistem pendingin ONAF. Spesifikasi
data transformator yang di ujikan adalah sebagai berikut:

1. Unit transformator : Generator Transformer #GTG 2.1


2. Merk : Mitsubishi Electric Corporation
3. Tipe Transformator : Transformator 3 fasa
4. No Seri : 08M2350101
5. Tegangan Operasi: : LV 16.5 kV, HV 157,5 kV
6. Kapasitas : 322.1 MVA
7. Tipe Pendingin : ONAF
8. Jenis Minyak : Nynas Nitro Libra
9. Tipe minyak : Mineral oil (ASTM 3612)
10. Volume Minyak : 40000 Liter
11. Arus beban : 1181 Ampere
12. Tahun Pembuatan : 2008
13. Temperatur Minyak : 48℃
14. Kelas Isolasi : B (temperature maksimal 130 ℃ )

Pengambilan data di lakukan pada tanggal 26 Februari 2018 pukul 17:18


WIB. Data yang di dapatkan dari pengujian adalah sebagai berikut:

44
Tabel 4. 1 Hasil Pengujian Dissolved Gas Analysis Generator Transformer 2.1
Gas Turbin Generator PLTGU Muara Karang

No Parameter Gas Terlarut Hasil Uji


1 Hidrogen (H2) 40
2 Metane (CH4) 123
3 Asetilen (C2H2) 0
4 Etilen (C2H4) 42
5 Etane (C2H6) 68
6 Karbon Monoksida (CO) 573
7 Karbon Dioksida (CO2) 2494
8 Oksigen (O2) 19010
9 Nitrogen (N2) 90979

4.2. Pembahasan
Setelah data hasil gas yang terlarut pada minyak transformator di ketahui
kemudian akan di lakukan analisis data dengan mengacu beberapa metode
yang sudah biasa di gunakan dalam menganalisis minyak transformator
berdasarkan dissolved gas analisis. Metode interpretasi data yang akan di
gunakan adalah metode TDCG (Total Dissolved Combustible Gas) dan metode
key gas. Untuk analisis TDCG acuannya adalah jumlah gas mudah terbakar
yang terkandung pada minyak transformator. Dari jumlah kandungan gas
mudah terbakar tersebut dapat dilihat kondisi transformator tersebut.

Dari sembilan jenis gas yang di dapatkan pada minyak transformator.


Yang merupakan gas mudah terbakar berjumlah enam jenis yaitu: hidrogen,
metana, asetilen, etilen,atana dan karbon monoksida. Dari total keenam jenis
gas tersebut transformator dapat dikategorikan dalam empat kondisi. Kemudian
metode kunci gas. Gas yang dilihat pada metoda ini adalah gas gas yang
terbentuk dari proses penurunan kualitas minyak & kertas selulosa. Dalam
metode gas kunci kegagalan di diindikasikan dalam empat jenis kegagalan
yaitu: korona, busur api, pemanasan pada minyak dan pemanasan pada kertas.

45
4.2.1. Analisis Hasil Pengujian Dissolved Gas Analysis

A. Metode Total Dissolved Combustible Gas (TDCG)

Jumlah gas terlarut yang mudah terbakar atau TDCG (Total Dissolved
Combustible Gas) akan menunjukan apakah transformator yang diujikan masih
berada pada kondisi operasi normal, waspada, peringatan atau kondisi
gawat/kritis. Sebagai catatan, hanya gas karbon dioksida (CO2) saja yang tidak
tidak termasuk kategori TDCG. IEEE membuat pedoman untuk
mengklasifikasikan kondisi operasional transformator yang terbagi dalam empat
kondisi.

Tabel 4. 2 Tabel Total Dissolved Combustible Gas

ANALISIS KONDISI
TRANSFORMATOR
N HASIL UJI
PARAMETER GAS BERDASARKAN
O (ppm)
STANDAR IEEE
C57.104-2008
1 HIDROGEN (H2) 40 KONDISI 1
2 METANEN (CH4) 123 KONDISI 2
3 ASETILEN (C2H2) 0 KONDISI 1
4 ETILEN (C2H4) 42 KONDISI 1
5 ETANE (C2H6) 68 KONDISI 2
KARBON MONOKSIDA
6 573 KONDISI 3
(C0)
KARBON DIOKSIDA
7 2494 KONDISI 1
(CO2)*
TDCG (Total Dissolved Gas
806 KONDISI 2
Analysis)

Pada data hasil pengujian minyak generator transformer 2.1 Gas Turbin
Generator blok 2 hampir semua jenis gas yang masuk dalam kategori TDCG
terdapat kandungan di dalamnya. Timbulnya hidrogen dapat disebabkan karena
adanya korona pelepasan elektron pada udara. Untuk hidrogen hasil yang di
dapatkan masih dalam kondisi memuaskan atau trafo masih normal. Batas
kondisi normal pada hidrogen adalah 100 ppm.

Namun tetap perlu di lakukan perhatian khusus terhadap timbulnya


hidrogen agar tidak terjadi peningkatan kandungan gas sampai kondisi dua.

46
Timbulnya gas metana diindikasikan terjadinya pemanasan minyak pada
transformator antara suhu 150 sampai 250 derajat. Nilai gas metana tidak
dalam kondisi memuaskan. Nilai normal atau memuaskan yang di harapkan
adalah 120 namun nilai yang di dapatkan bernilai 123.

Sehingga apabila merujuk kepada IEEE C57-104.2008 gas metana pada


termasuk dalam kondisi 2 dimana perlu adanya pengambilan sampel minyak
lebih rutin dari sebelumnya sehingga peningkatan kandungan minyak dapat
termonitoring. Timbulnya gas etilen diindikasikan mulainya pembentukan
partikel karbon karena proses pemanasan yang berlangsung pada suhu 350
drajat. Dari data etilen masih dalam kondisi normal dimana nilai yang di
dapatkan adalah 42 ppm sedangkan untuk standard pada kondisi satu bernilai
50 ppm. Timbulnya gas etana diindikasikan terjadinya pemanasan minyak
transformator pada suhu 250-350 derajat.

Pada pengujian ini nilai etana melebihi kapasitas normal yakni 68


sedangkan untuk nilai normalnya adalah 65. Hal ini menandakan trafo sering
mengalami proses pemanasan minyak pada suhu yang berkisar 250-350
derajat. Timbulnya gas karbon monoksida di indikasikan terjadinya pemanasan
yang berlebih pada isolasi kertas transformator. Kondisi terkini apabila melihat
temuan gas karbon dan mengacu pada IEEE C57-104.2008 maka kondisi trafo
masuk pada kondisi tiga dimana kondisi tiga berkisar antara 571 hingga 1400.
Untuk nilai karbon monoksida yang di dapatkan adalah 573. Hal ini menunjukan
trafo mengalami proses pemanasan berlebih pada isolasi belitan trafo yang
tinggi.

Sedangkan timbulnya gas karbon dioksida diindikasikan terjadinya


oksidasi pada minyak transformator karena degradasi pada kertas selulosa.
Nilai karbon oksida hampir memasuki kondisi dua namun masih dalam batas
kondisi satu. Karbon dioksida bukan merupakan gas yang mudah terbakar
namun dari adanya karbon dioksida dapat di ketahui adanya oksidasi minyak
trafo akibat dari degradasi pada kertas selulosa.

47
Untuk hasil jumlah kandungan gas yang mudah terbakar pada pengujian
minyak trafo gas turbin generator blok 2 PLTGU Muara Karang menunjukan
kondisi transformator dalam kondisi dua dimana trafo dalam kondisi waspada.
Perlu adanya peningkatan pengambilan sampel minyak untuk mengetahui
perkembangan dari kandungan gas yang timbul.

Perhitungan Nilai TDCGV pada Generator Transformer 1 Gas Turbin


Generator Blok 2 PLTGU Muara Karang

Untuk nilai TDCGV pada isolasi minyak Generator Transformer 1 Gas


Turbin Generator Blok 2 PLTGU Muara Karang digunakan persamaan (3.2) :

806( 40000)
TDCGV = = 32.24 liter
1000000

B. Metode Kunci Gas

Metode selanjutnya adalah metode gas kunci dimana hasil dari pengujian
terlebih dahulu di hitung persentase dari nilai gas individu yang di hasilkan
dengan rumus:

nilai gas terlarut


Gas terlarut : x100%
TDCG

Perhitungan Persentase kandungan Gas

40
H2 = × 100 %=¿ 4.962%
806

123
CH4 = × 100 %=¿15.260%
806

2
C2H4 = × 100 % = 0.248%
806

68
C2H6 = × 100 %=¿ 8.436%
806

48
573
CO = × 100 %=¿ 71.091%
806

Persentase Kunci Gas


80,000
70,000
71,091
60,000
Jumlah Gas %

50,000
40,000 Gas Kunci
30,000
20,000
10,000 15,260
0 4,962 8,436
H2 CH4 0
C2H4 C2H6 CO
Combustable Gas

Gambar 4. 1 Grafik Hasil Pengujian Gas Kunci


Dari grafik yang di tunjukan gambar 4.1 terdapat lima gas dengan
persentase masing-masing gas berbeda. Karbon monoksida paling dominan
sebesar 71.091%, untuk metana sebesar 15.260%, etana 8.436%, hidrogen
sebesar 4.962% dan etilen sebesar 0.248%. Dengan merujuk IEE C57.104-
2008 dimana karbon monoksida sangat dominan maka transformator di
indikasikan mengalami pemanasan berlebih pada selulosa.

4.1.2 Analisa Hasil Tegangan Tembus

Untuk mengetahui kondisi transformator lebih dalam perlu dilakukan


pengujian tegangan tembus pada transformator tersebut. Pengujian di lakukan
sebelum di lakukannya pengujian Dissolved Gas Analysis. Adapun hasil dari
pengujian tegngan tembus adalah :

Tabel 4. 3 Hasil Tegangan Tembus

Tegangan
*) Warna
Transformator Pengujian Tembus / 2.5 Waktu (detik)
Minyak
mm (kV)
Geneerator 1 56.6 30
Transformator 2 65.1 30
2
Gas Turbin 3 50.6 30
Generator 2.1 4 54.0 30
49
5 45.2 30
6 51.2 30
Rata-rata nilai (kV): 53.8
*) keterangan : 1 baru / baik, 2 baik, 3 jelek / ganti baru

Dari hasil rata-rata tegangan tembus yang di peroleh yaitu sebesar 53.8
kV. Apabila mengacu pada tabel 3.6 mengenai standar tegangan tembus yang
di ijinkan tegangan tembus pada transformator gas turbin generator blok 2
PLTGU Muara Karang masuk dalam kategori baik karena dalam standard yang
di ijinkan tegngan tembus dikatakan baik apabila nominal nya adalah di atas 50
kV.

50
BAB V
SIMPULAN

Dari hasil pengujian dan analisis minyak trafo dengan metode DGA serta
perhitungan arus sekunder terhadap temperatur yang menyebabkan kondisi
overheating pada Generator Transformer 1 Blok 2 PLTGU Muara Karang dapat
di simpulkan:

1. Dengan teknik Total Dissolved Combustible Gas / jumlah gas yang mudah
terbakar pada generator transformer 1 gas turbin generator blok 2 PLTGU
Muara Karang berada pada kondisi 2 dengan jumlah tdcg 806 ppm dan
TDCGV 32.24 liter. Dengan kandungan gas individu dominan karbon
monoksida yang bernilai 573 ppm berada di kondisi 3. Apabila karbon
monoksida dominan maka berdasarkan teknik gas kunci transformator
terindikasi overheating pada kertas selulosa.
2. Pada generator transformator 1 blok 2 PLTGU Muara Karang memiliki
nilai tegangan tembus dalam kondisi baik yaitu sebesar 53.8 kV. Hal itu di
dasarkan pada IEC 156-60422 / 2005.

51
DAFTAR PUSTAKA

[1] Aditya Dimas Arifianto , Ir. Soemarwanto, MT., Ir. Hery Purnomo, MT.
Analisis Kegagalan Transformator Di PT Asahimas Chemical Banten
Berdasarkan Hasil Uji DGA Dengan Metode Roger’s Ratio (Malang 2016)

[2] Cahya Citra Nurani. Analisis dan teknik interpretasi perbandingan


dissolved gas analysis (DGA) antara minyak mineral dan minyak ester
menggunakan metode kromatografi (Semarang,2011)

[3] Faishal Muhammad A.R, Karnoto, Tejo Sukmadi. Analisis Indikasi


Kegagalan Transformator dengan Metode Dissolved Gas Analysis
(Semarang, 2011)

[4] Gumilang Harry. Analisis Data Hasil Pengujian DGA (Jakarta, 2007)

[5] IEC Std 567.2012 Guide to transformer oil analysis (Jenewa,2012)

[6] IEEE Std C57.104.2008 IEEE Guide for the interpretation of Gases
Generated in Oil-Immersed Transformer (New York,2008)

[7] Munawar Muhamamd, Ir Made Ardita Y,M.T. Analisis performa


transformator GI Gandul 2 60 MVA Menggunakan Metode Indeks
Kesehatan Transformator Berdasarkan Karakteristik Dissolved Gas
Analysis (Jakarta, 2014)
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

a. Data Personal
Nama : Kamil Faishal Hakim
NIM : 2014-11-074
Tempat / Tgl. Lahir : Demak, 20 Juli 1996
Jenis Kelamin : Laki - laki
Agama : Islam
Status Perkawinan : Belum Kawin
Program Studi : S-1
Jurusan : Teknik Elektro
Alamat Rumah : Desa Kangkung Senggrong rt 03 rw 03 Kecamatan
Mranggen Kabupaten Demak
HP : 08974690568
Email : kamilhakiem20@gmail.com

b. Pendidikan

Jenjang Nama Lembaga Jurusan Tahun Lulus


SD SD Kangkung 1 - 2008
SMP SMPN 3 Mranggen - 2011
SMA SMK Pondok Modern Selamat IPA 2014

Demikianlah daftar riwayat hidup ini saya buat dengan sebenarnya.

Jakarta, 18 Juli 2018

Kamil Faishal Hakim


SEKOLAH TINGGI TEKNIK – PLN

LEMBAR BIMBINGAN SKRIPSI

Nama Mahasiswa : Kamil Faishal Hakim


NIM : 2014-11-074
Program Studi : Teknik Elektro
Jenjang : Sarjana
Pembimbing Utama : Ir. Isworo Pujotomo, MT
Judul Skripsi : ANALISIS PENGARUH GAS TERLARUT DALAM
MINYAK TRANSFORMATOR TERHADAP
KONDISI TRANSFORMATOR DENGAN METODE
DISSOLVED GAS ANALYSIS (DGA)
PARAF
NO. TANGGAL MATERI BIMBINGAN
PEMBIMBING
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

A1
9.
10.
11.
12.
13.
14.

Keterangan :

1. Konsultasi Skripsi minimal 12 (dua belas) kali pertemuan termasuk


konsultasi Proposal Skripsi.
2. Meliputi : Konsultasi Judul/Tema, Materi, Metode Penyelesaian,
Pengujian, Analisis Hasil, Kesimpulan.
3. Setiap konsultasi lembar ini harus dibawa dan di PARAF oleh Pembimbing

A2

Anda mungkin juga menyukai