Anda di halaman 1dari 122

DISSOLVED GAS ANALYSIS (DGA) UNTUK DIAGNOSIS

GANGGUAN PADA TRANSFORMATOR DAYA PLTGU


PT PLN (PERSERO) UNIT PELAKSANA PEMBANGKITAN
BELAWAN

TESIS

OLEH:

HARYOTO PRASETYO NUGROHO


187034019

FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2021

Universitas Sumatera Utara


DISSOLVED GAS ANALYSIS (DGA) UNTUK DIAGNOSIS
GANGGUAN PADA TRANSFORMATOR DAYA PLTGU
PT PLN (PERSERO) UNIT PELAKSANA PEMBANGKITAN
BELAWAN

TESIS

Untuk Memperoleh Gelar Magister Teknik


Dalam Program Studi Magister Teknik Elektro
Pada Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara

OLEH:

HARYOTO PRASETYO NUGROHO


187034019

FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2021

Universitas Sumatera Utara


Judul Tesis : DISSOLVED GAS ANALYSIS (DGA) UNTUK
DIAGNOSIS GANGGUAN PADA TRANSFORMATOR
DAYA PLTGU PT PLN (PERSERO) UNIT
PELAKSANA PEMBANGKITAN BELAWAN
Nama Mahasiswa : Haryoto Prasetyo Nugroho
Nomor Induk : 187034019
Program Studi : Magister Teknik Elektro

Menyetujui,
Komisi Pembimbing:

(Ir. Syafruddin HS, M.Sc., Ph.D) (Emerson P. Sinulingga, S.T., M.Sc., Ph.D)
Ketua Anggota

Ketua Program Studi, Dekan,

(Suherman, S.T., M.Comp., Ph.D) (Ir. Seri Maulina, M.Si., Ph.D)

Telah lulus: 10 Desember 2020

Universitas Sumatera Utara


Telah diuji pada
Tanggal: 10 Desember 2020

PANITIA PENGUJI TESIS


Ketua : 1. Ir. Syafruddin HS, M.Sc., Ph.D
Anggota : 2. Emerson P. Sinulingga, S.T., M.Sc., Ph.D
3. Ir. Surya Hardi, M.S., Ph.D
4. Yulianta Siregar, S.T., M.T., Ph.D

Universitas Sumatera Utara


DISSOLVED GAS ANALYSIS (DGA) UNTUK DIAGNOSIS
GANGGUAN PADA TRANSFORMATOR DAYA PLTGU
PT PLN (PERSERO) UNIT PELAKSANA PEMBANGKITAN
BELAWAN

ABSTRAK
Dalam sistem tenaga listrik, transformator daya adalah salah satu peralatan paling
kritis dan tidak dapat dipisahkan dari kemungkinan kondisi abnormal karena
terjadinya gangguan. Ketidaknormalan ini kemungkinan terjadi karena adanya
gangguan seperti overheat, partial discharge dan arcing yang akan menimbulkan
dampak buruk terhadap kinerja transformator. Salah satu metode untuk
mengetahui ada tidaknya gangguan yang terjadi pada transformator adalah dengan
mengetahui dampak dari ketidaknormalan transformator itu sendiri.
Transformator yang mengalami gangguan akan menghasilkan gas yang larut
dalam minyak seperti H2, CH4, C2H2, C2H4, C2H6, CO dan CO2. Jika gas tersebut
melebihi batas nilai normal, maka akan dapat memicu terjadinya kebakaran saat
pengoperasian transformator. Untuk mengetahui dampak ketidaknormalan pada
transformator digunakan metode dissolved gas analysis. Dissolved Gas Analysis
(DGA) adalah teknik yang andal untuk mendeteksi keberadaan kondisi gangguan
yang baru terjadi pada transformator terendam minyak. Pada dasarnya DGA
adalah proses untuk menghitung kadar/nilai dari gas-gas hidrokarbon yang
terbentuk akibat ketidaknormalan. Gas yang berada dalam transformator dapat
berfungsi sebagai penanda untuk berbagai jenis gangguan. Dalam makalah ini,
untuk pengujian DGA dan evaluasi jenis gangguan pada transformator daya
menggunakan interpretasi dari IEEE std C57.104 dan IEC 60599. Metode yang
digunakan untuk pengujian DGA menurut interpretasi IEEE adalah total dissolved
combustible gas (TDCG), key gas, rasio doernenburg, dan rasio roger. Sedangkan
metode yang digunakan untuk pengujian DGA pada IEC 60599 adalah segitiga
duval, rasio basic gas dan rasio CO2/CO. Dari hasil pengujian DGA yang telah
dilakukan, semua metode ini akan digunakan untuk memastikan jenis gangguan
yang terjadi pada transformator daya.

Kata Kunci: Transformator daya, dissolved gas analysis, rasio gas, diagnosis
gangguan transformator.

Universitas Sumatera Utara


DISSOLVED GAS ANALYSIS (DGA) FOR FAULT DIAGNOSIS
IN COMBINE CYCLE POWER PLANT POWER
TRANSFORMERS PT PLN (PERSERO) UNIT PELAKSANA
PEMBANGKITAN BELAWAN

ABSTRACT
In an electric power system, a power transformer is one of the most critical
equipment and cannot be separated from possible abnormal conditions due to
fault. This abnormality may occur due to faults such as overheating, partial
discharge and arcing which will have a negative impact on transformer
performance. One method to determine whether there is a fault that occurs in a
transformer is to determine the impact of the transformer abnormality itself. A
transformer that has a fault will produce oil-soluble gases such as H2, CH4, C2H2,
C2H4, C2H6, CO and CO2. If the gas exceeds the normal value limit, it can trigger
a fire when operating the transformer. The dissolved gas analysis method is used
to determine the impact of abnormalities on the transformer. Dissolved Gas
Analysis (DGA) is a reliable technique for detecting the presence of a fault
condition that just occurred in an oil immersed transformer. Basically, DGA is a
process to calculate the levels / values of hydrocarbon gases that are formed due
to abnormalities. The gas inside the transformer can function as a marker for
various types of faults. In this paper, for DGA testing and evaluation of the type of
fault in the power transformer using the interpretation of IEEE std C57.104 and
IEC 60599. The method used for DGA testing according to the IEEE
interpretation is total dissolved combustible gas (TDCG), key gas, doernenburg
ratio, and ratio roger. While the method used for DGA testing at IEC 60599 is
the duval triangle, the basic gas ratio and the CO2/CO ratio. From the results of
DGA tests that have been carried out, all of these methods will be used to
ascertain the type of fault that occurs in the power transformer.

Keywords: power transformers, dissolved gas analysis, gas ratio, transformer


fault diagnosis.

ii

Universitas Sumatera Utara


KATA PENGANTAR

Penulis mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan berkah-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan
penulisan tesis ini.

Selama melakukan penelitian dan penulisan tesis ini, Penulis banyak


memperoleh bantuan moril dan materil dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus kepada:

1. Bapak Prof. DR. Runtung Sitepu, S.H., M.Hum, selaku Rektor Universitas
Sumatera Utara.
2. Ibu Ir. Seri Maulina, M.Si., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas
Sumatera Utara.
3. Bapak Suherman, S.T., M.Comp., Ph.D, selaku Ketua Program Studi
Magister Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara,
4. Bapak Ir. Syafruddin HS, M.Sc., Ph.D, selaku Ketua Komisi Pembimbing
yang telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam penulisan tesis ini.
5. Bapak Emerson P. Sinulingga, S.T., M.Sc., Ph.D, selaku Anggota Komisi
Pembimbing yang telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam
menyelesaikan penulisan tesis ini.
6. Bapak Ir. Surya Hardi, M.S., Ph.D, dan Bapak Yulianta Siregar, S.T., M.T.,
Ph.D, selaku Komisi Pembanding atas saran dan kritik yang diberikan.
7. Teristimewa kepada keluarga besar penulis, kedua orang tua yaitu Ibunda
Pramuni dan Ayahanda Suhirman, Istri Riahny Giriktha B., Saudara Wahyu
Lumaksono, Wahyu Dharmawan, dan Citra Pramita Hermayanti.
8. Seluruh dosen yang saya banggakan dan rekan mahasiswa, karyawan dan
civitas akademika di Program Studi Magister Teknik Elektro.

Penulis menyadari tesis ini masih banyak memiliki kekurangan dan jauh dari
sempurna. Namun harapan penulis semoga tesis ini bermanfaat kepada seluruh
pembaca. Semoga kiranya Tuhan Yang Maha Esa memberkati kita semua.
Amin.

Medan, 10 Desember 2020


Penulis,

Haryoto P.N.

iii

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Data Pribadi
Nama : Haryoto Prasetyo Nugroho
Tempat/Tanggal Lahir : Pamekasan, 08 Maret 1994
Jenis Kelamin : Laki-laki
Kebangsaan : Indonesia
Agama : Islam
Status : Menikah
Alamat : Jl. Surya No.10, LK.XII, Kel.Indra kasih, Medan
No.Telepon/Email : 085733357555/haryoto.nugroho@pln.co.id

Pendidikan
1. Tamatan SD Negeri 1 Dander, Bojonegoro : Tahun 2006
2. Tamatan SMP Negeri 1 Bojonegoro : Tahun 2009
3. Tamatan SMA Negeri 2 Bojonegoro : Tahun 2012
4. Tamatan D-III Teknik Elektro STT-PLN Jakarta : Tahun 2015
5. Tamatan S-1 Teknik Elektro UNPAB : Tahun 2018

Pekerjaan
1. Karyawan PT.PLN (Persero) UPK Belawan

Medan, 10 Desember 2020


Penulis,

Haryoto P.N.

iv

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK .................................................................................................... i

ABSTRACT ................................................................................................... ii

KATA PENGANTAR .................................................................................. iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP .................................................................... iv

DAFTAR ISI ................................................................................................. v

DAFTAR TABEL ........................................................................................ vii

DAFTAR GAMBAR .................................................................................... ix

BAB 1 PENDAHULUAN ........................................................................ 1

1.1 Latar Belakang ..................................................................... 1


1.2 Rumusan Masalah ................................................................ 4
1.3 Batasan Masalah................................................................... 4
1.4 Tujuan Penelitian ................................................................. 4
1.5 Manfaat Penelitian ............................................................... 5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA .............................................................. 6

2.1 Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU) ............ 6


2.2 Transformator ....................................................................... 8
2.3 Proses Terbentuknya Gas Dalam Minyak ............................ 10
2.4 Dissolved Gas Analysis (DGA) ............................................ 15
2.5 Flow Chart Prosedur DGA .................................................. 16
2.6 Evaluasi Hasil Pengujian DGA Menggunakan Konsentrasi
Individual Gas dan TDCG .................................................... 18
2.7 Menentukan Laju Pembentukan TDCG ............................... 19
2.8 Evaluasi Hasil Pengujian DGA Menggunakan Metode
Key Gas ................................................................................ 21
2.9 Evaluasi Hasil Pengujian DGA Menggunakan Metode
Doernenburg ........................................................................ 25
2.10 Evaluasi Hasil Pengujian DGA Menggunakan Metode
Rogers .................................................................................. 28
2.11 Evaluasi Hasil Pengujian DGA Menggunakan Metode
Duval Triangle ..................................................................... 29

Universitas Sumatera Utara


2.12 Evaluasi Hasil Pengujian DGA Menggunakan Metode
Rasio Basic Gas ................................................................... 31
2.13 Evaluasi Hasil Pengujian DGA Menggunakan Metode
Rasio CO2/CO ...................................................................... 32

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN................................................. 34

3.1 Instrumen dan Bahan Penelitian........................................... 34


3.2 Pengujian DGA .................................................................... 34
3.2.1 Pengambilan Sampel Minyak ..................................... 35
3.2.2 Pengujian DGA Menggunakan Kelman Transport X . 39
3.3 Diagram Alur Penelitian ...................................................... 45

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN.................................................... 48

4.1 Data Transformator GT 2.1 PLTGU Belawan ..................... 48


4.2 Hasil Pengujian Dissolved Gas Analysis Transformator
Daya GT 2.1 ......................................................................... 49
4.3 Evaluasi Hasil Pengujian DGA Pada Sampel Tanggal
28 Juni 2018 ......................................................................... 57
4.4 Evaluasi Hasil Pengujian DGA Pada Sampel Tanggal
18 Desember 2018................................................................ 69
4.5 Evaluasi Hasil Pengujian DGA Pada Sampel Tanggal
26 Juni 2019 ......................................................................... 75
4.6 Evaluasi Hasil Pengujian DGA Pada Sampel Tanggal
18 Desember 2019................................................................ 81
4.7 Evaluasi Hasil Pengujian DGA Pada Semua Sampel ......... 87

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN .................................................... 90

5.1 Kesimpulan .......................................................................... 90


5.2 Saran ..................................................................................... 91

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 92

vi

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1. Gas yang dihasilkan berdasarkan jenis gangguan ............................ 14

2.2. Batasan konsentrasi gas terlarut (dissolved gas) .............................. 18

2.3. Prosedur operasi berdasarkan laju pembentukan TDCG ................. 21

2.4. Batasan konsentrasi gas terlarut L1 .................................................. 27

2.5. Rasio Doernenburg .......................................................................... 28

2.6. Rasio Rogers .................................................................................... 29

2.7. Zona batas pada segitiga Duval ....................................................... 31

2.8. Rasio Basic Gas ............................................................................... 32

2.9. Rasio CO2/CO .................................................................................. 33

4.1. Name plate transformator ................................................................ 48

4.2. Hasil pengujian DGA transformator GT 2.1.................................... 49

4.3. Hasil pengujian DGA 28 juni 2018 ................................................. 58

4.4. Hasil evaluasi menggunakan metode rasio Doernenburg ................ 61

4.5. Hasil evaluasi menggunakan metode rasio Roger ........................... 62

4.6. Hasil evaluasi menggunakan metode rasio Basic Gas ..................... 66

4.7. Hasil evaluasi menggunakan metode rasio CO2/CO ....................... 67

4.8. Hasil evaluasi pengujian DGA 28 juni 2018 ................................... 68

4.9. Hasil pengujian DGA 18 desember 2018 ........................................ 69

4.10. Hasil evaluasi menggunakan metode rasio CO2/CO ....................... 73

4.11. Hasil evaluasi pengujian DGA 18 desember 2018 .......................... 74

vii

Universitas Sumatera Utara


4.12. Hasil pengujian DGA 26 juni 2019 ................................................. 75

4.13. Hasil evaluasi menggunakan metode rasio CO2/CO ....................... 79

4.14. Hasil evaluasi pengujian DGA 26 juni 2019 ................................... 80

4.15. Hasil pengujian DGA 18 desember 2019 ........................................ 81

4.16. Hasil evaluasi menggunakan metode rasio CO2/CO ....................... 85

4.17. Hasil evaluasi pengujian DGA 18 desember 2019 .......................... 86

4.18. Hasil evaluasi pengujian DGA pada transformator ......................... 87

viii

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1. Formasi PLTGU Belawan .................................................................. 6

2.2. Diagram PLTGU ................................................................................ 7

2.3. Cara kerja transformator ..................................................................... 8

2.4. Konstruksi transformator daya 150 KV ............................................. 10

2.5. Dekomposisi minyak isolasi............................................................... 11

2.6. Tingkat perbandingan evolusi gas dari minyak .................................. 12

2.7. Dekomposisi kertas isolasi ................................................................. 13

2.8. Skema photoacoustic spectroscopy .................................................... 16

2.9. Flow chart prosedur pengujian DGA ................................................. 17

2.10. Key gas: dominan C2H4...................................................................... 22

2.11. Key gas: dominan CO ........................................................................ 23

2.12. Key gas: dominan H2.......................................................................... 24

2.13. Key gas: dominan C2H2...................................................................... 25

2.14. Flow chart metode rasio Doernenburg .............................................. 26

2.15. Duval triangle .................................................................................... 30

3.1. GE kelman transport x ........................................................................ 34

3.2. Pengambilan sampel minyak pada transformator .............................. 35

3.3. Stop cock dan syringe sampel minyak 50 ml ..................................... 36

3.4. Pemasangan syringe dengan selang sampling .................................... 37

3.5. Posisi katup untuk memasukkan minyak ke syringe .......................... 37

ix

Universitas Sumatera Utara


3.6. Posisi katup untuk mengunci sampel dalam syringe .......................... 38

3.7. Posisi katup untuk mengeluarkan sample dari syringe ...................... 38

3.8. Minyak sampel pada syringe yang akan diuji .................................... 39

3.9. Botol sampel beserta komponennya ................................................... 39

3.10. Tampilan menu utama kelman transport x ......................................... 40

3.11. Tampilan jenis peralatan .................................................................... 40

3.12. Tampilan menu pilihan sumber sampel ............................................. 41

3.13. Tampilan detail informasi .................................................................. 41

3.14. Tampilan menu install bottle.............................................................. 42

3.15. Pemasangan botol sampel pada transport x ........................................ 43

3.16. Penyuntikan minyak dari syringe ke botol sampel ............................. 43

3.17. Tampilan pengukuran konsentrasi gas terlarut ................................... 44

3.18. Tampilan hasil konsentrasi gas terlarut .............................................. 44

3.19. Diagram alur penelitian ...................................................................... 45

4.1. Grafik TDCG hasil uji DGA transformator GT 2.1 ........................... 50

4.2. Grafik gas H2 hasil DGA pada transformator GT 2.1 ........................ 51

4.3. Grafik gas CH4 hasil DGA pada transformator GT 2.1 ..................... 52

4.4. Grafik gas C2H2 hasil DGA pada transformator GT 2.1 .................... 53

4.5. Grafik gas C2H4 hasil DGA pada transformator GT 2.1 .................... 54

4.6. Grafik gas C2H6 hasil DGA pada transformator GT 2.1 .................... 55

4.7. Grafik gas CO hasil DGA pada transformator GT 2.1 ....................... 56

4.8. Grafik gas CO2 hasil DGA pada transformator GT 2.1 ..................... 57

4.9. Hasil evaluasi menggunakan metode key gas .................................... 60

Universitas Sumatera Utara


4.10. Koordinat gangguan pada segitiga Duval .......................................... 64

4.11. Hasil evaluasi menggunakan metode key gas .................................... 71

4.12. Hasil evaluasi menggunakan metode key gas .................................... 77

4.13. Hasil evaluasi menggunakan metode key gas .................................... 83

xi

Universitas Sumatera Utara


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pemadaman listrik yang terlalu sering dengan waktu padam yang lama

merupakan refleksi dari keandalan dan kualitas listrik yang kurang baik, dimana

akibatnya dapat dirasakan secara langsung oleh pelanggan. Untuk meningkatkan

pelayanan, maka perlu dilakukan pemeliharaan peralatan di pembangkit, salah

satunya adalah pemeliharaan pada transformator daya 150 KV. Transformator

daya menjadi salah satu peralatan paling kritis dan paling mahal dari sistem

tenaga listrik, pemantauan kesehatannya sangatlah penting [1]. Transformator

sebagai peralatan tegangan tinggi tidak lepas dari kemungkinan mengalami

kondisi abnormal, dimana pemicunya dapat berasal dari internal maupun external

transformator. Ketidaknormalan ini akan menimbulkan dampak terhadap kinerja

transformator [2]. Secara umum, dampak ini dapat berupa overheat, corona dan

arcing.

Salah satu metode untuk mengetahui ada tidaknya ketidaknormalan pada

transformator adalah dengan mengetahui dampak dari ketidaknormalan

transformator itu sendiri. Untuk mengetahui dampak ketidaknormalan pada

transformator digunakan metode dissolved gas analysis. Selama bertahun-tahun,

DGA telah dianggap di seluruh dunia sebagai teknik yang paling penting untuk

mengevaluasi keadaan kesehatan transformator daya yang dipenuhi minyak [3].

Universitas Sumatera Utara


2

Pada saat terjadi ketidaknormalan pada transformator, minyak isolasi

sebagai rantai hidrokarbon akan terurai akibat besarnya energi ketidaknormalan

dan akan membentuk gas-gas hidrokarbon yang larut dalam minyak isolasi itu

sendiri. Pada dasarnya DGA adalah proses untuk menghitung kadar/nilai dari gas-

gas hidrokarbon yang terbentuk akibat ketidaknormalan. Dari kadar/nilai gas-gas

dapat diprediksi dampak ketidaknormalan yang ada di transformator, apakah

overheat, arcing atau corona. Gas yang dideteksi dari hasil pengujian DGA

adalah hidrogen (H2), Metana (CH4), Karbon Monoksida (CO), Karbon Dioksida

(CO2), Etilen (C2H4), Etana (C2H6), Asetilen (C2H2) [4].

Shanker, T. B. [5] melakukan penelitian pengujian DGA pada dua

transformator, satu mengalami partial discharge dan yang lainnya menunjukkan

panas berlebih karena gangguan termal. Peneliti mendiagnosis dengan interpretasi

hasil DGA menggunakan metode key gas. Dalam studi kasus ini, metode key gas

saja sudah cukup untuk mendiagnosis gangguan pada transformator. Metode rasio

gas (metode rasio roger dan metode rasio doernenburg) digunakan untuk

mengkonfirmasi gangguan yang didiagnosis. Jika ketiga metode tersebut gagal

untuk mendiagnosis gangguan yang ada pada transformator, dapat menggunakan

metode interpretasi yang lain seperti duval triangle.

Taha, I. B. M. [6] menggunaan matlab simulink tools untuk menentukan

gangguan transformator berdasarkan interpretasi dalam standar IEEE std C57.104-

2008 yaitu metode dornenburg dan rogers. Terdapat sebuah studi perbandingan

dari kedua metode tersebut dalam model simulink untuk mempelajari akurasi

dalam mendiagnosis deteksi gangguan baru yang terjadi pada transformator daya.

Universitas Sumatera Utara


3

Hasilnya lebih mengacu pada metode rogers untuk mendiagnosis gangguan pada

transformator daya.

Kumpalavalee, S. [7] melakukan penelitian pada transformator dengan

metode DGA duval triangle dan tegangan tembus minyak. Dalam makalah ini

mengusulkan solusi untuk menentukan gangguan transformator daya dan

capability minyak isolasi. Kedua metode ini dikembangkan dalam microsoft excel

dan visual basic untuk dapat diaplikasikan oleh teknisi pemeliharaan utilitas. Dari

uji tegangan tembus dielektrik transformator, hasilnya menunjukkan bahwa

transformator dalam kondisi baik. Namun dari analisis DGA minyak, hasilnya

selalu menunjukkan bahwa sebagian besar transformator daya mengalami

gangguan termal.

Surawijaya, S. [8] melakukan penelitian pada transformator dengan metode

analisis gas terlarut yang digunakan dalam analisis dalam makalah ini adalah Key

Gas, Doernenburg Ratio, Roger Ratio, Duval Triangle, Gas Ratio Combination,

dan Four Gases. Metode ini digunakan untuk menilai data DGA dari empat

transformator yang diamati selama enam tahun terakhir. Dari analisis,

transformator unit 1 Drajat mengalami gangguan termal, dan hasilnya relatif

konsisten di antara berbagai metode DGA dan diikuti dengan tren peningkatan gas

C2H6 dan CH4.

Pada penelitian ini akan dilakukan pengujian DGA dengan mengevaluasi

gangguan pada transformator dengan interpretasi dari IEEE std C57.104-2008 dan

IEC 60599-2015. Metode yang digunakan untuk pengujian DGA sesuai

interpretasi IEEE std C57.104-2008 adalah TDCG, key gas, rasio doernenburg,

Universitas Sumatera Utara


4

dan rasio roger. Sementara metode yang digunakan untuk pengujian DGA pada

IEC 60599-2015 adalah duval triangle, rasio basic gas dan rasio CO2/CO. Dari

hasil pengujian DGA yang telah dilakukan, semua metode ini akan digunakan

untuk memastikan jenis gangguan yang terjadi pada transformator daya.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Bagaimana metode mengidentifikasi gangguan yang terjadi pada

transformator dengan metode DGA?

b. Faktor apakah yang dapat mempengaruhi nilai DGA pada minyak

Transformator?

c. Tindakan pemeliharaan apa yang harus dilakukan saat terjadi gangguan

pada transformator yang terdeteksi melalui DGA?

1.3 Batasan Masalah

Batasan masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Transformator yang menjadi penelitian adalah transformator daya 150

KV pada unit GT 2.1 PLTGU Belawan.

b. Metode Dissolved Gas Analysis (DGA) yang digunakan adalah Total

Dissolved Combustible Gas (TDCG), Key Gas, Doernenburg, Rogers,

Duval Triangle, Basic Gas, dan CO2/CO.

c. Gas terlarut dalam minyak transformator yang digunakan dalam

penelitian adalah H2, CH4, C2H4, C2H6, C2H2, CO, dan CO2.

Universitas Sumatera Utara


5

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Mengevaluasi jenis gangguan yang terjadi pada transformator

berdasarkan hasil pengujian DGA dengan standar IEEE (TDCG, key gas,

rasio doernenburg, dan rogers) dan dengan standar IEC (duval triangle,

rasio basic gas, rasio CO2/CO).

b. Menentukan tindakan pemeliharaan yang dilakukan berdasarkan hasil

evaluasi jenis gangguan yang terjadi pada transformator.

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Pengguna dapat mengevaluasi kesehatan transformator daya yang

terendam minyak dengan menggunakan metode DGA.

b. Pengguna juga dapat menentukan tindakan pemeliharaan yang dilakukan

berdasarkan hasil evaluasi jenis gangguan yang terjadi.

Universitas Sumatera Utara


BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU)

Profil PLTGU yang terdapat di PT PLN (Persero) unit pelaksana

pembangkitan belawan adalah terdiri dari dua blok dengan formasi 2-2-1, seperti

pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1. Formasi PLTGU Belawan [9]

Secara umum PLTGU adalah mesin konversi energi yang merupakan

kombinasi dari PLTG dan PLTU. Berikut adalah proses konversi energi yang

terjadi pada PLTGU seperti Gambar 2.2.

Universitas Sumatera Utara


7

Gambar 2.2. Diagram PLTGU [9]

a. Pertama, udara dari atmosfir dihisap oleh kompresor dan ditekan masuk

kedalam ruang bakar sehingga tekanan dan temperaturnya naik. Udara

bertekanan didalam ruang bakar dibakar menggunakan bahan bakar

sehingga menjadi gas dengan temperatur naik dan tekanan tetap.

b. Kedua, energi panas yang terkandung dalam gas panas ini selanjutnya

dialirkan untuk memutar turbin gas sehingga menghasilkan energi

mekanik berupa putaran poros turbin gas.

c. Ketiga, energi mekanik putaran poros turbin gas ditransfer melalui

kopling ke poros generator yang kemudian diubah menjadi energi listrik

melalui prinsip induksi elektromagnetik.

d. Keempat, gas buang dari turbin gas yang masih mengandung energi panas

tinggi dialirkan ke Heat Recovery Steam Generator (HRSG) untuk

memanaskan air yang mengalir di dalam pipa-pipa sehingga menjadi uap

superheat dengan tekanan dan temperatur tinggi. Uap dari HRSG dengan

tekanan dan temperatur tinggi digunakan untuk memutar turbin uap.

Energi mekanik dari turbin uap digunakan untuk memutar generator

sehingga dihasilkan energi listrik.

Universitas Sumatera Utara


8

2.2 Transformator

Transformator merupakan suatu alat listrik yang termasuk ke dalam

klasifikasi mesin listrik statik yang berfungsi menyalurkan tenaga/daya listrik dari

tegangan tinggi ke tegangan rendah dan sebaliknya [2]. Dapat juga diartikan

mengubah tegangan arus bolak-balik dari satu tingkat ke tingkat yang lain melalui

suatu gandengan magnet dan berdasarkan prinsip induksi elektromagnetik seperti

yang ditunjukkan oleh Gambar 2.3. Transformator terdiri atas sebuah inti yang

terbuat dari besi berlapis dan dua buah kumparan, yaitu kumparan primer dan

kumparan sekunder. Transformator digunakan secara luas, baik dalam bidang

tenaga listrik maupun elektronika. Penggunaan transformator dalam sistem tenaga

listrik memungkinkan terpilihnya tegangan yang sesuai dan ekonomis untuk tiap-

tiap keperluan, misalnya kebutuhan akan tegangan tinggi dalam pengiriman daya

listrik jarak jauh.

Gambar 2.3. Cara kerja transformator [2]

Transformator menggunakan prinsip elektromagnetik yaitu hukum induksi

faraday, dimana perubahan arus atau medan listrik dapat membangkitkan medan

magnet dan perubahan medan magnet / fluks medan magnet dapat

Universitas Sumatera Utara


9

membangkitkan tegangan induksi. Ketika kumparan primer di hubungkan dengan

sumber tegangan AC (Vp) maka akan mengalir arus pada kumparan primer (Ip).

Perubahan arus (Ip) pada kumparan primer menimbulkan medan magnet yang

berubah berupa fluks magnet (ɸ). Fluks magnet (ɸ) yang berubah tersebut

diperkuat oleh adanya inti besi sehingga dihantarkan ke kumparan sekunder, fluks

magnet (ɸ) tersebut akan memotong kumparan primer (Np) dan sekunder (Ns)

sehingga pada ujung – ujung kumparan primer dan sekunder akan timbul gaya

gerak listrik (GGL) primer (Ep) dan sekunder (Es). Polaritas dari GGL induksi

tersebut berlawanan dengan sumbernya yang dapat dinyatakan dengan Persamaan

(2.1) [2].

dimana N = Jumlah lilitan (Turn)

e = Gaya gerak listrik (Volt)

Nilai gaya gerak listrik (GGL) induksi yang dihasilkan juga dapat

dinyatakan dalam Persamaan (2.2) [2].

Es = 4,44 f Ns ɸ m…………………………..(2.2)

dimana Es = Tegangan induksi (Volt)

F = frekuensi (Hertz)

Ns = jumlah lilitan (Turn)

Universitas Sumatera Utara


10

ɸ m = flux maksimum (Weber)

Gambar 2.4 merupakan transformator yang berada di PLTGU Belawan yang

berfungsi untuk mentrasfer energi listrik dari generator pembangkit ke jaringan

transmisi dengan mengubah besaran tegangan. Transformator dari waktu ke waktu

berkembang semakin besar dengan teknologi konstruksi dan rancang bangun yang

semakin maju.

Gambar 2.4. Konstruksi transformator daya 150 KV [11]

2.3 Proses Terbentuknya Gas Dalam Minyak

Pada saat terjadi ketidaknormalan pada tranformator, minyak isolasi sebagai

rantai hidrokarbon akan terurai akibat besarnya energi ketidaknormalan dan akan

Universitas Sumatera Utara


11

membentuk gas-gas hidrokarbon yang larut dalam minyak isolasi seperti yang

ditunjukkan pada Gambar 2.5.

Gambar 2.5. Dekomposisi minyak isolasi [12]

Pembentukan gas dalam minyak isolasi transformator ditunjukkan pada

Gambar 2.6. H2 dan CH4 mulai terbentuk dalam jumlah kecil di minyak isolasi

transformator pada suhu sekitar 150°C. Produksi CH4, C2H6 dan C2H4 akan turun

seiring dengan kenaikan suhu. Pada suhu sekitar 250°C, produksi C2H6 akan

dimulai. Namun, hot spot pada suhu yang kurang dari 300°C, C2H4 akan sangat

sulit untuk dilihat secara visual. Pada suhu sekitar 350°C, produksi C2H4 akan

dimulai. C2H2 dimulai pada suhu antara 500-700°C. Di masa lalu, keberadaan

C2H2 dengan jumlah sangat kecil dianggap mengindikasikan suhu setidaknya

700°C; namun, baru-baru ini gangguan termal atau hot spot 500°C dapat

menghasilkan sedikit C2H2 dalam jumlah ppm. Jumlah yang lebih besar dari C2H2

hanya dapat diproduksi di atas 700°C dengan internal arcing. Arcing adalah

Universitas Sumatera Utara


12

pelepasan listrik berkepanjangan yang menghasilkan busur api yang nyala

berwarna kontras. Antara suhu 200-300°C, produksi CH4 akan melebihi H2. Mulai

sekitar suhu 275°C dan seterusnya, produksi C2H6 akan melebihi CH4. Pada suhu

sekitar 450°C, produksi H2 melebihi yang lain sampai suhu sekitar 750- 800°C.

Perlu dicatat bahwa H2, CH4 dan CO diproduksi dengan jumlah kecil dikarenakan

penuaan normal.

Gambar 2.6. Tingkat perbandingan evolusi gas dari minyak [13].

Dekomposisi isolasi selulosa seperti pada Gambar 2.7 dimulai sekitar pada

suhu 100°C atau kurang. Jika terdapat gangguan, akan menghasilkan hot spot

internal dengan suhu yang jauh lebih tinggi dan gas yang dihasilkan akan muncul

di pengujian DGA. Partial discharge atau korona adalah tekanan listrik abnormal

Universitas Sumatera Utara


13

yang menghasilkan ionisasi minyak, dan tidak tergantung pada suhunya. Selama

transformator beroperasi, dapat juga mengalami gangguan tegangan listrik atau

termal seperti partial discharge, overheating dan mungkin muncul arching [14].

Gambar
2.7. Dekomposisi kertas isolasi [12]

Dalam standar IEEE C57.104-2008 bahwa dekomposisi panas dari isolasi

selulosa yang diresapi minyak, akan menghasilkan gas CO, CO2 dan beberapa H2,

dan CH4. Tingkat seberapa besar senyawa yang dibentuk tergantung suhu dan

volume material pada transformator tersebut. Rasio CO2/CO kadang-kadang

digunakan sebagai indikator dekomposisi termal selulosa. Rasio ini biasanya lebih

dari tujuh. Untuk rasio CO2/CO, masing-masing nilai CO2 dan CO harus melebihi

5000 μL L 500 μL L (ppm) untuk meningkatkan faktor kepastian, yaitu

rasio sensitif terhadap nilai minimum. Ketika besarnya CO meningkat, rasio

CO2/CO menurun. Ini mungkin menunjukkan kelainan degradasi isolasi selulosa.

[15].

Universitas Sumatera Utara


14

Dalam standar IEC 60599-2015 menyebutkan bahwa karbon monoksida dan

dioksida, serta air terbentuk bersama dengan sejumlah kecil gas hidrokarbon,

furan dan senyawa lainnya. Senyawa furanik dianalisis sesuai dengan IEC 61198,

dan digunakan untuk melengkapi interpretasi DGA dan mengkonfirmasi apakah

isolasi selulosa terlibat dalam suatu gangguan. Pembentukan CO dan CO2

meningkat tidak hanya dengan suhu tetapi juga dengan kandungan oksigen

minyak dan kadar air kertas [16].

Pada Tabel 2.1 terdapat beberapa jenis gangguan yang mungkin terjadi pada

sebuah transformator. Gas dalam minyak selalu dihasilkan dari penguraian bahan

isolasi listrik (minyak atau kertas), sebagai akibat dari gangguan atau reaksi kimia

dalam peralatan. Transformator yang beroperasi dalam beberapa waktu, akan

terdeteksi beberapa gas dalam hasil pengujian DGA [17].

Tabel 2.1. Gas Yang Dihasilkan Berdasarkan Jenis Gangguan [17]

Indication/ Faults CO CO2 CH4 C2H2 C2H4 C2H6 H2 O2 H2O


Cellulose aging
Mineral oil
decomposition
Leaks in oil expansion
systems, gaskets,
welds, etc.
Thermal faults-
Cellulose
Thermal faults in oil
Trace
150ºC - 300ºC
Thermal faults in oil
Trace
300ºC - 700ºC
Thermal faults in oil

Universitas Sumatera Utara


15

>700ºC
Partial Discharge Trace
Arcing

Beberapa gas dapat saja terbentuk dalam jumlah yang besar atau lebih kecil

tergantung pada kandungan energi dari gangguan yang terjadi. Dengan melihat

proporsi yang relatif dari gas yang muncul dalam hasil pengujian DGA,

memungkinkan untuk mengidentifikasi jenis gangguan yang terjadi dalam

transformator selama beroperasi.

2.4 Dissolved Gas Analysis (DGA)

DGA adalah teknik yang andal untuk mendeteksi keberadaan kondisi

gangguan yang baru terjadi pada transformator terendam minyak [18]. DGA

adalah proses untuk menghitung nilai dari gas hidrokarbon yang terbentuk akibat

ketidaknormalan. Gas yang berada dalam transformator dapat berfungsi sebagai

penanda untuk berbagai jenis gangguan [5]. Dari komposisi nilai gas dapat

diprediksi dampak ketidaknormalan yang ada di transformator, apakah terjadi

overheat, arcing atau corona. Gas yang dideteksi dari hasil pengujian DGA

adalah H2, CH4, CO, CO2, C2H4, C2H6, C2H2 [19]. Untuk melakukan analisis

DGA dengan kualitas yang sangat tinggi menggunakan metode photo-acoustic

spectroscopy (PAS) dengan alat GE Kelman Transport X seperti yang ditunjukkan

pada Gambar 2.8. Gas-gas yang diekstraksi dari sampel minyak menggunakan

metode ekstraksi keseimbangan headspace yang sangat stabil kemudian diukur

menggunakan spektroskopi foto-akustik inframerah (sensor semikonduktor untuk

Universitas Sumatera Utara


16

hidrogen). Gas-gas yang telah terurai akan dideteksi oleh detektor berupa sinyal.

Sinyal ini lah yang nantinya digunakan untuk mengetahui jumlah kadar gas

dengan memperhitungkan luas sinyal tiap tiap gas. Pengujian ini mengacu pada

standar ASTM D 3613 [20].

Gambar 2.8. Skema photoacoustic spectroscopy [2]

Konsentrasi gas yang mudah terbakar dan oksigen yang terkandung dalam

minyak sebelum uji, kenaikan suhu harus rendah agar pengukuran volume gas

yang terbatas yang biasanya dihasilkan selama pengujian menjadi akurat [21].

2.5 Flow Chart Prosedur DGA

Universitas Sumatera Utara


17

Prosedur operasi yang memanfaatkan data gas dari sumber yang disebutkan

sebelumnya harus ditindak lanjuti segera setelah terdeteksi awal gas yang mudah

terbakar. Mengacu standar IEEE std C57.104-2008, Gambar 2.9 adalah diagram

alir proses yang disarankan dari deteksi awal gas yang mudah terbakar hingga

penilaian akhir status transformator.

Universitas Sumatera Utara


18

Gas terdeteksi
dalam oli

Bandingkan nilai
dengan Tabel
TDCG (2.2)

Tabel TDCG (2.2) Tabel TDCG (2.2) menunjukkan


menunjukkan Kondisi 2, 3, 4: Kemungkinan
transformator ada masalah
Kondisi 1: Normal

Lanjutkan Ulangi sampel untuk


pengamatan kondisi menemukan laju pembentukan:
normal Lihat 2.7

Terlarut dalam minyak: Lihat


pada Tabel Laju pembentukan
TDCG (2.3)

Investigasi kemungkinan jenis gangguan menggunakan


metode yang dijelaskan dalam Key Gas (2.8), Doernenburg
(2.9), atau Rogers (2.10). Interval resampling awal dan
prosedur operasi yang direkomendasikan.

Sesuaikan interval pengambilan sampel dan prosedur


pengoperasian berdasarkan pada akumulasi data dan
pengalaman

Gambar 2.9. Flow chart prosedur pengujian DGA [15]

Universitas Sumatera Utara


19

2.6 Evaluasi Hasil Pengujian DGA Menggunakan Konsentrasi


Individual Gas dan TDCG

Salah satu metode untuk memantau kerusakan bahan isolasi transformator

dengan menggunakan volume total gas mudah terbakar yang dihasilkan. Volume

total gas yang terbentuk merupakan indikator besarnya gangguan yang sudah

terjadi. Sulit untuk menentukan kondisi transformator jika tidak memiliki riwayat

gas terlarut sebelumnya. Metode ini berguna untuk transformator yang terisi

penuh dengan minyak (tipe konservator) dengan kondisi yang menghasilkan gas

gangguan dalam jumlah kecil. Kondisi ini memerlukan pemantauan berkelanjutan

tetapi belum mengembangkan karakter yang berbeda seperti metode lain untuk

menentukan jenis gangguan yang terjadi pada transformator.

Kriteria empat kondisi telah dikembangkan untuk mengklasifikasikan risiko

pada transformator, kriteria tersebut menggunakan konsentrasi untuk gas terpisah

dan konsentrasi total semua gas yang mudah terbakar. Hasil pengujian DGA

dibandingkan dengan Tabel 2.2 yang menunjukkan nilai batasan standar untuk

mengetahui kondisi minyak transformator berada pada kondisi normal atau ada

indikasi kondisi 2, 3 atau 4.

Tabel 2.2. Batasan konsentrasi gas terlarut (dissolved gas) [15]


Batas konsentrasi key gas terlarut (dissolved key gas) [μL/L (ppm)]
Karbon Karbon
Status Hidrogen Metana Asetilen Etilen Etana
monoksida dioksida TDCG*
(H2) (CH4) (C2H2) (C2H4) (C2H6)
(CO) (CO2)
Kondisi
100 120 1 50 65 350 2500 720
1
Kondisi 121- 2500- 721-
101-700 2-9 51-100 66-100 351-570
2 400 4000 1920
Kondisi 701- 401- 101- 101- 4001- 1921-
10-35 571-1400
3 1800 1000 200 150 10.000 4630
Kondisi
>1800 >1000 >35 >200 >150 >1400 >10.000 >4630
4
*Nilai TDCG tidak termasuk gas CO2 karena bukan merupakan jenis gas yang combustible yang
dapat menyebabkan kebakaran pada transformator.

Universitas Sumatera Utara


20

Jika pernah dilakukan analisis DGA sebelumnya, maka hasil analisis

tersebut harus dipantau untuk melihat apakah hasil analisis stabil, tidak stabil atau

meragukan. Pengujian ulang dapat direkomendasikan jika dipandang perlu. Hasil

analisis gas yang diperoleh dari beberapa laboratorium dapat berbeda.

Kondisi 1: TDCG di bawah level ini mengindikasikan bahwa transformator

beroperasi dengan baik. Bila salah satu gas nilainya melebihi batasan level ini,

maka harus segera dilakukan investigasi.

Kondisi 2: TDCG pada level ini menandakan level gas mudah terbakar

sudah melebihi batas normal. Bila salah satu gas nilainya melebihi batasan level

ini, maka harus segera dilakukan investigasi. Lakukan tindakan untuk

mendapatkan trend (kecenderungan). Kemungkinan telah terjadi gangguan.

Kondisi 3: TDCG pada level ini mengindikasikan terjadinya dekomposisi

tingkat tinggi. Bila salah satu gas nilainya melebihi batasan level ini, maka harus

segera dilakukan investigasi. Lakukan tindakan untuk mendapatkan trend

(kecenderungan). Kemungkinan telah terjadi gangguan.

Kondisi 4: TDCG melebihi batasan nilai ini mengindikasikan terjadinya

pemburukan pada tingkat yang sangat tinggi. Melanjutkan operasi transformator

dapat mengakibatkan kerusakan transformator.

2.7 Menentukan Laju Pembentukan TDCG

Laju pembentukan TDCG >2,8 L (0,1 ft3) per hari dalam transformator

tersebut terdapat gangguan internal yang aktif. Perhitungan laju pembentukan

TDCG [15]:

Universitas Sumatera Utara


21

a. Menghitung jumlah konsentrasi seluruh gas mudah terbakar (dalam µL/L

atau ppm) yaitu semua gas selain CO2, O2, dan N2 pada sampel pertama

dan kedua.

b. Menghitung dengan Persamaan (2.3) [15]:

0 x x 0

R: laju pembentukan gas (liter/hari)

S0: sampel pertama (mikroliter/liter atau ppm)

ST: sampel kedua (mikroliter/liter atau ppm)

V: volume minyak di dalam tangki (liter)

T: waktu (hari)

Tabel 2.3 menunjukkan interval pengambilan sampel awal yang

direkomendasikan dan prosedur pengoperasian transformator untuk berbagai level

TDCG [dalam mikroliter/liter (ppm)]. Tingkat pembentukan gas yang meningkat

menunjukkan adanya masalah yang semakin parah yang terjadi pada

transformator. Oleh karena itu, interval pengambilan sampel minyak

transformator untuk pengujian DGA yang lebih pendek sangat direkomendasikan.

Setelah sumber gas ditentukan dengan analisis, inspeksi, konsultasi, atau

kombinasinya, dan resiko telah dinilai, maka pertimbangan teknis harus

diterapkan untuk menentukan interval pengambilan sampel akhir dan prosedur

pengoperasian transformator. Nantinya hasil pengujian DGA sesuai interval yang

Universitas Sumatera Utara


22

telah ditentukan sangat berguna untuk tindakan pemeliharan transformator yang

akan dilakukan.

Tabel 2.3. Prosedur operasi berdasarkan laju pembentukan TDCG [15]

Level Interval pengambilan sampel dan prosedur


Nilai TDCG pengoperasian untuk tingkat gas yang dihasilkan
TDCG
Kondisi (ppm/hari)
(ppm) Interval
Prosedur Operasi
Sampling
< 10 Tahunan
Operasi secara normal
10 - 30 Setiap 4 bulan
Kondisi
≤ 720 - Analisis gas individual
1
> 30 Bulanan - Tentukan pengaruh pembebanan
terhadap laju pembentukan gas

< 10 Setiap 4 bulan


10 - 30 Bulanan - Analisis gas individual
Kondisi
721 - - Tentukan pengaruh pembebanan
2
1920 >30 Bulanan terhadap laju pembentukan gas

< 10 Bulanan
Kondisi 1921 - - Analisis gas individual
10 - 30 Mingguan - Rencanakan pemadaman
3 4630
- Informasikan ke pabrikan
>30 Mingguan

- Analisis gas individual


< 10 Mingguan - Rencanakan pemadaman
Kondisi - Informasikan ke pabrikan
> 4630
4 10 - 30 Harian - Pertimbangkan untuk penggantian
>30 Harian - Informasikan ke pabrikan

2.8 Evaluasi Hasil Pengujian DGA Menggunakan Metode Key Gas

Apabila nilai salah satu gas ada yang memasuki kondisi 2, maka lakukan

pengujian ulang untuk mengetahui peningkatan pembentukan gas. Berdasarkan

hasil pengujian dapat dilakukan investigasi kemungkinan terjadi kelainan dengan

metode key gas. Teknik berbasis konsentrasi gas utama adalah metode key gas

[22]. Gangguan yang terjadi pada transformator ditandai dengan adanya

Universitas Sumatera Utara


23

komposisi jumlah gas secara individu yang menonjol. Terdapat 4 jenis gangguan

dalam metode key gas yang digunakan dalam mendiagnosis gangguan yang

terjadi.

a. Thermal Oil

Gambar 2.10 menunjukkan adanya gangguan thermal oil sehingga

menghasilkan gas C2H4 dan C2H6 dengan sedikit kuantitas gas H2 dan CH4. Tanda

keberadaan gas C2H2 mungkin terbentuk jika gangguan yang terjadi parah atau

diikuti dengan kontak elektrik [15]. Gas dominan dalam kasus ini adalah C2H4.

Gambar 2.10. Key gas: dominan C2H4 [23]

Perhitungan presentasi gas C2H4 dalam metode key gas untuk kasus
gangguan thermal oil menggunakan Persamaan (2.4):

00C2 H
C2 H
CO H2 CH C2 H C2 H C2 H2

b. Thermal Celullosa

Universitas Sumatera Utara


24

Gambar 2.11 menunjukkan akibat adanya pemanasan isolasi selulosa dalam

keterlibatan suatu gangguan yang terjadi pada transformator sehingga

menghasilkan sejumlah gas CO2 dan CO. Gas hidrokarbon, seperti gas CH4 dan

C2H4 akan terbentuk jika gangguan melibatkan struktur minyak [15]. Gas

dominan dalam kasus ini adalah CO.

Gambar 2.11. Key gas: dominan CO [23]

Perhitungan presentasi gas CO dalam metode key gas untuk kasus gangguan

termal selulosa menggunakan Persamaan (2.5):

00CO
CO
CO H2 CH C2 H C2 H C2 H2

c. Electrical – Partial Discharge

Gambar 2.12 menunjukkan adanya partial discharge dalam keterlibatan

suatu gangguan yang terjadi pada transformator sehingga menghasilkan gas H2

Universitas Sumatera Utara


25

dan CH4 dengan sedikit kuantitas gas C2H6 dan C2H4. Jumlah yang sebanding

antara gas CO dan CO2 mungkin dihasilkan dari energi discharge pada isolasi

selulosa [15]. Gas dominan dalam kasus ini adalah H2.

Gambar 2.12. Key gas: dominan H2 [23]

Perhitungan presentasi gas H2 dalam metode key gas untuk kasus gangguan

partial discharge menggunakan persamaan (2.6):

00H2
H2
CO H2 CH C2 H C2 H C2 H2

d. Electrical -Arching:

Gambar 2.13 menunjukkan adanya arching dalam keterlibatan suatu

gangguan yang terjadi pada transformator sehingga menghasilkan gas H2 dan

Universitas Sumatera Utara


26

C2H2 dan sejumlah gas CH4 dan C2H4. Gas CO2 dan CO akan selalu dibentuk jika

melibatkan gangguan isolasi selulosa dan minyak mungkin terjadi karbonisasi

[15]. Gas dominan dalam kasus ini adalah C2H2.

Gambar 2.13. Key gas: dominan C2H2 [23]

Perhitungan presentasi gas C2H2 dalam metode key gas untuk kasus

gangguan arching menggunakan Persamaan (2.7):

00C2 H2
C2 H2
CO H2 CH C2 H C2 H C2 H2

2.9 Evaluasi Hasil Pengujian DGA Menggunakan Metode Doernenburg

Metode Doernenburg menyarankan keberadaan tiga jenis gangguan umum,

metode ini menggunakan konsentrasi gas dari rasio 1, 2, 3, dan 4 dihitung.

Universitas Sumatera Utara


27

Diagram alur ditunjukkan pada Gambar 2.14 yang mengilustrasikan aplikasi

langkah demi langkah dari metode rasio doernenburg untuk gas yang diekstraksi

hanya dari minyak transformator [15].

Deskripsi langkah-langkah metode Doernenburg yang ditunjukkan pada

Gambar 2.14:

Tidak ada
gangguan
N N
Input H2 CH4 RASIO
Analisis rasio
C2H2 C2H4 C2H6 CO tidak berlaku:
Gas Y Y TES N Ulangi
>2L1 >L1 OK
sampel
Y
R1 = CH4/H2
R2 = C2H2/C2H4
R3 = C2H2/CH4
R4 = C2H6/C2H2

R1 R3 R4 Partial
<0.1
Y <0.3
Y >0.4 Y
discharge
N N N

Gangguan tidak
teridentifikasi:
Ulangi Sampel

N N N
R1 R2 R3 R4 Discharge
0.1-1.0 Y >0.75 Y >0.3 Y <0.4 Y arching
N

Gangguan tdak
teridentifikasi:
Ulangi sampel

N N N
R1 R2 R3 R4 Thermal
>1.0
Y <0.75 Y <3.0 Y >0.4 Y fault

Gambar 2.14. Flow chart metode rasio Doernenburg [15]

Universitas Sumatera Utara


28

Langkah 1: Konsentrasi gas diperoleh dengan mengekstraksi gas dan

memisahkannya dengan kromatografi.

Langkah 2: Jika setidaknya satu dari konsentrasi gas [dalam mikroliter/liter

(ppm)] untuk H2, CH4, C2H2, dan C2H4 melebihi dua kali nilai untuk batas L1

(Tabel 2.4) dan salah satu dari dua gas lainnya melebihi nilai untuk batas L1, unit

dianggap rmengalami gangguan; lanjutkan ke Langkah 3 untuk menentukan

validitas prosedur rasio.

Langkah 3: Menentukan validitas prosedur rasio, jika setidaknya satu gas

di setiap rasio R1, R2, R3, atau R4 melebihi batas L1, prosedur rasio valid; jika

tidak, rasionya tidak signifikan, dan unit tersebut harus ambil sampel ulang dan

diselidiki dengan prosedur alternatif.

Langkah 4: Dengan asumsi bahwa analisis rasio valid, masing-masing rasio

berturut-turut dibandingkan dengan nilai-nilai yang diperoleh dari Tabel 2.5

dalam urutan R1, R2, R3, dan R4.

Langkah 5: Jika semua rasio berikutnya untuk jenis gangguan tertentu

termasuk dalam nilai yang diberikan pada Tabel 2.5, diagnosis yang disarankan

valid.

Tabel 2.4 merupakan batasan L1 yang digunakan dalam metode

Doernenburg dan digunakan untuk memastikan bahwa transformator mengalami

gangguan. Nilai-nilai dalam batasan ini berbeda dengan nilai rasio Doernenburg

namun serupa dengan kondisi 1 pada Tabel 2.2.

Tabel 2.4. Batasan konsentrasi gas terlarut L1 [24]


Gas Konsentrasi L1 [µL/L (ppm)]
Hidrogen (H2) 100

Universitas Sumatera Utara


29

Metana (CH4) 120


Karbon Monoksida (CO) 350
Asetilen (C2H2) 1
Etilen (C2H4) 50
Metana (C2H6) 65
Tabel 2.5 merupakan batasan-batasan untuk rasio Doernenburg yang
digunakan dalam mendiagnosis gangguan yang terjadi pada transformator.
Tabel 2.5. Rasio Doernenburg [15] [25]
(R1) (R2) (R3) (R4)
Diagnosis
CH4/H2 C2H2/C2H4 C2H2/CH4 C2H6/C2H2
gangguan
Oli Oli Oli Oli
1. Dekomposisi
>1.0 <0.75 <0.3 >0.4
Termal
Tidak
2. Partial Discharge <0.1 <0.3 >0.4
Berarti
3. Arcing >0.1-<1.0 >0.75 >0.3 <0.4

2.10 Evaluasi Hasil Pengujian DGA Menggunakan Metode Rogers

Metode rasio Rogers mengikuti prosedur umum yang sama dengan metode

Doernenburg, kecuali hanya tiga rasio (R1, R2, dan R5) yang digunakan. Metode

ini didasarkan pada prinsip degradasi termal yang dijelaskan dalam mekanisme

terbentuknya gas dalam minyak (2.3). Validitas metode ini didasarkan pada

korelasi hasil investigasi kegagalan yang jauh lebih besar dengan analisis gas

untuk setiap kasus. Tetapi, seperti halnya dengan metode Doernenburg, rasio

Rogers dapat memberikan rasio yang tidak sesuai dengan kode diagnostik; Oleh

karena itu, metode analisis lain yang diberikan dalam TDCG (2.6) dan key gas

(2.8) harus dipertimbangkan [15].

Tabel 2.6. memberikan nilai untuk tiga rasio gas utama yang sesuai dengan

diagnosis yang disarankan (kasus). Rasio ini, menurut Rogers, berlaku untuk

Universitas Sumatera Utara


30

kedua gas yang diambil dari ruang gas atau relay dan gas yang diekstraksi dari

minyak. Jenis gangguan (kasus) yang diberikan pada Tabel 2.6 telah dipilih

dengan menggabungkan beberapa kasus dari jumlah jenis gangguan yang awalnya

disarankan oleh Rogers.

Tabel 2.6. Rasio Rogers [15] [24] [26]


R2 R1 R5
Kasus Diagnosis Gangguan
C2H2/C2H4 CH4/H2 C2H4/C2H6
0 <0,1 >0,1-<1,0 <1,0 Unit Normal
1 <0,1 <0,1 <1,0 Densitas energi arching rendah
2 0,1-3,0 0,1-1,0 >3,0 Arching-Energi discharge tinggi
3 <0,1 >0,1-<1,0 1,0-3,0 Temperatur thermal rendah
4 <0,1 >1,0 1,0-3,0 Thermal<700°C
5 <0,1 >1,0 >3,0 Thermal>700°C

2.11 Evaluasi Hasil Pengujian DGA Menggunakan Metode Duval Triangle

Metode rasio rogers dan key gas cukup mudah untuk dilakukan, namun

kelemahan utamanya adalah metode tersebut hanya dapat mendeteksi kasus-kasus

kegagalan yang sesuai dengan Tabel rasio rogers dan key gas. Jika muncul

konsentrasi gas di luar Tabel tersebut, maka metode ini tidak dapat mendeteksi

jenis gangguan yang ada. Hal ini terjadi karena metode rasio rogers dan key gas

merupakan sebuah sistem yang terbuka (open system). Metode segitiga duval

seperti Gambar 2.15 dari standar IEC 60599 digunakan untuk membantu metode-

metode analisis lain.

Metode ini merupakan sistem yang tertutup (closed system) sehingga

mengurangi persentasi kasus di luar kriteria ataupun analisis yang salah. Metode

segitiga duval dibuat oleh Michel Duval pada tahun 1974. Kondisi khusus yang

Universitas Sumatera Utara


31

diperhatikan adalah konsentrasi C2H4, C2H4 dan C2H2. Konsentrasi total ketiga

gas ini adalah 100%, perubahan komposisi dari ketiga jenis gas tersebut

menunjukkan kondisi fenomena gangguan yang mungkin terjadi pada unit yang

diujikan.

Gambar 2.15. Duval triangle [16]

Titik pertemuan dari garis yang merupakan persentase ketiga gas (C2H2,

C2H4 dan CH4) akan berada pada salah satu area seperti pada Gambar 2.15,

dimana area tersebut merepresentasikan kemungkinan gangguan yang terjadi.

Untuk titik koordinat ditentukan dengan rumus (2.8), (2.9), dan (2.10).

00x
C2 H2
x y z
00y
C2 H
x y z

Universitas Sumatera Utara


32

00z
CH
x y z

dimana x, y dan z masing-masing adalah kadar gas cair (µL/L) C2H2, C2H4 dan

CH4 yang ditemukan dalam minyak transformator.

Pada segitiga duval pada Gambar 2.15 terbagi menjadi 7 area [16]:

PD = Partial discharge

DT = Combination of thermal fault and discharge

D1 = Discharge of low energy

D2 = Discharge of high energy

T1 = Thermal fault, t<300ºC

T2 = Thermal fault, 300ºC<t<700ºC

T3 = Thermal fault, t>700ºC

Tabel 2.7 merupakan gambaran umum dari daerah-daerah yang ada di

segitiga Duval, di mana daerah tersebut mewakili kemungkinan terjadinya

gangguan.

Tabel 2.7. Zona batas pada segitiga Duval [16]

Zona Batasan
PD 98% CH4
D1 23% C2H4 13% C2H2
D2 23% C2H4 13% C2H2 40% C2H4 29% C2H2
T1 4% C2H2 20% C2H4
T2 4% C2H2 20% C2H4 50% C2H4
T3 15% C2H2 50% C2H4

2.12 Evaluasi Hasil Pengujian DGA Menggunakan Metode Rasio Basic Gas

Universitas Sumatera Utara


33

Dalam mendiagnosis jenis gangguan transformator, metode ini dianggap

sebagai salah satu metode yang efektif [27]. Ada enam jenis karakteristik seperti

yang direkomendasikan dalam Tabel 2.8 dan berdasarkan pada penggunaan tiga

rasio gas dasar: (C2H2/C2H4; CH4/H2; dan C2H4/C2H6). Tabel 2.8 menunjukkan

hubungan antara tiga rasio dan jenis gangguan pada transformator daya sesuai

dengan standar IEC. Rasio gas dasar sebenarnya hampir mirip dengan metode

rasio Rogers, karena menggunakan tiga rasio gas dasar yang sama. Hanya batas

nilai rasio gas yang membedakan dalam menentukan jenis gangguan.

Tabel 2.8. Rasio basic gas [16] [28]

Karakteristik R2 R1 R5
Kasus Gangguan C2H2/C2H4 CH4/H2 C2H4/C2H6
Non
PD Partial Discharge Significant <0.1 <0.2
Discharge of low 0.1 –
D1 energy >1 0.5 >1
Discharge of high
D2 0.6 – 2.5 0.1 - 1 >2
energy
Thermal fault Non
T1 t < 300OC Significant >1 <1
Thermal fault,
T2 300OC< t < 700OC <0.1 >1 1-4
Thermal fault, t >
T3 700OC <0.2 >1 >4

2.13 Evaluasi Hasil Pengujian DGA Menggunakan Metode Rasio CO2/CO

Seuai standar IEC 60599-2015 bahwa pembentukan CO2 dan CO dari

isolasi kertas yang diresapi minyak dapat meningkat dengan cepat seiring naiknya

suhu. Nilai CO yang tinggi (misalnya 1000 ppm) dan rasio CO2/CO kurang dari 3

Universitas Sumatera Utara


34

umumnya dianggap sebagai indikasi kemungkinan adanya keterlibatan kertas

dalam suatu gangguan, kemungkinan karena karbonisasi.

Namun, dalam beberapa transformator yang baru dengan sistem pernapasan

tertutup atau terbuka (pernapasan bebas) yang beroperasi pada beban konstan, CO

dapat terakumulasi dalam minyak. Hal ini dapat mengarah ke rasio CO2/CO<3,

meskipun tidak ada gangguan apa pun jika tidak ada gas lain seperti H2 atau

hidrokarbon yang terbentuk [16].

Nilai CO2 yang tinggi (>10 000 ppm) dan rasio CO2/CO yang tinggi (>10)

dapat menunjukkan kertas yang terlalu panas (<160°C) atau mengalami oksidasi

minyak, terutama pada transformator dengan sistem pernapasan terbuka. CO2

dapat terakumulasi lebih cepat daripada CO dalam transformator dengan sistem

pernafasan terbuka yang beroperasi pada perubahan beban karena perbedaan

kelarutannya dalam minyak [16].

Dalam beberapa kasus terdapat gangguan yang terjadi dikarenakan

degradasi kertas tetapi tidak menghasilkan gas CO dan CO2 dalam jumlah yang

signifikan dan tidak dapat dideteksi dengan gas-gas ini. Keterlibatan gangguan

oleh kertas tidak hanya didasarkan pada gas CO dan CO2, tetapi harus

dikonfirmasi oleh pembentukan gas lain atau jenis analisis minyak lainnya. Untuk

mendapatkan rasio CO2/CO yang andal dalam peralatan, nilai-nilai CO2 dan CO

harus dikoreksi terlebih dahulu untuk kemungkinan penyerapan CO2 dari udara

atmosfer. Ketika diduga terjadi degradasi kertas yang berlebihan, disarankan

untuk analisis lebih lanjut misalnya senyawa furan atau pengukuran tingkat

polimerisasi sampel kertas [16]. Tabel 2.9 merupakan batasan-batasan nilai rasio

Universitas Sumatera Utara


35

CO2/CO, jika nilai rasio antara 3 sampai dengan 10, maka dianggap sebagai

kondisi normal.

Tabel 2.9. Rasio CO2/CO [28]

Rasio CO2/CO Keterangan

<3 Fault
3-10 Normal
>10 Fault

Universitas Sumatera Utara


BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Instrumen dan Bahan Penelitian

Instrumen Penelitian: Portable Dissolved Gas Analysis GE Kelman Transport X

Bahan Penelitian: Data hasil pengujian DGA pada transformator GT 2.1

pembangkit listrik tenaga gas dan uap (PLTGU) Belawan,

Medan Belawan.

3.2 Pengujian DGA

Transport X seperti yang ditunjukkan Gambar 3.1 menggunakan metode

spektroskopi foto-akustik untuk melakukan analisis DGA dengan kualitas sangat

tinggi, alat tersebut dapat memberikan pengukuran semua gas beserta

kelembabannya.

Gambar 3.1. GE kelman transport x

34

Universitas Sumatera Utara


35

Gas yang diekstraksi dari sampel minyak menggunakan metode ekstraksi

ekuilibrium headspace yang sangat stabil kemudian diukur menggunakan

spektroskopi foto-akustik inframerah (sensor semikonduktor untuk hidrogen).

Transport X juga dapat menguji sampel gas yang diambil dari relai Buchholz.

Untuk tahapan pengujian adalah sebagai berikut:

3.2.1 Pengambilan sampel minyak

Pengambilan sampel minyak untuk pengujian DGA seperti yang

ditunjukkan Gambar 3.2 mengacu pada manual buku GE Kelman Transport X

yang direkomendasikan menggunakan glass sample syringe dilengkapi dengan

kran 3 arah. Volume dan banyaknya sampel disesuaikan dengan peralatan uji

DGA.

Gambar 3.2. Pengambilan sampel minyak pada transformator

Universitas Sumatera Utara


36

Pengambilan sampel minyak dari peralatan listrik berisi minyak untuk

analisis gas terlarut mengacu pada standar internasional IEC 567. Pengambilan

minyak dari transformator tidak boleh terjadi kontak langsung antara minyak

dengan udara bebas (atmosfer). Karena amat besar pengaruhnya bila

bersinggungan dengan udara bebas terhadap hasil pengukuran, maka pengambilan

minyak uji DGA haruslah berhati-hati. Selain itu jangka waktu pengambilan

minyak dengan saat pengujiannya tidak boleh terlalu lama, karena mengakibatkan

kosentrasi kandungan karbon mengendap dan menghasilkan hasil pengujian yang

bukan nilai sebenarnya. Prinsip kerja syringe seperti yang ditunjukkan Gambar

3.3 hampir sama dengan tabung injeksi (suntik), yaitu dengan cara mengisi penuh

bagian ujung syringe dengan membuka katub/valve (membiarkan beberapa saat

minyak memancar keluar) dan diusahakan tidak ada udara yang yang

terperangkap didalamnya.

Gambar 3.3. Stop cock dan syringe sampel minyak 50 ml

Gelembung udara yang terjadi setelah syringe terisi penuh minyak

transformator dikarenakan volume minyak berkurang karena temperatur menurun

harus turut di analisis. Bila sudah yakin tidak ada udara maka katub/valve ditutup,

dilanjutkan menarik piston syringe untuk mengisi tabung dengan minyak sesuai

Universitas Sumatera Utara


37

dengan kebutuhan. Untuk mengambil sampel minyak untuk pengujian DGA

harus menggunakan syringe, selang sampel dan konektor sampel pada valve trafo.

Prosedur pengambilan sampel minyak adalah sebagai berikut:

a. Pemasangan Syringe pada Valve Sampel

Pasang konektor pada valve sampel minyak transformator beserta selang

sampling kemudian pasang selang pada bagian ujung stopcock dan kencangkan.

Siapkan wadah ember untuk pembuangan sampling tepat diatas pengambilan

sampel. Buka perlahan valve pengambilan minyak sehingga minyak akan keluar

dari ujung kiri stopcock, biarkan hingga kira-kira ember terisi minyak 1-2 Liter

(posisi jam 6) seperti yang ditunjukkan Gambar 3.4.

Gambar 3.4. Pemasangan syringe dengan selang sampling

b. Pencucian Syringe

Stopcock dibuka secara perlahan-lahan hingga posisi katup berada diarah

kiri (posisi jam 9) seperti yang ditunjukkan Gambar 3.5, sehingga minyak akan

mengalir mengisi syringe.

Universitas Sumatera Utara


38

Gambar 3.5. Posisi katup syringe untuk memasukkan minyak ke syringe

Jika sudah hampir mendekati 50 ml, siap-siap katup ditutup dengan posisi

katup pada jam 6 seperti yang ditunjukkan Gambar 3.6, agar sampel terkunci

dalam syringe.

Gambar 3.6. Posisi katup untuk mengunci sampel dalam syringe

Minyak yang terdapat dalam isi syringe dibuang dengan cara memutarkan

katup pada posisi jam 12 seperti yang ditunjukkan Gambar 3.7, tuas syringe

didorong secara perlahan sehingga sampel terbuang di ember, (hal ini

dimaksudkan untuk membilas dan membersihkan isi syringe). Lakukan tahap

pembilasan hingga 3 kali.

Universitas Sumatera Utara


39

Gambar 3.7. Posisi katup untuk mengeluarkan sample dari syringe

c. Minyak Sampel yang Akan Diuji

Setelah tiga kali pembilasan pada syringe dengan minyak sampel dari

transformator, kemudian diambil sampel yang keempat sebesar 50 ml seperti yang

ditunjukkan Gambar 3.8 untuk pengujian DGA. Perlu diperhatikan agar tidak ada

gelembung udara dalam syringe tersebut dan catatlah suhu ambient dan suhu oli

pada dial temperature transformator.

Gambar 3.8. Minyak sampel pada syringe yang akan diuji

3.2.2 Pengujian DGA menggunakan kelman transport x

Komponen Transport X seperti yang ditunjukkan Gambar 3.9 dapat

digunakan untuk penyimpanan sampel yang andal selama beberapa hari, asalkan

itu dijauhkan dari sinar matahari langsung dan suhu yang ekstrim. Minyak segera

Universitas Sumatera Utara


40

dibuang setelah sampel diuji untuk meminimalkan risiko kontaminasi pada pipa

yang tidak disengaja.

Gambar 3.9. Botol sampel dan komponennya

Setelah pengambilan minyak sampel dari transformator dianjurkan untuk

menganalisis sampel sesegera mungkin setelah ekstraksi, sehingga meminimalkan

degradasi sampel minyak yang terjadi. Untuk prosedur pengujian adalah sebagai

berikut:

Melakukan pengujian baru dengan memilih start new measurement di layar

menu utama seperti yang ditunjukkan Gambar 3.10.

Universitas Sumatera Utara


41

Gambar 3.10. Tampilan menu utama kelman transport x

Pengguna harus memilih jenis peralatan yang akan dianalisis dari opsi yang

tersedia seperti yang ditunjukkan Gambar 3.11. Pilihan ini penting untuk database

dan opsi diagnosis untuk sampel yang diuji.

Gambar 3.11. Tampilan jenis peralatan


Kemudian tekan tombol next (pilihan default ditampilkan dengan warna

merah). Transport X sekarang meminta agar informasi untuk basis data yang

berkaitan dengan lokasi peralatan dan identifikasi peralatan (ID) dimasukkan ke

dalam memori. Kemudian pilih menu oil sample seperti yang ditunjukkan Gambar

3.12, karena gas berasal dari minyak transformator.

Gambar 3.12. Tampilan menu pilihan sumber sampel

Universitas Sumatera Utara


42

Pada titik ini, ketika semua informasi yang diperlukan telah dimasukkan ke

dalam database, ringkasan rincian pengukuran baru ditampilkan di layar Detail.

Pengguna diminta untuk memeriksa dan mengkonfirmasi semua informasi yang

telah dimasukkan ke dalam basis data seperti yang ditunjukkan Gambar 3.13.

Gambar 3.13. Tampilan detail informasi

Ini adalah persyaratan bahwa botol kering yang bersih harus digunakan

untuk setiap tes. Gambar 3.14 menunjukkan layar instruksi awal untuk proses

pengujian layar Install Bottle Instructions. Ikuti instruksi pada layar dan

hubungkan botol sampel ke Transport X. Tekan tombol next untuk melanjutkan

dengan proses pengujian. Unit mempersiapkan sampel oli dengan terlebih dahulu

"purging" dengan udara sekitar, dan kemudian secara otomatis melakukan

pengukuran referensi nol. Pengguna memilih waktu purging yang diperlukan,

biasanya antara 5 dan 10 menit. Standarnya adalah 5 menit, tetapi purging yang

lebih lama dapat membantu menghilangkan kontaminasi dari sampel sebelumnya,

misalnya dari sampel minyak tap changer.

Universitas Sumatera Utara


43

Gambar 3.14. Tampilan menu install bottle

Ketika purging selesai, unit secara otomatis menghitung konsentrasi gas di

udara dari Transport X/kombinasi botol sampel kering untuk memberikan

referensi nol untuk pengukuran sampel menggunakan botol sampel yang dipilih.

Syringe dihubungkan ke botol sampel seperti yang ditunjukkan Gambar

3.15.

Gambar 3.15. Pemasangan botol sampel pada transport x

Universitas Sumatera Utara


44

Katup three-way kemudian diputar 90 derajat seperti yang ditunjukkan

Gambar 3.16 untuk membuka jalur minyak dari jarum suntik ke botol. Setelah

minyak mengalir semua ke dalam botol sampel, syringe kemudian dilepas dan

suhu minyak diukur. Ini untuk menghindari kondensasi dalam pekerjaan pipa

internal sistem. Oleh karena itu disarankan agar minyak panas tidak diuji, dan

perlu waktu untuk mendinginkannya. Jika suhu oli lebih tinggi dari suhu sel

internal, maka analisis sampel tidak akan dilanjutkan.

Gambar 3.16. Penyuntikan minyak dari syringe ke botol sampel

Setelah pengukuran suhu oli dilakukan, Transport X memulai proses

pengukuran gas terlarut dalam sampel oli. Proses dalam pengukuran ditunjukkan

oleh tampilan dari layar Transport X seperti yang ditunjukkan Gambar 3.17.

Pengukuran membutuhkan waktu sekitar 22 menit untuk menyelesaikannya.

Universitas Sumatera Utara


45

Gambar 3.17. Tampilan pengukuran konsentrasi gas terlarut

Ketika prosedur pengukuran selesai, hasil pengukuran ditampilkan pada

layar Transport X seperti Gambar 3.18. Ini menunjukkan tingkat konsentrasi

berbagai gas terlarut dan tingkat Total Dissolved Combustible Gas (TDCG) yang

telah diukur dalam sampel minyak. Persentasi relative saturation (%RS) dari

sampel juga ditampilkan dalam pengukuran ini. Data konsentrasi gas terlarut dari

hasil pengujian DGA selanjutnya akan digunakan untuk evaluasi jenis gangguan

dengan standar yang berlaku.

Gambar 3.18. Tampilan hasil konsentrasi gas terlarut

Universitas Sumatera Utara


46

3.3 Diagram Alur Penelitian

Diagram alur penelitian ini, tertera di Gambar 3.19:

Mulai

Identifikasi Masalah
(Gas Mudah Terbakar Melebihi Batas Normal)

Studi Literatur

Pengambilan Data
(DGA)
Tidak
Sesuai
Ya
Evaluasi Hasil Pengujian
DGA Sesuai Standar Acuan :
1. IEEE Std C57.104-2008
A. TDCG
B. Key Gas
C. Rasio Doernenburg
D. Rasio Rogers

2. IEC 60599-2015
A. Duval Triangle
B. Rasio Basic Gas
C. Rasio CO2/CO

Tidak
Sesuai

Ya
Analisis Kondisi Transformator Untuk
Menentukan Tindakan Pemeliharaan

Tidak
Sesuai

Ya
Selesai

Universitas Sumatera Utara


47

Gambar 3.19. Diagram alur penelitian


Pada proses penelitian ini, ada beberapa tahapan yang akan dilakukan,

antara lain:

a. Identifikasi Masalah

Merupakan bagian dari kegiatan penelitian untuk mendapatkan Gambaran

yang menjadi permasalahan yang ada dan menjadi langkah awal dalam penelitian.

Dalam penelitian ini, terdapat beberapa kasus yang terjadi pada minyak

transformator. Terdapat konsentrasi gas yang mudah terbakar seperti CO, C2H2,

dan C2H6 yang sudah melewati batas normal. Hal itu dapat membuat performa

dalam pengoperasian transformator menjadi tidak maksimal, bahkan dapat

menyebabkan terjadinya kebakaran.

b. Studi Literatur

Setelah mengidentifikasikan masalah yang ada, mencari referensi teori yang

relefan dengan kasus atau permasalahan yang ditemukan dalam penelitian ini.

Referensi yang digunakan dalam penelitian ini adalah buku, jurnal, standar, dan

artikel-artikel dari internet yang berkaitan dengan Dissolved Gas Analysis dan

minyak transformator.

c. Pengambilan Data

Pengambilan data dilakukan secara langsung untuk memperoleh informasi

yang dibutuhkan dalam rangka mencapai tujuan penelitian ini. Pengambilan data

dengan cara melakukan pengujian DGA secara langsung menggunakan alat GE

Kelman Transport X pada minyak transformator GT 2.1. Dari hasil pengujian

didapatkan nilai-nilai yang diperlukan sebagai bahan untuk pengolahan data dan

analisis.

Universitas Sumatera Utara


48

d. Pengolahan Data

Melakukan pengolahan terhadap data-data yang ada dengan cara

mengevaluasi jenis gangguan dengan standar acuan IEEE std C57.104-2008 dan

IEC 60599-2015. Dari hasil pengolahan data akan dianalisis untuk mencari solusi

dari permasalahan yang ada.

e. Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan diberikan untuk menjawab permasalahan yang diangkat dalam

penelitian ini serta saran yang berkaitan dengan hal-hal yang diharapkan dapat

memberi masukan dalam penelitian ini.

f. Pembuatan laporan

Pembuatan laporan merupakan tahap akhir dari penelitian ini. Pembuatan

laporan merupakan bentuk dokumentasi ilmiah dari tesis yang berjudul “Dissolved

Gas Analysis (DGA) Untuk Diagnosis Gangguan Pada Transformator Daya

PLTGU PT PLN (Persero) Unit Pelaksana Pembangkitan Belawan”.

Universitas Sumatera Utara


BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Transformator GT 2.1 PLTGU Belawan

Tabel 4.1 menunjukkan name plate transformator daya pada pembangkit

listrik tenaga gas dan uap yang digunakan sebagai penelitian. Transformator

tersebut dibuat pada tahun 1993 dengan kapasitas daya yang terpasang 172 Mega

Volt Ampere (MVA) dan jenis sistem pendinginnya adalah Oil Natural Air

Forced (ONAF). Jenis minyak yang digunakan adalah shell diala dengan berat

minyak dalam tanki transformator sebesar 40500 kg. Berat minyak yang berada

dalam tanki transformator sebesar 40.500 kg. Transformator ini dipilih untuk

dijadikan sebagai penelitian, karena ada sejumlah gas yang telah melebihi batas

nilai normal.

Tabel 4.1. Name plate transformator

No. Keterangan
1 KKS 21 BAT 01
2 Merk Union
3 Vector Group Ynd11
ONAN 138
4 ONAF 1 155
ambient temp
ONAF 2 172
Shell Diala B + Shell
5 Type Of Oil
S2-ZUI
6 Oil weight 40.500 kg (46767 Liter)
7 Total mass 183.000 kg
8 Ambient temperature max. 40º C

48

Universitas Sumatera Utara


49

9 Year of manul 1993


4.2 Hasil Pengujian Dissolved Gas Analysis Transformator Daya GT 2.1

Tabel 4.2 menunjukkan hasil uji DGA bahwa ada beberapa gas seperti

C2H2, C2H6, karbon monoksida CO dan CO2 yang telah melebihi batas kondisi 1.

Bahkan etana (C2H6) pada sampel uji DGA tanggal 28 juni 2018 berada pada

kondisi 4, yang dapat menimbulkan resiko bagi pengoperasian transformator.

Tentu saja ada gangguan yang terjadi pada transformator, tetapi untuk mencari

jenis gangguan menggunakan metode lain. Dalam hal ini total dissolved

combustible gas (TDCG) digunakan untuk memantau masing-masing gas yang

mudah terbakar yang larut dalam minyak termasuk kondisi normal atau abnormal,

selain itu digunakan juga untuk melihat trend kenaikan atau penurunan pada

konsentrasi gas yang mudah terbakar.

Tabel 4.2. Hasil pengujian DGA transformator GT 2.1

Hasil Pengujian (ppm)


Parameter
28/6/2018 18/12/2018 26/6/2019 18/12/2019
Hidrogen (H2) 7,8 6,9 5 53
Metana (CH4) 50 26,9 25 23
Asetilen (C2H2) 1,1 0 0 0
Etilen (C2H4) 44,1 14,9 14,6 5
Etana (C2H6) 209,6 23 23,2 12
Karbon Monoksida (CO) 714,2 730,7 731,8 878
Karbon Dioksida (CO2) 3821 3360 3487 3955
TDCG 1.026,8 802,4 799,6 971

Gambar 4.1 menunjukkan grafik total gas terlarut yang mudah terbakar yang

diukur dalam transformator daya dalam bagian per juta (ppm) selama 2 tahun.

Universitas Sumatera Utara


50

Total dissolved combustible gas (TDCG) pada pengujian DGA yang dilakukan di

tahun 2018-2019, hasilnya berada pada kondisi 2.

1.050,0 1.026,8

1.000,0 971
Bagian Per Sejuta (ppm)

950,0

900,0

850,0
802,4 799,6
800,0

750,0
28-Jun-18 18-Des-18 26-Jun-19 18-Des-19
Tanggal Pengujian

Gambar 4.1. Grafik TDCG hasil uji DGA transformator GT 2.1

TDCG pada sampel kedua mengalami penurunan karena utilitas melakukan

Tindakan pemeliharaan berupa purifikasi minyak. TDCG pada sampel keempat

mengalami kenaikan yang berarti konsentrasi individual gas terlarut dalam

minyak ada yang mengalami kenaikan dan harus dilakukan monitoring kenaikan.

Hal tersebut akan mempermudah dalam analisis untuk mengevaluasi jenis-jenis

gangguan yang terjadi pada transformator. Kenaikan TDCG hanya terjadi pada

sampel pengujian keempat dan dengan menghitung laju pembentukan konsentrasi

seluruh gas mudah terbakar menggunakan Persamaan (2.3):

x x 0

Universitas Sumatera Utara


51

7 7 x 7 7x 0
75

= 0,045 liter/hari

hasilnya laju pembentukan gas yang terjadi pada transformator sebesar 0,045

liter/hari. Karena TDCG berada pada kondisi 2, maka tindak lanjut pengambilan

sampel pengujian DGA berikutnya sesuai dengan tabel 2.3 direkomendasikan

setiap 4 bulan sekali.

Gambar 4.2 menunjukkan grafik individual gas H2 yang diukur dalam

transformator daya dalam bagian per juta (ppm) selama 2 tahun. Hasil uji DGA

untuk gas H2 secara keseluruhan berada pada kondisi 1. Namun pada pengujian

DGA yang terakhir, gas H2 mengalami kenaikan yang signifikan dari 5 ppm naik

menjadi 53 ppm yang berarti transformator mengalami hot spot.

60
53

50
Bagian Per Sejuta (ppm)

40

30

20

7,8 6,9
10 5

0
28-Jun-18 18-Des-18 26-Jun-19 18-Des-19
Tanggal Pengujian

Gambar 4.2. Grafik gas H2 hasil DGA pada transformator GT 2.1

Universitas Sumatera Utara


52

Gas H2 mulai terbentuk dalam jumlah kecil di minyak isolasi transformator

pada suhu sekitar 150°C [13]. Berarti transformator tersebut pernah mengalami

hot spot dengan temperature >150°C. Pada suhu sekitar 450°C, produksi gas H2

melebihi yang lain sampai suhu sekitar 750- 800°C [13]. Jika dilihat dari hasil

pengujian DGA minyak transformator tersebut, jumlah gas hidrogen H2 belum

ada yang melebihi gas- gas yang lainnya. Hal itu berarti, bahwa transformator

mengalami hot spot pada temperature 150- 450°C.

Gambar 4.3. menunjukkan grafik individual gas CH4 yang diukur dalam

transformator daya dalam bagian per juta (ppm) selama 2 tahun. Hasil uji DGA

untuk gas CH4 secara keseluruhan berada pada kondisi 1.

55
50
50
Bagian Per Sejuta (ppm)

45

40

35

30 26,9
25
25 23

20
28-Jun-18 18-Des-18 26-Jun-19 18-Des-19
Tanggal Pengujian

Gambar 4.3 Grafik gas CH4 hasil DGA pada transformator GT 2.1

Gas CH4 mulai terbentuk dalam jumlah kecil di minyak isolasi

transformator pada suhu sekitar 150°C [13]. Produksi gas CH4 akan turun seiring

dengan kenaikan suhu. [13]. Konsentrasi individual gas CH4 tanggal 28 juni 2018

Universitas Sumatera Utara


53

sebesar 50 ppm berangsur-angsur turun hingga menjadi 23 ppm. Hal tersebut

dapat terjadi, karena hot spot yang terjadi pada transformator mengalami kenaikan

suhu. Produksi gas CH4 pada sampel uji tanggal 28 juni 2018 melebihi gas H2,

yang berarti transformator mengalami hot spot pada temperature 200-300°C.

Untuk mengantisipasi terjadinya perubahan konsentrasi gas yang mudah terbakar,

maka diperlukan pengujian DGA secara berkala sesuai jadwal yang telah

ditentukan.

Gambar 4.4 menunjukkan grafik individual gas C2H2 yang diukur dalam

transformator daya dalam bagian per juta (ppm) selama 2 tahun. Hasil uji DGA

untuk gas C2H2 pada sampel uji tanggal 28 juni 2018 berada pada kondisi 2.

Namun pada pengujian DGA selanjutnya, gas C2H2 mengalami penurunan nilai

dari 1,1 ppm menjadi 0 ppm dan berada pada kategori kondisi 1 yang berarti

normal karena utilitas melakukan Tindakan pemeliharaan berupa purifikasi

minyak.

1,2 1,1

1
Bagian Per Sejuta (ppm)

0,8

0,6

0,4

0,2
0 0 0
0
28-Jun-18 18-Des-18 26-Jun-19 18-Des-19
Tanggal Pengujian

Gambar 4.4. Grafik gas C2H2 hasil DGA pada transformator GT 2.1

Universitas Sumatera Utara


54

Gas C2H2 dimulai pada suhu antara 500-700°C [13], jika dalam pengujian

terdeteksi adanya gas C2H2 berarti transformator tersebut mengalami hot spot

dengan temperature >500°C. Di masa lalu, keberadaan gas C2H2 dengan jumlah

sangat kecil dianggap mengindikasikan suhu setidaknya 700°C; namun, baru-baru

ini gangguan termal atau hot spot 500°C dapat menghasilkan sedikit gas asetilen

C2H2 dalam jumlah ppm [13]. Jumlah yang lebih besar dari C2H2 hanya dapat

diproduksi di atas 700°C dengan internal arcing. Karena hasil pengujian DGA

menunjukkan gas C2H2 dalam jumlah yang sedikit, berarti hot spot yang dialami

oleh transformator tersebut <700°C. Dengan demikian transformator pernah

mengalami hot spot dengan temperature 500-700°C.

Gambar 4.5 menunjukkan grafik individual gas C2H4 yang diukur dalam

transformator daya dalam bagian per juta (ppm) selama 2 tahun. Hasil uji DGA

untuk gas C2H4 secara keseluruhan berada pada kondisi 1.

50 44,1
45
Bagian Per Sejuta (ppm)

40
35
30
25
20 14,9 14,6
15
10 5
5
0
28-Jun-18 18-Des-18 26-Jun-19 18-Des-19
Tanggal Pengujian

Gambar 4.5. Grafik gas C2H4 hasil DGA pada transformator GT 2.1

Universitas Sumatera Utara


55

Hot spot pada suhu yang kurang dari 300°C gas C2H4 akan sangat sulit

untuk dilihat secara visual, pada suhu sekitar 350°C produksi gas C2H4 akan

dimulai namun produksi gas C2H4 akan turun seiring dengan kenaikan suhu [13].

Konsentrasi individual gas C2H4 tanggal 28 juni 2018 sebesar 44,1 ppm

mengalami penurunan nilai hingga menjadi 5 ppm yang berarti transformator

mengalami hot spot dengan temperature lebih dari 350°C.

Gambar 4.6 menunjukkan grafik individual gas C2H6 yang diukur dalam

transformator daya dalam bagian per juta (ppm) selama 2 tahun. Sampel uji DGA

tanggal 28 juni 2018 produksi gas C2H6 melebihi gas CH4, berarti transformator

mengalami hot spot dengan temperature lebih dari 275°C.

250
209,6
Bagian Per Sejuta (ppm)

200

150

100

50 23 23,2
12
0
28-Jun-18 18-Des-18 26-Jun-19 18-Des-19
Tanggal Pengujian

Gambar 4.6. Grafik gas C2H6 hasil DGA pada transformator GT 2.1

Hasil uji DGA untuk gas C2H6 tanggal 28 juni 2018 berada pada kondisi 4

yang berarti ini mengindikasikan terjadinya pemburukan pada tingkat yang sangat

tinggi. Melanjutkan operasi transformator dapat mengakibatkan kerusakan

Universitas Sumatera Utara


56

transformator. Utilitas kemudian melakukan tindakan pemeliharaan dengan

mempurifikasi minyak transformator tersebut. Setelah dilakukan purifikasi

hasilnya gas C2H6 mengalami penurunan nilai dari 209,6 ppm menjadi 23 ppm

dan termasuk kategori kondisi 1 yang berarti normal. Transformator dapat

dioperasikan kembali secara normal dengan memperhatikan trend

(kecenderungan) konsentrasi gas C2H6 agar nilainya tidak melebihi batasan yang

diizinkan.

Gambar 4.7 menunjukkan grafik individual gas CO yang diukur dalam

transformator daya dalam bagian per juta (ppm) selama 2 tahun. Hasil uji DGA

untuk gas CO pada semua sampel uji berada pada kondisi 3 yang berarti ini

mengindikasikan terjadinya pemburukan pada tingkat tinggi. Gas CO tersebut

nantinya akan digunakan untuk metode rasio CO2/CO guna membantu identifikasi

awal akan adanya kasus degradasi kualitas isolasi kertas.

Universitas Sumatera Utara


57

900
878
880

860

840
Bagian Per Sejuta (ppm)

820

800

780

760

740 730,7 731,8

720 714,2

700
28-Jun-18 18-Des-18 26-Jun-19 18-Des-19
Tanggal Pengujian

Gambar 4.7. Grafik gas CO hasil DGA pada transformator GT 2.1

Gambar 4.8 menunjukkan grafik individual gas CO2 yang diukur dalam

transformator daya dalam bagian per juta (ppm) selama 2 tahun. Hasil uji DGA

untuk gas CO2 pada semua sampel uji berada pada kondisi 2 yang ini menandakan

level gas mudah terbakar sudah melebihi batas normal.

Universitas Sumatera Utara


58

4000 3955

3900
Bagian Per Sejuta (ppm)
3821
3800

3700

3600
3487
3500

3400 3360

3300
28-Jun-18 18-Des-18 26-Jun-19 18-Des-19
Tanggal Pengujian

Gambar 4.8. Grafik gas CO2 hasil DGA pada transformator GT 2.1

Gas CO2 tidak termasuk nilai TDCG dan bukan merupakan jenis gas

combustible. Gas CO2 yang bernilai tinggi kemungkinan diakibatkan tangki

transformator yang bocor atau kurang rapat, sehingga gas yang berada di atmosfer

dapat mempengaruhi nilai DGA pada minyak. Gas CO2 tersebut nantinya akan

digunakan untuk metode rasio CO2/CO guna membantu identifikasi awal akan

adanya kasus degradasi kualitas isolasi kertas.

4.3 Evaluasi Hasil Pengujian DGA Pada Sampel Tanggal 28 Juni 2018

a. Evaluasi Hasil Pengujian DGA Menggunakan Metode TDCG (IEEE)

Hasil uji DGA pada Tabel 4.3 menunjukkan bahwa H2, CH4, dan C2H4

berada pada kondisi 1 yang berarti normal. Ada beberapa gas seperti C2H2 dan

CO2 berada pada kondisi 2, sementara gas CO berada pada kondisi 3. Bahkan

C2H6 dalam kondisi 4, yang dapat menimbulkan risiko bagi pengoperasian

transformator. Untuk nilai total dissolved combustible gas berada pada kondisi 2.

Universitas Sumatera Utara


59

Dalam hal ini TDCG digunakan untuk memantau masing-masing gas yang mudah

terbakar yang larut dalam minyak termasuk kondisi normal atau abnormal.

Tabel 4.3. Hasil pengujian DGA 28 juni 2018

Standar IEEE C57.104-2008


Hasil Pengujian
Parameter Keterangan
(ppm)
Hydrogen (H2) 7,8 Kondisi 1
Methane (CH4) 50 Kondisi 1
Acetylene (C2H2) 1,1 Kondisi 2
Ethylene (C2H4) 44,1 Kondisi 1
Ethane (C2H6) 209,6 Kondisi 4
Carbon Monoxide (CO) 714,2 Kondisi 3
Carbon Dioxide (CO2) 3.821 Kondisi 2
Total Dissolved Combustible Gas (TDCG) 1.026,8 Kondisi 2

b. Evaluasi Hasil Pengujian DGA Menggunakan Metode Key Gas (IEEE)

Perhitungan presentasi metode key gas adalah sebagai berikut:

00C2 H
C2 H
CO H2 CH C2 H C2 H C2 H2

00 x
7 2 7 50 20

0
02

00CO
CO
CO H2 CH C2 H C2 H C2 H2

00 x 7 2
7 2 7 50 20

Universitas Sumatera Utara


60

7 20
02

00H2
H2
CO H2 CH C2 H C2 H C2 H2

00 x 7
7 2 7 50 20

7 0
02

00C2 H2
C2 H2
CO H2 CH C2 H C2 H C2 H2

00 x
7 2 7 50 20

0
02

Gambar 4.9 menunjukkan bahwa dari hasil uji DGA pada tanggal 28 juni

2018 menggunakan metode key gas, diperoleh proporsi relatif masing-masing gas

dalam minyak. Dari hasil perhitungan didapat persentase 69,6% CO; 4,3% C2H4;

0,8% H2; dan 0,1% C2H2. Ini berarti bahwa gas yang paling dominan dalam

minyak menggunakan metode key gas adalah karbon monoksida seperti yang

ditunjukkan pada Gambar 4.9. Gas pengunci ini (CO) menunjukkan bahwa jenis

gangguan yang dialami oleh transformator adalah thermal cellulose.

Universitas Sumatera Utara


61

Relative Proportion %
Key Gas Method Result

100,0
80,0 69,6
60,0
40,0
20,0
4,3 0,8 0,1
0,0
THERMAL OIL CELLULOSE (CO) PD (H2) ARCING (C2H2)
(C2H4)
Fault Type

Gambar 4.9. Hasil evaluasi menggunakan metode key gas

c. Evaluasi Hasil Pengujian DGA Menggunakan Metode Rasio Doernenburg


(IEEE)

Perhitungan rasio metode Doernenburg adalah sebagai berikut:

CH
H2

50
7

C2 H2
2
C2 H

0 02 0 75

C2 H2
CH

Universitas Sumatera Utara


62

50

0 02 0

C2 H
C2 H2

20

0 55 0

Dari data yang tersedia dilakukan perhitungan dengan menggunakan rasio

Doernenburg, hasil perhitungan dapat dilihat pada Tabel 4.4. Rasio yang

diperoleh dari hasil pengujian pada sampel tanggal 28 juni 2018 adalah R1> 1,0;

R2 <0,75; R3 <0,3; dan R4> 0,4. Metode rasio Doernenburg menunjukkan bahwa

gangguan pada transformator adalah thermal decomposition.

Tabel 4.4. Hasil evaluasi menggunakan metode rasio Doernenburg


Rasio Doernenburg (Standar IEEE C57.104-2008)
Suggested Fault R1 R2 R3 R4
No.
Diagnosis CH4/H2 C2H2/C2H4 C2H2/CH4 C2H6/C2H2
1 Thermal Decompotion >1 <0.75 <0.3 >0.4
2 Partial Discharge <0.1 - <0.3 >0.4
3 Arcing >0.1-<1.0 >0.75 >0.3 <0.4

d. Evaluasi Hasil Pengujian DGA Menggunakan Metode Rasio Rogers

Perhitungan rasio metode Rogers adalah sebagai berikut:

C2 H2
2
C2 H

0 02 0

Universitas Sumatera Utara


63

CH
H2
50
7
0
C2 H
5
C2 H

20

02 .0

Dari data yang tersedia dilakukan perhitungan dengan menggunakan rasio

roger, hasil perhitungan dapat dilihat pada Tabel 4.5. Dalam studi kasus ini,

metode rasio Roger tidak dapat mendeteksi gangguan transformator.

Tabel 4.5. Hasil evaluasi menggunakan metode rasio Roger


Rasio Roger (Standar IEEE C57.104-2008)
R2 R1 R5
No. Case KATEGORI
C2H2/C2H4 CH4/H2 C2H4/C2H6
1 CASE 0 <0.1 >0.1-<1.0 <1.0 NORMAL
2 CASE 1 <0.1 <0.1 <1.0 PARTIAL DISCHARGE
3 CASE 2 0.1-3.0 0.1-1.0 >3.0 ARCING
4 CASE 3 <0.1 >0.1-<1.0 1.0-3.0 LOW TEMPERATURE THERMAL
5 CASE 4 <0.1 >1.0 1.0-3.0 THERMAL <700°C
6 CASE 5 <0.1 >1.0 >3.0 THERMAL >700°C

Jika dilihat dari nilai rasio yang diperoleh menunjukkan R2<0,1 dan R1>1,

ini akan mengarah pada kasus 4 dan 5. Dalam kasus ini diagnosis gangguan

dengan 3 rasio gas dasar yang digunakan dalam metode ini, masih belum akurat.

Tetapi untuk memvisualisasikan karakteristik gangguan dapat menggunakan

Universitas Sumatera Utara


64

representasi yang diberikan dalam Tabel 4.5 dan mencari yang paling dekat

dengan kasus ini.

e. Evaluasi Hasil Pengujian DGA Menggunakan Metode Segitiga Duval (IEC)

Jika semua konsentrasi gas yang mudah terbakar dalam minyak

transformator berada dalam kondisi 1, tidak diperlukan analisis lebih lanjut

menggunakan metode segitiga Duval. Karena kondisi 1 gas mudah terbakar

mengGambarkan bahwa transformator masih sehat dan layak untuk dioperasikan.

Hanya gas transformator yang mudah terbakar yang berada di luar kondisi 1 yang

akan dianalisis lebih lanjut untuk menentukan kemungkinan penyebab gangguan.

Dalam makalah ini, selain menggunakan metode dari IEEE, juga menggunakan

metode IEC untuk mengkonfirmasi diagnosis jenis gangguan yang terjadi.

Perhitungan persentase ketiga gas yang digunakan untuk menentukan koordinat

metode segitiga Duval:

00C2 H2
C2 H2
C2 H2 C2 H CH

00 x
50

0
52

00C2 H
C2 H
C2 H2 C2 H CH

00 x
50

0
52

Universitas Sumatera Utara


65

00CH
CH
C2 H2 C2 H CH

00 x 50
50

5000
52

52 52

Dari hasil uji DGA pada tanggal 28 juni 2018 dilakukan perhitungan dengan

menggunakan metode segitiga duval dengan hasil 1,15% C2H2; 46,32% C2H4;

52,52% CH4. Setelah mendapatkan persentase dari tiga gas, persentase digunakan

untuk memplot segitiga Duval seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4.10.

Koordinat jenis gangguan sesuai dengan metode ini ditunjukkan lingkaran merah

pada Gambar 4.10 yang berarti berada di zona T2. Ini berarti bahwa transformator

mengalami gangguan termal (300OC< t < 700 OC).

Gambar 4.10. Koordinat gangguan pada segitiga Duval

Universitas Sumatera Utara


66

f. Evaluasi Hasil Pengujian DGA Menggunakan Metode Rasio Basic Gas

(IEC)

Dalam mendiagnosis jenis gangguan transformator, metode ini dianggap

sebagai salah satu metode yang efektif. Ada enam jenis karakteristik seperti yang

direkomendasikan dalam Tabel 2.8 dan berdasarkan pada penggunaan tiga rasio

gas dasar: (C2H2/C2H4; CH4/H2; dan C2H4/C2H6). Rasio gas dasar sebenarnya

hampir mirip dengan metode rasio Rogers, karena menggunakan tiga rasio gas

dasar yang sama. Hanya batas nilai rasio gas yang membedakan dalam

menentukan jenis gangguan. Perhitungan rasio metode baic gas adalah sebagai

berikut:

C2 H2
2
C2 H

0 02 N

CH
H2

50
7

C2 H
5
C2 H

20

02

Universitas Sumatera Utara


67

Dari data yang tersedia dilakukan perhitungan dengan menggunakan rasio

basic gas, hasil perhitungan dapat dilihat pada Tabel 4.6. Rasio yang diperoleh

dari hasil pengujian pada sampel tanggal 28 juni 2018 adalah R2>Non Significant

(NS); R1>1; dan R5<1. Metode rasio basic gas menunjukkan bahwa gangguan

pada transformator adalah gangguan termal dengan suhu <300O C.

Tabel 4.6. Hasil evaluasi menggunakan metode rasio basic gas

Rasio Basic Gas (Standar IEC 60599-2015)


Karakteristik
Kasus C2H2/C2H4 CH4/H2 C2H4/C2H6
Gangguan

PD Partial Discharge Non Significant <0.1 <0.2

Discharge of low
D1 >1 0.1 – 0.5 >1
energy
Discharge of high
D2 0.6 – 2.5 0.1 - 1 >2
energy
Thermal fault t
T1 Non Significant >1 <1
< 300OC
Thermal fault,
T2 <0.1 >1 1-4
300OC< t < 700OC
Thermal fault, t >
T3 <0.2 >1 >4
700OC

g. Evaluasi Hasil Pengujian DGA Menggunakan Metode Rasio CO2/CO (IEC)

Perhitungan metode rasio CO2/CO adalah sebagai berikut:

CO2
CO2 CO
CO

2
7 2

5 5 0

Universitas Sumatera Utara


68

Dari data yang tersedia dilakukan perhitungan dengan menggunakan rasio

CO2/CO, hasil perhitungan dapat dilihat pada Tabel 4.7. Rasio yang diperoleh dari

hasil pengujian pada sampel tanggal 28 juni 2018 adalah 5,35. Metode rasio

CO2/CO menunjukkan transformator dalam kondisi normal, dianggap tidak ada

indikasi kemungkinan adanya keterlibatan kertas dalam suatu gangguan.

Pembentukan CO dan CO2 meningkat tidak hanya dengan suhu tetapi juga dengan

kandungan oksigen minyak dan kadar air kertas [16]. Untuk rasio CO2 CO,

masing-masing nilai CO2 dan CO harus melebihi 5000 μ/L 500 μL L

(ppm) untuk meningkatkan faktor kepastian, yaitu rasio sensitif terhadap nilai

minimum [15]. Karena gas CO2 belum melebihi nilai minimum dalam metode

tersebut, maka isolasi kertas dianggap mengalami penuaan normal.

Tabel 4.7. Hasil evaluasi menggunakan metode rasio CO2/CO


Rasio CO2/CO Keterangan
<3 Fault
3-10 Normal
>10 Fault

h. Evaluasi Hasil Pengujian DGA Menggunakan Interpretasi IEEE dan IEC

Dalam penelitian ini Tabel 4.8 menunjukkan bahwa diagnosis gangguan

transformator menggunakan interpretasi dari IEEE untuk metode total dissolved

combustible gas (TDCG) memberikan hasil level gas mudah terbakar sudah

melebihi batas normal. Sedangkan metode Key Gas, Roger Ratio, dan

Doernenburg Ratio memberikan hasil diagnosis yang hampir sama yaitu

transformator mengalami gangguan termal. Untuk metode rasio Rogers

Universitas Sumatera Utara


69

menunjukkan bahwa gangguan pada transformator tidak teridentifikasi.

Interpretasi dari IEC untuk metode rasio CO2/CO memberikan hasil kondisi yang

normal, metode Duval Triangle dan Basic Gas memberikan hasil diagnosis yang

hampir sama yaitu transformator mengalami gangguan termal. Faktor-faktor yang

mempengaruhi nilai DGA minyak transformator berdasarkan hasil uji DGA dan

hasil evaluasi menggunakan interpretasi dari IEEE dan IEC dapat dipastikan

bukan karena arching atau partial discharge. Dari hasil pengujian DGA yang

telah dilakukan, menggunakan kedua standar tersebut dapat dipastikan gangguan

transformator yang terjadi yaitu gangguan termal.

Tabel 4.8. Hasil evaluasi pengujian DGA 28 juni 2018

METODE ANALISIS
IEEE STD C57.104-2008
1. TDCG 1. Konsentrasi gas C2H2 berada pada kondisi 2,
konsentrasi gas C2H6 berada pada kondisi 4,
konsentrasi gas CO berada pada kondisi 3,
konsentrasi gas CO2 berada pada kondisi 2,
dan TDCG berada pada kondisi 2

2. Key Gas 2. Gangguan Overhead Cellulosa

3. Doernenburg Ratio 3. Gangguan Thermal Decompotion

4. Roger Ratio 4. Gangguan tidak teridentifikasi

IEC 60599-2015
5. Duval Triangle 5. Gangguan T2 (Thermal fault, 300ºC<t
<700°C)

6. Basic Gas Ratio 6. Gangguan T1 (Thermal fault, t<300ºC)

7. Rasio CO2/CO 7. Normal (CO2 belum melebihi 5000 ppm)

Universitas Sumatera Utara


70

Tindakan pemeliharaan yang disarankan untuk menormalkan gas mudah

terbakar yang larut dalam minyak ketika berada pada kondisi kritikal (kondisi 4)

adalah melakukan purifikasi. Tetap melakukan pengujian DGA sesuai jadwal

yang telah ditentukan untuk melihat trend gas mudah terbakar yang larut dalam

minyak. Melakukan pengujian furan atau pengukuran tingkat polimerisasi sampel

kertas untuk mengkonfirmasi isolasi selulosa dalam keterlibatan suatu gangguan

pada transformator. Melakukan pengujian termografi yang merupakan salah satu

teknologi inframerah yang digunakan untuk mendeteksi termal pada objek

transformator.

4.4 Evaluasi Hasil Pengujian DGA Pada Sampel Tanggal 18 Desember


2018

a. Evaluasi Hasil Pengujian DGA Menggunakan Metode TDCG (IEEE)

Hasil uji DGA pada Tabel 4.9 menunjukkan bahwa H2, CH4, C2H2, C2H4

dan C2H6 berada pada kondisi 1 yang berarti normal. Gas CO2 berada pada kondisi

2, sementara gas CO berada pada kondisi 3. Untuk nilai total dissolved

combustible gas (TDCG) berada pada kondisi 2. Nilai TDCG menurun dari hasil

pengujian DGA sebelumnya, dikarenakan utilitas melakukan tindakan

pemeliharaan dengan mempurifikasi minyak transformator tersebut.

Tabel 4.9. Hasil pengujian DGA 18 desember 2018

Standar IEEE C57.104-2008


Hasil
Parameter Pengujian Keterangan
(ppm)
Hydrogen (H2) 6,9 Kondisi 1
Methane (CH4) 26,9 Kondisi 1

Universitas Sumatera Utara


71

Acetylene (C2H2) 0 Kondisi 1


Ethylene (C2H4) 14,9 Kondisi 1
Ethane (C2H6) 23 Kondisi 1
Carbon Monoxide (CO) 730,7 Kondisi 3
Carbon Dioxide (CO2) 3.360 Kondisi 2
Total Dissolved Combustible Gas (TDCG) 802,4 Kondisi 2

Setelah dilakukan purifikasi hasilnya gas C2H6 mengalami penurunan nilai

dari 209,6 ppm menjadi 23 ppm sehingga membuat nilai TDCG mengalami

penurunan. Dalam hal ini TDCG digunakan untuk memantau masing-masing gas

yang mudah terbakar yang larut dalam minyak termasuk kondisi normal atau

abnormal.

b. Evaluasi Hasil Pengujian DGA Menggunakan Metode Key Gas (IEEE)

Perhitungan presentasi metode key gas adalah sebagai berikut:

00C2 H
C2 H
CO H2 CH C2 H C2 H C2 H2

00 x
7 07 2 2 0

0
02

00CO
CO
CO H2 CH C2 H C2 H C2 H2

00 x 7 0 7
7 07 2 2 0

7 070
02

Universitas Sumatera Utara


72

00H2
H2
CO H2 CH C2 H C2 H C2 H2

00 x
7 07 2 2 0

0
02

00C2 H2
C2 H2
CO H2 CH C2 H C2 H C2 H2

00 x 0
7 07 2 2 0

0
02

Gambar 4.11 menunjukkan bahwa dari hasil uji DGA pada tanggal 18

desember 2018 menggunakan metode key gas, diperoleh proporsi relatif masing-

masing gas dalam minyak. Dari hasil perhitungan didapat persentase 91,1% CO;

1,9% C2H4; 0,9% H2; dan 0% C2H2. Ini berarti bahwa gas yang paling dominan

dalam minyak menggunakan metode key gas adalah karbon monoksida seperti

yang ditunjukkan pada Gambar 4.11. Gas pengunci ini (CO) menunjukkan bahwa

jenis gangguan yang dialami oleh transformator adalah thermal cellulose.

Universitas Sumatera Utara


73

Relative Proportion %
Result Key Gas Method

100,0 91,1

80,0
60,0
40,0
20,0
1,9 0,9 0,0
0,0
THERMAL OIL CELLULOSE (CO) PD (H2) ARCING (C2H2)
(C2H4)
Fault Type

Gambar 4.11. Hasil evaluasi menggunakan metode key gas

c. Evaluasi Hasil Pengujian DGA Menggunakan Metode Rasio Doernenburg


(IEEE)

Untuk metode rasio doernenburg pada sampel uji tanggal 18 desember 2018

tidak dapat memberikan diagnosis gangguan, karena gas H2, CH4, C2H2, C2H4,

dan C2H6 yang merupakan parameter-parameter untuk rasio Doernenburg berada

pada kondisi 1 yang berarti dalam keadaan normal.

d. Evaluasi Hasil Pengujian DGA Menggunakan Metode Rasio Rogers (IEEE)

Untuk metode rasio rogers pada sampel uji tanggal 18 desember 2018 tidak

dapat memberikan diagnosis gangguan, karena gas H2, CH4, C2H2, C2H4, dan

C2H6 yang merupakan parameter-parameter untuk rasio rogers berada pada

kondisi 1 yang berarti dalam keadaan normal.

e. Hasil Pengujian DGA Menggunakan Metode Segitiga Duval (IEC)

Universitas Sumatera Utara


74

Untuk metode segitiga duval pada sampel uji tanggal 18 desember 2018

tidak dapat memberikan diagnosis gangguan, karena gas CH4, C2H4 dan C2H2

yang merupakan parameter-parameter untuk metode ini berada pada kondisi 1

yang berarti dalam keadaan normal.

f. Evaluasi Hasil Pengujian DGA Menggunakan Metode Rasio Basic Gas

(IEC)

Untuk metode rasio basic gas pada sampel uji tanggal 18 desember 2018

tidak dapat memberikan diagnosis gangguan, karena gas H2, CH4, C2H2, C2H4,

dan C2H6 yang merupakan parameter-parameter untuk rasio basic gas berada pada

kondisi 1 yang berarti dalam keadaan normal.

g. Evaluasi Hasil Pengujian DGA Menggunakan Metode Rasio CO2/CO (IEC)

Perhitungan metode rasio CO2/CO adalah sebagai berikut:

CO2
CO2 CO
CO

0
7 07

5 - 0

Dari data yang tersedia dilakukan perhitungan dengan menggunakan rasio

CO2/CO, hasil perhitungan dapat dilihat pada Tabel 4.10. Rasio yang diperoleh

dari hasil pengujian pada sampel tanggal 18 desember 2018 adalah 4,59. Metode

rasio CO2/CO menunjukkan transformator dalam kondisi normal, dianggap tidak

ada indikasi kemungkinan adanya keterlibatan kertas dalam suatu gangguan.

Universitas Sumatera Utara


75

Pembentukan CO dan CO2 meningkat tidak hanya dengan suhu tetapi juga dengan

kandungan oksigen minyak dan kadar air kertas [16]. Untuk rasio CO2 CO,

masing-masing nilai CO2 CO 5000 μ/L 500 μL L

(ppm) untuk meningkatkan faktor kepastian, yaitu rasio sensitif terhadap nilai

minimum [15]. Karena gas CO2 belum melebihi nilai minimum dalam metode

tersebut, maka isolasi kertas dianggap mengalami penuaan normal.

Tabel 4.10. Hasil evaluasi menggunakan metode rasio CO2/CO


Rasio CO2/CO Keterangan
<3 Fault
3-10 Normal
>10 Fault

h. Evaluasi Hasil Pengujian DGA Menggunakan Interpretasi IEEE dan IEC

Hasil uji DGA pada tanggal 18 desember 2018 seperti pada tabel 4.11

menunjukkan bahwa diagnosis gangguan transformator menggunakan interpretasi

IEEE untuk metode TDCG memberikan hasil level gas CO dan CO2 sudah

melebihi batas normal. Metode Roger Ratio, Doernenburg Ratio memberikan

hasil diagnosis yang hampir sama yaitu transformator dalam kondisi yang normal.

Namun untuk metode key gas memberikan hasil bahwa transformator mengalami

gangguan overhead cellulose sehingga mengakibatkan gas CO dan CO2 sudah

melebihi batas normal. Interpretasi IEC untuk metode Duval Triangle, Basic Gas

Ratio dan rasio CO2/CO memberikan hasil diagnosis yang hampir sama yaitu

transformator dalam kondisi normal.

Tabel 4.11. Hasil evaluasi pengujian DGA 18 desember 2018

METODE ANALISIS
IEEE STD C57.104-2008

Universitas Sumatera Utara


76

1. TDCG 1. Konsentrasi gas CO berada pada kondisi 3,


konsentrasi gas CO2 berada pada kondisi 2,
dan TDCG berada pada kondisi 2

2. Key Gas 2. Gangguan Overhead Cellulosa

3. Doernenburg Ratio 3. Normal (gas H2, CH4, C2H2, C2H4, dan C2H6
berada pada kondisi 1)

4. Roger Ratio 4. Normal (gas H2, CH4, C2H2, C2H4, dan C2H6
berada pada kondisi 1)

IEC 60599-2015
5. Duval Triangle 5. Normal (gas CH4, C2H4 dan C2H2 berada
pada kondisi 1)

6. Basic Gas Ratio 6. Normal (gas H2, CH4, C2H2, C2H4, dan C2H6
berada pada kondisi 1)

7. Rasio CO2/CO 7. Normal (CO2 belum melebihi 5000 ppm)

Tindakan pemeliharaan yang sarankan yaitu melakukan pengujian DGA

sesuai jadwal yang telah ditentukan untuk melihat trend gas mudah terbakar yang

larut dalam minyak. Melakukan pengujian furan atau pengukuran tingkat

polimerisasi sampel kertas untuk mengkonfirmasi isolasi selulosa dalam

keterlibatan suatu gangguan pada transformator. Melakukan pengujian termografi

yang merupakan salah satu teknologi inframerah yang digunakan untuk

mendeteksi termal pada objek transformator.

4.5 Evaluasi Hasil Pengujian DGA Pada Sampel Tanggal 26 Juni 2019

a. Evaluasi Hasil Pengujian DGA Menggunakan Metode TDCG (IEEE)

Universitas Sumatera Utara


77

Hasil uji DGA pada Tabel 4.12 menunjukkan bahwa H2, CH4, C2H2, C2H4

dan C2H6 berada pada kondisi 1 yang berarti normal. Gas CO2 berada pada kondisi

2, sementara gas CO berada pada kondisi 3. Untuk nilai total dissolved

combustible gas (TDCG) berada pada kondisi 2. Dalam hal ini TDCG digunakan

untuk memantau masing-masing gas yang mudah terbakar yang larut dalam

minyak termasuk kondisi normal atau abnormal.

Tabel 4.12. Hasil pengujian DGA 26 juni 2019

Standar IEEE C57.104-2008


Hasil
Parameter Pengujian Keterangan
(ppm)
Hydrogen (H2) 5 Kondisi 1
Methane (CH4) 25 Kondisi 1
Acetylene (C2H2) 0 Kondisi 1
Ethylene (C2H4) 14,6 Kondisi 1
Ethane (C2H6) 23,2 Kondisi 1
Carbon Monoxide (CO) 731,8 Kondisi 3
Carbon Dioxide (CO2) 3.487 Kondisi 2
Total Dissolved Combustible Gas (TDCG) 799,6 Kondisi 2

b. Evaluasi Hasil Pengujian DGA Menggunakan Metode Key Gas (IEEE)

Perhitungan presentasi metode key gas adalah sebagai berikut:

00C2 H
C2 H
CO H2 CH C2 H C2 H C2 H2

00 x
7 5 25 2 2 0

0
7

Universitas Sumatera Utara


78

00CO
CO
CO H2 CH C2 H C2 H C2 H2

00 x 7
7 5 25 2 2 0

7 0
7

00H2
H2
CO H2 CH C2 H C2 H C2 H2

00 x 5
7 5 25 2 2 0

500
7

00C2 H2
C2 H2
CO H2 CH C2 H C2 H C2 H2

00 x 0
7 5 25 2 2 0

0
7

Gambar 4.12 menunjukkan bahwa dari hasil uji DGA pada tanggal 26 juni

2019 menggunakan metode key gas, diperoleh proporsi relatif masing-masing gas

dalam minyak. Dari hasil perhitungan didapat persentase 91,5% CO; 1,8% C2H4;

0,6% H2; dan 0% C2H2. Ini berarti bahwa gas yang paling dominan dalam minyak

menggunakan metode key gas adalah karbon monoksida seperti yang ditunjukkan

Universitas Sumatera Utara


79

pada Gambar 4.12. Gas pengunci ini (CO) menunjukkan bahwa jenis gangguan

yang dialami oleh transformator adalah thermal cellulose.

Result Key Gas Method


Relative Proportion %

100,0 91,5
80,0
60,0
40,0
20,0
1,8 0,6 0,0
0,0
THERMAL OIL CELLULOSE (CO) PD (H2) ARCING (C2H2)
(C2H4)
Fault Type

Gambar 4.12. Hasil evaluasi menggunakan metode key gas

c. Evaluasi Hasil Pengujian DGA Menggunakan Metode Rasio Doernenburg


(IEEE)

Untuk metode rasio doernenburg pada sampel uji tanggal 26 juni 2019 tidak

dapat memberikan diagnosis gangguan, karena gas H2, CH4, C2H2, C2H4, dan

C2H6 yang merupakan parameter-parameter untuk rasio doernenburg berada pada

kondisi 1 yang berarti dalam keadaan normal.

d. Evaluasi Hasil Pengujian DGA Menggunakan Metode Rasio Rogers (IEEE)

Untuk metode rasio rogers pada sampel uji tanggal 26 juni 2019 tidak dapat

memberikan diagnosis gangguan, karena gas H2, CH4, C2H2, C2H4, dan C2H6 yang

merupakan parameter-parameter untuk rasio rogers berada pada kondisi 1 yang

berarti dalam keadaan normal.

e. Evaluasi Hasil Pengujian DGA Menggunakan Metode Segitiga Duval (IEC)

Universitas Sumatera Utara


80

Untuk metode segitiga duval pada sampel uji tanggal 26 juni 2019 tidak

dapat memberikan diagnosis gangguan, karena gas CH4, C2H4 dan C2H2 yang

merupakan parameter-parameter untuk metode ini berada pada kondisi 1 yang

berarti dalam keadaan normal.

f. Evaluasi Hasil Pengujian DGA Menggunakan Metode Rasio Basic Gas

(IEC)

Untuk metode rasio basic gas pada sampel uji tanggal 26 juni 2019 tidak

dapat memberikan diagnosis gangguan, karena gas H2, CH4, C2H2, C2H4, dan

C2H6 yang merupakan parameter-parameter untuk rasio basic gas berada pada

kondisi 1 yang berarti dalam keadaan normal.

g. Evaluasi Hasil Pengujian DGA Menggunakan Metode Rasio CO2/CO (IEC)

Perhitungan metode rasio CO2/CO adalah sebagai berikut:

CO2
CO2 CO
CO

7
7

7 - )

Dari data yang tersedia dilakukan perhitungan dengan menggunakan rasio

CO2/CO, hasil perhitungan dapat dilihat pada Tabel 4.13. Rasio yang diperoleh

dari hasil pengujian pada sampel tanggal 26 juni 2019 adalah 4,76. Metode rasio

CO2/CO menunjukkan transformator dalam kondisi normal, dianggap tidak ada

indikasi kemungkinan adanya keterlibatan kertas dalam suatu gangguan.

Universitas Sumatera Utara


81

Pembentukan CO dan CO2 meningkat tidak hanya dengan suhu tetapi juga dengan

kandungan oksigen minyak dan kadar air kertas [16]. Untuk rasio CO2 CO,

masing-masing nilai CO2 CO 5000 μ/L 500 μL L

(ppm) untuk meningkatkan faktor kepastian, yaitu rasio sensitif terhadap nilai

minimum [15]. Karena gas CO2 belum melebihi nilai minimum dalam metode

tersebut, maka isolasi kertas dianggap mengalami penuaan normal.

Tabel 4.13. Hasil evaluasi menggunakan metode rasio CO2/CO

Rasio CO2/CO Keterangan


<3 Fault
3-10 Normal
>10 Fault

h. Evaluasi Hasil Pengujian DGA Menggunakan Interpretasi IEEE dan IEC

Hasil uji DGA pada tanggal 26 Juni 2019 seperti pada tabel 4.14

menunjukkan bahwa diagnosis gangguan transformator menggunakan interpretasi

IEEE untuk metode TDCG memberikan hasil level gas CO dan CO2 sudah

melebihi batas normal. Metode Roger Ratio, Doernenburg Ratio memberikan

hasil diagnosis yang hampir sama yaitu transformator dalam kondisi yang normal.

Namun untuk metode key gas memberikan hasil bahwa transformator mengalami

gangguan overhead cellulose sehingga mengakibatkan gas CO dan CO2 sudah

melebihi batas normal. Interpretasi IEC untuk metode Duval Triangle, Basic Gas

Ratio dan rasio CO2/CO memberikan hasil diagnosis yang hampir sama yaitu

transformator dalam kondisi normal. Tindakan pemeliharaan yang disarankan

yaitu melakukan pengujian DGA sesuai jadwal yang telah ditentukan untuk

Universitas Sumatera Utara


82

melihat trend gas mudah terbakar yang larut dalam minyak. Melakukan pengujian

furan atau pengukuran tingkat polimerisasi sampel kertas untuk mengkonfirmasi

isolasi selulosa dalam keterlibatan suatu gangguan pada transformator. Melakukan

pengujian termografi yang merupakan salah satu teknologi inframerah yang

digunakan untuk mendeteksi termal pada objek transformator.

Tabel 4.14. Hasil evaluasi pengujian DGA 26 juni 2019


METODE ANALISIS
IEEE STD C57.104-2008
1. TDCG 1. Konsentrasi gas CO berada pada kondisi 3,
konsentrasi gas CO2 berada pada kondisi 2,
dan TDCG berada pada kondisi 2

2. Key Gas 2. Gangguan Overhead Cellulosa

3. Doernenburg Ratio 3. Normal (gas H2, CH4, C2H2, C2H4, dan C2H6
berada pada kondisi 1)

4. Roger Ratio 4. Normal (gas H2, CH4, C2H2, C2H4, dan C2H6
berada pada kondisi 1)

IEC 60599-2015
5. Duval Triangle 5. Normal (gas CH4, C2H4 dan C2H2 berada pada
kondisi 1)

6. Basic Gas Ratio 6. Normal (gas H2, CH4, C2H2, C2H4, dan C2H6
berada pada kondisi 1)

7. Rasio CO2/CO 7. Normal (CO2 belum melebihi 5000 ppm)

4.6 Evaluasi Hasil Pengujian DGA Pada Sampel Tanggal 18 Desember


2019

a. Evaluasi Hasil Pengujian DGA Menggunakan Metode TDCG (IEEE)

Hasil uji DGA pada Tabel 4.15 menunjukkan bahwa H2, CH4, C2H2, C2H4

dan C2H6 berada pada kondisi 1 yang berarti normal. Gas CO2 berada pada kondisi

2, sementara gas CO berada pada kondisi 3. Untuk nilai total dissolved

Universitas Sumatera Utara


83

combustible gas (TDCG) berada pada kondisi 2. Dalam hal ini TDCG digunakan

untuk memantau masing-masing gas yang mudah terbakar yang larut dalam

minyak termasuk kondisi normal atau abnormal.

Tabel 4.15. Hasil pengujian DGA 18 desember 2019

Standar IEEE C57.104-2008


Hasil Pengujian
Parameter Keterangan
(ppm)
Hydrogen (H2) 53 Kondisi 1
Methane (CH4) 23 Kondisi 1
Acetylene (C2H2) 0 Kondisi 1
Ethylene (C2H4) 5 Kondisi 1
Ethane (C2H6) 12 Kondisi 1
Carbon Monoxide (CO) 878 Kondisi 3
Carbon Dioxide (CO2) 3.955 Kondisi 2
Total Dissolved Combustible Gas
971 Kondisi 2
(TDCG)

b. Evaluasi Hasil Pengujian DGA Menggunakan Metode Key Gas (IEEE)

Perhitungan presentasi metode key gas adalah sebagai berikut:

00C2 H
C2 H
CO H2 CH C2 H C2 H C2 H2

00 x 5
7 5 2 2 5 0

500
7

05

00CO
CO
CO H2 CH C2 H C2 H C2 H2

Universitas Sumatera Utara


84

00 x 7
7 5 2 2 5 0

7 00
7

00H2
H2
CO H2 CH C2 H C2 H C2 H2

00 x 5
7 5 2 2 5 0

5 00
7

55

00C2 H2
C2 H2
CO H2 CH C2 H C2 H C2 H2

00 x 0
7 5 2 2 5 0

0
7

Gambar 4.13 menunjukkan bahwa dari hasil uji DGA pada tanggal 18

desember 2019 menggunakan metode key gas, diperoleh proporsi relatif masing-

masing gas dalam minyak. Dari hasil perhitungan didapat persentase 90,4% CO;

0,5% C2H4; 5,5% H2; dan 0% C2H2. Ini berarti bahwa gas yang paling dominan

dalam minyak menggunakan metode key gas adalah karbon monoksida seperti

yang ditunjukkan pada Gambar 4.13. Gas pengunci ini (CO) menunjukkan bahwa

jenis gangguan yang dialami oleh transformator adalah thermal cellulose.

Universitas Sumatera Utara


85

Relative Proportion %
Result Key Gas Method

100,0 90,4

80,0

60,0

40,0

20,0
5,5
0,5 0,0
0,0
THERMAL OIL CELLULOSE (CO) PD (H2) ARCING (C2H2)
(C2H4)
Fault Type

Gambar 4.13. Hasil evaluasi menggunakan metode key gas

c. Evaluasi Hasil Pengujian DGA Menggunakan Metode Rasio Doernenburg


(IEEE)

Untuk metode rasio doernenburg pada sampel uji tanggal 18 desember 2019

tidak dapat memberikan diagnosis gangguan, karena gas H2, CH4, C2H2, C2H4,

dan C2H6 yang merupakan parameter-parameter untuk rasio doernenburg berada

pada kondisi 1 yang berarti dalam keadaan normal.

d. Evaluasi Hasil Pengujian DGA Menggunakan Metode Rasio Rogers (IEEE)

Untuk metode rasio rogers pada sampel uji tanggal 18 desember 2019 tidak

dapat memberikan diagnosis gangguan, karena gas H2, CH4, C2H2, C2H4, dan

C2H6 yang merupakan parameter-parameter untuk rasio rogers berada pada

kondisi 1 yang berarti dalam keadaan normal.

e. Evaluasi Hasil Pengujian DGA Menggunakan Metode Segitiga Duval (IEC)

Universitas Sumatera Utara


86

Untuk metode segitiga duval pada sampel uji tanggal 18 desember 2019

tidak dapat memberikan diagnosis gangguan, karena gas CH4, C2H4 dan C2H2

yang merupakan parameter-parameter untuk metode ini berada pada kondisi 1

yang berarti dalam keadaan normal.

f. Evaluasi Hasil Pengujian DGA Menggunakan Metode Rasio Basic Gas

(IEC)

Untuk metode rasio basic gas pada sampel uji tanggal 18 desember 2019

tidak dapat memberikan diagnosis gangguan gangguan, karena gas H2, CH4, C2H2,

C2H4, dan C2H6 yang merupakan parameter-parameter untuk rasio basic gas

berada pada kondisi 1 yang berarti dalam keadaan normal.

g. Evaluasi Hasil Pengujian DGA Menggunakan Metode Rasio CO2/CO (IEC)

Perhitungan metode rasio CO2/CO adalah sebagai berikut:

CO2
CO2 CO
CO

55
7

5 0

Dari data yang tersedia dilakukan perhitungan dengan menggunakan rasio

CO2/CO, hasil perhitungan dapat dilihat pada Tabel 4.16. Rasio yang diperoleh

dari hasil pengujian pada sampel tanggal 18 desember 2019 adalah 4,5. Metode

rasio CO2/CO menunjukkan transformator dalam kondisi normal, dianggap tidak

ada indikasi kemungkinan adanya keterlibatan kertas dalam suatu gangguan.

Universitas Sumatera Utara


87

Pembentukan CO dan CO2 meningkat tidak hanya dengan suhu tetapi juga dengan

kandungan oksigen minyak dan kadar air kertas [16]. Untuk rasio CO2 CO,

masing-masing nilai CO2 dan CO 5000 μ/L 500 μL L

(ppm) untuk meningkatkan faktor kepastian, yaitu rasio sensitif terhadap nilai

minimum [15]. Karena gas CO2 belum melebihi nilai minimum dalam metode

tersebut, maka isolasi kertas dianggap mengalami penuaan normal.

Tabel 4.16. Hasil evaluasi menggunakan metode rasio CO2/CO

Rasio CO2/CO Keterangan


<3 Fault
3-10 Normal
>10 Fault

h. Evaluasi Hasil Pengujian DGA Menggunakan Interpretasi IEEE dan IEC

Hasil uji DGA pada tanggal 18 desember 2019 seperti pada tabel 4.17

menunjukkan bahwa diagnosis gangguan transformator menggunakan interpretasi

IEEE untuk metode TDCG memberikan hasil level gas CO dan CO2 sudah

melebihi batas normal. Metode Roger Ratio, Doernenburg Ratio memberikan

hasil diagnosis yang hampir sama yaitu transformator dalam kondisi yang normal.

Namun untuk metode key gas memberikan hasil bahwa transformator mengalami

gangguan overhead cellulose sehingga mengakibatkan gas CO dan CO2 sudah

melebihi batas normal. Interpretasi IEC untuk metode Duval Triangle, Basic Gas

Ratio dan rasio CO2/CO memberikan hasil diagnosis yang hampir sama yaitu

transformator dalam kondisi normal. Tindakan pemeliharaan yang disarankan

yaitu melakukan pengujian DGA sesuai jadwal yang telah ditentukan untuk

Universitas Sumatera Utara


88

melihat trend gas mudah terbakar yang larut dalam minyak. Direkomendasikan

melakukan pengujian furan untuk mengkonfirmasi isolasi selulosa dalam

keterlibatan suatu gangguan pada transformator.

Tabel 4.17. Hasil evaluasi pengujian DGA 18 desember 2019

METODE ANALISIS
IEEE STD C57.104-2008
1. TDCG 1. Konsentrasi gas CO berada pada kondisi 3,
konsentrasi gas CO2 berada pada kondisi 2, dan
TDCG berada pada kondisi 2

2. Key Gas 2. Gangguan Overhead Cellulosa

3. Doernenburg Ratio 3. Normal (gas H2, CH4, C2H2, C2H4, dan C2H6
berada pada kondisi 1)

4. Roger Ratio 4. Normal (gas H2, CH4, C2H2, C2H4, dan C2H6
berada pada kondisi 1)

IEC 60599-2015
5. Duval Triangle 5. Normal (gas CH4, C2H4 dan C2H2 berada pada
kondisi 1)

6. Basic Gas Ratio 6. Normal (gas H2, CH4, C2H2, C2H4, dan C2H6
berada pada kondisi 1)

7. Rasio CO2/CO 7. Normal (CO2 belum melebihi 5000 ppm)

Universitas Sumatera Utara


87

4.7 Evaluasi Hasil Pengujian DGA Pada Semua Sampel

Tabel 4.18. Hasil evaluasi pengujian DGA pada transformator

METODE 28 Juni 2018 18 Desember 2018 26 Juni 2019 18 Desember 2019


IEEE STD C57.104-2008
1. TDCG 1. Konsentrasi gas C2H2 berada pada 1. Konsentrasi gas CO berada pada 1. Konsentrasi gas CO berada pada 1. Konsentrasi gas CO berada pada
kondisi 2, konsentrasi gas C2H6 berada kondisi 3, konsentrasi CO2 berada kondisi 3, konsentrasi gas CO2 kondisi 3, Konsentrasi gas CO2
pada kondisi 4, konsentrasi gas CO pada kondisi 2, dan TDCG berada berada pada kondisi 2, dan TDCG berada pada kondisi 2, dan TDCG
berada pada kondisi 3, konsentrasi gas pada kondisi 2 berada pada kondisi 2 berada pada kondisi 2
CO2 berada pada kondisi 2, dan TDCG
berada pada kondisi 2

2. Key Gas 2. Gangguan Overhead Cellulosa 2. Gangguan Overhead Cellulosa 2. Gangguan Overhead Cellulosa 2. Gangguan Overhead Cellulosa

3. Doernenburg Ratio 3. Gangguan Thermal Decompotion 3. Normal (gas H2, CH4, C2H2, C2H4, 3. Normal (gas H2, CH4, C2H2, C2H4, 3. Normal (gas H2, CH4, C2H2, C2H4,
dan C2H6 berada pada kondisi 1) dan C2H6 berada pada kondisi 1) dan C2H6 berada pada kondisi 1)

4. Roger Ratio 4. Gangguan tidak teridentifikasi 4. Normal (gas H2, CH4, C2H2, C2H4, 4. Normal (gas H2, CH4, C2H2, C2H4, 4. Normal (gas H2, CH4, C2H2, C2H4,
dan C2H6 berada pada kondisi 1) dan C2H6 berada pada kondisi 1) dan C2H6 berada pada kondisi 1)
IEC 60599-2015
5. Duval Triangle 5. Gangguan T2 (Thermal fault, 300ºC < t 5. Normal (gas CH4, C2H4 dan C2H2 5. Normal (gas CH4, C2H4 dan C2H2 5. Normal (gas CH4, C2H4 dan C2H2
< 700°C) berada pada kondisi 1) berada pada kondisi 1) berada pada kondisi 1)

6. Basic Gas Ratio 6. Gangguan T1 (Thermal fault, 6. Normal (gas H2, CH4, C2H2, C2H4, 6. Normal (gas H2, CH4, C2H2, C2H4, 6. Normal (gas H2, CH4, C2H2, C2H4,
t < 300ºC) dan C2H6 berada pada kondisi 1) dan C2H6 berada pada kondisi 1) dan C2H6 berada pada kondisi 1)

7. Rasio CO2/CO 7. Normal (CO2 belum melebihi 5000 7. Normal (CO2 belum melebihi 5000 7. Normal (CO2 belum melebihi 5000 7. Normal (CO2 belum melebihi 5000
ppm) ppm) ppm) ppm)

Universitas Sumatera Utara


88

Tabel 4.18 menunjukkan bahwa hasil evaluasi jenis gangguan pada semua

sampel pengujian, metode TDCG pada sampel pengujian tanggal 28/06/2018

memberikan hasil konsentrasi gas C2H2 berada pada kondisi 2, konsentrasi gas

C2H6 berada pada kondisi 4 (kondisi kritikal), konsentrasi gas CO berada pada

kondisi 3 (kondisi warning), konsentrasi gas CO2 berada pada kondisi 2, dan

TDCG berada pada kondisi 2. Sampel pengujian tanggal 18/12/2018, 26/06/2019,

dan 18/12/2019 memberikan hasil konsentrasi gas CO berada pada kondisi 3,

konsentrasi CO2 berada pada kondisi 2, dan TDCG berada pada kondisi 2. Gas

C2H6 mengalami penurunan dari kondisi 4 pada sampel pengujian pertama menjadi

kondisi 1 pada pengujian berikutnya, dikarenakan utilitas melakukan tindakan

pemeliharaan dengan mempurifikasi minyak transformator tersebut. Metode key

gas pada semua sampel pengujian memberikan hasil transformator mengalami

gangguan termal selulosa. Metode Roger pada sampel pengujian pertama tidak

dapat mengidentifikasi gangguan yang terjadi. Metode Doernenburg, Duval, dan

Basic Gas memberikan hasil yang hamper sama, bahwa transformator mengalami

gangguan termal. Metode Rasio CO2/CO memberikan hasil normal pada semua

sampel pengujian. Pada sampel pengujian kedua, ketiga, dan keempat metode

Doernenburg, Roger, Duval, dan Basic Gasmemberikan hasil normal.

Untuk kasus pada pengujian DGA yang pertama, dari hasil diagnosis

metode TDCG, tindakan pemeliharaan yang direkomendasikan untuk

menormalkan gas C2H6 ketika berada pada kondisi kritikal (kondisi 4) adalah

melakukan purifikasi minyak. Dari hasil diagnosis metode key gas, tindakan

pemeliharaan yang direkomendasikan untuk melakukan pengujian furan atau

Universitas Sumatera Utara


89

pengukuran tingkat polimerisasi sampel kertas untuk mengkonfirmasi isolasi

selulosa dalam keterlibatan suatu gangguan pada transformator. Dari hasil

diagnosis metode Doernenburg, Duval, dan Basic Gas, tindakan pemeliharaan

yang direkomendasikan untuk melakukan pengujian termografi yang merupakan

salah satu teknologi inframerah yang digunakan untuk mendeteksi termal pada

objek transformator. Karena TDCG berada pada kondisi 2 dan laju pembentukan

gas sebesar 0,045 liter/hari maka tindak lanjut pengambilan sampel pengujian

DGA berikutnya direkomendasikan setiap 4 bulan sekali. Untuk metode rogers,

doernenburg, basic gas, dan duval pada sampel uji kedua, ketiga dan keempat

tidak dapat memberikan diagnosis gangguan, karena gas H2, CH4, C2H2, C2H4 dan

C2H6 yang merupakan parameter-parameter metode tersebut berada pada kondisi

1 yang berarti dalam keadaan normal. Untuk rasio CO2 CO, masing-masing nilai

CO2 CO 5000 μ/L 500 μL L (ppm) untuk

meningkatkan faktor kepastian, yaitu rasio sensitif terhadap nilai minimum [15].

Karena gas CO2 belum melebihi nilai minimum dalam metode tersebut, maka

isolasi kertas dianggap mengalami penuaan normal. Untuk mendapatkan rasio

CO2/CO yang andal dalam peralatan, nilai-nilai CO2 dan CO harus dikoreksi

terlebih dahulu untuk kemungkinan penyerapan CO2 dari udara atmosfer. Ketika

diduga terjadi degradasi kertas yang berlebihan, disarankan untuk analisis lebih

lanjut misalnya senyawa furan atau pengukuran tingkat polimerisasi sampel

kertas.

Universitas Sumatera Utara


BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

a. Diagnosis gangguan yang terjadi pada transformator dengan rujukan standar

IEEE C57.104 dengan metode total dissolved combustible gas (TDCG)

memberikan hasil level gas seperti C2H2, C2H6, CO dan CO2 sudah melebihi

batas normal. Sedangkan metode Key Gas, dan Doernenburg Ratio

memberikan hasil diagnosis yang hampir sama yaitu transformator

mengalami gangguan termal. Untuk metode rasio Rogers menunjukkan

bahwa gangguan pada transformator tidak teridentifikasi. Diagnosis

gangguan transformator dengan rujukan standar IEC 60599 dengan metode

Duval Triangle, dan Basic Gas Ratio memberikan hasil diagnosis yang

hampir sama yaitu transformator mengalami gangguan termal. Metode rasio

CO2/CO memberikan hasil kondisi yang normal.

b. Tindakan pemeliharaan yang dilakukan berdasarkan hasil evaluasi kondisi

transformator adalah menormalkan gas C2H6 yang berada pada kondisi

kritikal (kondisi 4) dengan cara purifikasi minyak dan melakukan pengujian

DGA sesuai jadwal untuk melihat trend gas mudah terbakar yang larut

dalam minyak.

90

Universitas Sumatera Utara


91

5.2 Saran

Adapun saran dalam mendiagnosis gangguan yang terjadi pada

transformator melalui pengujian DGA untuk penelitian selanjutnya adalah:

a. Menambahkan parameter penelitian berupa nilai pengujian furan dengan

menggunakan alat tambahan untuk mengkonfirmasi isolasi selulosa dalam

keterlibatan suatu gangguan pada transformator.

b. Menambahkan parameter penelitian berupa pengujian termografi untuk

mendeteksi termal pada objek transformator menggunakan thermal imaging

camera sehingga mendapatkan trending kenaikan suhu pada saat

transformator beroperasi.

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA

[1] Chatterjee, K., Jadoun, V., Jarial, R., And Dawn, S. “Novel prediction-
reliability based graphical DGA technique using multi-layer
perceptron network & gas ratio combination algorithm”. IE J .
Vol.13, Issue.6, pp. 836. 2019
[2] P .PLN P “ P A x y”.
MP2, pp.27. 2015
[3] Eeckhoudt, S., Autru, S., And Lerat, L. “Stray gassing of transformer
insulating oils: impact of materials, oxygen content, additives,
incubation time and temperature, and its relationship to oxidation
stability”. IEEE E Insulation Magazine. Vol.33 No.6, Issue.6,
pp. 27. 2017
[4] Chen, Z., Zhang, X., Xiong, H., Chen, D., Cheng, H., Tang, J., And Xiao,
S. “Dissolved Gas Analysis in Transformer Oil Using Pt-Doped
WSe2 Monolayer Based on First Principles Method”. IEEE A .
Vol.7, pp. 72012. 2019
[5] Shanker, T. B., Nagamani, H. N., Antony, D., And P G. . “C
v y ”.
IEEE PES Asia-Pacific Power and Energy Engineering Conference
(APPEEC)., pp.1. 2017
[6] Taha, I. B. M., Zaini, H. G., And Ghoneim, S. S. M., “Comparative study
between dorneneburg and rogers methods for transformer fault
diagnosis based on dissolved gas analysis using Matlab Simulink
Tools”. IEEE Conference on Energy Conversion (CENCON), pp.365,
2015
[7] Kumpalavalee, S., Suwanasri, T., Suwanasri, C., Wattanawongpitak, S.,
Sooksodkiao, T., Tanprasert, P., And Kaewkamthong, B., “Condition
Evaluation of Power Transformers Using Dissolved Gas Analysis and

92

Universitas Sumatera Utara


93

Dielectric B w ”. 5 I E al
Engineering Congress (IEECON). 2017
[8] Surawijaya, S., Prasojo, R.A., Tamma, W.R., Mahendrayana, I.G.N.,
Suwarno, “Diagnosis of Power Transformer Condition using
Dissolved Gas Analysis Technique: Case Studies at Geothermal
Power Plants In Indonesia”. 2nd International Conference on High
Voltage Engineering and Power Systems (ICHVEPS) - Bali -
Indonesia. 2019
[9] P .PLN P “Pengenalan Pembangkit”. MP2 .17-18. 2015
[10] IEC 60076-1.2011 “Power Transformers – Part 1 : General ”. 2011
[11] Siemens AG Power Generation Group “Transformer”. Power Plant
Personnel Training, TD No: C341-7452, Vol.12. 1993
[12] P .PLN P “Diagnosis Trafo Berdasarkan Dielektrik”. 2017
[13] Wannapring, E., Suwanasri, C., And Suwanasri, T. “Dissolved Gas
Analysis Methods for Distribution Transformers”. 13th International
Conference on Electrical Engineering/Electronics, Computer,
Telecommunications and Information Technology (ECTI-CON). 2016
[14] Ayalew, Z., Kobayashi, K., Matsumoto, S., And Kato, M. “Dissolved Gas
Analysis (DGA) of Arc Discharge Fault in Transformer Insulation
O E M ”. IEEE E I C
(EIC). pp.150. 2018
[15] IEEE Std C57.104-2008 “IEEE Guide for the Interpretation of Gases
Generated in Oil-Immersed Transformers”. 2009
[16] IEC 60599-20 5. “M -filled electrical equipment in service –
G v y ”.
2015
[17] L . “U DGA q &
I P ”. A M 2020 :
https://www.slideshare.net/lumasenseinc/understanding-dga-
techniques-interpretations-presentation.

Universitas Sumatera Utara


94

[18] Souza, F. R., And Ramachandran, B. “Dissolved gas analysis to identify


faults and improve reliability in transformers using support vector
”. C U v y P w y C P C.
2016
[19] Gouda, O. E., El-Hoshy, S. H., And E.L.-Tamaly, H. H. “Condition
assessment of power transformers based on dissolved gas analysis”.
IET Journal. Vol.13, Issue 12, pp.2299. 2019
[20] ASTM D3613-98, "Standard Practice for Sampling Insulating Liquids for
Gas Analysis and Determination of Water Content". 1998
[21] Standard IEEE Std C57.130TM-20 5 “IEEE Guide for the Use of Dissolved
Gas Analysis Applied to Factory Temperature Rise Tests for the
Evaluation of Mineral Oil-Immersed Transformers and Reactors”.
2015
[22] Etman, Z. A. A., Mansour, D.-E. A., And El-Amary, N. H. “Performance
Evaluation of Dissolved Gas Analysis Techniques against
Measurement Errors”. IEEE 19th International Conference on
Dielectric Liquids (ICDL)., pp.1. 2017
[23] Hettiwatte, S. N., And Fonseka, H. A. “Analysis and Interpretation of
Dissolved Gases in Transformer Oil : A Case Study”. IEEE
International Conference on Condition Monitoring and Diagnosis.
pp.36. 2012
[24] K .A. Eq M .D. A I . “A C v C v
Study of DGA Based Transformer Fault Diagnosis Using Fuzzy Logic
ANFI M ”. IEEE on Dielectrics and Electrical
Insulation. Vol.22, No.1, pp.591-592. 2015
[25] Ghon . .M. I.B.M. A E y N. “Integrated ANN-Based
Proactive Fault Diagnostic Scheme for Power Transformers Using
Dissolved Gas Analysis”. IEEE D
Electrical Insulation. Vol.23, No.3, pp.1839. 2016
[26] Jiang, J., Chen, R., Chen, M., Wang, W., And Zhang, C. “Dynamic Fault
Prediction of Power Transformers Based on Hidden Markov Model of

Universitas Sumatera Utara


95

Dissolved Gases Analysis”. IEEE Transactions on Power Delivery.


Vol.34, Issue.4, pp.2. 2019
[27] Taha, I. B. M., Ghoneim, S. S. M., and Zaini, H. G., “I v
Rogers four ratios and IEC Code methods for transformer fault
diagnosis based on Dissolved Gas Analysis”. North American Power
Symposium (NAPS). 2015
[28] Hasan, S., N H. P. “D v G A y DGA
Diagnosis of Fault in Oil-Immersed Power Transformers: A case
study”. 2020 4rd International Conference on Electrical,
Telecommunication and Computer Engineering (ELTICOM). pp.59.
2020

Universitas Sumatera Utara


LAMPIRAN 1. Name Plate Transformator GT 2.1

Universitas Sumatera Utara


LAMPIRAN 2. Pengujian DGA Transformator GT 2.1

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
LAMPIRAN 3. Permohonan Pengambilan Data

Universitas Sumatera Utara


LAMPIRAN 4. Surat Pernyataan

Universitas Sumatera Utara


LAMPIRAN 5. Surat Penerimaan Riset di PLN UPK Belawan

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai