Anda di halaman 1dari 66

LAPORAN KERJA PRAKTIK

PENGATURAN SISTEM VARIABLE INLET GUIDE VANES PADA UNIT


GAS TURBIN 2.2

DI PT. INDONESIA POWER UNIT PEMBANGKITAN DAN JASA PEMBANGKIT


PRIOK, JAKARTA

Periode 17 Juni s/d 26 Juli 2019

Oleh

FITRIA DWI PUSPITANINGRUM

NIM : 1104164005

Dosen Pembimbing Akademik

Ramdlan Khirom, M.pd

NIP : 9972002

PRODI S1 TEKNIK FISIKA

FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO

UNIVERSITAS TELKOM

2019

1
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN KERJA PRAKTEK

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya :

Nama mahasiswa : Fitria Dwi Puspitaningrum

NIM : 1104164995

Program Studi : S1 Teknik Fisika

Perguruan Tinggi : Telkom University

Judul Laporan Kerja Praktek : STUDI TENTANG SISTEM VARIABLE INLET GUIDE

VANES PADA UNIT TURBIN GAS

Menyatakan bahwa Laporan Kerja Praktek ini merupakan karya ilmiah saya
sendiri dan bukan merupakan tiruan, salinan, atau duplikasi dari Kerja Praktek
yang telah dipergunakan untuk mendapatkan gelar sarjana Teknik Fisika baik di
lingkungan Teknik Fisika ITB – Indonesia Power UBP Priok maupun di perguruan
tinggi lain serta belum pernah dipublikasikan.

Pernyataan ini dibuat dengan penuh kesadaran dan rasa tanggung jawab serta
bersedia memikul segala resiko jika ternyata pernyataan diatas tidak benar.

Jakarta, 26
Juli 2019

Fitria Dwi
Puspitaningrum

NIM :
1104164005

2
SURAT KETERANGAN

Yang bertanda tangan di bawah ini menerangkan bahwa mahasiswa sebagai


berikut :

Nama : Sandy Rizky

NIM : 13309097

Jurusan : Teknik Fisika

Perguruan Tinggi : Institut Teknologi Bandung

Telah melaksanakan Kerja Praktek di PT. Indonesia Power UBP Priok mulai tanggal
11 Juni s.d 11 Juli 2012.

Demikian surat keterangan ini kami buat untuk digunakan sebagaimana mestinya.

Hormat kami,

Manager Pemeliharaan Pembimbing


Kerja Praktek

Daniel Eliawardhana Wasis Jati


Waskito

General Manager UBP Priok

3
M. Ahsin Sidqi

4
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas segala berkat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Kerja Praktik ini
seperti yang diharapkan. Laporan ini merupakan prasyarat dalam rangka
menyelesaikan pendidikan Strata 1 (S-1) pada Jurusan Teknik Fisika, Fakultas
Teknologi Industri, Institut Teknologi Bandung.

Kerja praktik ini berlangsung selama sekitar satu (1) bulan dimulai dari
tanggal 11 Juni 2012 hingga 11 Juli 2012 di PT. INDONESIA POWER UBP PRIOK,
Jakarta. Pelaksanaan kerja praktik ini meliputi orientasi umum dan studi literatur
guna mendalami materi dalam pengerjaan tugas khusus yang diberikan oleh
pembimbing kerja praktik nantinya

Seluruh proses pelaksanaan kerja praktek ini baik dalam pelaksanaan di


lapangan maupun dalam penulisan laporannya merupakan suatu proses belajar,
yang meski tidak sempurna, namun memberi kesan yang mendalam. Penulis
mendapatkan kesempatan untuk mencoba mengaplikasikan segala hal yang
didapat di bangku kuliah pada kursi kerja. Penulis juga mendapatkan kesempatan
untuk mempelajari ilmu baru yang belum pernah dipelajari sebelumnya. Dan di
atas semua itu, pengalaman beraktifitas di luar daerah kenyamanan kampus
memberikan penulis kesempatan untuk mengembangkan diri lebih lanjut. Sekali
lagi, meski tidak sempurna, namun mudah-mudahan memberikan banyak
manfaat.

Selama proses penyusunan Laporan Kerja Praktik ini, penulis


mendapatkan banyak bimbingan, dukungan doa, serta bantuan dan pengarahan
dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati dan rasa
hormat yang besar penulis menyampaikan rasa terima kasih yang tulus dan
sebesar-besarnya kepada:

1. Dr. Ir. F.X. Nugroho Soelami, Ph.D, selaku Ketua Program Studi S1
Teknik Fisika Institut Teknologi Bandung

5
2. Bapak M. Ahsin Sidqi, selaku General Manager PT. Indonesia Power
UBP Priok
3. Bapak Wasis Jati W, selaku pembimbing utama Kerja Praktek PT.
Indonesia Power
4. Bapak Ketut Gune, Bapak Edwin Purnama, dan staf-staf bagian
pemeliharaan kontrol dan instrumen yang telah memberikan
penjelasan, bimbingan, dan bantuan dalam penyusunan laporan kerja
praktek ini.
5. Seluruh staf Humas PT. Indonesia Power UBP Priok, Bapak Robet,
Bapak Sunu, Ibu Nia
6. Seluruh karyawan dan staff PT. Indonesia Power UBP Priok yang tidak
dapat disebutkan satu persatu, penulis mengucapkan terimakasih
atas segala bantuan yang telah diberikan
7. Orang tua, keluarga, serta saudara dan kerabat atas bantuan dan
dukungannya setiap saat baik moril maupun materil.

Laporan ini telah ditulis dan disusun dengan sebaik-baiknya, namun


penulis sadar bahwa laporan ini masih belum memenuhi kriteria sempurna. Oleh
karena itu, segala kritik dan saran untuk memperbaiki penulisan dan isi laporan
ini akan penulis terima dengan lapang dada. Semoga isi dari laporan ini dapat
memberikan manfaat yang signifikan, terutama kepada para pembaca. Terima
kasih.

Jakarta, 11 Juli 2012

Penulis

6
ABSTRAK

Laporan kerja praktik ini merupakan hasil studi kasus di PT. INDONESIA
POWER UNIT PEMBANGKITAN BISNIS PRIOK, Jakarta dengan judul “Studi Tentang
Sistem Variable Inlet Guide Vanes Pada Unit Turbin Gas”. PT. INDONESIA POWER
sendiri merupakan salah satu anak perusahaan dari Perusahaan Listrik Nasional
(PLN) yang berwenang mengelola semua bentuk kegiatan bidang industri
ketenagalistrikan.

Variable Inlet Guide Vanes (VIGV) merupakan salah satu sistem pada
sistem gas turbin. VIGV merupakan suatu sistem yang mengatur udara masukan
yang menuju ke kompresor. VIGV merupakan suatu sistem yang cukup penting
dalam sistem gas turbin karena ini mempengaruhi beban daya yang diinginkan.
Misalkan ketika daya yang diinginkan cukup besar, VIGV harus mengatur udara
masukan menuju kompresor agar dapat memenuhi target beban yang diinginkan
dan sebaliknya.

Metodologi yang penulis gunakan dalam penyusunan laporan ini adalah


studi lapangan dan studi literatur. Studi lapangan meliputi pengamatan langsung,
percobaan, dan wawancara. Studi literatur meliputi kegiatan kepustakaan yang
relevan dengan masalah yang dihadapi penulis.

VIGV sendiri merupakan suatu sistem yang terkadang mengalami eror


atau kerusakan. Kerusakaan ini dapat menyebabkan sistem PLTGU menjadi
kurang maksimal. Kita perlu mencari tahu di manakah letak kerusakan sistem
VIGV terjadi, apakah pada alat instrumennya atau mungkin pada perangkat
kontrolernya.

kata kunci : VIGV, kompresor, kontrol

7
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN...............................................................................................................i
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN KERJA PRAKTEK......................................................................ii
SURAT KETERANGAN................................................................................................................iii
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................iv
ABSTRAK....................................................................................................................................vi
DAFTAR ISI................................................................................................................................vii
DAFTAR GAMBAR......................................................................................................................ix
DAFTAR TABEL............................................................................................................................x
BAB 1. PENDAHULUAN..............................................................................................................1
1.1. Latar Belakang.................................................................................................................1
1.2. Permasalahan..................................................................................................................2
1.3. Tujuan Kerja Praktek........................................................................................................2
1.4. Metodologi Pengambilan Data........................................................................................3
1.5. Sistematika Laporan........................................................................................................3
BAB 2. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN..............................................................................4
2.1. Sejarah Perusahaan PT. Indonesia Power.......................................................................4
2.2. Bisnis Utama....................................................................................................................5
2.3. Visi Perusahaan...............................................................................................................6
2.4. Misi Perusahaan..............................................................................................................7
2.5. Motto Perusahaan...........................................................................................................7
2.6. Budaya Perusahaan.........................................................................................................7
2.7. Filosofi Perusahaan.........................................................................................................8
2.8. Tujuan Perusahaan..........................................................................................................8
2.9. Logo Perusahaan.............................................................................................................8
2.9.1. Logo..........................................................................................................................8
2.9.2. Bentuk......................................................................................................................9
2.9.3. Warna.......................................................................................................................9
2.10. Gambaran Umum UBP Priok.....................................................................................10
2.11. Sejarah Singkat UBP Priok.........................................................................................10

8
2.12. Lokasi dan Luas Wilayah UBP Priok...........................................................................11
2.13. Struktur Organisasi....................................................................................................12
2.14. PLTGU PRIOK..............................................................................................................17
2.14.1. Maksud dan Cakupan Fasilitas...............................................................................17
2.14.2. Pembangkitan daya................................................................................................19
2.14.3. Bahan bakar...........................................................................................................19
2.14.4. Komponen utama..................................................................................................19
2.14.5. Proses.....................................................................................................................21
BAB 3. LANDASAN TEORI.........................................................................................................26
BAB 4. SISTEM KONTROL PADA VARIABLE INLET GUIDE VANES............................................31
4.1. Pengenalan Sistem Kontrol VIGV..................................................................................31
4.2. Cara Kerja Sistem Kontrol VIGV.....................................................................................32
BAB 5. STUDI KASUS VARIABLE INLET GUIDE VANES.............................................................47
5.1. Masalah yang Terjadi pada Variable Inlet Guide Vanes................................................47
5.2. Penyebab Masalah Pada Variable Inlet Guide Vanes....................................................48
5.3. Solusi Pemecahan Masalah Pada Sistem VIGV.............................................................49
BAB 6. KESIMPULAN................................................................................................................50
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................51
LAMPIRAN................................................................................................................................52

9
DAFTAR GAMBAR

Hal

Gambar 2.1 Logo PT. Indonesia Power


8

Gambar 2.2 Lokasi PT. Indonesia Power UBP Priok


11

Gambar 2.3 Struktur Organisasi Perusahaan PT. Indonesia Power


15

Gambar 2.4 Struktur Organisasi PT. Indonesia Power UBP Priok


16

Gambar 2.5 Struktur Organisasi Bagian Pemeliharaan PT. Indonesia Power UBP
Priok 17

Gamber 3.1 P&ID VIGV


29

Gambar 3.2 Diagram card VIGV


30

10
DAFTAR TABEL

Hal

Tabel 2.1 Kapasitas Terpasang per – Unit Bisnis Pembangkit


5

Tabel 2.2 Daya Mampu per - Unit Bisnis Pembangkit


6

Tabel 3.1 Safety dan Monitoring Equipment


28

Tabel 4.1 Deskripsi fungsi sistem VIGV 1


33

Tabel 4.2 Deskripsi fungsi sistem VIGV 2


34

Tabel 4.3 Deskripsi fungsi sistem VIGV 3


35

Tabel 4.4 Deskripsi fungsi sistem VIGV 4


36

Tabel 4.5 Deskripsi fungsi sistem VIGV 5


37

Tabel 4.6 Deskripsi fungsi sistem VIGV 6


38

Tabel 4.7 Deskripsi fungsi sistem VIGV 7


39

Tabel 4.8 Deskripsi fungsi sistem VIGV 8


40

11
Tabel 4.9 Deskripsi fungsi sistem VIGV 9
41

Tabel 4.10 Deskripsi fungsi sistem VIGV 10


42

Tabel 4.11 Deskripsi fungsi sistem VIGV 11


43

12
13
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

PLTGU merupakan suatu instalasi peralatan yang berfungsi untuk mengubah energi
panas sisa pembakaran antara bahan bakar dengan udara menjadi energi listrik yang dapat
digunakan sebagai kebutuhan hidup sehari-hari. PLTGU merupakan penggabungan antara
sistem PLTU dan PLTG. PLTU memanfaatkan energi panas buangan dari PLTG untuk
memanaskan air pada Heat Recovery Steam Generator (HRSG) yang nantinya hasil
pemanasan air berupa uap yang nantinya akan digunakan untuk memutar turbin PLTU.
Secara prinsip PLTGU mempunyai dua sistem operasi yaitu, sistem terbuka (open cycle) dan
sistem kombinasi (combine cycle). Pada sistem terbuka PLTGU hanya menggunakan PLTG
untuk menghasilkan energi listrik. Hasil pembakaran antara bahan bakar dan udara akan
menghasilkan gas yang nantinya akan digunakan untuk menggerakan turbin pada PLTG.
Karena menggunakan sistem terbuka, hasil gas keluaran turbin akan langsung dibuang ke
lingkungan. Untuk sistem kombinasi, hampir sama dengan sistem terbuka, namun hasil gas
buangan akan mengalir ke dalam HRSG untuk memanaskan air yang terdapat di dalamnya.
Hasil pemanasan akan menghasilkan uap yang nantinya akan digunakan untuk memutar
turbin PLTU
Dalam PLTGU diperlukan suatu sistem yang dapat mengatur udara masukan yang
akan masuk ke dalam ruang pembakaran sesuai dengan yang diinginkan. Pada sistem
kombinasi aliran massa udara masukan diubah-ubah sesuai dengan kebutuhan beban
sehingga suhu gas buangan dapat dijaga dengan konstan pada nilai maksimum yang
ditetakan sehingga hal ini dapat menjamin efisiensi termal maksimum dari suatu unit. Pada
kompresor terdapat suatu sistem yaitu Variable Inlet Guide Vanes (VIGV) yang dapat
melakukan proses pengaturan udara masukan tersebut. VIGV pada kompresor dipasang
dengan sedemikian rupa sehingga vane tersebut dapat berputar yang akan mengatur udara
masukan yang menuju kompresor.
Sistem VIGV merupakan suatu sistem yang berjalan secara otomatis. Pada sistem
VIGV terdapat komponen-komponen penyusun sistem tersebut seperti motor, transmitter,
hidrolik, dan lain-lain. Terkadang ada suatu saat ketika sistem VIGV tidak dapat berjalan
secara otomatis. Ini menyebabkan gangguan pada sistem PLTGU. Hal yang menyebabkan
gangguan tersebut bisa saja karena kerusakaan pada alat instrumentasi sistem VIGV atau

1
mungkin terdapat eror pada logika sistemnya. Oleh karena itu kita perlu mencari tahu apa
yang menyebabkan sistem control pada VIGV tidak bekerja secara normal.

1.2. Permasalahan

Dari uraian di atas diperoleh beberapa permasalahan yang akan diselesaikan dalam
laporan kerja praktik ini sebagai berikut
- Bagaimana cara sistem VIGV dalam mengatur udara masuk yang menuju
kompresor ?
- Bagaimana cara kerja sistem VIGV ?
- Apa yang menyebabkan sistem pada VIGV tidak dapat bekerja secara normal ?
- Bagaimana cara untuk mengatasi gangguan pada sistem VIGV ?

1.3. Tujuan Kerja Praktek

Tujuan dari penulis melaksanakan kerja praktik adalah sebagai berikut:


- Memenuhi tugas mata kuliah Etika Rekayasa dan Kerja Praktik (kode mata kuliah
TF4001).
- Mempelajari kondisi surging pada kompresor dan cara mengatasinya.
- Mempelajari CCC Antisurge Controller dan cara kerja kontroler tersebut dalam
mengatasi surging.
- Mempelajari pengaruh macet pada spill back valve pada kerja kontroler saat
running operation.

1.4. Metodologi Pengambilan Data

Metodologi pengambilan data yang dilakukan penulis dalam menyelesaikan laporan


ini adalah studi lapangan dan studi literatur. Studi lapangan dengan berkunjung ke lapangan,
melakukan wawancara, dan melihat secara langsung peralatan yang digunakan; Studi
literatur dengan membaca literatur dari pembimbing, manual instruction perangkat, serta
dokumen-dokumen kilang (P&ID, PFD, dll).

2
1.5. Sistematika Laporan

Sistematika penulisan laporan kerja praktik adalah sebagai berikut :


a. BAB I Pendahuluan
b. BAB II Gambaran Umum Perusahaan
c. BAB III Landasan Teori
d. BAB IV Sistem Kontrol Pada Variable Inlet Guide Vanes
e. BAB V Studi Kasus Variable Inlet Guide Vanes
f. BAB VI Kesimpulan

3
BAB 2. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1. Sejarah Perusahaan PT. Indonesia Power

Pada awal 1990-an, pemerintah Indonesia mempertimbangkan perlunya deregulasi


pada sektor ketenagalistrikan. Langkah ke arah deregulasi tersebut diawali dengan berdirinya
Paiton Swasta I, yang dipertegas dengan dikeluarkannya Keputusan Presiden No. 37 Tahun
1992 tentang pemanfaatan sumber dana swasta melalui pembangkit-pembangkit listrik
swasta. Kemudian, pada akhir 1993, Menteri Pertambangan dan Energi (MPE) menerbitkan
kerangka dasar kebijakan (Sasaran & Kebijakan Pengembangan Sub sektor ketenagalistrikan)
yang merupakan pedoman jangka panjang restrukturisasi sektor ketenagalistrikkan

Sebagai penerapan tahap awal, pada 1994 PLN diubah statusnya dari Perum
menjadi Persero. Setahun kemudian, tepatnya pada 3 Oktober 1995, PT PLN (Persero)
membentuk dua anak perusahaan, yang tujuannya untuk memisahkan misi sosial dan misi
komersial yang diemban oleh Badan Usaha Milik Negara tersebut. Salah satu dari anak
perusahaan itu adalah PT Pembangkitan Tenaga Listrik Jawa-Bali I, atau lebih dikenal dengan
nama PLN PJB I. Anak perusahaan ini ditujukan untuk menjalankan usaha komersial pada
bidang pembangkitan tenaga listrik dan usaha-usaha lain yang terkait.

Pada 3 oktober 2000, bertepatan dengan ulang tahunnya yang kelima. Manajemen
Perusahaan secara resmi mengumumkan perubahan nama PLN PJB I menjadi PT Indonesia
Power. Perubahan nama ini merupakan upaya untuk menyikapi persaingan yang semakin
ketat dalam bisnis ketenagalistrikan dan sebagai persiapan untuk privatisasi Perusahaan
yang akan dilaksanakan dalam waktu dekat

Walaupun sebagai perusahaan komersial di bidang pembangkitan baru didirikan


pada pertengahan 1990-an, Indonesia Power mewarisi berbagai sejumlah aset berupa
pembangkit dan fasilitas-fasilitas pendukungnya. Pembangkit-pembangkit tersebut
memanfaatkan teknologi modern berbasis komputer dengan menggunakan beragam energi
primer seperti air, batubara, panas bumi dan sebagainya. Namun demikian, dari pembangkit-
pembangkit tersebut, terdapat pula beberapa pembangkit paling tua di Indonesia seperti
PLTA Plengan, PLTA Ubrug, PLTA Ketenger dan sejumlah PLTA lainnya yang dibangun pada
tahun 1920-an dan sampai sekarang masih beroperasi. Dari sini, dapat dipandang bahwa

4
secara kesejarahan pada dasarnya usia PT Indonesia Power sama dengan keberadaan listrik
di Indonesia

Pembangkit-pembangkit yang dimiliki oleh Indonesia Power dikelola dan


dioperasikan oleh 8 (delapan) Unit Bisnis Pembangkitan: Priok, Suralaya, Saguling,
Kamojang, Mrica, Semarang, Perak & Grati dan Bali. Secara keseluruhan, Indonesia Power
memiliki daya mampu sebesar 7.332 MW. Ini merupakan daya mampu terbesar yang dimiliki
oleh sebuah perusahaan pembangkitan di Indonesia.

2.2. Bisnis Utama

PT. Indonesia Power sendiri mempunyai kapasitas yang terpasang per-unit bisnis
pembangkit yang dapat dilihat pada tabel 2.1.

Unit Bisnis Pembangkitan Kapasitas (MW) Jenis Pembangkit


Suralaya 3.400 PLTU Batu Bara
1.248 PLTD, PLTU, PLTG, PLTGU ALSTOM,

(Rencana penambahan PLTGU MITSHUBISHI


Priok
dari PLTGU block 3 : 740
MW )
Saguling 797 PLTA
Kamojang 375 PLTP
Mrica 306 PLTA
PLTU Minyak, PLTG, PLTGU
Semarang 1.469

Perak-Grati 864 PLTU Minyak, PLTG, PLTGU


Bali 428 PLTD, PLTG
Total Indonesia Power 8.887
Tabel 2.1 Kapasitas Terpasang per – Unit Bisnis Pembangkit

Sesuai dengan tujuan pembentukannya, PT. Indonesia Power menjalankan bisnis


pembangkit tenaga listrik sebagai bisnis utama di Jawa dan Bali. Pada Tahun 2004, PT.
Indonesia Power telah memasok sebesar 44.417 GWh atau sekitar 46,51% dari produksi
Sistem Jawa Bali.

5
Dengan faktor kapasitas (rata-rata 58%) maupun daya mampu pembangkit tersebut
dapat mencerminkan kemampuan pembangkit PT. Indonesia Power dalam menopang sistem
ketenagalistrikan pada Sistem JAMALI (Jawa Madura Bali).

Diharapkan dengan tingkat keandalan pembangkit (EAF) diatas 86% (rata-rata EAF
Tahun 2004) perusahaan akan dapat memasok sistem energi listrik sesuai rencana yang
telah disepakati dengan sistem pengaturan beban di sistem JAMALI.

Tahun 2004 Tahun 2005


Unit Bisnis Pembangkitan
(MW) (MW)
Suralaya 2.852 2.984
Priok 1.026 1.048
Saguling 697 761
Kamojang 333 333
Mrica 298 301
Semarang 1.098 1.143
Perak-Grati 673 762
Bali 244 321
Total Indonesia Power 7.221 7.653

Tabel 2.2 Daya Mampu per - Unit Bisnis Pembangkit

2.3. Visi Perusahaan

Menjadi perusahaan publik dengan kinerja kelas dunia dan bersahabat dengan
lingkungan.

2.4. Misi Perusahaan

Melakukan usaha dalam bidang ketenagalistrikan serta mengembangkan usaha –


usaha lainnya yang berkaitan, berdasarkan kaidah industri dan niaga yang sehat, guna
menjamin keberadaan dan pengembangan perusahaan dalam jangka panjang.

6
2.5. Motto Perusahaan

Bersama…………kita maju!

2.6. Budaya Perusahaan

a. Integritas, sikap moral yang mewujudkan tekad untuk memberikan yang terbaik
pada konsumen.
b. Profesional, mengetahui pengetahuan, keterampilan, dan kode etik sesuai
bidang pekerjaannya.
c. Harmoni, serasi, selaras, seimbang dalam :
- Pengembangan kualitas pribadi.
- Hubungan dengan stakeholder ( pihak terkait ).
- Hubungan dengan lingkungan hidup.
d. Pelayanan prima, memberi pelayanan yang memenuhi kepuasan melebihi
harapan stakeholder.
e. Peduli, peka-tanggap dan bertindak untuk melayani stakeholder serta
memelihara lingkungan sekitar.
f. Pembelajar, terus menerus meningkatkan pengetahuan dan keterampilan serta
kualitas diri yang mencakup fisik, mental, sosial, agama dan kemudian berbagi
dengan orang lain.
g. Inovatif, terus menerus dan berkesinambungan menghasilkan gagasan baru
dalam usaha melakukan pembaharuan untuk penyempurnaan baik proses
maupun produk dengan tujuan peningkatan kerja.

2.7. Filosofi Perusahaan

1. Mengutamakan Pasar dan Pelanggan.


2. Menciptakan keunggulan untuk memenangkan persaingan.
3. Memelopori pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi.

7
4. Menjunjung tinggi etika bisnis.
5. Memberi penghargaan atas prestasi.

2.8. Tujuan Perusahaan

1. Menciptakan mekanisme peningkatan efisiensi yang terus menerus dalam


penggunaan sumber daya perusahaan.
2. Meningkatkan pertumbuhan perusahaan secara berkesinambungan dengan
bertumpu pada usaha penyediaan tenaga listrik dan saran penunjang yang
berorentasi pada permintaan pasar yang berwawasan lingkungan.
3. Menciptakan kemampuan dan peluang untuk memperoleh pendanaan yang
berasal dari berbagai sumber yang saling menguntungkan.
4. Mengoperasikan pembangkit tenaga listrik secara kompetitif serta mencapai
standar kelas dunia dalam hal keamanan, keandalan, efisiensi maupun
kelestarian lingkungan.
5. Mengembangkan budaya perusahaan yang sehat atas dasar saling menghargai
antar karyawan dan mitra kerja, serta mendorong terus kekokohan integritas
pribadi dan profesionalisme.

2.9. Logo Perusahaan

2.9.1. Logo

Logo PT. Indonesia Power adalah sebagai berikut :

Gambar 2.1 Logo PT. Indonesia Power

Makna bentuk dan warna logo PT. Indonesia Power (perusahaan)


merupakan cerminan identitas dan lingkup usaha yang dimilikinya.

Secara keseluruhan nama Indonesia Power merupakan nama yang kuat


untuk melambangkan lingkup usaha perusahaan sebagai power utility company di
Indonesia. Walaupun bukan merupakan satu-satunya power utility company di

8
Indonesia, namun karena perusahaan memiliki kapasitas terbesar di Indonesia
bahkan di kawasannya, maka nama Indonesia Power dapat dijadikan brand name.

2.9.2. Bentuk

Karena nama yang kuat, INDONESIA dan POWER ditampilkan dengan


menggunakan dasar jenis huruf (font) yang tegas dan kuat :

FUTURA BOOK/ REGULER dan FUTURA BOLD

Aplikasi bentuk kilatan petir pada huruf “O” melambangkan “Tenaga


Listrik” yang merupakan lingkup usaha utama perusahaan. Titik bulatan merah (red
dot) diujung kilatan petir merupakan simbol perusahaan yang telah digunakan sejak
masih bernama PT. PLN PJB I. Titik ini merupakan simbol yang digunakan di
sebagian besar materi komunikasi perusahaan. Dengan simbol yang kecil ini,
diharapkan identitas perusahaan dapat langsung terwakili.

2.9.3. Warna

1. Merah
Diaplikasikan pada kata INDONESIA, menunjukkan identitas yang kuat
dan kokoh sebagai pemilik sumber daya untuk memproduksi tenaga
listrik, guna dimanfaatkan di Indonesia dan juga di luar negeri.

2. Biru
Diaplikasikan pada kata POWER. Pada dasarnya warna biru
menggambarkan sifat pintar dan bijaksana, dengan aplikasi pada kata
POWER, maka warna ini menunjukkan produk tenaga listrik yang
dihasilkan perusahaan memiliki ciri-ciri :
a. Berteknologi tinggi
b. Efisien
c. Aman
d. Ramah Lingkungan

2.10. Gambaran Umum UBP Priok


9
Unit Bisnis Pembangkitan Priok merupakan salah satu Unit Bisnis Pembangkitan
besar yang dimiliki oleh PT. Indonesia Power yang beralamat di Jl. Laks. Laut R.E.
Martadinata, Jakarta 14310, Indonesia dan sub-unitnya di Jl.Asia Afrika Senayan, Jakarta
Selatan 12210. Saat ini terpasang 16 unit pembangkit terdiri dari dua unit PLTG siklus
terbuka, enam unit PLTD, dua blok PLTGU yang setiap bloknya terdiri dari 3 unit turbin gas
dan 1 unit PLTU.

2.11. Sejarah Singkat UBP Priok

Pertengahan tahun 1960, dalam rangka memenuhi kebutuhan listrik di Jakarta


khususnya dan Jawa Barat pada umumnya, maka PLN Eksploitasi XIII membangun PLTU
konvensional 1 dan 2. Namun pada tahun 1989, dengan mempertimbangkan berbagai faktor
maka PLTU 1 dan 2 tersebut tidak dioperasikan lagi.

Pesatnya pembangunan di segala bidang khususnya industri maka di tahun 1972


dibangun 2 unit PLTU 3 dan 4. Setelah sekian lama dioperasikan, unit ini pada kondisi
Reserve Shut Down.

Berikutnya dibangun PLTG John Brown, kini dipergunakan oleh PLTU Suralaya untuk
unit Black Start, lalu dibangun lagi 2 unit PLTG Westing House dan GE 4, 5, 6, 7. Saat ini PUB
6 direlokasi ke PLN wilayah Sumatera bagian selatan yang letaknya di daerah Indragiri
Palembang, sebagai pengelola PT. Cogindo anak perusahaan PT. Indonesia Power, sedangkan
unit 7 Draw Back to GE. Unit 4 dan 5 direlokasi ke Bali menjadi PLTGU Pemaron.

Hal penting yang harus diketahui adalah terdapatnya 2 unit PLTG yaitu PLTG 1 dan
PLTG 3 yang dapat dihidupkan tanpa menggunakan energi listrik dari luar (Black Start),
apabila terjadi pembadaman total (Black Out). Energi listrik yang dihasilkan dapat
dipergunakan untuk menghidupkan unit pembangkit lainnya, kemampuan ini sangat
menunjang dalam rangka pemulihan kembali sistem kelistrikan Jawa - Bali. Karena fungsinya
yang sangat vital, kedua unit ini tidak dioperasikan setiap hari.

Selain kedua unit PLTG tersebut, Unit Pembangkitan Priok juga mengelola 6 unit
PLTD Senayan beroperasi tahun 1961. PLTD Senayan Kebayoran, melalui feeder VIP hingga
saat ini memasok kebutuhan energi listrik ke gedung MPR, Gelora Bung Karno dan TVRI.

10
Tanggal 25 Maret 1992, PLN menyertakan internasional Konsorsium ABB dan
Marubeni untuk membangun 2 blok PLTGU dengan kapasitas 1.180 MW, dengan demikian
energi listrik yang diproduksi oleh Unit Bisnis Pembangkitan Priok sekitar 7.500.000
Kwh/tahun. Setiap hari dihasilkan energi listrik sebesar 20.500.000 Kwh atau sekitar 11% dari
keperluan energi total sistem kelistrikan Jawa-Bali. Dengan menggunakan kabel bawah
tanah, listrik sebesar 150 KV disalurkan ke GI Plumpang dan GI Ancol. Selain itu listrik juga
dialirkan melalui saluran udara tegangan tinggi (SUTT) 150 KV ke Kemayoran I/II, Plumpang
I/II. Setelah PLTGU Priok sempurna untuk dioperasikan maka dilakukan sinkronisasi ke sistem
kelistrikan Jawa-Bali.

2.12. Lokasi dan Luas Wilayah UBP Priok

Gambar 2.2 Lokasi PT. Indonesia Power UBP Priok

PT. Indonesia Power Unit Bisnis Pembangkitan Piok terletak di teluk Jakarta
berdekatan dengan Pelabuhan Samudra internasional yaitu Tanjung Priok. Dikelilingi oleh
kawasan bisnis dan industri berat, serta obyek pariwisata Taman Impian Jaya Ancol
membuat lokasi UBP Priok sangat strategis ditinjau dari aspek geografis perkotaan. UBP
priok mudah dicapai dari berbagai arah dengan memalui jalan raya kota ataupun jalan tol.
Jalur Tol Cawang Tanjung Priok adalah akses tercepat dari arah selatan dan timur. Dari arah
bandara Cengkareng atau wilayah barat Jakarta maka jalan termudah adalah menyusuri jalan
tol lintas utara menuju arah timur. Dari pusat kota kawasan Monas jarak tempuh kira-kira 10
km. PT. Indonesia Power Unit Bisnis Pembangkitan Priok menempati lahan seluas 28 Ha, di
tepi pantai Utara Jawa.

11
2.13. Struktur Organisasi

Berawal dari perusahaan dengan nama PT. PJB 1 Unit Pembangkitan Tanjung Priok
didirikan sejak tahun 1995-1996 Selama perjalanan usahanya, perusahaan ini telah banyak
mengalami perubahan dan penyempurnaan organisasi perusahaan, dan seperti yang telah
dituliskan di sejarah PT. Indonesia Power pada tahun 2000 menjadi PT. Indonesia Power
sebagai pelaksana pembangkitan tenaga listrik, sedangkan fungsi pelaksanaannya yaitu :
1. Melakukan perencanaan dan pelaksanaan pembangkitan tenaga listrik (JAMALI)
2. Mengoperasikan dan memelihara pembangkitan tenaga listrik
3. Melakukan dan meningkatkan pengelolaan sumber daya manusia, administrasi,
keuangan dan material.

Organisasi PT. Indonesia Power telah banyak mengalami perubahan mengikuti


perkembangan agar lebih fleksibel dan dinamis sehingga mampu menghadapi dan
menyesuaikan situasi bisnis yang selalu berubah.

Untuk melaksanakan tugas dan fungsinya dengan baik dan benar maka perusahaan
membuat susunan/ struktur organisasi sebagai berikut :

a. Kepemimpinan dipegang oleh General Manager,


b. General Manajer tersebut dibantu oleh :
1. Auditor
2. Enjinir
3. Sekretaris
4. Spesialis
c. General Manager juga dibantu oleh beberapa manajer dibawahnya yaitu :
1. Manajer Operasi & Niaga
2. Manajer Pemeliharaan
3. Manajer Logistik

12
4. Manajer SDM dan Humas
5. Manajer SIS dan Keuangan
6. Manajer Enjiniring dan Manajemen Aset

Manajer-manajer tersebut memimpin masing-masing bagian divisi dengan tugas :


a. Manajer Operasi & Niaga
1. Perencanaan
2. Pengendali Niaga
3. Kinerja
4. Operasi dibagi atas 4 kelompok : A, B, C, D
5. Kimia & Lingkungan
b. Manajer Pemeliharaan
1. Pemeliharaan Mesin PLTGU, PLTU/G
2. Pemeliharaan Listrik
3. Pemeliharaan Kontrol & Instrumen
4. Keandalan Unit & Mutu Pearalatan
5. Bengkel & Tools
c. Manajer Logistik
1. Perancanaan Logistik
2. Biro & Jasa
3. Gudang

d. Manajer SDM dan Humas


1. Administrasi Pegawai
2. Sistem Informasi
3. Pengembangan SDM
4. Sekretariat dan Fasilitas
5. Keamanan dan Humas
e. Manajer SIS dan Keuangan
1. Anggaran
2. Keuangan
3. Akuntansi

13
f. Manajer Enjiniring dan Manajemen Aset
1. Perencanaan dan pengendalian Investasi
2. Perencanaan Bisnis
3. Pengembangan dan manajemen Aset

14
Gambar 2.3 Struktur Organisasi Perusahaan PT. Indonesia Power

15
Gambar 2.4 Struktur Organisasi PT. Indonesia Power UBP Priok

16
Gambar 2.5 Struktur Organisasi Bagian Pemeliharaan PT. Indonesia Power UBP Priok

2.14. PLTGU PRIOK

2.14.1. Maksud dan Cakupan Fasilitas

PLTGU merupakan suatu instalasi peralatan yang berfungsi untuk


mengubah energi panas (hasil pembakaran bahan bakar dan udara) menjadi energi
listrik yang bermanfaat. Pada dasarnya sistem PLTGU merupakan penggabungan
antara PLTG dan PLTU. PLTU memanfaatkan energi panas dari gas buang yang
terbuang dari hasil pembakaran di PLTG untuk memanaskan air di HRSG (Heat
Recovery Steam Generator) sehingga menjadi uap kering. Uap kering inilah yang
akan digunakan untuk memutar sudu turbin uap.

Jadi secara prinsip PLTGU mempunyai dua sistem operasi, yaitu :

1. Open Cycle, dimana gas buang dari turbin gas langsung dibuang dan
tidak dimanfaatkan (operasi sebagaimana pada PLTG) dan mempunyai
efisiensi yang rendah karena banyak panas yang terbuang percuma.

2. Combined Cycle (daur ganda), dimana gas buang PLTG dimanfaatkan


untuk memanaskan air menjadi uap jenuh. Pengaturan operasi open

17
dan combined cycle hanya menggunakan damper/valve yang menuju
HRSG. Operasi ini dapat menaikkan efisiensi pembangkit listrik hingga
40% (untuk PLTGU Priok dapat mencapai 43%).

Sistem pembakaran pada PLTGU tergolong sebagai sistem pembakaran


dalam (Internal Combustion) dimana gas hasil pembakaran di ruang bakar digunakan
sebagai fluida kerja untuk memutar sudu turbin.

Keuntungan dari PLTGU :

1. Efisiensi Termal yang dihasilkan tinggi, mencapai 40-45%.

2. Hasil dari pembakaran tidak mencemari lingkungan karena


pembakaran pada PLTGU dengan menggunakan gas alam pembakaran
yang terjadi hampir sempurna.

3. Lahan yang digunakan tidak begitu luas, hal ini sesuai dengan kondisi
kota Jakarta.

4. Pengoperasian lebih mudah karena menggunakan teknologi canggih.

5. Pengoperasian untuk membangkitkan daya tergolong cepat, 10-13


menit sampai online, dan kecepatan pembebanan GT adalah 7,2 MW
per menit. Dan 30 MW / menit untuk ST.

6. Pemeliharaan lebih mudah, hal ini dikarenakan adanya diagnosa pada


bagian-bagiannya.

Pengoperasian dari fasilitas ditentukan tergantung kebutuhan pada


jaringan. Maka dari itu utamanya station akan dioperasikan sebagai base load
station namun dapat dimampukan untuk pola operasi alternatif termasuk operasi
dua shift.

Plant tidak mempunyai kemampuan black start. Bila terjadi grid breaks
down memungkinkan untuk island operation. Dalam jangkauan temperatur
ambient 21 - 34 oC, plant mampu beroperasi tanpa hambatan.

18
2.14.2. Pembangkitan daya

Fasilitas membangkitkan daya listrik untuk jaringan 1143,7 MW net output


dengan pembakaran minyak dan 1180.0 MW net output dengan pembakaran gas
alam dalam kondisi-kondisi ambient yang terjamin. Fasilitas terdiri dari dua blok
combined cycle yang identik.

2.14.3. Bahan bakar

Fasilitas dapat beroperasi dengan dua jenis bahan bakar, high speed diesel
(HSD) oil dan natural gas.

2.14.4. Komponen utama

Gambaran berikut akan menunjukan komponen utama pada satu blok :

1. Gas turbine

3 ABB Gas Turbine type GT13E dengan burner standard dan ABB air-
cooled generator.

2. Heat recovery steam generator (HRSG)

3 CMI dual pressure heat recovery steam generator dioperasikan dalam


mode sirkulasi paksa. Masing-masing boiler menghasilkan superheated HP-
steam dan saturated LP-steam. Tidak ada tambahan pembakaran yang
terinstalasi.

3. Bypass stack

Sebuah bypass stack termasuk bypass damper antara masing-masing


turbin gas dan HRSG.

4. Steam turbine

1 ABB dual pressure condensing steam turbine, dengan ABB air-cooled


generator. Turbine tidak memiliki extractions maupun bleedings.

5. Condenser

1 ABB design condenser yang di dinginkan dengan air laut.

19
6. Steam turbine bypasses

3 HP dan 1 LP steam turbine bypass stations. Masing-masing steam


bypass dirancang untuk 100% HRSG mass flow pada tekanan 100%.

7. Deaerator / feedwater storage tank

1 deaerator / feedwater storage tank menyediakan siklus uap/air


sebagai penampung feedwater untuk heat recovery steam generator dan
preheat/deaerate air kondensat utama yang masuk. Pemanasan uap
diekstaksi dari LP-steam line.

8. Cooling systems

Sistem pendinginan air tertutup untuk masing-masing turbin gas


menjamin pendinginan generator turbin gas. Panas dari sistem lube oil
dibuang ke sistem pendinginan air tertutup melalui lube oil coolers. Panas
dari sistem pendinginan air tertutup dibuang ke atmosphere (3 X 50%
water-air cooler). 2 X 100% kapasitas pompa sirkulasi disediakan untuk
sistem pendinginan air tertutup turbin gas.

Sistem pendinginan air tertutup yang terpisah (satu sistem pendinginan


air tertutup per blok) menjamin pendinginan generator turbin uap, sistem
minyak pelumas turbin uap, feed water pumps, sampling system dan
lainnya. 2 X 100% kapasitas pompa sirkulasi disediakan untuk masing-
masing sistem pendinginan air tertutup. Panas yang diserap dibuang ke
sistem air pendingin utama yang terhubung ke kondensor, menyediakan
siklus air/uap sebagai sebuah heat sink. Panas yang diserap dibuang ke laut
jawa. 2 X 100% kapasitas pompa sirkulasi disediakan untuk masing-masing
blok.

Termasuk chlorination plant untuk chlorination dosing air pendingin


utama.

20
9. Water Treatment

2 X 100% Water treatment mixed bed demineralizers plant menjamin


suplai demineralized water untuk fasilitas. Treated water masuk ke
kondensor dan menggantikan air yang terbuang karena blowdown dan
kebocoran pada siklus uap/air. Demineralized water ditampung pada 1000
m3 make-up water tank.

10. Desalination Plant

2 X 100% kapasitas vacuum type desalination plant disediakan untuk


memproduksi raw water untuk make-up, fire protection dan potable water.
Uap untuk desalination plant diambil dari sistem uap pelengkap yang
terhubung ke sistem HP-system. Sebuah auxiliary boiler disediakan sebagai
back-up ketika plant shut down. Hasil roduksi desalination plant ditampung
pada dua service water tank, masing-masing 1500 m3.

11. Transformers

4 main transformer menghubungkan generator turbin gas dan turbin


uap dengan switchyard.

12. Control System

Sistem pengendalian adalah Procontrol P yang terdiri dari Blockmaster,


Boilermat, Egatrol dan Turbomat. Plant management system yang
memungkinkan kalkulasi proses dan monitoring process histories (trend
curves, statistics dan archiving)

2.14.5. Proses

Masing-masing turbin gas menggerakan generator. Turbin gas terhubung


dengan Heat Recovery Steam Generator (HRSG) melalui ducting yang termasuk
bypass stack dengan damper.

Sirkuit air/uap terdiri dari satu HRSG untuk masing-masing turbin gas (3
HRSG per blok) dan uap yang dihasilkan dari perpindahan panas dari exhaust turbin
gas.

21
Masing-masing HRSG dirancang sebagai two pressure level boiler :

- Dual parallel HP1/LP economizer

- LP-evaporator dengan drum

- HP-economizer

- HP-evaporator dengan drum

- HP-superheater

HRSG menggunakan tipe sirkulasi paksa dengan pompa sirkulasi paksa 2 X


100% HP dan 2 X 100% LP.

Superheated high pressure live steam dan low pressure steam disalurkan
menuju turbin uap. Uap ekpansi kemudian dikondensasikan pada water cooled
condenser dan dikembalikan ke boiler melalui feed water tank/deaerator hingga
menyelesaikan siklusnya. Water cooled condenser tipe permukaan disediakan
dengan air pendingin yang diambil dari kanal ancol. Terdapat 2 X 50% pompa air
sirkulasi. Pompa kedua akan beroperasi secara otomatis bila lebih dari satu turbin
gas beroperasi pada mode combined cycle.

Udara dari gas-gas yang tidak dapat dikondensasikan yang masuk ke turbin
uap dan sirkuit diekstraksi dari ruang uap pada kondensor menggunakan sistem
evakuasi. Selama operasi daya normal, evakuasi diambil keluar dengan steam jet
ejector set dua tingkat dengan inter- dan after-condensers. Uap yang terkondensasi
dari inter- dan after-condensers dikembalikan ke kondensor utama melalui flash
box. Motive steam untuk operasi ejector diambil dari HP-steam line. Udara yang
diekstraksi oleh ejector set di buang ke atmosphere.

Air kondensat dari kondensor turbin uap digunakan untuk mendinginkan


inter- dan after-condensers.

Steam ejector satu tingkat digunakan untuk evakuasi start-up. Motive


steam untuk ejector diambil dari HP-steam line. Motive steam tersebut dan udara
yang diekstraksi oleh ejector dibuang secara langsung ke atmosphere melalui
silencer.

22
Air kondensat yang terakumulasi pada main condenser hotwell disalurkan
ke deaerator menggunakan dua dari 3 X 50% pompa kondensat. Dua pompa
beoperasi pada beban penuh. Yang ketiga disediakan untuk standby dan beroperasi
secara otomatis bila terjadi gangguan pada pompa yang beroperasi atau untuk
mendukung operasi sistem steam bypass.

Tinggi permukaan air kondensat pada hotwell dijaga konstan oleh control
valve dan minimum flow control valve pompa kondensat. Condensate minimum
flow control valve menjamin aliran kondensat yang memadai melalui pompa
kondensat. Pada mode operasi ini kondensat disirkulasikan kembali ke kondensor.

Akhirnya, kondensat di deaerasi pada feed water / deaerator storage tank


dengan menggunakan LP steam dari HRSG.

Feed water / deaerator storage tank (FWST) yang terpisah masing-masing


blok disediakan untuk tiga HRSG. Feed water storage tank berfungsi untuk
mengkompensasi perbedaan pada suplai air pada siklus air/uap.

Gas-gas yang dibuang dari deaerator bagian atas dihubungkan ke


kondensor ketika pembakaran gas atau ke atmosphere ketika pembakaran HSD.

Tinggi permukaan feed water storage tank dikendalikan oleh make-up


water valve pada make-up water line ke kondensor. Jika tinggi permukaan pada feed
water storage tank turun, make-up water valve (on/off) terbuka dan make-up water
dialirkan ke kondensor. Kemudian main condensate discharge control valve terbuka
untuk menaikan tinggi permukaan FWST. Jika tinggi permukaan-nya terus turun
maka emergency make-up water control valve terbuka menuju condenser flash box.
Jika tinggi permukaan-nya terlalu tinggi sebuah over flow valve akan terbuka dan
men-drain kondensat.

Dari feed water storage tank kemudian feed water disalurkan ke HRSG
menggunakan HP dan LP feed water pumps.

Terdapat 3 X 50% HP dan LP feed water pumps yang terkendali dengan


kecepatan dan pencekikan konstan. Dua pompa beroperasi pada beban penuh.
Pompa ketiga bekerja sebagai standby dan beroperasi secara otomatis ketika

23
gangguan pada pompa yang beroperasi. Pompa dikendalikan dengan pencekikan
oleh HP/LP feed water flow control valve.

Minimum discharge flow rate dari HP dan LP feed water pump akan terjaga
oleh combined recirculation-check valves yang terpasang pada discharge masing-
masing pompa.

Untuk menaikan fleksibilitas operasi dan start-up dari combined cycle


plants, disediakan suatu sistem bypass steam. Terdapat Steam bypass stations yang
terpisah untuk masing-masing HP steam line, satu untuk tiap HRSG. Satu LP bypass
station bersama untuk tiga HRSG.

Sistem steam bypass beroperasi secara otomatis pada kasus-kasus berikut:

- Turboset start-up atau shut-down

- Rapid load reduction dari turboset

- Load rejection atau turbine trip

- Restart satu HRSG ketika turbin dan HRSG lainnya beroperasi

Instalasi dari satu HP steam bypass station per HRSG mengijinkan start-up
HRSG yang independen tidak tergantung terhadap besarnya tekanan dan
temperatur yang berlaku pada HP steam header. Perpindahan dari operasi bypass
ke operasi turbin akan dilaksanakan oleh sistem pengendalian turbin. LP bypass
individual tidak dibutuhkan selama start-up HRSG. Diijinkan untuk start-up dan
pembebanan awal turbin terlebih dahulu untuk menyelesaikan start-up boiler
individual.

Sistem steam bypass dirancang untuk memegang seluruh produksi uap


pada tekanan penuh pada semua kondisi ambient. Terdiri dari pneumatic isolation
valves, steam pressure reducing valves, a steam dump device yang tergabung
dengan desuperheating station dengan sistem air injeksi bersama dengan peralatan
pengukuran, pengendali dan proteksi.

Tekanan live steam pada masing-masing HP atau LP steam line


dikendalikan selama operasi bypass oleh pressure reducing valve. Setelah melewati
pressure reducing valve, uap masuk ke steam dump device dan di ekspansi melalui

24
plat berlubang pada tingkat pertama dumping device. Pada steam dump device,
desuperheater ditempatkan setelah tingkat pertama. Air kondensat utama
diinjeksikan dan uap dijenuhkan pada titik saturasi. Pada tingkat kedua steam dump
device tekanan uap diturunkan sampai pada tekanan kondensor.

25
BAB 3. LANDASAN TEORI

Inlet guide vane pada compressor MBA80 dipasang dengan sedemikian rupa
sehingga vane tersebut dapat berputar. Tangkai menghubungkan vane tersebut dengan
cincin yang dapat disesuaikan dan terpasang di sekeliling inlet dari compressor housing.
Cincin ini dipasang sehingga dapat berputar, dengan digerakkan oleh linear amplifier
MBX82AS001.
Linier Amplifier disuplai dengan minyak dari power oil system MBX52, dan yang
ketika bekerja disuplai oleh high pressure power oil system MBX22. Tachometer-controlled
DC motor disertakan pada linier amplifier berikut terpasang pada brake. Motor ini
mengarahkan unit control untuk tachometer-controlled DC motor.
Brake dipasang pada DC motor yang berfungsi untuk memberikan pengereman
yang tepat pada motor, dengan demikian memungkinkan inlet guide vane row untuk berada
tepat pada posisi yang diinginkan.
Hydraulic clamping unit tidak akan membuka sampai tekanan minyak control
berada di atas level yang ditetapkan. Tangkai piston menjaga agar inlet guide vane row
berada tetap pada posisinya sampai tekanan telah tercapai dan tidak dapat digerakkan.
Untuk menggerakkan variable inlet guide vane, pilot valve MBX52AA001 melakukan
switch over dan membuka jalur dari HP power oil delivery MBX22 ke linier amplifier
MBA82AS001. HP-Pilot oil mengalir ke clamping unit dan ke hydraulic control unit. HP-Pilot
oil membuka clamping unit.
Unit control elektrik dengan kontrol motor DC mengendalikan unit control hydraulic
dan membuka jalur pilot oil untuk membuka atau menutup inlet guide vanes. Sampai guide
vane telah mencapai posisi yang ditetapkan, motor DC mati.
Pilot valve MBX52AA001 melakukan switch over lagi dan membuka jalur dari linier
amplifier ke HP-Power oil return system MBX72. Tekanan pilot oil hilang dan kemudian
clamping unit menutup. Tangkai piston menjaga agar guide vane posisinya tidak berubah.
Unit control elektrik dan hidrolik bergerak kembali pada posisi semula. Linier amplifier dan
pilot oil system MBX52 dilepaskan.

26
Standstill
Inlet guide vane ditutup ketika gas turboset dalam keadaan standstill (standstill
posistion dari guide vane kira-kira sebesar +7⁰).

Start-Up
Variable inlet guide vane row otomatis berada pada posisi start-up selama prosedur
start-up (guide vane angle kira-kira +47⁰ ).

Operation
Inlet guide vane row dikendalikan secara otomatis ketika gas turboser bekerja.
Ketika beban gas turboset berada di atas level yang ditentukan, guide vane
membuka secara kontinyu seiring dengan meningkatnya daya keluaran dari sekitar
+47⁰ sampai sekitar +72⁰ dan menutup secara kontinyu seiring dengan menurunnya
daya keluaran dari sekitar +72⁰ sampai sekitar +47⁰ (posisi start-up).
Inlet guide vane row dapat juga disesuaikan dan berada tetap pada posisi yang
diinginkan secara manual di atas jangkauan beban (Pushbutton di control room).

Shutdown
Inlet guide vane row dikendalikan secara otomatis ketika gas turboset di shut down.
Inlet guide vane row menutup ketika beban berkurang. Posisi tersebut di setting
secara otomatis pada start-up position (sekitar +47⁰) ketika beban turun di bawah
level yang ditetapkan. Inlet guide vane row menutup pada posisi standstill (sekitar
+7⁰) dengan cepat sebelum gas turboset mencapai keadaan standstill.

Trip Turbin
Linier amplifier dikunci pada posisi yang aman selama trip gas turboset. Inlet guide
vane berada pada posisi yang tetap sehingga vane tersebut berada pada posisi
waktu proses trip. Inlet guide vane row menutup ke posisi standstill secepatnya
sebelum gas turboset mencapai standstill.

27
Safety dan Monitoring Equipment

No Alat Pengukuran Nilai Batas


1. MBX52CP001
2. MBA82CG001
3. MBA82CG002 7⁰-9⁰,4-20mA, work range: 47⁰-72⁰, A : ±2%, trip <45⁰

4. MBA82CG003
5. MBA82AS001 Pmax 150 bar, brake holding force: 30 kN, hydraulic
release press : 120 bar. Lim, switch : ±2.5 mm

Tabel 3.1 Safety dan Monitoring Equipment

28
Berikut Piping & Instrument Diagram VIGV :

Gamber 3.1 P&ID VIGV

29
Berikut diagram yang menggambarkan card sebagai I/O dan control pada VIGV :

Gambar 3.2 Diagram card VIGV

Keterangan :
MBA82CG001 : position transmitter
MBA82CG002 : position transmitter
MBA82AS001 : proximity sensor
81EA02 : card output module
83SR05 : card analog control module
81AB10: card output binary module
81AA02: card output module
81EU10: card input module
UA377 : card decontic

30
BAB 4. SISTEM KONTROL PADA VARIABLE INLET GUIDE VANES

4.1. Pengenalan Sistem Kontrol VIGV

Pengontrol yang digunakan dalam sistem VIGV terdapat 2 buah yaitu, pengontrol
proportional (P) dan pengontrol proportional integral (PI). Pengontrol proportional
digunakan untuk mengontrol perubahan posisi sudut dari VIGV tersebut. Untuk pengontrol
proportional integral digunakan untuk mengatur kecepatan motor penggerak VIGV. Alasan
pengontrol posisi sudut VIGV menggunakan pengontrol proportional yatu karena pada VIGV
sudah terdapat suatu sistem yang bersifat integral. Perangkat kontroler yang digunakan
untuk mengontrol VIGV masih bersifat analog yang terlihat seperti rangkaian dari
komponen-komponen penyusun seperti resistor,op-amp, dan lain-lain. Berbeda dengan
kontroler digital yang dengan mudah tinggal memasukan suatu program ke dalam kontroler
untuk mengubah pengaturannya, untuk kontroler analog kita harus memutar potensiometer
yang terdapat pada kontroler untuk mengubah pengaturannya sambil memeriksa keluaran
dari kontroler sampai hasil yang diinginkan tercapai.

Ketika sistem bekerja normal, posisi sudut VIGV berada pada range 47 o sampai
dengan 72o. Untuk batas terjadinya trip pada sistem yaitu kurang dari 45 o dan apabila
pengontrol memnberikan perintah untuk mengganti posisi sudut lebih besar dari 72 o, VIGV
akan tetap berada di posisi sudut 72o. Set point untuk mengontrol VIGV terdapat tiga buah
yaitu :

1. Total set point actual power

2. Set point turbin inlet temperature

3. Set Point yang diatur oleh operator

Total set point actual power adalah set point yang dikontrol berdasarkan beban
daya yang diinginkan. Ketika sistem bekerja normal pada posisi sudut VIGV antara 47 o
sampai dengan 72o daya yang dihasilkan antara 75 MW sampai dengan 120 MW. Lalu set
point turbin inlet temperature adalah set point yang dipasang berdasarkan temperatur yang
diinginkan untuk masuk ke dalam turbin. Set point normalnya adalah sekitar 80 oC sampai
dengan 1200oC. Untuk set point yang terakhir, set point ini dipasang oleh operator ruang
control sesuai yang diinginkan oleh operator. Untuk set point ketika sistem berjalan biasanya

31
menggunakan set point 1 dan set point 2, set point 3 sangat jarang digunakan oleh sistem.
Untuk mengaktifkan motor penggerak VIGV diperlukan syarat-syarat seperti pressure oil
pada hidrolik sebesar 55 bar. Ketika semua syarat sudah terpenuhi, motor akan
menggerakan hidrolik untuk mengubah posisi sudut VIGV tersebut. Misalkan, sistem
menginginkan posisi sudut diubah dari 55 o menjadi 47o motor akan bergerak searah jarum
jam untuk mengubah sudut menjadi lebih kecil dan lal berhenti ketika sudut yang diinginkan
telah terpenuhi. Sebaliknya, ketika sistem menginginkan posisi sudut menjadi lebih besar
motor akan bergerak berlawanan jarum jam dan akan berhenti ketika sudut yang diinginkan
telah terpenuhi.

4.2. Cara Kerja Sistem Kontrol VIGV

Untuk mengetahui cara kerja sistem kontrol VIGV kita perlu melihat tabel deskripsi
fungsi dari sistem tersebut secara bertahap bagaimana sistem itu bekerja. Tabel deskripsi
fungsi sistem VIGV dapat dilihat di bawah ini :

32
Tabel 4.1. Deskripsi fungsi sistem VIGV 1

33
Tabel 4.2. Deskripsi fungsi sistem VIGV 2

34
Tabel 4.3. Deskripsi fungsi sistem VIGV 3

35
Tabel 4.4. Deskripsi fungsi sistem VIGV 4

36
Tabel 4.5. Deskripsi fungsi sistem VIGV 5

37
38
Tabel 4.6. Deskripsi fungsi sistem VIGV 6

39
Tabel 4.7. Deskripsi fungsi sistem VIGV 7

40
Tabel 4.8. Deskripsi fungsi sistem VIGV 8

41
Tabel 4.9. Deskripsi fungsi sistem VIGV 9

42
Tabel 4.10. Deskripsi fungsi sistem VIGV 10

43
Tabel 4.11. Deskripsi fungsi sistem VIGV 11

44
Tabel diatas merupakan tabel deksripsi fungsi sistem VIGV bekerja. Dapat dilihat
pada tabel 4.11. terdapat gambar pengontrol proportional (P) dan proportional integral (PI).
Sebelum memasuki pengontrol, deskripsi fungsi sebelumnya adalah mengenai syarat-syarat
sebelum terjadinya pergerakan motor penggerak VIGV. Secara ringkas dapat dijelaskan
seperti ini, pertama misalkan beban daya akan diubah dari 75 MW menjadi 100 MW. Pada
75 MW posisi sudut VIGV yaitu sebesar 47 0 lalu dengan melakukan regresi linier pada beban
daya sebesar 100 MW posisi sudut VIGV yaitu sekitar 60 0 sampai 610. Ketika set point
diubah, akan terdapat perbedaan posisi sudut dengan keadaan aktualnya. Ketika terdapat
perbedaan ini, ini akan langsung mengaktifkan deskripsi fungsi diatas untuk memenuhi
syarat-syarat sebelum menggerakan motor.

Pertama, high pressure oil pump akan aktif yang nantinya minyaknya akan
menggerakan piston penggerak VIGV. Minyak dari pump tidak hanya untuk menggerakan
piston tetapi juga akan melepaskan breaker pada piston yang berfungsi menahan piston agar
tidak bergerak. Lalu secara bersamaan dengan high pressure oil pump yang aktif, solenoid
valve akan juga langsung terbuka agar minyak dapat menuju piston. Disini minyak tidak
segera masuk ke dalam piston penggerak, ini baru dapat masuk ke dalam piston ketika jalur
menuju piston tidak menghalangi. Ketika syarat-syarat diatas yaitu minyak supply piston
tersedia dan solenoid valve terbuka, disini kontroler akan bekerja yang tadinya sistem open
loop akan diubah menjadi closed loop. Lalu kontroler akan memberi perintah untuk
menggerakan motor sesuai perintah menambah atau mengurangi posisi sudut VIGV.

Minyak tidak dapat langsung masuk ke dalam piston dikarenakan dihalangi oleh NC
valve. NC valve disini adalah valve yang memiliki 3 ruangan berbeda yang akan mengubah
arah aliran minyak penggerak piston. Pada piston tidak hanya terdapat jalur menuju piston
tetapi juga terdapat jalur untuk minyak keluar dari piston yang juga diatur oleh NC valve.
Pada ruangan pertama yaitu minyak akan diarahkan menuju piston yang nantinya akan
menjadi pengurang sudut VIGV. Ruangan kedua yaitu berfungsi menghalangi suplai minyak
ke dalam piston. Terakhir yaitu minyak akan dialirkan ke dalam ruangan pada piston yang
akan mendorong piston untuk penambah sudut. Untuk jalur yang keluar dari piston, pada
setiap ruangan NC valve, jalur aliran keluaran minyak selalu terbuka yang nantinya akan
kembali menuju tangki penyimpanan minyak. Posisi normal NC valve yaitu ketika jalur
minyak berada pada posisi ruangan kedua yang berfungsi mengahalangi suplai minyak.

45
Pergerakan NC valve ini disebabkan oleh putaran motor. Motor, piston, dan NC valve
disini terletak pada satu poros yang sama. Poros disini seperti baut yang jalurnya berputar.
Ujung dari poros baut disini tersambung dengan sebuah mur. Disini terdapat perubahan
gerak dari rotasi menjadi gerak lurus. Ketika motor berputar ini akan menyebabkan NC valve
bergerak maju atau mundur sesuai gerak motor. Ketika motor bergerak berlawanan arah, NC
valve akan bergerak maju dan sebaliknya. Pada piston pun terdapat sistem yang
berkebalikan dengan motor, dimana gerak lurus diubah menjadi gerak putar yang akan
memutar mur agar baut poros tidak keluar dari mur tersebut. Arah putaran mur ini
dipengaruhi oleh gerak piston, ketika piston bergerak maju mur akan berputar searah jarum
jam dan sebaliknya. Mur disini bisa dikatakan elemen yang penting dalam sistem ini. Mur ini
bisa dikatakan sebagai alat pengontrol sudut pada VIGV jadi kalau mur ini lepas dari baut
poros sistem tidak dapat dikontrol.

Jadi misalkan dengan kasus diatas yang ingin mengubah sudut dari 47 0 menjadi 600,
motor akan bergerak berlawanan aruh jaram yang akan mendorong maju NC valve.
Dikarenakan posisi NC valve maju, jalur aliran minyak akan bertemu dengan ruangan ketiga
dari NC valve yang akan mengalirkan minyak untuk mendorong piston bergerak maju. Ketika
arah motor berlawanan arah jarum jam berarti poros baut akan berusaha keluar dari mur
yang berada di dalam jalur bautnya, disini mur tersebut akan berputar kebalikannya yaitu
searah jarum jam yang berarti mur akan berusaha masuk ke dalam baut sehingga baut tidak
akan lepas dari mur tersebut. Mur disini berperan untuk menahan laju perubahan posisi
sudut dari VIGV sampai transmiter mengirimkan sinyal yang dibaca pada blade VIGV kepada
kontroler untuk mematikan pompa dan motor dan menutup solenoid valve secara
bersamaan. Untuk mengembalikan NC valve ke posisi normal, pada poros baut setelah NC
valve terdapat sebuah pegas yang akan mengembalikan posisi NC valve. Ketika NC valve
maju, pegas akan semakin rapat, ketika motor mati otomatis tidak ada gaya yang mendorong
pegas menjadi rapat karena NC valve sudah tidak bergerak, lalu pegas tersebut akan bekerja
memberikan gaya kepada NC valve untuk kembali ke posisi normal.

Untuk kasus perubahan sudut dari besar menuju kecil hampir sama dengan ketika
mengubah sudut dari kecil menuju besar. Misalkan ingin diubah set point daya dari 100 MW
menjadi 75 MW yang berarti harus ada perubahan sudut dari 60 0 menjadi 470. Kerja
sistemnya hampir sama dengan kasus diatas, perbedaannya adalah gerakan putaran motor

46
dan mur. Pada kasus ini, motor akan bergerak searah jarum jam yang akan membuat NC
valve bergerak mundur yang nantinya jalur aliran minyak akan bertemu dengan ruangan
pertama NC valve dan aliran minyak akan melewati ruangan ketiga dari NC valve tersebut.
Aliran minyak akan diarahkan ke dalam piston untuk mendorong mundur piston tersebut.
Dikarenakan arah putaran motor searah jarum jam, maka poros baut setelah NC valve akan
berusaha untuk masuk terus ke dalam mur sedangkan dikarenakan gerakan piston yang
mundur akan menyebakan mur berputar berlawan jarum jam yang berusaha untuk keluar
dari poros baut. Ketika transmiter sudah membaca sudut pada keadaan aktual, sinyalnya
akan dikirim menuju kontroler yang nantinya kontroler tersebut akan mematikan motor dan
pompa minyak dan juga menutup solenoid valve. Untuk mengembalikan NC valve yang
mundur ke posisi normal disini tidak digunakan pegas seperti kasus diatas. Pada bagian
motor terdapat kopling yang fleksibel yang nantinya akan mendorong NC valve ke posisi
semula, cara kerja dari kopling ini hampir sama dengan pegas yang untuk mendorong
mundur NC valve.

47
BAB 5. STUDI KASUS VARIABLE INLET GUIDE VANES

5.1. Masalah yang Terjadi pada Variable Inlet Guide Vanes

Pada praktik nyata terkadang VIGV terjadi beberapa trip yang membuat kerja sistem
ini tidak normal. Pada bab sebelumnya telah diberitahukan bahwa batas trip yaitu pada
posisi sudut 450. Terkadang hal ini pernah terjadi yang menyebabkan posisi sudut VIGV
mencapai 450. Misalkan ketika set point dari beban daya diubah dari 100 MW menjadi 75
MW. Jika dilakukan perhitungan berarti akan terjadi perubahan posisi sudut VIGV dari sekitar
600 menjadi 470. Namun dalam praktiknya terkadang perubahan posisi sudut VIGV tidak
berhenti ketika di posisi sudut 470 melainkan mencapai 450. Akibat dari posisi sudut VIGV ini,
udara masukan akan menjadi semakin kurang yang dapat menyebabkan kerja sistem yang
lain menjadi lebih besar dari biasanya yang dapat membuat temperatur sistem lain seperti
turbin menjadi lebih panas. Tidak hanya kasus diatas yang dapat terjadi, pernah suatu waktu
posisi turbin melebihi batas normal 72 0 yaitu mencapai 750. Sebenernya ketika posisi sudut
di 750 itu bukan berarti udara masukan menjadi lebih banyak dibandingkan ketika posisi 72 0
karena posisi bukaan maksimal dari VIGV sendiri itu bisa dikatakan berada saat posisi 72 0 jadi
pada posisi 750 sebenernya udara masukan akan menjadi lebih sedikit. Meskipun pada 75 0
dan 450 sama-sama membuat udara masukan lebih sedikit tapi udara masukan pada posisi
sudut 450 jauh lebih sedikit dari posisi 750.
Masalah yang terjadi bukan hanya seperti kasus diatas yang membuat posisi sudut
VIGV melebihi batas normal. Masalah yang terjadi kali ini adalah sistem VIGV tidak
memberikan respon ketika terjadi perubahan set point. Misalnya, ada perubahan set point
dari 75 MW menjadi 80 MW itu berarti terdapat perubahan posisi sudut dari 47 0 menjadi
sekitar 500. Namun pada kenyataannya ternyata posisi sudut VIGV aktual berbeda dengan
berdasarkan set pointnya. Pada keadaan aktual posisi sudut VIGV masih berada di sekitar 47 0
dan tidak berubah sesuai dengan set pointnya. Peristiwa-peristiwa diatas merupakan
beberapa masalah yang terjadi pada sistem VIGV yang membuat sistem tersebut tidak
berjalan seperti biasanya.

5.2. Penyebab Masalah Pada Variable Inlet Guide Vanes

48
Untuk memecahkan masalah-masalah dari peristiwa diatas, kita perlu untuk
mencari tahu apa yang menjadi penyebab dari masalah-masalah tersebut. Untuk mencari
tahu penyebabnya dapat dilakukan dengan dua cara yaitu, pertama dapat memeriksa bagian
kontroler dari sistem tersebut apakah berjalan normal atau tidak dan memeriksa
komponen-komponen yang terdapat pada sistem tersebut apakah ada yang rusak atau tidak.

Untuk masalah-masalah diatas biasanya penyebab sistem VIGV tidak terdapat


berjalan normal yaitu akibat adanya komponen-komponen sistem yang sudah mulai rusak
walaupun terkadang ada juga masalah dari kontroler sistemnya tetapi sangat jarang sekali.
Penyebab utama masalah diatas biasanya adalah pada bagian breaker pada piston yang
tidak sepenuhnya terbuka sehingga piston tidak dapat bergerak dengan baik. Akibat dari
piston yang tidak terbuka maksimal akan mempengaruhi gerak mur, ini dapat menyebabkan
gerakan putaran mur sedikit lebih lambat daripada putaran poros bautnya. Gerakan mur
yang lebih lambat dari poros baut bisa membuat poros baut keluar dari mur ataupun poros
baut akan merusak dari jalur drat dari mur sehingga sistem tidak dapat dikontrol.

5.3. Solusi Pemecahan Masalah Pada Sistem VIGV

49
Breaker pada piston merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam
sistem ini. Pada kasus-kasus diatas, breaker merupakan bagian yang sering mengalami
kerusakan sehingga menyebabkan sistem VIGV tidak berjalan dengan baik. Breaker tidak
dapat membuka maksimal diakibatkan tekanan minyak yang kurang untuk membuka breaker
pada piston. Cara untuk membuat breaker tersebut dapat terbuka secara maksimal adalah
mengubah pengaturan dari tekanan minyak yang akan dikirimkan.

Jika biasanya tekanan minyak diatur sebesar 55-60 bar, tekanan minyak ini harus
diubah menjadi lebih besar agar breaker bisa terbuka sempurna. Pengubahan tekanan ini
tidak dapat seenaknya diperbesar oleh kita, pengubahan ini juga harus memikirkan kekuatan
piston untuk menerima tekanan minyak, apabila terlalu besar ini dapat merusak piston
penggerak VIGV. Saat ini UBP Priok mengatasi masalah tersebut dengan menjalankan sistem
VIGV secara manual dikarenakan belum adanya komponen poros baut dan mur untuk
dipasang pada VIGV.

BAB 6. KESIMPULAN

Berdasarkan pengamatan dan hasil pemahaman dan pembahasan mengenai topik,


penulis dapat menyimpulkan beberapa hal :

- Variable Inlet Guide Vanes atau VIGV merupakan suatu sub sistem yang penting
dalam sistem gas turbin. Sistem VIGV dikatakan penting karena pada sistem ini
lah yang mengatur berapa udara masukan yang diperlukan untuk mendapatkan

50
daya yang diinginkan. Apabila sistem ini mengalami masalah, ini akan
mempengaruhi kinerja sistem turbin gas apabila sistem VIGV ini mengalami
masalah, kinerja dari turbin gas akan berada di keadaan maksimalnya dan tidak
dapat menghasilkan daya semaksimal mungkin.
- Cara kerja dari sistem ini adalah mengubah seberapa besar bukaan yang akan
masuk ke dalam kompresor. Sistem ini menggunakan sistem hidrolik yang
mendorong sebuah piston untuk mengubah posisi sudut dari blade VIGV yang
akan menentukan seberapa besar udara yang dapat masuk ke dalam kompresor.
- Masalah-masalah yang timbul pada sistem ini biasanya terdapat komponen
breaker yang tidak dapat terbuka sempurna yang dapat menyebabkan komponen
pada poros baut dan mur rusak ataupun terlepas sehingga sistem tidak dapat
dikontrol.
- Pemecahan masalah breaker yang tidak dapat terbuka sempurna yaitu dengan
mengubah tekanan minyak penggerak piston menjadi lebih besar agar breaker
dapat terbuka secara sempurna. Pengubahan tekanan ini tidak dapat
sembarangan karena juga harus mempertimbangkan keadaan piston yang
menerima tekanan minyak tersebut. Apabila piston menerima tekanan yang
terlalu besar ini dapat merusak bagian dari piston tersebut yang nantinya malah
membuat sistem ini rusak.

51
DAFTAR PUSTAKA

Digital Systems Manual, Main Machine Sets Gas Turbine Plants

Laporan On Job Training Pemeliharaan Instrument dan Kontrol

http://www.scribd.com/doc/16807506/vigv

http://pembangkitanlistrik.wordpress.com/

52
LAMPIRAN

A. Form Kehadiran Kerja Praktek Mahasiswa


B. Form Penilaian Kerja Praktek Mahasiswa

53

Anda mungkin juga menyukai