STUDI TENTANG SISTEM VARIABLE INLET GUIDE VANES PADA UNIT TURBIN GAS
LAPORAN KERJA PRAKTEK DI PT. INDONESIA POWER UNIT BISNIS PEMBANGKITAN PRIOK,
JAKARTA
Oleh
Sandy Rizky
13309097
Disetujui,
M. Ahsin Sidqi
i
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN KERJA PRAKTEK
NIM : 13309097
Judul Laporan Kerja Praktek : STUDI TENTANG SISTEM VARIABLE INLET GUIDE VANES PADA
UNIT TURBIN GAS
Menyatakan bahwa Laporan Kerja Praktek ini merupakan karya ilmiah saya sendiri dan
bukan merupakan tiruan, salinan, atau duplikasi dari Kerja Praktek yang telah dipergunakan
untuk mendapatkan gelar sarjana Teknik Fisika baik di lingkungan Teknik Fisika ITB –
Indonesia Power UBP Priok maupun di perguruan tinggi lain serta belum pernah
dipublikasikan.
Pernyataan ini dibuat dengan penuh kesadaran dan rasa tanggung jawab serta bersedia
memikul segala resiko jika ternyata pernyataan diatas tidak benar.
Sandy Rizky
NIM : 13309097
ii
SURAT KETERANGAN
Yang bertanda tangan di bawah ini menerangkan bahwa mahasiswa sebagai berikut :
NIM : 13309097
Telah melaksanakan Kerja Praktek di PT. Indonesia Power UBP Priok mulai tanggal 11 Juni
s.d 11 Juli 2012.
Demikian surat keterangan ini kami buat untuk digunakan sebagaimana mestinya.
Hormat kami,
M. Ahsin Sidqi
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas segala berkat dan karunia-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Kerja Praktik ini seperti yang
diharapkan. Laporan ini merupakan prasyarat dalam rangka menyelesaikan pendidikan
Strata 1 (S-1) pada Jurusan Teknik Fisika, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi
Bandung.
Kerja praktik ini berlangsung selama sekitar satu (1) bulan dimulai dari tanggal 11
Juni 2012 hingga 11 Juli 2012 di PT. INDONESIA POWER UBP PRIOK, Jakarta. Pelaksanaan
kerja praktik ini meliputi orientasi umum dan studi literatur guna mendalami materi dalam
pengerjaan tugas khusus yang diberikan oleh pembimbing kerja praktik nantinya
Seluruh proses pelaksanaan kerja praktek ini baik dalam pelaksanaan di lapangan
maupun dalam penulisan laporannya merupakan suatu proses belajar, yang meski tidak
sempurna, namun memberi kesan yang mendalam. Penulis mendapatkan kesempatan
untuk mencoba mengaplikasikan segala hal yang didapat di bangku kuliah pada kursi kerja.
Penulis juga mendapatkan kesempatan untuk mempelajari ilmu baru yang belum pernah
dipelajari sebelumnya. Dan di atas semua itu, pengalaman beraktifitas di luar daerah
kenyamanan kampus memberikan penulis kesempatan untuk mengembangkan diri lebih
lanjut. Sekali lagi, meski tidak sempurna, namun mudah-mudahan memberikan banyak
manfaat.
Selama proses penyusunan Laporan Kerja Praktik ini, penulis mendapatkan banyak
bimbingan, dukungan doa, serta bantuan dan pengarahan dari berbagai pihak. Oleh karena
itu, dengan segala kerendahan hati dan rasa hormat yang besar penulis menyampaikan rasa
terima kasih yang tulus dan sebesar-besarnya kepada:
1. Dr. Ir. F.X. Nugroho Soelami, Ph.D, selaku Ketua Program Studi S1 Teknik Fisika
Institut Teknologi Bandung
2. Bapak M. Ahsin Sidqi, selaku General Manager PT. Indonesia Power UBP Priok
3. Bapak Wasis Jati W, selaku pembimbing utama Kerja Praktek PT. Indonesia
Power
iv
4. Bapak Ketut Gune, Bapak Edwin Purnama, dan staf-staf bagian pemeliharaan
kontrol dan instrumen yang telah memberikan penjelasan, bimbingan, dan
bantuan dalam penyusunan laporan kerja praktek ini.
5. Seluruh staf Humas PT. Indonesia Power UBP Priok, Bapak Robet, Bapak Sunu,
Ibu Nia
6. Seluruh karyawan dan staff PT. Indonesia Power UBP Priok yang tidak dapat
disebutkan satu persatu, penulis mengucapkan terimakasih atas segala bantuan
yang telah diberikan
7. Orang tua, keluarga, serta saudara dan kerabat atas bantuan dan dukungannya
setiap saat baik moril maupun materil.
Laporan ini telah ditulis dan disusun dengan sebaik-baiknya, namun penulis sadar
bahwa laporan ini masih belum memenuhi kriteria sempurna. Oleh karena itu, segala kritik
dan saran untuk memperbaiki penulisan dan isi laporan ini akan penulis terima dengan
lapang dada. Semoga isi dari laporan ini dapat memberikan manfaat yang signifikan,
terutama kepada para pembaca. Terima kasih.
Penulis
v
ABSTRAK
Laporan kerja praktik ini merupakan hasil studi kasus di PT. INDONESIA POWER
UNIT PEMBANGKITAN BISNIS PRIOK, Jakarta dengan judul “Studi Tentang Sistem Variable
Inlet Guide Vanes Pada Unit Turbin Gas”. PT. INDONESIA POWER sendiri merupakan salah
satu anak perusahaan dari Perusahaan Listrik Nasional (PLN) yang berwenang mengelola
semua bentuk kegiatan bidang industri ketenagalistrikan.
Variable Inlet Guide Vanes (VIGV) merupakan salah satu sistem pada sistem gas
turbin. VIGV merupakan suatu sistem yang mengatur udara masukan yang menuju ke
kompresor. VIGV merupakan suatu sistem yang cukup penting dalam sistem gas turbin
karena ini mempengaruhi beban daya yang diinginkan. Misalkan ketika daya yang diinginkan
cukup besar, VIGV harus mengatur udara masukan menuju kompresor agar dapat
memenuhi target beban yang diinginkan dan sebaliknya.
Metodologi yang penulis gunakan dalam penyusunan laporan ini adalah studi
lapangan dan studi literatur. Studi lapangan meliputi pengamatan langsung, percobaan, dan
wawancara. Studi literatur meliputi kegiatan kepustakaan yang relevan dengan masalah
yang dihadapi penulis.
VIGV sendiri merupakan suatu sistem yang terkadang mengalami eror atau
kerusakan. Kerusakaan ini dapat menyebabkan sistem PLTGU menjadi kurang maksimal. Kita
perlu mencari tahu di manakah letak kerusakan sistem VIGV terjadi, apakah pada alat
instrumennya atau mungkin pada perangkat kontrolernya.
vi
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN...............................................................................................................i
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN KERJA PRAKTEK.....................................................................ii
SURAT KETERANGAN................................................................................................................iii
KATA PENGANTAR....................................................................................................................iv
ABSTRAK....................................................................................................................................vi
DAFTAR ISI................................................................................................................................vii
DAFTAR GAMBAR.....................................................................................................................ix
DAFTAR TABEL...........................................................................................................................x
BAB 1. PENDAHULUAN..............................................................................................................1
1.1. Latar Belakang.................................................................................................................1
1.2. Permasalahan..................................................................................................................2
1.3. Tujuan Kerja Praktek.......................................................................................................2
1.4. Metodologi Pengambilan Data.......................................................................................3
1.5. Sistematika Laporan........................................................................................................3
BAB 2. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN..............................................................................4
2.1. Sejarah Perusahaan PT. Indonesia Power.......................................................................4
2.2. Bisnis Utama....................................................................................................................5
2.3. Visi Perusahaan...............................................................................................................6
2.4. Misi Perusahaan..............................................................................................................7
2.5. Motto Perusahaan...........................................................................................................7
2.6. Budaya Perusahaan.........................................................................................................7
2.7. Filosofi Perusahaan.........................................................................................................8
2.8. Tujuan Perusahaan..........................................................................................................8
2.9. Logo Perusahaan.............................................................................................................8
2.9.1. Logo..........................................................................................................................8
2.9.2. Bentuk......................................................................................................................9
2.9.3. Warna.......................................................................................................................9
2.10. Gambaran Umum UBP Priok.....................................................................................10
2.11. Sejarah Singkat UBP Priok.........................................................................................10
2.12. Lokasi dan Luas Wilayah UBP Priok...........................................................................11
vii
2.13. Struktur Organisasi....................................................................................................12
2.14. PLTGU PRIOK.............................................................................................................17
2.14.1. Maksud dan Cakupan Fasilitas...............................................................................17
2.14.2. Pembangkitan daya...............................................................................................19
2.14.3. Bahan bakar...........................................................................................................19
2.14.4. Komponen utama..................................................................................................19
2.14.5. Proses.....................................................................................................................21
BAB 3. LANDASAN TEORI........................................................................................................26
BAB 4. SISTEM KONTROL PADA VARIABLE INLET GUIDE VANES...........................................31
4.1. Pengenalan Sistem Kontrol VIGV..................................................................................31
4.2. Cara Kerja Sistem Kontrol VIGV....................................................................................32
BAB 5. STUDI KASUS VARIABLE INLET GUIDE VANES.............................................................47
5.1. Masalah yang Terjadi pada Variable Inlet Guide Vanes...............................................47
5.2. Penyebab Masalah Pada Variable Inlet Guide Vanes...................................................48
5.3. Solusi Pemecahan Masalah Pada Sistem VIGV.............................................................49
BAB 6. KESIMPULAN................................................................................................................50
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................51
LAMPIRAN................................................................................................................................52
viii
DAFTAR GAMBAR
Hal
Gambar 2.5 Struktur Organisasi Bagian Pemeliharaan PT. Indonesia Power UBP Priok 17
ix
DAFTAR TABEL
Hal
x
xi
BAB 1. PENDAHULUAN
PLTGU merupakan suatu instalasi peralatan yang berfungsi untuk mengubah energi
panas sisa pembakaran antara bahan bakar dengan udara menjadi energi listrik yang dapat
digunakan sebagai kebutuhan hidup sehari-hari. PLTGU merupakan penggabungan antara
sistem PLTU dan PLTG. PLTU memanfaatkan energi panas buangan dari PLTG untuk
memanaskan air pada Heat Recovery Steam Generator (HRSG) yang nantinya hasil
pemanasan air berupa uap yang nantinya akan digunakan untuk memutar turbin PLTU.
Secara prinsip PLTGU mempunyai dua sistem operasi yaitu, sistem terbuka (open cycle) dan
sistem kombinasi (combine cycle). Pada sistem terbuka PLTGU hanya menggunakan PLTG
untuk menghasilkan energi listrik. Hasil pembakaran antara bahan bakar dan udara akan
menghasilkan gas yang nantinya akan digunakan untuk menggerakan turbin pada PLTG.
Karena menggunakan sistem terbuka, hasil gas keluaran turbin akan langsung dibuang ke
lingkungan. Untuk sistem kombinasi, hampir sama dengan sistem terbuka, namun hasil gas
buangan akan mengalir ke dalam HRSG untuk memanaskan air yang terdapat di dalamnya.
Hasil pemanasan akan menghasilkan uap yang nantinya akan digunakan untuk memutar
turbin PLTU
Dalam PLTGU diperlukan suatu sistem yang dapat mengatur udara masukan yang
akan masuk ke dalam ruang pembakaran sesuai dengan yang diinginkan. Pada sistem
kombinasi aliran massa udara masukan diubah-ubah sesuai dengan kebutuhan beban
sehingga suhu gas buangan dapat dijaga dengan konstan pada nilai maksimum yang
ditetakan sehingga hal ini dapat menjamin efisiensi termal maksimum dari suatu unit. Pada
kompresor terdapat suatu sistem yaitu Variable Inlet Guide Vanes (VIGV) yang dapat
melakukan proses pengaturan udara masukan tersebut. VIGV pada kompresor dipasang
dengan sedemikian rupa sehingga vane tersebut dapat berputar yang akan mengatur udara
masukan yang menuju kompresor.
Sistem VIGV merupakan suatu sistem yang berjalan secara otomatis. Pada sistem
VIGV terdapat komponen-komponen penyusun sistem tersebut seperti motor, transmitter,
hidrolik, dan lain-lain. Terkadang ada suatu saat ketika sistem VIGV tidak dapat berjalan
secara otomatis. Ini menyebabkan gangguan pada sistem PLTGU. Hal yang menyebabkan
1
gangguan tersebut bisa saja karena kerusakaan pada alat instrumentasi sistem VIGV atau
mungkin terdapat eror pada logika sistemnya. Oleh karena itu kita perlu mencari tahu apa
yang menyebabkan sistem control pada VIGV tidak bekerja secara normal.
1.2. Permasalahan
Dari uraian di atas diperoleh beberapa permasalahan yang akan diselesaikan dalam
laporan kerja praktik ini sebagai berikut
- Bagaimana cara sistem VIGV dalam mengatur udara masuk yang menuju
kompresor ?
- Bagaimana cara kerja sistem VIGV ?
- Apa yang menyebabkan sistem pada VIGV tidak dapat bekerja secara normal ?
- Bagaimana cara untuk mengatasi gangguan pada sistem VIGV ?
2
1.4. Metodologi Pengambilan Data
3
BAB 2. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
Sebagai penerapan tahap awal, pada 1994 PLN diubah statusnya dari Perum
menjadi Persero. Setahun kemudian, tepatnya pada 3 Oktober 1995, PT PLN (Persero)
membentuk dua anak perusahaan, yang tujuannya untuk memisahkan misi sosial dan misi
komersial yang diemban oleh Badan Usaha Milik Negara tersebut. Salah satu dari anak
perusahaan itu adalah PT Pembangkitan Tenaga Listrik Jawa-Bali I, atau lebih dikenal dengan
nama PLN PJB I. Anak perusahaan ini ditujukan untuk menjalankan usaha komersial pada
bidang pembangkitan tenaga listrik dan usaha-usaha lain yang terkait.
Pada 3 oktober 2000, bertepatan dengan ulang tahunnya yang kelima. Manajemen
Perusahaan secara resmi mengumumkan perubahan nama PLN PJB I menjadi PT Indonesia
Power. Perubahan nama ini merupakan upaya untuk menyikapi persaingan yang semakin
ketat dalam bisnis ketenagalistrikan dan sebagai persiapan untuk privatisasi Perusahaan
yang akan dilaksanakan dalam waktu dekat
4
dipandang bahwa secara kesejarahan pada dasarnya usia PT Indonesia Power sama dengan
keberadaan listrik di Indonesia
PT. Indonesia Power sendiri mempunyai kapasitas yang terpasang per-unit bisnis
pembangkit yang dapat dilihat pada tabel 2.1.
5
Dengan faktor kapasitas (rata-rata 58%) maupun daya mampu pembangkit tersebut
dapat mencerminkan kemampuan pembangkit PT. Indonesia Power dalam menopang
sistem ketenagalistrikan pada Sistem JAMALI (Jawa Madura Bali).
Diharapkan dengan tingkat keandalan pembangkit (EAF) diatas 86% (rata-rata EAF
Tahun 2004) perusahaan akan dapat memasok sistem energi listrik sesuai rencana yang
telah disepakati dengan sistem pengaturan beban di sistem JAMALI.
Menjadi perusahaan publik dengan kinerja kelas dunia dan bersahabat dengan
lingkungan.
6
2.5. Motto Perusahaan
Bersama…………kita maju!
7
4. Menjunjung tinggi etika bisnis.
5. Memberi penghargaan atas prestasi.
2.9.1. Logo
8
Indonesia, namun karena perusahaan memiliki kapasitas terbesar di Indonesia
bahkan di kawasannya, maka nama Indonesia Power dapat dijadikan brand name.
2.9.2. Bentuk
2.9.3. Warna
1. Merah
Diaplikasikan pada kata INDONESIA, menunjukkan identitas yang kuat
dan kokoh sebagai pemilik sumber daya untuk memproduksi tenaga
listrik, guna dimanfaatkan di Indonesia dan juga di luar negeri.
2. Biru
Diaplikasikan pada kata POWER. Pada dasarnya warna biru
menggambarkan sifat pintar dan bijaksana, dengan aplikasi pada kata
POWER, maka warna ini menunjukkan produk tenaga listrik yang
dihasilkan perusahaan memiliki ciri-ciri :
a. Berteknologi tinggi
b. Efisien
c. Aman
d. Ramah Lingkungan
Berikutnya dibangun PLTG John Brown, kini dipergunakan oleh PLTU Suralaya untuk
unit Black Start, lalu dibangun lagi 2 unit PLTG Westing House dan GE 4, 5, 6, 7. Saat ini PUB
6 direlokasi ke PLN wilayah Sumatera bagian selatan yang letaknya di daerah Indragiri
Palembang, sebagai pengelola PT. Cogindo anak perusahaan PT. Indonesia Power,
sedangkan unit 7 Draw Back to GE. Unit 4 dan 5 direlokasi ke Bali menjadi PLTGU Pemaron.
Hal penting yang harus diketahui adalah terdapatnya 2 unit PLTG yaitu PLTG 1 dan
PLTG 3 yang dapat dihidupkan tanpa menggunakan energi listrik dari luar (Black Start),
apabila terjadi pembadaman total (Black Out). Energi listrik yang dihasilkan dapat
dipergunakan untuk menghidupkan unit pembangkit lainnya, kemampuan ini sangat
menunjang dalam rangka pemulihan kembali sistem kelistrikan Jawa - Bali. Karena fungsinya
yang sangat vital, kedua unit ini tidak dioperasikan setiap hari.
Selain kedua unit PLTG tersebut, Unit Pembangkitan Priok juga mengelola 6 unit
PLTD Senayan beroperasi tahun 1961. PLTD Senayan Kebayoran, melalui feeder VIP hingga
saat ini memasok kebutuhan energi listrik ke gedung MPR, Gelora Bung Karno dan TVRI.
10
Tanggal 25 Maret 1992, PLN menyertakan internasional Konsorsium ABB dan
Marubeni untuk membangun 2 blok PLTGU dengan kapasitas 1.180 MW, dengan demikian
energi listrik yang diproduksi oleh Unit Bisnis Pembangkitan Priok sekitar 7.500.000
Kwh/tahun. Setiap hari dihasilkan energi listrik sebesar 20.500.000 Kwh atau sekitar 11%
dari keperluan energi total sistem kelistrikan Jawa-Bali. Dengan menggunakan kabel bawah
tanah, listrik sebesar 150 KV disalurkan ke GI Plumpang dan GI Ancol. Selain itu listrik juga
dialirkan melalui saluran udara tegangan tinggi (SUTT) 150 KV ke Kemayoran I/II, Plumpang
I/II. Setelah PLTGU Priok sempurna untuk dioperasikan maka dilakukan sinkronisasi ke
sistem kelistrikan Jawa-Bali.
PT. Indonesia Power Unit Bisnis Pembangkitan Piok terletak di teluk Jakarta
berdekatan dengan Pelabuhan Samudra internasional yaitu Tanjung Priok. Dikelilingi oleh
kawasan bisnis dan industri berat, serta obyek pariwisata Taman Impian Jaya Ancol
membuat lokasi UBP Priok sangat strategis ditinjau dari aspek geografis perkotaan. UBP
priok mudah dicapai dari berbagai arah dengan memalui jalan raya kota ataupun jalan tol.
Jalur Tol Cawang Tanjung Priok adalah akses tercepat dari arah selatan dan timur. Dari arah
bandara Cengkareng atau wilayah barat Jakarta maka jalan termudah adalah menyusuri
jalan tol lintas utara menuju arah timur. Dari pusat kota kawasan Monas jarak tempuh kira-
kira 10 km. PT. Indonesia Power Unit Bisnis Pembangkitan Priok menempati lahan seluas 28
Ha, di tepi pantai Utara Jawa.
11
2.13. Struktur Organisasi
Berawal dari perusahaan dengan nama PT. PJB 1 Unit Pembangkitan Tanjung Priok
didirikan sejak tahun 1995-1996 Selama perjalanan usahanya, perusahaan ini telah banyak
mengalami perubahan dan penyempurnaan organisasi perusahaan, dan seperti yang telah
dituliskan di sejarah PT. Indonesia Power pada tahun 2000 menjadi PT. Indonesia Power
sebagai pelaksana pembangkitan tenaga listrik, sedangkan fungsi pelaksanaannya yaitu :
1. Melakukan perencanaan dan pelaksanaan pembangkitan tenaga listrik (JAMALI)
2. Mengoperasikan dan memelihara pembangkitan tenaga listrik
3. Melakukan dan meningkatkan pengelolaan sumber daya manusia, administrasi,
keuangan dan material.
Untuk melaksanakan tugas dan fungsinya dengan baik dan benar maka perusahaan
membuat susunan/ struktur organisasi sebagai berikut :
12
4. Manajer SDM dan Humas
5. Manajer SIS dan Keuangan
6. Manajer Enjiniring dan Manajemen Aset
13
f. Manajer Enjiniring dan Manajemen Aset
1. Perencanaan dan pengendalian Investasi
2. Perencanaan Bisnis
3. Pengembangan dan manajemen Aset
14
STRUKTUR PERUSAHAAN PT. INDONESIA POWER
Monday, August 21, 2006
Negara
100 %
99.9 %
Anak Peusahaan
PT. Artina Daya Coalindo (ADC)
PT. Cogindo Daya Bersama (CDB)
Pt. Indo Pusaka Berau (IPB)
Unit Bisnis
UB.Jasa
UBP.Suralaya UBP.Kamojang UBP.Perak Grati UBP.Priok UBP.Bali UBP.Saguling UBP.Mrica UBP. Kamojang
Pemeliharaan
15
Gambar 2.4 Struktur Organisasi PT. Indonesia Power UBP Priok
16
Gambar 2.5 Struktur Organisasi Bagian Pemeliharaan PT. Indonesia Power UBP Priok
1. Open Cycle, dimana gas buang dari turbin gas langsung dibuang dan
tidak dimanfaatkan (operasi sebagaimana pada PLTG) dan mempunyai
efisiensi yang rendah karena banyak panas yang terbuang percuma.
17
dan combined cycle hanya menggunakan damper/valve yang menuju
HRSG. Operasi ini dapat menaikkan efisiensi pembangkit listrik hingga
40% (untuk PLTGU Priok dapat mencapai 43%).
3. Lahan yang digunakan tidak begitu luas, hal ini sesuai dengan kondisi
kota Jakarta.
Plant tidak mempunyai kemampuan black start. Bila terjadi grid breaks
down memungkinkan untuk island operation. Dalam jangkauan temperatur
ambient 21 - 34 oC, plant mampu beroperasi tanpa hambatan.
18
2.14.2. Pembangkitan daya
Fasilitas dapat beroperasi dengan dua jenis bahan bakar, high speed diesel
(HSD) oil dan natural gas.
1. Gas turbine
3 ABB Gas Turbine type GT13E dengan burner standard dan ABB air-
cooled generator.
3. Bypass stack
4. Steam turbine
5. Condenser
19
6. Steam turbine bypasses
8. Cooling systems
20
9. Water Treatment
11. Transformers
2.14.5. Proses
Sirkuit air/uap terdiri dari satu HRSG untuk masing-masing turbin gas (3
HRSG per blok) dan uap yang dihasilkan dari perpindahan panas dari exhaust turbin
gas.
21
Masing-masing HRSG dirancang sebagai two pressure level boiler :
- HP-economizer
- HP-superheater
Superheated high pressure live steam dan low pressure steam disalurkan
menuju turbin uap. Uap ekpansi kemudian dikondensasikan pada water cooled
condenser dan dikembalikan ke boiler melalui feed water tank/deaerator hingga
menyelesaikan siklusnya. Water cooled condenser tipe permukaan disediakan
dengan air pendingin yang diambil dari kanal ancol. Terdapat 2 X 50% pompa air
sirkulasi. Pompa kedua akan beroperasi secara otomatis bila lebih dari satu turbin
gas beroperasi pada mode combined cycle.
Udara dari gas-gas yang tidak dapat dikondensasikan yang masuk ke turbin
uap dan sirkuit diekstraksi dari ruang uap pada kondensor menggunakan sistem
evakuasi. Selama operasi daya normal, evakuasi diambil keluar dengan steam jet
ejector set dua tingkat dengan inter- dan after-condensers. Uap yang terkondensasi
dari inter- dan after-condensers dikembalikan ke kondensor utama melalui flash
box. Motive steam untuk operasi ejector diambil dari HP-steam line. Udara yang
diekstraksi oleh ejector set di buang ke atmosphere.
22
Air kondensat yang terakumulasi pada main condenser hotwell disalurkan
ke deaerator menggunakan dua dari 3 X 50% pompa kondensat. Dua pompa
beoperasi pada beban penuh. Yang ketiga disediakan untuk standby dan beroperasi
secara otomatis bila terjadi gangguan pada pompa yang beroperasi atau untuk
mendukung operasi sistem steam bypass.
Tinggi permukaan air kondensat pada hotwell dijaga konstan oleh control
valve dan minimum flow control valve pompa kondensat. Condensate minimum
flow control valve menjamin aliran kondensat yang memadai melalui pompa
kondensat. Pada mode operasi ini kondensat disirkulasikan kembali ke kondensor.
Dari feed water storage tank kemudian feed water disalurkan ke HRSG
menggunakan HP dan LP feed water pumps.
23
gangguan pada pompa yang beroperasi. Pompa dikendalikan dengan pencekikan
oleh HP/LP feed water flow control valve.
Minimum discharge flow rate dari HP dan LP feed water pump akan
terjaga oleh combined recirculation-check valves yang terpasang pada discharge
masing-masing pompa.
Instalasi dari satu HP steam bypass station per HRSG mengijinkan start-up
HRSG yang independen tidak tergantung terhadap besarnya tekanan dan
temperatur yang berlaku pada HP steam header. Perpindahan dari operasi bypass
ke operasi turbin akan dilaksanakan oleh sistem pengendalian turbin. LP bypass
individual tidak dibutuhkan selama start-up HRSG. Diijinkan untuk start-up dan
pembebanan awal turbin terlebih dahulu untuk menyelesaikan start-up boiler
individual.
24
plat berlubang pada tingkat pertama dumping device. Pada steam dump device,
desuperheater ditempatkan setelah tingkat pertama. Air kondensat utama
diinjeksikan dan uap dijenuhkan pada titik saturasi. Pada tingkat kedua steam dump
device tekanan uap diturunkan sampai pada tekanan kondensor.
25
BAB 3. LANDASAN TEORI
Inlet guide vane pada compressor MBA80 dipasang dengan sedemikian rupa
sehingga vane tersebut dapat berputar. Tangkai menghubungkan vane tersebut dengan
cincin yang dapat disesuaikan dan terpasang di sekeliling inlet dari compressor housing.
Cincin ini dipasang sehingga dapat berputar, dengan digerakkan oleh linear amplifier
MBX82AS001.
Linier Amplifier disuplai dengan minyak dari power oil system MBX52, dan yang
ketika bekerja disuplai oleh high pressure power oil system MBX22. Tachometer-controlled
DC motor disertakan pada linier amplifier berikut terpasang pada brake. Motor ini
mengarahkan unit control untuk tachometer-controlled DC motor.
Brake dipasang pada DC motor yang berfungsi untuk memberikan pengereman
yang tepat pada motor, dengan demikian memungkinkan inlet guide vane row untuk berada
tepat pada posisi yang diinginkan.
Hydraulic clamping unit tidak akan membuka sampai tekanan minyak control
berada di atas level yang ditetapkan. Tangkai piston menjaga agar inlet guide vane row
berada tetap pada posisinya sampai tekanan telah tercapai dan tidak dapat digerakkan.
Untuk menggerakkan variable inlet guide vane, pilot valve MBX52AA001 melakukan
switch over dan membuka jalur dari HP power oil delivery MBX22 ke linier amplifier
MBA82AS001. HP-Pilot oil mengalir ke clamping unit dan ke hydraulic control unit. HP-Pilot
oil membuka clamping unit.
Unit control elektrik dengan kontrol motor DC mengendalikan unit control
hydraulic dan membuka jalur pilot oil untuk membuka atau menutup inlet guide vanes.
Sampai guide vane telah mencapai posisi yang ditetapkan, motor DC mati.
Pilot valve MBX52AA001 melakukan switch over lagi dan membuka jalur dari linier
amplifier ke HP-Power oil return system MBX72. Tekanan pilot oil hilang dan kemudian
clamping unit menutup. Tangkai piston menjaga agar guide vane posisinya tidak berubah.
Unit control elektrik dan hidrolik bergerak kembali pada posisi semula. Linier amplifier dan
pilot oil system MBX52 dilepaskan.
26
Standstill
Inlet guide vane ditutup ketika gas turboset dalam keadaan standstill (standstill
posistion dari guide vane kira-kira sebesar +7⁰).
Start-Up
Variable inlet guide vane row otomatis berada pada posisi start-up selama prosedur
start-up (guide vane angle kira-kira +47⁰ ).
Operation
Inlet guide vane row dikendalikan secara otomatis ketika gas turboser bekerja.
Ketika beban gas turboset berada di atas level yang ditentukan, guide vane
membuka secara kontinyu seiring dengan meningkatnya daya keluaran dari sekitar
+47⁰ sampai sekitar +72⁰ dan menutup secara kontinyu seiring dengan
menurunnya daya keluaran dari sekitar +72⁰ sampai sekitar +47⁰ (posisi start-up).
Inlet guide vane row dapat juga disesuaikan dan berada tetap pada posisi yang
diinginkan secara manual di atas jangkauan beban (Pushbutton di control room).
Shutdown
Inlet guide vane row dikendalikan secara otomatis ketika gas turboset di shut
down. Inlet guide vane row menutup ketika beban berkurang. Posisi tersebut di
setting secara otomatis pada start-up position (sekitar +47⁰) ketika beban turun di
bawah level yang ditetapkan. Inlet guide vane row menutup pada posisi standstill
(sekitar +7⁰) dengan cepat sebelum gas turboset mencapai keadaan standstill.
Trip Turbin
Linier amplifier dikunci pada posisi yang aman selama trip gas turboset. Inlet guide
vane berada pada posisi yang tetap sehingga vane tersebut berada pada posisi
waktu proses trip. Inlet guide vane row menutup ke posisi standstill secepatnya
sebelum gas turboset mencapai standstill.
27
Safety dan Monitoring Equipment
4. MBA82CG003
5. MBA82AS001 Pmax 150 bar, brake holding force: 30 kN, hydraulic
release press : 120 bar. Lim, switch : ±2.5 mm
28
Berikut Piping & Instrument Diagram VIGV :
29
Berikut diagram yang menggambarkan card sebagai I/O dan control pada VIGV :
Keterangan :
MBA82CG001 : position transmitter
MBA82CG002 : position transmitter
MBA82AS001 : proximity sensor
81EA02 : card output module
83SR05 : card analog control module
81AB10: card output binary module
81AA02: card output module
81EU10: card input module
UA377 : card decontic
30
BAB 4. SISTEM KONTROL PADA VARIABLE INLET GUIDE VANES
Pengontrol yang digunakan dalam sistem VIGV terdapat 2 buah yaitu, pengontrol
proportional (P) dan pengontrol proportional integral (PI). Pengontrol proportional
digunakan untuk mengontrol perubahan posisi sudut dari VIGV tersebut. Untuk pengontrol
proportional integral digunakan untuk mengatur kecepatan motor penggerak VIGV. Alasan
pengontrol posisi sudut VIGV menggunakan pengontrol proportional yatu karena pada VIGV
sudah terdapat suatu sistem yang bersifat integral. Perangkat kontroler yang digunakan
untuk mengontrol VIGV masih bersifat analog yang terlihat seperti rangkaian dari
komponen-komponen penyusun seperti resistor,op-amp, dan lain-lain. Berbeda dengan
kontroler digital yang dengan mudah tinggal memasukan suatu program ke dalam kontroler
untuk mengubah pengaturannya, untuk kontroler analog kita harus memutar
potensiometer yang terdapat pada kontroler untuk mengubah pengaturannya sambil
memeriksa keluaran dari kontroler sampai hasil yang diinginkan tercapai.
Ketika sistem bekerja normal, posisi sudut VIGV berada pada range 47 o sampai
dengan 72o. Untuk batas terjadinya trip pada sistem yaitu kurang dari 45 o dan apabila
pengontrol memnberikan perintah untuk mengganti posisi sudut lebih besar dari 72 o, VIGV
akan tetap berada di posisi sudut 72 o. Set point untuk mengontrol VIGV terdapat tiga buah
yaitu :
Total set point actual power adalah set point yang dikontrol berdasarkan beban
daya yang diinginkan. Ketika sistem bekerja normal pada posisi sudut VIGV antara 47 o
sampai dengan 72o daya yang dihasilkan antara 75 MW sampai dengan 120 MW. Lalu set
point turbin inlet temperature adalah set point yang dipasang berdasarkan temperatur yang
diinginkan untuk masuk ke dalam turbin. Set point normalnya adalah sekitar 910 oC sampai
dengan 1090oC. Untuk set point yang terakhir, set point ini dipasang oleh operator ruang
control sesuai yang diinginkan oleh operator. Untuk set point ketika sistem berjalan
31
biasanya menggunakan set point 1 dan set point 2, set point 3 sangat jarang digunakan oleh
sistem. Untuk mengaktifkan motor penggerak VIGV diperlukan syarat-syarat seperti
pressure oil pada hidrolik sebesar 55 bar. Ketika semua syarat sudah terpenuhi, motor akan
menggerakan hidrolik untuk mengubah posisi sudut VIGV tersebut. Misalkan, sistem
menginginkan posisi sudut diubah dari 55 o menjadi 47o motor akan bergerak searah jarum
jam untuk mengubah sudut menjadi lebih kecil dan lal berhenti ketika sudut yang diinginkan
telah terpenuhi. Sebaliknya, ketika sistem menginginkan posisi sudut menjadi lebih besar
motor akan bergerak berlawanan jarum jam dan akan berhenti ketika sudut yang diinginkan
telah terpenuhi.
Untuk mengetahui cara kerja sistem kontrol VIGV kita perlu melihat tabel deskripsi
fungsi dari sistem tersebut secara bertahap bagaimana sistem itu bekerja. Tabel deskripsi
fungsi sistem VIGV dapat dilihat di bawah ini :
32
Tabel 4.1. Deskripsi fungsi sistem VIGV 1
33
Tabel 4.2. Deskripsi fungsi sistem VIGV 2
34
Tabel 4.3. Deskripsi fungsi sistem VIGV 3
35
Tabel 4.4. Deskripsi fungsi sistem VIGV 4
36
Tabel 4.5. Deskripsi fungsi sistem VIGV 5
37
38
Tabel 4.6. Deskripsi fungsi sistem VIGV 6
39
Tabel 4.7. Deskripsi fungsi sistem VIGV 7
40
Tabel 4.8. Deskripsi fungsi sistem VIGV 8
41
Tabel 4.9. Deskripsi fungsi sistem VIGV 9
42
Tabel 4.10. Deskripsi fungsi sistem VIGV 10
43
Tabel 4.11. Deskripsi fungsi sistem VIGV 11
44
Tabel diatas merupakan tabel deksripsi fungsi sistem VIGV bekerja. Dapat dilihat
pada tabel 4.11. terdapat gambar pengontrol proportional (P) dan proportional integral (PI).
Sebelum memasuki pengontrol, deskripsi fungsi sebelumnya adalah mengenai syarat-syarat
sebelum terjadinya pergerakan motor penggerak VIGV. Secara ringkas dapat dijelaskan
seperti ini, pertama misalkan beban daya akan diubah dari 75 MW menjadi 100 MW. Pada
75 MW posisi sudut VIGV yaitu sebesar 47 0 lalu dengan melakukan regresi linier pada beban
daya sebesar 100 MW posisi sudut VIGV yaitu sekitar 60 0 sampai 610. Ketika set point
diubah, akan terdapat perbedaan posisi sudut dengan keadaan aktualnya. Ketika terdapat
perbedaan ini, ini akan langsung mengaktifkan deskripsi fungsi diatas untuk memenuhi
syarat-syarat sebelum menggerakan motor.
Pertama, high pressure oil pump akan aktif yang nantinya minyaknya akan
menggerakan piston penggerak VIGV. Minyak dari pump tidak hanya untuk menggerakan
piston tetapi juga akan melepaskan breaker pada piston yang berfungsi menahan piston
agar tidak bergerak. Lalu secara bersamaan dengan high pressure oil pump yang aktif,
solenoid valve akan juga langsung terbuka agar minyak dapat menuju piston. Disini minyak
tidak segera masuk ke dalam piston penggerak, ini baru dapat masuk ke dalam piston ketika
jalur menuju piston tidak menghalangi. Ketika syarat-syarat diatas yaitu minyak supply
piston tersedia dan solenoid valve terbuka, disini kontroler akan bekerja yang tadinya sistem
open loop akan diubah menjadi closed loop. Lalu kontroler akan memberi perintah untuk
menggerakan motor sesuai perintah menambah atau mengurangi posisi sudut VIGV.
Minyak tidak dapat langsung masuk ke dalam piston dikarenakan dihalangi oleh NC
valve. NC valve disini adalah valve yang memiliki 3 ruangan berbeda yang akan mengubah
arah aliran minyak penggerak piston. Pada piston tidak hanya terdapat jalur menuju piston
tetapi juga terdapat jalur untuk minyak keluar dari piston yang juga diatur oleh NC valve.
Pada ruangan pertama yaitu minyak akan diarahkan menuju piston yang nantinya akan
menjadi pengurang sudut VIGV. Ruangan kedua yaitu berfungsi menghalangi suplai minyak
ke dalam piston. Terakhir yaitu minyak akan dialirkan ke dalam ruangan pada piston yang
akan mendorong piston untuk penambah sudut. Untuk jalur yang keluar dari piston, pada
setiap ruangan NC valve, jalur aliran keluaran minyak selalu terbuka yang nantinya akan
kembali menuju tangki penyimpanan minyak. Posisi normal NC valve yaitu ketika jalur
minyak berada pada posisi ruangan kedua yang berfungsi mengahalangi suplai minyak.
45
Pergerakan NC valve ini disebabkan oleh putaran motor. Motor, piston, dan NC
valve disini terletak pada satu poros yang sama. Poros disini seperti baut yang jalurnya
berputar. Ujung dari poros baut disini tersambung dengan sebuah mur. Disini terdapat
perubahan gerak dari rotasi menjadi gerak lurus. Ketika motor berputar ini akan
menyebabkan NC valve bergerak maju atau mundur sesuai gerak motor. Ketika motor
bergerak berlawanan arah, NC valve akan bergerak maju dan sebaliknya. Pada piston pun
terdapat sistem yang berkebalikan dengan motor, dimana gerak lurus diubah menjadi gerak
putar yang akan memutar mur agar baut poros tidak keluar dari mur tersebut. Arah putaran
mur ini dipengaruhi oleh gerak piston, ketika piston bergerak maju mur akan berputar
searah jarum jam dan sebaliknya. Mur disini bisa dikatakan elemen yang penting dalam
sistem ini. Mur ini bisa dikatakan sebagai alat pengontrol sudut pada VIGV jadi kalau mur ini
lepas dari baut poros sistem tidak dapat dikontrol.
Jadi misalkan dengan kasus diatas yang ingin mengubah sudut dari 47 0 menjadi 600,
motor akan bergerak berlawanan aruh jaram yang akan mendorong maju NC valve.
Dikarenakan posisi NC valve maju, jalur aliran minyak akan bertemu dengan ruangan ketiga
dari NC valve yang akan mengalirkan minyak untuk mendorong piston bergerak maju. Ketika
arah motor berlawanan arah jarum jam berarti poros baut akan berusaha keluar dari mur
yang berada di dalam jalur bautnya, disini mur tersebut akan berputar kebalikannya yaitu
searah jarum jam yang berarti mur akan berusaha masuk ke dalam baut sehingga baut tidak
akan lepas dari mur tersebut. Mur disini berperan untuk menahan laju perubahan posisi
sudut dari VIGV sampai transmiter mengirimkan sinyal yang dibaca pada blade VIGV kepada
kontroler untuk mematikan pompa dan motor dan menutup solenoid valve secara
bersamaan. Untuk mengembalikan NC valve ke posisi normal, pada poros baut setelah NC
valve terdapat sebuah pegas yang akan mengembalikan posisi NC valve. Ketika NC valve
maju, pegas akan semakin rapat, ketika motor mati otomatis tidak ada gaya yang
mendorong pegas menjadi rapat karena NC valve sudah tidak bergerak, lalu pegas tersebut
akan bekerja memberikan gaya kepada NC valve untuk kembali ke posisi normal.
Untuk kasus perubahan sudut dari besar menuju kecil hampir sama dengan ketika
mengubah sudut dari kecil menuju besar. Misalkan ingin diubah set point daya dari 100 MW
menjadi 75 MW yang berarti harus ada perubahan sudut dari 60 0 menjadi 470. Kerja
sistemnya hampir sama dengan kasus diatas, perbedaannya adalah gerakan putaran motor
46
dan mur. Pada kasus ini, motor akan bergerak searah jarum jam yang akan membuat NC
valve bergerak mundur yang nantinya jalur aliran minyak akan bertemu dengan ruangan
pertama NC valve dan aliran minyak akan melewati ruangan ketiga dari NC valve tersebut.
Aliran minyak akan diarahkan ke dalam piston untuk mendorong mundur piston tersebut.
Dikarenakan arah putaran motor searah jarum jam, maka poros baut setelah NC valve akan
berusaha untuk masuk terus ke dalam mur sedangkan dikarenakan gerakan piston yang
mundur akan menyebakan mur berputar berlawan jarum jam yang berusaha untuk keluar
dari poros baut. Ketika transmiter sudah membaca sudut pada keadaan aktual, sinyalnya
akan dikirim menuju kontroler yang nantinya kontroler tersebut akan mematikan motor dan
pompa minyak dan juga menutup solenoid valve. Untuk mengembalikan NC valve yang
mundur ke posisi normal disini tidak digunakan pegas seperti kasus diatas. Pada bagian
motor terdapat kopling yang fleksibel yang nantinya akan mendorong NC valve ke posisi
semula, cara kerja dari kopling ini hampir sama dengan pegas yang untuk mendorong
mundur NC valve.
47
BAB 5. STUDI KASUS VARIABLE INLET GUIDE VANES
Pada praktik nyata terkadang VIGV terjadi beberapa trip yang membuat kerja
sistem ini tidak normal. Pada bab sebelumnya telah diberitahukan bahwa batas trip yaitu
pada posisi sudut 450. Terkadang hal ini pernah terjadi yang menyebabkan posisi sudut VIGV
mencapai 450. Misalkan ketika set point dari beban daya diubah dari 100 MW menjadi 75
MW. Jika dilakukan perhitungan berarti akan terjadi perubahan posisi sudut VIGV dari
sekitar 600 menjadi 470. Namun dalam praktiknya terkadang perubahan posisi sudut VIGV
tidak berhenti ketika di posisi sudut 47 0 melainkan mencapai 450. Akibat dari posisi sudut
VIGV ini, udara masukan akan menjadi semakin kurang yang dapat menyebabkan kerja
sistem yang lain menjadi lebih besar dari biasanya yang dapat membuat temperatur sistem
lain seperti turbin menjadi lebih panas. Tidak hanya kasus diatas yang dapat terjadi, pernah
suatu waktu posisi turbin melebihi batas normal 72 0 yaitu mencapai 750. Sebenernya ketika
posisi sudut di 750 itu bukan berarti udara masukan menjadi lebih banyak dibandingkan
ketika posisi 720 karena posisi bukaan maksimal dari VIGV sendiri itu bisa dikatakan berada
saat posisi 720 jadi pada posisi 750 sebenernya udara masukan akan menjadi lebih sedikit.
Meskipun pada 750 dan 450 sama-sama membuat udara masukan lebih sedikit tapi udara
masukan pada posisi sudut 450 jauh lebih sedikit dari posisi 750.
Masalah yang terjadi bukan hanya seperti kasus diatas yang membuat posisi sudut
VIGV melebihi batas normal. Masalah yang terjadi kali ini adalah sistem VIGV tidak
memberikan respon ketika terjadi perubahan set point. Misalnya, ada perubahan set point
dari 75 MW menjadi 80 MW itu berarti terdapat perubahan posisi sudut dari 47 0 menjadi
sekitar 500. Namun pada kenyataannya ternyata posisi sudut VIGV aktual berbeda dengan
berdasarkan set pointnya. Pada keadaan aktual posisi sudut VIGV masih berada di sekitar
470 dan tidak berubah sesuai dengan set pointnya. Peristiwa-peristiwa diatas merupakan
beberapa masalah yang terjadi pada sistem VIGV yang membuat sistem tersebut tidak
berjalan seperti biasanya.
48
5.2. Penyebab Masalah Pada Variable Inlet Guide Vanes
49
5.3. Solusi Pemecahan Masalah Pada Sistem VIGV
Breaker pada piston merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam
sistem ini. Pada kasus-kasus diatas, breaker merupakan bagian yang sering mengalami
kerusakan sehingga menyebabkan sistem VIGV tidak berjalan dengan baik. Breaker tidak
dapat membuka maksimal diakibatkan tekanan minyak yang kurang untuk membuka
breaker pada piston. Cara untuk membuat breaker tersebut dapat terbuka secara maksimal
adalah mengubah pengaturan dari tekanan minyak yang akan dikirimkan.
Jika biasanya tekanan minyak diatur sebesar 55-60 bar, tekanan minyak ini harus
diubah menjadi lebih besar agar breaker bisa terbuka sempurna. Pengubahan tekanan ini
tidak dapat seenaknya diperbesar oleh kita, pengubahan ini juga harus memikirkan
kekuatan piston untuk menerima tekanan minyak, apabila terlalu besar ini dapat merusak
piston penggerak VIGV. Saat ini UBP Priok mengatasi masalah tersebut dengan menjalankan
sistem VIGV secara manual dikarenakan belum adanya komponen poros baut dan mur
untuk dipasang pada VIGV.
50
BAB 6. KESIMPULAN
- Variable Inlet Guide Vanes atau VIGV merupakan suatu sub sistem yang penting
dalam sistem gas turbin. Sistem VIGV dikatakan penting karena pada sistem ini
lah yang mengatur berapa udara masukan yang diperlukan untuk mendapatkan
daya yang diinginkan. Apabila sistem ini mengalami masalah, ini akan
mempengaruhi kinerja sistem turbin gas apabila sistem VIGV ini mengalami
masalah, kinerja dari turbin gas akan berada di keadaan maksimalnya dan tidak
dapat menghasilkan daya semaksimal mungkin.
- Cara kerja dari sistem ini adalah mengubah seberapa besar bukaan yang akan
masuk ke dalam kompresor. Sistem ini menggunakan sistem hidrolik yang
mendorong sebuah piston untuk mengubah posisi sudut dari blade VIGV yang
akan menentukan seberapa besar udara yang dapat masuk ke dalam kompresor.
- Masalah-masalah yang timbul pada sistem ini biasanya terdapat komponen
breaker yang tidak dapat terbuka sempurna yang dapat menyebabkan
komponen pada poros baut dan mur rusak ataupun terlepas sehingga sistem
tidak dapat dikontrol.
- Pemecahan masalah breaker yang tidak dapat terbuka sempurna yaitu dengan
mengubah tekanan minyak penggerak piston menjadi lebih besar agar breaker
dapat terbuka secara sempurna. Pengubahan tekanan ini tidak dapat
sembarangan karena juga harus mempertimbangkan keadaan piston yang
menerima tekanan minyak tersebut. Apabila piston menerima tekanan yang
terlalu besar ini dapat merusak bagian dari piston tersebut yang nantinya malah
membuat sistem ini rusak.
51
DAFTAR PUSTAKA
http://www.scribd.com/doc/16807506/vigv
http://pembangkitanlistrik.wordpress.com/
52
LAMPIRAN
53