Anda di halaman 1dari 76

LAPORAN KERJA PRAKTIK

PREVENTIVE MAINTENANCE COOLING SYSTEM,


PENDINGIN BANTU AUXILIARY COOLING WATER (ACW).
PADA PLTU UNIT 3.

PT. INDONESIA POWER UNIT PEMBANGKITAN


SEMARANG.

Laporan ini disusun untuk memenuhi salah satu


syarat kelulusan mata kuliah kerja praktek

DISUSUN OLEH
NAMA : UNTUNG PRAYITNO
NIM : 201454092

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MURIA KUDUS
TAHUN 2017
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN KERJA PRAKTEK

PREVENTIVE MAINTENANCE COOLING SYSTEM, PENDINGIN BANTU


AUXILIARY COOLING WATER (ACW). PADA PLTU UNIT 3 PT.
INDONESIA POWER UNIT PEMBANGKITAN SEMARANG.

Laporan Kerja Praktek ini disusun oleh :

NAMA : UNTUNG PRAYITNO


NIM : 201454092
JURUSAN : TEKNIK MESIN

Berdasarkan kegiatan yang telah dilaksanakan di PT. INDONESIA


POWER UNIT PEMBANGKITAN SEMARANG, sejak tanggal 04 September
2017 s/d 31 Oktober 2017 yang disetujui oleh :

Semarang, Oktober 2017


Menyetujui

GENERAL MANAGER

SUPARLAN

KETUA JURUSAN TEKNIK MESIN PEMBIMBING LAPANGAN

RIANTO WIBOWO. ST., MT. PLH HAR MEKANIK PLTU


NIP : 4127.70.04.009 (DIDIK SURYANINGTYAS)

ii
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN KERJA PRAKTEK

PREVENTIVE MAINTENANCE COOLING SYSTEM, PENDINGIN BANTU


AUXILIARY COOLING WATER (ACW). PADA PLTU UNIT 3 PT.
INDONESIA POWER UNIT PEMBANGKITAN SEMARANG.

Laporan Kerja Praktek ini disusun oleh :

NAMA : UNTUNG PRAYITNO


NIM : 201454092
JURUSAN : TEKNIK MESIN

Berdasarkan kegiatan yang telah dilaksanakan di PT. INDONESIA


POWER UNIT PEMBANGKITAN SEMARANG, sejak tanggal 04 September
2017 s/d 31 Oktober 2017 yang disetujui oleh :

Semarang, Oktober 2017


Menyetujui

DOSEN PEMBIMBING

RIANTO WIBOWO. ST., MT.


NIP : 4127.70.04.009

iii
ABSTRAK

Auxiliary cooling water adalah air yang dibutuhkan sebagai media


pendingin berbagai peralatan di PLTU seperti lub oil system, pendingin
kompresor, pendingin pompa, dan sebagainya. Air pendingin ini bersirkulasi
secara close loop / siklus tertutup, dengan menggunakan pompa untuk
membangkitkan tekanan. Selain pompa digunakan pula sistem heat exchanger
untuk mendinginkan auxiliary cooling water yang bersirkulasi, dan menggunakan
cooling water sebagai media pendingin.
Auxiliary cooling water yang bersirkulasi disyaratkan harus tidak bersifat
korosif dan bersih dari kandungan zat-zat yang dapat menimbulkan kerak. Untuk
itu air yang digunakan harus ditreatment terlebih dahulu sebelum digunakan.
Selain itu diperlukan injeksi zat kimia tertentu selama sistem auxiliary cooling
water beroperasi agar kualitasnya tetap terjaga anti korosif.

Kata kunci : Auxiliary Coolling Water (ACW). Pendingin Bantu.

iv
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena
atas nikmat, karunia dan ridho-Nya, penulis dapat melaksanakan dan
menyelesaikan laporan kerja praktek yang merupakan salah satu syarat untuk
menempuh jenjang pendidikan Strata-I (S-I) di Fakultas Teknik program studi
Teknik Mesin Universitas Muria Kudus (UMK) yang dilaksanakan di PLTU PT.
INDONESIA POWER UNIT PEMBANGKITAN SEMARANG. Dan tak lupa
pula shalawat serta salam selalu tercurahkan pada junjungan kita Nabi besar
Muhammad SAW.

Dari hasil kerja praktek yang telah dilaksanakan di PLTU PT.


INDONESIA POWER UNIT PEMBANGKITAN SEMARANG ini, maka
pembuatan laporan kerja praktek yang dibuat penulis baik berupa lisan
(bimbingan dan pengarahan dari kordinator kerja praktek) maupun tulisan
(membaca buku referensi yang tersedia di perusahaan atau pengambilan data
melalui media internet sebagai tambahan) penulis mengambil judul
“PREVENTIVE MAINTENANCE COOLING SYSTEM, PENDINGIN
BANTU AUXILIARY COOLING WATER (ACW). PADA PLTU UNIT 3 PT.
INDONESIA POWER UNIT PEMBANGKITAN SEMARANG”.

Kesuksesan dalam melakukan kerja praktek dan penulisan laporan kerja


praktek ini bejalan dengan baik karena adanya dukungan dan dorongan dari
beberapa pihak.

v
Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Dr. Suparnyo. Selaku Rektor Universitas Muria Kudus.
2. Bapak Rianto Wibowo ST., MT. Selaku ketua program studi teknik mesin,
dan juga selaku dosen pembimbing Kerja Praktek, yang telah memberikan
bimbingan kepada penulis.
3. Bapak Suparlan selaku General Manager PT Indonesia Power UP
Semarang.
4. Bapak Anang W.R, ST selaku Supervisor Senior Pemeliharaan PLTU Unit
3 Tambak Lorok yang telah memberikan izin untuk melaksanakan Kerja
Praktik di PLTU Unit 3 Tambak Lorok.
5. Bapak Sutarto selaku pembimbing lapangan dan Supervisor Pemeliharaan
Mekanik PLTU Unit 3 Tambak Lorok yang telah memberikan ilmunya
kepada penulis selama Kerja Praktik dan membantu penyusunan Laporan
Kerja Praktik.
6. Bapak Didik ST, Bapak Supardi Yulianto, Bapak Nicko R.M, dan Bapak
Albert selaku Teknisi Pemeliharaan Mekanik PLTU Unit 3 Tambak Lorok
yang telah memberikan ilmunya kepada penulis selama Kerja Praktik dan
membantu penyusunan Laporan Kerja Praktik.
7. Bapak Wawan, Anton dan Bapak Agung selaku asisten teknisi
Pemeliharaan Mekanik PLTU Unit 3 Tambak Lorok yang telah
memberikan ilmunya kepada penulis selama kerja praktek dan membantu
penyusunan Laporan Kerja Praktik.
8. Keluarga besar penulis yang senantiasa mendukung penulis dalam
pelaksanaan Kerja Praktik dan pengerjaan Laporan Kerja Praktik.
9. Teman-teman seperjuangan Kerja Praktik yang menemani dan saling
menolong dalam pelaksanaan Kerja Praktik dan pengerjaan Laporan Kerja
Praktik.
10. Dan semua pihak yang telah turut membantu dalam kegiatan Kerja Praktik
dan penyusunan Laporan Kerja Praktik, yang tidak dapat disebutkan satu
per satu.

vi
Harapan penulis adalah laporan ini dapat bermanfaat untuk pembaca, dapat
memberikan informasi serta pengetahuan khususnya pada bidang instrumentasi.
Terakhir, penulis menyampaikan permohonan maaf apabila dalam penyusunan
laporan KP ini masih terdapat ketidaksempurnaan baik dalam segi penulisan
maupun isi laporan.

Semarang, Oktober 2017

Penulis

vii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...............................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN...................................................................................ii
LEMBAR PENGESAHAN..................................................................................iii
ABSTRAK.............................................................................................................iv
KATA PENGANTAR............................................................................................v
DAFTAR ISI.......................................................................................................viii
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................xi
DAFTAR TABEL................................................................................................xii
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................xiii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan Laporan............................................................................2
1.4 Waktu dan Lokasi Praktik Kerja Industri.....................................................3
1.5 Tujuan Kerja Praktik....................................................................................3
1.6 Metode Pengambilan Data...........................................................................4
1.7 Sistematika Penyusunan Laporan.................................................................4
BAB II TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN.....................................................6
2.1 Sejarah PT Indonesia Power.........................................................................6
2.2 Visi, Misi, Motto, Tujuan PT Indonesia Power...........................................9
2.2.1 Visi PT Indonesia Power....................................................................9
2.2.2 Misi PT Indonesia Power.................................................................10
2.2.3 Motto PT Indonesia Power...............................................................10
2.2.4 Tujuan PT Indonesia Power.............................................................10
2.3 Makna dan Bentuk Logo PT Indonesia Power...........................................11
2.3.1 Logo Perusahaan..............................................................................11
2.3.2 Bentuk..............................................................................................11
2.3.3 Warna...............................................................................................11
2.4 Budaya Perusahaan, Filosofi Perusahaan, Nilai Perusahaan......................12
2.5 Bisnis Utama PT Indonesia Power.............................................................15

viii
2.6 PT Indonesia Power UP Semarang............................................................15
2.7 Kapasitas Daya PT Indonesia Power UP Semarang..................................16
2.8 Lingkungan PT Indonesia Power UP Semarang........................................16
2.9 Struktur Organisasi PT Indonesia Power UP Semarang............................17
BAB III SISTEM PEMBANGKITAN LISTRIK TENAGA UAP..................20
3.1 Siklus di PLTU Semarang..........................................................................20
3.2 Proses Kerja PLTU.....................................................................................21
3.3 Siklus Uap dan Air.....................................................................................22
3.4 Siklus Gas dan Pembakaran.......................................................................25
3.5 Siklus Air Pendingin..................................................................................25
3.5.1 Siklus Air Pendingin Utama.............................................................25
3.5.2 Siklus Air Pendingin Bantu..............................................................25
3.6 Siklus Penyaluran Tenaga Listrik...............................................................26
3.7 Siklus Minyak Pelumas..............................................................................26
3.8 Komponen Utama pada PLTU...................................................................27
3.8.1 Pompa...............................................................................................27
3.8.2 Boiler................................................................................................28
3.8.3 Turbin...............................................................................................33
3.8.4 Condensor........................................................................................33
BAB IV SISTEM PEMELIHARAAN AIR PENDINGIN AUXILLIARY
COOLING WATER (ACW) PADA PLTU 3 PT. INDONESIA POWER UP
SEMARANG........................................................................................................35
4.1 Pendahuluan...............................................................................................35
4.1.1 fungsi utama sistem air pendingin.......................................................35
4.1.2 jenis-jenis sistem air pendingin...........................................................35
4.2 Sistem Air Pendingin Bantu Auxiliary Cooling Water (ACW).................37
4.2.1 pengertian auxiliary cooling water (ACW).........................................37
4.3 Komponen - Komponen Auxiliary Cooling Water (ACW)........................38
4.3.1 Tangki air pendingin bantu (head tank)...............................................38
4.3.2 Pompa air pendingin bantu (Auxiliary Cooling  Water Pump)............39
4.3.3 Penukar panas air pendingin (Auxiliary Cooling Water Heat
Exchanger)....................................................................................................43

ix
4.3.4 Sistem perapat pompa (Gland Seal)....................................................44
4.3.5 Chemical feeder tank...........................................................................45
4.4 Sistem Kerja dan Cara Pengoperasian Auxiliary Cooling Water (ACW). .45
4.4.1 Sistem kerja auxiliary cooling water (ACW)......................................45
4.4.2 Cara pengoperasian auxiliary cooling water (ACW)..........................47
4.5 Troubleshoot Pada Auxiliary Cooling Water (ACW)................................48
4.6 Jenis Jenis Perawatan.................................................................................50
4.7 Bentuk-bentuk Perawatan...........................................................................51
4.7.1 Perawatan preventif (preventive maintenance)....................................51
4.7.2 Perawatan Korektif..............................................................................51
4.7.3 Perawatan Prediktif..............................................................................51
4.7.4 Perawatan setelah terjadi kerusakan (Breakdown Maintenance)........52
4.7.5 Perawatan Darurat (Emergency Maintenance)....................................52
4.8 Pekerjaan-pekerjaan Dasar Pada Perawatan Preventif...............................52
4.9 Keuntungan-keuntungan dari Perawatan Preventif....................................54
4.9.1 Prosedur Pelaksanaan Perawatan Preventif.........................................54
4.10 Sistem Pemeliharaan Pendingin Auxiliary Cooling Water (ACW)............55
4.10.1 Pemeliharaan periodik.......................................................................55
4.10.2 Pemeliharaan khusus.........................................................................56
4.11 Tindakan Pemeliharaan Yang Disarankan.................................................56
BAB V PENUTUP................................................................................................58
5.1 Kesimpulan...................................................................................................58
5.2 Saran.............................................................................................................59
DAFTAR PUSTAKA

x
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Unit Pembangkitan PT. Indonesia Power..........................................6


Gambar 2.2 Logo PT Indonesia Power ................................................................11
Gambar 2.3 Peta Lokasi PT Indonesia Power UP Semarang................................17
Gambar 2.4 PT Indonesia Power UP Semarang....................................................17
Gambar 2.5 Bagan struktur organisasi..................................................................17
Gambar 3.1 Siklus Rankine...................................................................................20
Gambar 3.2 Prinsip Kerja PLTU...........................................................................21
Gambar 3.3 Condensate Pump..............................................................................23
Gambar 3.4 Low Pressure Heater.........................................................................23
Gambar 3.5 Deaerator...........................................................................................24
Gambar 3.6 High Pressure Heater........................................................................24
Gambar 3.7 Boiler Feed Pump..............................................................................27
Gambar 3.8 Turbine dan Generator......................................................................33
Gambar 3.9 Condensor..........................................................................................34
Gambar 4.1 sistem pendingin terbuka dan tertutup...............................................37
Gambar 4.2 Tangki air pendingin bantu................................................................39
Gambar 4.3 Auxiliary cooling water pump...........................................................41
Gambar 4.4 Motor pompa auxiliary cooling water...............................................42
Gambar 4.5 Auxiliary Cooling Water Heat Exchanger.........................................43
Gambar 4.6 Bagian - bagian pompa ACW dengan sistem perapat.......................45
Gambar 4.7 Chemical feeder tank ........................................................................45
Gambar 4.8 diagram flow auxiliay cooling water.................................................46
Gambar 4.9 siklus pendinginan air ACW dengan air laut.....................................47
Gambar 4.10 Contoh plag pada pipa heat exchanger ( kuningan dan karet ).......49

xi
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kapasitas Terpasang Per-unit Bisnis Pembangkit.................................7


Tabel 2.2 Tahap Pembangunan PLTU Suralaya...................................................8
Tabel 2.3 Daftar Pembangkit UBOH/UJP PT.INDONESIA POWER.................9
Tabel 2.4 Daya Terpasang PT Indonesia Power Unit Pembangkitan Semarang. .16
Tabel 4.1 Pemeliharaan preventive dan prediktive komponen sistem pendingin..57

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Foto Kegiatan PKL di PLTU PT. Indonesia Power UP Semarang


Lampiran 2. Gambar diagram siklus Auxiliary cooling water (ACW)
Lampiran 3. Log Book Mingguan Praktek Kerja Lapangan

xiii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan negara yang memiliki sumber energi yang
beraneka ragam. Sumber energi itu antara lain : minyak bumi, tenaga air, gas
alam, batu bara, panas bumi dan lain – lain. Kebutuhan akan energi
merupakan hal yang penting bagi kehidupan manusia dalam meningkatkan
kesejahteraan hidupnya. Salah satu kebutuhan energi yang hampir tidak dapat
dipisahkan dalam kehidupan manusia pada zaman yang serba modern ini
adalah keburuhan energi listrik.
Pemanfaatan energi listrik ini secara luas telah digunakan untuk
kebutuhan rumah tangga, komersil, instansi – instansi pemerintah, industri,
dan lain – lain. Untuk itu manusia berusaha untuk memperoleh energi
tersebut. Salah satu cara yang dilakukan adalah dengan membangun
pembangkit tenaga listrik. Di Indonesia terdapat berbagai pembangkit tenaga
listrik antara lain : PLTA, PLTU, PLTG, PLTGU, PLTP.
PLTU Tambak Lorok Semarang merupakan pembangkit listrik yang
dulunya menggunakan bahan bakar minyak dan residu dalam proses
produksinya, sedangkan sekarang telah diubah mengunakan bahan bakar gas.
PLTU Tambak Lorok Semarang terdiri dari 3 unit. Unit 1 dan 2 daya yang
dihasilkan masing-masing 50 MW, sedangkan unit 3 memproduksi daya 200
MW.
Keberadaaan PLTU Tambak Lorok Semarang pada PT. Indonesia
Power UBP Semarang merupakan tuntutan akan kebutuhan energi listrik di
Indonesia Sebagai sumber energi listrik.
Pada suatu sistem unit pembangkit thermal khususnya untuk
pembangkit listrik tenaga uap, diperlukan suatu sistem pendingin. Baik sistem
pendingin utama, maupun sistem pendingin bantu (auxiliary coolling sistem).
Kedua sistem pendingin tersebut sangat dibutuhkan dalam suatu sistem unit
pembangkit.

1
Sistem pendingin auxiliari cooling water (ACW) ini berfungsi untuk
mendinginkan semua peralatan yang ada pada sistem pembangkit PLTU.
Medianya yaitu air Demin yang ada pada Expansion Tank. Air demin
auxiliari cooling water (ACW) dari Expansion Tank dipompa menggunakan
auxiliari cooling water pump untuk mendinginkan pendingin hidrogen,
pendingin pelumas turbin, instrument dan service air compressor, pendingin
pompa Boiler Feed Pump (BFP), pendingin pelumas air heater, pendingin
pelumas Forced Draf Fant (FDF), dan lain sebagainya.
Sistem air pendingin harus betul-betul dapat bekerja dengan baik,
karena kerusakan pada sistem air pendingin akan mengganggu proses operasi
sistem unit pembangkit.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun permasalahan yang akan dibahas dalam kerja praktik ini
adalah:
1. Bagaimana fungsi dari sistem pendingin, sitem pendingin utama dan
sistem pendingin bantu.
2. Bagaimana sistem pengoprasian unit pendingin secara baik dan benar.
3. Bagaimana sitem perawatan unit pendingin supaya dapat bertahan lebih
lama.
4. Mengidentifikasi troubleshoot yang teradi pada sistem pendingin
auxiliary cooling water (ACW).

1.3 Tujuan Penulisan Laporan


Setiap kegiatan yang dilakukan pasti memiliki manfaat , demikian
pula dengan kegiatan Praktek Kerja Industri yang telah selesai dilaksanakan .
Adapun manfaat dari kegiatan Praktek Kerja Industri yang telah penulis
laksanakan adalah sebagai berikut :
1. Untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan mata kuliah.
2. Untuk melaporkan pengalaman-pengalaman yang di dapat selama
menjalankan Praktek Kerja Industri ( Prakerin) di PT. Indonesia Power
Unit Pembangkitan Semarang.
3. Untuk memberi referensi kepada pembaca yang ingin mengetahui
tentang siklus kerja PLTU.

2
4. Untuk memberikan gambaran secara singkat tentang keadaan dan kondisi
tempat melaksanakan Praktek Kerja Industri ( Prakerin ).

1.4 Waktu dan Lokasi Praktik Kerja Industri


Kerja Praktek ini penulis lakukan di lingkungan PT. Indonesia Power
Unit Pembangkitan Semarang, Unit PLTU, sebuah perusahaan yang berada di
bawah naungan PT. PLN (PERSERO).
PT. Indonesia Power UP semarang beralamat di Jalan Ronggowarsito
pelabuhan tanjung emas, tanjungmas, semarang, Jawa Tengah. Waktu
pelaksanaannya mulai tanggal 04 September 2017 dan berakhir pada tanggal
31 Oktober 2017.

1.5 Tujuan Kerja Praktik


Pelaksanaan Kerja Praktek ini bertujuan untuk menggali ilmu
pengetahuan di bidang teknologi industri pada umumnya, serta mendapat
pengetahuan yang lebih mendalam tentang sistem pembangkit listrik tenaga
uap, dan pengawasan kerja pada Pembangkit Listrik Tenaga Uap yang ada di
PT. Indonsia Power Unit Pembangkitan Semarang. Pada pelaksanaan Kerja
Praktek di perusahaan tersebut, penulis mendapat banyak pengetahuan
tentang sistem proses kerja PLTU dan dapat melakukan tanya jawab langsung
dengan teknisi yang berada disana.
Adapun tujuan dari pelaksanaan Kerja Praktek ini yaitu :
1. mempelajari, mengembangkan dan mendapatkan pengetahuan yang
mendalam mengenai ilmu pengetahuan di bidang teknologi terutama
dalam bidang pembangkitan.
2. mempelajari dan menganalisis siklus pada suatu Pembangkit Listrik,
Terutama paada Pembangkit Listrik Tenaga Uap.
3. untuk mengetahui fungsi kerja dari turbin yang digunakan Pembangkit
Listrik
4. mempelajari sistem proses produksi pada PLTU dan membandingkannya
dengan keilmuan yang didapat dari teori.

3
1.6 Metode Pengambilan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan selama pelaksanaan kerja
praktek adalah sebagai berikut :
1. Metode observasi
Dengan cara ini penulis mencari data dengan melihat langsung ke
lapangan sehhinga bisa mendapatkan data yang dibutuhkan secara
langsung melalui peralatan yang ada di unit dengan pembimbing
lapangan.
2. Metode wawancara
Penulis melakukan wawancara secara langsung dengan teknisi dan
operator yang sedang melakukan tugasnya di lapangan.
3. Metode studi literatur
Penulis mengumpulkan data melalui beberapa buku referensi, baik buku –
buku kuliah, buku dari pembimbing, maupun buku dari perpustakaan
yang menunjang terhadap judul yang sedang dibahas.

1.7 Sistematika Penyusunan Laporan


BAB I : Pendahuluan
Bab ini berisi tentang latarbelakang, rumusan masalah, tujuan
penulisan laporan,waktu dan lokasi praktik kerja industri, tujuan
kerja praktik, metode pengambilan data, serta sistematika
penulisan laporan.

BAB II : Tinjauan Umum Perusahaan


Bab mencantumkan profil PT. Indonesia Power yaitu meliputi
sejarah, visi, misi, motto, tujuan, dan paradigma perusahaan,
makna dan bentuk logo PT Indonesia Power, budaya, filosofi, dan
nilai perusahaan. Bisnis utama dari PT Indonesia Power, serta
menjelaskan tentang PT Indonesia Power UP semarang. Besar
dari kapasitas daya, lingkungan, dan struktur organisasi dari PT
Indonesia Power UP Semarang.

4
BAB III : Dasar Teori
Pada bab ini menerangkan tentang penjelasan siklus PLTU, serta
dasar terori tentang pendingin auxiliary cooling water (ACW),
dan juga komponen-komponen dari PLTU.
BAB IV : Pembahasan
Pada bab ini menerangkan tentang sistem pendingin, proses kerja
dari Sistem pendingin auxiliary cooling water dan sistem
perawatan dari Auxiliary Coolling Water System.
BAB V : Penutup
Bab berisi tentang kesimpulan dan saran dari hasil kerja praktik
yang dilakukan.

5
BAB II
TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN

2.1 Sejarah PT Indonesia Power

Gambar 2.1 Unit Pembangkitan PT. Indonesia Power

PT.Indonesia Power merupakan salah satu anak perusahan PT. PLN


(Persero) yang dahulu bernama PLN Pembangkit Tenaga Listrik Jawa Bali
(PJB I), menjalankan bisnis utama di bidang pembangkitan tenaga listrik
Jawa Bali serta memasok sekitar 30% - 40% dari kebutuhan tenaga listrik
Jawa-Bali. Diawali dengan berdirinya Paiton Swasta I, yang dipertegas
dengan dikeluarkannya Kepres. No. 37 Tahun 1992, tentang pemanfaatan
sumber dana swasta melalui pembangkit-pembangkit listrik swasta.
Pada akhir tahun 1993, Menteri Pertambangan dan Energi
menerbitkan kerangka dasar kebijakan (sasaran dan kebijakan sub sektor
ketenagalistrikan) yang merupakan pedoman jangka panjang restrukturisasi
sektor ketenagalistrikan. Sebagai tahap awal, pada tahun 1994 PLN diubah
statusnya dari Perum menjadi Persero. Setahun kemudian, tepatnya tanggal 3
Oktober 1995, PLN (Persero) membentuk dua anak perusahaan dengan tujuan
untuk memisahkan misi sosial dan misi komersial dari Badan Usaha Milik
Negara (BUMN), yaitu:

6
1. PT PLN PJB I yang pada tanggal 3 Oktober 2000 berganti nama
menjadi PT. Indonesai Power yang berpusat di Jakarta.
2. PT. Pembangkitan Tenaga Listrik Jawa-Bali yang berpusat di Surabaya.

PT. Indonesia Power memiliki sejumlah unit pembangkit dan fasilitas


pendukungnya. Pembangkit-pembangkit tersebut memanfaatkan teknologi
modern berbasis komputer dengan menggunakan beragam jenis energi yaitu
air, minyak bumi, batubara, gas alam, dan lain sebagainya. Namun demikian,
dari pembangkit-pembangkit tersebut ada pula pembangkit yang termasuk
paling tua di Indonesia seperti PLTA Plengan, PLTA Ubrug, PLTA Ketenger,
dan sejumlah PLTA lainnya yang dibangun tahun 1920-an dan sampai
sekarang masih beroperasi.
Dari hal tersebut diatas, maka dapat dipandang berdasarkan
sejarahnya pada dasarnya usia PT. Indonesia Power sama dengan keberadaan
listrik di Indonesia. Pembangkit-pembangkit yang dimiliki oleh PT. Indonesia
Power samadengan keberadaan listrik di Indonesia. Pembangkit-pembangkit
yang dimiliki oleh PT. Indonesia Power adalah sebagai berikut:

Tabel 2.1 Kapasitas Terpasang Per-unit Bisnis Pembangkit


Unit Bisnis Pembangkitan dan Pemeliharaan Indonesia Power di wilayah Jawa
Bali meliputi:
Unit Bisnis Kapasitas Terpasang Jenis Pembangkit Lokasi
UBP Suralaya 3.400,00 MW PLTU Merak
UBP Priok 1.348,08 MW PLTU, PLTGU, Jakarta
PLTD
UBP Saguling 797,36 MW PLTA Bandung
UBP Kamojang 375,00 MW PLTP Garut
UBP Semarang 1.408,93 MW PLTU, PLTG, PLTGU Semarang
UBP Mrica 309,74 MW PLTA, PLTM, PLTMH Banjarnegara
UBP Perak Grati 864,08 MW PLTU, PLTG, PLTGU Pasuruan
UBP Bali 432,67 MW PLTD, PLTG Bali
UB Pemeliharaan Jakarta
Pembangkit milik Indonesia Power di sebagian wilayah Sumatra meliputi:

7
Pembangkit Kapasitas Terpasang Jenis Pembangkit Lokasi
Indralaya 1 45,00 MW PLTG Palembang
Keramasan 18,00 MW PLTG Palembang
Jambi 18,00 MW PLTG Jambi

Dengan daya terpasang sebesar 8.921,19 MW, PT. Indonesia Power


menjadi pemasok listrik terbesar di Indonesia dan terbesar ketiga di Dunia.
Beroperasinya PLTU Suralaya diharapkan akan menambah kapasitas dan
keandalan tenaga listrik di Pulau Jawa-Bali yang terhubung dalam sistem
interkoneksi se Jawa dan Bali, dan juga untuk mensukseskan program
pemerintah dalam rangka untuk penganekaragaman sumber energi primer
untuk pembangkit tenaga listrik sehingga lebih menghemat BBM, juga untuk
meningkatkan kemampuan bangsa Indonesia dalam menyerap teknologi
maju, penyediaan lapangan kerja, peningkatan taraf hidup masyarakat, dan
pengembangan wilayah sekitarnya sekaligus meningkatkan produksi dalam
negeri. PLTU Suralaya dibangun melalui tiga tahapan seperti di jelaskan pada
tabel di bawah ini :

Tabel 2.2 Tahap Pembangunan PLTU Suralaya


No ITEM UNIT 1 UNIT 2 UNIT 3 UNIT 4 UNIT 5 UNIT 6 UNIT 7
1 CONSTRUCTIO 1980 1984 1994
N
2 FIRST FIRING 26-05-84 11-03-85 28-05-88 04-02-89 22-06-96 26-01-97 14-07-97
3 SYNCHRONIZE 24-08-84 11-06-85 25-08-88 24-04-89 16-12-96 26-03-97 19-09-97
4 COMMERCIAL 04-04-85 26-03-86 06-02-89 06-11-89 25-06-97 11-09-97 19-12-97
OPERATION
5 LOUNCHING BY 10-08-1985 17-05-1990
PRESIDENT

Dalam pembangunannya secara keseluruhan dibangun oleh PLN


Proyek Induk Pembangkit Termal Jawa Barat dan Jakarta Raya dengan
Konsultan asing dari Montreal Engineering Company (Monenco) Canada
untuk unit 1 - 4 sedangkan untuk unit 5 - 7 dari Black & Veatch International
(BVI) Amerika Serikat. Pada tahun 2012 Indonesia Power melebarkan sayap

8
keseluruh Indonesia dengan mengembangkan portofolio melalui
pengembangan Usaha Jasa Operation & Maintenance (O&M) diluar sistem
Jawa dan Bali serta Pembangkit Energi Terbarukan yang ramah lingkungan.
Pengembangan ini sebagai dasar kekuatan masa depan Perusahaan menjadi
kekuatan untuk “menerangi Indonesia”.
Ditahun 2013, Indonesia Power focus pada pelaksanaan beberapa
program strategis yang diprioritaskan dalam upaya mendukung pencapaian
sasaran perusahaan yang dilakukan dengan benar, cepat, dan fokus pada hasil
terbaik yaitu antara lain meningkatkan availability pembangkit melalui
implementasi asset management, meningkatkan pemanfaatan energi primer
non BBM, mengembangkan pembangkit baru yang berbahan bakar
terbarukan dan non BBM, mengembangkan bisnis baru jasa O&M, serta
mengurangi ketergantungan spare parts dari pemasok OEM.
Dibawah ini adalah beberapa pembangkit yang masuk dalam program
diversifikasi energi 10.000 MW tahap pertama yang sudah diterima dari PLN
kepada Indonesia Power sebagai salah satu Unit Bisnis Operasi dan
Pemeliharaan Indonesia Power, dimana penambahan tersebut telah ditetapkan
melalui Keputusan Direksi Indonesia Power No: 62.K/010/IP/2013 pada
tanggal 20 Maret 2013.

Tabel 2.3 Daftar Pembangkit UBOH/UJP PT.INDONESIA POWER


Unit bisnis dan pemeliharaan indonesia power meliputi :
Unit bisnis operasi & pemelihraan Kapasitas terpasang Jenis pembangkit lokasi
OBOH PLTU Banten 1 Suralaya 600,00 MW PLTU Merak
UBOH PLTU Banten 2 labuan 625,00 MW PLTU Pandeglang
UBOH PLTU Banten 3 lontar 945,00 MW PLTU Tangerang
UBOH PLTU jawa barat 2 pelabuhan ratu 1.050,00 MW PLTU Sukabumi
UBOH PLTU 2 jawa tengah adipala 660,00 MW PLTU Cilacap
2.2 Visi, Misi, Motto, Tujuan PT Indonesia Power
2.2.1 Visi PT Indonesia Power
Visi PT Indonesia Power adalah menjadi perusahaan energi
tepercaya yang tumbuh berkelanjutan.

9
2.2.2 Misi PT Indonesia Power
Misi PT Indonesia Power yaitu menyelenggarakan bisnis
pembangkitan tenaga listrik dan jasa terkait yang bersahabat dengan
lingkungan.

2.2.3 Motto PT Indonesia Power


Motto PT Indonesia Power adalah ”Trust Us for Power Excellence”.

2.2.4 Tujuan PT Indonesia Power


Adapun tujuan PT Indonesia Power adalah sebagai berikut:
1. Menciptakan mekanisme peningkakan efisiensi yang terus - menerus
dalam penggunaan sumber daya perusahaan.
2. Meningkatkan pertumbuhan perusahaan secara berkesinambungan
dengan bertumpu pada usaha tenaga listrik dan sarana penunjang
yang berorientasi pada permintaan pasar yang bewawasan
lingkungan.
3. Menciptakan kemampuan dan peluang untuk memperoleh
pendanaan dari berbagai sumber yang saling menguntungkan.
4. Mengoperasikan pembangkit tenaga listrik secara kompetitif serta
mencapai standart kelas dunia dalam hal keamanan, keandalan,
efisiensi maupun kelestarian lingkungan.
5. Mengembangkan budaya perusahaan yang sehat diatas saling
menghargai antar karyawan dan mitra kerja, serta mendorong terus
kekokohan integritas pribadi dan profesionalisme.

10
2.3 Makna dan Bentuk Logo PT Indonesia Power
2.3.1 Logo Perusahaan
Adapun logo PT Indonesia Power adalah sebagai berikut:
Gambar 2.2 Logo PT Indonesia Power

2.3.2 Bentuk
Makna bentuk dan warna logo PT Indonesia Power merupakan
cerminan identitas dan lingkup usaha yang dimilikinya.
Berikut ini adalah makna bentuk logo diatas:
1. Nama yang kuat, kata INDONESIA dan POWER ditampilkan
dengan menggunakan jenis huruf yang tegas dan kuat ( futura book
regular dan futura bold ).
2. Aplikasi bentuk kilatan petir pada huruf ”O” melambangkan
”Tenaga Listrik” yang merupakan lingkup usaha utama.
3. Red dot ( bulatan merah ) di ujung ilatan petir merupakan simbol
perusahaan yang telah digunakan saat bernama PT PLN PJB Ι.
Titik ini merupakan simbol yang digunakan di sebagian besar
materi komunikasi perusahaan, dengan simbol yang kecil ini,
diharapkan identitas perusahaan dapat langsung terwakili.

2.3.3 Warna
Arti warna logo diatas adalah sebagai berikut:
1. MERAH
Diaplikasikan pada kata INDONESIA, menunjukkan
identitas yang kuat dan kokoh sebagai pemilik sumber daya untuk
memproduksi tenaga listrik, guna dimanfaatkan di Indonesia dan
juga di luar negeri.

11
2. BIRU
Diaplikasikan pada kata POWER, pada dasarnya warna biru
menggambarkan sifat pintar dan bijaksana, dengan aplikasi pada
kata POWER, makna warna ini menunjukkan produk tenaga listrik
yang dihasilkan perusahaan memiliki ciri-ciri berteknologi tinggi,
efisien, aman dan ramah lingkungan.

2.4 Budaya Perusahaan, Filosofi Perusahaan, Nilai Perusahaan


2.4.1 Budaya Perusahaan
Salah satu aspek dari pengembangan sumber daya manusia
perusahaan adalah pembentukan budaya perusahaan. Unsur-unsur
budaya perusahaan :
a. Perilaku akan ditunjukan seseorang akibat adanya suatu keyakinan
akan nilai-nilai atau filosofi.
b. Nilai adalah bagian daripada budaya/culture perusahaan yang
dirumuskan untuk membantu upaya mewujudkan budaya
perusahaan tersebut. di PT. Indonesia Power, nilai ini disebut
dengan “Filosofi Perusahaan”.
c. Paradigma adalah suatu kerangka berpikir yang melandasi cara
seseorang menilai sesuatu.
Budaya perusahaan diarahkan untuk membentuk sikap dan
perilaku yang didasarkan pada 5 filosofi dasar dan lebih lanjut, filosofi
dasar ini diwujudkan dalam tujuh nilai perusahaan PT. Indonesia Power
(IP-AKSI)

2.4.2 Filosofi Perusahaan


a. Mengutamakan pasar dan pelanggan.
b. Berorientasi kepada pasar serta memberikan pelayanan yang
terbaik dan nilai tambah kepada pelanggan.
c. Menciptakan keunggulan untuk memenangkan persaingan.
d. Menciptakan keunggulan melalui sumber daya manusia, teknologi
financial dan proses bisnis yang handal dengan semangat untuk
memenangkan persaingan.

12
e. Memelopori pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi.
f. Terdepan dalam memanfaatkan perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi secara optimal.
g. Menjunjung tinggi etika bisnis.
h. Menerapkan etika bisnis sesuai standar etika bisnis internasional.
i. Memberi penghargaan atas prestasi untuk mencapai kinerja
perusahaan yang maksimal.

2.4.3 Empat Nilai Perusahaan IP-AKSI


Empat nilai perusahaan yang kemudian disingkat menjadi IP-
AKSI yaitu:
1. INTEGRITAS
Insan IP senantiasa bertindak sesuai etika perusahaan serta
memberikan yang terbaik bagi perusahaan.
Indikator INTEGRITAS yaitu:
a) Bangga sebagai insan IP.
b) Mengambil tindakan yang bertanggung jawab.
c) Mengharumkan nama Indonesia Power.
d) Mengajak kebaikan dan mencegah penyimpangan.
e) Sesuai kata dengan perbuatan.
f) Teladan dan mengajak orang lain dalam beretika dan
melaksanakan Good Corporate Government (GCG).
g) Melaksanakan IP bersih.
2. PROFESIONAL
Insan IP Senantiasa menguasai pengetahuan, keterampilan dan
kode etik bidang pekerjaan serta melaksanakannya secara akurat dan
konsisten.
Indikator PROFESIONAL yaitu:
a) Melaksanakan tugas dengan pengetahuan, keterampilan, SOP,
dan kode etik.
b) Mencapai kinerja terbaik.
c) Mengembangkan pengetahuan dan keterampilan untuk antisipasi
tuntutan pekerjaan terus menerus.

13
d) Bekerja secara cerdas, terencana, dan sistematis.
e) Menentukan priorittas.
f) Mengambil keputusan terintegrasi.
g) Menyampaikan pendapat sesuai pengetahuan dan keterampilan.
h) Melakukan tugas secara teliti dan akurat.
3. PROAKTIF
Insan IP senantiasa peduli dan cepat tanggap melakukan
peningkatan kinerja untuk mendapatkan kepercayaan stakeholder.
Indikator PROAKTIF yaitu:
a) Mengantisipasi perkembangan teknologi melalui perbaikan
berkelanjutan dan inovasi.
b) Mencari peluang baru secara aktif untuk peningkatan kinerja
pribadi maupun perusahaan.
c) Mencari tahu secara aktif dan segera mengambil tindakan untuk
memenuhi kebutuhan stakeholder
d) Cepat tanggap terhadap kondisi kerja dan lingkungan.
e) Segera mengambil tindakan perbaikan untuk peningkatan kinerja.
f) Mencari solusi secara aktif untuk mengatasi hambatan tugas.
g) Menyelesaikan masalah hingga tuntas.
4. SINERGI
Insan IP senantiasa membangun hubungan kerja sama yang
produktif atas dasar saling percaya untuk menghasilkan karya
unggul.
Indikator SINERGI yaitu:
a) Menjadi bagian dari keseluruhan bisnis proses perusahaan serta
menjalankannya sesuai dengan peran dan fungsi masing-masing.
b) Memastikan hasil kerja optimal mendukung keberhasilan proses
kerja berikutnya dan keseluruhan.
c) Memberikan kontribusi ide dan bantuan sesuai dengan keahlian
dan tanggung jawab.
d) Berbagi pengetahuan dan keterampilan secara aktif.
e) Mengarahkan kelompok kerja secara aktif.

14
2.5 Bisnis Utama PT Indonesia Power
Berawal pada pengelolaan Pembangkit Listrik di Jawa Bali, saat ini
Indonesia Power telah melakukan Pengembangan Bisnis Jasa Operasi
Pemeliharaan di seluruh Indonesia baik melalui pengelolaan sendiri, melalui
Anak Perusahaan maupun melalui Usaha Patungan. PT Indonesia Power
mengelola 6 Unit Pembangkitan (UP) serta 2 Unit Pembangkitan dan Jasa
Pembangkitan (UPJP), 11 Unit Jasa Pembangkitan (UJP) dan 1 Unit Jasa
Pemeliharaan (UJH).
Sesuai dengan pasal 3 Anggaran Dasar Perusahaan, bidang usaha
Indonesia Power adalah menyelenggarakan usaha ketenagalistrikan
berdasarkan prinsip industri dan niaga yang sehat dengan menerapkan
prinsip-prinsip Perseroan terbatas yang meliputi produk dan layanan sebagai
berikut:
1. Penyediaan tenaga listrik yang ekonomis, bermutu tinggi dan andal.
2. Usaha yang berkaitan dengan penyediaan tenaga listrik
a. Jasa survei, investigasi, disain, konstruksi/pemasangan instalasi, operasi
dan pemeliharaan, penyewaan peralatan pembangkitan, serta
pendidikan dan pelatihan.
b. Produksi, perbaikan dan perdagangan dan peralatan tenaga listrik.
c. Produksi, pengolahan, pengangkutan dan perdagangan batubara,
gambut, biomas, dan gas alam.
d. Produksi dan pengusahaan energi panas bumi.
e. Cogeneration

Selain itu Indonesia Power memiliki 9 anak perusahaan yaitu PT


ARTHA DAYA COALINDO, PT COGINDO DAYA BERSAMA, PT GCL
Indotenaga, PT INDO PUSAKA BERAU, PT INDO RIDLATAMA
POWER, PT PERTA DAYA GAS, PT PUTRA INDOTENAGA (PIT), PT
RAJAMANDALA ELEKTRIKA POWER, serta PT TANGKUBAN
PARAHU GEOTHERMAL POWER.

2.6 PT Indonesia Power UP Semarang


Unit Pembangkitan Semarang mengelola unit - unit Pembangkit
Listrik Tenaga Uap (PLTU), Gas (PLTG), dan Gas Uap (PLTGU) dengan

15
kapasitas terpasang sebesar 1.408,93 MW yang tersebar di 3 lokasi yaitu
PLTU dan PLTGU Semarang, PLTG Lomanis (Cilacap), dan PLTG
Sunyaragi (Cirebon). Unit pembangkitan Semarang memegang peranan yang
penting dalam menjaga keandalan dan mutu system kelistrikan Jawa Bali
terutama Jawa Tengah.

2.7 Kapasitas Daya PT Indonesia Power UP Semarang


Daya yang terpasang di Unit Pembangkitan Semarang ini adalah
sebagai berikut:

Tabel 2.4 Daya Terpasang PT Indonesia Power Unit Pembangkitan Semarang


Mesin Pembangkit Daya Merek Mesin Tahun
PLTU Terpasang Operasi
PLTU Unit 1 50,00 MW GE 1978
PLTU Unit 2 50,00 MW GE 1978
PLTU Unit 3 200,00 MW Mitsubishi 1983
PLTGU
GTG 1.1 109,65 MW GE 1993
GTG 1.2 109,65 MW GE 1993
GTG 1.3 109,65 MW GE 1993
STG 1.0 188,00 MW GE 1997
GTG 2.1 109,65 MW GE 1996
GTG 2.2 109,65 MW GE 1996
GTG 2.3 109,65 MW GE 1996
STG 2.0 188,00 MW GE 1997
PLTG
Sunyaragi 2 20,03 MW Alsthom 1976
Cilacap 1 29,00 MW Westinghause 1996
Cilacap 2 26,00 MW Westinghause 1996
Total Daya Terpasang 1.408,93 MW
Sumber : www.indonesiapower.co.id

2.8 Lingkungan PT Indonesia Power UP Semarang


Lokasi pembangunan PT Indonesia Power Unit Pembangkitan
Semarang terletak di JL. Ronggowarsito, Komplek Pelabuhan Tanjung Emas,
Kota Semarang, Jawa Tengah. Terletak sekitar ± 5 km dari pusat Kota
Semarang.

16
Gambar 2.3 Peta Lokasi PT Indonesia Power UP Semarang

Gambar 2.4 PT Indonesia Power UP Semarang

2.9 Struktur Organisasi PT Indonesia Power UP Semarang


Struktur Organisasi
Unit Bisnis Pembangkitan Semarang

Gambar 2.5 Bagan struktur organisasi


PT. Indonesia Power UBP Semarang

17
a. General Manager
General Manager merupakan pimpinan perusahan dan penanggung
jawab tertinggi terhadap seluruh kegiatan perusahaan. Bertugas
mengordinasikan seluruh kegiatan dengan manajer bidang sehingga
perusahaan menjadi maju.
b. Manajer Operasi dan Niaga
Manajer Operasi dan Niaga bertanggung jawab dalam bidang
pengoperasian unit pembangkit sehingga unit menghasilkan produk energi
listrik sampai dengan pemasaran atau penjualan hasil energi listrik yang
didapatkan.
c. Manajer Pemeliharaan
Tanggung jawab dari Menajer Pemeliharaan adalah menangani
seluruh kegiatan pemeliharaan pembangkit. Manajer Pemeliharaan
membawahi 5 Supervisor Utama Pemeliharaan, yaitu ; Mesin, Listrik,
Kontrol, Bengkel Instrumen, sarana SDM, Perencanaan dan Mutu
Pemeliharaan.
d. Manajer Logistik
Manajer Lodistik bertanggung jawab atas pemenuhan semua
kebutuhan perusahaan termasuk sarana yang diperlukan untuk
kelangsungan proses produksi listrik.
e. Manajer Sistem dan SDM
Manajer Sistem dan SDM bertugas mendukung General Manager
dalam mengelola bidang SDM, membangun dan memelihara citra positif
perusahaan dalam pandangan masyarakat dan pihak-pihak terkait lainnya.
f. Manajer Keuangan
Manajer Keuangan bertanggung jawab atas seluruh kegiatan
anggaran keuangan dan akuntansi unit serta administrasi umum sesuai
sasaran, strategi, kebijakan dan program-program unit.
g. Manajer Humas
Manajer Humas bertugas mengurusi hubungan antara perusahaan
dengan pihak luar dalam berbagai bidang yang turut mendukung kemajuan
bagi perusahaan.

18
h. Manajer Unit
Manajer Unit baik PLTG Sunyaragi, PLTG Cilacap bertanggung
jawab tentang kegiaatan operasi masing-masing unit pembangkitan dan
bertanggung jawab langsung kepada General Manajer.

19
BAB III
SISTEM PEMBANGKITAN LISTRIK TENAGA UAP

3.1 Siklus di PLTU Semarang


Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) bekerja berdasarkan prinsip
Siklus Rankine. Siklus Rankine adalah siklus termodinamika yang mengubah
panas menjadi kerja. Siklus Rankine menggunakan kerja dua fase fluida,
yakni cair (liquid) dan uap (vapor). Dengan memanfaatkan gas hasil dari
penggerak turbin gas, air akan dipanaskan hingga menjadi uap panas lalu
akan menggerakan turbin uap.

Gambar 3.4 Siklus Rankine

Siklus Rankine adalah penurunan dari siklus Carnot. Siklus Rankine


dengan superheater dan reheater terdiri dari tahapan proses seperti Gambar
3.1 yakni :
a) 1 – 1 : Penaikan tekanan pada air menggunakan condensate extraction
pump.
b) 1 – 2 : Pemanasan air pada low pressure heater.
c) 2 – 2 : Penaikan tekanan air menggunakan boiler feed pump.
d) 2 – 3 : Pemanasan air pada high pressure heater dan pada economizer.

20
e) 3 – 4 : Pemanasan air menjadi uap air pada well tube dan downcomer di
dalam boiler.
f) 4 – 5 : Pemanasan uap air menjadi uap panas lanjut (super heater steam)
pada superheater.
g) 5 – 6 : Ekspansi uap di dalam high pressure turbine.
h) 6 – 7 : Pemanasan kembali uap yang keluar dari high presure turbine yang
terjaadi dalam reheater.
i) 7 – 7 : Ekspansi uap yang keluar dari reheater di dalam intermediate
pressure turbine.
j) 7 – 8 : Ekspansi uap di dalam low pressure turbine tanpa mengalami
pemanasan ulang.
k) 8 – 1 : Pendinginan uap menjadi air di dalam condensor.

3.2 Proses Kerja PLTU

Gambar 3.5 Prinsip Kerja PLTU

Berdasarkan Gambar 3.2, prinsip kerja PLTU terdiri dari beberapa


siklus yakni siklus air dan uap, siklus gas dan pembakaran, sikus air
pendingin, siklus minyak pelumas, serta siklus penyaluran tenaga listrik.

21
3.3 Siklus Uap dan Air
Dalam proses PLTU membutuhkan bahan baku utama berupa air. Air
yang digunakan adalah air laut yang sebelumnya telah disaring oleh Bar
screen dan Travelling screen. Kemudian diinjeksikan klorin agar hewan-
hewan laut dan kotoran tidak terbawa oleh aliran air laut.
Air tersebut kemudian dipompa oleh Circulating Water Pump (CWP)
yang sebagian besar digunakan sebagai media pendingin pada Condensor dan
Auxiliary Cooling Water (ACW) dan sebagian lagi disalurkan pada
Desalination.
Pada Desalination air laut ini diubah menjadi air tawar melalui proses
penguapan bertingkat dengan menggunakan uap bantu. Proses desalination ini
bertujuan untuk memisahkan air dengan kadar garam yang terkandung agar
tidak terjadi korosi pada pipa-pipa. Setelah menjadi air tawar, kemudian
dipompa oleh Distillate Water Pump untuk mengisi tanki Make up water
tank. Dari Make Up Water Tank air dipompa lagi menuju Distilate Polisher
untuk diubah menjadi air murni dengan cara menginjeksikan resin anion dan
kation. Lalu air murni ditampung di Demin Water Tank. Air pada Demin
Water Tank digunakan untuk mengisi Condensor. Penambahan air pada
Condensor dilakukan secara otomatis berdasarkan level pada hotwell.

PLTU Unit tiga pada awalnya menggunakan Desalination dan


Destilate Polisher. Namun saat ini Desalination dan Destilate Polisher tidak
dapat digunakan lagi sehingga sistem pemurnian air diganti dengan sistem
Reverse Osmosis (RO). Reverse Osmosis pada prinsipnya adalah kebalikan
proses osmosis. Dengan memberikan tekanan larutan dengan kadar garam
tinggi (concentrated solution) supaya terjadi aliran molekul air yang menuju
larutan dengan kadar garam rendah (dilute solution). Pada proses ini
molekul garam tidak dapat menembus membran semipermeable, sehingga
yang terjadi hanyalah aliran molekul air saja. Melalui proses ini, maka akan
mendapatkan air murni yang dihasilkan dari larutan berkadar garam tinggi.
Dari Hotwell, air dipompa oleh Condensate Pump menuju Deaerator,
dengan melewati pemanas Low Pressure Heater (LP Heater). Pada LP
Heater ini air mengalami pemanasan awal yang dilakukan dengan uap

22
bertekanan rendah dari LP Turbine. Deaerator berfungsi untuk memisahkan
oksigen dari air karena oksigen dapat menyebabkan korosi pada pipa-pipa. Di
bagian atas deaerator dilengkapi dengan scrubber dan fan untuk melepaskan
oksigen. Air dari Deaerator dipompa oleh Boiler Feed Pump menuju High
Pressure Heater untuk dipanaskan lagi dengan menggunakan uap bertekanan
tinggi dari HP Turbine.

Berikut ini adalah beberapa komponen penting dalam proses air dan
uap:

Gambar 3.6 Condensate Pump

Gambar 3.4 Low Pressure Heater

23
Gambar 3.5 Deaerator

Gambar 3.6 High Pressure Heater

Setelah melalui pemanasan High Pressure Heater, air menuju


Economizer untuk dipanaskan sehingga suhu air pengisi Boiler hampir
mendekati suhu di dalam Boiler. Pemanasan tersebut bertujuan agar tidak
terjadi thermal stress pada pipa-pipa. Kemudian air menuju ke Steam Drum
untuk ditampung dan dibagi ke pipa-pipa penguapan pada Boiler. Dari Steam
Drum dihasilkan uap jenuh, uap tersebut masih mengandung titik air sehingga
perlu diproses lagi guna menghindari kerusakan pada turbin. Oleh karena itu,
uap tersebut dipanaskan Super Heater.

Kemudian menghasilkan uap kering. Setelah itu uap kering akan


menggerakkan HP Turbine. Dari HP Turbine uap dipanaskan kembali oleh
Reheater yang akan digunakan untuk menggerakkan IP Turbine dan LP
Turbine. Lalu tubine memutar generator sehingga dihasilkan listrik.

24
3.4 Siklus Gas dan Pembakaran
Udara yang dibutuhkan dalam proses pembakaran disuplai oleh
Forced Draft Fan (FD Fan) dan dipanaskan pada Air Preheat Coil yang
dirancang untuk mempertahankan temperatur udara pada temperatur rata-rata
gas buang yang ditentukan,dan kemudian udara menuju Air Heater untuk
dipanaskan kembali.
Pada Air Heater, media pemanas yang digunakan adalah gas panas
bekas pembakaran pada Boiler. Dari Air Heater, udara dialirkan menuju Wind
box yang kemudian mengalir melalui register bercampur dengan bahan bakar
sehingga terjadilah pembakaran di Furnace Boiler. Gas keluaran dari ruang
bakar digunakan sebagai pemanas udara pada Air Heater yang kemudian
dibuang melalui cerobong atau stack.

3.5 Siklus Air Pendingin


Siklus air pendingin terdiri dari dua bagian yaitu:

3.5.1 Siklus Air Pendingin Utama


Air yang digunakan sebagai media pendingin utama berupa air laut
yang dipompa oleh CWP menuju Condensor. Pada Condensor air laut
digunakan untuk mengkondensasikan uap sisa setelah mengerakan LP
turbin. Selain itu air alut juga sebagai media pendingin pada air Auxiliary
Cooling Water, proses pendinginan air pendingin ACW terjadi di heat
exchanger. Kemudian air laut setelah mendinginkan air ACW akan
dibuang melalui pipa-pipa dischange tunnel menuju laut lepas (out fool).

3.5.2 Siklus Air Pendingin Bantu


Air pendingin bantu diambil dari air murni atau air demin pada
Make Water Tank yang telah ditambah dengan zat kimia (chromium)
untuk membuat lapisan anti karat pada pipa – pipa pendingin ACW. Air
pendingin dipompa oleh Auxiliary Cooling Water Pump menuju Heat
Exchanger dan kemudian medinginkan bagian – bagian pada PLTU.
Setelah itu air yang telah melakukan pendinginan akan didinginkan oleh
air laut yang terjadi di Heat Exchanger.

25
Bagian-bagian yang didinginkan meliputi:
1) Minyak pelumas turbin (Turbine Oil Cooler)
2) Gas hidrogen yang digunakan sebagai pendingin generator.
3) Instrument dan Service air compressor.
4) Pendingin BFP, FDF, dan pendingin pelumas air heater.

3.6 Siklus Penyaluran Tenaga Listrik


Pada suatu pembangkit, rotor generator di couple dengan turbin
sehingga rotor ikut berputar. Perputaran ini menghasilkan energi listrik
dengan bantuan penguat atau exciter mencapai 18 kV yang kemudian oleh
Generator Transformer di naikkan (Step Up) menjadi 150 kV. Energi yang di
hasilkan kemudian di salurkan Switch Yard menuju gardu induk melalui
transmisi tegangan tinggi dan akhirnya energi listrik tersebut di salurkan ke
konsumen. Selain itu juga digunakan untuk pemakaian sendiri (untuk
perusahaan pembangkit) yang diambil dari Main Auxiliary Transformer.

Main Auxiliary Transformer digunakan untuk mensuplai tenaga listrik


ke pemakaian sendiri dari unit operasi normal,yang di pasang secara paralel
dengan Generator Transformer. Trafo ini menurunkan (Step Down) tegangan
dari 18 kV menjadi 4360 V. Reverse Auxiliary Transformer digunakan
apabila unit terjadi gangguan atau overhoul sehingga trafo utama tidak
berfungsi maka daya listrik untuk start up disuplai dari bus 150 kV melalui
trafo ini. Jadi trafo ini menurunkan (Step Down) tegangan dari 150 kV
menjadi 4360 V.

3.7 Siklus Minyak Pelumas


Minyak pelumas digunakan untuk pelumasan dan pendinginan pada
bearing-bearing turbin selain itu juga digunakan sebagai seal/perapat dan
pendingin hidrogen dan generator. Sebelum digunakan minyak pelumas
terlebih dahulu di dinginkan pada Lube Oil Cooler dengan media air, yaitu
Auxiliary Cooling Water. Air pada Auxiliary Cooling Water yang telah di
pakai kemudian di dinginkan oleh air laut pada Auxiliary Cooling Water Heat
Exchanger.

26
3.8 Komponen Utama pada PLTU
Dalam siklus PLTU, terdapat komponen-komponen yang digunakan
sebagai alat utama penghasil kerja pada PLTU, diantaranya Pompa, Boiler,
Turbin Uap, dan Condensor.

3.8.1 Pompa
Dalam siklus PLTU Unit 3 UP Semarang memiliki berbagai pompa
yang mempunyai fungsi yang berbeda-beda, diantaranya CWP
(Circulating Water Pump), BFP (Boiler Feed Pump), Air Preheat Coil
Pump.

1) CWP (Circulating Water Pump)


Peran utama dari CWP adalah memompa air yang berada di
intake untuk dialirkan ke bagian-bagian alat PLTU sebagai material
utama pembentuk uap. Serta CWP juga memompa air yang digunakan
sebagai media pendingin Condensor.
2) BFP (Boiler Feed Pump)
BFP digunakan sebagai pompa penyalur air yang dimana udara
yang tidak diperlukan dibuang ke alam bebas oleh Deaerator. Air
tersebut untuk dialirkan menuju Boiler melewati HP Heater dan
Economizer dan diteruskan menuju Steam Drum untuk memproduksi
uap. Berikut adalah BFP di PLTU Tambak Lorok

Gambar 3.7 Boiler Feed Pump

27
3.8.2 Boiler
Boiler merupakan suatu alat untuk menghasilkan uap pada tekanan
dan temperatur tinggi (Superheated Vapor). Perubahan dari fase cair
menjadi uap dilakukan dengan memanfaatkan energi panas yang
didapatkan dari pembakaran bahan bakar. Boiler pada PLTU Semarang
menggunakan minyak residu atau biasa disebut MFO (Marine Fuel Oil)
sebagai bahan bakar utamanya. Sedangkan bahan bakar pendukung adalah
solar atau biasa disebut HSD (High Speed Diesel), dimana solar ini
digunakan hanya sebagai pemantik awal (ignition) untuk membakar MFO.
Penyaluran panas dari bahan bakar ke air demin dapat terjadi secara
radiasi, dan konveksi. Bagian pemindah panas dari Boiler terdiri dari
pemanas mula (Low Pressure Heater dan High Pressure Heater),
Economizer, pemanas lanjut (Superheater), dan pemanas ulang (Reheater).
Pemindahan panas dalam Boiler terjadi dalam proses:
1) Radiasi di ruang bakar
2) Konveksi di Economizer dan Air Heater
3) Kombinasi radiasi dan konveksi di Superheater dan Reheater.

Komponen utama Boiler terdiri dari: Wall Tube, Main Drum,


Primary Superheater, Secondary Superheater, Reheater, dan
Economizer. Sedangkan komponen pendukung terdiri dari : Forced Draft
Fan, MFO Heater, Air Preheat Coil, Air Heater, Burner, Gas
Recirculating Fan, Soot Blower dan Safety Valve.

1) Wall Tube
Dinding Boiler terdiri dari tubes / pipa-pipa yang disatukan
oleh membran, oleh karena itu disebut dengan Wall Tube. Di dalam
Wall Tube tersebut mengalir air yang akan dididihkan. Dinding pipa
Boiler adalah pipa yang memiliki ulir dalam (ribbbed tube), dengan
tujuan agar aliran air di dalam wall tube berpusar (turbulen), sehingga
penyerapan panas menjadi lebih banyak dan merata, serta untuk
mencegah terjadinya overheating karena penguapan awal air pada
dinding pipa yang menerima panas radiasi langsung dari ruang
pembakaran. Wall Tube mempunyai dua header pada bagian

28
bawahnya yang berfungsi untuk menyalurkan air dari downcomers.
Downcomer merupakan pipa yang menghubungkan Steam Drum
dengan bagian bawah Low Header. Untuk mencegah penyebaran
panas dari dalam Furnace ke luar melalui Wall Tube, maka disisi luar
dari Wall Tube dipasang dinding isolasi yang terbuat dari mineral
fiber.
2) Steam Drum
Steam Drum adalah bagian dari Boiler yang berfungsi untuk:
a) Menampung air yang akan dipanaskan pada pipa-pipa penguap
(Wall Tube), dan menampung uap air dari pipa-pipa penguap
sebelum dialirkan ke Superheater.
b) Memisahkan uap dan air yang telah dipisahkan di ruang bakar
(Furnace).
c) Mengatur kualitas air Boiler, dengan membuang kotoran-kotoran
terlarut di dalam Boiler melalui continuous blowdown.
d) Mengatur permukaan air sehingga tidak terjadi kekurangan saat
Boiler beroperasi yang dapat menyebabkan overheating pada pipa
Boiler.

Bagian-bagian dari Steam Drum terdiri dari: feed pipe,


chemical feed pipe, sampling pipe, baffle pipe, separator, scrubber,
dryer, dan dry box. Level air dari drum harus selalu dijaga agar
selalu tetap setengah dari tinggi drum. Sehingga banyaknya air
pengisi yang masuk ke Steam Drum harus sebanding dengan
banyaknya uap yang meninggalkan drum, supaya level air tetap
konstan. Batas maksimum dan minimum level air dalam Steam
Drum adalah -250 mm s/d 250 mm dari titik 0 (setengah tinggi
drum). Pengaturan level air dilakukan dengan mengatur Flow
Control Valve. Jika level air di dalam drum terlalu rendah, akan
menyebabkan terjadinya overheating pada pipa Boiler, sedangkan
bila level air dalam drum terlalu tinggi, kemungkinan butir-butir air
terbawa ke turbin dan akan mengakibatkan kerusakan pada turbin.

29
3) Superheater
Superheater berfungsi untuk menaikkan temperatur uap jenuh
menjadi uap panas lanjut dengan memanfaatkan gas panas hasil
pembakaran. Uap yang masuk ke Superheater berasal dari Steam
Drum. Superheater terbagi dua yaitu Primary Superheater dan
Secondary Superheater.

a. Primary Superheater
Primary Superheater berfungsi untuk menaikkan temperatur
uap jenuh yang berasal dari Steam Drum menjadi uap panas lanjut
dengan memanfaatkan gas panas hasil pembakaran. Temperatur
masuk Primary Superheater adalah 3040C dan temparatur
keluarnya 4140C.
b. Secondary Superheater
Secondary Superheater terletak pada bagian laluan gas yang
sangat panas yaitu diatas ruang bakar dan menerima panas radiasi
langsung dari ruang bakar. Temperatur uap masuk Secondary
Superheater adalah 4140C dan temperatur keluar sebesar 5410C,
dan tekanan 169 kg/cm2. Uap yang keluar dari Secondary
Superheater kemudian digunakan untuk memutar HP Turbine.

4) Reheater
Reheater berfungsi untuk memanaskan kembali uap yang
keluar dari HP Turbine dengan memanfaatkan gas hasil pembakaran
yang temperaturnya relatif masih tinggi. Pemanasan ini bertujuan
untuk menaikkan efisiensi sistem secara keseluruhan. Perpindahan
panas yang paling dominan pada Reheater adalah perpindahan panas
konveksi. Perpindahan panas radiasi pada Reheater memberikan efek
yang sangat kecil sehingga proses ini biasanya diabaikan. Temperatur
uap masuk Reheater adalah 3350C dengan tekanan sebesar 42,8
kg/cm2, sedangkan temperatur keluarnya adalah 5410C dengan
tekanan 39 kg/cm2. Uap ini kemudian digunakan untuk menggerakkan
IP Turbine, dan setelah uap keluar dari IP Turbine, langsung

30
digunakan untuk memutar LP Turbine tanpa mengalami pemanasan
ulang.
5) Economizer
Economizer menyerap panas dari gas hasil pembakaran setelah
melewati Superheater, untuk memanaskan air pengisi sebelum masuk
ke Main Drum. Panas yang diberikan ke air berupa panas sensibel.
Pemanasan air ini dilakukan agar perbedaan temperatur antara air
pengisi dan air yang ada dalam Steam Drum tidak terlalu tinggi,
sehingga tidak terjadi thermal stress (tegangan yang terjadi karena
adanya pemanasan) di dalam Main Drum. Selain itu dengan
memanfaatkan gas sisa pembakaran, maka akan meningkatkan
efisiensi dari Boiler dan proses pembentukan uap lebih cepat.
Economizer berupa pipa-pipa air yang dipasang ditempat laluan gas
hasil pembakaran sebelum Air Heater. Perpindahan panas yang terjadi
di Economizer terjadi dengan arah aliran kedua fluida berlawanan
(counter flow). Air pengisi Steam Drum mengalir ke atas menuju
Steam Drum, sedangkan udara pemanas mengalir ke bawah.

Komponen pendukung Boiler terdiri dari : Forced Draft Fan,


MFO Heater, Air Preheat Coil, Air Heater, Burner, Gas Recirculating
Fan, Soot Blower dan Safety Valve.

a. Forced Draft Fan


FD Fan adalah suatu alat yang dipergunakan untuk
menghisap udara dari luar untuk dimasukkan ke dalam ruang bakar
Boiler sebagai udara pembakar. Untuk menaikan efisiensi Boiler,
maka udara pembakaran perlu dipanaskan terlebih dahulu dengan
memanfaatkan panas dari gas bekas di dalam Air Heater dan juga
dipanaskan di dalam air Preheat Coil dengan menggunakan air
panas yang diambil dari Deaerator. Fungsi utama FD Fan selain
menyuplai udara pembakaran juga berfungsi sebagai pendingin
Flame Detector dan perapat (seal aspirating) kaca pada lubang
pengintip

31
b. MFO Heater
MFO Heater merupakan alat yang berfungsi untuk
memanaskan bahan bakar berupa MFO dengan tujuan menurunkan
viskositas dari MFO. Hal ini perlu dilakukan karena MFO memiliki
viskositas yang relatif tinggi (satu tingkat di bawah aspal) sehingga
sulit untuk teratomisasi di burner. Dengan proses pemanasan maka
viskositas MFO dapat diturunkan sehingga dapat teratomisasi
dengan baik dan menghasilkan pembakaran yang baik.
c. Air Preheat Coil
Alat yang berfungsi untuk memanaskan udara sebelum
memasuki Air Heater dengan sumber panas berasal dari air
Deaerator. Udara yang akan memasuki Air Heater harus
dipanaskan terlebih dulu agar tidak terjadi thermal stress akibat
perbedaan suhu yang ekstrim.
d. Air Heater
Air Heater merupakan alat pemanas udara, dimana panas
diambil dari gas buang hasil pembakaran sebelum masuk ke
cerobong (stack). Dengan pemanfaatan gas buang ini, maka dapat
menghemat biaya bahan bakar sehingga bisa meningkatkan
efisiensi pembakaran.
e. Burner
Alat yang berfungsi untuk membakar campuran antara bahan
bakar (fuel) dengan udara (air) di dalam ruang bakar (furnace) pada
Boiler.
f. Gas Recirculating Fan
Alat ini berfungsi untuk mengarahkan sebagian flue gas (gas
sisa pembakaran) kembali ke furnance untuk meningkatkan
efisiensi boler.
g. Soot Blower
Soot Blower merupakan peralatan tambahan Boiler yang
berfungsi untuk membersihkan kotoran yang dihasilkan dari proses
pembakaran yang menempel pada pipa-pipa Wall Tube,

32
Superheater, Reheater, Economizer, dan Air Heater. Tujuannya
adalah agar perpindahan panas tetap berlangsung secara baik dan
efektif.
h. Safety Valve
Safety Valve berfungsi sebagai pengaman ketika terjadi
tekanan uap yang berlebih yang dihasilkan oleh Boiler. Tekanan
berlebih ini dapat terjadi karena panas Boiler yang berlebihan atau
adanya penurunan beban turbin secara drastis.

3.8.3 Turbin
Turbine adalah suatu perangkat yang mengkonversikan energy uap
yang bertemperatur tinggi dan tekanan tinggi menjadi energi mekanik
(putaran). Ekspansi uap yang dihasilkan tergantung dari sudu-sudu
(nozzle) pengarah dan sudu-sudu putar. Ukuran nozzle pengarah dan
nozzle putar berfungsi sebagai pengatur distribusi tekanan dan kecepatan
uap yang masuk ke turbin. Berikut ini adalah gambar turbin dan
generator di PLTU Tambak Lorok:

Gambar 3.8 Turbine dan Generator

3.8.4 Condensor
Condensor adalah sebuah alat pengubah panas (Heat Exchanger)
yang digunakan pada unit pembangkit dimana uap turbin yang telah
menyelesaikan kerjanya diubah kembali menjadi air sebelum
dikembalikan melalui sistem pemanasan air pengisi Boiler.

33
Tidak semua energi panas dapat dikonversikan menjadi energy
berguna atau dengan kata lain harus ada yang dibuang ke lingkungan. Pada
Pembangkit Listrik Tenaga Uap proses transfer panas ke lingkungan terjadi
pada Condensor. Fungsi Condensor adalah alat penukar panas yang
merubah uap sisa dari kerja turbin untuk dikondensasikan kembali. Berikut
ini adalah Condensor di PLTU Tambak Lorok:

Gambar 3.9 Condensor

34
BAB IV
SISTEM PEMELIHARAAN AIR PENDINGIN AUXILLIARY COOLING
WATER (ACW) PADA PLTU 3
PT. INDONESIA POWER UP SEMARANG

4.1 Pendahuluan
Auxiliari Cooling Water (ACW) merupakan sistem pendingin dengan
sirkulasi tertutup, yang berfungsi sebagai pendingin bantu pada peralatan
peralatan atau komponen komponen yang ada di PLTU. Aliran air pendingin
digunakan secara berulang ulang dan melalui beberapa proses. Sistem
Pendinginan ini bertujuan untuk meningkatkan efisiensi peralatan.
Seperti hal-hal lain yang terdapat di pembangkit PLTU, air juga
sangat berperan penting dalam pengoprasian pembangkit yang memerlukan
uap ini. Air merupakan fluida yang berfungsi untuk berbagai kegunaan salah
satunya adalah sebagai pendingin. Sehingga dengan mengunakan media air
penyerapan panas jauh lebih efisien dan lebih baik. Sistem ini merupakan hal
yang mutlak pada pembangkit PLTU.

4.1.1 fungsi utama sistem air pendingin


Cooling system dapat diartikan sebagai sistem pendingin di
dalam sebuah unit yang berfungsi untuk mendinginkan komponen-
komponen atau peralatan-peralatan yang beroprasi pada unit
pembangkit sehingga komponen atau peralatan tersebut terhindar dari
kerusakan yang diakibatkan oleh panas yang berlebih (over heating ).

4.1.2 jenis-jenis sistem air pendingin


Sistem air pendingin pada PLTU dibedakan menjadi dua yaitu :
Sistem air pendingin utama dan Sistem air pendingin bantu (auxiliary
cooling water).

1. sistem pendingin utama


Sistem pendingin utama merupakan media pendingin untuk
menyerap panas laten uap sisa dari LP turbin yang mengalir kedalam
kondensor. Untuk mengkondensasikan uap menjadi air diperlukan

35
air pendingin. Air yang digunakan sebagai media pendingin utama
disini ialah air laut. Tanpa pasokan air pendingin turbin tidak dapat
dioperasikan. Sedangkan aliran air pendingin utama yang kurang
dapat menyebabkan vakum kondensor menjadi rendah dan dapat
mengakibatkan unit trip.
Pada umumnya komponen sistem air pendingin utama terdiri
dari :
a) Intake (untuk sistem air pendingin siklus terbuka)
b) Stop Blok
c) Saringan Kasar ( Bar screen )
d) Saringan Putar ( Travelling Screen )
e) Pompa Penyemprot Saringan Putar ( Screen Wash Pump )
f) Pompa Pendingin Utama ( Circulating Water Pump )
g) Katup ( Valves )
h) Kondensor
i) Vacum Priming Pump
2. Sistem air pendingin bantu (auxiliary cooling water)
Sistem air pendingin bantu berfungsi untuk mendinginkan
instalasi/peralatan seperti Minyak pelumas turbin (Turbine Oil
Cooler), Gas hidrogen yang digunakan sebagai pendingin generator,
Instrument dan Service air compressor, Pendingin BFP, FDF, dan
pendingin pelumas air heater.
Pada umumnya komponen sistem air pendingin bantu terdiri dari :
a) Head tank (tangki penampungan air pendingin bantu)
b) Auxiliary cooling water pump
c) Head exchanger
d) Gland seal (sistem perapat dan pendingin pompa)

Untuk sistem air pendingin siklus terbuka tidak dilengkapi


dengan cooling tower (menara pendingin), sebaliknya pada sistem
pendingin siklus tertutup tidak dibutuhkan intake yang dipasang
saringan – saringan, cukup dengan satu saringan sederhana.

36
Gambar 4.1 sistem pendingin terbuka dan tertutup

4.2 Sistem Air Pendingin Bantu Auxiliary Cooling Water (ACW)


4.2.1 pengertian auxiliary cooling water (ACW)
Sistem air pendingin bantu merupakan pemasok kebutuhan air
pendingin untuk mendinginkan peralatan – peralatan PLTU. Sistem ini
menggunakan air tawar atau air demin dan ditambah dengan zak kimia
(chromium) sebagai media pendinginnya. Sirkulasi air pendingin bantu
merupakan siklus tertutup sehingga sering disebut dengan sistem air
pendingin siklus tertutup (closed cycle atau closed loop). Karena
menggunakan air demin, maka airnya bersih, sehingga biasanya hanya
dipasang satu saringan. 
Sisi hisap pompa mendapat umpan (pasokan) dari air balik yang
lebih panas atau dari tangki pendingin (head tank). Pendinginan air
dilakukan pada sisi tekan pompa sebelum didistribusikan ke pendingin-
pendingin (oil cooler, compressor cooler, dan sebagainya).
Air pendingin ini didinginkan dalam heat exchanger dengan air
pendingin utama berupa air laut. Kebersihan heat exchanger sangat
penting, karena akan mempengaruhi temperatur pendingin bantu yang
siklusnya tertutup.
 Peralatan yang didinginkan dengan sistem air pendingin bantu
antara lain adalah :
a) Pendingin hidrogen (untuk generator berpendingin hidrogen)

37
b) Pendingin pelumas turbin
c) Instrument & Service Air Compressor
d) Pendingin Pompa air pengisi (BFP)
e) Pendingin pelumas Air Heater
f) Pendingin pelumas FDF & IDF dan lain sebagainya

Air pendingin ini didinginkan dengan air pendingin utama


didalam heat exchanger. Karena pendingin heat exchanger menggunakan
air pendingin utama yaitu air laut, maka masalah yang sering timbul
adalah pengotoran dalam heat exchanger.

4.3 Komponen - Komponen Auxiliary Cooling Water (ACW)


Adapun komponen dalam sistem air pendingin bantu adalah :
1. Tangki air pendingin bantu (head tank).
2. Pompa air pendingin bantu (Auxiliary Cooling  Water Pump).
3. Penukar panas air pendingin bantu (Auxiliary Cooling Water heat
Exchanger).
4. Sistem perapat dan pendingin pompa (Gland Seal).
5. Chemical feeder tank.

4.3.1 Tangki air pendingin bantu (head tank).


Merupakan sarana penampang air pendingin bantu yang diisi air
demin (make up water) dimana umumnya diletakkan pada elevasi yang
cukup tinggi dari permukaan tanah dengan maksud untuk memberikan
tekanan hisap positif (positive suction head) pada pompa air pendingin
bantu.
Untuk mengantisipasi kebocoran-kebocoran dalam sistem, maka
disediakan sistem kontrol otomatis untuk menjaga agar level tangki
disediakan saluran untuk menambah air yang berasal dari percabangan
sisi tekan pompa air condensate. Pada saluran ini dipasang katup
pengatur (control valve) yang dikendalikan oleh level tangki (LT).  Bila
level tangki turun dari semestinya, katup pengisian ini akan membuka
sehingga air dari sisi tekan pompa condensate akan mengalir mengisi
tangki.

38
Gambar 4.2 Tangki air pendingin bantu

4.3.2 Pompa air pendingin bantu (Auxiliary Cooling  Water Pump).


Pompa ini berfungsi untuk mensirkulasikan air pendingin bantu.
Biasanya disediakan dua buah yang satunya untuk cadangan (stand by).
Masing-masing pompa dilengkapi dengan saringan (strainer) pada sisi
hisapnya. Operator harus memperhatikan kebersihan saringan ini.
Kondisi saringan dapat diidentifikasikan dari perbedaan tekanan ( P)
melintasi saringan. Bila perbedaan tekanan tinggi, berarti saringan
dalam kondisi kotor dan perlu segera dibersihkan.
Sisi tekan masing-masing pompa dilengkapi katup satu arah
(check valve) untuk mencegah aliran balik manakala pompa sedang
dalam keadaan stop. Ketika pompa dimatikan, operator harus
memastikan bahwa katup satu arah (check valve) ini menutup dengan
baik. Kedua pompa juga dilengkapi dengan Pressure switch yang
dipasang pada saluran tekan air pendingin bantu. Pressure switch ini
berfungsi untuk memberikan sinyal start otomatis terhadap pompa. Bila
tekanan saluran tekan air pendingin utama turun hingga batas tertentu,
maka Pressure switch akan memerintahkan pompa yang stand by untuk
start secara otomatis.

Komponen Utama Pompa ACW


Pompa ini memiliki bebrapa komponen-komponen penyusunnya
baik itu komponen yang bergerak maupun yang tidak bergerak, seperti
berikut:

39
a) Komponen yang bergerak
1. Shaft (Poros), bagian ini berfungsi untuk meneruskan momen
putar dari penggerak selama pompa dalam kondisi beroperasi,
komponen ini berfungsi juga sebagai dudukan impeler dan
bagian yang bergerak lainnya.
2. Impeller, berfungsi untuk mengubah energi mekanis dari pompa
menjadi energi kecepatan pada fluida yang dipompakan secara
continue (terus menerus). Dengan adanya proses ini maka
saluran suction (hisap) akan bekerja secara maksimal dan terus
menerus sehingga tidak ada kekosongan fluida dalam rumah
pompa.
3. Shaft sleeve, berfungsi untuk melindungi shaft dari erosi, korosi
dan keausan pada stuffing box. komponen ini bisa sebagai
internal bearing, leakage joint dan distance sleever.
4. Wearing ring, komponen ini dipasang pada casing (wearing ring
casing) dan impeller (wearing ring impeller). Fungsi utama dari
komponen ini yaitu untuk meminimalisir terjadinya kebocoran
akibat adanya celah antara casing dengan impeller.
b) Komponen yang tidak bergerak
1. Casing (rumah pompa), merupakan bagian terluar pompa
sebagai pelindung elemen yang berada di dalamnya, tempat
kedudukan diffuser, inlet nozzle, outlet nozzle dan sebagai
pengarah aliran dari impeller yang akan mengubah energi
kecepatan menjadi energi tekan.
2. Base plate, berfungsi sebagai tempat dudukan seluruh
komponen pompa.
3. Diffuser, alat ini dilekatkan pada pipa dengan menggunakan
baut, fungsi dari alat ini ialah mengarahkan aliran pada stage
berikutnya dan merubah energi kinetik pada fluida menjadi
energi tekanan.

40
4. Wearing ring casing, alat ini dipasang pada casing untuk
mencegah kebocoran yang terjadi akibat adanya celah pada
casing dan impeller.
5. Stuffing box, pada umunya memiliki fungsi sebagai tempat
kedudukan beberapa mechanical packing yang mengelilingi
shaft sleeve. Fungsi dari alat ini ialah mencegah kebocoran pada
daerah dimana pompa menembus casing seperti udara yang
dapat masuk ke dalam pompa dan cairan yang keluar dari dalam
pompa.
6. Discharge nozzle, yaitu tempat keluarnya cairan yang

bertekanan dari dalam pompa.

Gambar 4.3 Auxiliary cooling water pump

Spesifikasi Auxiliari Cooling Water Pump


PUMP
Type : MLH 400x300 Q, Horizontally sp centrifugal
Capacity : 20500 ltr/min
Total Head : 32 m
Speed : 1470 Rpm
Suction bore : 400 mm
Discharge bore : 300 mm
Driver : 150 KW
Temperatur : 50/180C
Manufactured : Mitsubishi Heavy Industries, L Japan

41
MOTOR
Type : SB – FH
Output : 150 KW
Voltage : 380 V 50 Hz
Full load/starting current : 270 A / 1760 A
Speed : 1470 Rpm
Service factor : 1,15
Design latter :B
Code :F
Rotor : cage
Frame : 315 M
Pole :4
Insulating class :B
Rating : continuous
Ambient temperature : 40 0C
Temperature rise line (R) : 80 deg
Space heater : 1 dia 240 V 180 W
Bearing no : rear 6321 CM
: front 6319 CM
Serial : 4 H 2030 A 0202
Manufactured : Mitsubishi electric Co, Ltd, Japan

Gambar 4.4 Motor pompa auxiliary cooling water

42
4.3.3 Penukar panas air pendingin bantu (Auxiliary Cooling Water Heat
Exchanger).
Heat Exchanger Merupakan penukar panas tipe permukaan
(surface type) yang berfungsi untuk mendinginkan air pendingin bantu
dengan air pendingin utama sebagai media pendinginnya.
Pada heat exchanger ini, air pendingin bantu mengalir diluar
pipa - pipa pendingin sedangkan media pendingin mengalir didalam
pipa-pipa pendingin.
Pada sisi masuk dan sisi keluar penukar panas baik untuk sisi air
pendingin bantu maupun untuk sisi media pendingin dilengkapi dengan
temperatur indikator. Operator harus memperhatikan temperatur-
temperatur indikator ini. Bila temperatur air pendingin bantu keluar heat
exchanger tinggi, berarti ada yang kurang beres. Bila ternyata hal ini
disebabkan oleh tersumbatnya saluran-saluran media pendingin, lakukan
back washing terhadap penukar panas atau bila perlu lakukan
pembersihan.

Gambar 4.5 Auxiliary Cooling Water Heat Exchanger

Spesifikasi Auxiliary Cooling Water Heat Exchanger


Number Furnished : two
Type : sheel and tube type, horizontal single pass
Total effective tube survace : 610 m2
Total no. Of tubes : 850
Lenght of tube effective : 9000 mm

43
Total : 9125 mm
Tube size : 25,4 mm x 1245 mm
Velocity in tube : 1,8 m/s
Quantity of cooling water : 37850 lit/min
Quantity of condensate : 20500 lit/min
Temperature tube size
Cooling water inlet : 32 0C
Cooling water outlet : 34,7
Temperature sheel side
Cooling water inlet : 43
Cooling water outlet : 38
Friction presure drop
Tube side : 2.0 mAq
Shell side : 12.0 mAq
Water source
Tube side : condensate
Shell side : sea water
Flow rate
Tube side : 1230 m3/h
Shell side : 271 m3/h
Serial no : 1758
Manufactured : Mitsubishi heavy industries, Japan.

4.3.4 Sistem perapat pompa (Gland Seal)


Fungsi dari gland sheal pada pompa adalah untuk mengontrol
kebocoran fluida yang mungkin terjadi pada sisi perbatasan antara
bagian pompa yang berputar (poros) dengan stator.
Akibat pemompaan timbul tekanan air shingga mengakibatkan
adanya kebocoran melalui poros pompa. Kebocoran ini jika dibiarkan
akan menyebabkan kerugian dan dalam waktu yang lama dapat
mengakibatkan kerusakan bantalan ataupun bagian pompa lainnya.
Untuk mencegah kebocoran tersebut, maka dipasang perapat.

44
Sistem perapat yang digunakan pada pompa adalah mechanical seal dan
gland packing.

Gambar 4.6 Bagian - bagian pompa ACW dengan sistem perapat

4.3.5 Chemical feeder tank


Chemical feeder tank merupakan tempat dimana terjadinya
penginjeksian zat kimia. Bahan kimia ini yang digunakan adalah
chromium. chromium di injeksikan pada air demin yang akan
digunakan untuk air pendingin auxiliary cooling water. Penambahan zat
kimia ini (chromium) bertujuan untuk membentuk dinding laposan anti
karat pada line pipa – pipa pendingin auxiliary cooling water.

Gambar 4.7 Chemical feeder tank

4.4 Sistem Kerja dan Cara Pengoperasian Auxiliary Cooling Water (ACW)
4.4.1 Sistem kerja auxiliary cooling water (ACW)
Sistem auxiliary cooling water (ACW) ini berfungsi untuk
mendinginkan semua peralatan yang ada pada sistem pembangkit
PLTU. Medianya yaitu air Demin yang ada pada Expansion Tank. Air

45
demin auxiliary cooling water (ACW) dari Expansion Tank dipompa
menggunakan auxiliary cooling water pump untuk mendinginkan
pendingin hidrogen, pendingin pelumas turbin, instrument dan service
air compressor, pendingin pompa Boiler Feed Pump (BFP), pendingin
pellumas air heater, pendingin pelumas Forced Draf Fant (FDF), dan
lain sebagainya.
Setelah air mendinginkan semua peralatan tersebut suhu air akan
meningkat (panas), air ACW akan didinginkan menggunakan air laut.
Proses pendinganan ini berlangsung di Heat Exchanger. Setelah
didinginkan air akan disirkulasikan kembali. Siklus tersebut akan terus
berjalan secara berulang – ulang.

Gambar 4.8 diagram flow auxiliay cooling water

Sistem pendinginan air pendingin auxiliary cooling water yaitu


dengan mengunakan air laut.

46
Gambar 4.9 siklus pendinginan air ACW dengan air laut

4.4.2 Cara pengoperasian auxiliary cooling water (ACW)


Sebelum sistem pendingin dioperasikan, maka harus dilakukan
pemeriksaan dan persiapan peralatan terlebih dahulu pemeriksaan
melliputi kondisi alat dalam pemeliharaan atau kondisi stand by.
Tahapan dalam pengoperasian auxiliary cooling water yaitu :

a) Persiapan
Persiapan pengoprasian sistem pendingin ACW meliputi :
1. Mempelajari perintah kerja dan data peralatan untuk pekerjaan
pengoperasian peralatan air pendingin yang diterima dari
supervisor/mentor.
2. Mengidentifikasi peralatan dan kebutuhan alat yang diperlukan
untuk operasi peralatan air pendingin
3. Menyiapkan gambar PID, SOP/IK dan form pencatat data yang
berkaitan dengan pengoperasian peralatan tersebut.
4. Menyiapkan APD, peralatan kerja, dan tempat kerja
5. Memeriksa level tangki (head tank) pendingin bantu cukup
6. Semua manhole dalam kondisi tertutup
7. Salah satu heaad exchanger air pendingin bantu siap dioprasikan
8. Posisi katup – katup dalam posisi yang benar

47
9. Auxiliary cooling water pump dalam keadaan siap operasi
10.Memastikan bahwa peralatan system air pendingin tidak dalam
pekerjaan pemeliharaan dan telah dibebaskan dari kondisi
terisolasi, siap untuk dioperasikan.

Catatan;
- Setiap pekerjaan harus ada perintah kerjanya.
- Setiap peralatan harus di-identifikasi untuk siap dioperasikan.
- Tidak ada alat kerja, gambar PID, dan data yang terlupakan.
- Sebelum memulai pekerjaan, APD telah dipakai.
b) Pelaksanaan
1. Meminta izin dari operator control room untuk mengoperasikan
peralatan air pendingin, menjalankan pompa air pendingin sesuai
dengan prosedur.
2. Memeriksa urutan start, ampere meter, tekanan air pada header,
dan pembukaan katup venting udara atau kerja primary pump.
3. Memeriksa pembukaan katup air masuk dan keluar kondensor
c) Pelaporan
1. Lapor ke control room bahwa pengoperasian peralatan sistem air
pendingin sudah dilaksanakan dan regu pelaksana stand by di local.
2. Membuat berita acara/laporan pengoperasian pada format yang
sudah dilaksanakan.
3. Pengoperasian peralatan air pendingin dinyatakan selesai.

4.5 Troubleshoot Pada Auxiliary Cooling Water (ACW)


Troubleshoot yang terjadi pada Auxiliary Cooling Water antara lain
adalah :
1. Kerusakan pada poros impeler pompa auxiliary cooling water
Poros adalah salah satu rotary part pompa sentrifugal yang sering
mengalami kerusakan sebagai dampak tingginya kecepatan putaran
pompa. Poros berfungsi untuk meneruskan momen puntir dari pengerak
selama beroperasi.
Kerusakan pada poros pompa dapat diakibatkan karena korosi,
kurangnya pelumaasan, konsentrasi tegangan, atau pemilihan bahan yang

48
tidak tepat. Kerusakan yang terjadi pada poros pompa auxiliary cooling
water ACW ini pada dasarnya disebabkan oleh beban kerja yang
berlebihan berupa pembebanan dinamis, terjadinya kavitasi, terjadinya
unbalance, terjadinya cacat pada bearing.
Perawatan secara rutin pada pompa auxiliary cooling water dapat
memperpanjang umur dari komponen – komponen pompa tersebut.
2. Terjaadi kebocoran pada pipa dalam heat exchanger.
Identifikasi terjadinya kebocoran pada pipa dalam heat exchanger
air auxiliary cooling water tercemar oleh air laut. Yang mengetahui
tercemarnya air auxiliary cooling water terhadap air laut hanya petugas
laboratorium. Akibat tercemarnya air ACW terhadap air laut dapat
mengakibatkan peralatan – peralatan cooler korosi dan ikut bocor.
Cara mengatasinya dengan cara mencari kebocoran pada pipa
dalam heat exchanger, setelah mendapatkan letak kebocoran, lalu
melakukan plag pada pipa yang mengalami kebocoran tersebut.

Gambar 4.10 Contoh plag pada pipa heat exchanger ( kuningan dan karet )

3. Kavitasi
Adalah gejala pembentukan gelembung gas pada pompa karena
tekanan sangat rendah mencapat tekanan di bawah uap sehinga air
menguap karena tekanan rendah tersebut. Pada bagian pompa yang sering
mengalami kavitasi adalah sisi hisap pompa. Pengaruh kavitasi terhadap
kinerja pompa antara lain : berkurangnya kapasitas pompa, berkurangnya
head (pressure).

49
Cara mengatasinya bisa dengan membuka venting valve ACW
Pump sampai airnya keluar.
4. Overheat
Pendingin tidak bekerja dengan maksimal, sehinga terjadi panas
yang berlebihan pada semua komponen yang dilalui oleh auxiliary cooling
water. Hal yang menyebabkan panas yang berlebihan yaitu terdapat
kotoran ( lumpur, sampah, anak kerang ) yang menghambat pipa dalam
heat exchanger ( saluran air laut ) sehinga proses pendinginan terhadap air
demin tidak sempurna.
Cara mengatasinya bisa dengan cara mengaktifkan dua heat
exchanger. Namun apabila Heat Exchanger telah dioperasikan 2 ternyata
temperatur masih tinggi, kemungkinan Heat Exchanger sudah terlalu
kotor, dan bersihkan heat exchanger agar ACW dapat bekerja dengan
normal kembali.
5. Vibrassi tinggi
Vibrasi atau getaran secara umum penyebabnya adalah unbalance
dan misalignment. unbalance adallah terjadinya pergeseran titik pusat
massa dari titik pusat putarannya sehingga akan menimbulkan getaran
yang tinggi. Sedangkan misalignment adalah getaran yang diakibatkan
oleh penyambungan poros yang tidak simetris dan besarnya tergantung
dari ketidak simetrisan dalam penyambungan.
Cara mengatasinya dengan cara menyenterkan lagi titik porosnya
(melakukan alignment).

4.6 Jenis Jenis Perawatan


Dalam istilah perawatan disebutkan bahwa disana tercakup dua
pekerjaan yaitu istilah “perawatan” dan “perbaikan”. Perawatan dimaksudkan
sebagai aktifitas untuk mencegah kerusakan, sedangkan istilah perbaikan
dimaksudkan sebagai tindakan untuk memperbaiki kerusakan.
Secara umum, ditinjau dari saat pelaksanaan pekerjaan perawatan,
dapat dibagi menjadi dua cara:
1. Perawatan yang direncanakan (Planned Maintenance).
2. Perawatan yang tidak direncanakan (Unplanned Maintenance).

50
Secara skematik pembagian perawatan bisa dilihat pada bagan berikut:

4.7 Bentuk-bentuk Perawatan


4.7.1 Perawatan preventif (preventive maintenance)
Adalah pekerjaan perawatan yang bertujuan untuk mencegah
terjadinya kerusakan, atau cara perawatan yang direncanakan untuk
pencegahan (preventif). Ruang lingkup pekerjaan preventif termasuk:
inspeksi, perbaikan kecil, pelumasan dan penyetelan, sehingga peralatan
atau mesin-mesin selama beroperasi terhindar dari kerusakan.

4.7.2 Perawatan Korektif


Adalah pekerjaan perawatan yang dilakukan untuk memperbaiki
dan meningkatkan kondisi fasilitas/peralatan sehingga mencapai standar
yang dapat diterima. Dalam perbaikan dapat dilakukan peningkatan-
peningkatan sedemikian rupa, seperti melakukan perubahan atau
modifikasi rancangan agar peralatan menjadi lebih baik.

4.7.3 Perawatan Prediktif


Pemeliharaan prediktif dilakukan berdasarkan identifikasi
kegagalan yang berpotensi terjadi dan digunakan selanjutnya untuk
mencegah hal-hal yang menyebabkan terjadinya kegagalan. Agar
pemeliharaan ini memberikan manfaat terhadap aset maka harus ada

51
perubahan kondisi yang dapat diukur, yang mengindikasikan adanya
kegagalan. Metode ini diterapkan untuk mengukur kondisi yang bersifat
‘tanpa gangguan’.
Aturan umum utama untuk perbaikan jangka waktu antara
pengukuran kondisi adalah 30% dari interval PF. Pendekatan ini
mengindikasikan bahwa kegiatan pemeliharaan dilakukan pada waktu
yang tepat.
Kegiatan korektif yang baik dilakukan setelah pengukuran
dilakukan atau terdapat penemuan lain yang harus ditangani .
Pemeliharaan berbasis kondisi ini terdiri dari beberapa operasi
sebagai berikut:
1. Pengukuran kondisi peralatan, pemantauan vibrasi, analisis minyak,
termografi, pemantauan ketebalan, pemantauan korosi dsb.
2. Kebutuhan uji kinerja.

4.7.4 Perawatan setelah terjadi kerusakan (Breakdown Maintenance)


Pekerjaan perawatan dilakukan setelah terjadi kerusakan pada
peralatan, dan untuk memperbaikinya harus disiapkan suku cadang,
material, alat-alat dan tenaga kerjanya.

4.7.5 Perawatan Darurat (Emergency Maintenance)


Adalah pekerjaan perbaikan yang harus segera dilakukan karena
terjadi kemacetan atau kerusakan yang tidak terduga.

4.8 Pekerjaan-pekerjaan Dasar Pada Perawatan Preventif


Pekerjaan-pekerjaan dasar pada perawatan preventif adalah: inspeksi,
pelumasan, perencanaan dan penjadwalan, pencatatan dan analisis, latihan
bagi tenaga perawatan, serta penyimpanan suku cadang.
1. Inspeksi.
Pekerjaan inspeksi dibagi atas inspeksi bagian luar dan inspeksi
bagian dalam. Inspeksi bagian luar dapat ditujukan untuk mengamati dan
mendeteksi kelainan - kelainan yang terjadi pada mesin yang sedang
beroperasi, misalnya: timbul suara yang tidak normal, getaran, panas, asap
dan lain-lain. Sedangkan inspeksi bagian dalam ditujukan untuk

52
pemeriksaan elemen-elemen mesin yang dipasang pada bagian dalam
seperti: roda gigi, ring, paking, bantalan dan lain-lain.
2. Pelumasan.
Komponen-komponen mesin yang bergesekan seperti roda gigi,
bantalan dsb, harus diberi pelumasan secara benar agar dapat bekerja
dengan baik dan tahan lama. Dalam pemberian pelumas yang benar perlu
diperhatikan jenis pelumasnya, jumlah pelumas, bagian yang diberi
pelumas dan waktu pemberian pelumasnya ini.
3. Perencanaan dan Penjadwalan.
Suatu jadwal program perawatan perlu disiapkan dan harus ditaati
dengan baik. Program perawatan harus dibuat secara lengkap dan teperinci
menurut spesifikasi yang diperlukan, seperti adanya jadwal harian,
mingguan, bulanan, tiap tiga bulan, tiap setengah tahun, setiap tahun dan
sebagainya.
4. Pencatatan dan Analisis.
Catatan-catatan yang perlu dibuat untuk membantu kelancaran
pekerjaan perawatan ini adalah:
a. Buku manual operasi.
b. Manual instruksi perawatan.
c. Kartu riwayat mesin.
d. Daftar permintaan suku cadang.
e. Kartu inspeksi.
f. Catatan kegiatan harian.
g. Catatan kerusakan, dan lain-lain.
Catatan-catatan ini akan banyak membantu dalam menentukan
perencanaan dan keputusan-keputusan yang akan diambil. Analisis
yang dibuat berdasarkan catatan-catatan tersebut akan membantu
dalam hal:
a. Melakukan pencegahan kerusakan daripada memperbaiki
kerusakan yang terjadi.
b. Mengetahui tingkat kehandalan mesin.
c. Menentukan umur mesin.

53
d. Memperkirakan kerusakan mesin dan merencanakan untuk
memperbaikinya sebelum terjadi kerusakan.
e. Menentukan frekuensi pelaksanaan inspeksi.
f. Menentukan untuk pembelian mesin yang lebih baik dan cocok
berdasarkan pengalaman masa lalu.

4.9 Keuntungan-keuntungan dari Perawatan Preventif


Berikut ini adalah beberapa keuntungan penting dari program
perawatan preventif yang dilaksanakan dengan baik.
1. Waktu terhentinya produksi menjadi berkurang.
2. Berkurangnya pembayaran kerja lembur bagi tenaga perawatan.
3. Berkurangnya waktu untuk menunggu peralatan yang dibutuhkan.
4. Berkurangnya pengeluaran biaya untuk perbaikan.
5. Penggantian suku cadang yang direncanakan dapat dihemat
kebutuhannya, sehingga suku cadang selalu tersedia di gudang setiap
waktu.
6. Keselamatan kerja operator lebih tinggi karena berkurangnya kerusakan.

4.9.1 Prosedur Pelaksanaan Perawatan Preventif


Pekerjaan perawatan harus dilakukan berdasarkan pertimbangan
dari berbagai faktor yang aman dan menguntungkan. Berikut ini adalah
suatu contoh prosedur yang dapat dipakai untuk melakukan perawatan
pada mesin.
Perawatan harian dapat dilakukan oleh operatornya sendiri.
Sebelum mulai bekerja pada mesin, terlebih dahulu operator melakukan
pembersihan dan pelumasan terhadap mesin yang akan dipakainya.
Untuk pelaksanaan ini, industri mengeluarkan instruksi yang ditujukan
kepada para operator untuk melakukan perawatan mesin.
Instruksi ini harus ditaati dengan sungguh-sungguh.
Sedangkan pelaksanaan perawatan periodiknya, bisa ditangani oleh
tenaga perawatan yang sudah dilatih secara khusus untuk tugas tersebut.
Periode waktu perawatan ini perlu ditentukan berdasarkan pengalaman
terdahulu untuk mempercepat keterangannya. Dalam hal ini instruksi
pengoperasian mesin harus diikuti dengan benar oleh operator. Adanya

54
kejadian yang tidak normal atau kelainan-kelainan yang timbul
pada mesin dengan segera dilaporkan kepada tenaga perawatan agar
gangguan dapat cepat diatasi. Tindakan perbaikan harus segera
dilakukan, jangan sampai menunda waktu.

4.10 Sistem Pemeliharaan Pendingin Auxiliary Cooling Water (ACW)


Pemeliharaan di suatu industri merupakan salah satu faktor yang
penting dalam mendukung dalam suuatu prosses produksi yang mempunyai
daya saing di pasaran. Pemeliharaan adalah suatu kombinasi dari berbagai
tindakan yang dilakukan untuk menjaga suatu peralatan memperbaikinya
sampai pada kondisi yang dapat diterima. Merawat dalam pengertian “suatu
kondisi yang dapat diterima” antara suatu perusahaan dengan perusahaan
lainya.
Dalam istilah pemeliharan disebutkan bahwa di sana tercantum dua
pekerjaan yaitu istilah “pemeliharaan”. pemeliharaan dimaksudkan sebagai
aktifitas untuk mencegah terjadinya kerusakan atau ganguan yang dapat
menghambat proses produksi. Pada sistem air pendingin bantu (auxiliary
cooling water), pemeliharaan yang dilaksanakan yaitu meliputi
pemeliharaan periodik dengan jangka waktu yang telah ditetukan dan
pemeliharaan khusus.

4.10.1 Pemeliharaan periodik


a) Pemeliharaan 1 mingguan
Pemeliharaan periodik ini meliputi :
1. Pemeriksaan kekencangan baut pada kopling dan pondasi
pompa dan motor.
2. Pemeriksaan sistem pelumasan dan level minyak pelumas pada
pompa.
3. Membersihkan bodi pompa.
4. Pemeriksaan tanda – tanda korosi.
5. Pemeriksaan vibrasi.

b) Pemeliharaan 1 bulanan

55
Prosedur pemeliharaan dalam periode ini sebenarnya hampir
sama dengan pemeliharaan 1 minggua, tetapi dalam periode ini
diberikan jangka waktu yang lebih dan memfokuskan pada
regresing baut kopling.

c) Pemeliharaan 1 tahunan.
Pada pemeliharaan periode ini dilakukan overhaul
(pembongkaran) secara keseluruhan disertai pengambilan data
sebelum dan sesudah dibongkar dengan maksud sebagai indikator
perubahan yang terjadi sebelum dan sesudah pembongkaran.
Pemeriksaan dan pemeliharaan tersebut meliputi :
1. Pompa auxiliary cooling water
a. Pembongkaran pompa
b. Pengecekan bearing
c. Pengecekan impeller
2. Heat exchanger
a. Pengecekan cubing – cubing Heat exchanger
b. Pembersihan cubing – cubing Heat exchanger, ada 2 cara
pembersihan Heat exchanger yaitu dengan water jet
blasting, dan scruber.
c. Penggantian zinc anode.
3. Pipa
a. Pengecekan pipa kalau ada kebocoran.

4.10.2 Pemeliharaan khusus


Pemeliharaan yang dilakukan berdasarkan kejadian khusus
baik disebabkan oleh ganguan dari lingkungan ataupun perubahan
disain. Dalam pelaksanaannya pemeliharaan khusus biasanya bersama
dengan pemeliharana periodik.

4.11 Tindakan Pemeliharaan Yang Disarankan


Untuk menjaga kehandalan dari sistem pendingin ACW maka yang
harus dilakukan adalah dengan melakukan pemeliharaan Preventive
(pencegahan) dan Prediktive (prediksi) terhadap masing - masing komponen

56
peralatan utama system pendingin ACW. Hal ini dijelaskan pada tabel
berikut :

Tabel 4.1 Pemeliharaan preventive dan prediktive komponen sistem pendingin


Komponen Preventive Prediktive
NO
Peralatan
1 Automatic Filter 1. Melakukan cleaning pada 1. Penggantian filter 1 tahun
filter setiap 1 atau 2 bulan sekali.
sekali 2. Rekondisi peralatan 2
2. Mengecek Flow air, dan tahun sekali
Pressure.
2 Auxiliary Cooling 1. Melakukan pengecekan 1. Penggantian Bearing
Water Pump pada glandseal pompa. pompa 1 tahun sekali
(ACWP) 2. Melakukan pengecekan 2. Rekondisi setiap 2 tahun
bearing pompa sekali
3. Mengecek korosi dan 3. Penggantian glandseal 1
vibrasi pada pompa bulan sekali akibat vibrasi
4. Mengecek Temperatur air
demin
3 Heat Exchanger 1. Mengecek Temperatur air 1. Rekondisi peralatan 2
inlet dan outlet HE tahun sekali
2. Melakukan Cleaning setiap
2 bulan sekali
4 MCWP (Main 1. Melakukan cleaning 1. Penggantian saringan 1
Cooling Water kotoran pada travelling bar tahun sekali
Pump) screen 2. Pengantian packing pada
2. Melakukan pengecekan pipa 3 bulan sekali
pada booster pump

57
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Setelah melakukan pengamatan praktek kerja lapangan di PLTU unit
3 PT. Indonesia Power UP Semarang dengan mempelajari sistem air
pendingin Auxiliary Cooling Water (ACW). Pada PLTU unit 3 tambak lorok
PT. Indonesia Power UP Semarang. Dapat disimpulkan beberapa hal antara
lain:

1) Fungsi utama dari sistem air pendingin utama adalah menyediakan dan
memasok air pendingin yang diperlukan untuk mengkondensasikan uap sisa
dari memutar LP turbin dan drain uap di dalam kondenser. Sedangkan fungsi
lainnya adalah memasok air untuk mendinginginkan “heat exchanger” pada
sistem pendingin bantu Auxiliary Cooling Water (ACW), yang merupakan
siklus pendingin tertutup.
2) Sistem air pendingin bantu merupakan pemasok kebutuhan air pendingin
untuk alat – alat bantu PLTU. Sistem ini mengunakan air demineralized
ssebagai media pendinginnya. Sirkulasi air pendingin bantu merupakan siklus
tertutup (closed cycle atau closed loop).
3) Sistem air pendingin auxiliary cooling water ini digunakan untuk
mendinginkan peralatan- peralatan seperti : pendingin hidrogen, pendingin
pelumas turbin, instrument dan service air compressor, pendingin pompa
Boiler Feed Pump, pendingin pellumas air heater, pendingin pelumas Force
Draft Fan, dan lain sebagainya.
4) Troubleshoot pada sistem pendingin auxiliary cooling water pada umumnya
dikarenakan overheat atau panas yang berlebihan yang disebabkan oleh
penukar kalor yang tidak berfungsi dengan baik karena kotornya cubing –
cubing pada heat exchanger.
5) Bocornya pipa atau tube di dalam heat exchanger akibat korosi, dapat
mengakibatkan air laut dari heat exchanger masuk kedalaman line pipa
ACW. Sehingga dapat mengakibatkan korosi pada peralatan – peralatan
pendingin bantu seperti pompa, dan peralatan yang didinginkan oleh (ACW).

58
5.2 Saran
Saran yang diberikan adalah :

1) Pengontrolan operator lokal sangat diperlukan untuk mengetahui gangguan


yang tidak terdeteksi di sistem control. Dan juga peran operator laboratorium
sangat di perlukan untuk mengecek kualitas air demin, apakah sesuai dalam
ketentuan untuk mendinginkan peralatan. Oleh karena itu dengan menjaga
kualitas air demin pada pendingin ACW. Maka pendinginan akan lebih
efektif dalam mendinginkan peralatan atau komponen – komponen yang
didinginkan oleh auxiliary cooling water pada PLTU .
2) Pemeliharaan pada peralatan atau komponen dari Sistem Auxiliary Cooling
Water (ACW) harus lebih rutin dilakukan, seperti pembersihan pada heat
exchanger yang biasa dilakukan 1 tahun sekali, bisa dilakukan 2 kali dalah 1
tahun. agar sistem dapat melakukan pendinginan secara maksimal pada
komponen - komponen utama PLTU dan menghindari terjadinya overheating.
Karena High Temperature yang terjadi pada outlet sistem Heat Exchanger
yang dapat menyebabkan overheating pada komponen komponen yang
didinginkan oleh auxiliary cooling water
3) Untuk saringan (strainer) pada air pendingin (air laut) lubang saringannya
diperkecil supaya sampah kecil maupun anak kerang tidak terbawa. Sehingga
air pendingin (air laut) yang masuk heat exchanger sudah bersih dari sampah
– sampah kecil maupun anak kerang, dan perpindahan panas dari heat
exchanger lebih maksimal.

59
DAFTAR PUSTAKA

[1] Mitsubishi Heavy-Industries.LTD.,”Instruction Book For Feedwater Heaters


And Heat Exchanger”, Jakarta, Indonesia Semarang Steam Power Plant 200
MW Unit 3, Tokyo, Japan.

[2] Mitsubishi Heavy-Industries.LTD.,”Instruction Book For Auxiliary Cooling


Water”, Jakarta, Indonesia Semarang Steam Power Plant 200 MW Unit 3,
Tokyo, Japan.

[4] Mitsubishi Heavy-Industries.LTD.,”Instruction Book For Auxiliary Pumps”,


Jakarta, Indonesia Semarang Steam Power Plant 200 MW Unit 3, Tokyo,
Japan.

[5] Kurnia, Dedi Nazara, “Sistem Pemeliharaan Sistem Pendingin Bantu”, PT.
Indonesia Power UBP Suralaya”, Surabaya, 2008.

[6] Operation manual, vol 5 Balance of plant, closed auxiliary cooling water
sistem (SRI), GEC Alsthom
[7] http://id.wikipedia.org/wiki/SistemPendinginBantu-PLTU. Diakses tanggal
19 Oktober 2017

[7] http://id.wikipedia.org/wiki/IndonesiaPower. Diakses tanggal 14 Oktober


2017
Foto Kegiatan PKL di PLTU PT. Indonesia Power UP Semarang

Penberian materi komponen – komponen PLTU dan siklus PLTU di lapangan

Penjelasan tentang heat exchanger di lapangan


Penutupan lupang man hole force draft fan pembersihan pembuangan oli BFP

Pengantian strainer full oil dengan ukuran lubang yang lebih kecil
Lampiran 2. Gambar diagram siklus Auxiliary cooling water (ACW)

Anda mungkin juga menyukai