Anda di halaman 1dari 44

LAPORAN KERJA PRAKTEK

PEMELIHARAAN DAN PERBAIKAN ALAT


PEMBATAS DAN PENGUKUR (APP) 3 PHASA
DI ULP LUBUK ALUNG
(Periode 26 Agustus 2022 s.d 26 September 2022)

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Pelaksanaan Kerja Praktek


Diploma Tiga Progam Studi Teknik Elektro Jurusan Teknik Elektro
Universitas Riau

Oleh
Silmi Latifah
NIM : 2007034746

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO D3


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS RIAU
2023
HALAMAN PENGESAHAN

PEMELIHARAAN DAN PERBAIKAN ALAT


PEMBATAS DAN PENGUKUR (APP) 3 PHASA
DI ULP LUBUK ALUNG

(Periode 26 Agustus 2022 s.d 26 September 2022)

Oleh
Silmi Latifah
NIM : 2007034746

Lubuk Alung, 28 Februari 2023

Mengetahui Menyetujui
Pembimbing Kerja Praktek Manager ULP Lubuk Alung

Ronni Septian Dedi Yudison Kardoni


NIP : 891000R NIP : 7603005R

ii
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Kerja Praktek Dengan Judul “Pemeliharaan dan Perbaikan Alat Pengukur
dan Pembatas (APP) 3 Phasa Di ULP Lubuk Alung”

Yang dipersipakan dan disusun oleh


Silmi Latifah
NIM : 2007034746

Program Studi Teknik Elektro D3, Fakultas Teknik Universitas Riau,


Teleh berjasil dipertahankan di hadapan Tim Penguji dan diterima sebagai bagian
Bagian persyaratan yang diperlukan untuk pelaksanaan Kerja Praktek
Pada Agustus 2022

Mengetahui Mengesahkan
Koordinator Program Studi Teknik Elektro Dosen Pembimbing
D3

Amir Hamzah, S.T., M.T. Dr. Fri Murdiya, S.T., M.T.


NIP : 19750705 200212 1 003 NIP : 19800205 2002312 1 001

iii
PERNYATAAN

Saya, yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama : Silmi latifah
NIM : 2007034746

Menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa laporan kerja praktek saya yang


berjudul

PEMELIHARAAN DAN PERBAIKAN ALAT PEMBATAS DAN PENGUKUR


(APP) 3 PHASA DI ULP LUBUK ALUNG

Adalah hasil karya sendiri dan bukan jiplakan hasil karya orang lain.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya. Jika dikemudian hari
terbukti bahwa laporan kerja praktek saya merupakan hasil jiplakan maka saya
bersedia menerima sanksi apapun yang dberikan.

Pekanbaru, 03 Maret 2023

Silmi latifah

iv
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum.wr.wb. Alhamdulillah hirabbil ‘alamin. Pji dan syukur


penulis ucapkan kehadiran Allah Subhanawata’ala yang telah melimpahkan rahmat
dan karunia-Nya, Sehingga penulis dapat menyeselesaikan laporan kerja praktek di
PT. PLN (Persero) ULP Lubuk Alung dengan judul “Pemeliharaan dan Perbaikan
Alat Pengukur dan Pembatas (APP) 3 Phasa Di ULP Lubuk Alung”. Selama menjalani
kerja praktek, banyak ilmu dan wawasan baru yang penulis dapatkan dalam satu bulan
hari kerja di PT. (Persero) ULP Lubuk Alung. Tidak hanya ilmi dibidang elektro, tapi
juga ilmu tentang dunia kerja yang tidak semua orang mendapatkan pengalaman ini.
Beberapa hal yang telah penulis pelajari sewaktu kuliah sangat bermanfaat dalam
melakukan Kerja Praktek, baik itu teori maupun praktek selama masa kuliahan.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa syukur dan ucapan terima
kasih pada semua pihak yang telah banyak membantu dalam penyelesaian Laporan
Kerja Praktek ini, terutama kepada :

1. Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan nikmat-Nya sehingga penulis
mendapatkan ilmi yang bermanfaat, sehingg dapat menyelesaikan laporan ini
tepat pada waktunya.
2. Alm.Ayah, Ibu, dan Adik yang selalu memberikan doa, nasehat dan semangat
yang tiada henti – hentinya demi keselamatan dan kesuksesan.
3. Bapak Anhar, S.T., M.T., Ph.D. Selaku Ketua Jurusan Teknik Elektro
Universitas Riau.
4. Bapak Amir Hamzah, S.T., M.T. Selaku Koordinator Program Studi Teknik
Elektro D3 Jurusan Teknik Elektro Universitas Riau.
5. Bapak Firdaus, S.T., M.T. Selaku Koordinator Kerja Praktek Program Studi
Teknik Elektro D3.

v
6. Bapak Dr. Fri Murdiya, S.T., M.T. Selaku Dosen Pembimbing Kerja Praktek.
Terimkasih atas bimbingan dan motivasi kepada penulis.
7. Bapak Dedi Yudison Kardoni , selaku manager PT. PLN (Persero) ULP Lubuk
Alung.
8. Bapak Ronni Septian, selaku Supervisor Transaksi Energi PT. PLN (Persero)
ULP Lubuk Alung, yang telah memberi bimbingan dan petunjuk selama proses
pembuatan laporan ini.
9. Bapak Iqbal, Bapak Ihsan, Ibu Fitria, serta seluruh karyawan/ti ULP Lubuk
Alung
10. Muhammad Umair, ,Heko Akri Yandy selaku rekan kerja praktek.
11. Seluruh teman – teman Terknik Elektro UNRI 2020.
12. Dan pada semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan
laporan kerja praktek ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Dalam penyusunan laporan kerja praktek ini penulis telah berusaha


menyelesaikannya dengan sebaik mungkin, akan tetapi menyadari bahwa masih
banyak kekurangan dalam penyusunan laporan kerja praktek ini. Oleh karna itu,
penulis berharap kritik dan saran dari pembaca untuk menyempurnakan laporan kerja
praktek ini.

Harapan penulis semoga laporan kerja praktek ini dapat bermanfaat bagi
rekan mahasiswa dan pembaca sebagai untuk menambah ilmu pengetahuan dan
informasi.

Pekanbaru, 03 Maret
2023

Penulis

vi
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................... iii

PERNYATAAN .......................................................................................................... iv

KATA PENGANTAR ...............................................................................................vii

DAFTAR ISI ............................................................................................................... v

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................................ix

DAFTAR TABEL ...................................................................................................... x

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ................................................................................................. 1


1.2 Tujuan Kerja Praktek ....................................................................................... 1
1.3 Rumusan Masalah ............................................................................................ 2
1.4 Waktu dan Tempat Pelaksanaan kerja Praktek ................................................ 2
1.5 Metode Pengambilan Data ............................................................................... 2
1.6 Manfaat Kerja Praktek ..................................................................................... 3
1.7 Sistematika penulisan ....................................................................................... 4

BAB II PROFIL PERUSAHAAN ............................................................................ 6

2.1 Sejarah Berdirinya ULP Lubuk Alung ............................................................. 6


2.2 Visi, Misi, Motto dan Tata Nilai Perusahaan ................................................... 7
2.3 Logo PT Perusahaan Listrik Negara ................................................................ 8
2.4 Uraian Tugas Jabatan dan Wewenang PT PLN ULP Lubuk Alung ...............10
2.5 Waktu Kerja Karyawan ...................................................................................13

BAB III TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................14

vii
3.1 Pemeliharaan dan Perbaikan ...........................................................................14
3.2 Alat Pembatas dan Pengukur kWh Meter .......................................................21

BAB IV PEMBAHASAN..........................................................................................26

4.1 Standing Operation Procedure (SOP) .............................................................26


4.2 Gangguan Yang Terjadi Pada Kilo Watt per Hour Meter (kWh Meter) 3
Phasa ...............................................................................................................29
4.3 Alternatif Pemecahan Masalah .......................................................................31

BAB V PENUTUP .....................................................................................................33

5.1 Kesimpulan .....................................................................................................33


5.2 Saran ................................................................................................................33

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................34

LAMPIRAN ...............................................................................................................35

viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kantor PT. PLN (Persero) ULP LUBUK ALUNG ................................ 8
Gambar 2.2 Logo PT PLN (Persero) .......................................................................... 8
Gambar 3.1 Saklar utama kWh 3 Fasa ......................................................................25
Gambar 4.1 Gangguan yang terjadi pada kWh meter ...............................................30
Gambar 4.2 Kerusakan pada MCB ............................................................................30

ix
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 perbandingan jenis metode pemeliharaan ..................................................16

x
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sering dengan berkembangnya dunia industri di Indonesia serta bertambah


padatnya aktivitas masyarakat, maka kebutuhan energi listrik pun akan terus
meningkat. Sampai saat ini, energi listrik merupakan salah satu sumber energi utama
untuk mendukung kehidupan dan aktivitas masyarakat tersebut. Sehingga, perlu
diusahakannya suplai energi listrik yang ada menjadi seoptimal mungkin sering
dengan semakin meningkatnya konsumsi energi listrik.

Agar dapat memanfaatkan energi listrik yang ada serta menjaga kualitas
sistem penyaluran dan kerusakan peralatan, maka diperlukan suatu sistem pengaman
dan sistem pemeliharaan instalasi baik itu pada sisi pembangkit, saluran transmisi
maupun di saluran distribusi.

Energi listrik berawal dari sebuah pembangkit yang ditransmisikan pada


gardu induk dan setelah itu di distribusikan pada gardu distribusi. Sebelum energi
listrik itu sampai ke pelanggan, terlebuh dahulu di pasang sebuah panel yang di
dalamnya terdapat alat pengukur dan pembatas atau APP.

APP adalah suatu peralatan yang dipasang pada pelanggan untuk mengukur
pemakaian energi listrik setiap harinya serta membatasi daya yang digunakan sesuai
daya kontaraknya. Oleh karena itu, penulis mengambil sebuah topik “
PEMELIHARAAN DAN PERBAIKAN ALAT PEMBATAS DAN PENGUKUR
(APP) 3 PHASA DI ULP LUBUK ALUNG “

1
1.2 Tujuan Kerja Praktek

Kerja Praktek merupakan salah satu mata kuliah untuk persyaratan


kelulusan mahasiswa di jurusan Teknik Elektro D3 Universitas Riau dengan bobot 2
SKS.

Selain itu, tujuan dari kerja praktek ialah :

1. Mengetahui Alat Pembatas dan Pengukur (APP)


2. Mengetahui KWh Meter

1.3 Rumusan Masalah

Dalan Laporan Kerja Praktek ini akan membahas tentang bagaimana


Pemeliharaan dan Perbaikan Alat Pengukur dan Pembatas (APP) 3 Phasa di ULP
Lubuk alung.

1.4 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Kerja Praktek

Kerja Praktek ini dilaksanakan pada :

Tanggal : 26 Agustus 2022 – 26 September 2022

Waktu : Senin - Jumat, 07.30 – 16.30 WIB

Tempat : PT PLN (Persero) UP3 PADANG ULP LUBUK ALUNG

Alamat : Jl. Ir. Sutami Tapakis, Lubuk Alung Kec. Nan Sabaris Kab. Padang
Pariaman, Sumatera Barat 25581

1.5 Metode Pengambilan Data

Dalam pembuatan laporan ini penulis akan menggunakan beberapa metode


untuk melengkapi data penulis. Sistematika penulisan yang digunakan untuk
mengumpulkan data dari Kerka Praktek (KP) ini adalah :

2
1. Metode observasi
Metode pengumpulan data ini dengan mengamati langsung kegiatan yang
berlangsung pada perusahan.
2. Metode bimbingan / interview
Mengadakan tangan jawab secara langsung dengan pimpinan perusahaan
atau karyawan yang bersangkuran dalan rangka melengkapi data yang
diperlukan.
3. Studi literature
Dalam hal ini, penulis mengumpulkan bahan tulis dari berbagai sumber
pustaka yang relevan serta sesuai dengan judul dan materi kerja praktek
dan tentunya mendukung dalam penyelesaian laporan ini.

1.6 Manfaat Kerja Praktek


1 Bagi Kampus
a. Terjalin kerja sama yang erat antara Universitas Riau dengan instansi
PT. PLN (Persero) UP3 PADANG ULP LUBUK ALUNG.
b. Sebagai bahan evaluasi dibidang akademik untuk meningkatkan dan
mengembangkan mutu pendidikan.
c. Sebagai baromerter untuk mengukut sejauh mana daya serap
mahasiswa dalam menerima dan menerapkan teori yang diperoleh
selama dikampus.
2 Bagi Mahasiswa
a. Menambah wawasan dan ilmu pengetahuan di luar lingkungan kampus
yang berhubungan dengan program studi yang dipilih.
b. Unttuk menambah pengalaman sebelum terjun ke masyarakat atau
dunia kerja.
c. Untuk melatih mahasiswa untuk mengumpulkan dan menganalisa data
yang diperoleh serta memberikan alternative pemecah masalah yang
dihadapi.

3
3 Bagi Perusahaan
a. Terjalin hubungan kerja sama dan sebagai sarana tukar informasi untuk
meningkatkan sarana dan prasarana yang telah ada.
b. Sebagai perwujudan pengabdian masyarakat khususnya dalam bidang
pendidikan.
c. Memungkinkan untuk mendapatkan masukan-masukan sebagai bahan
pertimbangan untuk mengembangkan sistem yang telah ada.

1.7 SISTEMATIKA PENULISAN


Adapun sistematika penulisan laporan kerja praktek sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini membahas tentang latar belakang dan tujuan kerja praktek,
rumusan masalah, waktu dan tempat kerja praktek, metode
pengambilan data, batasan masalah, manfaat kerja praktek serta
sistematika penulisan laporan kerja praktek.

BAB II : PROFIL PERUSAHAAN

Bab ini memuat tentang profil singkat tentang PT. PLN (Persero) UP3
PADANG ULP Lubuk Alung.

BAB III : TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini membahas pemeliharaan dan perbaikan, Alat pembatas dan


pengukur.

BAB IV : PEMELIHARAAN DAN PERBAIKAN ALAT PEMBATAS


DAN PENGUKUR (APP) 3 PHASA DI ULP LUBUK ALUNG

Bab ini membahas tentang alat perbaikan dan pengukur 3 phasa.

4
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

Dalam bab ini membahas kesimpulan yang diambil dari bab-bab


sebelumnya

5
BAB II

PROFIL PERUSAHAAN

2.1 Sejarah Berdirinya ULP Lubuk Alung

Gambar 2.1 Kantor PT. PLN (Persero) ULP LUBUK ALUNG

Gedung PLN (kantor PLN Lubuk Alung) menjadi salah satu cagar budaya
tidak bergerak yang ada di Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat
(Sumbar). Gedung PLN (Kantor PLN Lubuk Alung) tercatat sebagia cagar budaya
di Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) sumbar dengan nomor inventaris
28/BCB-TB/A/07/2007. Lokasi gedung PLN ( Kantor PLN Lubuk Alung) ini
tepatnya berada di, Kecematan Nan Sabaris, Kabupaten Padang Pariaman, secara
astronomis, cagar budaya ini berada di titik : 50° 37’ 32.982” dan E100 7’ 9.903”.
sedangkan secara geografis, situs cagar budaya Gedung PLN (Kantor PLN Lubuk
Alung) berada di bentang lahan datar serta dataran rendah dengan ketinggian 6m.
gedung PLN (Kantor PLN Lubuk Alung) ini memiliki luas bangunan 146,481

6
meter persegi dan lahan 2.548 meter persegi. Objek ini mudah dijangkau dan dapat
diakses menggunakan kendaraan roda 4 dan roda 2.

Pemilik Gedung PLN (Kantor Lubuk Alung) adalah PLN Rayon Lubuk
Alung, dan dikelola oleh PLN Rayon Lubuk Alung. Tanah ini merupakan tempat
tinggal orang Inggris yang berdiam di Lubuk Alung. Setelah eksodus warga
Inggris dari Lubuk Alung, maka tanah ini diambil oleh pemerintah membeli tanah
dan bangunan ini serta dijadikan sebagai kantor PLN sampai sekarang. Bangunan
PLN Rayon Lubuk Alung ini berada di perempatan Padang-Bukittinggi.

2.2 Visi, Misi, Motto dan Tata Nilai Perusahaan

2.2.1 Visi
Menjadi Perusahaan Listrik Terkemuka se-Asia Tenggara dan 1 pilihan
pelanggan untuk solusi Energi.

2.2.2 Misi
a. Menjalankan bisnis kelistrikan dan bidang lain yang terkait, berorientasi
pada kepuasan pelanggan, anggota perusahaan dan pemegang saham.
b. Menjadikan tenaga listrik sebagai media untuk meningkatkan kualitas
kehidupan masyarakat.
c. Mengupayakan agar tenaga listrik menjadi pendorong kegiatan ekonomi.
d. Menjalankan kegiatan usaha yang berwawasab lingkungan.
2.2.3 Motto
“Listrik untuk kehidupan yang lebih baik”.

2.2.4 Tata Nilai Perusahaan


Tata nilai PLN adalah AKHLAK. AKHLAK merupakan ekronim dari:

7
a. AMANAH
Memegang teguh kepercayaan yang diberikan.

b. HARMONIS
Saling Peduli dan mengahargai perbedaan.
c. LOYAL
Berdediksi dan mengutamakan kepentingan Bangsa dan Negara.
d. ADAPTIF
Terus berinovasi dan antusia dalam menggerakkan ataupun
menghadapi perubahan.
e. KOLABORATIF
Membangun kerjasama yang sinergi.

2.3 Logo PT Perusahaan Listrik Negara

Gambar 2.2 Logo PT PLN (Persero)

A. Bidang Persegi Panjang


Menjadi bidang dasar bagi elemen-elemen lambing lainnya,
melambangkan bahwa PT PLN (Persero) merupakan wadah atau

8
organisasi yang terorganisir dengan sempurna. Berwarna kuning untuk
menggambarkan pencerahan, seperti yang diharapkan PLN bahwa listrik
mampu menciptakan pencerahan bagi kehidupan masyarakat. Kuning juga
melambangkan semangat yang menyala-nyala yang dimiliki tiap insan
yang berkarya di perusahaan ini.

B. Petir atau Kilat


Melambangkan tenaga listrik yang terkandung di dalamnya sebagai
produk jasa utama yang dihasilkan oleh perusahaan. Selain itu petir pun
mengartikan kerja cepat dan tepat para insan PT PLN (Persero) dalam
memberikan solusi terbaik bagi para pelanggan. Warnanya yang merah
melambangkan kedewasaan PLN sebagai perusahaan listrik pertama di
Indonesian dan kedinamisan gerak laju perusahaan beserta tiap insan
perusahaan serta keberanian dalam menghadapi tantangan perkembangan
zaman.

C. Tiga gelombng
Memiliki arti gaya rambut energi listrik yang dialirkan oleh tiga
bidang usaha utama yang digeluti perusahaan yaitu pembangkit,
penyaluran dan distribusi yang sering sejalan dengan kerja keras para insan
PT PLN (Persero) guna memberikan layanan terbaik bagi pelanggannya.
Diberi warna biru untuk menampilkan kesan konstan (sesuatu yang tepat)
seperti halnya listrik yang tepat diperlukan dalam kehidupan manusia. Di
samping itu biru juga melambangkan keandalan yang dimiliki insan-insan
perusahaan dalam memberikan layanan terbaik bagi para pelanggannya.

9
2.4 Uraian Tugas Jabatan dan Wewenang PT PLN ULP Lubuk Alung

STRUKTUK ORGANISASI PT. PLN (Persero) ULP LUBUK ALUNG

1. Manager
Adapun tugas atau kewajiban yang harus dilakukan oleh manager ULP
antara lain :
a. Mengoordinasi rencana investasi untuk 1 tahun kedepan yang meliputi,
program peningkatan pemasaran, mutu, efesiensi dan pelayanan.
b. Mengoordinasi pelaksanaan pedoman keselamatan ketenagalistrikan (k2)
dan k3 untuk keselamatan dan keamanan pegawai dala bekerja.
c. Mengkoordinasikan dan mengendalikan pelaksanaan tata usaha langganan
(TUL).
d. Meningkatkan mutu pelayanan secara terus menerus baik dari sisi
pelayanna gangguan, proses pelayanan, cater, penagihan yang diitungkan
juga dalam angka-angka standar pelayanan triwulan.
e. Menandatangani Surat Keluar, SPJBTL, SPK, Surat Perjanjian kontrak
sesuai kewenangan.

10
2. Supervisor Transaksi Energi
Supervisor Transaksi Energi mempunyai tujuan utama jabatan yaitu
mengkoordinasikan kegiatan pembacaan meter (Fungsi II), pembuatan
rekening (Fungsi III), pemasangan, pengoperasian, dan pengendalian Alat
Pembatas-pengukur (APP-Mekanik), Proteksi pelanggan/jaringan distribusi,
Automatic Meter Reading (AMR), untuk memenuhi standar operasioanl yang
berlaku. Adapun tugas lain Supervisor Transaksi Energi sebagai berikut :
a. Menyususn Rencana pengembangan sitem transaksi tenaga listrik untuk
mendukung kebutuhan transaksi tenaga listrik untuk mendukung
kebutuhan transaksi yang sesuai dengan demand (pertumbuhan beban).
b. Membuat laporan transaksi tenaga listrik dan neraca energi serta laporan
sesuai bidangnya untuk mendukung laporan kinerja bidang coporate.
c. Mengolah data perusahaan untuk laporan AP2B dan bahan
evaluasi/analisa untuk mendukung laporan kinerja unit.
d. Menghitung arus gangguan dan merencanakan koodinasi setting relay
proteksi.
e. Mengawasi pelaksanaan pemasangan/pemeliharaan APP pelanggan
khusus pelanggan >66 KVA
f. Menyusun dan mengendalikan anggaran rutin investasi peluasan jaringan.

3. Supervisor Teknik
a. Melaksanakan pencapaian target kinerja fungsi teknik distribusi.
b. Melaksanakan pengendalian kontruksi, operasi dan pemeliharaan jaringan
distribusi untuk mempertahankan keandalan pasokan energy tenaga listrik.
c. Menjaga aset dan pemutakhiran dan pemutus aliran tenaga listrik.
d. Melaksanakan penyambungan dan pemutusan aliran tenaga listrik
e. Melaksanakan Penertiban Pemakaian Tenaga Listrik P2TL untuk
menekan.
f. Melaksanakan Keselamatan Ketenagalistrikan K2.

11
g. Melaporkan Pencapaian kinerja pengusahaan Area dan ULP.

4. Supervisor PP dan Administrasi


Supervisor Pelayanan Pelanggan & Administrasi mempunyai tugas
mengatur kerjanya para bawahannya, bertanggung jawab atas hasil kerja staf,
memberi motivasi kerja kepada staf bawahannya, membuat jadwal kegiatan
kinerja untuk karyawan, memberikan briefing bersama staf, serta membuat
planning pekerjaan harian, mingguan, bulanan, dan tahunan. Dalam
melaksanakan tugasnya, Supervisor Pelayanan dan Administrasi dibuat oleh
:
a. Assistaint Analyst/Junior Analyst Pelayanan Pelanggan.
b. Assistaint Officer/Junior Officer Pengendalian Piutang.
c. Assistaint Analyst/JuniorAnalyst Akuntansi & Keuangan.
Supervisor administrasi memiliki tugas pokok lain sebagai berikut :
1) Melaksanaan fungsi tata usaha langganan.
2) Mengola K3 dilingkungan gedung ULP.
3) Mengatur administrasi perkantoran, pemeliharaan gedung/kantor dan
fasilitas kerja.
4) Mengola fungsi keuangan di ULP.
5) Mengola fungsi kehumasan.
6) Mengelola dana alur kas.
7) Menyiapkan rencana kerja dan anggaran.
8) Melaksanakan pelayanan penerimaan, penyimpanan pengambilan barang
dan pengamanan.
9) Pelaksanaan pencatatan semua transaksi.

5. Pejabat Pelaksana K3
Tugas pejabat pelaksana K3 di PT PLN ULP Lubuk Alung memiliki
tugas sebagai berikut :

12
a. Keselamatan Kerja adalah daya upaya yang ditujukan untuk menjamin
keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani tenaga kerja,
hasil karya dan budayanya.
b. Keselamatan Kerja adalah kesehatan yang khusus meliputi upaya untuk
mengatur kebersihan, peredaman udara/suhu, penerangan, dll. Di semua
tempat kerja guna melindungi kesehatan jasmani maupun rohani tenaga
kerja.
Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan upaya yang ditujukan
untuk menjamin / menjaga / melindungi keselamatan dan kesehatan badan,
jiwa manusia sesuai dengan syarat-syarat keselamatan dan kesehatan yang
diberlakukan.

2.5 Waktu Kerja Karyawan


Pengaturan waktu kerja karyawan sendiri yaitu setiap hari senin-jumat jam
07.30-16.30 WIB.

13
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Pemeliharaan dan Perbaikan


2.1.1 Metode Pemeliharaan (Perawatan)
Menurut Patrick (2001, p407), “Pemeliharaan atau perawatan adalah
suatu kegiatan untuk memelihara dan mejag fasilitas yang ada serta
memperbaiki, melakukan penyesuaian atau penggantian yang di perlukan untuk
mendapatkan suatu kondisi operasi produksi agar sesuai dengan perancangan
yang ada”.
Pemeliharaan merupakan factor penting untuk menentukan keandalan
suatu operasi dalan jangka waktu tertentu. Salah satu hal utama yaitu kompetensi
sumber daya manusia memadai.
Adapun tujuan pemeliharaan adalah mengupaya agar suatu peralatan
atau mesin dapat bekerja secara optimal dan mampu dioperasikan dalam jangka
waktu tertentu tanpa mengalami gangguan atau kerusakan.
Berikut ini merupakan jenis metode dan manajemen pemeliharaan pada
suatu peralatan dan sistem, yaitu :

1. Reactive Maintenance (Breakdown Maintenance)


Reacktive maintenance (breakdown maintenance) juga dikenal sebagai
corrective, breakdown atau run-to-failure. Pemeliharaan reaktif sederhana
yaitu memperbaiki komponen atau mesin saat terjadi kerusakan. Reactive
maintenance adalah metode yang digunakan pada peralatan yang tidak
membuthkan pemeliharaan khusu atau untuk operasi berbiaya rendah.

14
2. Preventive Maintenance (Scheduled Maintenance)

Pemeliharaan preventif adalah metode pemeliharaan yang melibatkan


pemeriksaan atau perbaikan secara berkala pada selang interval waktu yang
telah ditentukan. Tujuan metode pemeliharaan prevenktif adalah untuk
memperpanjang masa masa pakai suatu komponen atau mesin dan
mencegah kerusakan.

3. Pemeliharaan Prediktif (Predictive Maintenance)


Pemeliharaan prediktif (Predective maintenance) adalah metode
pemeliharaan sistem yang bertujuan untuk memprediksi kemungkinan
terjadinya kegagalan sehingga pemeliharaan dapat dilakukan tepat waktu
sebelum terjadinya kegagalan.
Keuntungan dari metode pemeliharaan prediktif adalah potensi
penghemat biasa opoeasional pemeliharaan karena meminimalisir jam
kerja, dan menambah lebih banyak timbul secara efektif.

4. Pemeliharaan Berbasis keandalan (Reliability-Centred Maintenance)


Pemeliharaan keandalan (Reliability-center maintenance) atau RCM
adalah proses dengan keterlibatan tinggi dengan menganalisis semua mode
kegagalan yang mungkin terjadi pada setiap komponen dengan
menyesuaikan rencana perawatan untuk setiap mesin. Tujuan dari RCM
adalah untuk meningkatkan ketersediaan atau keandalan suatu peralatan
dan sistem.
RCM merupakan metode pemeliharaan yang komplek karena setiap
peralatan harus dianalisis dan di prioritaskan berdasaekan kritisan dan
kemungkinan terburuk yang akan terjadi. Yang sering terjadi adalah

15
cenderung mengalami kegagalan atau mengakibatkan masalah besar jika
dilakukan pemeliharaan tidak tepat.

Perbandingan Metode Pemeliharaan

Berikut table perbandingan jenis metode pemeliharaan

Metode Keterangan Biaya Kelebihan


Pemeliharaan Ideal untuk peralatan
Corrective/Reactive setelah terjadi Rendah dengan prioritas
kerusakan rendah
Pemeliharaan Strategi terbaik untuk
Preventive dengan jadwal yang Sedang diterapkan tanpa
telah detentukan keahlian khusus
Pemantauan tepat
Predictive Pemeliharaan Tinggi waktu dan
berbasis data terinformasi.
kondidi kerja actual Lebih banyak wawasan
tentang penyebab
kerusakan
Investigas mode Jika dijalankan dengan
RCM kegagalan untuk Sangat benar, merupakan
menentukan strategi Tinggi manajemen
terbaik pemeliharaan yang
paling efesien
Tabel 1.1 perbandingan jenis metode pemeliharaan

16
2.1.2 Lingkup Kegiatan Pemeliharaan

1. Kegiatan Pemeliharaan (Maintenance)


Menurut Kurniawan (2013). Mengartikan perawatan adalah
aktivitas pemeliharaan, perbaikan, penggantian, pembersihan,
penyetelan dan pemeriksaan terhadap objek yang dirawat. Konsep ini
berawal dari keinginan manusia untuk memperoleh kenyamanan dan
keamanan terhadap objek yang dimilikinya, sehongga dapat memenuhi
kebutuhan manusia, serta dapat berfungsi dengan baik dan dapat
bertahan dalam jangka waktu yang diinginkan, dan juga sistem
perawatan ini berawal dari kegiatan manuasia yang dapat lebih teratur,
rapi, bersih, dan fungsional.
Kata “perawatan” dapat diartikan sebagai kegiatan pendukung
utama yang bertujuan untuk menjamim kelangsungan suatu sistem
produksi (peralatan, mesin) sehingga pada saat dibutuhkan dapat
dipakai sesuai dengan kondisi yang diharapkan. Hal ini dapat dicapai
dengan memperhatikan fungsi pendukungnya dengan memperhatikan
kriteria tingkat kerusakan dan mencegah terputusnya kegiatan produksi.
Banyak hal yang mempengaruhi tingkat kepercayaan konsumen
pada produsen atau perusahaan, salah satunya adalah bagaimana tingkat
pelayanan yang diberikan perusahaan terhadap kepuasan konsumen.
Hal yang seing dianggap penting adalah masalah ketepatan waktu
dalan penyelesaian pesanan dari konsumen. Faktor yang menyebabkan
hal ini adalah ketidaklancaran proses produksi, antara lain kerusakan
alat saat proses produksi berjalan.

2. Tujuan Kegiatan Pemeliharaan (Perawatan)


Menurut Kurniawan (2013). Adapun tujuan utama dilakukan
tindakan perawatan adalah sebagai berikut :

17
1. Memelihara keadaan suatu komponen peralatan sedekat mungkin
dengan keadaan yang di inginkan.
2. Menjamin kesiapan operasional seluruh fasilitas yang diperlukan
untuk pemakaian darurat.
3. Memperpanjang umur pakai fasilitas produksi, terutama bagi
fasilitas yang memiliki kesulitan untuk mendapatkan komponen
pengganti.
4. Menjamin tinggkat ketersediaan optimum dari fasilitas produksi dan
mendapatkan pengembalian invesrasi yang maksimal.

3. Jenis-Jenis Tindakan Pemeliharaan (Maintenance)

Tindakan pemeliharaan dapat digolongkan menjadi dua


kelompok besar, yaitu:

1. Preventive Maintenance (Pemeliharaan Terencana)


Menurut Sofjan Assauri (2008). Pemeliharaan ini adalah
perawatan yang dilakukan sebelum terjadinya kerusakan pada suatu
system ataupun produk. Tujuan perawatan jenis ini adalah untuk
mencegah terjadinya kerusakan yang tak terduga dan untuk
menentukam kondisi yang dapat menyebabkan sistem mengalami
kerusakan pada waktu digunakan dalan proses produksi. Salah satu
yang menjadi alat dalam sistem oerawatan terencana ini adalah model
reliability (keandalan). Reability mampu memberikan penilaian
terhadap kemampuan suatu sistrm atau produk unuk dapat bertahan
dengan baik selama waktu tertentu.
Adapun prosedur-prosedur pelaksanaan preventive maintancen
menurut Suyadi Prawirosentono (2001), yaitu FITCAL yang terdiri atas
:
a. Feel (Merasakan kelainan pada mesin yang sedang berjalan)

18
b. Inspection (Mengetahui apakah semua pekerjaasn dapat
terselesaikan sebagaimana mestinya)
c. Tight (pengencangan dilakukan terhadap bagian yang longgar)
d. Clean (membersihkan mesin)
e. Lubrication (pelumas untuk mencegah terjadinya laju keausan,
umumnya bagian yang dilumasi bagian yang saling berdesekan)

2. Corrective Maintenance (Pemeliharaan Korektif)


Corrective maintenance (pemeliharaan korektif) adalah tugas
pemeliharaan yang dilakukan untuk mengidentifikasi, mengisolasi, dan
memoerbaiki kesalahan sehingga peralatan, mesin, atau sistem yang
rusak dapat dikembalikan ke kondisi operasional dalam toleransi atau
batas yang ditetapkan untuk operasi dalam-layanan.
Dalam pemeliharaan pencegahan kegiatan yang dilakukan
adalah untuk mencegah timbulnya kerusakan. Kerusakan yang terjadi
umumnya berlangsung secara tidak terduga dan mampu mengakibatkan
kerusakan pada waktu proses produksi secara berlangsung (wirawan,
2014).
Pemeliharaan korektif dibagi menjadi tiga kegiatan :
1. Pergantian (Corrective)
Yaitu tindakan perbaikan komponen yang dianggap rusak atau
tidak memenuhi kondisi yang diinginkan.
2. Perbaikan (Repair)
Yaitu tindakan perbaikan minor yang dilakukan pada saat terjadi
kerusakan kecil.
3. Perbaikan secara besar-besaran (Overhaul)
Yaitu tindakan perubahan brsar-besaran yang biasanya dilakukan
di akhir periode tertentu.

19
Corrective maintenance kurang baik digunakan karena dapat
menimbulkan kerugian, misalnya kerugian biaya akibat pengadaan
bahan yang terjadi tiba-tiba, proses produksi berhenti.

4. Elemen-Elemen Yang Berpengaruh Terhadap Pemeliharaan

Dalam melakukan kegiatan pemeliharaan terdapat suatu


sistem atau peralatan/mesin, terdapat beberapa elemen yang harus
diperhatikan.

a. Elemen Waktu Dalam Pemeliharaan

Dalam kegiatan produksi terdapat berbagai elemen waktu yang


dapat dibedakan masing-masing sebagai berikut :

1) Waktu Operasi (Up Time) : Waktu dimana mesin berfungsi dengan


baik dan digunakan oleh sistem untuk melakukan kegiatan.
2) Waktu tunggu (Delay Time) : Waktu dimana mesin berfungsi
dengan baik tetapi tidak digunakan oleh sistem.
3) Waktu Rintang (Down Time) : Waktu dimana sistem tidak dapat
digunakan akibat adanya kerusakan yang terjadi, waktu ini dapat
dibagi menjadi :
a. Downtime akibat penggantian pencegahan :
 Waktu pembongkar.
 Waktu menyiapkan komponen.
 Waktu pemasangan.
b. Downtime akibat penggantian kerusakan
 Waktu pembawa peralatan ke bengkel.
 Waktu pembongkaran.
 Waktu menemukan kerusakan.
 Waktu menunggu komponen pengganti.

20
 Waktu pemasangan komponen.
 Waktu penguji.

b. Elemen Ongkos Dalam Pemeliharaan

Ongkos pemeliharaan dapat berupa ongkos langsung dan tidak


langsung.

1. Ongkos langsung, meliputi :


 Ongkos tenaga kerja pemeliharaan.
 Ongkos pembelian komponen pengganti.
2. Ongkos tidak langsung, meliputi :
 Ongkos tenaga kerja produksi yang mengganggur.
 Ongkos depresiansi mesin.
 Ongkos akibat keuntungan yang hilang.
 Ongkos depresiasi peralatan pemeliharaan
 Ongkos administrasi

3.2 Alat Pembatas dan Pengukur kWh Meter


App merupakan singkatan dari Alat Pengukur dan Pembatas adalah alat
yang digunakan untuk keperluan transaksi energy listrik. Fungsi dari alat
pembatas dan pengukur adalah pembatas daya yang digunakan oleh pelanggan
sesuai dengan kontrak pemasangan, mencatat daya yang dipakai oleh pelanggan,
sebagai saklar utama pemutus aliran listrik bila terjadi kelebihan pemakaian daya
oleh pelanggan dan sebagai pengaman bila terjadi hubung singkat dalam
instalasi rumah. APP merupakan bagian dari pekerjaan dan tanggung jawab dari
PLN yang bertugas membuat rekening listrik serta mengeluarkan alat pengukur
dan pembatas yang memiliki rekening yang legal dan standar.

21
A. Fungsi-fungsi dari APP adalah
a. Membatas daya yang digunakan oleh pelanggan (sesuai dengan kontak
pemasangan.
b. Memcatat daya yang dipakai oleh konsumen
c. Saklar utama pemutus aliran listrik bila terjadi kelebihan pemakaian
daya oleh pelanggan, adanya gangguan hubung singkat dalam instalasi
rumah pelanggan atau sengaja dimatikan untuk keperluan perbaikan
instalasi listrik rumah.

B. Perlengkapan APP
Perlengkapan ialah barang yang memungkinkan dipasangnya alat
pengukur dan pembatas, sehingga daqpat berfungsi sesuai dengan yang
disyaratkan. Perlengkapan APP terdiri dari kotak / lemari app yang merupakan
lemari dengan ukuran tertentu yang didalamnya berisi APP dan
perlengkapannya, trafo arus (CT), trafo tegangan (PT) meter arus, meter
tegangan dan saklar waktu.
3.2.1 Alat pengukur
Pengukuran adalah untuk menentukan besarnya pemakaian daya dan
energy listrik. Alat pengukur yaitu meter kwh untuk mengukur energy aktif,
meter kVa maksimum untuk mengukur energy reaktif, meter arus, meter
tegangan, dan lainnya.
Kwh meter merupakan suatu alat pengukur yang memiliki fungsi
mengukur jumlah pemakaian energy atau jumlah pemakaian daya dalam suatu
waktu dan bekerja berdasarkan program yang dirancang pada mikroprisesor
yang terdapat dalam piranti kwh meter tersebut.
Meter kVSedangkan pembatas untuk menentukan besarnya pemakaian
daya sesuai dengan daya tersambung.

22
3.2.2 Alat pembatas kwh meter
Pembatas merupakan alat yang digunakan untuk menentukan batas
pemakaian daya sesuai daya yang tersambung. Beberapa alat pembatas yaitu
MCB, MCCB, NFB, Fuse dan lainnya. Alat pembatas yang digunakan mengukur
energy listrik adalah pada sistem tegangan rendah sampai dengan 100 A
menggunakan MCB dan diatas 100A menggunakan MCCB, sedangkan pada
sistem tegangan menengah biasanya menggunakan pelebur tegangan menengah
atau relay.

Maniatur Circuit Breaker (MCB)

MCB adalah pengaman pada sistem tenaga listrik, yang sering


dipergunakan pada tegangan rendah, baik terpasang di Papan Hubung Bagi
(PHB) atau dipergunakan sebagai pembatas yang terpasang pada kotak kWh
meter. MCB merupakan singkatan dari miniature circuit breaker. Biasanya MBC
di gunakan oleh pihak PLN untuk membatasi arus sekaligus pengaman dalam
instalasi listrik. MCB berfungsi sebagai pengaman hubung singkat (
konsleting ) dan juga sebagai pengaman beban lebih. MCB secara otomatis
dengan segera memutuskan arus listrik apabila arus yang melewatinya melebihi
dari arus nominal yang telah di tentukan.

Prinsip kerja kWh meter adalah didasarkan pada karakteristik thermal


dimana arus besar yang melewati MCB, akan memanaskan bimetallic trip.
Kontak-kontak skelarnya dan ruang pemadam busur apinya memiliki konstruksi
khusus. Karena itu jenis otomat ini dapat memutuskan arus singkat yang besar,
yaitu hingga 1500 ampere.

Sesuai standar international IEC 60898-1 dan standar European EN


60898-1 harus nominal int ( rated current ) I dari MCB pada temperature ambient
30 c adalah : 2A, 4A, 6A, 10A, 13A, 16A, 20A, 25A, 32A, 40A, 50A, 63A, 80A,
dan 100A.

23
Beberapa manfaat MCB adalah sebagai berikut :

1. Pengaman hubung singkat


Hubung singkat atau konsleting memang sering terjadi di Indonesia. Ada
banyak factor yang menyebabkan terjadinya hubung singkat, salah satunya
adalah tidak digunakannya pengaman hubungs singkat. Sebagai contoh
pengambilan listrik langsung dari tiang listrik, dan langsung dilewatkan ke
sakelar kemudian diteruskan ke lampu dan beberapa perangkat elektronik
lainnya. Jika beban yang diambil melebihi batas kemampuan kabel dan
terjadinya hubungan singkat dan tidak adanya pengaman terpasang sehingga
menyebabkan timbulnya panas dan bunga api, yang dapat menimbulkan
kebakaran.

2. Mengamankan beban lebih


Biasanya pelanggan telah mengontrak listrik dengan PLN, kontrak yang
dilakukan adalah beberapa daya yang dikontrak pelanggan, misalnya pelanggan
mengontrak daya 450 maka jika daya yang digunakan sudah melebihi 450 secara
otomatis MCB akan trip (putus). Semakin besar daya yang dikontrak maka
penyesuaian kabel juga akan dilakukan, jika menghantarkan arus 30A dengan
kabel kecil maka kabel tersebut tidak akan kuat dan akhrinya panas dan terbakar.

3. Sebagai sakelar utama


Berfungsi sebagai pengaman dan terjadinya hubung singkat dan beban
lebih pada instalasi rumah.

24
Gambar 3.1 Saklar utama kWh 3 Fasa

25
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Standing Operation Procedure (SOP)


4.1.1 Pengertian Standing Operational Procedure
Suatu bentu ketentuan tertulis berisi prosedur / langkah-langkah
kerja yang dipergunakan untuk melaksanakan suatu kegiatan. Dalam
Bahasa Indonesia SOP disebut dengan Prosedure Tetap dan disingkat
Protap.
SOP pemeliharaan Alat Pembatas dan Pengukur berarti ketentuan
tentang prosedur / langkah-langkah kerja untuk memelihara APP.

4.1.2 Tujuan Standing Operation Procedure


Pemeliharaan APP berarti melakukan pemeriksaan atau perbaikan
yang menyebabkan padamnya listrik atau rusaknya komponen. Pada
saat pelaksanaan pemeliharaan dengan pemadamam berarti
memerlukan koordinasi pada pihak operasi agar tidak terjadinya
gangguan atau kecelakaan kerja.
Hasil daro pemeliharaan adalah berupa kondisi / unjul kerja
peralatan harus memenuhi ketentuannya, yaitu aman dioperasikan
kembali, maka itu perlu diatur cara melakukan pemeliharaan.
Penyimpangan dari ketentuan berarti hasil pemeliharaan tidak sesuai
dengan ketentuan dan dampaknya akan menyebabkan permasalahan
dalam pengoperasian bahkan dapat terjadi kecelakaan kerja.

4.1.3 Komponen Dalam Standing Operation Procedure


Beberapa komponen penting yang tertulis pada SOP pemeliharaan
APP antara lain :

26
a. Pihak yang terkait
Yaitu pihak-pihhak yang berkepentingan dan terka dampak
pemeliharaan. Keterkaitan ini dilakukan dalam bentuk komunikasi
yang dilakukan dapat berupa tertulis/surat ataupun komunikasi
langsung/lisan bertujuan agar semua pihak berkoordinasi dapat
mengantasupasi terjadinya kondisi kurang aman.
Dalam berkomunikasi baik lisan maupun tertulis dapat dibuat
berupa format yang standar untuk mencegah kesalahan presepsi dari
pihak-pihak yang terkait. Waktu berkomunikasi / berkoordinasi yang
digunakan selalu pada batas standar agar dalam mengambi
pengaturan tentang komunikasi ini dibuat menjadi SOP komunikasi.
Beberapa pihak yang terkait antara lain, piket pengatur, pihak
operasi dan konsumen. Berkoordinasi dengan pihak adalah untuk
mengetahui dan memastikan bahwa instalasi yang akan dipelihara
dan dipadamkan sudak diantisipasi.
Berkoordinasi dengan piket pengatur adalah agar keadaan aman
dari adanya kecelakaan kerja bagi personil di lokasi pemeliharaan
maupun diluar lokasi pemeliharaan. Sedangkan berkoordinasi
dengan konsumen bertujuan agar konsumen tahu akan adanya
perbaikan / pemeliharaan di tempatnya.

b. Perlengkapan Kerja
Perlengkapan kerja untuk melaksanakan pemeliharaan dengan
baik dan aman harus dipenuhi spesifikasi dan jumlahnya.
Memaksakan bekerja dengan peralatan seadahya berarti
mengabaikan adanya resiko bahaya kecelakaan dan kerusakan yang
bakal terjadi. Pemeriksaan terhadap jumlah dan kondisi

27
perlengkapan kerja harus dilakukan secara rutin agar selalu siap
kapanpun digunkakan. Yang dimaksud dengan perlengkapan kerja
adalah sebagai berikut :
1. Perkakas Kerja
2. Alat bantu kerja
3. Alat ukur
4. Material / bahan
5. Alat Pelindung Diri (APD) atau K3
6. Berkas dokumen APP
7. Lembaran format berupa Check-List Pelaksanaan dan
Pelaporan

c. Prosedur komunikasi
Berisi tentang urutan berkomunikasi dengan pihak yang terkait
dengan dari mulai persiapan pemeliharaan, saat pemeliharaan
sampai pelaporan pekerjaan. Peralatan yang digunakan untuk
berkomunikasi dapat berupa telepon atau handy-talky (HT) dengan
menggunakan Bahasa yang sudah distandarkan. Penyimpangan
terhadap ketentuan berkomunikasi dapat menyebabkan terjadinya
gangguan operasi bahkan kecelakaan kerja.

d. Prosesur Langkah-langkah Kerja


Berisi tentang urutan dalam melaksanakan pekerjaan dilokasi
pengoperasian, mulai dari persiapan pekerjaan, pelaksanaan
pekerjaan, pemeriksaan pekerjaan sampai pelaporan pekerjaan.
Setiap langkah dilaksanakan secara berurutan sesuai tertulis di SOP.
Penyimpangan terhadapa langkah-langkah tersebut dapat
menyebabkan kegagalan pemeliharaan bahkan dapat terjadi
kecelakaan kerja. Hasil pemeliharaan harus dilaporkan ke piket

28
pengatur dan melaporkan secara lisan guna memutuskan
dioperasikannya kembali dan melaporkan secara tertulis setelah
pelaksanaan dilokasi selesai.

4.1.4 Pembuatan Standing Operation Procedure (SOP)


Untuk membuat SOP perlu diperhatikan beberapa hal, yaitu :
1. Ketertiban pihak-pihak yang terkait dengan pengoperasian APP
untuk membuat ketentuan berkoordinasi.
2. Struktur Alat Pembatas dan pengukur (APP)

4.2 Gangguan Yang Terjadi Pada Kilo Watt per Hour Meter (kWh Meter) 3
Phasa
Berdasarkan hasil pengamatan yang diperoleh ada 2 faktor penyebab
terjadinya gangguan pada KWH Meter milik pelanggan yaitu Faktor Internal,
merupakan faktor penyebab gangguan yang disebabkan oleh manusia
(petugas dan pelanggan) dan peralatan yang digunakan. Faktor Eksternal,
merupakan faktor penyebab diluar kendali pegawai perusahaan seperti
cuaca, gigitan hewan, maupun bencana alam.
Akan tetapi yang sering di jumpai yaitu faktor internal, karena kelalaian
petugas atau pelanggan.

29
Gambar 4.1 Gangguan yang terjadi pada kWh meter

4.2.1 Terjadinya Kerusakan Pada MCB


Beberapa hal yang jika terjadi akan membuat MCB Rusak :

Gambar 4.2 Kerusakan pada MCB

1. Konsumsi Listrik Melebihi Kemampuan MCB


Setiap rumah umumnya memiliki batas ampere listrik masing –
masing. Rumah perkotaan umumnya memiliki kebutuhan listrik yang
lebih besar dibanding rumah di desa, karena orang kota sudah terbiasa
menggunakan banyak barang elektronik.

30
Terkadang banyak orang tidak memperhatikan batas maksimum
ampere listrik rumah mereka. Masyarakat kerap menggunakan banyak
barang – barang pengkonsumsi listrik dalam waktu bersamaan. Ketika
beban listrik yang disedot terlalu besar, maka MCB biasanya turun ke
posisi off.
Misalnya kapasitas maksimal listrik rumah 300 watt, tetapi
konsumsi dari barang elektronik rumah hampir 300 watt. Hal ini akan
membuat MCB mudah panas, karena bekerja terlalu keras mentolerir
konsumsi listrik tersebut dan akan menyebabkan MCB tersebut cepat
rusak.

2. Terjadinya Korsleting
Terjadinya hubungan pendek arus listrik juga menjadi hal yang
kerap membuat MCB terlalu panas dan rusak, bahkan bisa juga
terbakar. Penyebab korsleting sangat banyak, mulai dari adanya kabel
yang terkelupas, atau juga sambungan tidak terpasang dengan baik.
Umumnya MCB bertugas sebagai pengaman saat korslet terjadi.
Posisinya akan otomatis menjadi off, sehingga aliran listrik dihentikan.
Namun jika bebannya terlalu besar, korslet tersebut bahkan bisa
membuat MCB jadi terbakar.
Kasus MCB terbakar masih kerap terjadi di Indonesia. Penyebab
utamanya tidak lain karena kelalaian manusia.

4.3 Alternatif Pemecahan Masalah

4.3.1 Mengganti kWh meter yang lama dengan yang baru


Karena kWh meter ini adalah instrument pengukuran (alat ukur
energi listrik). Alat ukur yang sudah terlalu lama digunakan akan

31
berkurang tingkat akurasinya. Jika akurasi alat ukur berkurang (sudah
tidak tepat), maka tentu akan menjadi masalah buat ke 2 belah pihak.
Entah itu PLN ataupun pelanggan. Bisa jadi, energi listrik yang
digunakan pelanggan malah kurang atau lebih dari seharusnya yang
mana akan berdampak langsung pada biaya yang dikeluarkan. Hal ini
tentu tidak diinginkan
Mengganti KWH meter juga merupakan salah satu cara yang
efisien agar masalah yang terjadi pada instalasi listrik dirumah akan
selalu aman.

4.3.2 Melakukan Pemeliharaan


Untuk mengatasi akar masalah pada gangguan KWH Meter,
maka solusi yang dilakukan adalah diharapkan rutin melakukan
pengawasan dan pemeliharaan terhadap KWH Meter agar
meminimalisir terjadinya gangguan-gangguan lainnya. Adapun kriteria
KWH yang dilakukan pemeliharaan atau penggantian adalah sebagai
berikut :
a. kwh meter macet/ rusak (kwh meter pasca bayar)
b. kwh meter buram (kwh meter pasca bayar)
c. kwh meter display bank (kwh meter digital dan atau prabayar)
d. kwh meter dalam bangunan (kwh meter pasca dan prabayar)
e. kwh meter tinggi (kwh meter pasca dan prabayar)
f. kwh meter karena 1 (kwh meter prabayar produksi sebelum tahun
2014)
g. kwh meter tua (kwh pasca prabayar produksi sebelum tahun
2010)
h. dan beberapa merk kwh meter yang cenderung mengalami
kerusakan.

32
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan kerja praktek yang penulis lakukan, berikut ini adalah beberapa
kesimpulan yang didapatkan :
1. Kerja kWh meter akan berpengaruh terhadap beban yang diukur.
2. Terdapat 2 faktor penyebab terjadinya kerusakan pada kwh meter,
a. Penyebab internal
b. Penyebab eksternal
5.2 SARAN
Adapun saran dari penulis
1.Operator dapat menjaga kebersihan sesuai SOP.
2.Melakukan pemeriksaan rutin terhdap kWh meter.

33
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. (1987). Perusahan Umum Listrik Negara : SPLN 72 : 1987, Spesifikasi desain
untuk Jaringan Tegangan Menengah (JTM) dan Jaringan Tegangan Rendah
(JTR) Jakarta.

SPLN.D3.015-1, 2011. Alat Pengukur dan Pembatas Bagian 1. Jakarta: PT PLN


(Persero).

SPLN.D3.015-2, 2012. Alat Pengukur dan Pembatas Bagian 2. Jakarta: PT PLN


(Persero).

https://en.m.wikipedia.org/wiki/Main_Page

https://elib.unikom.ac.id/files/disk1/743/jbptunikompp-gdl-shandynurd-37140-8-
unikom_s-2.pdf

34

Anda mungkin juga menyukai