OLEH:
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains Terapan (S.ST) di
Program Studi D-IV Teknik Pembangkit Energi
OLEH:
Mengetahui: Menyetujui:
Manager Operasi Pemeliharaan Mesin Pembimbing Lapangan
PT. Indonesia Power UP Bali Supervisor Pemeliharaan Mesin PLTDG
Makassar,
Diperiksa dan disahkan oleh :
Mengetahui
Ketua Jurusan Teknik Mesin
Range
80-100 Baik Sekalik (A)
70-79 Baik (B)
60-69 Cukup (C)
50-59 Kurang (D)
< 50 Kurang Sekali (E)
Pembimbing Lapangan
Supervisor Pemeliharaan Mesin PLTDG
Nilai
No Nama Stambuk Tempat Seminar Pembimbing Total Huruf
Kerja Kerja Kerja Nilai Mutu
Praktek Praktek Praktek
M. Fadel
1 442 14 014
Marjan Basir
Makassar, 2017
Pembimbing Kerja Praktek
Ir. Lewi, M. T.
NIP. 19650913 199103 1 006
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan
Praktek Kerja Lapang (PKL). Laporan Praktek Kerja Lapang (PKL) ini merupakan
salah satu mata kuliah yang wajib ditempuh di Jurusan Teknik Program Studi
Teknik Energi Terbarukan Politeknik Negeri Jember. Laporan ini disusun sebagai
pelengkap Laporan Praktek Kerja Lapang (PKL) yang telah dilaksanakan 3 bulan
pada tanggal 01 Agustus 2017 sampai 31 Oktober 2017 di PT. Indonesia Power Unit
Pembangkitan Bali unit Pesanggaran.
Dengan selesainya Laporan Praktek Kerja Lapang (PKL) ini tidak terlepas
dari bantuan banyak pihak yang telah memberikan masukan-masukan kepada
penulis. Untuk itu penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada :
1. Ibunda Nadirah Basir beserta keluarga besar yang berada di Makassar yang
selalu memberi bantuan dana dan do’a serta semangat hidup.
2. Dosen Pembimbing saya Bapak Ir. Lewi, M.T., yang telah membantu saya
dalam mengarahakan penyusunan Laporan Praktek Kerja Lapang (PKL) saya.
3. Bapak Dr. Ir. Hamzah Yusuf, M.Si., selaku Direktur Politeknik Negeri Ujung
Pandang.
4. Bapak Dr. Jamal, S.T., M.T., selaku Ketua Jurusan Teknik Mesin Politeknik
Negeri Ujung Pandang.
5. Bapak Ir. Laode Musa, M.T., selaku Ketua Program Studi Teknik Pembangkit
Energi Politeknik Negeri Ujung Pandang.
6. Bapak IGN. Agung Subawa Putra, selaku General Manager PT Indonesia
Power UP Bali Unit Pesanggaran.
7. Bapak I Wayan Suda, S.T., selaku Manager Operasi dan Pemeliharaan
PLTDG Unit Pesanggaran.
8. Bapak I Wayan Dwi Antara, selaku AMA Perencanaan SDM dan Organisasi
PT Indonesia Power UP Bali.
Penulis
I PLTG PESANGGARAN
1 ALSTHOM ATLANTIQUE PG - 5341 - P 21,35 17,65
Unit 1 16 - 02 - 1985
2 Unit 2 19 - 05 - 1993 GENERAL ELECTRIC MS 5000 L CW 20,10 18,30
3 WESTINGHOUSE 251 B 11 42,00 39,50
Unit 3 07 - 07 - 1994
4 WESTINGHOUSE CW 251 B 11 42,00 36,50
Unit 4 29 - 08 – 1994
II PLTDG PESANGGARAN
1 WARTSILA 18 V 50 DF 50,00 50,00
Blok 1 04 - 04 - 2015
2 WARTSILA 18 V 50 DF 50,00 50,00
Blok 2 10 - 04 - 2015 WARTSILA
3 18 V 50 DF 50,00 50,00
Blok 3 13 - 05 - 2015 WARTSILA
4 18 V 50 DF 50,00 50,00
Blok 4 04 - 06 -2015
IV PLTG PEMARON
1 Unit 1 09 - 09 - 2004 GENERAL ELECTRIC MS 7001 B-C 48,80 40,00
2 Unit 2 20 - 10 – 2005 GENERAL ELECTRIC MS 7001 B-C 48,80 40,00
II PLTD E 10 MW PESANGGARAN
PT. COGINDO
1 HYUNDAY HIMSEN 9H21/32 7 x 1.6 MW 10,00
Unit 1-7 17 - 01 - 2014
Tabel 2.2 Data Unit Pembangkit dan Unit Pembangkit Sewa di PT.
Indonesia Power UP Bali
Tabel 2.3 Data Unit Jasa Operasi dan Pemeliharaan PT. Indonesia Power UP Bali
3. Terhadap Pencahayaan
Pemantauan pencahayaan dilakukan di seluruh area kerja kantor.
Pemantauan dilakukan dengan cara mengukur apakah pencahayaan di suatu
ruangan yang sedang dipantau cukup atau tidak. Apabila pencahayaan kurang,
maka akan ditambahkan pencahayaan di ruangan tersebut. Hal ini dilakukan
sebagai upaya meningkatkan efisiensi kerja dan kenyamanan kerja.
Pemantauan air dilakukan kepada air limbah, air sumur, air sungai, dan air
laut. Dimana, pemantauan kepada air limbah dilakukan setiap satu bulan sekali
sedangkan pemantauan air sumur, air sungai, dan air laut dilakukan setiap enam
bulan sekali. Pemantauan dilakukan terhadap kualitas air, dimana setiap setelah
dilakukan pemantauan akan dibuat laporan hasil pemantauan sebagai bukti.
Limbah terbagi menjadi dua, yaitu limbah cair dan limbah padat. Yang
dimaksud dengan limbah padat yaitu seperti aki bekas, lap majun (kain lap yang
telah terkontaminasi limbah B3), dan lain sebagainya. Sedangkan yang dimaksud
dengan limbah cair yaitu minyak bekas, oli bekas, solar bekas, dan lain
sebagainya.
b. Lebar gang
c. Penumpukan kemasan
7. Penyimpanan limbah B3 dengan tangki
a. Mempunyai selokan
b. Bak penampungan (kedap air dan kap 110% dari kap tangki)
c. Memiliki atap
8. Pengumpulan
a. Harus memiliki izin pengumpulan limbah B3
b. Harus membuat catatan pengumpulan limbah B3 yang meliputi sumber,
jenis, tanggal masuk dan keluar, jumlah limbah B3, serta pengumpulan
limbah B3 selanjutnya)
c. Harus memiliki surat pelaporan pengumpulan limbah B3
d. Lokasi pengumpulan limbah B3 masih sesuaidengan persyaratan yaitu di
daerah bebas banjir tahunan dan lokasi cukup jauh dari fasilitas umum.
e. Bangunan pengumpulan limbah B3 serta sarana penunjangnya masih
dalam kondisi yang baik.
f. Perlengkapan fasilitas pengumpulan masih dalam kondisi baik dan
berfungsi dengan baik. Yaitu meliputi peralatan dan sistem pemadam
kebakaran, pembangkit listrik cadangan, fasilitas P3K, peralatan
komunikasi, gudang tempat penyimpanan peralatan, pintu darurat dan
alarm.
g. Bangunan pelengkap lainnya masih dalam kondisi baik dan berfungsi, yaitu
meliputi lap, fasilitas pencucian, fasilitas bongkar muatan, kolam
penampung darurat, dan peralatan penanganan tumpahan.
9. Pengangkutan limbah B3 harus mendapatkan rekomendasi Dari
Kementerian Lingkungan Hidup dan mendapatkan izin dari Dinas
Perhubungan. Karakteristik limbah yang diangkut harus sesuai dengan izin
yang didapatkan. Alat angkut yang digunakan dalam kondisi yang baik. Pada
proses ini, catatan manifest dan pelaporan akan diperiksa. Proses pengangkutan
3. Helm Pengaman
Digunakan untuk melindungi kepala pekerja terhadap kecelakaan yang
membahayakan kepala dan untuk meminimalisir terjadinya kecelakaan pada kepala.
3.2 Prinsip Kerja Pembangkit Listrik Tenaga Diesel Gas (PLTDG) Unit
Pesanggaran
Pembangkit Listrik Tenaga Diesel dan Gas (PLTDG) merupakan jenis
pembangkit listrik tenaga mekanis dengan cara melaksanakan proses pembakaran di
dalam mesin (internal combustion engine). Pembangkit listrik tenaga diesel ini
menggunakan mesin diesel untuk menggerakkan rotor generator sehingga dapat
menghasilkan daya listrik. Prinsip kerja dari PLTDG sama dengan prinsip kerja dari
mesin diesel. Dari proses pembakaran akan diperoleh tekanan yang tinggi sehingga
dapat menghasilkan tenaga. Udara murni dimampatkan (dikompresikan) dalam suatu
ruang bakar (silinder) sehingga diperoleh udara bertekanan serta panas, bersamaan
dengan itu disemprotkan solar. Bahan bakar yang disemprotkan berbentuk kabut
tersebut akan bercampur merata dengan udara panas sehingga terjadilah pembakaran.
Pembakaran yang berupa ledakan akan menghasilkan panas dalam ruang
bakar, temperatur dan tekananpun menjadi tinggi. Tekanan ini mendorong piston ke
bawah yang berkelanjutan dengan berputarnya poros engkol. Dari perputaran poros
engkol tersebut kemudian diteruskan ke generator sehingga menyebabkan generator
berputar dan menghasilkan energi listrik.
Menurut cara masukan udara pembakaran, motor diesel dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Motor dengan energy penghisapan secara alami (natural aspirated engine).
Udara masuk ke ruang pembakaran secara alami karena perbedaan tekanan
udara luar atas (TMA) ke titik mati bawah (TMB) langkah hisap.
2. Motor penghisapan dengan paksa (super charge engine) udara yang dihisap dari
udara lingkungan oleh blower yang mendapatkan energy dan turbin turbo
charge sehingga tekanan udara kompresi menjadi lebih besar.
Sesuai dengan diagram diatas, siklus diesel ideal dapat terdiri dari
beberapa langkah yaitu:
1. Langkah (e-a) adalah langkah hisap udara, pada tekanan konstan.
2. Langkah (a-b) adalah langkah kompresi, pada keadaan isentropik.
3. Langkah (b-c) adalah langkah pemasukan kalor, pada tekanan konstan.
4. Langkah (c-d) adalah langkah ekspansi, pada keadaan isentropik.
5. Langkah (d-a) adalah langkah pengeluaran kalor, pada tekanan konstan.
Dalam pengoperasiannya, mesin diesel tidak berjalan pada siklus volume-
konstan, siklus tekanan-konstan, atau siklus tekanan-terbatas. Hal ini dikarenakan
adanya penyimpangan, dan penyimpangan dari siklus udara ideal itu terjadi
karena dalam keadaan yang sebenarnya terjadi kerugian yang antara lain
disebabkan oleh hal berikut:
1. Kebocoran fluida kerja karena penyekatan oleh cincin torak dan katup tak dapat
sempurna.
2. Katup tidak di buka dan ditutup tepat di TMA dan TMB karena pertimbangan
dinamika mekanisme katup dan kelembaman fluida kerja. Kerugian tersebut
dapat diperkecil bila saat pembukaan dan penutupan katup disesuaikan dengan
besarnya beban dan kecepatan torak.
3. Fluida kerja bukanlah udara yang dapat dianggap sebagai gas ideal dengan
kalor spesifik yang konstan selama proses siklus berlangsung.
4. Pada motor bakar torak yang sebenarnya, pada waktu torak berada di TMA,
tidak terdapat proses pemasukan kalor seperti pada siklus udara. Kenaikan
tekanan dan temperatur fluida kerja disebabkan oleh proses pembakaran antara
bahan bakar dan udara di dalam silinder.
5. Proses pembakaran memerlukan waktu, jadi tidak berlangsung sekaligus.
Akibatnya, proses pembakaran berlangsung pada volume ruang bakar yang
berubah-ubah karena gerakan torak. Dengan demikian, proses pembakaran
harus sudah dimulai beberapa derajat sudut engkol sebelum torak mencapai
TMA dan berakhir beberapa derajat sudut engkol sesudah torak bergerak
kembali dari TMA menuju TMB. Jadi, proses pembakaran tidak dapat
berlangsung pada volume atau pada tekanan yang konstan. Di samping itu,
pada kenyataannya tidak pernah terjadi pembakaran sempurna. Karena itu daya
dan efisiensinya sangatlah bergantung kepada perbandingan campuran bahan
bakar-udara, kesempurnaan bahan bakar-udara itu bercampur, dan saat
penyalaan.
6. Terdapat kerugian kalor yang disebabkan oleh perpindahan kalor dari fluida
kerja ke fluida pendingin, terutama pada langkah kompresi, ekspansi, dan pada
waktu gas buang meninggalkan silinder. Perpindahan kalor tersebut terjadi
karena terdapat perbedaan temperatur antara fluida kerja dan fluida pendingin.
Fluida pendingin diperlukan untuk mendinginkan bagian mesin yang menjadi
panas, untuk mencegah bagian tersebut dari kerusakan.
7. Terdapat kerugian energi kalor yang dibawa oleh gas buang dari dalam silinder
ke atmosfer sekitarnya. Energi tersebut tak dapat dimanfaatkan untuk
melakukan kerja mekanik.
8. Terdapat kerugian energi karena gesekan antara fluida kerja dengan dinding
salurannya.
Mesin diesel memiliki nilai efisiensi yang lebih baik dibanding mesin otto
dikarenakan bahan bakar diesel memiliki kandungan energi spesifik yang lebih
tinggi dan mesin diesel memiliki karakteristik inheren seperti rasio kompresi yang
lebih tinggi, yang membuat mesin diesel dapat menghasilkan keluaran daya yang
lebih baik dengan jumlah bahan bakar yang sama. Unit yang digunakan oleh PT.
Indonesia Power UP Bali, Wärtsilä 18V50DF, memiliki rated efficiency sebesar
39,9%.
bahan bakar saat mesin beroperasi. Cylinder liner juga merupakan tempat
bergeraknya piston seiring siklus operasi mesin.
b. Blok Silinder
c. Injektor
d. Nozzle
Nozel adalah bagian yang vital pada komponen mesin diesel. Fungsinya
sebagai penyemprot dan pengabutkan bahan bakar di dalam ruang bakar. Pada
mesin tipe ini bahan bakar langsung disemprotkan keruang bakar. Penyemprotan
bahan bakar terjadi beberapa derajat sebelum langkah usaha. Biasannya nozzle di
gunakan pada mesin diesel yang mengadopsi fuel pump ( pompa solar) tipe
distributor dan dibagi 2 per silinder. Dimana nozzle ada yang bertugas mengatur
jumlah solar yang masuk sesuai spesifikasi. Biasannya pada tipe ini
menggunakan pipa bertekanan tinggi dan dengan panjang yang sama sebagai jalur
solar antara fuel pump hingga nozzle.
e. Piston
Piston merupakan salah satu dari empat komponen utama penyusun ruang
bakar. Piston berfungsi sebagai komponen bergerak didalam cylinder liner yang
memungkinkan terjadinya aliran, kompresi, maupun ekspansi campuran udara –
bahan bakar. Piston terhubung dengan connecting rod sebagai komponen slider
pada prinsip mekanisme slider-crank.
f. Connecting Rod
g. Crankshaft
h. Fly wheel
i. Bantalan Bearing
j. Cylinder Head
k. Rocker Arm
Rocker Arm ini berfungsi sebagai pergerakan dari pada katup IN dan EX
diatur oleh rocker arm melalui putaran poros camshaft dan diteruskan pada push
rod.
l. Camshaft
Sistem bahan bakar pada mesin diesel multi bahan bakar meliputi adanya
sistem commonrail injector untuk bahan bakar cair dan sistem gas admission
untuk bahan bakar gas. Sistem diatur secara otomatis dengan unit control tiap
mesin tergantung dari mode pengoperasian mesin.
Pada mode diesel, mesin beroperasi sepenuhnya dengan bahan bakar cair,
baik dengan Light Fuel Oil maupun High Speed Dissel. Mesin beroperasi dengan
siklus diesel dimana bahan bakar diinjeksikan setelah udara dikompresi pada
ruang bakar.
Pada mode dual-fuel, mesin beroperasi dengan bahan bakar gas sebagai
bahan bakar utama dan bahan bakar cair sebagai pilot fuel. Pada mode ini, udara
dicampur dengan bahan bakar gas melalui gas admission valve pada intake
manifold untuk kemudian dikompresi di ruang bakar. Sesaat sebelum titik mati
atas, bahan bakar cair diinjeksikan untuk mengawali pembakaran dan ekspansi
keseluruhan campuran udara-bahan bakar.
Fluida sisa pembakaran yang telah keluar melalui katup outlet akan dibawa
oleh exhaust manifold menuju turbocharger, atau yang lumrah disebut dengan
turbo. Turbocharger berfungsi untuk memanfaatkan kembali energi kinetik yang
terdapat pada aliran gas buang mesin untuk memutar bilah turbin. Bilah turbin
tersebut terkopel pada bilah kompresor yang selanjutnya digunakan untuk
menghisap masuk udara pada intake manifold.
Penggunaan turbocharger dapat meningkatkan efisiensi volumetris mesin,
sehingga daya keluaran mesin akan lebih baik daripada mesin diesel yang tidak
menggunakan turbocharger dan efisiensi keseluruhan akan meningkat.
p. Radiator
Sistem pendingin utama pada sebuah Pusat Listrik Tenaga Mesin Gas
(PLTMG) biasanya berupa instalasi tower pendingin (cooling tower) ataupun
berupa radiator. Kedua peralatan tersebut berfungsi untuk menurunkan
temperatur air pendingin (cooling water) yang dipergunakan untuk mendinginkan
bagian mesin gas, pelumas dan turbocharger.
Sistem pelumasan mesin pada diesel skala pembangkit listrik di atur oleh
pompa sirkulasi minyak pelumas yang langsung didayai oleh mesin. Kesatuan
sirkulator minyak pelumas tersebut terdiri dari pompa, katup regulator, saluran
distribusi dan filter sentrifugal. Sistem yang memerlukan komponen-komponen
tersebut merupakan sistem sirkulasi dry-sump, dimana reservoir oli tidak berada
bada base plate mesin melainkan menggunakan reservoir khusus untuk
menampung keseluruhan minyak pelumas.
Sistem pendinginan pada diesel skala pembangkit listrik terdiri dari 2 jalur,
yaitu Low Temperature Circuit (LT) dan High Temperature Circuit (HT). Kedua
jalur tadi dibedakan berdasarkan alurnya, dimana jalur LT merupakan jalur fluida
pendingin sebelum memasuki blok mesin dan HT merupakan jalur fluida
pendingin yang telah keluar dari blok mesin. Pendinginan dan sirkulasi dilakukan
pada radiator dan pompa sirkulasi terpisah yang tidak merupakan satu kesatuan
dari mesin.
3.5.4 Sistem udara masuk & sistem gas buang (Charge Air & Exhaust Gas
System)
Sistem udara masuk dan sistem gas buang merupakan sistem yang sangat
penting pada sistem pembakaran pada sebuah mesin. Sistem ini bertujuan untuk
menyediakan udara yang bersih, kering dan dingin ke dalam ruang bakar. Untuk
menambah suplai udara ke dalam ruang bakar maka mesin dilengkapi dengan
turbocharger sehingga bahan bakar dapat terbakar dengan sempurna. Udara yang
melewati turbocharger akan mengalami kenaikan temperatur ±50°C, kemudian
akan didinginkan di Charger Air Cooler menggunakan media Low Temperatur
(LT) Water selanjutnya masuk ke dalam ruang bakar. Turbocharger diputar
dengan memanfaatkan gas buang udara sisa pembakaran mesin (Exhaust Gas).
4.1 Sistem Udara Masuk dan Sistem Gas Buang (Charge Air dan Exhaust
Gas System)
Sistem Udara untuk mesin gas secara kasar dapat dikelompokkan menjadi
dua bagian yaitu, sistem udara pembakaran (Charge Air) dan sistem udara sisa
pembakaran (Exhaust). Sistem udara pembakaran adalah sistem yang mengatur
banyaknya udara yang dibutuhkan oleh mesin untuk beroperasi termasuk
menyesuaikan spesifikasinya agar sesuai dengan kebutuhan mesin.
Sistem udara masuk dan gas buang merupakan sistem yang sangat penting
pada system pembakaran pada sebuah mesin. Sistem ini bertujuan untuk
menyediakan udara yang besih, kering dan dingin ke dalam ruang bakar (Cylinder
Liner). Untuk menambah supplay udara ke dalam ruang bakar maka mesin
dilengkapi dengan Turbocharger sehingga bahan bakar dapat terbakar dengan
sempurna.
Sebelum masuk ke dalam mesin, dilakukan penyaringan (filtration)
terhadap debu dan kotoran. Selanjutnya untuk meingkatkan efisiensi mesin, udara
sebelum memasuki ruang bakar akan ditingkatkan tekanan dan temperaturnya
supaya dapat mendekati terhadap tekanan dan temperatur bakarnya. Untuk itu
digunakan alat bantu Turbocharger.
Udara yang melewati Turbocharger akan mengalami kenaikan temperature
±50oC, kemudian akan didinginkan di Charger Air Cooler menggunakan media
Low Temperature (LT) water dan selanjutnya masuk ke dalam ruang bakar.
Turbocharger berputar dengan memanfaatkan gas buang udara sisa pembakaran
mesin (Exhaust Gas). Pada mesin Warstila PLTDG 200 MW Pesanggaran,
kecepatan putar Turbocharger adalah sebagai berikut:
Kecepatan
Beban Mesin Beban Mesin Pressure
Turbocharger
(MW) (%) (bar)
(rpm)
14430 10 10 1,8
18000 16,6 100 3,4
Komponen pada system udara masuk dan gas buang adalah sebagai berikut:
1. Charge Air Filter
2. Charge Air Silencer
3. Turbocharger
4. Charge Air Cooler
5. Exhaust Gas Silencer
6. Repture Disk
7. Stacks
Prinsip kerja Charge Air Cooler (CAC) sesuai fungsinya yaitu komponen
yang dapat mengkondisikan udara yang akan masuk dalam mesin. Output
Turbocarge yang berupa udara bertekanan dan memiliki temperature yang tinggi
akan masuk dan melewati sirip-sirip yang terdapat dalam Charge Air Cooler
(CAC) tersebut. Dalam satu mesin memiliki dua Charge Air Cooler (CAC)
dimana dari dua komponen tersebut dialirkan air dengan suhu rendah (Low
Temperature) dan air dengan suhu tinggi (High Tempeature). Untuk udara yang
masuk Charge Air Cooler (CAC) yang menggunakan air (Low Temperature)
inilah yang akan melewati proses pembakaran dan proses pendinginan mesin
(Engine), kemudian untuk udara yang masuk Charge Air Cooler (CAC) yang
menggunakan air (High Tempeature) akan masuk pada sistem exhaust gas.
Inspeksi harian
Mekanisme
Periksa gerakan mesin
control
Detektor embun
Amati saat operasi normal
oli
Bagian sistem
Pemeliharaan yang dilakukan
atau komponen
Poros engkol Pada mesin yang diam, putar poros engkol ke posisi
(crankshaft) yang baru
Bagian sistem
Pemeliharaan yang dilakukan
atau komponen
Peredam tekanan
denyut minyak
Periksa kandungan air peredam tekanan denyut dan
pelumas (jika
tambahkan air jika dibutuhkan
komponen
terpasang)
Detektor embun
Bersihkan detektor embun oli. Periksa tekanan hisap
oli (jika komponen
berdasarkan pada instruksi manufaktur.
terpasang)
Bagian sistem
Pemeliharaan yang dilakukan
atau komponen
4.5.1 Turbocharger
Dimana:
1. Pipa kuras dari penangkap kabut
2. Pipa kuras dari udara pendingin Charge Air Cooler (CAC)
3. Orifis Throttle
Dari prinsip kerja Charge Air Cooler (CAC) ini adalah udara yang
disupplay Turbocharger akan bersinggungan dengan pipa-pipa yang dialiri oleh air
dengan Low Temperatur (LT) water sehingga udara yang akan diserap oleh pipa-
pipa pendingin dan udara yang akan lewat akan menjadi lebih dingin sehingga
terjadi kondensasi yang menghasilkan air kondensat.
Pembangkit Listrik Tenaga Diesel Gas (PLTDG) 200 MW Unit
Pesanggaran menggunakan air sumur untuk keperluan unit pembangkit yang
masih memerlukan pengolahana sehingga sesuai dengan standar mut air yang
baik. Dengan pemanfaatan air kondensat ini, dapat menambah supplay air bersih
untuk keperluan unit dan mengurangi proses pengolahan air dan juga air yang
mengalir dari Charge Air Cooler (CAC) tidak langsung dibuang ke Oil Water
Treatment sebaiknya ditampung dan digunakan untuk keperlua lainnya.
Volume air kondensat yang dihasilkan oleh Charge Air Cooler (CAC)
dipengaruhi oleh kelembabab udara dan kecepatan putar Turbocharger. Suhu air
kondensat yang dihasilkan Charge Air Cooler (CAC) sekitar ±50oC, sehingga air
5.1 Pressure Charge Air Cooler (CAC) Sebelum Pemeliharaan 10.000 Jam.
5.1.1 Prosedur Pengambilan Data Pressure Charge Air Cooler (CAC)
Pengambilan nilai tekanan Charge Air Cooler (CAC) dilakukan
menggunakan alat Pressure Diff Indikator seperti gambar dibawah ini.
5. Selanjutnya memasang dua kabel indikator (+) dan (-) ke alat Pressure Diff
Indikator seperti gambar dibawah ini.
6. Setelah kedua kebel terpasang, kabel indikator yang (+) dihubungkan ke salah
satu baut yang terdapat disebelah kanan.
7. Dan kabel indicator (-) dihubungkan ke salah satu baut yang terdapat disebelah
kiri seperti ambar dibawah ini.
8. Kemudian ditunggu sampai nilai pressure dari Charge Air Cooler (CAC)
muncul seperti gambar dibawah ini.
9. Dari alat Pressure Diff Indikator nilai pressure dapat diubah-ubah satuannya,
namun satuan yang digunakan saat ini ialah Bar.
10. Selanjutnya mencatat nilai pressure dengan berulang kali pengambilan data.
Dari diatas, diambil pada hari Selasa tanggal 15 Agustus 2017 pada unit
atau engine 2. Nilai tekanan tersebut sudah melebihi nilai standar yang seharusnya
terdapat pada komponen Charge Air Cooler (CAC) sebesar 50 mbar. Hal ini
menyebabkan udara yang seharusnya dapat diturunkan tekanan dan temperaturnya
tidak bisa bekerja secara maksimal. Dan udara yang masuk ke ruang bakar terlalu
panas atau temperaturnya tinggi, keadaan seperti ini menyebabkan udara yang
akan dikompresi dalam ruang bakar akan pecah dan pembakaran tidak akan
sempurna.
Pembakaran yang tidak sempurna ini tidak menutup kemungkinan bahan
bakar yang seharusnya digunakan dalam proses pembakaran tidak seluruhnya
diproses, hal ini menyebabkan sisa bahan bakar akan masuk kelangkah buang dan
menyebabkan temperature yang terdapat pada sistem gas buang (Exhaust Gas)
akan mengalami kenaikkan. Jika temperature Exhaust Gas tinggi akan
menyebabkan beban yang dihasilkan engine tersebut tidak dapat dinaikkan, jika
tetap dipaksa untuk menaikkan beban akan semakin tinggi tripnya atau
kemungkin engine itu mengalami troble. Maka dari itu tempetarue tidak boleh
terlalu tinggi atau terlalu rendah karena ada nilai batas-batasan tertentu. Nilai
pressure diatas juga berpengaruh kepada temperature udara yang masuk ke
Charge Air Cooler (CAC), temperatur udara masuk ke engine, tekanan udara
masuk ke engine, beban, dan temperature gas buang (Exhaust Gas).
5.2.2 Alat yang digunakan untuk Pencucian Komponen Charge Air Cooler (CAC)
Berikut adalah sekilas dari gambar alat pencucian sederhana
yang digunakan untuk proses pencucian komponen Charge Air Cooler (CAC):
5.3.2 Data pada Sistem Udara Masuk dan Sistem Gas Buang (Charge Air dan
Exhaust Gas System) sesudah pemeliharaan 10.000 jam.
Data Sistem Udara Masuk dan Sistem Gas Buang (Charge Air dan Exhaust
Gas System) dibawah ini diambil pada tanggal 18 Agustus 2017, sebagai berikut:
Tabel 5.2 Data Sistem Udara Masuk dan Sistem Gas Buang (Charge Air dan
Exhaust Gas System).
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan topik pembahasan tentang “ PENGARUH PRESSURE
DROP CHARGE AIR COOLER TERHADAP PENURUNAN BEBAN
PADA PEMELIHARAAN 10.000 JAM ENGINE 2 PLTDG 200 MW PT.
INDONESIA POWER UP BALI ” dapat disimpulkan bahwa proses pemeliharaan
yang rutin sangat dibutuhkan untuk keberlangsungan operasional keseluruhan unit
Pembangkit Listrik Tenaga Diesel Gas (PLTDG) 200 MW Unit Pesanggaran ini.
Hal tersebut dapat dilihat dari data sesudah dan sebelum pemeliharaan
10.000 jam pada unit 2, khususnya pada komponen Charge Air Cooler (CAC).
Dimana nilai pressure drop Charge Air Cooler (CAC) lebih tinggi sebelum
pemeliharaan dari pada sesudah pemeliharaan 10.000 jam. Dan mengalami penurunan
sekitar 10 mbar dari data sesudah pemeliharaan.
Nilai pressure drop yang semakin tinggi dapat menyebabkan Charge Air
Cooler (CAC) tidak bekerja secara optimal. Dan berpengaruh terhadap proses
pendinginan udara yang akan masuk engine atau mesin. Hal tersebut menyebakan
udara masuk engine akan panas dan memiliki tekana yang rendah. Keadaan inilah
yang mengganggu proses pembakaran dan hasil udara sisa pembakar akan memmiliki
temperature yang sangat tinggi. Dan menyebabkan mode autodereating aktif
secara otomatis beban akan diturunkan.
6.2 Saran
Dari keseluruhan proses pemeliharaan 10.000 jam, lebih ditingkatkan lagi
untuk mengurangi gangguan-gangguan pada seluruh komponen Pembangkit
Listrik Tenaga Diesel Gas (PLTDG) 200 MW Unit Pesanggaran agar pada saat
beroperasi seluruh unit dapat mencapai beban yang diinginkan. Namun, pada
dasarnya batasan pembebanan pada mesin tida hanya dipengaruhi oleh pressure drop
harge Air Cooler (CAC), tetapi banyak factor lain seperti peralatan instrumentasi dan
knocking yang terjadi pada proses pembakaran.
Pardosi J., 2015. Pemanfaatan Air Kondensat Charge Air Cooler pada PLTDG 200
MW Pesanggaran. Project Assignment On The Job Training. Hal. 9
W. Eko C., dkk. 2016. Sistem Kerja pada Pengoperasian PLTDG 200 MW PT.
Indonesia Power UP. Bali. Laporan Praktek Kerja Lapang. Politeknik
Elektronika Negeri Surabaya.
LAMPIRAN