DISUSUN OLEH :
Laporan kerja ini telah Disetujui dan Disahkan Sebagai Salah Satu Syarat Praktek Kerja
Lapangan DIII Teknik Elektro Medik Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Semarang.
Menyetujui :
Mengesahkan
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha ESA karena dengan
rahmat dan nikmat sehat, akal, pikiran yang diberikan-Nya, sehingga kami dapat
menyelesaikan laporan kegiatan Praktek Kerja Lapangan yang telah di laksanakan mulai
tanggal 14 November 2022 – 06 Januari 2023.
Laporan ini merupakan hasil kegiatan penulis selama mengikuti Praktek Kerja
Lapangan di RST Tk.II dr. Soedjono Magelang. Penyusun berharap agar laporan ini dapat
menjadi gambaran dan bahan referensi dalam mengenal dunia kerja dan mampu menerapkan
materi yang di pelajari di kampus dan dapat diterapkan di dunia kerja.
Dari Praktek Kerja Lapangan ini penulis banyak mendapatkan pelajaran dan
pengalaman yang mungkin belum penulis dapatkan dari kampus. Dengan adanya Praktek Kerja
Lapangan ini penulis dapat secara langsung mengetahui alat-alat kesehatan serta terlibat
langsung dalam pengoperasian memperbaiki, perbaikan, kalibrasi, serta training alat tersebut
dengan begitu bisa meningkatkan pengetahuan penulis khususnya di bidang Elektromedik.
Dapat terlaksananya kegiatan Praktek Kerja Lapangan ini tidak terlepas dari dukungan
dan kerjasama dari berbagi pihak, hingga penulis dapat melaksanakan kegiatan Praktek Kerja
Lapangan dengan baik dan benar. Oleh karena itu tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih
kepada Tuhan Yang Maha Esa serta terima kasih kepada pihak yang terlibat, yaitu :
1. KA RUMKIT Tk.II 04.05.01 dr. Soedjono Magelang, bapak Kolonel Ckm dr. Deddy
Firmansyah, Sp.OT.
2. Bapak Anwar Sani selaku kepala Jangmed di RST Tk.II dr. Soedjono Magelang.
3. Bapak Agus Salim Yahya, selaku pembimbing Praktek Kerja Lapangan di RST Tk.II
dr. Soedjono Magelang.
4. Bapak Damar Kuncoro Aji, selaku teknisi bidang Elektromedik yang telah berkenan
memberikan ilmu dan pengalaman kepada penulis selama mengikuti Praktek Kerja
Lapangan di RST Tk.II dr. Soedjono Magelang.
5. Bapak Bambang Sukowati selaku ketua Instaldik dan semua staf yang telah berkenan
memberikan ilmu dan pengalaman kepada penulis selama mengikuti Praktek kerja
lapangan di RST Tk.II dr Soedjono Magelang.
6. Bapak Muhammad Rasyid Ibadurahman A.M, selaku teknisi bidang Elektromedik yang
telah berkenan memberikan ilmu dan pengalaman kepada penulis selama mengikuti
Praktek Kerja Lapangan di RST Tk.II dr. Soedjono Magelang.
iii
7. Mba fitri selaku Admin dibidang Elektromedis yang telah berkenan memberikan ilmu
dan pengalaman kepada penulis selama mengikuti Praktek Kerja Lapangan di RST Tk
II dr Soedjono Magelang.
8. Seluruh karyawan RST Tk.II dr. Soedjono Magelang yang tidak dapat penulis sebutkan
satu persatu.
9. Direktur STIKES Semarang bapak Patrisius Kusi Olla, ST. MT
10. Bapak Patrisius Kusi Olla, ST. MT. selaku dosen pembimbing kegiatan Praktek Kerja
Lapangan.
11. Kepada kedua orang tua penulis yang telah memberikan dukungan dan doa untuk
penulis.
12. Serta juga kepada teman teman Angkatan 23 STIKES Semarang dan rekan Praktek
Kerja Lapangan semoga selalu dilancarkan urusannya dalam pembuatan Tugas Akhir.
13. Dan semua pihak yang telah ikut serta memberikan bantuan dan dorongan dalam
proses penyelesaian laporan ini.
Penulis sadar bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu kritik dan
saran yang membangun sangat penulis harapkan, demi kesempurnaan laporan ini. Akhir kata
penulis mengucapkan terima kasih banyak dan mohon maaf yang seikhlas-ikhlasnya apabila di
dalam laporan penulis masih banyak kekurangan dan kesalahan. Semoga bermanfaat bagi
penulis sendiri dan bagi khalayak pembaca.
Wassalamualaikum.
iv
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................................................... ii
DAFTAR TABLE................................................................................................................................... ix
BAB 1 ..................................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................................................. 1
vi
DAFTAR GAMBAR
viii
DAFTAR TABLE
ix
BAB 1
PENDAHULUAN
Adapun uraian waktu dan tempat penulis melakukan Praktek Kerja Lapangan (PKL)
lakukan adalah sebagai berikut:
Waktu : 14 November 2022 – 06 Januari 2023
Tempat : RST Tk.II dr. Soedjono Magelang
1.3 Tujuan
Adapun tujuan praktek kerja lapangan meliputi tujuan umum dan tujuan khusus.
1.3.1 Tujuan Umum
c. Lebih tanggap terhadap fenomena-fenomena yang terjadi di lapangan (dalam hal ini
Rumah Sakit).
d. Memperoleh informasi baru sebagai bahan masukan bagi mahasiswa untukmendalami
masalah-masalah teknik lebih lanjut.
2
d. Mampu beradaptasi dengan profesi lainnya di pelayanan kesehatan.
e. Mendalami satu sistem atau lebih peralatan elektromedik yang nantinya dapat
dijadikan pembuatan tugas akhir.
1.4 Manfaat
Adanya PKL Rumah Sakit ini diharapkan dapat mencapai beberapa manfaat, yaitu :
1. Bagi Mahasiswa:
Dapat meningkatkan wawasan keilmuan mahasiswa tentang situasi dalam dunia kerja
khususnya di Rumah Sakit.
2. Bagi Program Studi:
Dapat menjadi tolok ukur pencapaian kinerja program studi khususnya untuk
mengevaluasi hasil pembelajaran oleh instansi tempat PKL serta dapat menjalin
kerjasama dengan instansi tempat PKL.
3. Bagi Instansi Tempat PKL:
Dapat menjadi bahan masukan bagi instansi untuk menentukan kebijakan rumah sakit
di masa yang akan datang berdasarkan hasil pengkajian dan analisis yang dilakukan
mahasiswa selama PKL.
3
BAB II
Gambar 2.1 di atas adalah tampak depan Rumah Sakit Tentara (RST) dr. Soedjono
Magelang. Rumah Sakit (Rumkit) Tk.II dr. Soedjono Magelang sebagai Rumah Sakit TNI-AD
dan pusat pelayanan rujukan kesehatan Angkatan Darat di wilayah kodam IV/ Diponegoro
dalam perjalanannya telah banyak mengalami perkembangan dan pencapaian yang cukup
pesat. Sejak saat didirikan sampai dengan tahun 1986 kondisi bangunan rumah sakit tidak
banyak mengalami perubahan atau penambaha bangunan. Kalaupun ada sifatnya hanya
pemeliharaan/perbaikan bangunan yang ada. Namun, sejak 20 tahun terakhir tepatnya era tahun
2000 hingga sekarang, Rumkit Tk.II 04.05.01 dr. Soedjono telah mengalami perkembangan
dan pencapaian yang sangat pesat.
Tahun 2011 terdapat penambahan bangunan yaitu gedung ICU dengan kapasitas 12
tempat tidur yang merupakan bantuan hibah dari Pemerintah Provinsi Jawat Tengah yang
pengoperasiannnya secara resmi digunakan bulan April Tahun 2012, serta perbaikan ruang
rawat inap Taruna pada tahun 2012.
Tahun 2013 hingga tahun 2014 telah diperbaikinya sarana dan prasarana pendukng
pelayanan rumah sakit, diantaranya pemasangan paving lapisan tenis, bangunan lapangan tenis,
pengeramikan ruang dan dinding luar kantor staf, pengadaan pintu kamar mandi ruang Edelweis,
4
IGD dan Dahlia, pengecatan bertahap seluruh ruangan, pengeramikan dinding ruang HD,
pembanguan ruang tunggu poliklinik, pembangunan kantor PPBP-AD, pembangunan tempat
laundry, penambahan AC (air conditioner), pembuatan taman depan rumah sakit da lain-lain.
Semuanya bertujuan agar palayanan kesehatan yang diberikan di Rumkit TK.II dr, Soedjono
dapat dilaksanakan secara maksimal.
Struktur organisasi di RST Tk.II Dr. Soedjono Magelang ditunjukkan pada gambar 2.2
berikut ini.
5
2.3 Bagian Penunjang Medis ( JANGMED)
Struktur organisasi seksi penunjang medis di RST Tk.II Dr. Soedjono Magelang ditunjukkan
pada Gambar 2.3 berikut ini.
KA RUMKIT
WAKA
3. Operator Utility, Jangmed sebagai penyedia sarana dan prasarana di rumah sakit,
sumber air bersih, sumber listrik PLN, catu daya pengganti khusus (CDPK) Genset,
dan Lift Elevator.
6
4. Maintenance, pemeliharaan dan perawatan rutin.
8. Rujukan perbaikan.
Adapun tugas Penata Alkes yang ada di RST Tk.II dr. Soedjono Magelang sebagai
berikut:
2.4.2.4 Dan tugas yang diberikan atasan / pimpinan langsung (Surat Tugas).
2.5 Prosedur Peralatan Elektromedis
Prosedur peralatan ini berisi data yang berkaitan dengan aspek teknis setiap type / model
alat, mencakup nama alat, merk, model / type, nama perusahaan yang menanganinya, apakah
7
mempunyai operating manual dan service manual, kalau tidak memilikinya maka perlu
diusahakan kepada agen atau instansi lainnya agar dapat dipenuhi, delnya sama.
Total peralatan yang tertuang dalam lembar inventaris ini akan menjadi beban kerja
pemeliharaan. Dari data ini akan dapat diprediksi kebutuhan aspek pemeliharaan. Dari data ini
akan dapat diprediksi kebutuhan aspek pemeliharaan secara keseluruhan, sehingga
pemeliharaan peralatan alat dilakukan oleh pengelola pemeliharaan dan ditinjau secara
periodik, paling tidak setahun sekali dan setiap ada perubahan atau penambahan alat yang baru.
Berikut manfaat dan inventaris alat medik tersebut :
1. Untuk mengetahui kondisi kesehatan di ruangan.
RST TK.II 04.05.01 dr. Soedjono Magelang memiliki visi, misi, moto, dan tujuan rumah
sakit sebagai penentu arah kebijakan dalam perencanaan program. Moto dari RST dr. Soedjono
yaitu sebagai berikut:
a. Senyum
b. Salam
c. Sapa
d. Sopan
e. Santun
8
BAB III
URAIAN KEGIATAN
3.1 Pembahasan Peralatan Medik
Selama pelaksanaan PKL di RST Tk.II Dr. Soedjono Magelang alat yang kami tangani
dan kami pelajari antara lain :
Gambar 3.1 di bawah ini merupakan gambar unit patient monitor merk DST di
RST Tk.II Dr. Soedjono Magelang
(Sumber : http://www.pt-asm.com/ds-5000a.html)
Merk : DST
Type : DS-5000A
Power : 80 VA
9
Nominal voltage : 12 V
Capacity : 2400 mAh
Operating time : >1 hour (when the battery is fully charged and the monitor measures
the blood pressure every ten minutes).
Charge time : 6 hours
HARDWARE SPECIFICATIONS :
Display
Speaker : Giving audio alarms, heart beat tones, pulse tones and prompt tones
for wrong operation.
Controll
Patient monitor adalah suatu alat yang difungsikan untuk memonitor kondisi
fisiologis pasien. Dimana proses monitoring tersebut dilakukan secara real-time,
sehingga dapat diketahui kondisi fisiologis pasien pada saat itu juga.
3. Parameter Patient Monitor
Parameter adalah bagian-bagian fisiologis dari pasien yang diperiksa melalui patient
monitor. Jika kita ketahui ada sebuah patient monitor dengan 5 parameter, maka yang
dimaksud dari lima parameter tersebut adalah banyaknya jenis pemeriksaan yang bisa
10
dilakukan oleh patien tmonitor tersebut. Pada patient monitor terdapat 7 parameter,
tetapistandarnya patient monitor adalah 5 parameter.
Respiration rate adalah laju pernafasan dalam satu menit. Nilai respiration rate
didapatkan dengan pemasangan lead ECG pada RA (Right Arm) dan LL (Left Leg).
Respiration rate memiliki satuan BPM (Breaths per menit)
2) Temperature
c. Oral : di mulut
d. Axila : di ketiak
Heart rate adalah laju detak jantung dalam satu menit. Nilai heart rate dapat diambil
dari pemasangan elektroda ECG, namun selain itu heart rate juga dapat diambil dari
pemasangan SpO2 dan NIBP. Satuan dari heart rate adalah BPM (Beats per menit).
4) NIBP (Non Invasive Blood Pressure)
NIBP adalah tekanan darah yang diukur tanpa memasukan sesuatu ke dalam tubuh, atau
dapat dikatakan pengukuran dilakukan diluar tubuh. Pemasangan manset dengan cara
dicari arterinya lalu dipasang di atas dua jari. Terdapat 3 nilai yang didapat untuk
dewasa, anak, dan bayi yaitu systolic, diastolic, dan mean yaitu:
a. Manual : Akan memompa saat tombol NIBP ditekan.
SpO2 digunakan untuk mengetahui kadar oksigen dalam darah atau saturasi oksigen
dalam darah. Mode nya adalah non invasive. Alat ini menghitung saturasi oksigen
11
menggunakan sensor Nellcor. Perbedaan Blood Gas Analyzer (BGA) dan SpO2 yaitu
SpO2 hanya memonitor saturasi oksigennya sedangkan BGA untuk mengukur kadar O2
dan CO2.
6) ETCO2 (end tidal CO2)
Pada parameter ini berfungsi untuk pengukuran kadar karbondioksida dari system
pernafasan pasien. Manfaatnya untuk membantu mendiagnosa berbagai gangguanklinis
termasuk emboli paru, gagal jantung, pendarahan akut dll
7) IBP (optional)
Sama seperti NIBP, tetapi IBP kita mengambil tekanan darah langsung melalui
pembuluh darah .
4. Cara Mengoperasikan Alat Patien Monitor
Berikut adalah cara pengoprasian Patient Monitor :
1) Siapkan aksesoris dan pasang sesuai kebutuhan.
7) Hubungkan patient cable, stap dan chest electrode ke pasien dan pastikan sudah
terhubung dengan baik.
8) Lakukan monitoring.
9) Lakukan pemantauan display terhadap heart rate, ECG wave form, pulse,
10) Setelah pengoperasian selesai matikan alat dengan menekan tombol ON/OFF.
14) Pastikan bahwa unit dalam kondisi baik dan siap difungsikan lagi.
12
16) Simpan alat dan aksesoris ke tempat semula.
5. Aksesories pada Pasien Monitor
13
6. Perawatan Preventif Pada Pasien Monitor
Memriksa casing, layar tampilan, tombol dan tombol untuk tanda-tanda yang jelas
kerusakan. Dan berikut cara perawatannya:
1. Periksa kabel daya, braket pemasangan di dinding, dan aksesoris untuk mengetahui
tanda-tanda yang jelas kerusakan.
2. Periksa semua koneksi eksternal untuk konektor longgar, pin bengkok, atau kabel
berjumbai.
3. Periksa semua konektor pada peralatan untuk konektor longgar atau pin bengkok.
4. Pastikan bahwa label keamanan dan pelat data pada peralatan jelas terbaca.
Kerusakan yang sering dijumpai pada saat PKL di RST TK.II dr. Soedjono Magelang,
biasanya Kerusakan pada Motor penggerak NIBP yang dimana terdapat penyumbatan pada
motor NIBP yang menyababkan daya hisap tidak maksimal menuju selang. Hal yang dilakukan
biasanya Membersikan bagian motor yang kesumbat agar daya hisap Maksimal menuju selang,
sehingga Pengukuran menggunakan NIBP sesuai dengan batas toleransi yang tepat. Selain itu
kerusakan lainnya yang Biasa dijumpai pada aksesoris SPO2 Pada pasien monitor, dimana
sensor yang ada pada SPO2 tidak menyala, sehingga alat tidak berfungsi. Tindakan yang
dilakukan untuk mengatasi hal ini yaitu dengan mengganti sensor yang ada pada aksesoris
SPO2 pada pasien monitor tersebut agar dapat digunakan kembali seperti semula
14
3.1.2 Suction Pump
Suction Pump adalah alat elektromedik yang berfungsi untuk mengambil cairan dalam
tubuh pasien dengan cara di sedot dimana setaip tekanan yang digunakan untuk mengeluarkan
cairan dalam tubuh pasien dapat disesuaikan dengan kebutuhan dengan cara mengaturnya pada
selector yang terdapat pada body alat. Berikut merupakan alat suction pump yang ditunjukan
gambar 3.6.
(Sumber : http://sumberkod.blogspot.com/2013/05/suction-pump-my-life-ms-710.html )
Merek : MY LIFE
Model : MS 710
Berat : 18 K
15
2. Bagian – bagian Suction Pump
(Sumber : http://sumberkod.blogspot.com/2013/05/suction-pump-my-life-ms-710.html )
Keterangan :
1. Adjust
2. Power ON/OFF
3. Selang
4. Tabung vacum
5. Roda
6. Penutup Vacum
7. Indicator tekanan
16
3. Blok Diagram dan Prinsip Kerja Suction Pump
(Sumber : https://hwp-electromedic14.blogspot.com/2018/01/alat-bedah-suction-pump-
sam35.html )
Motor listrik menggerakkan kipas (yang berfungsi sebagai vakum) kemudian
menghasilkan daya hisap, selanjutnya dihubungkan ke botol cairan dan selang langsung
terhubung ke pasien.
2. Cuci tangan
3. Tempatkan pasien pada posisi telentang dengan kepala miring ke arah perawat
7. Lakukan pengisapan lendir dengan memasukkan kateter pengisap kedalam kom berisi
aquades atau NaCl 0,9 % untuk mempertahankan tingkat kesterilan (asepsis)
8. Masukkan kateter pengisap dalam keadaan tidak mengisap.
9. Gunakan alat pengisap dengan tekanan 110 - 150 mmHg untuk dewasa, 95 - 110 mmHg
untuk anak-anak, dan 50 - 59 mmHg untuk bayi (Potter & Perry, 1995)
10. Tarik dengan memutar kateter pengisap tidak lebih dari 15 detik
12. Lakukan pengisapan antara pengisapan pertama dengan berikutnya. Minta pasien untuk
17
bernapas dalam dan batuk. Apabila pasien mengalami distres pernapasan, biarkan
istirahat 20 - 30 detik sebelum melakukan pengisapan berikutnya
13. Setelah selesai, kaji jumlah, konsistensi, warna, bau sekret, dan respons pasien terhadap
prosedur yang dilakukan.
10. Lakukan pengukuran tahanan kabel pembumian alat. Lakukan uji kinerja alat
3 Kebocoran tabung Tabung suction pecah Ganti dengan yang baru sesuai
volume
18
Kerusakan yang dijumpai pada alat suction pump yang ada di RST Tk. II Dr. Soedjono
Magelang antara lain yaitu, terdapat kerusakan pada tabung.
Gambar 3.9 menunjukkan gambar unit Syringe Pump B Braun yang ada di RST Tk.II dr.
Soedjono Magelang.
SpaceStation.
19
Waktu penggunaan baterai : ± 8 jam di 25ml/jam
Waktu pengisian baterai : ± 6 jam
Berat : ± 1.4 kg
Syringe pump merupakan salah satu peralatan elektromedis yang di gunakan untuk
memberikan cairan obat ke dalam tubuh pasien dalam jangka waktu tertentu secara teratur.
Secara khusus alat ini mentitikberatkan atau memfokuskan pada jumlah cairan yang
diamasukan ke dalam tubuh pasien, dengan satuan mililiter per jam (ml/h).
Ada 3 sensor di Syringe Pump, yaitu :
a. Sensor Occulation : sensor (di dalam alat) untuk medeteksi penyumbatan atau
gelembung yang ada di dalam spuit.
b. Sensor Syringe size : sensor untuk mengetahui ukuran syringe yang digunakan.
Blok diagram syringe pump ditunjukkan pada gambar 3.10 sebagai berikut :
20
Gambar 3.10 Blok Diagram Syringe Pump
( Sumber : Manual Books )
Keterangan:
Dari jala-jala PLN tegangan 220 V arus masuk ke rangkaian power supply unit yang
outputnya 12V, yang kemudian membagi tegangan ke setiap komponen. Batrai sebagai sumber
tegangan cadangan ketika sumber teganagn 220 V di lepas. Sensor size, sensor occulation , dan
sensor pusher menjadi inputan ke microcontroller tentang spoit dan cairan. Keyped sebagai
inputan untuk mengatur pemberian cairan juga termasuk mengatur kecepatan dan jumlah cairan
yang ingin diberikan ke pasien, dan di tampilkan ke display. Motor bekerja berdasarkan
perintah dari microcontroller.
2) Pasang tabung suntik kemudian bersihkan udara yang tersimpan didalam tabung.
5) Masukan tabung suntik dan pastikan berada pada penjepit bagian tengah tabung.
21
6) Gerakkan pengikat tabung suntik searah jarum jam sampai 90° turunkan
sampai tabungsuntik.
7) Pilih jenis dan ukuran jarum suntik yang diperlukan. Tekan tombol
CONFIRM ketika jenis jarum suntik dan ukuran sesuai dengan ditampilkan
pada layar. Tunggu sampai pendorong mencapai dan meraih pengunci
tabung suntik. Pastikan bahwa tabung suntikdijepit dengan aman.
8) Pilih menu RATE, VTBI, dan TIME kemudian atur nilainya.
9) Untuk pengaturan nilai atau angka supaya cepat tekan tombol bagian angka,
11) Setelah nilai yang telah diatur tercapai maka alarm akan bunyi,
menandakanpengoperasian telah selesai.
5. Perawatan Preventif Syringe Pump
Kerusakan yang pernah kita temui pada syring pump di RST Tk.II dr.
Soedjono Magelang yaitu alat yang tidak bisa di charge, dan analisa
penyebab yang kita lakukan yaitu soket rusak. Tindakan yang kita lakukan
dengan melakukan penggantian soket dengan yang baru.
22
7. Troubleshooting Syringe Pump
23
1. Spesifikasi Alat
Nama alat : X-ray
Merk : Listem
2. Bagian-bagian x-ray
24
6. Meja rontogen, tempat pasien yang akan diperiksa.
7. Tabir, tabir berfungsi untuk melindungi petugas dari radiasi sinar-x
8. Apron, apron digunakan sebagai alat proteksi radiasi bagi orang yang
mendampingi pasien selama pemeriksaan.
9. Filem, filem berfungsi sebagai media penghasil gambar.
10. Kaset, tempat meletakan filemen
25
Spesifikasi Alat :
1. Nama Alat : Elektrosurgery Unit (ESU)
2. Merek : COVIDIEN Force FX
3. Type/Model : Force FX
4. SN : S7127386AX
5. Input power : 110-230 Volt
6. Baterai : 3V lithium button cell
7. Ruangan : (IBS)
c
b
c
Gambar 3.14Bagian bagian ESU
b
(Sumber: https://centurionservice.com/shop/covidien-force-fx-electrosurgical-generator/ )
1) Interface
Interface terdiri dari berbagai tombol dan display setting mulai dari pemilihan
mode, tingkat daya cutting monopolar 1 dan 2, tingkat daya cutting bipolar dan
tingkat daya coagulating.
26
Gambar 3.15 Tombol control pada ESU
(Sumber : Manual Books)
2) Elektroda aktif
Elektroda aktif terbuat dari bahan yang bersifat konduktor dengan bentuk
fisik mempunyai permukaan yang sempit. Hal ini bertujuan agar arus listrik
frekuensi tinggi akan lebih terpusat hingga panas yang dicapai pada tubuh
merupakan panas yang maksimum. Jenis elektroda aktif yang digunakan pada
proses pembedahan dibedakan menurut fungsinya antara lain:
1. Elektroda jarum ( Needle Electrode ) Elektroda ini sesuai dengan namanya
berbentuk jaring dengan luas permukaan yang sangat sempit, dan digunakan
pada pembedahan jaringan tubuh yang kecil.
2. Elektroda pisau ( Knife Electrode ) Elektroda aktif ini berbentuk pipih seperti
pisau dan digunakan pada proses pemotongan/cutting.
3. Elektroda lingkar pita ( Band Loop Electrode ) Elektroda aktif yang berbentuk
lingkaran yang digunakan untuk mengambil bagian yang menonjol pada
bagian kulit.
4. Elektroda bola ( Ball Electrode ) Elektroda aktif yang bentuknya menyerupai
bola. Pada penggunaannya, elektroda bola digunakan untuk penggumpalan
darah atau coagulasi, dapat juga untuk pembakaran jaringan kulit yang tidak
dikehendaki atau fulgurasi dengan cara memberikan cara memberikan jarak
antara elektroda terhadap permukaan kulit yang akan diterapi.
27
Gambar 3.16 Elektroda Biopolar
(Sumber: https://www.slideshare.net/yatnasscream/electrosurgery-unit )
Elektroda bipolar biasa digunakan pada bedah minor untuk proses koagulasi
(pembekuan). Sebuah elektroda berbentuk pinset digunakan untuk menjepit
jaringan yang tidak diinginkan.
28
Gambar 3. 18 Netral Electrode
(Sumber: https://www.indiamart.com/xcellance/electro-surgery-accessories.html )
Keterangan :
1. Power supply : berfungsi memberikan supplay tegangan kesemua
rangkaian.
2. Rangkaian Osilator : berfungsi sebagai pembangkit frekwensi.
29
3. Rangkaian Control : berfungsi untuk mengatur besar frekwensi akan
digunakan.
4. Display : berfingsi untuk menampilkan nilai seting pada alat.
5. Rangkaian Modulator : berfungsi memodulasi frekwensi yang diterima menjadi
frekuensi tinggi atau gelombang sinus.
6. Pre Amp : berfungsi sebagai penguat frekwensi.
7. Power amp : berfungsi sebagai penguat akhir pada rangkaian.
8. Elektroda positif : berfungsi sebagai konduktor energi listrik berfrekuensi
tinggi kepada pasien.
9. Elektroda negatif : berfungsi mendistribusikan arus listrik ke pasien untuk
mencegah adanya kerusakan jaringan.
10. Generator high frekwensi : sebagai pembangkit frekwensi tinggi
5. Prinsip Kerja Elektrosurgery Unit
Electro Surgery Unit (ESU) mempunyai prinsip kerja memusatkan arus listrik bolak
balik (alternating current) berfrekuensi tinggi ke salah satu jaringan pada tubuh pasien.
Pengaliran arus listrik frekuensi tinggi melalui jaringan biologi ini bertujuan untuk
mencapai efek bedah seperti pemotongan (cutting), penggumpalan (coagulating), atau
pengawetan melalui proses pengeringan (dessication). Pemotongan dicapai dengan
gelombang sinusoidal yang terus menerus, sementara koagulasi dicapai dengan
sekumpulan paket gelombang sinusoidal. Arus listrik frekuensi tinggi yang dihasilkan
oleh electrosurgery unit yang melewati tubuh pasien memiliki tahanan yang berbeda-
beda tergantung jenis jaringan yang dilewati oleh arus tersebut. Berikut nilai tahanan pada
masing-masing jaringan ketika dilakukan pembedahan.
30
Jaringan Usus Besar 2500 – 3000
Mesentery 3000 – 4200
Jaringan Lemak 3500 – 4500
Table 3.3 Nilai Tahanan Jaringan
(Sumber : https://hwp-electromedic14.blogspot.com/2017/12/alat-bedah-
electrosurgery-unit.html)
31
Kerugian penggunaan arus listrik frekuensi tinggi dalam pembedahan yaitu
mengakibatkan sel-sel yang ada disekitarnya menjadi mati, terjadinya luka bakar,
sehingga penyembuhan luka relatif lama dan dapat menimbulkan bekas luka yang
menganga dan kemungkinan terjadi ledakan dalam ruangan jika terdapat gas aesthesi
yang bersifat mudah terbakar.
6. Instalasi Alat ESU
1. Keluarkan ESU dari kardus, kemudian cek masing-masing bagian seperti kabel
power dan elektroda,
2. Pasangkan kabel power pada ESU,
3. Pasang elektroda pada soket yang terletak di bagian depan, pemasangan elektroda
harus sesuai dengan fungsi elektroda yang akan digunakan.
4. Lakukan uji fungsi alat ESU dan pastikan semuanya berfungsi dengan baik.
7. SOP Alat ESU
32
14. Setelah selesai digunakan, matikan alat dengan menekan tombol ON/OFF ke
posisi OFF dan pastikan output selector keposisi minimum / nol.
15. Lepaskan kabel elektroda (active dan neutral) serta foot switch dari alat.
16. Lepaskan hubungan alat dengan catu daya.
17. Bersihkan alat. Pastikan alat dalam kondisi baik dan siap difungsikan pada
pemakaian berikutnya.
18. Pasang penutup debu.
33
13) Penyimpanan alat ESU :
Simpan ditempat yang kering,
Pastikan kabel power sudah terlepas,
Lepas semua elektroda dan aksesoris kemudian simpan,
Tutup kembali alat dengan kain penutup agar tidak kotor terkena debu.
34
6. Batas waktu kontinu Batas waktu monitor fitur Hanya aktifkan unit
maksimum keamanan umumnya hanya yang diperlukan
terlampaui akan meningkat dengan
indikasi yang ketat dengan
menggunakan program
pengujian di set up
Table 3.4 Troubleshooting ESU
(Sumber: Buku Petunjuk Penggunaan : Electrosurgery Unit Covidien ValleyLab )
Gambar 3. 20 USG
(Sumber : Rst. Magelang)
35
Ultrasonografi dalam bidang kesehatan bertujuan untuk pemeriksaan organ-organ
tubuh yang dapat diketahui bentuk, ukuran anatomis, gerakan, serta hubungannya dengan
jaringan lain disekitarnya.Sifat dasar ultrasound adalah sangat lambat bila melalui media
yang bersifat gas, dan sangat cepat bila melalui media padat. Semakin padat suatu media
maka semakin cepat kecepatan suaranya.Apabila melalui suatu media maka akan terjadi
atenuasi.
Untuk pemeriksaan kanker pada hati dan otak, melihat janin di dalam rahim ibu
hamil, melihat pergerakan serta perkembangan sebuah janin, mendeteksi perbedaan antar
jaringan-jaringan lunak dalam tubuh, yang tidak dapat dilakukan oleh sinar x, sehingga
mampu menemukan tumor atau gumpalan lunak di tubuh manusia.
Jenis – Jenis Transduser
Berikut adalah jenis Tranduser adalah sebagai berikut :
36
1. Spesifikasi Alat
No.Seri :612687WX0
Model :LOGIQ F5
Frekuensi :50/60 Hz
Tegangan :100-240 V
Daya :400 VA
Produksi :China
37
2. Bagian – Bagian USG
Berikut adalah bagian-bagian dari alat Ultrasonography yang ditunjukan pada gambar
3.29.
7
1
7
Ga
mb
2 8
ar
3. 1
2Ta 8
mpi
3 lan 9
lay
3 ar 9
US
4 G1 10
4 10
5
11
5
11
6
12
6
12
Gambar 3.22 Bagian –Bagian Ultrasonography
( Sumber : Rst. Magelang )
Keterangan :
1. Monitor LCD 7. Kunci Navigatian
2. Lengan Penggerak Monitor 8. Tempat Gel
3. Tombol ON/OFF 9. Probe
4. Kontrol Panel 10. Trackball (lacak bola)
5. Drive DVD 11. Adaptor
38
6. Memory 12. Roda
Keteranga:
1) Nama Institusi / Rumah Sakit, Tanggal, Waktu, Identifikasi Operator.
2) Nama Pasien, Identifikasi Pasien.
3) Pembacaan Output Daya
4) GE Symbol: Probe Orientation Marker.
5) Pratinjau Gambar.
6) Bar Abu-Abu / Warna.
7) Cine Gauge.
8) Jendela Ringkasan Pengukuran
39
9) Gambar.
10) Kaliper Pengukuran
11) Jendela Hasil Pengukuran.
12) Pengidentifikasi Probe. Preset ujian
13) Pencitraan Parameter dengan Mode.
14) Indikator Zona Fokus.
15) TGC.
16) Pola Tubuh.
17) Skala Kedalaman.
18) Menu Top
19) Caps Lock: Menyala saat Nyala.
20) Ikon Antarmuka Layanan
21) Status Fungsi Trackball
22) Sub Menu
MONITOR PROCESSOR
40
Berikut adalah blok diagram USG yang ditunjukan pada gambar 3.32. Transducer
bekerja sebagai pemancar dan sekaligus penerima gelombang suara. Pulsa listrik yang
dihasilkan oleh generator diubah menjadi energi akustik oleh transducer yang
dipancarkan dengan arah tertentu pada bagian tubuh yang akan dipelajari. Sebagian akan
dipantulkan dan sebagian lagi akan merambat terus menembus jaringan yang akan
menimbulkan bermacam-macam pantulan sesuai dengan jaringan yang
dilaluinya.Pantulan gema yang berasal dari jaringan-jaringan tersebut akan membentur
transducer dan akan ditangkap oleh transducer, dan kemudian diubah menjadi pulsa listrik
lalu diperkuat dan selanjutnya diperlihatkan dalam bentuk cahaya pada layar
monitor. Gelombang ini kemudian diteruskan ke tabung sinar katoda melalui recevier
seterusnya ditampilkan sebagai gambar di layar monitor.
3 SOP Penggunaan Alat USG
Sambungkan kabel power ke aliran listrik PLN.
Tekan ON pada CPU (indicator AC output berwarna hijau).
Tekan ON pada alat USG.
Jika ingin memulai pemeriksaan,tekan patient kemudian masukkan data pasien
dikolom yang harus diisi, klik jenis pemeriksaan kemudian exit.
Tekan preset / probe, klik probe yang akan dipakai kemudian exit.
Mulai dengan pemeriksaan.
Jika sudah selesai pemeriksaan, probe yang digunakan untuk pemeriksaan
dibersihkan dari gel dan tekan Freeze (sampai berwarna hijau).
Tekan OFF pada alat USG, jika muncul tulisan “ are ypu shutdown “ klik yes.
Tunggu sampai layar mati.
Kemudian tekan OFF pada CPU.
Cabut kabel power dari aliran listrik PLN
41
4 Pemeliharaan USG
Bersihkan kabel-kabel setiap habis pemakaian jangan sampai terjepit atau
terinjak.
Bersihkan tranduser dari sisa-sisa gel setiap habis pemakaian dengan
menggunakan jeli khusus dan jika tranduser sudah terlanjur kering anda bisa
menggunakan lap basah yang lembut untuk membersihkannya tidak dianjurkan
untuk membersihkannya dengan menggunakan alkohol karena dapat merusak
karetnya.
Cek keseluruhan tombol-tombol alat apakah berungsi dengan baik atau tidak.
Jika sudah simpan kembali alat dengan baik dan gulung kabel dengan rapi dan
simpan di tempat yang aman.
5 Troubleshooting USG
Masalah Analisa Solusi
42
Display/monitor mati Tegangan input tidak Cek pada inputannya
terhubung dengan Cek bagus/tidak
baik pengkabelannya
Ultrasonograph Koneksi membran Cek koneksi antara
merespon ke beberapa panel kurang baik membran panel
tombol, tapi tidak Ganti top housing
semua tombol Jika tombol masih
tidak dapat bekerja
ganti UIF PCB
Tidak bisa mencetak Cek tegangan pada
hasil alat.
Gantilah kertas
apabila kerusakan
disebabkan oleh
kertas yang habis.
Jika kondisi ini
masih berlangsung
gantilah UIF PCB.
Table 3.5 Troubleshooting USG
(Sumber: Rst. Magelang )
3.1.7 Hemodialisa
1. Spesifikasi Alat Hemodialisa
Technical data Specifications
43
Weight: Max. 85 Kg
2. Pengertian Heemodialisa
Mesin hemodialysis merupakan mesin yang berperan sebagai ginjal artifisial (ginjal
buatan) yang dapat menyingkirkan zat-zat kotor, garam, serta air berlebih yang ada di
dalam darah pengidap.
Mesin hemodialysis terdiri dari :
1. Pompa darah
2. System larutan dialisat
3. System monitor
44
3. Blok Diagram Hemodialisa
45
4) Masukkan selang segmen ke dalam pompa darah, putarlah pump.
5) Dengan menekan tombol tanda V atau Λ (pompa akan otomatis berputar.
6) Sesuai arah jarum jam.
7) Bukalah klem pada set infus, alirkan normal saline ke selang daraharteri,
tampung cairan ke dalam gelas ukur.
8) Setelah selang arteri terisi normal saline, selang arteri diklem.
1. Lakukan priming dengan posisi dialyzer biru (outlet) di atas danmerah (inlet) di
bawah:
1) Tekan tombol start pada pompa darah, tekan tombol V atau Λ untuk
menentukan angka yang diinginkan (dalam posisi priming
sebaiknyakecepatan aliran darah 100 rpm)
2) Setelah selang darah dan dialyzer terisi semua dengan normal
saline,habiskan cairan normal sebanyak 500 cc
3) Lanjutkan priming dengan normal saline sebanyak 1000 cc. Putarlah Qb
dan rpm
4) Sambungkan ujung selang darah arteri dan ujung selang darah venous
5) Semua klem dibuka kecuali klem heparin
6) Setelah priming, mesin akan ke posisi dialysis, start layar menunjukkan
“preparation”, artinya: consentrate dan RO telah
tercampur dengan melihat petunjuk conductivity telah mencapai (normal:
13.8– 14.2). Pada keadaan “preparation”, selang concentrate boleh
disambung ke dialyzer
7) Lakukan sirkulasi dalam. Caranya: sambung ujung blood line arterivena
a) Ganti cairan normal saline dengan yang baru 500 cc
b) Tekan tombol UFG 500 dan time life 10 menit
c) Putarlah kecepatan aliran darah (pump) 350 rpm
d) Hidupkan tombol UF ke posisi “on” mesin akan otomatis
melakukan ultrafiltrasi (cairan normal saline akan berkurang
sebanyak 500 cc dalamwaktu 10 menit
46
e) Setelah UV mencapai 500 cc, akan muncul pada layar “UFG
reached” artinya UFG sudah tercapai
8) Pemberian heparin pada selang arteriBerikan heparin sebanyak 1500
unit sampai 2000 unit pada selang arteri.Lakukan sirkulasi selama 5 menit
agar heparin mengisi ke seluruhselang darah dan dialyzer, berikan
kecepatan 100 rpmc.
2. Dialyzer siap pakai ke pasien ,sambil menunggu pasien, matikan flow dialisat agar
concentrate tidak borosCatatan: jika dialyzer reuse, priming 500 cc dengan Qb
100 rpmsirkulasi untuk membuang formalin (UFG: 500, time life 20 menitdengan
Qb 350 rpm). Bilaslah selang darah dan dialyzer dengan normalsaline sebanyak
2000 cc
3. Perawatan Alat
1. Bagian Luar Mesin
Mesin NIPRO
Type diamax
2) Tombol Rinse 1 untuk Rinse biasa selama 15 menit
3) Tombol Rinse 2 untuk Rinse water selama 15 menit, Chemical
(Havox) 20 menit dan Rinse 15 menit
4) Tombol Rinse 3 untuk Rinsen 15 menit, Citrit Acid 20 menit,
kemudian Rinse 15 menit
Type surdial
Setelah selesai mesin digunakan tombol pada mesin sebagai berikut :
1) Tombol F5 untuk mencari setting menu
2) Tombol F1 untuk Rinse selama 20 menit
47
3) Tombol F2 untuk chemical dengan menggunakan Havox/
Hypoklorit
4) Tombol F3 untuk chemical dan rinse selama 20 menit dan 15 menit
5) Tombol F4 untuk citrit acid dan Rinse selama 20 menit dan 15
menit.
3.1.8 Defibrilator
Type : M1723
Power : 220v
2. Definisi Defibrilator
Defibrilator adalah alat yang digunakan untuk defibrillasi,
Defibrillasi adalah pengobatan untuk pasien yang memiliki jantung yang
lemah, biasanya jantung tersebut melemah dikarenakan suatu penyakit,
atau pun usia, defibrillator akan bekerja dengan cara menghantarkan arus
listrik dengan kadar Dosis tertentu untuk mengembalikan irama detak
48
jantung ke irama yang normal. fungsi defibrilator adalah memberikan
kejutan listrik ke jantung sehingga terjadi depolarisasi otot jantung.
Selain itu, stimulasi ini juga memberikan rangsangan kepada pacu
jantung alami tubuh untuk kembali ke ritme semula.Dalam satu paket
alat kejut jantung, terdapat sepasang elektroda dan juga gel konduktor.
Adanya gel ini berfungsi untuk mengurangi penolakan alami dari
jaringan tubuh serta menghindari kemungkinan luka bakar akibat arus
listrik.Defibrilator tradisional menggunakan penampang berbahan metal.
Sementara yang modern menggunakan adhesive pad yang di dalamnya
sudah mengandung gel konduktor.Ada banyak jenis defibrilator dengan
cara kerja berbeda-beda. Defibrilator manual hanya boleh dioperasikan
oleh profesional terlatih. Ini berbeda dengan AED yang punya fitur
mendeteksi ritme jantung ketika elektroda ditempelkan pada dada
korban.Itu sebabnya, ada jenis alat kejut jantung yang hanya bisa
digunakan oleh tenaga medis, dan ada pula yang bisa digunakan di saat
darurat oleh orang non-medis.
3. Prinsip Kerja Defibrilator
Ketika serangan jantung terjadi, atau kondisi yang menyebabkan
serangan jantung. Detak jantung acak, atau bergetar dengan tidak teratur
dan tidak bisa menjalankan fungsinya untuk memompa darah. Kondisi
ini akan berakibat kekurangan oksigen di otak, apabila dibiarkan dapat
mengakibatkan kematian dalam waktu cepat. Oleh sebab itu, tindakan
pertama sembari mempersiapkan alat adalah berupa CPR dan juga terapi
oksigen dengan ambubag atau resuscitator. Jika alat yang digunakan
berupa defibrillator otomatis (AED) maka pertama pemasangan Pad
AED di dada pasien. Kemudian mesin defibrillator dihidupkan.
Perangkat AED dapat menganalisa aritma jantung secara otomatis,
sehingga berapa energi yang harus diberikan sudah terformat secara
otomatis. Berbeda dengan defibrillator manual. Mulai dari pemasangan
Pad AED, terdapat instruksi suara yang bisa diikuti oleh penggunanya,
49
hingga pada saat telah siap untuk menekan tombol (SHOCK) yang
berarti mengalirkan sejumlah energi listrik melalui pad untuk
mengejutkan jantung. Kondisi jantung dengan getaran yang acak dan
tidak normal akan terganggu oleh aliran listrik tersebut dan shock. Dari
hal itu diharapkan jantung akan memulai detaknya dengan teratur dan
kembali dapat memompa darah ke seluruh tubuh. Demikian pula prinsip
kerja defibrillator manual, sama dengan defibrillator otomatis (AED)
hanya saja pemilihan energi bisa kita sesuaikan atau kita seting sendiri
berdasarkan analisa aritma jantung yang terdapat pada grafik EKG yang
terpampang pada layar monitor.
Beredar presepsi atau istilah yang diberikan oleh banyak orang tentang
defibrillator Biphasic yang ditunjukan untuk menamai defibrillator manual.
Sebenarnya sedikit keliru. Biphasic sebenarnya bukanlah nama lain dari
defibrillator manual melainkan sistem kerja aliran gelombang listrik yang ada
pada defibrillator ketika ditekan tombol Shock. Dalam hal ini dikenal ada dua
macam jenis defibrillator yaitu Biphasic dan Monophasic. Meskipun jenis
defibrillator monophasic sekarang ini cukup langka namun masih ada.
Contohnya anda bisa lihat defibrillator primedic defi B. Sedangkan untuk
defibrillator Biphasic cukup banyak seperti Mindray D3.
50
Perbedaan Biphasic dan Monophasic adalah terletak pada listrik yang
dialirkan oleh Padle defibrillator. Monophasic proses aliran ini hanya
berlangsung sekali dari paddle yang satu ke yang lainnya. Sedangkan untuk
Biphasic berlangsung dua kali, pertama sama seperti aliran monophasic namun
tidak selesai sampai disitu. Pada Biphasic gelombang akan kembali mengalir
dari paddle dua ke paddle pertama. Sehingga dengan sekali tekan tombol shock
aliran listrik mengalir bolak balik. Mengapa Biphasic sekarang cukup banyak
digunakan pada defibrillator karena berbagai penelitian telah membuktikan
bahwa gelombang biphasic pada defibrillasi memiliki kemungkinan
keberhasilan yang lebih tinggi dibandingkan dengan gelombang monophasic.
Itulah sebabnya sekarang hampir semua produsen menggunakan teknologi
biphasic.
4. Bagian bagian Defibrilator
Defibrillator terbagi menjadi dua macam jenis berdasarkan sifat dan cara
kerjanya yaitu defibrillator manual dan defibrillator otomatis. Namun fungsi
keduanya sama dan bagian – bagian juga sama hanya saja lebih lengkap untuk
jenis defibrillator manual. Berikut ini bagian – bagian defibrillator baik itu
defibrillator manual atau defibrillator otomatis / AED (Automated External
Defibrillator).
1) Defibrillator Engine (Mesin defibrillator)
2) Defibrillator Padle (bantalan defibrillator)
3) Kabel ECG (defibrillator manual)
4) Kabel SpO2 (defibrillator manual)
51
3.1.9 CT-Scan Unit
Alat CT scan adalah generator pembangkit sinar-x yang bila di operasikan oleh
operator akan mengeluarkan sinar-x dalam jumlah dan waktu tertentu. CT Scan
adalah suatu prosedur yang digunakan untuk mendapatkan gambaran dari dalam
tubuh manusia dari berbagai sudut kecil dari organ tulang tengkorak dan otak
serta dapat juga untuk seluruh tubuh.
GambarGambar
3.29 3.36 Ct-scan
Ct-scan
(Sumber : Rst.Magelang)
Merk : Asteion
2. Perkembangan Ct-Scan
1) Scanner Generasi Pertama
Prinsip scanner generasi pertama, menggunakan pancaran sinar-X model
pensil yang diterima oleh satu detektor. Waktu yang dicapai 4,5 menit
untuk memberi informasi yang cukup pada satu slice dari rotasi tabung
52
dan detektor sebesar 180 derajat. Scanner ini hanya mampu digunakan
untuk pemeriksaan kepala saja (Bontrager, 2010).
2) Scanner Generasi Kedua
Scanner generasi ketiga ini, dengan kenaikan 960 detektor yang meliputi
bagian tepi, berhadapan dengan tabung sinar-X yang saling rotasi memutari
pasien dengan membentuk lingkaran 360º secara sempurna untuk
menghasilkan satu slice data jaringan. Waktu scanning pada scanner generasi
ketiga ini berkurang sangat signifikan jika dibandingkan
dengan scanner generasi pertama dan kedua (Bontrager, 2010).
4) Scanner Generasi Keempat
Sekitar tahun 1980 scanner generasi ini diperkenalkan dengan teknologi fixed-
ring yang mempunyai 4800 detektor atau lebih. Saat pemeriksaan
berlangsung, X-ray tube mampu berputar 360 derajat mengelilingi pasien yang
diam (Bontrager, 2010).
3. Bagian bagian CT-Scan
53
dasar, yaitu : sebagai kontrol akuisisi data, rekonstruksi gambar,
penyimpanan data gambar, dan menampilkan gambar scanning.
2. Gantry dan meja pemeriksaan (couch)
Gantry adalah perangkat CT yang melingkar sebagai rumah dari tabung
sinar- x, Data Acquisition System (DAS), dan detector array. Unit CT
terbaru juga memuat continuous slip ring dan generator bertegangan tinggi
di dalam gantry. Struktur pada gantry mengumpulkan pengukuran atenuasi
yang diperlukan untuk dikirim ke komputer untuk
rekonstruksi citra. Gantry bisa disudutkan kedepan dan kebelakang hingga
300 untuk menyesuaikan bagian tubuh.
3. Tabung sinar-X
Berdasarkan strukturnya, tabung sinar-X sangat mirip dengan tabung sinar-
X konvensional tetapi perbedaanya terletak pada kemampuannya untuk
menahan panas dan output yang tinggi.
4. Detektor
Detektor pada CT berfungsi sebagai image receptors. Detektor menghitung
jumlah radiasi yang menembus tubuh pasien dan dikonversikan kedalam
sinyal elektrik proporsi intensitas radiasi. Ada dua tipe detektor yang
digunakan dalam CT yaitu detector solide state (sintilasi) dan detektor isian
gas.Meja pemeriksaan merupakan tempat untuk memposisikan pasien,
biasanya terhubung otomatis dengan komputer dan gantry. Meja ini terbuat
dari kayu atau fiber karbon yang dapat digunakan untuk mendukung
pemeriksaan tetapi tidak menimbulkan artefak pada gambar scanning.
Kebanyakan dari meja pemeriksaan dapat diprogram untuk bergerak keluar
dan masuk gantry, tergantung pada pasien dan protokol pemeriksaan yang
digunakan
5. System console
Konsul tersedia dalam berbagai variasi. Model yang lama masih
menggunakan dua sistem konsul yaitu untuk pengoperasian CT
Scan sendiri dan untuk perekaman dan pencetakan gambar. Bagian dari
54
sistem konsul ini yaitu :
a. Sistem Kontrol
Pada bagian ini petugas dapat mengontrol parameter-parameter yang
berhubungan dengan beroperasinya CT Scan seperti pengaturan tegangan
tabung (kV), arus tabung (mA), waktu scanning, ketebalan irisan (slice
thickness), dan lain-lain. Juga dilengkapi dengan keyboard untuk
memasukkan data pasien dan pengontrolan fungsi tertentu pada
komputer.
b. Sistem Pencetakan Gambar
Setelah gambaran CT Scan diperoleh, gambaran tersebut dipindahkan ke
dalam bentuk film. Pemindahan ini dengan menggunakan kamera
multiformat. Cara kerjanya yaitu kamera merekam gambaran di monitor
dan memindahkannya ke dalam film. Tampilan gambar di film dapat
mencapai 2-24 gambar tergantung ukuran filmnya (biasanya 8 x 10 inchi
atau 14 x 17 inchi).
c. Sistem Perekaman Gambar
Merupakan bagian penting yang lain dari CT Scan. Data-data pasien yang
telah ada, disimpan dan dapat dipanggil kembali dengan cepat.
55
4. Prinsip Kerja CT Scan
56
sinar-x yang dipaparkan oleh alat Rontgen sinar-x biasa. Oleh karena itu ibu
hamil tak dapat melakukan pemeriksaan CT Scan. oleh karena itu ibu hamil
wajib memberitahukan kondisi kehamilannya pada dokter sebelum dokter
merekomendasikan pemeriksaan Ct-scan.
57
1. Fungsi Elektrokardiogram (EKG)
Hal-hal yang dapat diketahui dari pemeriksaan EKG adalah :
2) Denyut dan irama jantung
3) Posisi jantung di dalam rongga dada.
4) Penebalan otot jantung (hipertrofi).
5) Kerusakan bagian jantung.
6) Gangguan aliran darah di dalam jantung.
7) Pola aktifitas listrik jantung yang dapat menyebabkan gangguan irama jantung
2. Spesifikasi Alat EKG
Berikut adalah spesifikasi dari alat EKG :
1) Merk : BTL
2) Type : BTL 08 MT Plus
3) Tegangan input : 220 Volt
4) Display : 5.7 Layar sentuh warna
5) Resolusi layar : 320x240
6) kecepatan kertas : 5, 10, 25, 50mm/s
7) S/N : 073P0B007219
3. Bagian –bagian EKG
Berikut bagian-bagian alat EKG yang ditunjukan pada gambar 3.12
1
3
1
3
2
4 2 5
4 5
58
Keterangan:
1. Layar LCD
2. Tombol Kontrol
3. printer
4. Empat buah sadapan ekstremitas, yaitu : Tangan kiri (LA), Tangan kanan (RA), Kaki
kiri (LL), Kaki kanan (RL) dan 6 buah sadapan dada yaitu V1, V2, V3, V4, V5, V6.
5. Kabel sadapan yang terdiri dari 10 elektroda (4 buah untuk elektroda ekstremitas, dan
6 buah untuk elektroda dada).
59
c) Lead III : merekam beda potensial antara tangan kiri (LA) yang bermuatan (-
) dengan kaki kiri (LF) yang bermuatan (+).
2. Lead unipolar
Merekam beda potensial lebih dari 2 elektode. Lead ini dibagi 2 yaitu lead
unipolar ekstremitas dan lead unipolar prekordial.
a) Lead unipolar ekstremitas
Lead aVR
Merekam beda potensial pada tangan kanan (RA) dengan tangan kiri dan kaki
kiri yang mana tangan kanan bermuatan (+).
Lead aVL
Merekam beda potensial pada tangan kiri (LA) dengan tangan kanan dan kaki kiri
yang mana tangan kiri bermuatan (+).
Lead aVF
Merekam beda potensial pada kaki kiri (LF) dengan tangan kanan dan tangan kiri
yang mana kaki kiri bermuatan (+).
60
Gambar 3.35 Lead unipolar ekstrimitas
(Sumber : https://repository.dinamika.ac.id/id/eprint/1697/4/BAB_II.pdf )
b) Lead unipolar precordial merekam beda potensial lead di dada dengan ketiga
lead ekstremitas yaitu V1 s/d V6.
61
3. Blok Diagram Alat EKG
Berikut adalah blok diagram alat EKG yang ditunjukan pada gambar 3.16
Input sinyal berasal dan pasien melalui elektroda yang disambungkan kerangkaian
multiplexer, kita atur lead selektor, kemudian dikuatkan menjadi 1 mV oleh pre Amp
yang biasanya digunakan untuk kalibrasi, selanjutnya sinyal 1 mV difilter guna
menghilangkan noise atau gangguan dari frekuensi lain, setelah sinyal difilter bersih 1
mV dikuatkan dalam level Volt oleh Main Amp mencapai 400x dan penguatan dapat
diatur melalui sensitifitas, selanjutnya sinyal yang telah dikuatkan diproses oleh galvano
meter dan stylus, galvanometer ini akan bergerak mengikuti amplitude dan irama denyut
jantung hingga tergambar di kertas EKG yang kesemuanya itu disupply oleh blok power
supply.
4. Prinsip Kerja EKG
Elektrokardiogram bekerja dengan prinsip mengukur perbedaan potensial listrik.
Tubuh manusia menghasilkan listrik walaupun dengan jumlah yang sangat kecil. Apabila
ada listrik, maka pasti ada perbedaan potensial atau tegangan listrik. Tegangan listrik ini
dapat menggambarkan atau mengilustrasikan keadaan denyut jantung manusia.Sensor
atau dalam hal ini elektroda harus diletakkan pada tempat-tempat tertentu. Biasanya
ditempatkan pada lengan tangan dan kaki karena pada bagian-bagian tersebut pulsa
62
tegangan menggambarkan kerja denyut jantung mendekati keadaansebenarnya. Elektroda
yang digunakan pada EKG biasanya dibuat dari bahan Ag atau AgCl. Bahan-bahan ini
digunakan untuk mengurangi noise karena pergerakan. Selain elektroda, EKG juga
membutuhkan tranducer. Tranduser ini digunakan untuk mengkonversi informasi yang
didapatkan oleh elektroda menjadi grafik yang dapat dibaca pada kertas EKG.
5. SOP Penggunaan Alat EKG
Berikut adalah prosedur pengoperasian dan pemasangan EKG :
1. Pasang semua komponen/kabel-kabel pada mesin EKG.
2. Nyalakan mesin EKG.
3. Baringkan pasien dengan tenang di tempat tidur yang luas. Tangan dan kaki
tidak saling bersentuhan.
4. Membuka dan melonggarkan pakaian pasien bagian atas, bila pasien memakai
jam tangan, gelang, logam lain agar dilepas.
5. Bersihkan dada, kedua pergelangan kaki dan tangan dengan kapas alkohol
(kalau perlu dada dan pergelangan kaki dicukur).
6. Pasang keempat elektrode ektremitas tersebut pada kedua pergelangan tangan
dan kaki.
Untuk tangan kanan berwarna merah.
tangan kiri berwarna kuning.
kaki kiri berwarna hijau.
kaki kanan berwarna hitam.
a. Pemasangan V1 s/d V6 EKG pada pasien
63
b. Melakukan kalibrasi dengan kecepatan 25 mm/s.
c. Pastikan rekaman EKG telah lengkap terekam oleh semua elektroda.
d. Matikan alat.
e. cabut semua elektroda kemudian bersihkan dari sisa gel.
f. Kemudian rapikan alat EKG.
6. Perawatan Alat EKG
Berikut adalah troubleshooting dari EKG yang ditunjukkan pada tabel 3.4 :
No Permasalahan Analisis Perbaikan
1. Gambar Kualitas kertas EKG Megganti kertas EKG yang baru
dikertas EKG kurang bagus Bersihkan sensor menggunakan
kurang jelas Sensor printer tertutup kain bersih
debu. Pastikan kabel elektroda
Cek board rangkaian terpasang dengan benar
Amp
Kabel elektroda
kurang tepat. Terjadi
noise (gangguan dari
luar)
2. Alat mati Sumber tegangan tidak Pastikan sumber tegangan pada
total ada alat ada
Fuse putus Ganti fuse
Perbaiki rangkaian
64
Konslet pada
rangkaian
65
Gambar 3.39 Dental Unit
(Sumber : https://www.medicalexpo.com/prod/foshan-anle-medical-apparatus/product-
72238-465452.html)
66
5. Meja dapat digerakkan vertikal dan horizontal (untuk vertical menggunakan
kunci manual), central lock arm dilengan meja.
6. Control box sebelah kiri pasien, untuk tempat pipa saluran air.
67
1. Blok Diagram dan prinsip kerja Dental Unit
68
3. Perawatan Alat Dental Unit
1. setelah bekerja desinfeksi semua bagian dari dental chair denganalkohol 90%.
2. Desinfeksi bagian handle sampai ujungnya dengan alkohol 90%
3. cukup desinfeksi lampu serta tangkainya dengan alcohol.
4. desinfeksi handle sampai bagian ujungnya serta bur setelah digunakan
5. periksa separator selema satu bulan sekali.
6. Periksa foot controller satu bulan sekali dan bersihkan setelah pemakaian.
7. bersihkan bowl dan sekitarnya dengan air kemudian desinfeksi
8. lepas dan cuci gelas menggunakan sabun setelah pemakaian.
4. Troubleshooting Dental Unit
69
3.2 Instalasi Peralatan Medik
Instalasi peralatan secara umum adalah tahap kegiatan pekerjaan pemasangan, yang
meliputi :
1. Pembukaan peti/koli (unpacking).
2. Penempatan alat pada tempat yang sudah ditentukan.
3. Perakitan alat dan atau peletakan alat pada pondasi atau pada c
4. eiling.
5. Penyambungan alat dengan kelengkapan dan atau material pra instalasi yang telah
dipersiapkan.
6. Pengaturan, pengukuran keluaran, kalibrasi dan atau pengujian keselamatan kerja.
Instalasi peralatan harus mengacu pada petunjuk instalasi dan gambar instalasi dari
pabrik pembuat / distributor.
Beberapa hal yang harus diperhatikan pada waktu instalasi alat adalah sebagai berikut :
1. Tidak mengganggu kegiatan pelayanan di rumah sakit atau instansi kesehatan
lainnya.
2. Instalasi dilakukan oleh tenaga yang professional dan ahli di bidangnya.
3. Kerusakan pada gedung, kelengkapan dan atau material pra-instalasi yang
diakibatkan oleh instalasi alat harus diperbaiki oleh pemasok / penyedia sehingga
kembali ke keadaan semula.
4. Pada pelaksanaan instalasi, teknisi pemasok / penyedia harus mengikutsertakan
teknisi rumah sakit / fasilitas pelayanan kesehatan sebagai upaya alih teknologi.
3.3 Penerimaan Peralatan Medis
Penerimaan peralatan medis / komisioning adalah proses melalui proses penerimaan
secara fisik dan administrative, uji fungsi dan uji coba untuk memasikan bahwa peralatan
medis itu sesuai dengan spesifikasi dalam kontrak, berfungsi dengan baik sebelum
digunakan dalam rangka menjamin tersedianya peralatan medis yang bermutu, aman dan
laik pakai.
Terdiri dari 3 tahap yaitu pemeriksaan fisik peralatan medis setelah diinstalasi bagi
peralatan medis yang menyaratkan instalasi, uji fungsi dan uji coba disertai pelatihan bagi
70
pengguna dan teknisi. Hasil penerimaan peralatan medis sesuai dengan ketentuan yang
berlaku
Peralatan yang diterima harus memenuhi ketentuan sebagai berikut :
a. Telah selesai diinstalasi
b. Telah dilakukan pemeriksaan fisik, instalasi dan uji fungsi
c. Telah melewati masa uji coba dengan hasil baik
d. Telah melewati masa pemeliharaan peralatan sesuai program
Kegiatan yang meliputi penilaian fisik alat, kelengkapan alat. Tujuan dari pemeriksaan
ini adalah untuk mengecek kesesuaian :
Merk, type/model, jumlah
Bagian-bagian alat
Aksesori yang dipesan
Kelengkapan dokumen teknis yang terdiri dari :
Certificate of origin
Test certificate
Manual (operation, service, installation, wiring/schematic diagram)
71
2) Uji Fungsi
Uji fungsi dilakukan untuk mengetahui kinerja alat sesuai dengan yang diharapkan
atau sesuai dengan standart keamanan dan standart dari pabrikan.
3) Pelatihan operator dan tenaga teknik (elektromedis)
Kegiatan pelatihan sebaiknya dilakukan setelah uji fungsi dan sebelum kegiatan uji
coba dilakukan.
Pelatihan teknisi / elektromedis meliputi :
a) Cara pengoperasian peralatan
b) Penjelasan fungsi masing - masing bagian alat
c) Mempelajari schematic diagram
d) Trouble shooting/mendeteksi kerusakan
e) Pengukuran dan kalibrasi
f) Pemeliharaan preventif
g) Penggantian suku cadang
4) Uji coba
Uji coba adalah kegiatan pengujian peralatan dengan melakukan penggunaan
langsung padapasien yang dilaksanakan setelah melalui proses uji fungsi dengan
baik. Uji coba dilaksanakan oleh operator yang telah dilatih untuk membiasakan
penggunaan alat sesuai prosedur kerjanya dalam waktu tertentu atau berdasarkan
jumlah pemakaian.
3.4 Masa Pemeliharaan Peralatan
Setelah uji fungsi alat mulai tahap masa pemeliharaan. Pemeliharaan yang
dimaksud terdiri dari pemeliharaan berkala dan panggilan setiap saat (on call service),
yaitu dalam keadaan mendesak teknisi penyedia / distributor harus bersedia melakukan
perbaikan setiap saat selama masa pemeliharaan.
Masa garansi adalah jangka waktu tertentu sesuai ketentuan di dalam kontrak,
dimana pihak penyedia masih bertanggungjawab terhadap perbaikan dan penyediaan
72
suku cadang peralatan yang mengalami kerusakan akibat kegagalan peralatan yang bukan
diakibatkan oleh kesalahan operator dan atau kesalahan pendukung lainnya seperti rumah
sakit. Masa garansi dihitung sejak selesai dilakukan uji fungsi atau sejak ditandatangani
Berita Acara Penerimaan peralatan.
73
4) Cara penanganan peralatan medis.
Informasi untuk pengguna dan tenaga teknis untuk penanganan dan
penyimpanan peralatan medis, pentingnya memastikan semua aksesoris lengkap
dan tersedia dan bimbingan tentang bagaimana baterai internal harus di isi ulang.
Istalasi alat kesehatan merupakan langkah suatu kegiatan yang dimulai dengan
penempatan, peletakkan, perakitan, pemasangan, penyetelan, adjustment,
pengukuran keluhan sampai pada alat berfungsi dengan baik.
Dari sini bisa dikatakan bahwa alat kesehatan jelas sekali memiliki fungsi
yang sangat beragam dalam dunia kesehatan. Fungsi dari alat kesehatan dapat
berupa pengelolahan, penerimaan, penyimpanan serta pendistribusian
perbekalan farmasi dengan berbagai peralatan lainnya.
Saat melakukan Praktek Kerja Lapangan di RST Tk.II dr. Soedjono
Magelang, penulis melakukan beberapa instalasi alat kesehatan. Alat kesehatan
yang penulis instalasi selama PKL di RST Tk.II dr. Soedjono Magelang yaitu
Sectra Visualitation Table, Sphyrometri, AED, Neuro Stimulator, Neuro
Monitoring, Hepafilter, Carm, Blanket Warmer,dll . Pada saat melakukan
instalasi penulis tentunya didampingi oleh pembimbing rumah sakit beserta
teknisi lain nya dan pihak Perusahaan. Proses instalasi dimulai dari merakit alat
kesehatan sampai memasang bagian bagian alat sehingga alat tersebut bisa
digunakan dan terakhir mengikuti training alat yang di jelaskan oleh pihak
perusahaan. Banyak ilmu yang penulis dapatkan saat instalasi alat kesehatan
yang tidak penulis dapatkan saat pembelajaran dikampus.
3.6 Perawatan Peralatan Medis
Program pemeliharaan peralatan medis yang efektif terdiri dari perencanaan yang
memadai, manajemen dan pelaksanaan. Perencanaan mempertimbangkan sumber daya
keuangan, fasilitas dan SDM yang memadai. Program pemeliharaan peralatan medis
harus berkesinambungan tak terputus dan dikelola agar pelayanan kesehatan meningkat.
Adakalanya dalam masa penggunaan, peralatan medis berkurang, tidak sesuai lagi
kinerjanya atau tidak dapat digunakan, diperlukan adanya perbaikan untuk
74
mengembalikan fungsi peralatan medis tersebut. Pemeliharaan peralatan medis dapat
dibagi menjadi dua kategori utama yaitu:
1. Inspeksi Dan Pemeliharaan Preventif (IPM)
Penggunaan prosedur yang benar dan tepat untuk pemeliharaan peralatan
akan dapat meningkatkan kinerja peralatan yang handal dan benar berfungsi baik.
Prosedur yang digunakan dalam melakukan kegiatan IPM harus dilakukan sebelum
pelaksanaan inspeksi atau pekerjaan pemeliharaan melalui kajian yang cermat dari
setiap jenis peralatan (atau model).
Kebanyakan prosedur IPM yang dilengkapi oleh tenaga teknik dari bagian
Elektromedik/Jangmed. Dalam beberapa kasus, bagaimanapun, tugas - tugas yang
rutin dan mudah untuk dilaksanakan, diselesaikan oleh pengguna. Hal ini
menghemat waktu untuk personil teknis dalam melakukan tugas - tugas teknis yang
lebih komplek dan kritis dan juga membuat pengguna mempunyai perasaan
memiliki.
Ketika pada saat kegiatan IPM terdapat masalah pada peralatan, perbaikan
peralatan tersebut dapat dijadwalkan untuk dilakukan perbaikan tanpa mengganggu
kegiatan IPM yang dilakukan, atau perbaikan tersebut dapat diselesaikan sebagai
dari bagian proses IPM. Jika kegiatan IPM atau perbaikan terkait tidak dapat
diselesaikan dalam perioda yang telah ditentukan sebelumnya, permintaan surat
perintah perbaikan/pemeliharaan (work order) harus tetap ada, dan tugas
pemelihara harus memeriksa atau memperbaiki peralatan secepat mungkin.
Peralatan medis yang memiliki prioritas yang lebih tinggi yang sebelumnya tidak
75
dilakukan kegiatan IPM pada periode sebelumnya, harus dilakukan terlebih dahulu.
Semua peralatan termasuk dalam program ini diperiksa dan diuji sebelum
penggunaan awal dan pada interval yang ditetapkan, biasanya disebut sebagai
perawatan pencegahan (PM).
76
tingkatan :
77
demikian, perlu untuk berkomunikasi dengan pengguna peralatan dan memeriksa
lingkungan kerja untuk menentukan mengapa peralatan tidak berfungsi seperti yang
diharapkan.
Ketika menyelidiki kegagalan dan tidak dapat dijelaskan, faktor lingkungan harus
dimasukkan ke dalam pertimbangan. Sebagai contoh, peralatan medis yang
membutuhkan daya listrik dapat terpengaruh oleh masalah catu daya, idealnya, daya
listrik harus memiliki tegangan yang stabil (nilai yang sesuai); bebas dari distorsi
transien, seperti lonjakan tegangan, surge atau mati, dan dapat diandalkan dengan hanya
kejadian hilangnya daya yang jarang terjadi. Tenaga teknis harus berkolaborasi dengan
mereka yang bertanggung jawab untuk sistem daya listrik dalam organisasi pelayanan
kesehatan untuk membantu fungsi sitem seefektif mungkin. Ini mungkin termasuk
pembelian regulator tegangan, menginstalasi catu daya listrik yang terputus (UPS),
menggunakan pelingdung lonjakan gelombang listrik, dan menghindari sumber daya
tambahan yang mengarah ke kabel / stop kontak secara seri.
Selanjutnya, staf elektromedik harus bekerja dengan staf Jangmed lainnya untuk
memastikan bahwa generator cadangan fungsional bekerja baik dan bahwa peralihan ke
sumber daya tambahan disetel dibawah 10 detik. Alternative lain mungkin untuk memilih
dan membeli peralatan yang dioprasikan dengan baterai. Ketika memperimbangkan untuk
memperoleh peralatan baru, juga penting staf elektromedik untuk memastikan bahwa
sistem daya listrik akan mampu mendukungnya.
Demikian pula, staf elektromedik harus menyadari bagaimana peralatan medis yang
berinteraksi dengan sistem utilitas lain (misalnya gas medis dan sistem vakung, kontrol
temperature dan sistem ventilasi, penyediaan air, teknologi informasi dan infrastruktur
komunikasi, dll). Dan sekali lagi mereka harus berkolaborasi dengan orang lain dalam
organisasi untuk mengoptimalkan kemapuan sistem utilitas untuk mendukung peralatan
medis.
Aspek yang untuk dari leingkungan fisik, seperti suhu tinggi, dan kelembapan,
dapat berpengaruh buruk pada peralatan medis yang dirancang untuk digunakan di daerah
beriklim sedang atau lingkungan terkendali.
78
Usia dan kondisi dari fasilitas layanan kesehatan juga mungkin memaikan peran
dalam kegagalan peralatan medis. Seiring waktu, sistem utilitas akan menurunkan dan
mungkin menjadi kelebihan beban dan atau ketinggalan jaman. Fasilitas yang lebih tua
pasti telah dibangun berdasarkan standar yang lebih tua. Bahkan fasilitas barupun
mungkin tidak memenuhi semua standar yang berlaku, oleh karena itu, perlu dikaji
persiapan infrastruktu utilitas untuk memastikan fasilitas tersebut berfungsi secara
memadai.
Alat kesehatan pada umumnya terdapat di insatansi kesehatan seperti rumah sakit,
puskesmas, pustu ataupun klinik kesehatan. Derajat kesehatan masyarakat perlu
ditingkatkan melalui pelayanan kesehatan yang berkualitas. Salah satunya melalui upaya
penyediaan alat kesehatan yang baik, aman dan laik pakai. Agar peralatan kesehatan
selalu dalam kondisi baik, aman dan laik pakai, diperlukan pemeliharaan preventif
meliputi pemeliharaan berskala dan pelaksanaan pengujian dan kalibrasi.
Melakukan Praktek Kerja Lapangan di RST Tk.II dr. Soedjono Magelang penulis
sempat melakukan beberapa perawatan alat kesehatan. Alat kesehatan yang penulis
lakukan perawatan selama melakukan praktek di RST Tk.II dr. Soedjono Magelang yaitu
ECG, Suction Pump, Syringe Pump, Infust Pump, Dental Unit, Patien Monitor, Nebulizer,
dan lain sebagainya.
Saat melakukan perawatan, penulis tentunya dibimbing oleh pembimbing Rumah
Sakit. Proses perawatan alat kesehatan yang ada di RS dimulai dari mengecek fisik alat,
mengecek kelengkapan aksesoris, melakukan pembersihan body pada alat hingga apakah
alat terseebut masih bisa digunakan apa tidak. Banyak ilmu yang penulis dapatkan saat
perawatan alat kesehatan yang tidak penulis dapatkan karena langsung praktek yang
sebelumnya sudah sedikit mendapat ilmu teorinya saat pembelajaran.
79
3.8 Troubleshooting Peralatan Medis
No Nama Alat Masalah Penyebab Tindakan
1 Suction Pump -Tabung Bocor -Suhu/Unsur Pemakaian Dalam -Ganti Tabung
-Motor Tidak Berputaar Waktu Panjamg Sesuai Volume
-Fuse Mati -Ganti Fuse
-Kurang Pelumas Pada Rotor -Buka Katup
Cylinder Lalu
Oleskan Pelumas
2 X-ray -Ketika Dihidupkan -Ic Pada Kontrol Sudah Tidak -Penggantian Ic
Rotor Pada Tube Berfungsi Semestinya
Langsung Bekerja
-Tube Panas
3 Lampu Operasi -Kurang Terang -Beberapa Lampu/Led Mati -Penggantian Lampu
-Tidak Menyala Ketika -Komponen Kontrol Pengaturan Yang Mati
Dihidupkan Rusak -Mengganti Kontrol
Komponen
4 Mesin -Keluar Suara Desis -Selang N2o (Nitrogen) Bocor -Penggantian Selang
anesthesi Pada Alat Yang Bocor
5 Dental -Terjadi Percikan Api -Brush Pada Motor Aus(Habis) -Mengganti Brush
micromotor Ketika Bekerja Yang Baru
6 hepafilter -Udara Kurang -Filter Kotor -Filter Dibersihkan
Tersaring
7 Infuse pump -Kode 002 Tidak Nyala -Baterai Rusak -Ganti Baterai
80
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di RST Tk.II dr. Soedjono Magelang ini
memberikan banyak sekali informasi yang berkaitan dengan peralatan elektronika,
kedokteran dan informasi yang berhubungan dengan spesifikasi alat, cara pemakaian,
pemeliharaan alat, serta waktu dan proses kalibrasi dari alat tersebut. Informasi ini
memberikan penulis tambahan ilmu yang selama mengikuti perkuliahan tidak diperoleh.
Kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Rumah Sakit ini memberikan penulis
banyak pengalaman dalam meningkatkan kemampuan dan belajar. Penulis memperoleh
wawasan yang baru mengenai dunia kerja serta wawasan bagaimana ilmu yang telah
peroleh selama kuliah dapat diterapkan dalam dunia kerja.
Maka setelah melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) selama kurang lebih 5
Minggu, kami mengambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Dengan melakukan PKL di RST Tk.II dr. Soedjono Magelang mahasiswa dapat
memahami lingkup kerja DIII Elektromedik di rumah sakit RST Tk.II dr.
Soedjono Magelang yang meliputi penerimaan peralatan medis, pencatatan
peralatan medis. Instalasi peralatan medis, uji fungsi dan kalibrasi peratalan
medis, dan pemeliharaan peralatan medis.
2. Dengan melakukan PKL di RST Tk.II dr. Soedjono Magelang mahasiswa dapat
memahami kategori peralatan medik di RST Tk.II dr. Soedjono Magelang yang
meliputi peralatan Life Support, peralatan bedah dan anastesi, peralatan terapi,
peralatan diagnostik, pertalatan LAB klinik, dan peralatan radiologi.
3. Dengan melakukan PKL di RST Tk.II dr. Soedjono Magelang mahasiswa dapat
memperoleh, mengolah, menganalisa data dan atau informasi terkait peralatan
medik yang ada di RST Tk.II dr. Soedjono Magelang dan menginterpretasikan
hasilnya ke dalam bentuk laporan PKL.
4. Dengan melakukan PKL di RST Tk.II dr. Soedjono Magelang mahasiswa mampu
beradaptasi dengan profesi lainnya di pelayanan kesehatan, dimana pada RST
81
Tk.II dr. Soedjono Magelang Jangmed tidak lepas dari profesi dokter, bidan dan
perawat.
5. Dengan melakukan PKL di RST Tk.II dr. Soedjono Magelang mahasiswa
mendalami satu sistem atau lebih peralatan elektromedik yang nantinya dapat
dijadikan pembuatan tugas akhir yaitu meliputi kalibrasi, perbaikan modifikasi
serta rancang bangun alat kesehatan.
Saran
82
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, “Installation Guide Hamilton C2” 2016, PT. Hamilton Medical Switzerland, ,
PT. IDS Medical Systems Indonesia, Jakarta 2016.
Anomim, “Service manual Patient Monitor UM-300T” 2014, PT. Medtek Medical
Jerman, , PT. B Braun Medical Indonesia, Semarang 2014.
Anomim, “Service manual Syringe Pump B Braun” 2014, PT. B Braun Medical
Indonesia, Jakarta 2014.
Fattah, Rahmawati, 2013, Ultrasonography (online),
(http://rahmawatifattah.blogspot.com/2013/03/makalah-tentang-usg-
ultrasonografi.html, diakses tanggal 25 Desember 2020)
Sofie, Muhammad, 2014,Syringe Pump (online),
(http://mohamadsofie.blogspot.com/2014/08/syringe-pump.html, diakses tanggal 25
Desember 2020)
Ulfasari, Desi, 2017, Electrocardiograf (online),
(http://desiulfasari.blogspot.com/2017/05/makalah-alat-ekg.html, diakses tanggal 25
Desember 2020)
https://www.scribd.com/embeds/354222441/content?staet_page=1&view_mod
e=scroll&access_key=key-fFexxf7r1bzEfWu3HKwf
http://sahabatafterego.blogspot.com/2013/11/computed-tomography-ct-
scan_6.html
https://www.scribd.com/embeds/139896226/content?staet_page=1&view_mod
e=scroll&access_key=key-fFexxf7r1bzEfWu3HKwf
http://raturhyni.blogspot.com/2015/05/?m=1
83
DOKUMENTASI
84
85