Disusun oleh :
Mutia Valentisa Putri (151313009)
Laporan kerja praktik lapangan di Rumah Sakit Umum Daerah Martapura ini
disusun oleh :
lapangan selama 2 bulan, terhitung sejak 2 Januari 2018 - 3 Maret 2018 dan telah
menyelesaikan laporannya.
Menyetujui,
Mengetahui,
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat-
Nya sehingga penulis dapat melaksanakan Kerja Praktik serta dapat
menyelesaikan laporannya tepat waktu dan tanpa adanya halangan yang berarti.
Laporan kerja praktik ini disusun berdasarkan apa yang telah penulis
lakukan dan penulis dapatkan pada saat dilapangan yakni pada Rumah Sakit
Umum Daerah Martapura yang terhitung dari tanggal 2 Januari 2018 sampai
dengan 3 Maret 2018.
Kerja praktik lapangan ini merupakan salah satu syarat wajib yang harus
ditempuh dalam Program Teknologi Elektromedis. Selain untuk menyelesaikan
program studi yang penulis tempuh, kerja praktik ini ternyata banyak memberikan
manfaat kepada penulis baik dari segi akademik maupun untuk pengalaman yang
tidak dapat penulis temukan saat berada di bangku kuliah.
Dalam penyusunan laporan hasil kerja praktik lapangan ini penulis banyak
mendapatkan bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh sebab itu penulis
ingin mengungkapkan rasa terima kasih kepada :
1. Bapak Eko Aris Budi Cahyono, S.T., M.Eng. selaku Direktur Politeknik
Mekatronika Sanata Dharma
2. Bapak Bernardinus Sri Widodo, ST., M.Eng. selaku ketua Program Studi
Teknologi Elektromedis.
3. Bapak Antonius Hendro Noviyanto, S.T., M.T. selaku dosen pembimbing
Kerja Praktik.
4. Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Martapura yang telah memberikan
izin kepada kami untuk pelaksanaan Kerja Praktik.
5. Astuti, S.Farm,apt. selaku kepala SUB Bagian Tata Usaha di Rumah Sakit
Umum Daerah Martapura, yang telah menerima penulis untuk
melaksanakan Kerja Praktik di bagian IPSRS.
6. Maizar, A,Md.Kep selaku kepala IPSRS Rumah Sakit Umum Daerah
Martapura dan pembimbing lapangan.
iii
7. Kori Al Hasan, Lenzurizal, Tohiro, M.Habibie selaku staf IPSRS yang telah
banyak mengenalkan alat-alat eletromedis dan membimbing penulis
dilapangan.
8. Seluruh staf Rumah Sakit Umum Daerah Martapura yang menerima penulis
dengan baik saat kerja praktik.
9. Keluarga yang telah memberikan dorongan, dukungan dan semangat untuk
terus melangkah.
10. Teman-teman seangkatan Prodi D3 Teknologi Elektromedis Angkatan 2015
yang telah berbagi pengalaman dan sharingnya dalam melaksanakan kerja
praktik.
11. Dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah
membantu penulis.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini masih jauh dari kata
sempurna, seperti kata pepatah tak ada gading yang tak retak, oleh karena itu
kritik dan saran dari pembaca sangat penulis harapkan demi kesempurnaan
laporan ini.
Akhir kata penulis menyampaikan rasa terima kasih dan berharap agar
laporan kerja praktik lapangan ini dapat memberikan banyak manfaat bagi kita
semua.
Penyusun
iv
DAFTAR ISI
v
BAB IV KEGIATAN KERJA PRAKTIK ............................................................ 44
4.1 Kegiatan Secara Umum .......................................................................... 44
4.2 Uraian Kegiatan Kerja Praktik ............................................................... 44
4.2.1 Pemeliharaan dan Perawatan Alat Medis ........................................... 44
4.2.1.1 Lampu Ultraviolet ........................................................................... 45
4.2.1.2 Electrocardigraph (ECG) ................................................................ 47
4.2.1.3 Short Wave Diathermy (SWD) ...................................................... 49
4.2.1.4 Nebulizer ......................................................................................... 51
4.2.1.5 Patient Monitor ............................................................................... 53
4.2.1.6 Spirometer ....................................................................................... 55
4.2.1.7 Doppler............................................................................................ 56
4.2.1.8 Kursi Pemeriksaan THT .................................................................. 58
4.2.1.9 Dental Unit ...................................................................................... 59
4.2.2 Kegiatan Lain ...................................................................................... 61
4.2.2.1 Troubleshooting Panel kontrol pompa air ....................................... 61
4.2.2.2 Perbaikan Kipas Angin ................................................................... 62
4.2.2.3 Pemasangan Radar Air .................................................................... 64
4.2.2.4 Perawatan Kran Air ......................................................................... 65
LAMPIRAN
Lampiran 1. Laporan Harian Kerja Praktik ....................................................... 70
Lampiran 2. Foto-Foto Kegiatan Kerja Praktik ................................................. 76
vi
DAFTAR GAMBAR
vii
Gambar 4.7 Tutup inhalasi .................................................................................... 52
Gambar 4.8 Patient Monitor ................................................................................. 53
Gambar 4.9 Spirometer ......................................................................................... 55
Gambar 4.10 Fetal Doppler ................................................................................... 56
Gambar 4.11 Baterai Doppler ............................................................................... 57
Gambar 4.12 Kursi Pemeriksaan THT Elektrik .................................................... 58
Gambar 4.13 Dental Unit ...................................................................................... 59
Gambar 4.14 Panel kontrol pompa air .................................................................. 61
Gambar 4.15 Bagian Dalam Boks Panel Pompa Air ............................................ 62
Gambar 4.16 Service Kipas Angin ........................................................................ 62
Gambar 4.17 Radar air .......................................................................................... 64
Gambar 4.18 Pemasangan radar air ...................................................................... 65
Gambar 4.19 Kran air ............................................................................................ 65
viii
DAFTAR TABEL
ix
BAB I
PENDAHULUAN
1
meningkatkan kepekaan, kedisiplinan dan kesiapan mental mahasiswa sebagai
bekal tambahan untuk menghadapi lingkungan kerja nyata sehingga mahasiswa
mampu menyelesaikan permasalahan yang muncul.
1.2 Tujuan
Tujuan dari kerja praktik ini diantaranya:
1) Untuk memahami manajemen perawatan alat medis yang ada di rumah
sakit.
2) Untuk memahami Standar Prosedur Operasional (SPO) alat alat medis
elektronik.
3) Untuk dapat terlibat secara langsung dalam team work dan beradaptasi
dalam lingkungan rumah sakit yang sebenarnya.
4) Untuk mengukur kemampuan yang dimiliki dan diperoleh selama masa
perkuliahan.
5) Terciptanya suatu hubungan yang sinergis, jelas dan terarah antara dunia
perguruan tinggi dan dunia kerja sebagai pengguna outputnya.
1.3 Manfaat
Manfaat kerja praktik bagi rumah sakit antara lain :
1) Rumah sakit akan mendapat bantuan tenaga dari mahasiswa-mahasiswa
yang melakukan kerja praktik.
2) Adanya kerjasama antara dunia pendidikan dengan dunia instansi rumah
sakit sehingga rumah sakit tersebut dikenal oleh kalangan akademis.
2
4) Mahasiswa lebih memiliki kepekaan dan kesiapan mental terhadap
lingkungan kerja yang akan dihadapi.
3
BAB II
PROFIL RUMAH SAKIT UMUM DAERAH MARTAPURA
Kementerian : KESEHATAN RI
Satker : Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Martapura
Alamat : Jln. Adiwiyata Kota Baru Lingot Kecamatan
Martapura Kabupaten OKU Timur
Kode Pos 32181 Telp. (0735) 481004
Klafisikasi Rumah Sakit : D
Mail : rsudmartapura@yahoo.com fax (0735) 481004
Kode : 1609011
Tahun didirikan : 2009
Tahun Operasional : 2012
Kepemilikan : Pemerintah Daerah
Luas Lahan : 40.000 Ha
4
Gambar 2.1 Denah lokasi RSUD Martapura
2.4.2 Misi
Misi Rumah Sakit Umum Daerah Martapura adalah sebagai berikut :
1. Meningkatkan sumber daya manusia secara berkesinambungan.
2. Menjadi pusat rujukan dengan orientasi pada kepuasan masyarakat.
3. Memberikan pelayanan yang bermutu dan terjangkau bagi masyarakat.
5
2.4.3 Strategi
Strategi Rumah Sakit Umum Daerah Martapura adalah “Melayani cara
profesional, Cepat, Tepat, Ramah dan Terjangkau”.
2.4.4 Motto
Motto Rumah Sakit Umum Daerah Martapura adalah “KIAT”. Berikut ini
penjelasan tentang “KIAT” :
1. KUALITAS
Sarana dan prasarana serta sumber daya manusia yang berkualitas untuk
memberikan pelayanan yang maksimal pada masyarakat.
2. IKLAS
Dalam memberikan pelayanan dengan keiklasan supaya dapat memberikan
kepuasan kepada masyarakat.
3. AKURAT
Pelayanan yang diberikan cepat dan tepat dalam mendiagnosa.
4. TERJANGKAU
Letak RSUD Martapura strategis sehingga mudah seluruh masyarakat
menjangkaunya. Biaya perawatan, pengobatan terjangkau oleh masyarakat.
6
2.5.2 Tujuan Khusus
Tujuan khusus Rumah Sakit Umum Daerah Martapura adalah sebagai berikut :
1. Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan bagi masyarakat dari berbagai
lapisan masyarakat di Kabupaten OKU Timur khusus nya di Martapura.
2. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dari berbagai lapisan.
3. Tersedianya sarana dan prasarana yang memadai dalam pelayanan
kesehatan masyarakat.
4. Mewujudkan daerah otonomi yang nyata ,serasi dan dinamis serta
bertanggung jawab terhadap kesehatan Masyarakat.
5. Meningkatkan dan mengembangkan keterampilan SDM agar lebih
profesional.
6. Meningkatkan kepuasan kepada pelanggan dalam mendapatkan pelayanan
kesehatan.
7. Meningkatkan motivasi kerja pegawai dengan menerapkan pengawasan
melekat.
8. Meningkatkan pelaksanaan manajemen rumah sakit yang baik dan terarah.
9. Meningkatkan daya saing dalam pemberian pelayanan kesehatan.
10. Memberikan pelayanan kesehatan yang terjangkau oleh masyarakat.
7
Rawat jalan juga menerima rujukan rumah sakit lain, puskesmas, dokter
praktek, rumah bersalin dan lain-lain. Pasien yang datang ke Rumah Sakit Umum
Daerah Martapura mayoritas jamsoskes, jamkesmas, BPJS ,UKS dan umum.
8
3. Instalasi Radiologi
Seperti halnya laboratorium, radiologi juga merupakan salah satu faktor
penunjang penegak diagnosa. Instalasi ini didukung dengan peralatan yang
canggih sehingga dapat memberikan pelayanan foto rontgen baik kontras, foto
gigi serta pelayanan USG (Ultrasonografi).
4. Instalasi Farmasi
Instalasi farmasi Rumah Sakit Umum Daerah Martapura merupakan suatu
unit di rumah sakit yang berperan sebagai penunjang pelayanan kesehatan dalam
melaksanakan fungsi rumah sakit. Tugas instalasi farmasi yaitu melakukan
kegiatan menyediakan, peracikan, pendistribusi, pengelolaan penyimpanan obat-
obatan dan alat kesehatan serta memberikan pelayanan kepada pasien mengenai
penggunaan obat yang rasional. Semua obat-obatan disediakan dari rumah sakit.
5. Instalasi Gizi
Instalasi gizi memberikan pelayanan makanan bagi pasien rawat inap dan
rawat jalan. Selain itu kebutuhan konsumsi untuk dokter dan perawat juga
dipenuhi.
9
2.7 Struktur Organisasi Rumah Sakit Umum Daerah Martapura
DIREKTUR
KOMITE MEDIK
KEUANGAN KEPEGAWAIAN DAN SDM HUMAS IPSRS
KOMITE ETIK DAN HUKUM
KOMITE KEPERAWATAN
SPI
SEKSI PELAYANAN DAN
SEKSI KEPERAWATAN
REKAM MEDIS
ZAAL P.DALAM ZAAL BEDAH ZAAL KEBIDANAN ZAAL ANAK ZAAL VK KELAS I KELAS II ICU, PICI, NICU KESLING
LAUNDRY
REKAM LABOR FISIOTERAP INST FARMASI POLI UMUM POLI POLI BEDAH POLI SARAF UGD
OK KAMAR JENAZAH INST GIZI POLI MATA POLI GIGI POLI THT POLI ANAK POLI P.DALAM RONTGEN UTDRS
10
BAB III
PEMBAHASAN ALAT
Lampu Ultraviolet (UV) seperti gambar 3.1 ini bisa digunakan sebagai
media alat sterilisasi ruangan yang biasanya diperlukan untuk ruangan operasi.
Dengan adanya lampu sinar ultraviolet ini ruangan yang akan dihuni oleh pasien
akan terhindar dari bakteri maupun kuman. Hal ini adalah salah satu prosedur
proses sterilisasi yang ada di dalam dunia medis. Beberapa proses sterilisasi yang
biasanya dilakukan di rumah sakit salah satunya dengan menggunakan lampu
sinar UV.
Lampu ultraviolet ini untuk mencegah terjadinya infeksi pada pasien
sehingga perlu dilakukan sterilisasi ruangan. Sinar UV banyak digunakan sebagai
media sterilisasi dengan kemampuan radiasi sinarnya mampu membunuh bakteri
dan kuman. Lampu UV dengan panjang gelombang tersebut tentunya mempunyai
daya bunuh yang sangat efektif.
Sinar ultraviolet akan membunuh bakteri atau kuman berdasarkan luas
ruangan yang akan di steril. Lampu UV ini tidak boleh digunakan dalam jangka
waktu lama penggunaannya cukup 15 menit atau sesuai ruangan yang akan di
11
sterilisasikan. Lampu UV ini nantinya akan memancarkan sinar radiasi yang akan
digunakan untuk membunuh bakteri maupun kuman [2].
12
3.2 Electrocardigraph (ECG)
Electrocardiograph (EKG atau ECG) seperti gambar 3.2 ini adalah alat
bantu diagnostik yang digunakan untuk mendeteksi aktivitas listik jantung berupa
grafik yang merekam perubahan potensial listrik jantung yang dihubungkan
dengan waktu.
Penggunaan EKG dipelopori oleh Einthoven pada tahun 1903 dengan
menggunakan Galvanometer berupa senanr yang merupakan instrument yang
sangat peka dan dapat mencatat perbedaan kecil dari tegangan [3].
EKG digunakan pada saat :
1. Pasien mengalami kelainan irama jantung.
2. Pasien dengan pengaruh obat-obat jantung.
3. Pasien dengan gangguan elektrolit.
4. Pasien dengan pembesaran jantung.
5. Pasien yang gawat.
6. Dll
EKG Rekaman aktivitas listrik jantung tidak mengukur fungsi mekanik.
Tidak secara langsung menyatakan ketidaknormalan struktur jantung, hanya
melakukan perekaman perubahan elektris akibat kelainan struktur jantung
tersebut. EKG tidak merekam seluruh aktivitas listrik jantung, hanya aliran-aliran
yang ditransmisikan ke area dimana electrode ditempatkan seperti gambar 3.3
berikut ini.
13
Sumber : http://1.bp.blogspot.com/-3CORq2yNM4o/VnoIaZaHYVI/AAAAAAAAAaA/audv7boZ-
P8/s1600/ekg.jpg
14
3.2.2 Prosedur Pengoperasian Electrocardigraph (ECG)
Standar operasional Electrokardiograph adalah sebagai berikut :
Tempatkan alat pada ruang tindakan.
Lepaskan penutup debu.
Siapkan patient cable, strap electrode, chest electrode, kertas perekan dan
gel.
Pasang patient cable, kertas rekam pada alat.
Hubungkan alat keterminal pembumian.
Hubungkan alat dengan catu daya.
Hidupkan alat dengan menekan tombol ON/OFF ke posisi ON.
Lakukan pemanasan secukupnya.
Atur selector pada posisi STD, lakukan kalibrasi dengan menekan tombol
kalibrasi berulang-ulang dan atur switch run paper speed pada posisi RUN,
kemudian amati bentuk pulsa pada kertas rekam.
Perhatikan protap pelayanan.
Beritahukan kepada pasien, mengenai tindakan yang akan dilakukan.
Oleskan gel pada pasien secukupnya.
Pasang strap electrode, chest electrode pada kabel pasien.
Pasang strap electrode, chest electrode pada pasien.
Masukan data pasien.
Pilih program (auto atau manual).
Lakukan pemeriksaaan.
Setelah pengoperasian selesai, matikan alat dengan menekan ON/OFF pada
posisi off.
Lepaskan hubungan alat dari catu daya.
Lepaskan hubungan alat dari terminal pembumian.
Lepaskan semua electrode dan bersihkan semua electrode.
Simpan ECG beserta electrode dan seperangkatnya ke tempat aman supaya
siap dipakai setiap saat.
Pasang penutup debu.
Kembalikan ECG dan aksesorisnya ketempat semula.
Catat beban kerja dalam jumlah pasien.
15
Sumber : http://3.bp.blogspot.com/-
j53P0fO32Eo/VF2xlBVXTVI/AAAAAAAAAd0/b4NCnR_0Uac/s1600/ekg.png
16
3. Pencatatan
Lakukan pengisian formulir ceklist dan kartu pemeliharaan serta SIM RS.
Simpulkan hasil pemeliharaan, baik dan tidak baik.
Pengguna alat menandatangani lembar ceklist sebgai bukti pemeliharaan
telat dilaksananakan.
4. Pengemasan
Cek alat kerja dan lat ukur, sesuaikan dengan lembar kerja.
Cek dan rapihkan dokumen teknis penyerta.
Kembalikan alat kerja, alat ukur, dan dokumen teknis penyerta ke tempat
semula.
Bersihkan alat ECG dan lokasi pemeliharaan.
17
melalui mekanisme konversi, yaitu dari energi elektromagnetik menjadi energi
termal.
Pola pemanasan yang dihasilkan tergantung pada tipe SWD serta
kandungan air dan elektrolit dalam jaringan (jaringan berkadar air tinggi misalnya
otot, kulit, darah, sedangkan jaringan berkadar air rendah misalnya tulang dan
lemak)
Unit SWD dapat bersifat induktif dan kapasitif. Aplikator induktif memakai
kumparan induksi yang memberikan medan magnet untuk menginduksi medan
listrik yang sirkuler dalam jaringan. Dalam keadaan ini akan tercapai temperatur
yang lebih tinggi pada jaringan yang kaya air dengan konduktivitas yang lebih
tinggi. Aplikator bisa berupa kabel atau drum.
Jika memakai aplikator kapasitif, pasien ditempatkan di antara 2 lempeng
kondensor logam. Kedua lempeng dan bagian tubuh pasien bertindak sebagai
kapasitor (sebuah objek yang menyimpan kandungan listrik), dan panas dihasilkan
melalui osilasi cepat dalam medan listrik dari lempeng yang satu ke lempeng yang
lain. Aplikator kapasitif akan menghasilkan temperatur yang lebih tinggi pada
jaringan yang miskin air.
Secara umum, efek fisiologik pemanasan meliputi :
Hemodinamik
Meningkatkan aliran darah
Mengurangi inflamasi kronik
Meningkatkan inflamasi akut
Neuromuskuler
Meningkatkan firing rate serat Ia (muscle spindle)
Menurunkan firing rate serat II (muscle spindle)
Meningkatkan firing rate serat Ib (organ tendon golgi)
Meningkatkan kecepatan hantaran saraf
Sendi dan jaringan ikat
Meningkatkan ekstensibilitas tendon
Meningkatkan aktivitas kolagenase
Mengurangi kekakuan sendi dan nyeri
18
SWD sering digunakan untuk kasus-kasus muskuloskeletal (tendinitis,
tenosinovitis, bursitis, kapsulitis, dll), nyeri (tengkuk, punggung bawah,
miofascial, neuralgia post herpetik, dll) arthritis, kekakuan sendi, relaksasi otot
dan inflamasi kronik. Dalam hal ini, pemakaian modalitas pemanasan dalam
dimaksudkan untuk meminimalkan pemanasan di jaringan permukaan / superfisial
(kutis dan subkutis) serta memaksimalkan pemanasan pada jaringan yang lebih
dalam sehingga dapat tercapai pemulihan yang lebih cepat. Untuk terapi, target
temperatur biasanya 40-45°C, karena ambang nyeri termal kira-kira 45 °C,
persepsinya dapat dipakai untuk memonitor intensitas pemanasan.
Intensitas SWD sesuai dengan persepsi nyeri pasien. Sebuah kain handuk
digunakan sebagai antara dan untuk menyerap keringat yang sangat konduktif dan
bisa menimbulkan pemanasan fokal yang berbahaya. Waktu pengobatan adalah
15-30 menit [4].
Perlu diperhatikan kontraindikasi pemakaian SWD, yaitu :
Kontraindikasi pemanasan secara umum :
Trauma akut, inflamasi
Gangguan sirkulasi
Edema
Scar yang besar
Gangguan sensibilitas
Keganasan
Gangguan kognitif dan komunikasi sehingga sulit melaporkan nyeri
Kontraindikasi SWD secara khusus :
Adanya logam (perhiasan, pacemaker, IUD, implant, dll)
Lensa kontak
Kehamilan dan menstruasi
Imaturitas tulang
19
3.3.1 Spesifikasi Short Wave Diathermy (SWD)
Spesifikasi Short Wave Diathermy (SWD) pada gambar 3.5 yang ada di
Rumah Sakit Umum Daerah Martapura adalah sebagai berikut :
Nama Alat : Short Wave Diathermy (SWD)
Merk Tipe : LDT.CD31
Daya, Tegangan/Frekuensi : <700 VA 220 VAC 50 Hz
Lokasi : Poli Fisioterapi
20
3.3.3 Prosedur Pemeliharaan Short Wave Diathermy (SWD)
Pemeliharaan dilakukan secara berkala pada Short Wave Diathermy (SWD)
untuk sistem kerja alat tetap baik dan aman digunakan untuk pemeriksaan pasien.
Berikut ini cara memelihara Short Wave Diathermy (SWD) :
Cek dan bersihkan seluruh bagian alat.
Cek sistem catu daya, perbaiki bila perlu.
Cek fungsi selektor, tombol/switch, perbaiki bila perlu.
Cek kabel electrode frekuensi tinggi dari kerusakan dan bersihkan konektor.
Cek corona dan bunga api (arching) pada setting energi tinggi.
Cek dan periksa fungsi pewaktu (timer), perbaiki bila perlu.
Lakukan pelumasan pada roda gigi, jika dilengkapi automatic patient
tuning.
Cek dan periksa lampu-lampu indicator, ganti bila perlu.
Cek gerakan automatic patient tuning pada energi maksimum.
Cek sistem pengamanan, perbaiki bila perlu.
Lakukan pengukuran tahanan kabel.
Lakukan pengukuran arus bocor.
Lakukan uji kinerja alat.
3.4 Nebulizer
Nebulizer seperti gambar 3.6 merupakan alat yang digunakan oleh pasien
untuk merubah obat dari bentuk cairan/ liquid menjadi partikel – partikel aerosol.
Aerosol sangat bermanfaat untuk paru – paru ketika dihirup. Nebulizer merupakan
21
alat kesehatan yang harus tetap dijaga agar tetap bersih agar menghindarkan
pasien menghirup bakteri. Efek dari pengobatan ini adalah untuk mengembalikan
kondisi spasme bronkus. Nebulizer juga salah satu terapi inhalasi. Pada umumnya
Nebulizer diberikan pada orang yang mengalami gangguan sistem pernapasan
seperti batuk, pilek maupun obstruksi atau penyumbatan saluran pernapasan oleh
mukus (dahak). Nebulizer cenderung diberikan pada bayi atau anak-anak karena
usia tersebut belum mampu mengeluarkan dahak secara optimal. Untuk bisa
membersihkan dan mengeluarkannya dahak harus kita buat lebih encer, disinilah
fungsi pemberian Nebulizer [5]. Pada gambar 3.7 ini adalah bagian-bagian pada
Nebulizer Omron NE-C28 sebagai berikut :
Sumber : http://jurnal-fisioterapi.blogspot.co.id/2014/10/penatalaksanaan-terapi-inhalasi-dengan.html
22
Bagian – bagian Nebulizer pada gambar 3.7 yang terlihat antara lain :
Kompresor Nebulizer : Kompresor digunakan untuk memompa udara ke
cangkir obat untuk menciptakan kabut yang dihirup.
Nebulizer Cup : wadah untuk mengukur obar cair.
Corong atau masker : merupakan pembukaan untuk menghirup kabut.
Tubing : pipa yang menghantarkan udara dari kompresor ke cangkir obat.
Tubing konektor : pipa penghubung dari Nebulizer ke Nebulizer Cup.
23
2. Melakukan inhalasi
Pegang dan tahan nebkit seperti gambar di samping. Jangan miringkan
nebkit lebih dari 45o karena obat dapat tumpah atau alat tidak dapat bekerja
dengan semestinya.
Nyalakan alat, saat kompresor menyala, nebulisasi dimulai dan aerosol
dihasilkan. Hirup uap obat.
Setelah selesai matikan kembali alat.
24
Tarik penutup filter udara dari kompresor.
Ganti filter udara dengan objek tajam, contoh : tusuk gigi dan masukan filter
udara baru. Taruh kembali ke unit utama.
NOTE :
Gunakan hanya filter OMRON. Tidak ada orientasi depan atau belakang
untuk filter udara.
Jangan cuci filter. Jika terkena air, harap ganti dengan yang baru.
Cuci penutup filter secara berkala. Jangan dididihkan.
Patient monitor seperti gambar 3.8 adalah sebuah alat berbentuk monitor
untuk kepentingan medis atau monitor fisiologis atau tampilan, adalah perangkat
medis elektronik yang digunakan dalam pemantauan medis yang menampilkan
data dipantau, dan mungkin atau mungkin tidak memiliki kemampuan untuk
mengirimkan data pada jaringan pemantauan. Data fisiologis ditampilkan terus
menerus pada layar CRT atau LCD sebagai saluran data sepanjang sumbu waktu,
Mereka bisa disertai dengan read outs numerik parameter dihitung pada data asli,
seperti nilai maksimum, minimum dan rata-rata, denyut nadi dan frekuensi
pernapasan, dan sebagainya.
Parameter adalah bagian-bagian fisiologis dari pasien yang diperiksa
melalui pasien monitor. Jika kita ketahui ada sebuah pasien monitor dengan 5
parameter, maka yang dimaksud dari lima parameter tersebut adalah banyaknya
jenis pemeriksaan yang bisa dilakukan oleh pasien monitor tersebut.
25
Didalam istilah pasien monitor kita mengetahui beberapa parameter yang
diperiksa, parameter itu antara lain adalah [6] :
A. EKG
EKG adalah pemeriksaan aktivitas kelistrikan jantung, dalam pemeriksaan
EKG ini juga termasuk pemeriksaan "Heart Rate" atau detak jantung pasien
dalam satu menit. Prosedur perekaman pada EKG adalah :
Power On
Switch Operation On
Pilih Lead I dan pastikan tidak ada noise dari AC dan Tubuh
Tekan Start / Stop untuk perekaman
Ulangi untuk lead berikutnya
Pada EKG di Bedside Monitor atau Patient Monitor ini 3 lead atau 5 lead
tergantung kebutuhan dan alat tersebut memakai 3 lead atau 5 lead yang sesuai.
Sumber : https://s2.bukalapak.com/img/7900114621/w-
1000/AM_Kabel_ECG_5_lead_6_pin_Pasien_Monitor.jpg
B. Respirasi
Respirasi adalah pemeriksaan irama nafas pasien dalam satu menit. Prosedur
pengoperasian respirasi adalah :
Power On
Switch Operation On
Pasang probe pada pasien
Pilih menu respirasi
Tekan Start / Stop
26
C. Saturasi darah/ SpO2
SpO2 adalah kadar oksigen yang ada dalam darah. Prosedur pengoperasian SpO2
adalah :
Power On
Switch Operation On
Pasang probe pada pasien
Pilih menu SpO2
27
E. Temperature, suhu tubuh pasien yang diperiksa. Prosedur pengoperasian
temperature adalah :
Power On
Switch Operation On
Pasang probe pada pasien pada kuliat atau dubur
Ulangi untuk berikutnya
28
Atur setingan NiBP seperti : Alarm, Interval.
Tekan tombol START untuk memulai pengukuran.
Jika memerlukan selang waktu tekan interval.
3. SpO2 (untuk memonitor kadar oksigen dalam darah)
Pasangkan kabel oksimetri ke kabel koneksi SpO2 ke soket SpO2 (warna
biru).
Pasang probe SpO2 ke pasien.
Tunggu beberapa detik data dan pengukuran sedang berlangsung.
Atur alarm jika diperlukan.
4. ECG (untuk memonitor aktifitas kelistrikan jantung)
Pasangkan kabel electrode ke soket ECG (warna hijau).
Pasang dispossible electrode ke pasien dan pasang kabel electrode ke
terminal dispossible electrode.
Tunggu beberapa detik untuk pengambilan data dan pengukuran sedang
berlangsung.
Atur setingan ECG jika diperlukan seperti: alarm, HR, lead, sensitivitas.
5. Mematikan alat
Pastikan tidak ada menu yang sedang ditampilkan, jika masih ada menu
harus ditutup.
Tekan tombol power 3-5 detik.
Cabut kabel power.
29
2. Pelaksanaan pemeliharaan
Lakukan pendataan alat.
Lakukan pemantuan kondisi lingkungan.
Lakukan pemeriksaan kualitatif.
Lakukan pengecek pemeriksaaan kuantitatif.
Kesimpulan dari hasil pemeliharaan.
3. Pencatatan
Lakukan pengisian formulir ckelist dan kartu pemeliharaan serta SIM RS.
Simpulkan hasil pemeliharaan, baik dan tidak baik.
Pengguna alat menandatangani lembar ceklist sebagai bukti pemeliharaan
telat dilaksananakan.
4. Pengemasan
Cek alat kerja dan alat ukur, sesuaikan dengan lembar kerja.
Cek dan rapihkan dokumen teknis penyerta.
Kembalikan alat kerja, alat ukur, dan dokumen teknis penyerta ke tempat
semula.
Bersihkan alat dan lokasi pemeliharaan.
3.6 Spirometer
Faal paru berarti kerja atau fungsi paru dan uji faal paru merupakan
pengukuran objektif apakah fungsi paru seseorang dalam keadaan normal atau
abnormal. Pemeriksaan faal paru biasanya dikerjakan berdasarkan indikasi atau
keperluan tertentu. Secara lengkap, uji faal paru dilakukan dengan menilai fungsi
30
ventilasi, difusi gas, perfusi darah paru dan transfer gas O2 dan CO2 dalam
peredaran darah. Untuk keperluan praktis dan uji skrining, biasanya penilaian faal
paru seseorang cukup dengan melakukan uji fungsi ventilasi paru. Apakah fungsi
ventilasi nilainya baik, dapat mewakili keseluruhan fungsi paru dan biasanya
fungsi-fungsi paru lainnya juga baik. Penilaian fungsi ventilasi berkaitan erat
dengan penilaian mekanika pernapasan. Untuk menilai fungsi ventilasi digunakan
alat spirometer untuk mencatat grafik pernapasan berdasarkan jumlah dan
kecepatan udara yang keluar atau masuk ke dalam spirometer.
Spirometri seperti gambar 3.13 merupakan suatu metode sederhana yang
dapat mengukur sebagian terbesar volume dan kapasitas paru. Spirometri
merekam secara grafis atau digital, volume ekspirasi paksa (forced expiratory
volume in 1 second/FEV1) dan kapasitas vital paksa (forced vital capacity/FVC).
Pemeriksaan dengan spirometer ini penting untuk pengkajian fungsi ventilasi paru
secara mendalam. Jenis gangguan fungsi paru dapat digolongkan menjadi 2 yaitu
[7] :
Gangguan fungsi obstruktif (hambatan aliran udara) : bilai nilai rasio
FEV1/FVC <70%.
Gangguan fungsi restriktif (hambatan pengembangan paru) : bila nilai
kapasitas vital (vital capacity/VC) <80% dibanding dengan nilai standar.
Berikut ini indikasi yang dilakukan pemeriksaan Spirometer, antara lain :
a. Diagnostik
Evaluasi keluhan dan gejala (deformitas rongga dada, sianosis, penurunan
suara napas, perlambatan udara ekspirasi, overinflasi, ronki yang tidak dapat
dijelaskan).
Evaluasi hasil laboratorium abnormal (foto toraks abnormal, hiperkapnia,
hipoksemia, polisitemia).
Menilai pengaruh penyakit sistemik terhadap fungsi paru.
Deteksi dini seseorang yang memiliki risiko menderita penyakit paru
(perokok, usia >40 tahun, pekerja yang terpajan substansi tertentu).
Pemeriksaan rutin (risiko pra-operasi, menilai prognosis, menilai status
kesehatan).
b. Monitoring
31
Menilai efek terapi (terapi bronkodilator, steroid).
Menggambarkan perjalanan penyakit (penyakit paru, interstisial lung
disease/ILD), gagal jantung kronik, penyakit neuromuskuler, sindrom
Guillain-Barre).
Menilai efek samping obat terhadap fungsi paru.
c. Evaluasi kecacatan
Mengetahui kecacatan atau ketidakmampuan (misal untuk kepentingan
rehabilitasi, asuransi, alasan hukum dan militer).
Sumber : https://i.pinimg.com/originals/ac/92/42/ac9242036cf986bf03a1bc1fa7ba3ffe.png
32
1. Persiapan Tindakan
a. Bahan dan Alat
Alat spirometer yang telah dikalibrasi untuk volume dan arus minimal 1 kali
dalam seminggu.
Mouthpiece sekali pakai.
b. Pasien
Bebas rokok minimal 2 jam sebelum pemeriksaan.
Tidak boleh makan terlalu kenyang, sesaat sebelum pemeriksaan.
Tidak boleh berpakaian terlalu ketat
Penggunaan bronkodilator kerja singkat terakhir minimal 8 jam sebelum
pemeriksaan dan 24 jam untuk bronklodilator kerja panjang.
Memasukkan data ke dalam alat spirometri, data berikut :
1. Identitas diri (Nama)
2. Jenis kelamin
3. Umur
4. Berat badan
5. Tinggi badan
6. Suhu ruangan
2. Prosedur Tindakan
Dilakukan pengukuran tinggi badan, kemudian tentukan besar nilai dugaan
berdasarkan nilai standar faal paru Pneumobile Project Indonesia.
Pemeriksaan sebaliknya dilakukan dalam posisi berdiri.
Penilaian meliputi pemeriksaan VC, FVC, FEV1, MVV :
Kapasitas vital (Vital Capasity, VC)
Pilih pemeriksaan kapasitas vital pada alat Spirometer.
Menerangkan manuver yang akan dilakukan.
Pastikan bibir pasien melingkupi sekeliling mouthpiece sehingga tidak
ada kebocoran.
Instruksikan pasien menghirup udara sebanyak mungkin dan kemudian
udara dikeluarkan sebanyak mungkin melalui mouthpiece.
Manuver dilakukan minimal 3 kali.
33
Kapasitas vital paksa (Forced Vital Capasity, FVC) dan Volume ekspirasi
paksa detik pertama (Forced Expiratory Volume in One Second, FEV1)
Pilih pemeriksaan FVC pada alat Spirometer.
Menerangkan manuver yang akan dilakukan.
Pastikan bibir pasien melingkupi sekeliling mouthpiece sehingga tidak
ada kebocoran.
Istruksikan pasien menghirup udara semaksimal mungkin dengan cepat
kemudian sesegera mungkin udara dikeluarkan melalui mouthpiece
dengan tenaga maksimal hingga udara dapat dikeluarkan sebanyak-
banyaknya.
Nilai FEV1 ditentukan dari FVC dalam 1 detik pertama (otomatis).
Pemeriksaan dilakukan 3 kali.
Maksimal Voluntary Ventilation (MVV)
Pilih pemeriksaan MVV pada alat spirometri.
Menerangkan manuver yang akan dilakukan.
Pastikan bibir pasien melingkupi sekeliling mouthpiece sehingga tidak
ada kebocoran.
Instruksikan pasien bernapas cepat dan dalam selama 15 detik.
Manuver dilakukan 1 kali.
Menampilkan hasil di layar spirometri dan mencetak hasil grafik.
Menentukan interpretasi hasil uji faal paru (Spirometer).
34
Tidak boleh menggunakan benzene, thinner, atau bahan kimia yang mudah
terbakar. Gunakan disinfektan lalu cuci dengan air hangat dan keringkan.
3.7 Doppler
Fetal doppler seperti gambar 3.15 adalah alat diagnostik yang digunakan
untuk mendeteksi denyut jantung bayi yang menggunakan prinsip pantulan
gelombang elektromagnetik. Alat ini sangat berguna untuk mengetahui kondisi
kesehatan janin, dan aman digunakan dan bersifat non invasif.
Doppler juga merupakan alat yang digunakan untuk mendengarkan detak
jantung janin selama masih ada didalam kandungan. Doppler biasanya terdapat di
ruang kebidanan untuk membantu perawat dalam untuk mengetahui kondisi
jantung janin dalam kandungan ibu. Doppler menggunakan 2 sensor yaitu :
1. Ultrasound Menggunakan transmitter dan receiver, Keuntungannya lebih
peka dan akurat, tetapi harganya lebih mahal.
2. Mikrosound Tidak menggunakan transmitter dan receiver. Hanya
menerima, tidak memancarkan,sehingga kurang peka.
Berikut ini adalah bagian-bagian doppler, antara lain [8] :
Tranduser : ini diletakkan di atas objek (perut). Dalam tranduser ini terdapat
: oscilator yang mengbangkitkan frekuensi, transmitter memancarkan
35
frekuensi yang dibangkitkan oscilator, receiver menerima frekuensi yang
terpantulkan oleh objek.
Settingan volume : untuk mengatur tinggi rendahnya suara.
Speaker : untuk mengubah sinyal listrik menjadi sinyal suara.
Display : sebagai penunjukan nilai denyut jantung yang terukur.
36
Cek pengatur volume / sound level.
Cek suara keluaran.
Cek konektor probe dan bersihkan .
B. 1 Tahunan
Cek kebocoran arus listrik.
Cek hubungan pembumian.
Kursi Pemeriksaan THT Elektrik seperti gambar 3.16 ini adalah kursi untuk
prosedur pemeriksaan THT (Telinga, Hidung, Tenggorokan). Alat ini untuk
mempermudah dokter memeriksa pasien. Kursi pasien ini dilengkapi dengan 4
motor untuk menggendalikan pergerakan sandaran punggung dan kaki pasien
termasuk gerakan jok belakang yang disinkronkan serta rotasi 360 derajat dengan
penguncian posisi. Alat ini juga dilengkapi dengan foot control untuk membantu
dokter mengubah posisi kursi THT.
37
Merk Tipe : Gesunde ENT Chair Elektrik 4 Motor
Otopex
Daya, Tegangan/Frekuensi : 120 VA, 230 V 50 Hz
Lokasi : Ruang Poli THT
Sumber : http://www.fscoredeep.com.cn/imageRepository/30b6193b-c337-438b-93ea-73825b5838a1.jpg
38
Alat Dental Unit seperti gambar 3.17 adalah adalah suatu alat yang dipakai
oleh dokter gigi untuk membantu pemeriksaan dan kemudian menentukan terapi
apa yang dapat diberikan kepada pasien. Secara umum untuk membantu
perawatan gigi dan mulut (pengeboran, penambalan, pembersihan, dan
pemeriksaan).
Dental unit pada umumnya mempunyai 3 sumber tenaga yaitu :
Sumber tenaga listrik. Sumber tenaga listrik untuk memberikan satu daya
pada semua sistem elektrik misal : lampu operasi, switch valve electric,
system hidrolic, dan mikromotor. Juga diaplikasikan pada sistem dental chair
untuk semua garakan (naik, turun, menyandar, dan duduk).
Sumber tenaga udara. Sumber tenaga udara untuk memberikan pada semua
sistem yang bekerja berdasarkan tekanan udara. Udara bertekanan ini berasal
dari compressor (takanan yang dibutuhkan sekitar 2,5 atm sampai 4 atm).
Tekanan maksimal dari kompresor dapat mencapai 7 atm. Sistem atau bagian
yang bekerja berdasarkan takanan misal : turbine jet/bor jet, switch valve,
spray git, scaller, dan sistem hidrolik pada kursi atau chair dental.
Sumber tenaga air. Sumber tenaga air untuk digunakan pada sistem
pendinginan turbine jet/bor jet, spray git, dan pembuagan kotoran. Tekanan
yang dibutuhkan minimal 1 atm. Walaupun tekanan air yang dihasilkan juga
berasal dari tekanan yang dihasilkan dari kompresor.
Sumber : https://arnisputrii.files.wordpress.com/2017/01/unit-dental.png?w=634
39
Berikut ini keterangan bagian-bagian Dental Unit pada gambar 3.18 adalah
sebagai berikut :
1. Dentist Chair (Patient Chair), Tempat duduk pasien, dimana berfungsi
untuk mendudukan pasien ketika dilakukan perawatan, dental chair dapat
digerakan naik turun sesuai dengan posisi nyaman yang dikehendaki dalam
melakukan perawatan.
2. Three Way Syringe, Memberikan udara, air atau kombinasi semprotan
udara dan air.
3. Dental light, Sebagai sumber penerangan atau penyinaran yang digunakan
dokter gigi dalam memeriksa rongga mulut pasien.
4. Contra Angele Handpiece, Untuk menghapus sebagian besar enamel,
karang gigi dan plak pada lubang gigi.
5. Slow and Speed Handpiece, untuk menghilangkan karies gigi dan
melakukan profilaksis pada gigi.
6. Dental Stool, Sebagai tempat duduk bagi operator dalam melakukan
pemeriksaan dan perawatan.
7. Separator, Sebagai media penggerak 3 sumber gerak pada dental unit.
8. Foot Controller, Untuk mengatur kecepatan sumber penggerak pada dental
unit menggunakan kaki operator.
9. Tray Assembly, Sebagai tempat untuk meletakan peralatan yang dibutuhkan
oleh operator selama bekerja.
10. Water Unit, Untuk mempermudah pasien membuang air kumur selama
pemeriksaan dan perawatan
11. Saliva Ejector, untuk menghisap saliva atau air liur pada kavitas sehingga
membuat daerah kerja menjadi kering.
40
Gambar 3.19 Type Fixed Pedesta
2. Type chair mountaid, seperti gambar 3.20 adalah sebuah unit kedokteran
gigi yang dipasang tetap pada kursi pasien kedokteran gigi.
3. Type mobile, seperti gambar 3.21 adalah sebuah unit kedokteran gigi yang
dapat dipindah dengan mudah melalui peralatan bantu yang sudah terpasang
pada unit itu.
41
Gambar 3.21 Type Mobile
4. Type console, Adalah sebuah unit kedokteran gigi yang dipasang secara
tetap dimana saja.
5. Type portable, seperti gambar 3.22 adalah sebuah unit kedokteran gigi yang
dapat ditenteng dengan mudah kemana saja diperlukan.
42
3.9.2 Prosedur Pengoperasian Dental Unit
Standar operasional Dental Unit adalah sebagai berikut :
1. Persiapan awal
Hubungkan kabel power ke jala-jala listrik.
Kemudian tekan master switch ke posisi O.N
2. Pengoperasian
Setelah menghidupkan dental unit, cek keadaan control panel apakah semua
berfungsi dengan baik dan juga cek handpieces yang akan digunakan.
Lalu posisikan bed pasien sesuai kebutuhan dokter.
Nyalakan kompresor.
Nyalakan dental light jika diperlukan.
Setelah digunkan, letakkan kembali handpieces ke tempat semula.
Jika semua telah rapih tekan master switch keposisi OFF.
43
BAB IV
KEGIATAN KERJA PRAKTIK
4) Pemasangan Alat
Merupakan kegiatan pemasangan alat, membersihkan alat, memasang
bagian-bagian alat, pengujian fungsi alat hingga siap untuk digunakan oleh user.
44
4.2.1.1 Lampu Ultraviolet
Lampu UV ini bisa digunakan sebagai media alat sterilisasi ruangan yang
biasanya diperlukan untuk ruangan operasi. Dengan adanya lampu sinar ultra
violet ini ruangan yang akan dihuni oleh pasien akan terhindar dari bakteri
maupun kuman. Alat pada gambar 4.1 ini terletak di ruangan OK atau Operasi.
45
Tindakan perawatan yang dilakukan :
Mengecek fungsi alat
Mengecek sambungan kabel
Bodi dibersihkan dengan kain basah. Kemudian dikeringkan dengan kain
kering.
Identifikasi kerusakan :
46
4.2.1.2 Electrocardigraph (ECG)
47
Buat rekaman secara berurutan sesuai dengan pemilhan channel yang
terdapat pada mesin ECG .
Matikan ECG bila sudah selesai digunakan.
Identifikasi kerusakan :
48
4.2.1.3 Short Wave Diathermy (SWD)
49
Beritahukan kepada pasien, mengenai tindakan yang akan dilakukan.
Tentukan electrode yang akan di gunakan dan pasang pada alat.
Atur intensitas energi sesuai yang diperlukan.
Tempatkan electrode pada objek.
Atur waktu penyinaran.
Lakukan penyinaran. Perhatikan kondisi pasien.
Setelah terapi selesai, kembalikan tombol intensitas energi keposisi
minimum/nol.
Matikan alat dengan menekan atau memutar tombol ON/OFF ke posisi OFF
Lepaskan hubungan alat dengan catu daya.
Lepaskan electrode dan bersihkan.
Bersihkan alat. Pastikan alat Short Wave Diathermy dalam keadaan baik
dan siap difungsikan pada pemakaian berikutnya.
Simpan alat dan aksesoris ke tempat semula dan pasang penutup debu.
Catat beban kerja alat dalam jumlah pasien.
50
4.2.1.4 Nebulizer
51
Bodi Nebulizer dibersihkan dengan kain basah. Kemudian dikeringkan
dengan kain kering.
Cek kondisi fisik selang nebulizer, pastikan dalam keadaan baik.
Mengganti filter apabila sudah kotor.
Pastikan bahwa hembusan angin berjalan dengan baik.
Identifikasi Kerusakan :
52
4.2.1.5 Patient Monitor
Patient Monitor seperti gambar 4.8 di atas adalah suatu alat yang
difungsikan untuk memonitor kondisi fisiologis pasien. Proses
monitoring tersebut dilakukan secara real-time, sehingga dapat diketahui kondisi
fisiologis pasien pada saat itu juga, termasuk pemeriksaan heart – rate atau detak
jantung pasien dalam satu menit. Alat pada gambar 4.8 ini terletak di ruangan
UGD.
53
Pasang probe SpO2 ke pasien.
Tunggu beberapa detik data dan pengukuran sedang berlangsung.
Atur alarm jika diperlukan.
4. ECG (untuk memonitor aktifitas kelistrikan jantung)
Pasangkan kabel electrode ke soket ECG (warna hijau).
Pasang dispossible electrode ke pasien dan pasang kabel electrode ke
terminal dispossible electrode.
Tunggu beberapa detik untuk pengambilan data dan pengukuran sedang
berlangsung.
Atur setingan ECG jika diperlukan seperti: alarm, HR, lead, sensitivitas.
5. Mematikan alat
Pastikan tidak ada menu yang sedang ditampilkan, jika masih ada menu
harus ditutup.
Tekan tombol power 3-5 detik.
Cabut kabel power.
54
4.2.1.6 Spirometer
55
Data pertama sampai kelima dihapus, sedangkan data ke 6 sapai ke 15
dijumlah dan dibagi 10 (rata-rata).
4.2.1.7 Doppler
56
Cara penggunaan alat :
Tekan tombol ON/OFF untuk menghidupkan Doppler.
Beri gel pada tranduser.
Letakkan tranduser pada objek.
Settingan volume agar detak jantung janin terdengar melalui speaker.
Hitung detak jantung janin selama 1 menit.
Detak janin akan ditampilkan pada display.
Identifikasi Kerusakan :
57
Tabel 4.4 Identifikasi Kerusakan Doppler
Permasalahan : Penyelesaian : Hasil :
Baterai cepat habis. Cek baterai pada alat, test saat Setelah dicari baterai
alat dinyalakan. Tidak sampai tersebut tidak ada
5 menit baterai sudah drop. yang menjual.
Jika di charger baterai masih Doppler masih dapat
bisa. Tindakan yang dilakukan digunakan walaupun
mengganti/membeli baterai baterai cepat drop.
baru yang sejenis.
58
Kunci L.
Kunci Inggris.
Gunting.
Dental Unit adalah suatu alat yang dipakai oleh dokter gigi untuk
membantu pemeriksaan dan kemudian menentukan terapi apa yang dapat
diberikan kepada pasien. Secara umum untuk membantu perawatan gigi dan mulut
(pengeboran, penambalan, pembersihan, dan pemeriksaan). Dental Unit pada
gambar 4.13 ini merupakan alat baru Rumah Sakit Umum Daerah Martapura.
Setelah ini pasang oleh teknisi dari vendor, dilakukan uji fungsi pada alat ini.
59
Kegiatan mengamati uji fungsi alat dental unit :
1. Uji fungsi handpiece (drill) dan suction
Pastikan putaran handpiece tidak lemah, jika lemah coba setelan angin
dibesarkan di bagian kontrol. Pastikan suction daya hisapnya tidak lemah.
2. Cek dental light
Tekan tombol power lamputidak redup atau berkedip. Mencoba geser-geser
lampu posisi lampu, memastikan tidak serat saat di geser-geser.
3. Uji tekan hidrostatik (hydrostatic pressure)
Tiap contoh diisi dengan air untuk mengeluarkan semua udara dan
dihubungkan dengan pompa hidrolik. Tekanan dinaikkan bertahap sampai
mencapai tiga kali tekanan kerja maksimum dan ditahan pada tekanan
tersebut selama 1 menit.
4. Uji foot control
Memastikan foot control berfungsi dengan baik, dapat mengubah-ubah
posisi kursi pasien.
60
4.2.2 Kegiatan Lain
4.2.2.1 Troubleshooting Panel kontrol pompa air
Panel control pompa air seperti gambar 4.14 ini berfungsi sebagai
pengaman listrik sekaligus pompa air itu sendiri. Jika terjadi konsleting listrik
maka pompa air tidak akan langsung rusak atau terbakar. Biasanya pemasangan
panel kontrol ini dilengkapi dengan MCB, jadi jika ada konsleting MCB nya yang
akan turun.
61
Identifikasi kerusakan :
62
Alat dan bahan yang diperlukan :
Obeng dan gunting.
Kain/kemoceng.
Solasi hitam.
Tang pemotong/cepit.
Minyak goreng.
Solder.
Multimeter.
Identifikasi kerusakan :
63
4.2.2.3 Pemasangan Radar Air
Radar air seperti gambar 4.17 adalah alat yang digunakan sebagai switch.
Alat ini diletakkan didalam tangki air. ketika kedua pemberat mengambang di
permukaan air, akan memicu saklar radar menjadi OFF. Sedangkan ketika kedua
pemberat menggantung di atas permukaan air, akan memicu saklar radar menjadi
ON. Seandainya saklar radar di sambungkan dengan kabel listrik pompa pengisi
air ke tangki, maka pompa akan mati saat kedua pemberat mengambang dan
kembali menyala ketika kedua pemberat menggantung.
Radar ini dipasang di Rumah Sakit Umum Daerah Martapura agar
pengisian air otomatis dan jika tangki telah penuh maka akan otomatis mati
pompa airnya.
Cara pemasangan :
Siapkan semua bahan.
Letakkan bracket radar air pada tangki air, kemudian diberi baut agar kuat.
64
Kemudian ikat simpul pemberat radar menggunakan tali yang telas
disediakan. Cara mengikatnya, letakkan satu pemberat di bawah dan
kemudian satu pemberat di atas. Atur jarak antara pemberat bawah dan atas.
Pemberat bawah ini berfungsi untuk menghidupkan pompa air.
Setalah itu rangkai kabel AC. Pasang kabel AC di switch radar pada baut
yang terdapat tulisan A1 dan A2. Pastikan lilitan kabel pada baut rapih.
Lalu potong salah satu kabel aliran listrik dari MCB yang menuju stop
kontak untuk Pompa air.
Lalu sambungkan kabel AC yang telah dipasang di switch radar ke kabel
yang telah dipotong tadi.
Kran seperti gambar 4.19 yaitu alat yang dipakai untuk mengeluarkan air
dari selang atau sistem instalasi air. Kran air berfungsi untuk mengontrol jumlah
air yang dikeluarkan. Meski ukurannya kecil, kehadiran kran air sangat penting
dalam kehidupan sehari-hari.
65
Pada saat pemeriksaan bangunan baru dan uji coba saluran air Rumah
Sakit Umum Daerah Martapura banyak sekali kran air yang bocor pada setiap
kamar mandi ataupun wastafel. Karena bangunan akan segera digunakan jadi kran
air yang tidak terpasang dengan bagus atau terdapat air yang menetes segara
diperbaiki.
Identifikasi kerusakan :
66
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Proses kegiatan kerja praktik yang kami laksanakan selama 2 bulan sangat
bermanfaat. Terdapat persamaan dan juga perbedaan baik dari aspek pengetahuan,
pemahaman dan keterampilan secara teoritis yang telah diperoleh selama
perkuliahan dengan keadaan sesungguhnya saat melakukan kerja praktik tersebut.
Hal itu justru saling melengkapi satu sama lain. Perhatian dan kerja sama dari
semua pihak yang terlibat memungkinkan terwujudnya suasana yang kondusif,
dinamis dan komunikatif dalam pelaksanaan kerja praktik di Rumah Sakit Umum
Daerah Martapura . Berikut adalah kesimpulan yang dapat setelah melaksanakan
kegiatan kerja praktik :
1. Kerja praktik merupakan sarana pembelajaran untuk menerapkan teori yang
dipelajari saat perkuliahan dengan keadaan yang sesungguhnya di lapangan,
sehingga mampu mengukur kemampuan yang dimiliki dan dipelajari saat
kuliah.
2. Kondisi yang terjadi di lapangan lebih kompleks dari ilmu yang dipelajari
saat kuliah.
3. Pada saat di lapangan tidak hanya alat medis saja yang dipelihar dan
dirawat, terdapat juga alat non medis yang dipelihara dan dirawat seperti
pompa air, kran air, AC, kipas angin, dan lain-lain.
4. Dengan adanya kegiatan kerja praktik ini, kami lebih mengetahui keadaan di
dunia kerja yang sebenarnya, diantaranya memahami manajemen perawatan
dan Standar Operasional Prosedur (SOP) alat medis yang ada di rumah
sakit, serta terlibat langsung dalam team work dan beradaptasi dalam
lingkungan rumah sakit yang sebenarnya.
5. Permasalahan yang sering ditemui di lapangan yaitu pada sistem wiring,
tombol, dan sistem mekanis.
67
5.2 Saran
Saran yang dapat dikemukakan berdasarkan pada kegiatan kerja praktik di
Rumah SakitUmum Daerah Martapura, diantaranya :
1. Bagi teknisi disarankan untuk tetap memperhatikan keselamatan kerja
dengan cara selalu menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) dalam aktifitas
perbaikan maupun pemeliharaan suatu alat medis.
2. Selalu memperhatikan sarana dan prasarana elektromedis baik secara
kualitas maupun kuantitas sesuai dengan kebutuhan rumah sakit.
3. Para teknisi seharusnya mampu bekerja sama dalam melakukan pekerjaan,
karena perbaikan pada umumnya adalah tanggung jawab bersama.
4. Jika pembelian barang baru diharapkan vendor memberikan cara
penggunaan dan troubleshooting yang paling sering terjadi.
5. Buku instruksi manual (manual book) alat medis sebaiknya disimpan dan
dijadikan satu di dalam suatu tempat yang mudah dicari oleh teknisi (user).
6. Setiap alat medis yang telah dilakukan perawatan rutin diberikan label siap
pakai dan terdapat kartu perawatan pada alat tersebut.
68
DAFTAR PUSTAKA
[1] Martapura, R. S. (2018). Profil Rumah Sakit Umum Daerah Martapura. OKU
Timur: Rumah Sakit Umum Daerah Martapura.
[2] kesehatan, a. (2017). Lampu Ultraviolet untuk sterilisasi. Retrieved Maret 9,
2018, from Cara Mudah Sterilisasi Ruang Operasi:
https://www.alatkesehatan.id/cara-mudah-sterilisasi-ruangan-dengan-lampu-
ultraviolet/
[3] ZR, a. (2017, April 3). EKG atau Elektrokardiografi adalah pencatatan
grafik variasi. Retrieved Maret 14, 2018, from EKG atau Elektrokardiografi
adalah pencatatan grafik variasi:
https://id.scribd.com/document/343939314/EKG-Atau-Elektrokardiografi-
Adalah-Pencatatan-Grafik-Variasi
[4] Arsanto. (2012, September 14). Short Wave Diathermy. Retrieved Maret 18,
2018, from Short Wave Diathermy: https://www.rspantiwaluyo.com/berita-
154-short-wade-diathermy.html
[5] Care, O. H. (2011). NE C-28_IM.pdf. Retrieved Maret 18, 2018, from
Intruction Manual: http://omronhealthcare.co.id/resource/manual/English/NE-
C28_IM.pdf
[6] Infinium. (n.d.). Service Manual OMNI II Patient Monitor. Infinium.
[7] Hasanuddin, U. (2017). Uji-Faal-Paru.pdf. Retrieved Maret 18, 2018, from
Uji Faal Paru (Spirometri): https://med.unhas.ac.id/kedokteran/wp-
content/uploads/2017/09/UJI-FAAL-PARU.pdf
[8] Nurianto, A. (2016, November 30). Ahmad Nurianto. Retrieved Maret 18,
2018, from kalibrasi fetal doppler: http://ahmad-nurianto-
fst14.web.unair.ac.id/artikel_detail-165826-
Sistem%20Instrumentasi%20Medis-Kalibrasi%20Fetal%20Doppler.html
[9] Ripai, A. (2017). MAKALAH-DENTAL-UNIT. Retrieved Maret 18, 2018,
from MAKALAH DENTAL UNIT:
http://www.academia.edu/28706751/MAKALAH_DENTAL_UNI
69
LAMPIRAN
Lampiran 1. Laporan Harian Kerja Praktik
Perbaikan ECG pada ruang perawat penyakit dalam (hasil print sinyal rapat)
Cek nebulizer
70
6. 09/01/2018 Test ECG ruang UGD (lanjutan)
7. 10/01/2018 Cek alat medis di gudang (Infant Warmer, Bilirubin, Lampu sorot)
Troubleshooting mic
71
16. 22/01/2018 Cek bangunan baru rumah sakit di daerah Lengot
17. 23/01/2018 Pemasangan pompa air pada gedung rawat inap kelas 1 dan 2 bangunan baru
18. 24/01/2018 Pemasangan pompa air pada gedung rawat inap kelas 1 dan 2 (lanjutan)
19. 25/01/2018 Pemasangan pompa air pada gedung rawat inap kelas 1 dan 2 (lanjutan)
Cek kran dan saluran air kamar mandi gedung rawat inap kelas 1 dan 2
20. 26/01/2018 Pembersihan seluruh daerah bangunan baru rumah sakit di daerah Lengot
72
Pengecekan AC
26. 03/02/2018 Pemasangan fasilitas baru di perumahan dokter (kasur, lemari, kompor,
Cek spirometer
73
Pembuatan meja proyektor ruang rapat
38. 21/02/2018 Pemasanagan pompa air automatis ke ruang kebidanan, anak, OK.
40. 23/02/2018 Rapat perencanaan dan perancangan taman RSUD di daerah PEMDA
74
Ganti lampu ruang poli THT
43. 28/02/2018 Rapat tentang kebersihan rumah sakit dan pindahan rumah sakit
44. 01/03/2018 Rapat tentang pindahan rumah sakit dan penentuan ruangan sementara yang
45. 02/03/2018 Pembersihan seluruh daerah rumah sakit di daerah tebat sari.
75
Lampiran 2.Foto-Foto Kegiatan Kerja Praktik
76
77
78
79
80