Anda di halaman 1dari 45

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Meningkatnya kebutuhan listrik pada saat ini tentunya akan menambah

penggunaan yang berhubungan dengan peralatan listrik. Dengan mendapatkan

data jumlah jaringan dan kebutuhan isolator pada suatu jaringan tentunya kita

akan memperoleh data perkiraan isolator terpasang dan pemakaiannya kedepan.

Dalam aplikasinya pada sistem jaringan penyaluran daya listrik terdapat

beberapa peristiwa yang dapat menyebabkan terjadinya kerusakan isolator pada

saluran udara. Terjadinya petir (surge) dan operasi hubung buka (switching) dapat

menyebabkan mengalirnya arus yang dapat menimbulkan flashover pada

isolator saluran udara. Apabila terjadi kerusakan maka posisi isolator yang

diharapkan pecah terlebih dahulu adalah isolator yang posisinya berdekatan

dengan kawat fasa pada saluran udara. Akan tetapi, berdasarkan tinjauan

lapangan dilihat bahwa posisi unit isolator yang pecah adalah tidak

bergantung terhadap lokasi kedekatannya dengan kawat fasa. Hal tersebut

tentunya mempengaruhi besarnya distribusi tegangan yang dipikul akibat

terpecahnya salah satu rentengan isolator pada setiap letak/posisi isolator piring

porselin dan gelas yang pecah.

Menghitung distribusi potensial dan medan listrik pada isolator string

adalah metode sederhana untuk mencari tegangan listrik yang dapat

membahayakan sistem dalam operasi jangka panjang atau pada waktu yang cukup
lama. Salah satu model metode diffrensial adalah menggunakan program

MATLAB yang digunakan untuk menyelidiki menghitung distribusi tegangan.

Perhitungan dengan metode diffrensial ini untuk menampilkan hasil distribusi

tegangan pada isolator saluran udara hampir mendekati hasil di lapangan.

Adapun yang menjadi objek rencana penelitian ini adalah isolator keramik

dan isolator kaca pada saluran udara 150 KV yang digunakan pada jaringan

transmisi 150 KV siantan-Tayan pada PT. PLN (PESERO) PIKITRING

KALIMANTAN Area Pontianak dengan jenis isolator keramik dengan diameter

255mm dan isolator kaca dengan diameter 255mm. Dengan demikian tujuan dari

penelitian ini adalah menghitung distribusi tegangan pada isolator string dan efek

ketidak seragaman isolator. PT. PLN (Persero) Area Pontianak agar dapat

diketahui stress pada isolator string tidak linier pada isolator saluran udara yang

digunakan tersebut.

I.2 Rumusan Masalah

Adapun yang menjadi perumusan masalah penentuan jumlah isolator per

rentengan menjadi penting, sebab itu perlu diketahui bagaimana cara menentukan

jumlah isolator pada jaringan transmisi tenaga listrik pada tegangan yang relatif

tinggi sehingga diperoleh rentengan isolator yang dianggap aman pada tegangan

tersebut.

I.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah diatas maka tujuan yang ingin dicapai

dalam tugas akhir ini adalah untuk mengetahui distribusi tegangan pada isolator
rantai dan medan listrik pada isolator saluran udara 150 KV jenis isolator porselen

dan isolator kaca diameter 254 mm dengan perhitungan mengunakan metode

diferensial menggunakan program Matlab.

I.4 Pembatasan Masalah

Adapun yang menjadi pembatasan masalah adalah menghitung distribusi

tegangan pada isolator string dan efek ketidak seragaman isolatot pada jaringan

transmisi 150 KV Siantan-Tayan pada PT. PLN (Persero) Area Pontianak.

I.5 Pemecahan Masalah

Dalam penulisan ini pemecahan masalah berdasarkan teori-teori dan data-

data pustaka yang berkaitan dengan permasalahan penentuan jumlah isolator per

rentengan. Dalam hal ini penyelesaian masalah perhitungan dalam penulisan ini

dengan menggunakan media komputer.

I.6 Sistematika Penulisan


BAB II

ISOLATOR GANTUNG

II.1 Penelitian Terdahulu

Penelitian Penelitian distribusi tegangan pada isolator sudah banyak

dilakukan oleh peneliti sebelumnya. Oleh karena itu penulis mempelajari buku-

buku dan jurnal yang ada untuk digunakan sebagai rujukan/acuan dan sebagai

referensi dalam mendukung teori tentang distribusi tegangan pada isolator.

Beberapa diantaranya ialah sebagai berikut.

[Tobing, Bonggas, Erlangga, 2012 ¿ ¿[1]]. Buku pedoman Peralatan

tegangan tinggi membahas tentang jenis-jenis isolator dan metode yang di

gunakan untuk menghitung distribusi tegangan pada isolator, metode hukum

kirchoff dan metode pendekatan deffirensial.

[Pranoto Pentrick, Universitas Sumatra Utara, 2014 ¿ ¿[2 ]. Melakukan

penelitian tentang Simulasi perhitungan distribusi tegangan pada isolator rantai.

Pada penelitian ini distribusi tegangan pada isolator rantai yang di simulasikan

adalah sekanario simulasi dilakukan pada 15 buah isolator dalam keadaan normal,

salah satu isolator flashover, dan tahanan pembumian putus . yang bertujuan

untuk simulasi pada 15 isolator rantai pada jaringa 150 kv yang dilakukan

pengambilan data untuk 50 data percobaan dengan Metode hukum kirchoff.

[Cekdin, Cekmas, Penerbit ANDI, 2014 ¿ ¿[3 ]. Buku pedoman Teori

singkat teknik elektro disertai contoh soal dan penyelesaian membahas tentang

jenis-jenis isolator pada saluran udara,metode yang digunakan dalam contoh soal
dan penyelesaian dalam buku ini menggunakan persamaan diffrensial

menggunakan 6 isolator yang disusun berantai.

[Asmi Saiful, Universitas Gajah Diponegoro, 2011 ¿ ¿[4 ]. Melakukan

penelitian yaitu tentang pengunaan FEM (Finite element method) dalam

memetakan medan listrik pada permukaan isolator jenis pin dan post 20 kv dan

udara disekitarnya. Pada penelitian perancangan simulasi kontruksi tiang listrik,

skala PDE toolbox dan pengaruhnya terhadap satuan medan listrik.

[Riza Aryanto, universitas Brawijaya, 2013 ¿ ¿[5 ]. Pada penelitian ini

membahas tentang studi distribusi tegangan dan arus bocor pada isolator rantai

dengan pembasahan. Tujuan analisa mengetahui arus bocor pada isolator rantai.

Pada penelitian dilakukan 5 kali percobaan.

[Jones Milan, Universitas Sumatra Utara, 2016 ¿ ¿[6 ]. Pada penelitian ini

membahas tentang Analisis Pengaruh Polutan Pada Isolator Kaca Terhadap

Distribusi Tegangan Isolator Rantai. Objek penelitian ini ialah isolator kaca dalam

pengujian isolator kondisi sebelum diberi polutan, kondisi saat diberi polutan

NaCL, CaCO3 dan C dengan klasifikasi tingkat pengotoran ringan, sedang dan

berat metode dalam perhitungan mengunakan metode hukum kirchoff.

Pada penelitian sebelumnya diketahui bahwa yang menjadi salah satu

penyebab kerusakan isolator adalah pengembangan kimiawi dan pengembangan

pembekuan dari semen, perbedaan dari pengembangan karena panas di berbagai

bagian isolator, pengembangan panas karena arus bocor dan berkaratnya

pasangan-pasangan logam.
II.2 Jenis-jenis Isolator Gantung

Dilihat dari fungsinya isolator terdiri dari isolator pendukung dan isolator

gantung (suspensiorr). Isolator pendukung terbagi atas tiga jenis, yaitu :

II.2.1 Isolator Pasak (Pin)

Jenis pasak (Pine) terbuat dari porselin, yang bagian bawahnya diberi

tutup

(thimble,cap) besi cor yang disemenkan pada porselin serta pasak baja yang

disekrupkan padanya. Karena jenis-jenis ini dipakai sendiri (tidak dalam

gandengan) serta kekuatan mekanisnya rendah, maka mereka tidak dibuat dalam

ukuran yang besar. Isolator jenis pin terdiri dari satu atau banyak shell. Shell multi

dipergunakan untuk mendapatkan lintasan arus bocor yang panjang sehingga

tegangan flashover antara penghantar dan pin isolator meningkat. Desain shell

adalah sedemikian sehingga apabila shell bagian atas basah akibat hujan, maka

shell yang lebih rendah tetap kering dan memberikan resistansi bocor yang besar.

Isolator jenis pin umumnya digunakan sampai 33 kv. Dalam setiap kasus tidak

diinginkan menggunakan isolator ini di atas 50 kv karena biaya isolator lebih

mahal. Isolator dan pinnya harus mempunyai kekuatan mekanik yang tinggi untuk

menahan gaya resultan akibat efek gabungan dari berat penghantar, tekanan angin

dan pembebanan es (jika ada) per panjang span (bentang). Isolator jenis pin tidak

ekonomis di atas 33 kv untuk mengisolasi saluran-saluran hantaran udara terhadap

tegangan-tegangan yang tinggi dipergunakan isolasi jenis suspension. Biasanya

terdiri dari lebih 1 unit yang dihubungkan bersama untuk membentuk string

isolator. Tiap-tiap isolator adalah porselin berbentuk clise dengan permukaan


bawah berparit untuk memperbesar lintasan bocor antara tutup metal pada bagian

bawah isolator.

Gambar 2.1 isolator jenis pasak

II.2.2 Isolator Jenis Gantung (Suspension)

Isolator jenis suspension (gantung), pada isolator gantung dikenal dua jenis

yakni clevis type dan ball-and-socket type (type bola dan lekuk), yang masing-

masing terbuat dari bahan dielektrik seperti porselin, gelas dan steatite dengan

tutup (cap) dari besi ternepaan (malleable iron) disatu pihak dan pasak baja dilain

pihak, yang keduanya diikatkan pada porselennya dengan semen berkwalitas baik

transfomator ini dipakai di tempat-tempat dimana pengotoran udara karena garam

dan banyak terjadi. Kedua jenis yang lain dipakai pada saluran-saluran transmisi

yang relatip rendah (kurang dari 22-33 kv).

Gambar 2.2 Jenis clevis type


Jenis clevis ini memiliki bentuk tutup (cap) dan pasaknya (pin) berbentuk

pipih dengan lubang ditengahnya, yang digunakan untuk keperluan

penggandengan dari beberapa isolator gantung dengan mengikatnya dengan mur

baut sehingga bisa lebih kuat penggandengannya.

Gambar 2.3 Jenis ball and socket type

Jenis ball and socket memiliki bentuk tutup (cap) berlubang (socket) untuk

menyangkutkan pasak (pin) yang berbentuk bulat (ball), sehingga pengandengan

dari beberapa isolator gantung tidak menggunakan baut (bolt) lagi. Kedua jenis ini

paling banyak dipakai adalah jenis clevis, karena dibandingkandengan jenis ball

and socket maka jenis clevis ini lebih kokoh dan kuat serta tidak ada kemungkinan

lepas. Isolator gantung mempunyai kualitas tegangan isolasi tidak begitu tinggi

dibandingkan isolator jenis pasak, karena isolator gantung hanya memiliki satu

piringan untuk setiap unit isolator. Oleh sebab itu agar memenuhi kebutuhannya

maka isolator gantung ini digandengkan satu unit dengan unit yang lainnya agar

mendapatkan kualitas tegangan isolasi yang tinggi. Dila gandengan isolator

gandengan mempunyai kualitas yang lebih tinggi dari isolator jenis pasak. Makin

banyak gandengannya maka makin tinggi kualitas tegangan isolasinya.

Jenis patang-panjang mempunyai sedikit bagian logam sehingga tidak

mudah menjadi rusak. Oleh karena rusuknya yang sederhana maka ia mudah

tercuci oleh hujan, sehingga jenis ini sesuai sekali untuk penggunaan pada tempat-
tempat yang banyak dikotori garam dan debu. Isolator suspension dibuat bebas

untuk bergerak. Jarak aman yang diperlukan antara pengamanan dan menara atau

tiang lebih besar dari pada isolator pin. Ukuran panjang cross arm untuk isolator

menggantung lebih besar dari isolator pin. Gandengan isolator gantung pada

umumnya dipakai pada saluran transmisi tegangn tinggi. Isolator suspension

selain lebih ekonomis dari isolator pin untuk tegangan di atas 33 kv, juga

mempunyai keuntungan-keuntungan sebagai berikut:

1. Tiap isolator dirancang untuk tegangan 11 kv dan ukuran string isolator

dapat digunakan untuk sembarangan tegangan operasi. Misalnya untuk

transmisi 132 kv jumlah isolator yang diperlukan adalah maksimum 12

unit.

2. Apabila salah satu unit dalam string isolator mengalami kegagalan. Hanya

unit yang gagal yang perlu diganti.


Gambar 2.4 isolator gantung

II.2.3 Isolator Jenis Komposit

Isolator komposit kertas digunakan untuk isolator hantaran udara jenis

post, marrtel peralatan uji tegangan tinggi dan bushing. Isolator komposit ini

dibuat dari bahan kertas yang dikeringkan melalui pemanasan. Pada temperatur

tinggi, kertas dilapisi dengan pernis, kemudian digulung membentuk tabung.

Selanjutnya, tabung tersebut diarvetkan melalui proses pemanasan sehingga

tabung menjadi kokoh, permukaannl'a berkilat, dan tidak menjadi lembut jika

mengalami pemanasan ulang. Akhirnya permukaan isolator kertas dipernis lagi.

Isolator kertas yang diproses seperti ini menghasilkan isolator yang kekuatan

elektrik dan kekuatan mekanik yang cukup tinggi.

Struktur suatu isolator komposit diperlihatkan pada Gambar 2.5. Bagian

utama suatu isolator komposit adalah: inti berbentuk batang (rod) yang terbuat

dari bahan komposit, sarung yang terbuat dari bahan komposit, fiting yang terbuat

dari bahan logam dan bahan antar-muka (interface).

Inti berfungsi memikul beban mekanis isolator; dan terbuat dari fber-

reinfurced plastic (FRP), yaitu komposit gelas dengan resin epoksi. Sarung

merupakan komponen yang menentukan sifat elektrik isolator komposit. Ada

beberapa bahan yang dapat digunakan untuk sarung isolator, antara lain: ethylene

propylene rubber (EPR). erhtlene propylene diene methylene (EPDM),

polytetrofluoro ethylene (PTFE) dan karet silikon (silicone rubber, SR). Bahan

yang dapat digunakan untuk fltting, antara lain: baja tempaan, besi lunak

(malleable cast iron), aluminum, besi tuang grafit, dan lain-lain. Antar-muka
berfungsi sebagai medium antara sarung dengan inti; dan sebagai medium antara

sarung dengan fitting. Antar-muka terbuat dari bahan polymer, resin hidrolisis

atau metal stable silicon.

Gambar 2.5 isolator komposit

II.3 Fungsi Isolator Pada Saluran Udara

Pada Jaringan Transmisi Fungsi Isolator Pada Saluran Udara Adalah Sebagai Berikut:

1. Materisal Listrik Yang Tidak Dapat di Aliri Arus Listrik.

2. Untuk Mengisolasi penghantar yang bertegangan dengan Tower Transmisi

saluran udara.

3. Untuk Melindungi Keselamatan Manusia Terhadap Kemungkinan

Terjadinya Sentuhan Dengan Hantaran Listrik.


II.4 Karakteristik Isolator

II.4.1 Karakteristik Listrik

Isolator terdiri dari bahan dari bahan dielektrik yang diapit oleh elektroda-

elektroda. Dengan demikian makan rentengan isolator terdiri dari sejumlah

kapasitansi. Kapasitansi ini diperbesar oleh terjadinya lapisan yang

menghantarkan listrik karena kelembapan udara, debu dan bahan-bahan lainnya

pada permukaan isolator tersebut. Karena kapasitansi ini, maka distribusi

tegangan pada sebuah rentengan isolator tidak seragam. Potensial pada bagian

ujung yang terkena tegangan adalah paling besar seperti pada gambar 2.6. dengan

memasang tanduk busur api (arching horn), maka distribusi tegangan di perbaiki

diperlihatkan pada gambar 2.7.

Tegangan lompatan api (flashover voltage) pada isolator terdiri atas

tegangan-tegangan lompatan api frekuensi rendah (bolak-balik), implus dan

tembus dalam minyak (bolak-balik frekuensi rendah), tegangan lompatan api

frekuensi rendah kering adalah tegangan lompatan api yang terjadi bila tegangan

diterapkan di antara kedua elektroda isolator yang bersih dan kering

permukaannya, nilainya konstan serta merupakan nilai dasar dari karakteristik

isolator. Tegangan lompatan api basah adalah tegangan lompatan api yang terjadi

bila tegangan diterapkan diantara kedua elektroda isolator yang basah karena

hujan, atau dibasahi untuk meniru dalam keadaan hujan. Tahanan jenis (spacifik

resistance, resistivity) air yang di pakai adalah 10.000 ohm-cm dan jumlah

penyiramannya 3mm/menit.
Tegangan lompatan api implus adalah tegangan lompatan api yang terjadi

bila tegangan implus dengan gelombang standar diterapkan. Menurut

internasional electrotechnical commission gelombang tegangan implus adalah 1,2

x 50 us. Karakteristik implus terbagi atas polaritas positif dan polaritas negatif.

Biasanya tegangan dengan polaritas positif (yang memberikan nilai lompatan api

yang rendah) yang dipakai, dan tegangan lompatan api yang rendah menunjukan

kekuatan dielektrik dari isolator, dan terjadi bila tegangan frekuensi rendah

diterapkan antara kedua elektroda isolator yang dicelup dalam minyak sampai

isolator tembus. Untuk isolator dalam keadaan baik tegangan tembus ini lebih

tinggi dari tegangan lompatan api frekuensi rendah, dan nilainya kira-kira 140 kv

untuk isolator gantung dengan diameter 250 mm.

Gambar 2.6 distribusi pada gandengan isolator (tanpa tanduk busur api)
Gambar 2.7 distribusi tegangan pada gandengan isolator (dengan tanduk

busur api)

II.4.2 Karakteristik Mekanis

Isolator harus memiliki kekuatan mekanis guna memikul beban mekanis

penghantar yang diisolasinya. Porselen sebagai bagian utama sebuah isolator,

mempunyai sifat sebagai besi cor, dengan kuat tekanan (compressive strenght)

yang besar dan kuat tarik (tensile strenght) yang lebih kecil. Kuat tariknya 400-

900 kg/cm2, sedang kuat tekanannya 10 kali lebih besar.

Porselen harus bebas dari lubang-lubang (blowholes), goresan-goresan,

keretakan-keretakan dsb, serta mempunyai ketahanan terhadap perubahan suhu

yang mendadak dan tumbukan-tumbukan dari luar.


Gaya tarik terhadap isolator yang telah dipasang relatif besar, sehingga

kekuatan porselen dan bagian-bagian yang disemenkan padanya harus dibuat lebih

besar dari kekuatan bagian-bagian logamnya seperti terlihat pada gambar 2.8.

Kekuatan mekanis isolator gantung harus diuji untuk mengetahui

kemampuan mekanis dan keseragamannya. Karateristik lompatan api isolator

gantung seperti pada tabel 2.2.

Dalam perencanaan isolasi saluran transmisi udara, tegangan lebih

merupakan faktor penting. Di tempat-tempat dimana pengotoran udara tidak

menghawatirkan, surja hubung (switching surge) merupakan faktor penting dalam

penentuan jumlah isolator dan jarak isolasi. Karateristik lompatan api untuk

isolator gantung seperti terlihat pada gambar 2.9.

Gambar 2.8 diagram distribusi kekuatan mekanis pada isolator gantung 250 mm.
Gambar 2.9 karateristik lompatan api isolator gantung 250 mm.

II.5 Pasangan Isolator

Dalam kategori pasangan isolator (fittings) termasuk pasangan-pasangan

logam dan perlengkapan-perlengkapan lainnya guna menghubungkan penghantar,

isolator dan tiang transmisi.


II.5.1 Pasangan Isolator

Pasangan isolator terbuat dari besi atau baja tempaan (malleable) yang

ukurannya disesuaikan dengan tegangan, jenis dan ukuran penghantar, kekuatan

mekanisnya, serta kuntruksi penopangnnya (supporting structure). Dengan

demikian maka dikenal baut-u, kleves (clevis), link, ball and socket (bola dan

lekuk) dsb, yang mudah dihubung-hubungkan, dan mudah dipertukar seperti pada

gambar 2.10 sedangkan gandengan isolator tarik tunggal seperti pada gambar 2.11

masing-masing lengkap dengan pasangan isolatornya.

Gambar 2.10 gandengan isolator gantung tunggal.


Gambar 2.11 gandengan isolator tarik tunggal

II.5.2 Tanduk Api Dan Cincin Perisai

Untuk menghindari kerusakan isolator maka pada gandengan isolator

gantung dipasang tanduk-tanduk api (arching horns). Tanduk api dipasang pada

ujung kawat dan ujung tanah dari isolator, serta dibentuk sedemikian sehingga

busur api tidak akan mengenai isolator waktu lompatan api terjadi. Jarak antara

tanduk atas dan tanduk bawah 75 - 85 % dari panjang gandengan isolator.

Tegangan lompatan api untuk gandengan isolator dengan tanduk api ditentukan

oleh jarak tanduk api biasanya dipakai untuk saluran transmisi dengan tegangan
110 kv, atau diatas 66 kv di daerah-daerah dengan tingkat isokeronik yang tinggi.

Cincin perisai (shied ring) dipasang pada ujung kawat dari isolator untuk

mencegah terjadinya korona pada ujung tersebut.

II.5.3 Jepitan

Untuk penghantar dipakai pengapit gantung (suspension clamps) dan

pengapit tarikan (tension clamps) sedang untuk kawat tanah dipakai pengapit

sederhana. Ada dua jenis pengapit gantung, yang satu dengan yang lain tanpa

batang pelindung (armor rods). Pengapit-pengapit dipilih dengan memperhatikan

macam dan ukuran kawat, kuat tarik maksimum, serta bentuk sedemikian rupa

sehingga tidak menimbulkan kerusakan dan kelelahan karena getaran (vibration)

dan sudut andongan dari kawat.

II.6 Pengotoran Isolator

Bentuk kontaminasi pada permukaan isolator bervariasi menurut lokasi,

yang paling sering terjadi arang, semen-semen abu halus dan sebagainnya.

Didaerah-daerah dipinggiran pantai dapat terbentuk lapisan-lapisan garam pada

permukaan isolator, konduktivitas permukaan (Ks) suatu lapisan yang menghantar

arus dengan ketebalan t cm ditentukan oleh persamaan :

Ks =K.t .............................................................................. (2.1)

Dimana : K = adalah konduktivitas (volume) spesifik lapisan tersebut.

Untuk permukaan isolator yang axisimetrik dengan ketebalan lapisan yang merata

dari bahan kontaminasi yang mempunyai resistivitas permukaan ρs (yaiyu 1/Ks),

resistansi total elektroda-keelektroda :


L
d1
R=∫ ...............................................................................................(2.2)
0 D1

Dimana : L = panjang lintasan kebocoran

d1 = unsur lintasan

D1 = diameter permukaan pada d1

Besarnya arus kebocoran yang lebih kecil pada sebuah isolator kering

ditentukan oleh medan elektrostatik saja. Apabila lapisan polusi yang ada itu

menjadi basah karena hujan, kabut atau embun maka sifatnya akan konduktif dan

arus kebocoran permukaan menjadi jauh lebih besar dibandingkan aliran-aliran

harga kering. Medan listrik manjadi sangat kecil pada kerapatan arus yang

terbesar panas yang timbul meningkatkan suhu lapisan hingga mencapai titik

didih sehingga terjadi evaporasi serta pembentukan daerah/bagian kering. Daerah

yang kering sekeliling isolasi mampunyai resistansi yang tinggi dan mendukung

hampir semua tegangan. Ini menyebabkan udara mengalami break down (tembus)

dan terbentuk suatu busur pada bagian kering itu.

Tekanan pada bagian kering itu selanjutnya berada dibawah harga break

down udara, dan begitu terjadi kenaikan setempat dalam presipitasi akan

menimbulkan break down dan busur kembali muncul. Jika tingkat presipitasi

mengimbangi kerugian uap lembab akibat busur maka tercapai suatu kondisi

stabil dan pelepasan muatan dapat berlangsung untuk waktu yang lama, terlihat

pada gambar 2.12.


Gambar 2.12 flashover pada rentengan isolator

Berbagai metode digunakan untuk mencegah flashover akibat polusi.

Panjang kebocoran isolator ditambah walaupun banyak kesalahan yang dihadapi

untuk membuat isolator-isolator dengan lintasan-lintasan kebocoran yang jauh

lebih panjang dari 2,54 cm (1 inch) per kv. Salah satu cara yang sangat efektif

adalah dengan melumuri gemuk (gerease) pada seluruh permukaan isolator untuk

mencegah pembentukan suatu lapisan yang kontinyu. Pelumuran gemuk ini harus

dilakukan secara priodik, misalnya 1 -2 tahun. Cara lain yang juga efektif adalah

dengan mencuci permukaan isolator dengan air.

Tahanan isolasi dari permukaan isolator yang bersih besar sekali, nilainnya

menjadi sangat berkurang menjadi beberapa mega ohm saja, bila permukaannya

menjadi kotor (polluted) karena isolator tersebut terpasang di daerah-daerah

industri atau tepi laut. Bila tegangan tinggi diterapkan pada isolator ini, lapisan
permukannya yang lembab menguap dan menimbulkan busur api setempat, yang

kemudian bertambah besar sehingga menimbulkan lompatan api. Mekanisme dari

gejala ini sekar di terangkan. Karateristik lompatan api yang digunakan sebagai

standard perencanaan (design) didapat dari pengalaman operasi dan pemeliharaan

pada saluran transmisi, serta dari data-data pengujian lompatan api pada isolator

yang sengaja (artificially) dikotori atau yang dikotori secara alamiah. Pengotoran

isolator dapat bersifat industri (debu, kabut, asap, abu yang beterbangan, debu

arang, oksida-oksida, sulfat dari berbagai garam).

Pengotoran pada isolator menyebabkan distribusi tegangan yang tidak

merata pada isolator, untuk mendapatkan distribusi tegangan yang merata,

penggunaan lemak setengah penghantar dapat sangat membantu. Penggunaan

tahanan tahanan lapisan kilap pada porselen sebagai pengganti pernis biasa

memungkinkan kebocoran arus. Dibagian yang mengkerut perlu disediakan

tingkat pelemakan yang lebih tinggi karena pengotoran bersifat industri (industri

pollution).

II.6.1 Karakteristik Lompatan Api Dari Isolator Kotor

Untuk isolator gantung yang dikotori (palluted) berlaku persamaan

tegangan lompatan api sebagai berikut :

28 N
V= ................................................................................................(2.3)
¿¿

Dimana : V = tegangan lompatan api minimum untuk gandengan isolator

gantung dengan N piringan (KV)


W = kepadatan adhesi garam (mg/cm2)

K = kepadatan adhesi serbuk poles (polished) (mg/cm2)

N = jumlah piring isolator

Pada umumnya garam merupakan pengotoran terhadap isolator, namun

untuk memperhitungkan pengaruh bahan-nbahan yang tidak dapat dilarutkan,

pengujian dilakukan dengan garam dan serbuk poles (polishing powder).

Kepadatan serbuk K dianggap benilai 0,1 mg/cm2. Guna menampung perbedaan

antara percobaan dengan keadaan sekitarnya, dipakai faktor koreksi K yakni :

Tegangan ketahanan untuk perencanaan


K= ........................................(2.4)
Tegangan lompatan api minimum

Pada umumnya dipakai harga K = 1,25 pada gambar 2.9 diberikan contoh

karakteristik tegangan ketahanan (withstand voltage) untuk isolator gantung.


Gambar 2.9 karakteristik yang direkomendasikan untuk perencanaan tegangan

ketahanan isolator gantung 250 mm.

II.6.2 Klasifikasi Daerah-Daerah Pengotoran

Secara teori kerusakan terhadap saluran transmisi, maka daerah-daerah

pengotoran diklasifikasikan menurut tabel 2.3 dimana pembagian klasifikasi

dipengaruhi oleh kondisi geografis, misalnnya daerah yang banyak mengalami

banyak topan/angin, daerah pergunungan, daerah dataran dan sebagainnya.

Klasifikasi A B C D E F
Kepadatan Dibawah Diatas
Adhesi Garam 0,01 0,01-0,03 0,03-0,06 0,06-0,12 0,12-0,25 0,25
(mg/Cm2)
Catatan : A,B……......Pengotoran Ringan C,D…..…....Pengotoran Sedang
E,F……..….Pengotoran Berat

Tabel 2.3 klasifikasi daerah pengotoran

II.6.3 Cara Penanggulangan Pengotoran Garam Dan Debu

Untuk menanggulangi pengotoran yang menyebabkan penurunan tegangan

ketanahan pada isolator ditempuh dengan cara-cara sebagai berikut :

1. Menambah jumlah isolator (misalnnya dengan menambah jumlah piring

dalam rentengan).

2. Mencuci isolator, yaitu menyemprotnya dengan air, minyak semir

mengandung hydrokarbon atau silikon, pencucian dilakukan dalam

keadaan bertegangan guna meningkatkan kontunitas pelayanan.

3. Memberi lapisan campuran silikon pada isolator untuk menangkal air.


4. Menurunkan tegangan sistem atau memutuskan arus saluran transmisi bila

diperkirakan akan terjadi gangguan.

BAB III

DISTRIBUSI TEGANGAN PADA ISOLATOR

III.1 Distribusi Tegangan Dengan Mengabaikan Ce Dan Ch

Oleh karena kapasitansi antara penghubung rentengan isolator dengan

menara/tanah (Ce) dan kapasitansi elektroda dengan jala-jala (Ch) diabaikan,

maka hal ini akan sama keadaannya kalau isolator tersebut dikenakan tegangan

searah. Pada tegangan searah, tegangan sepanjang rentengan isolator

didistribusikan secara merata. Pada rentengan isolator tersebut mengalir arus

bocor dan tegangan pada satu elemen dari rentengan isolator adalah, arus bocor

pada isolator tersebut dikalikan dengan tahanan tiap isolator. Rangkaian pengganti

dari rentengan isolator ini terlihat seperti pada gambar 3.1.

Jika elemen dari rentengan isolator tersebut sama, maka distribusi

tegangan pada setiap isolator adalah sama.

U1 = U2 = Un = UN

U
Un = ............................................................................................(3.1)
N
Gambar 3.1 Rangkaian Pengganti Rentengan Isolator Dengan

Menggabaikan Ce dan Ch

Dimana :

Un = Tegangan pada elemen ke n dari rentengan isolator yang ditinjau

U = Tegangan total yang dikenakan pada rentengan isolator

N = Jumlah elemen isolator pada suatu rentengan isolator

III.2 Distribusi Tegangan Dengan Memperhitungkan Ce Saja

Dalam keadaan isolator dibebani tegangan, akan timbul medan listrik

diantara penghubung isolator dengan penghubung isolator yang lain, antara

penghubung isolator dengan tanah (menara) dan antara penghubung isolator

dengan kawat penghantar yang digantungkan pada rentengan isolator tersebut.

Medan listrik yang terjadi tersebut dapat dianalogikan dengan kapasitansi-

kapasitansi. Dibandingkan dengan besarnya kapasitansi sendiri dari elemen

rentengan isolator (C), besarnya Ce ini jauh lebih kecil, tapi pada kenyataannya
tidak dapat diabaikan karena mempengaruhi distribusi tegangan pada rentengan

isolator yang dipakai. Rangkaian pengganti dengan memperhitungkan Ce saja

seperti pada gambar 3.2.

Untuk menentukan distribusi tegangan secara matematis pada gambar 3.2 b. arus

yang mengalir tiap isolator (arus Bocor) adalah I, dan arus bocor mengalir antara

elektroda dengan menara adalah i, dan tegangan U antara Jala-jala ke tanah pada

rentengan isolator.

Gambar 3.2 Rangkaian Pengganti Dari Rentengan isolator Dengan

memperhitungkan Ce saja

Dimana :

C = Kapasitansi antara elektroda dengan elektroda (kapasitansi sendiri dari

elemen isolator)

Ce = Kapasitansi antara elektroda dengan tanah (menara)

in = arus bocor pada kapasitansi Ce dielemen yang ke n

In = arus bocor pada kapasitansi C dielemen yang ke n


Un = Tegangan isolator yang ke n terhadap tanah

Bila isolator N = 1 dihubungkan langsung pada menara yang ditanahkan,

maka untuk isolator yang ke n persamaan arus kapasitif didapat, antara elektroda

dengan tanah :

d
in = Ce U .............................................................................................(3.2)
dt n

dan untuk kedua elemen yang berdekatan :

d
In = C ¿U – Un-1)
dt n

d
In+1 = C ¿U – Un ) ..............................................................................(3.3)
dt +n

Δ Un = ¿Un – Un-1)

Dalam hal ini perubahan tegangan terhadap waktu diberikan oleh

hubungan diffrensial (turunan) terhadap waktu, dengan demikian berlaku bagi

komponen-komponen setiap frekuensi, bentuk dan lamanya. Pada isolator yang ke

n kesetimbangan arus diberikan oleh persamaan :

In = In+1 - In ...............................................................................................(3.4)

Bila persamaan (3.2) dan persamaan (3.3) dimasukan kedalam persamaan (3.4),

secara matematis perubahan terhadap waktu (d/dt) dapat diabaikan dan didapat :

d d d
Ce Un = C ( U+n – Un ) – (- C ( Un + Un-1 ))
dt dt dt

d d d
Ce Un = C ( U+n – Un ) + ( C ( Un + Un-1 )
dt dt dt
d d d
Ce U n=C (U + n – U n ) +(C (U n+U n−1))
dt dt dt
d
Ce
dt

Ce
Un = (( Un+1 - Un ) + ( Un + Un-1))
C

Ce
Un = Δ2 Un .........................................................................................(3.5)
C

Dimana :

Un = Un+1 - Un

Un-1 = Un + Un-1

Pada persamaan (3.3) turunan pertama Δ Un adalah tegangan jatuh

sepanjang satu elemen tunggal. Sedangkan pada persamaan (3.5) yang

mengandung Δ2 Un adalah sebagai tegangan jatuh sepanjang dua elemen yang

berurutan. Dengan demikian persamaan (3.5) memberi karakteristik distribusi

tegangan sepanjang rentengan isolator. Persamaan (3.5) adalah merupakan

persamaan perbedaan tegangan, apabila perbedaan antara tegangan-tegangan

berurutan sangat kecil sama halnya seperti rentengan isolator yang tersusun

banyak maka persamaan (3.5) menjadi persamaan diffrensial orde dua dari suatu

rentengan isolator yang jumlah isolatornya banyak.

Untuk mencari solusi persamaan (3.5) dapat dipermudah dalam bentuk

satu ekspressi untuk tegangan Un sebagai suatu fungsi dari pada jumlah elemen.

Untuk memperolehnya dapat menggunakan fungsi-fungsi Un dengan argumen n

yang memenuhi persamaan diffrensial (3.5). dengan mudah terlihat bahwa fungsi-
fungsi eksponensial membentuk penyelesaian seperti itu. Untuk penyelesaian

persamaan (3.5) digunakan bentuk coba-coba (trial) :

Un = A e α n ..............................................................................................(3.6)

Dimana :

A = konstansta

α = akan ditentukan dari persamaan diffrensial (3.5)

untuk n = n + 1 dan n = n – 1, maka akan didapatkan :

Un+1 = A e α ( n+1) = A e α e α n

Un-1 = A e α ( n-1) = A e -α e α n ......................................................................(3.7)

Dengan memasukan persamaan (3.7) kedalam persamaan (3.5) maka didapatkan

persamaan :

Ce
U = Un+1 – 2 Un + Un-1
C n

Ce
U = A e α e α n – 2 Un + A e -α e α n
C n

Ce
U n= A e α eα n−2 U n+ A e−α eα n
C
Un

Ce A eα e α n A e−α e α n
= –2+
C Un Un

Dimana :

Un = A eα n , maka :
Ce A eα e α n A e−α e α n
= – 2 +
C A eα n A eαn

Ce
=¿e α – 2 + e – α
C

Ce
= ( e α/2 + e -α/2 )2
C

Ce α
= ( sinh )2 ......................................................................................(3.8)
C 2

Karena persamaan (3.6) adalah suatu solusi dari pada persamaan (3.5),

dengan demukian haruslah dipilih harga sedemikian sehingga :

α 1 Ce
Sinh =
2 2 √ C
.....................................................................................(3.9)

Perbandingan kapasitansi Ce/C dapat ditentukan dengan mencari harga-harga Ce

dan C dari percobaan. Untuk perbandingan kapasitansi Ce/C sangat kecil. Secara

C kasar dapat ditentukan bahwa :

Ce
α=
√ C
..................................................................................................(3.10)

karena harga-harga positif dan negatif dari memenuhi persamaan (3.8),

penyelesaian secara coba-coba yang lengkap dari (3.6) harus di buat sedemikian :

Un = A eα n + B e-α n ..................................................................................(3.11)

Dimana konstanta-konstanta A dan B muncul dari kenyataan bahwa

persamaan diffrensial dari Un mempunyai dua konstansta integrasi. Untuk

memperoleh harga-harga A dan B dapat dipergunakan syarat n = 0 (elemen ke

nol)
Ditanahkan pada menara.

Uo = A + B = 0 .......................................................................................(3.12)

A=-B

Dengan demikian persamaan (3.11) menjadi :

e α n −e−α n
Un = A ( ) ..............................................................................(3.13)
2

Un = 2 A sinh α n

Bilamana ada N isolator yang dipakai dalam satu rentengan tegangan pada mata

rentengan terakhir ialah U yakni pada konduktor jala-jala maka :

Un = 2 A sinh α N = U ...........................................................................(3.14)

Konstanta A diatas dapat ditentukan dengan rumus :

U
A= ........................................................................................(3.15)
2sinh α N

Dan tegangan pada elemen yang ke n adalah :

sinh α n
Un = U .....................................................................................(3.16)
sinh α N

Dimana harga-harga α, U dan N diberikan oleh konstruksi sebenarnya dari isolator

dan pemasangannya. Dengan melihat persamaan (3.15) distribusi tegangan

rentengan isolator dapat ditentukan, seperti terlihat pada gambar 3.3


Gambar 3.3 Gambar kurva distribusi tegangan dari suatu rentengan isolator yang

terdiri dari 8 isolator untuk beberapa harga yang berbeda

Gambar 3.3 menunjukan karakteristik distribusi tegangan dari suatu

rentengan isolator yang terdiri dari suatu rentengan isolator yang terdiri dari 8

isolator untuk harga-harga perbandingan kapasitansi Ce/C yang berbeda-beda.

Distribusi tegangan yang merata ditunjukan oleh harga-harga Ce/C = 0, dengan

perkataan lain kapasitansi antara elektroda terhadap tanah diabaikan. Tegangan

bertambah secara linier melewati elemen-elemen pertama rentengan dekat menara

dan kemudian lebih cepat lagi ketika mendekati penghantar fungsi hyperbolic.

Dalam perencanaan pemasangan isolator-isolator harus mencoba menjaga

kapasitansi Ce sekecil mungkin dan kapasitansi C sepanjang elemen-elemen dari

isolator sebesar mungkin. Dalam setiap keadaan harga dari Ce/c merupakan

karakteristik untuk distribusi tegangan sepanjang rentengan dan sifat kerja yang

dihasilkan. Secara umum dapat bahwa Ce/c bertambah besar dengan


bertambahnya diameter isolator. Dari gambar 3.2 dan persamaan (3.15) perbedaan

tegangan elemen adalah :

Un = Un – Un-1 = Δ Un ..................................................................(3.17)

U
Δ Un = [ sinh α n – sinh α (n-1)] ...................................(3.18)
sinh αN

Gambar 3.4 menunjukan perbedaan tegangan sebagai fungsi dari n harga-

harga Ce/C yang berbeda. Untuk harga-harga Ce/C yang membesar terjadi ketidak

samaan yang besar. Yang menarik adalah perbedaan tegangan yang sangat tinggi

terjadi pada elemen terakhir pada jala-jala, untuk n = N persamaan (3.17) dalam

hal ini memberikan :

sinh α (N −1)
Δ Un = U [ 1 ] ..................................................................(3.19)
sinh α N

Gambar 3.5 menunjukan karakteristik Un/u dengan N, harga tertinggi sebagai

pecahan dari U, dan jumlah total tegangan. N adalah jumlah elemen yang berbeda

dalam rentengan dan untuk harga Ce/C yang berbeda.


Gambar 3.4 Kurva Un/U dari suatu rentengan isolator yang terdiri dari 8 isolator

untuk beberapa harga Ce/C yang berbeda.


Gambar 3.5 kurva Un/U dari suatu rentengan isolator yang terdiri dari 8 isolator

untuk beberapa harga

Pada gambar 3.5 menunjukan harga-harga tegangan terhadap Ce/C yang

berbeda. Sebagai perbandingan disini dapat dilihat untuk Ce/C = 0, menunjukan

suatu distribusi tegangan yang merata, sebagai suatu contoh untuk Ce/C = 0,05

suatu penambahan N diatas 5, hanya menghasilkan suatu pengurangan kecil dalam

tegangan sepanjang isolator yang terakhir dan yang terbanyak mendapat stress.

Analisa distribusi tegangan sepanjang rentengan isolator, yang diturunkan dari

persamaan (3.2) dan (3.3), juga berlaku dalam permukaan-permukaan isolator

keadaan bersih dan kering pada tegangan kerja yang normal.


III.3 Distribusi Tegangan Dengan Memperhitungkan Ce Dan ch

Dalam keadaan isolator dibebani dengan tegangan maka akan timbul

medan listrik diantara elektroda penghubung isolator dengan elektroda

penghubung isolator lain, antara elektroda dengan tanah (menara) dan antara

elektroda kawat penghantar (jala-jala) yang digantung pada isolator rantai

tersebut.

Medan listrik yang terjadi tersebut dapat disamakan dengan kapasitansi

yaitu, kapasitansi antara elektroda dengan elektroda yaitu (C), kapasitansi

elektroda dengan menara (Ce) dan kapasitansi antara elektroda dengan penghantar

(Ch). Rangkaian pengganti dari rentengan isolator tersebut dapat digambarkan

seperti pada gambar 3.6

Gambar 3.6 Rangkaian pengganti dari rentengan isolator dengan pengaruh Ce dan

Ch
Dimana :

C = kapasitansi antara elektroda dengan elektroda (kapsitansi sendiri dari elemen

isolator)

Ce = kapasitansi antara elektroda dengan tanah (menara)

Ch = kapasitansi antara elektroda dengan jala-jala

Gambar 3.7 Aliran arus bocor pada rangkaian pengganti dari rentengan isolator

dengan pengaruh Ce dan Ch.

Dimana :

L = Panjang rentengan isolator

dIe = Arus bocor pada kapasitansi Ce di elemen yang ke n

Ix = Arus bocor pada kapasitansi C di elemen yang ke n


dIL = Arus bocor pada kapasitansi Ch di elemen yang ke n

C = kapasitansi antara elektroda dengan elektroda (kapasitansi sendiri dari elemen

isolator)

Ce = kapasitansi antara elektroda dengan tanah (menara)

Ch = kapasitansi antara elektroda dengan jala-jala

x = panjang elemen isolator

Untuk menganalisa distribusi tegangan sepanjang rentengan isolator

dengan memperhatikan Gambar 3.7

dx
dC= C
L

dx
dCe= Ce
L

dx
dCh= Ch
L

Dimana :

L = Panjang isolator rantai. Tegangan pada satu element kapasitansi adalah sebgai

berikut:

ix +dix
dUx= - dx .....................................................................................(3.20)
j ω CL

dix << ix, jadi dix = 0

-di = die + diL


dx
die = Ux jωCe
L

dx
diL = ( U-Ux ) jωCh ..............................................................................(3.21)
L

differensial dUx terhadap x

d2U x 1 di x 1 (di h−di e )


2
=- . = ................................................(3.22)
dx j ω CL dx j ω CL dx

Subsitusikan persamaan (3.20) kedalam persamaan (3.21), maka akan didapat :

d2U x Ux U C
2
= 2 ¿) = 2 h
dx L L C

Misalkan :

x
a=
L

Ux
Ua =
U

C e + Ch
K=
√ C

Maka :

sinh ( K −a )
Ua =
1
Ce +C h
Ce[sinh K . a
sinh K
+Ch 1− (
sinh K )]
sinh ( K −a )
Ux =
U
Ce +C h
Ce[sinh K . a
sinh K
+Ch 1− (
sinh K )] .....................................(3.23)
Syarat batas :
Pada :

a=0 Ua = 0 atau Ux = 0

a=1 Ua = 1 atau Ux = 0

karakteristik Ua terhadap a dengan harga-harga Ce dan Ch yang berubah-

ubah dapat dibuat secara pendekatan seperti pada gambar 3.8 terlihat bahwa untuk

harga-harga Ce dan Ch yang lebih kecil, maka distribusi tegangan pada rentengan

isolator mendekati uniform. Demikian pula Ce = Ch = 0 distribusi tegangan

sepanjang rentengan isolator adalah merata.

Gambar 3.8 Kurva perbandingan Ux/U dari suatu rentengan isolator untuk harga-

harga Ce dan ch yang berbeda

III.4 Cara-cara Memperbaiki Effisiensi Rentengan Isolator

1. Memperkecil perbandingan kapasitansi ketanah (Ce) dan Kapasitansi

elemen isolator (C). dengan memperpanjang lengan menara maka akan di


peroleh Ce/C yang kecil, namun demikian kekuatan menara dan biaya

pembuatan menara menjadi bertambah, sehingga umumnya untuk tujuan

praktis maksimum ratio adalah 1/10.

2. Capasitior Grading adalah suatu cara memperbaiki kapasitas isolator

terbawah dengan menggunakan lempengan metal yang ditempelkan

sambungan porselen atau menggunakan ring metal pada sambungan-

sambungan porselen sedemikian sehingga kapasitas ke tanah dari

sambungan unit-unit terbawah menjadi besar sehingga tegangan pada

daerah tersebut menjadi kecil. Capasitor grading hanya baik untuk sistem

dengan tegangan kerja diatas 200 KV.

3. Perisai statis, penggunaan ring pelindung yang mengelilingi elemen

isolator terbawah dan dihubungkan pada konduktor. Ring ini berfungsi

sebagai perisai bagi elemen isolator terbawah dengan cara manambah

kapasitansi antara hantaran dengan sambungan isolator. Kapasitansi ini

berharga besar untuk elemen terbawah sehingga tegangan pada elemen ini

menjadi kecil. Biasanya ring pelindung digunakan bersama-sama dengan

tanduk api (arching horn) yang diletakan dimenara sehingga isolator dapat

terlindung dari kerusakan jika terjadi tegangan lebih.


BAB IV

STUDI PENENTU ISOLATOR PARAMETER YANG

BERPENGARUH TERHADAP ISOLATOR

Pada bab ini membahas analisa distribusi tegangan disepanjang rentengan

isolator, akan diuraikan berdasarkan tegangan penghantar yaitu untuk tegangan

150 KV dan 275 KV, akibat pengaruh efek kapasitansi antara penghubung

rentengan isolator atau kapasitansi yang terdiri dari elemen isolator (C),

kapasitansi antara penghubung rentengan isolator dengan tanah atau kapasitansi

shunt terhadap tanah (Ce), dan kapasitansi antara penghubung rentengan isolator

dengan elektroda tegangan tinggi (penghantar) atau kapasitansi shunt terhadap

elektroda tegangan tinggi (Ch). Oleh karena adanya pengaruh kapasitansi-

kapasitansi Ce dan Ch terhadap distribusi tegangan dan arus bocor disepanjang

rentengan isolator, maka dilakukan analisa perhitungan dengan cara membuat

program komputer (matlab), sehingga dengan cetakan hasil komputer diketahui

distribusi tegangan pada setiap elemen isolator dari rentengan isolator akibat

pengaruh kapasitansi C, Ce dan Ch. Jumlah elemen isolator yang diperlukan pada

tegangan tertentu dan besarnya arus bocor yang terjadi. Sebagai pembanding

kebenaran hasil perhitungan komputer dipergunakan tabel 4.1

Tabel 4.1 Tabel Isolator


IV.1 Pengaruh C Terhadap Distribusi Tegangan Isolator

IV.2 Pengaruh Ce Terhadap Distribusi Tegangan Isolator

IV.3 Pengaruh Ch Terhadap Distribusi Tegangan Isolator

IV.4

BAB V

V.1

V.2

V.3

Anda mungkin juga menyukai