Anda di halaman 1dari 20

BAB III

DUCTING

3.1 Pendahuluan
3.1.1 Latar Belakang
Ducting adalah media yang digunakan untuk mengarahkan atau
menyalurkan udara atau lainya ke tempat tertentu. Dalam pendesainan sistem aliran
ducting harus dilakukan secara optimal. Ducting menjadi salah satu item pertama
yang harus dipertimbangkan ketika merancang bangunan baru karena pentingnya
dalam keseluruhan utilitas bangunan dan kebutuhan untuk mengintegrasikan
saluran kompleks dengan unsur-unsur lain dari desain keseluruhan. Seiring
perkembangan teknologi yang semakin modern, Air Conditioner (AC) sudah
semakin banyak digunakan sebagai pengkondisi udara suatu ruangan. Hal tersebut
dilakukan guna mendapatkan kenyamanan ketika sedang berada didalam ruangan
tertentu.
Dalam proses pengkondisian udara terdapat dua proses yang terjadi yaitu
pemanasan dan pendinginan. Dalam proses ini sangat ditentukan oleh kecepatan
aliran udara dalam ruangan. Distribusi udara yang dilakukan dalam proses teresbut
melalui suatu media yang disebut ducting. Pada sistem pengkondisian udara yang
menggunakan udara sebagai fluida pada sistem distribusi termal, sangatlah krusial
dalam mendesain sistem AHU (Air Handling Unit). Fungsi utama sistem AHU
adalah untuk mentransmisikan udara yang telah diproses (baik dipanaskan atau pun
didinginkan) dari unit pengkondisian udara menuju ruangan yang akan
dikondisikan dan juga mendistribusikannya secara baik menuju ruang tersebut.
Suatu desain sistem pengkondisian udara yang baik sangat bergantung pada kualitas
desain komponen-komponen yang ada di dalamnya. Dalam upaya mendesain
sistem transmisi udara tersebut maka sangatlah penting untuk memahami
fundamental aliran udara di dalam ducting (Winarta dan Annakotapary, 2013).
Pada pengujian ducting ini aliran terjadi oleh tarikan kipas (fan) yang terletak
pada ujung kanan mesin. Selama udara mengalir terjadi tekanan total dan tekanan statik
pada saluran. Perbedaan tekanan ini digunakan untuk menentukan kecepatan aliran
serta laju aliran volume udara (Job Sheet, 2019).
3.1.2 Tujuan Praktikum
Dalam praktikum ini memiliki tujuan untuk para praktikan diharapkan
mampu:
1. Mengetahui prinsip kerja ducting yaitu sebagai tempat pendistribusian
udara.
2. Mengukur besarnya tekanan total, tekanan statik, dan tekanan dinamik.
3. Mengetahui besarnya kecepatan dan laju aliran volume udara pada saluran.
4. Mengetahui pressure losses aliran melewati duct.

3.2 Dasar Teori


3.2.1 Ducting dan Aplikasinya
Ducting adalah saluran atau media tempat menyalurkan bahan produksi
ataupun sisa produksi, biasanya berbentuk debu halus dari mesin produksi (dryer,
hopper, dll) ke proses produksi berikutnya (chute, conveyor, burner, dll).
Bentuknya menyerupai pipa, bisa juga berbentuk kotak memanjang. Di beberapa
titik biasanya dipasang cleanhole untuk akses pembersihan (cleaning), terutama di
area tekukan misalnya di sekitar elbow, tee dan tempat-tempat yang rawan
tersumbat. Jenis material pelat yang dipakai sebagian besar menggunakan carbon
steel pelate, sebagian perusahaan ada juga yang menggunakan ducting dengan jenis
pelat steinless steel.
Ducting yang biasa digunakan untuk membawa udara yaitu, rectangular
duct, round duct, dan oval duct. Berikut ini penjelasan beserta gambar dari jenis-
jenis ducting :
a. Rectangular Duct
Saluran jenis ini mudah diangkut, karena bentuknya yang sederhana dan
sisinya yang datar maka duct ini mudah dibuat. Kerugian dari saluran jenis ini
adalah penurunan tekanan yang muncul cukup tinggi. Penyambungan rectangular
duct lebih sulit dibanding jenis lain. Selain itu, sambungan transversal pada duct
persegi panjang pemasangannya lebih mahal daripada sambungan lingkaran.
Reactangular duct ditunjukkan pada Gambar 3.1.
Gambar 3.1 Rectangular duct (Spiralmfg, 2019)

b. Round Duct
Saluran jenis ini menghasilkan penurunan tekanan yang paling rendah per
unit area dan saluran paling efektif jika ditinjau dari biaya yang dikeluarkan.
Duct lingkaran lebih hemat material dibandingkan duct persegi panjang untuk
laju aliran udara yang sama. Selain itu duct lingkaran ini mudah di segel dan
di sekat. Kerugian yang biasa terjadi dalam menggunakan penampang
lingkaran yaitu, untuk ukuran besar susah untuk diangkut dan juga memerlukan
ketinggian yang lebih saat pemasangannya. Disamping keuntungan ekonomis
di atas, duct lingkaran juga mempunyai keuntungan akuistik, duct ini mampu
menahan suara frekuensi rendah. Round duct ditunjukkan pada Gambar 3.2.

Gambar 3.2 Round duct (ADMP, 2019)

c. Oval Duct
Oval duct mempunyai persyarataan ketinggian yang lebih rendah
dibandingkan duct lingkaran serta memiliki sebagian besar keuntungan
daripada duct lingkaran. Fitting untuk duct oval lebih sulit dilakukan di
lapangan. Kerugian lainnya yaitu sulit untuk diangkut dan mempunyai
kecenderungan berubah bentuk jika dikenai tekanan. Oval duct ditunjukkan
pada Gambar 3.3.

Gambar 3.3 Oval duct (SFP, 2019)

Beberapa aplikasi duct pada dunia industri adalah sebagai berikut :


1. Sistem Pembuangan Asap
Ducting juga bisa diartikan sebagai cerobong baik berbentuk kotak
ataupun round yang berfungsi sebagai media untuk menghisap udara kotor,
asap, gas beracun, bau zat kimia, dan lain-lain dari suatu mesin, tempat atau
ruangan yang berpotensi zat-zat tersebut untuk dibuang ke udara luar. Akan
tetapi pada proses ini kita harus berhati-hati dan harus mempertimbangkan gas
atau zat apa yang akan kita buang ke udara luar. Apabila zat tersebut tidak
bersifat bahaya dan tidak mengandung kontaminan yang membahayakan maka
cukup hanya dengan menggunakan exhaust biasa saja dengan perlengkapan
sederhana misalnya hanya dengan blower sebagai unit penghisap yang dibantu
dengan ducting cerobong dan bantuan hood jika dirasa perlu. Akan tetapi, jika
zat-zat yang akan dibuang itu mengandung zat kontaminan yang berbahaya
seperti zat kimia betalaktam yang biasanya di industri-industri farmasi
betalaktam ini tidak cukup hanya menggunakan exhaust biasa melainkan harus
ada sistem filtrasi yang diyakini mampu menahan zat-zat berbahaya tadi
sebelum dibuang ke udara bebas (Suki, 2016).
2. Sistem AC Sentral
Sistem AC Sentral merupakan suatu sistem pengkondisian udara dimana
proses pendinginan udara terpusat pada satu lokasi yang kemudian
didistribusikan/dialirkan ke semua arah atau lokasi (satu outdoor dengan
beberapa indoor). Sistem ini memiliki beberapa komponen utama yaitu chiller,
Air Handling Unit, cooling tower, pompa sirkulasi, dan ducting.
Sistem ducting untuk AC merupakan bagian penting dalam sistem AC
sebagai alat penghantar udara yang telah dikondisikan dari sumber dingin
ataupun panas ke ruang yang akan dikondisikan. Perkembangan desain ducting
untuk AC hingga saat ini sangat dipengaruhi oleh tuntutan efisiensi, terutama
efisiensi energi, material, pemakaian ruang, dan perawatan. Selain efisiensi,
juga ada tuntutan kenyamanan bagi pengguna. Oleh karena itu, dalam desain
ducting meliputi pula desain untuk kebutuhan ventilasi, filtrasi, dan humidity.
Sistem ducting dapat dillihat pada Gambar 3.4.

Gambar 3.4 Ducting (Design Buildings, 2019)

3.2.2 Fluida
Fluida adalah suatu zat yang mengalami perubahan bentuk secara kontinyu
apabila terkena tegangan geser (shear stress) betapapun kecilnya. Definisi lain
mengatakan bahwa fluida adalah zat yang mampu mengalir, sehingga fluida juga
sering disebut zat alir.
3.2.2.1 Klasifikasi Aliran Fluida
a. Aliran Viscous dan Invicid
Ketika dua lapisan fluida bergerak relatif terhadap satu sama lain, akan ada
gaya gesekan yang berkembang diantara fluida sehingga akan memperlambat
aliran. Kemampuan internal fluida untuk mengalir diukur oleh properti fluida
yaitu viskositas. Tidak ada aliran dengan nilai viskositas sama dengan nol.
Aliran dengan nilai gaya gesek yang besar disebut aliran viscous. Namun, pada
aliran yang mengalir, ada daerah (biasanya daerah tidak dekat dengan
permukaan) dimana gaya viscous sangat kecil jika dibandingkan dengan gaya
inersia atau tekanan. Daerah tersebut disebut daerah aliran inviscid (Cengel
dan Cimbala, 2006). Perbedaan aliran viscous dan inviscid dapat dilihat pada
Gambar 3.5.

Gambar 3.5 Daerah viscous dan inviscid (Cengel dan Cimbala, 2006)

b. Aliran Laminar dan Turbulen


Aliran pipa adalah aliran internal jika aliran sepenuhnya dibatasi oleh
permukaan padat. Arus internal didominasi oleh pengaruh viskositas seluruh
aliran bidang (Cengel dan Cimbala, 2006). Gaya viscous pada permukaan
bidang sangat besar, menyebabkan terjadinya fenomena no-slip condition yaitu
kondisi dimana kecepatan fluida sama dengan nol. Sementara pada bagian
tengah nilai kecepatan fluida paling besar. Profil kecepatan aliran fluida
melalui duct dapat dilihat pada Gambar 3.6.

Gambar 3.6 Profil kecepatan (a) aliran laminar (b) aliran turbulen
(Fox dkk, 2006)
c. Aliran Compressible dan Incompressible
Aliran dapat diklasifikasikan menjadi aliran compressible atau
incompressible, bergantung pada tingkat variasi massa jenis aliran.
Incompressibility adalah sebuah pendekatan, dan aliran dikatakan
incompressible jika besarnya massa jenis tetap dan hampir konstan. Oleh
karena itu, volume setiap bagian dari cairan tetap atau tidak berubah selama
aliran adalah incompressible (Cengel dan Cimbala, 2006). Sedangkan aliran
compressible adalah jenis aliran dimana nilai massa jenis fluida yang mengalir
selalu berubah. Ketika melakukan pemodelan gas sebagai fluida
incompressible, maka bergantung pada besar Mach Number (Ma). Suatu gas
dikatakan incompressible ketika nilai Ma < 0,3. Aliran compressible dan
incompressible dapat dilihat pada Gambar 3.7.

(a) (b)
Gambar 3.7 Aliran compressible dan incompressible, (a) aliran udara
(b) aliran air (Aguscahyani, 2018)
d. Aliran Internal dan Eksternal
Pada aliran, terdapat istilah internal dan eksternal. Di dalam mekanika
fluida, aliran internal adalah aliran fluida yang dibatasi oleh permukaan benda
atau cassing. Oleh karena itu, lapisan batas tidak dapat berkembang tanpa
dibatasi oleh permukaan. Seperti yang kita ketahui, permukaan benda
bermacam-macam, ada yang berbentuk kotak, bulat, segitiga, ataupun tidak
teratur. Dengan begitu, akan terdapat lekukan-lekukan benda yang dapat
menghambat aliran fluida. Contoh yang paling mudah adalah aliran fluida
dalam pipa. Aliran fluida tersebut dibatasi oleh permukaan atau cassing pipa,
Oleh karen itu, aliran fluida dalam pipa disebut aliran internal.
Aliran eksternal adalah aliran fluida yang tidak dibatasi oleh permukaan
benda. Namun, seakan-akan permukaan benda lah yang dibatasi oleh aliran
fluida tersebut. Dengan tidak dibatasi aliran fluida, maka aliran fluida dapat
bergerak lurus tanpa terhalangi oleh permukaan benda. Hal ini berkebalikan
dengan yang terjadi pada aliran internal yang sudah dijelaskan di atas. Contoh
dari aliran eksternal adalah gerakan fluida melewati pelat datar dan aliran atas
permukaan melengkung seperti bola, silinder, atau turbin (Cengel dan
Cimbala, 2006). Aliran internal dan eksternal dapat dilihat pada Gambar 3.8.

Gambar 3.8 Aliran internal dan eksternal (Pratama A, 2012)

3.2.2.2 Karakteristik Fluida


a. Massa Jenis
Massa jenis didefinisikan sebagai massa persatuan volume atau kerapatan
adalah perbandingan antara massa terhadap volumenya. Bila kerapatan kita
beri simbol ρ maka kerapatan dapat dituliskan pada persamaan 3.1.

(3.1)
Dimana :
 = Densitas / massa jenis (kg/m3)
m = Massa benda (kg)
V = Volume benda (m3)
Semakin tinggi massa jenis suatu benda, maka semakin besar pula massa
setiap volumenya. Massa jenis rata-rata setiap benda merupakan total massa
dibagi dengan total volumenya. Massa jenis berfungsi untuk menentukan zat.
Setiap zat memiliki massa jenis yang berbeda. Suatu zat berapapun massanya,
berapapun volumenya akan memiliki massa jenis yang sama.
b. Viskositas
Viskositas (kekentalan) berasal dari perkataan viscou, Suatu bahan apabila
dipanaskan sebelum menjadi cair terlebih dulu menjadi viscous yaitu menjadi
lunak dan dapat mengalir pelan-pelan. Viskositas dapat dianggap sebagai
gerakan di bagian dalam (internal) suatu fluida. Viskositas dapat dinyatakan
sebagai tahanan aliran fluida yang merupakan gesekan antara molekul-molekul
cairan satu dengan yang lainnya. Semakin besar viskositas, kerapatan suatu zat
semakin kecil, sebaliknya semakin kecil viskositas, kerapatan suatu zat
semakin besar. Viskositas dapat dituliskan pada persamaan 3.2.

(3.2)
Keterangan :
µ = koefisien viskositas (Ns/m2)
τ = tegangan geser (N/m2)
du = satuan kecepatan (m/s)
dy = satuan jarak antara (m)
Sifat cairan sebagai besar ditentukan oleh resistansinya untuk mengalir,
yang dinamakan viskositas. Suatu fluida berviskositas rendah mengalir dengan
mudah dan membuang sedikit energi, tetapi menaikan rugi-rugi kebocoran.
Suatu fluida kental dapat menyekat dengan baik, tetapi fluida tipe ini cukup
menghambat dan menyebabkan rugi energi dan tekanan sekitar sistem
(Gunawan, 2013).
c. Kondisi No-Slip dan Boundary Layer
Pada setiap aliran udara yang melalui suatu benda akan mengalami
gesekan dengan permukaan benda tersebut. Gesekan ini akan menimbulkan
suatu hambatan/tahanan. Besar kecilnya tahanan ditentukan oleh kekasaran
permukaan benda, kecepatan udara yang mengalir, dan letak benda terhadap
aliran udara Dengan adanya gesekan permukaan (skin friction) maka pada
setiap aliran udara yang mengalir melalui benda akan menyebabkan adanya
perubahan kecepatan aliran udara dari yang paling kecil sampai dengan suatu
daerah yang mempunyai kecepatan udara bebas, karena adanya separasi aliran.
Kecepatan tiap lapisan udara berbeda-beda sehingga tampak batas setiap
lapisan. Apabila aliran udara mengalir pada suatu benda yang kemudian terjadi
lapisan-lapisan aliran udara yang rata serta sejajar dengan permukaan benda
tadi, maka aliran udara yang demikian disebut aliran udara laminer.
Pada aliran udara laminer ini juga terjadi boundary layer, sehingga
kecepatan lapisan udara yang dekat dengan permukaan benda akan lebih kecil
dibandingkan dengan kecepatan lapisan udara yang di titik yang lebih jauh dari
permukaan benda. Di dalam boundary layer pengaruh viskositas relatif besar
sehingga profil kecepatan tidak seragam. Di luar boundary layer, tidak ada
pengaruh viskositas sehingga aliran dapat diperlakukan sebagai aliran invicid.
Lapisan batas (boundary layer) adalah lapisan tipis pada permukaan padat
(solid surface) tempat fluida mengalir dimana pengaruh viskositas relatif besar.
Boundary layer dapat dilihat pada Gambar 3.9.

Gambar 3.9 Boundary Layer (Cengel dan Cimbala, 2006)

3.3 Alat dan Prosedur Pengujian


3.3.1 Alat Pengujian
Pada saat pengujian di Laboratorium Thermofluid, sistem ducting yang
digunakan seperti Gambar 3.10 berikut :
11

4
2

5
9

1 8

6 3

7 12

10

Gambar 3.10 Perangkat uji ducting (Laboratorium Thermofluida, 2019)

y
x

Gambar 3.11 Sumbu koordinat ducting (Laboratorium Thermofluida, 2019)


Keterangan :

1. Bench
Bench merupakan tempat atau meja dimana alat kerja untuk pengujian
ducting ditempatkan. Bench dapat dilihat pada Gambar 3.12
Bench

Gambar 3.12 Bench (Laboratorium Thermofluida, 2019)

2. Center duct section


Center duct sectoion merupakan penampang melintang bagian pusat atau
tengah ducting. Center duct section dapat dilihat pada Gambar 3.13

Center duct section

Gambar 3.13 Center Duct Section (Laboratorium Thermofluida, 2019)

3. Duct section A & B


Duct section merupakan penampang melintang bagian A dan B. dapat
dilihat pada Gambar 3.14

Duct section A

Duct section B

Gambar 3.14 Duct Section A & B (Laboratorium Thermofluida, 2019)


4. Centrifugal fan
Centrifugal fan merupakan kipas sentrifugal yang berfungsi untuk menarik
aliran udara yang masuk melalui bagian ujung ducting. Centrifugal fan dapat
dilihat pada Gambar 3.15

Centrifugal fan

Gambar 3.15 Centrifugal Fan (Laboratorium Thermofluida, 2019)

5. Fan starter
Fan starter merupakan tombol yang digunakan untuk mnghidupkan kipas
sentrifugal. Fan starter dapat dilihat pada Gambar 3.16

Fan starter

Gambar 3.16 Fan Starter (Laboratorium Thermofluida, 2019)

6. Throtle plate
Throtle plate yang digunakan untuk mengatur bukaan udara yang keluar
dari kipas sentrifugal. Throtle plate dapat dilihat pada Gambar 3.17
Throtle Plate

Gambar 3.17 Throtle Plate (Laboratorium Thermofluida, 2019)

7. Pitot satic tube.


Pitot static tube alat sensor yang digunakan untuk mengukur tekanan total
dan tekanan statik yang dihubungkan pada manometer. Pitot static tube dapat
dilihat pada Gambar 3.18

Pitot static tube

Gambar 3.18 Pitot Static Tube (Laboratorium Thermofluida, 2019)

8. Transvering Mechanism
Transvering Mechanism merupakan alat yang digunakan untuk
menggerakkan secara mekanis sensor dari pitot tube dengan koordinat titik
yang hendak diinginkan. Transvering Mechanism dapat dilihat pada Gambar
3.19

Transfersing
mecanism
\
Gambar 3.19 Transvering Mechanism (Laboratorium Thermofluida, 2019)
9. Three thermometer
Three thermometer merupakan thermometer yang digunakan untuk
mengukur temperature aliran udara. Three thermometer dapat dilihat pada
Gambar 3.20

Three thermometer

Gambar 3.20 Three thermometer (Laboratorium Thermofluida, 2019)

10. Inclined vertical manometer dan stands


Inclined vertical manometer dan stands merupakan alat yang digunakan
untuk mengukur tekanan, dengan satuan in H2O. Inclined vertical manometer
dan stands dapat dilihat pada Gambar 3.21

High side
Low side

Gambar 3.21 Manometer (Laboratorium Thermofluida, 2019)


11. Pressure connection
Pressure connection merupakan alat saluran pipa yang digunakan sebagai
penghubung antara sensor pengukur tekanan (piezometer dan tabung pitot)
dengan manometer. Pressure connection dapat dilihat pada Gambar 3.22
Pressure connection

Gambar 3.22 Pressure connection (Laboratorium Thermofluida, 2019)

12. End duct section


End duct section merupakan alat penampang pada bagian ujung ducting.
End duct section connection dapat dilihat pada Gambar 3.23

End duct section

Gambar 3.23 End duct section (Laboratorium Thermofluida, 2019)

3.3.2 Prosedur Pengujian


1. Pengukuran Tekanan Statik
a. Hubungkan static pressure connection dari tabung pitot ke bagian low
side manometer.
b. Geser tabung pitot tersebut dengan transvering mechanism hingga
posisinya ditengah-tengah saluran.
c. Mulai pengamatan tekanan manometer dari throtle plate dari terbuka
penuh hingga tertutup penuh secara bertahap setiap bukaan 100%, 75%,
50%, 25% dan 0% bagian.
d. Ulangi pengujian pada poin c tersebut 3 kali.
e. Matikan sambungan motor penggerak fan.
f. Analisa data pengamatan.
2. Pengukuran Tekanan Total
a. Hubungkan total pressure connection dari tabung pitot ke bagian high
side manometer.
b. Geser tabung pitot tersebut dengan transvering mechanism hingga
posisinya ditengah-tengah saluran.
c. Mulai pengamatan tekanan manometer dari throtle plate dari terbuka
penuh hingga tertutup penuh secara bertahap setiap bukaan 100%, 75%,
50%, 25% dan 0% bagian.
d. Ulangi pengujian pada poin c tersebut 3 kali.
e. Matikan sambungan motor penggerak fan.
3. Prosedur Pengujian Profil Kecepatan
a. Hubungkan total pressure connection dari tabung pitot ke bagian high
side manometer dan static pressure connection dari tabung pitot ke
bagian low side manometer.
b. Geser tabung pitot tersebut dengan transvering mechanism hingga
posisinya ditengah-tengah saluran.
c. Buka penuh throtle plate dan hidupkan motor penggerak fan, tunggu
hingga mencapai kecepatan maksimum.
d. Geser tabung pitot dengan transvering mechanism pada beberapa posisi
(12 titik) sebanyak tiga kali.
e. Baca tekanan kecepatan pada manometer untuk setiap posisi tabung
pitot dan mencatat hasil pengamatan dalam tabung.
f. Matikan motor penggerak fan.
g. Menggambar profil kecepatan aliran udara yang terjadi.
h. Simpan dan rapikan peralatan pengujian yang digunakan serta jagalah
kebersihan ruangan selama percobaan.

3.4 Parameter Pengukuran


Beberapa parameter yang digunakan dalam pengujian ini adalah sebagai
berikut:
3.4.1 Tekanan Statis
Tekanan statik didefinisikan sebagai tekanan thermodinamis aktual pada
suatu fluida atau dapat dikatakan sebagai tekanan yang diukur saat kecepatan relatif
alat ukur dan fluida sama dengan nol. Tekanan statis dirumuskan melalui
persamaan 3.3.

0, 0254 m kg m
Ps ( Pa)  Ps (in H 2O )  1000 3  9,81 2 (3.3)
1 in m s

3.4.2 Tekanan Dinamis


Tekanan dinamis didefinisikan sebagai perbedaan nilai antara tekanan
total dengan tekanan statis yang disebabkan oleh aliran fluida. Tekanan dinamis
dirumuskan melalui persamaan 3.4.
Pv ( Pa)  Pt ( Pa)  Ps ( Pa)
0, 0254 m kg m (3.4)
Pv ( Pa)  Pv (in H 2O)  1000 3  9,81 2
1 in m s
3.4.3 Tekanan Total
Tekanan total didefinisikan sebagai tekanan saat fluida bergerak dengan
isentropik. Tekanan total dirumuskan melalui persamaan 3.5.

0, 0254 m kg m
Pt ( Pa )  Pt (in H 2O )  1000 3  9,81 2 (3.5)
1 in m s

3.4.4 Kecepatan dan Laju Aliran Udara


Kecepatan aliran udara didefinisikan sebagai besarnya perpindahan
partikel udara tiap satuan waktu. Kecepatan aliran fluida menggunakan nilai
tekanan dinamis dan dirumuskan melalui persamaan 3.6.
2 Pv ( Pa)
V (3.6)

Laju aliran volume didefinisikan sebagai pergerakan fluida dengan volume
tertentu tiap satuan waktu. Laju aliran volume dirumuskan melalui persamaan 3.7.
Q  3600  A V (3.7)
3.4.5 Pressure Drop
Pressure drop didefinisikan sebagai kerugian nilai tekanan akibat adanya
gesekan antarpartikel fluida maupun partikel fluida dengan peremukaan bidang.
Pressure Drop dirumuskan melalui persamaan 3.8.
V 2 fL
P( Pa)  (3.8)
2 Dh
Dimana:
Ps (Pa) = Tekanan statis dalam Pascal
Ps (in H2O) = Tekanan statis dalam in H2O
Pt (Pa) = Tekanan total dalam Pascal
Pt (in H2O) = Tekanan total dalam in H2O
Pv (Pa) = Tekanan dinamis dalam Pascal
Psv(in H2O) = Tekanan dinamis dalam in H2O
V = Kecepatan aliran udara (m/s)
ρ = Massa jenis (kg/m3)
Q = Laju aliran volume (m3/jam)
A = Luas penampang (m2)
ƒ = Faktor koefisien gesekan
L = Panjang duct (m)
Dh = Diameter efektif penampang (m)

3.5 Kesimpulan dan Saran


Kesimpulan dan saran dari pengujian ducting ini adalah sebagai berikut :
3.5.1 Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan yang terdapat pada laporan, kesimpulan yang
didapatkan yaitu sebagai berikut :
1. Prinsip kerja ducting adalah sebagai media pendistribusian udara.
2. Tekanan statik didefinisikan sebagai tekanan thermodinamis aktual pada
suatu fluida atau dapat dikatakan sebagai tekanan yang diukur saat
kecepatan relatif alat ukur dan fluida sama dengan nol. Sedangkan tekanan
total didefinisikan sebagai tekanan saat fluida bergerak dengan isentropik.
Perbedaan antara kedua tekanan ini menghasilkan tekanan yang disebut
dengan tekanan dinamis.
3. Kecepatan aliran udara didefinisikan sebagai besarnya perpindahan
partikel udara tiap satuan waktu. Sedangkan Laju aliran volume
didefinisikan sebagai pergerakan fluida dengan volume tertentu tiap satuan
waktu.
4. Pressure drop didefinisikan sebagai kerugian nilai tekanan akibat adanya
gesekan antarpartikel fluida maupun partikel fluida dengan peremukaan
bidang.

3.5.2 Saran
Berikut ini adalah saran yang dibutuhkan terkait pembuatan laporan
pengujian ducting yaitu sebagai berikut :
1. Sebelum melakukan pengujian, sebaiknya mengkalibrasi alat ukur diposisi
nol manometer.
2. Pembacaan skala manometer sebaiknya dilakukan oleh lebih dari satu
orang untuk menghindari kesalah pembacaan sehingga data yang didapat
menjadi akurat.
3. Melakukan pemeriksaan terhadap posisi tabung pitot secara berulang
untuk menghindari kesalahan dalam pengujian.
4. Sebaiknya melakukan pemeriksaan pada sambungan piezometer dengan
bagian low side dan high side untuk menghindari kebocoran, serta
mengecek kembali apa saluran tersebut bocor atau tidak.

Anda mungkin juga menyukai