Anda di halaman 1dari 33

BAB I

PENGUJIAN DUCTING

1.1 PENDAHULUAN
1.1.1 Latar Belakang
Pada dunia Industri sering kita jumpai peralatan-peralatan yang
menggunakan medium penyalur udara yang sering disebut dengan istilah ducting.
Salah satu persyarataan penting dalam mendesain sistem ducting adalah pressure
balancing. Tekanan sistem akan balance ketika tekanan fan lebih dari kehilangan
tekanan total akibat viskositas fluida maupun kehilangan tekanan akibat elbow
dan lainnya. Jika penjumlahan penurunan tekanan tidak sama dengan tekanan fan,
maka sistem ducting akan secara otomatis mendistribusikan kembali udara secara
otomatis yang akan berakibat aliran udara tidak sesuai dengan rencana.
Udara yang mengalir dalam sebuah aliran internal pasti memiliki kerugian
tekanan atau yang sering disebut dengan pressure drop. Besarnya nilai pressure
drop dipengaruhi oleh bebrapa faktor, yaitu: faktor gesekan, geometri ducting, dan
pengurangan area ducting (Fox dkk, 2002). Berdasarkan penelitian yang telah
dilakukan Fadli dkk (2014) mengenai evaluasi pressure drop pada sumur injeksi
uap menyatakan bahwa semakin besar nilai kecepatan aliran fluida, maka semakin
besar pressure drop yang terjadi.
Pada eksperimen ini aliran udara didistribusikan oleh kipas (blower) melalui
sebuah ducting yang kemudian diamati tekanan yang terjadi di dalam ducting
tersebut dan distribusi kecepatannya serta laju aliran udara pada saluran (Jobsheet
Praktikum Fenomena Termal, 2018).
1.1.2 Tujuan Praktikum
Tujuan praktikum ducting adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui prinsip kerja ducting yaitu sebagai tempat pendistribusian
udara.
2. Mengukur besarnya tekanan total, tekanan statik, dan tekanan dinamik.
3. Mengetahui besarnya kecepatan dan laju aliran volume udara pada saluran.
4. Mengetahui pressure losses aliran melewati duct.

1.1.3 Batasan Masalah


Batasan masalah yang digunakan dalam praktikum ducting adalah:
1. Fluida adalah jenis aliran incompressible, steady, dan viscous.
2. Fluida dialirkan secara paksa menggunakan blower.
3. Bukaan throtle plate adalah 100%, 75%, 50%, 25% dan 0%.
4. Profil kecepatan aliran diambil dari 12 titik pengujian.
5. Properties udara diambil saat T = 300 K dan P = 1 atm sehingga diperoleh
nilai ρ = 1 kg/m3 dan μ = 1,858 × 10-5 kg/m.s
6. Pengukuran tekanan menggunakan material dengan ketelitian 0,1 inch.

1.2 DASAR TEORI


1.2.1 Pengetahuan Umum Ducting
Ducting adalah media yang digunakan untuk mengarahkan atau
menyalurkan udara atau lainya ke tempat tertentu. Dalam pendesainan sistem
aliran ducting harus dilakukan secara optimal. Ducting menjadi salah satu item
pertama yang harus dipertimbangkan ketika merancang bangunan baru karena
pentingnya dalam keseluruhan utilitas bangunan, dan kebutuhan untuk
mengintegrasikan saluran kompleks rute dengan unsur-unsur lain dari desain
keseluruhan (Design Buildings, 2018). Sistem ducting dapat dillihat pada Gambar
1.1.

Gambar 1.1 Ducting (Design Buildings, 2018)


Berdasarkan bentuk penampangnya, ducting dibedakan menjadi berikut:
a. Rectangular Duct
Saluran jenis ini mudah diangkut, karena bentuknya yang sederhana dan
sisinya yang datar maka duct ini mudah dibuat. Kerugian dari saluran jenis ini
adalah penurunan tekanan yang muncul cukup tinggi. Penyambungan rectangular
duct lebih sulit dibanding jenis lain. Selain itu, sambungan transversal pada duct
persegi panjang pemasangannya lebih mahal daripada sambungan lingkaran.
Rectangular duct dapat dilihat pada Gambar 1.2.

Gambar 1.2 Rectangular duct (Imperial, 2018)


b. Round Duct
Saluran jenis ini menghasilkan penurunan tekanan yang paling rendah per
unit area dan saluran paling efektif jika ditinjau dari biaya yang dikeluarkan. Duct
lingkaran lebih hemat material dibandingkan duct persegi panjang untuk laju
aliran udara yang sama. Selain itu duct lingkaran ini mudah di segel dan di sekat.
Kerugian yang biasa terjadi dalam menggunakan penampang lingkaran yaitu,
untuk ukuran besar susah untuk diangkut dan juga memerlukan ketinggian yang
lebih saat pemasangannya. Disamping keuntungan ekonomis di atas, duct
lingkaran juga mempunyai keuntungan akuistik, duct ini mampu menahan suara
frekuensi rendah. Round duct dapat dilihat pada Gambar 1.3.

Gambar 1.3 Round duct (Imperial, 2018)


c. Oval Duct
Oval duct mempunyai persyarataan ketinggian yang lebih rendah
dibandingkan duct lingkaran serta memiliki sebagian besar keuntungan daripada
duct lingkaran. Fitting untuk duct oval lebih sulit dilakukan di lapangan. Kerugian
lainnya: sulit untuk diangkut, mempunyai kecenderungan berubah bentuk jika
dikenai tekanan. Oval duct dapat dilihat pada Gambar 1.4.

Gambar 1.4 Oval duct (Imperial, 2018)


1.2.2 Karakteristik Aliran
a. Aliran inviscid dan viscous
Ketika dua lapisan fluida bergerak relatif terhadap satu sama lain, akan ada
gaya gesekan yang berkembang diantara fluida sehingga akan memperlambat
aliran. Kemampuan internal fluida untuk mengalir diukur oleh properti fluida
yaitu viskositas. Tidak ada aliran dengan nilai viskositas sama dengan nol. Aliran
dengan nilai gaya gesek yang besar disebut aliran viscous. Namun, pada aliran
yang mengalir, ada daerah (biasanya daerah tidak dekat dengan permukaan)
dimana gaya viscous sangat kecil jika dibandingkan dengan gaya inersia atau
tekanan. Daerah tersebut disebut daerah aliran inviscid (Cengel dan Cimbala,
2006). Perbedaan aliran viscous dan inviscid dapat dilihat pada Gambar 1.5.

Gambar 1.5 Daerah viscous dan inviscid (Cengel dan Cimbala, 2006)

b. Aliran incompressible dan compressible


Aliran dapat diklasifikasikan menjadi aliran compressible atau
incompressible, tergantung pada tingkat variasi massa jenis aliran.
Incompressibility adalah sebuah pendekatan, dan aliran dikatakan incompressible
jika besarnya massa jenis tetap dan hampir konstan. Oleh karena itu, volume
setiap bagian dari cairan tetap atau tidak berubah selama aliran adalah
incompressible (Cengel dan Cimbala, 2006). Sedangkan aliran compressible
adalah jenis aliran dimana nilai massa jenis fluida yang mengalir selalu berubah.
Ketika melakukan pemodelan gas sebagai fluida incompressible, maka bergantung
pada besar Mach Number (Ma). Suatu gas dikatakan incompressible ketika nilai
Ma < 0,3.
c. Aliran transient dan steady
Pada aliran, terdapat istilah steady dan unsteady. Istilah steady berarti tidak
ada perubahan terhadap waktu. Sedangkan unsteady adalah kebalikan dari steady.
Istilah unsteady dan transient sering digunakan secara bergantian, tetapi istilah
tersebut tidak saling bersinonim. Dalam mekanika fluida, unsteady adalah istilah
yang paling umum yang berlaku untuk setiap aliran yang tidak stabil, tapi
transient biasanya digunakan untuk aliran berkembang (developing flow) (Cengel
dan Cimbala, 2006).
d. Profil kecepatan aliran melalui duct
Aliran pipa atau saluran adalah aliran internal jika aliran sepenuhnya
dibatasi oleh permukaan padat. Arus internal didominasi oleh pengaruh viskositas
seluruh aliran bidang (Cengel dan Cimbala, 2006). Gaya viscous pada permukaan
bidang sangat besar, menyebabkan terjadinya fenomena no-slip condition yaitu
kondisi dimana kecepatan fluida sama dengan nol. Sementara pada bagian tengah
nilai kecepatan fluida paling besar. Profil kecepatan aliran fluida bergantung pada
karakteristik fluida, antara laminar atau turbulen. Profil kecepatan pada aliran
viscous laminar memiliki perbedaan kecepatan yang beragam dan simetris. Hal ini
dikarenakan pengaruh tegangan geser antara fluida dengan dinding duct, dan tidak
adanya fluktuasi kecepatan searah sumbu X. Pada profil kecepatan aliran turbulen
memiliki distribusi yang lebih seragam karena pada aliran turbulen kecepatan
partikel fluida mengalami fluktuasi dan bergerak ke segala arah, sehingga
distribusi kecepatannya didasarkan pada kecepatan rata-rata dari partikel fluida.
Profil kecepatan aliran laminar dan turbulen dapat dilihat pada Gambar 1.6.
Gambar 1.6 Profil kecepatan (a) aliran laminar (b) aliran turbulen (Fox dkk,
2002)
1.2.3 Aplikasi Ducting dalam Dunia Industri
a. Sistem Pembuangan Asap
Ducting juga bisa diartikan sebagai cerobong baik berbentuk kotak ataupun
round yang berfungsi sebagai media untuk menghisap udara kotor, asap, gas
beracun, bau zat kimia dan lain-lain dari suatu mesin, tempat atau ruangan yang
berpotensi zat-zat tersebut untuk dibuang ke udara luar. Akan tetapi pada proses
ini kita harus berhati-hati dan harus mempertimbangkan gas atau zat apa yang
akan kita buang ke udara luar. Apabila zat tersebut tidak bersifat bahaya dan tidak
mengandung kontaminan yang membahayakan maka cukup hanya dengan
menggunakan exhaust biasa saja dengan perlengkapan sederhana misalnya hanya
dengan blower sebagai unit penghisap yang dibantu dengan ducting cerobong dan
bantuan hood jika dirasa perlu, akan tetapi jika zat-zat yang akan dibuang itu
mengandung zat kontaminan yang berbahaya seperti zat kimia betalaktam yang
biasanya di industri-industri farmasi betalaktam ini tidak cukup hanya
menggunakan exhaust biasa melainkan harus ada sistem filtrasi yang diyakini
mampu menahan zat-zat berbahaya tadi sebelum dibuang ke udara bebas (Suki,
2016).
b. Sistem AC Sentral
Sistem AC Sentral merupakan suatu sistem pengkondisian udara dimana
proses pendinginan udara terpusat pada satu lokasi yang kemudian
didistribusikan/dialirkan ke semua arah atau lokasi (satu outdoor dengan beberapa
indoor). Sistem ini memiliki beberapa komponen utama yaitu unit pendingin atau
chiller, air handling unit, cooling tower, pompa sirkulasi, dan ducting.
Sistem ducting untuk AC merupakan bagian penting dalam sistem AC
sebagai alat penghantar udara yang telah dikondisikan dari sumber dingin ataupun
panas ke ruang yang akan dikondisikan. Perkembangan desain ducting untuk AC
hingga saat ini sangat dipengaruhi oleh tuntutan efisiensi, terutama efisiensi
energi, material, pemakaian ruang, dan perawatan. Selain efisiensi, juga ada
tuntutan kenyamanan (termasuk kesehatan dan keselamatan) bagi pengguna. Oleh
karena itu dalam desain ducting meliputi pula desain untuk kebutuhan ventilasi,
filtrasi, dan humidity (Astro, 2016).

1.3 ALAT DAN PROSEDUR PENGUJIAN


1.3.1 Alat Praktikum
Pada saat pengujian di Laboratorium Thermofluid, sistem ducting yang
digunakan dapat dilihat pada Gambar 1.7 dan Gambar 1.8 adalah sebagai berikut:

11

4
2

5 9

1 8

6 3

7 12

10 13

Gambar 1.7 Perangkat uji ducting (Laboratorium Thermofluida, 2018)


Gambar 1.8 Sumbu koordinat ducting (Laboratorium Thermofluida, 2018)
Keterangan:
1. Bench
Bench yaitu tempat atau meja dimana alat kerja untuk pengujian ducting
ditempatkan. Bench dapat dilihat pada Gambar 1.9.

Bench

Gambar 1.9 Bench (Laboratorium Thermofluida, 2018)


2. Center duct section
Center duct section adalah penampang melintang bagian pusat atau tengah
ducting. Center duct section dapat dilihat pada Gambar 1.10.

Center duct
section

Gambar 1.10 Center duct section (Laboratorium Thermofluida, 2018)


3. Duct section A & B
Duct section A & B adalah penampang melintang bagian A dan B. Duct
section A & B dapat dilihat pada Gambar 1.11.
Duct Duct section
section A B

Gambar 1.11 Duct section A & B (Laboratorium Thermofluida, 2018)


4. Centrifugal fan
Centrifugal fan adalah sebuah kipas yang berfungsi untuk menarik aliran
udara yang masuk melalui bagian ujung ducting. Centrifugal fan dapat dilihat
pada Gambar 1.12.

Centrifugal fan

Gambar 1.12 Centrifugal fan (Laboratorium Thermofluida, 2018)


5. Fan stater
Fan stater adalah saklar yang digunakan untuk menghidupkan atau
mematikan kipas sentrifugal. Fan stater dapat dilihat pada Gambar 1.13.

Fan stater

Gambar 1.13 Fan stater (Laboratorium Thermofluida, 2018)

6. Throtle plate
Throtle plate adalah plat yang digunakan untuk mengatur bukaan udara
yang keluar dari kipas sentrifugal (damper). Throtle plate dapat dilihat pada
Gambar 1.14.

Throtle plate

Gambar 1.14 Throtle plate (Laboratorium Thermofluida, 2018)


7. Pitot satik tube
Pitot satik tube adalah alat sensor yang digunakan untuk mengukur tekanan
total dan tekanan statik yang dihubungkan pada manometer. Pitot static tube dapat
dilihat pada Gambar 1.15.

Pitot static tube

Gambar 1.15 Pitot static tube (Laboratorium Thermofluida, 2018)


8. Transvering mechanism
Transvering mechanism adalah alat yang digunakan untuk menggerakkan
secara mekanis sensor dari pitot tube sesuai dengan koordinat titik yang hendak
diinginkan. Transvering mechanism dapat dilihat pada Gambar 1.16.
Transvering
mechanism

Gambar 1.16 Transvering mechanism (Laboratorium Thermofluida, 2018)

9. Three thermometer
Three thermometer adalah termometer yang digunakan untuk mengukur
temperatur aliran udara. Three thermometer dapat dilihat pada Gambar 1.17.

Three
thermometer

Gambar 1.17 Three thermometer (Laboratorium Thermofluida, 2018)


10. Inclined vertikal manometer dan stands
Inclined vertikal manometer dan stands merupakan alat yang digunakan
untuk mengukur tekanan, dengan satuan in H2O. Manometer dapat dilihat pada
Gambar 1.18.

High side
Low side

Gambar 1.18 Manometer (Laboratorium Thermofluida, 2018)

11. Pressure conection


Pressure conection adalah saluran yang digunakan sebagai penghubung
antara sensor pengukur tekanan dengan manometer. dapat dilihat pada Gambar
1.19.

Pressure
connection

Gambar 1.19 Pressure conection (Laboratorium Thermofluida, 2018)


12. End duct section
End duct section adalah penampang pada bagian ujung ducting. End duct
section dapat dilihat pada Gambar 1.20.

End duct
section

Gambar 1.20 End duct section (Laboratorium Thermofluida, 2018)


1.3.2 Prosedur Pengujian Variasi Bukaan Throtle Plate
1. Pengukuran Tekanan Statik
a. Hubungkan static pressure connection dari tabung pitot ke bagian low
side manometer.
b. Geser tabung pitot tersebut dengan transvering mechanism hingga
posisinya ditengah-tengah saluran.
c. Mulai pengamatan tekanan manometer dari throtle plate dari terbuka
penuh hingga tertutup penuh secara bertahap setiap bukaan 100%, 75%,
50%, 25% dan 0% bagian.
d. Ulangi pengujian pada poin c tersebut 3 kali.
e. Matikan sambungan motor penggerak fan.
f. Analisa data pengamatan.
2. Pengukuran Tekanan Dinamis
a. Hubungkan total pressure connection dari tabung pitot ke bagian high
side manometer dan static pressure connection ke bagian low side
manometer.
b. Geser tabung pitot tersebut dengan transvering mechanism hingga
posisinya ditengah-tengah saluran.
c. Mulai pengamatan tekanan manometer dari throtle plate dari terbuka
penuh hingga tertutup penuh secara bertahap setiap bukaan 100%, 75%,
50%, 25% dan 0% bagian.
d. Ulangi pengujian pada poin c tersebut 3 kali.
e. Matikan sambungan motor penggerak fan.
1.3.3 Prosedur Pengujian Profil Kecepatan
1. Pengukuran Profil Kecepatan
Profil kecepatan dalam saluran dapat dilihat pada Gambar 1.21.
a. Hubungkan total pressure connection dari tabung pitot ke bagian high
side manometer dan static pressure connection dari tabung pitot ke
bagian low side manometer.
b. Geser tabung pitot tersebut dengan transvering mechanism hingga
posisinya ditengah-tengah saluran.
c. Buka penuh throtle plate dan hidupkan motor penggerak fan, tunggu
hingga mencapai kecepatan maksimum.
d. Geser tabung pitot dengan transvering mechanism pada beberapa posisi
(12 titik) seperti ditunjukkan pada Gambar 1.22 sebanyak tiga kali.
e. Baca tekanan kecepatan pada manometer untuk setiap posisi tabung pitot
dan mencatat hasil pengamatan dalam tabung.
f. Matikan motor penggerak fan.
g. Menggambar profil kecepatan aliran udara yang terjadi.
h. Simpan dan rapikan peralatan pengujian yang digunakan serta jagalah
kebersihan ruangan selama percobaan.
Gambar 1.21 Profil kecepatan dalam saluran (Jobsheet Praktikum Fenomena
Termal, 2018)

1.4 PENDEFINISIAN PARAMETER


Beberapa parameter yang digunakan dalam pengujian ini adalah sebagai
berikut:
a. Tekanan Statis
Tekanan statik didefinisikan sebagai tekanan thermodinamis aktual pada
suatu fluida atau dapat dikatakan sebagai tekanan yang diukur saat kecepatan
relatif alat ukur dan fluida sama dengan nol. Tekanan statis dirumuskan sebagai
berikut:
0, 0254 m kg m
Ps ( Pa ) = Ps (in H 2O) � �1000 3 �9,81 2
1 in m s

b. Tekanan Total
Tekanan total didefinisikan sebagai tekanan saat fluida bergerak dengan
isentropik. Tekanan total dirumuskan sebagai berikut:
0, 0254 m kg m
Pt ( Pa ) = Pt (in H 2O ) � �1000 3 �9,81 2
1 in m s

c. Tekanan Dinamis
Tekanan dinamis didefinisikan sebagai perbedaan nilai antara tekanan total
dengan tekanan statis yang disebabkan oleh aliran fluida. Tekanan dinamis
dirumuskan sebagai berikut:
Tekanan statis dirumuskan sebagai berikut:
Pv ( Pa ) = Pt ( Pa ) - Ps ( Pa )
0, 0254 m kg m
Pv ( Pa ) = Pv (in H 2O) � �1000 3 �9,81 2
1 in m s

d. Kecepatan Aliran Udara


Kecepatan aliran udara didefinisikan sebagai besarnya perpindahan partikel
udara tiap satuan waktu. Kecepatan aliran fluida menggunakan nilai tekanan
dinamis dan dirumuskan sebagai berikut:
2 Pv ( Pa )
V =
r

e. Laju Aliran Volume


Laju aliran volume didefinisikan sebagai pergerakan fluida dengan volume
tertentu tiap satuan waktu. Laju aliran volume dirumuskan sebagai berikut:
Q = 3600 �A �V
f. Pressure Loses
Pressure loses didefinisikan sebagai kerugian nilai tekanan akibat adanya
gesekan antarpartikel fluida maupun partikel fluida dengan peremukaan bidang.
Pressure loses dirumuskan sebagai berikut:
rV 2 fL
DP ( Pa ) =
2 Dh

Dimana:
Ps (Pa) = Tekanan statis dalam Pascal
Ps (in H2O) = Tekanan statis dalam in H2O
Pt (Pa) = Tekanan total dalam Pascal
Pt (in H2O) = Tekanan total dalam in H2O
Pv (Pa) = Tekanan dinamis dalam Pascal
Psv(in H2O) = Tekanan dinamis dalam in H2O
V = Kecepatan aliran udara (m/s)
ρ = Massa jenis (kg/m3)
Q = Laju aliran volume (m3/jam)
A = Luas penampang (m2)
ƒ = Faktor koefisien gesekan
L = Panjang duct (m)
Dh = Diameter efektif penampang (m)
1.5 PEMBAHASAN
1.5.1 Data Pengamatan
a. Pengujian Tekanan
Tabel 1.1 Tekanan total (in H2O)

Posisi
buka penuh Buka 75% Buka 50% Buka 25 % tutup penuh
Dumper

1 1,15 0,52 0,1 0,02 0


2 1,15 0,52 0,1 0,02 0
3 1,15 0,52 0,1 0,02 0
rata-rata 1,15 0,52 0,1 0,02 0

Tabel 1.2 Tekanan statis (in H2O)


Posisi
buka penuh Buka 75% Buka 50% Buka 25 % tutup penuh
Dumper
1 0,6 0,3 0,05 0,02 0
2 0,6 0,3 0,05 0,02 0
3 0,6 0,3 0,05 0,02 0
rata-rata 0,6 0,3 0,05 0,02 0

Tabel 1.3 Tekanan dinamis (H2O)


Posisi
buka penuh Buka 75% Buka 50% Buka 25 % tutup penuh
Dumper
1 0,55 0,22 0,05 0 0
2 0,55 0,22 0,05 0 0
3 0,55 0,22 0,05 0 0
rata-rata 0,55 0,22 0,05 0 0

b. Profil Kecepatan
Tabel 1.4 Pengujian I
X 8 10 12
In H2O In H2O In H2O
Y
16 0,55 0,50 0,49
20 0,5 0,45 0,49
23 0,47 0,40 0,45
27 0,47 0,41 0,31

Tabel 1.5 Pengujian II


X
8 10 12

In H2O In H2O In H2O


Y
16 0,55 0,5 0,50
20 0,49 0,5 0,40
23 0,47 0,39 0,41
27 0,45 0,42 0,30

Tabel 1.6 Pengujian III


X
8 10 12

In H2O In H2O In H2O


Y
16 0,57 0,50 0,52
20 0,50 0,45 0,47
23 0,48 0,40 0,35
27 0,47 0,41 0,30

Tabel 1.7 Nilai pengujian rata-rata


X
8 10 12

In H2O In H2O In H2O


Y
16 0,56 0,50 0,50
20 0,49 0,46 0,45
23 0,47 0,39 0,40
27 0,46 0,41 0,30

1.5.2 Efek Bukaan Throtle Plate terhadap Tekanan Statis, Dinamis, dan Total
a. Tekanan Statis
Untuk posisi damper bukaan 100%
Ps rata-rata = 0,6 in H2O
Sehingga

b. Tekanan Dinamis
Untuk posisi damper bukaan 100%
Pv rata-rata = 0,55 in H2O
Sehingga

c. Tekanan Total
Untuk posisi damper bukaan 100%

Selanjutnya, dilakukan perhitungan yang sama untuk bukaan 75%, 50%,


25%, dan tutup penuh, Grafik tekanan statis, dinamis, dan total dapat dilihat pada
Gambar 1.22. Sehingga diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 1.8 Nilai tekanan statis, dinamis, dan total (Pa)
Tekanan Statis Tekanan Dinamis Tekanan Total
Posisi Damper
Rata-rata (Pa) Rata-rata (Pa) Rata-rata (Pa)
Buka penuh 149,5 137,05 286
Buka 75% 74,75 54,82 129,57
Buka 50% 12,46 12,46 24,92
Buka 25% 4,98 0 4,98
Tutup penuh 0 0 0

Gambar 1.22 Grafik tekanan statis, dinamis, dan total


Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan, menunjukkan bahwa
bukaan throtle plate memengaruhi nilai tekanan, baik itu tekanan statis maupun
tekanan dinamis. Dari grafik ditunjukkan bahwa nilai tekanan akan terus
meningkat apabila bukaan throtle plate diperluas. Selain itu, dari grafik
menunjukkan bahwa nilai tekanan total selalu lebih tinggi bila dibandingkan
tekanan dinamis dan tekanan statis. Hal ini sesuai dengan persamaan Bernoulli,
yaitu:
1
P+ rV 2 + r gh = C
2
1.5.3 Efek Bukaan Throtle Plate terhadap Kecepatan Aliran dan Laju Aliran
Volume
a. Kecepatan aliran
Kecepatan aliran memengaruhi nilai tekanan dinamis, sehingga dalam
perhitungan kecepatan menggunakan nilai tekanan dinamis (dalam Pascal). Pada
bukaan 100% nilai Pv (Pa) = 137,05 Pa dan massa jenis fluida adalah 1 kg/m3

V = 16,56 m/s
b. Laju aliran volume
Penampang dari ducting berbentuk persegi panjang seperti pada Gambar
1.23. Lebar saluran (W) adalah 0,15 m dan tinggi saluran (L) adalah 0,3 m.
Penampang ducting dapat dilihat pada Gambar 1.23.Untuk luas penampang
adalah sebagai berikut
A = W �L
A = 0,3 �0,15
A = 0, 045 m 2

Gambar 1.23 Penampang ducting (Jobsheet Praktikum Fenomena Termal, 2018)


Sehingga besarnya laju aliran volume adalah
Q = 3600 x V x A
Q = 3600 x 16,7 x 0,045

Q = 2706,2 / jam

Selanjutnya, dilakukan perhitungan yang sama untuk bukaan 75%, 50%,


25%, dan tutup penuh. Grafik kecepatan dapat dilihat pada Gambar 1.24 dan
Grafik laju aliran volume dapat dilihat pada Gambar 1.25. Sehingga diperoleh
hasil sebagai berikut:
Tabel 1.9 Nilai kecepatan dan laju aliran volume
Posisi Buka Tutup
Buka penuh Buka 75% Buka 50%
Damper 25% Penuh
Kecepatan 16,70508904 10,47091209 4,99199359 0 0
(m/s)
Laju Aliran
16,70508904 10,47091209 4,99199359 0 0
(m3/jam)

Gambar 1.24 Grafik kecepatan

Gambar 1.25 Grafik laju aliran volume


Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan diperoleh bahwa nilai
kecepatan akan selalu meningkat apabila bukaan thrortle plate diperluas, sebab
nilai kecepatan sebanding dengan nilai tekanan dinamisnya.
Untuk laju aliran volume, peningkatan nilai laju aliran volume akan
sebanding dengan peningkatan kecepatan aliran fluida. Hal ini sesuai dengan
persamaan Q = A×V. Dimana A adalah luas penampang dan V adalah kecepatan.
1.5.4 Perhitungan Perkiraan Kehilangan Tekanan (Pressure Loss) Aliran
melalui Duct
Karena pressure loss hanya diperngaruhi akibat gesekan, maka:
rV 2 fL
DP ( Pa ) =
2 Dh
Karena ducting berbentuk persegi panjang, maka:
2 �0,15 �0,3
Dh =
0,15 + 0,3
Dh = 0, 2 m
Data:
Panjang ducting =3m
Tinggi penampang = 0,3 m
Lebar penampang = 0,15 m
Kekasaran (e) = 0,001x10-3 m
e Dh = 5x10-6
Fluida berada pada temperatur 300 K dan tekanan 1 atm sehingga didapat
μ=1,858 × 10-5 kg/m.s
a. Bukaan penuh
-Kecepatan

-Bilangan Reynolds

Dari diagram moody diperoleh nilai f sebesar 0,0098, sehingga nilai


pressure loss adalah
b. Bukaan 75%
-Kecepatan

-Bilangan Reynolds

166190,48
Dari diagram moody diperoleh nilai f sebesar 0,011, sehingga nilai pressure
loss adalah

c. Bukaan 50%
-Kecepatan

-Bilangan Reynolds

Dari diagram moody diperoleh nilai f sebesar 0,012, sehingga nilai pressure
loss adalah

d. Bukaan 25%
-Kecepatan
-Bilangan Reynolds

Dari diagram moody diperoleh nilai f sebesar 0,0135, sehingga nilai


pressure loss adalah

e. Tutup penuh
Karena posisi throtle plate tertutup penuh menyebabkan tidak adanya aliran
fluida yang masuk, maka kecepatan fluida sama dengan 0. Akibatnya nilai
pressure loss sama dengan 0.
Tabel 1.10 Nilai pressure loss
Posisi Buka Tutup
Buka 75% Buka 50% Buka 25%
Damper penuh Penuh
Bilangan
268685,78 166190,48 80962,68 0 0
Reynolds
∆P (Pa) 20,16 0,904 0,22 0 0

Gambar 1.26 Grafik pengaruh bilangan Reynolds terhadap pressure loss


Berdasarkan grafik pada Gambar 1.26 dapat dilihat bahwa peningkatan
nilai pressure loss sebanding dengan nilai bilangan Reynolds. Semakin besar
bilangan Reynolds suatu aliran menyebabkan turbulensi aliran semakin besar.
Bertambahnya nilai bilangan Reynolds akan menyebabkan faktor koefisien
gesekan juga meningkat sehingga nilai pressure loss pun juga akan meningkat.
1.5.5 Profil Kecepatan Aliran
a. Profil kecepatan pada bidang XZ
Berdasarkan hasil perhitungan kecepatan yang telah dilakukan, maka
diperoleh profil kecepatan pada bidang XZ yang dapat dilihat pada Gambar 1.27.

Gambar 1.27 Profil kecepatan pada bidang XZ


Profil kecepatan pada bidang XZ menunjukkan bahwa kecepatan
maksimum dari fluida terdapat pada x = 8 (berada di tenngah ducting) dan
kecepatan terendah berada pada nilai x = 12 yang berada pada permukaan ducting.
Pada permukaan ducting memiliki efek viscous yang paling besar sehingga
menyebabkan kecepatan pada permukaan paling rendah.
b. Profil kecepatan pada bidang YZ
Berdasarkan hasil perhitungan kecepatan yang telah dilakukan, maka
diperoleh profil kecepatan pada bidang YZ yang dapat dilihat pada Gambar 1.28.
Gambar 1.28 Profil kecepatan pada bidang YZ
Profil kecepatan pada bidang YZ menunjukkan bahwa kecepatan maksimum
dari fluida terdapat pada y = 16 (berada di tenngah ducting) dan kecepatan
terendah berada pada nilai y = 27 yang berada pada permukaan ducting. Pada
permukaan ducting memiliki efek viscous yang paling besar sehingga
menyebabkan kecepatan pada permukaan paling rendah.
1.5.6 Perhitungan Ralat
1. Tekanan Total (Bukaan penuh)
1
DP = �skala terkecil
2
1
DP = �0, 01
2
DP = 0, 005in H 2O

0, 0254 m kg m
DPt ( Pa ) = DP (in H 2O) � �1000 3 �9,81 2
1in m s
0, 0254 m kg m
DPt ( Pa ) = 0, 05in H 2 O � �1000 3 �9,81 2
1in m s
DPt ( Pa ) = 1, 24 Pa

DPt ( Pa )
RN = �100%
Pt ( Pa )
1, 24
RN = �100%
336, 38
RN = 0, 37%

RN = 0,43 %
Keseksamaan = 100%-0,47% = 99,57%
2. Tekanan Statis (Bukaan penuh)
1
DP = �skala terkecil
2
1
DP = �0, 01
2
DP = 0, 005in H 2O

0, 0254 m kg m
DPs ( Pa ) = DP(in H 2O) � �1000 3 �9,81 2
1in m s
0, 0254 m kg m
DPs ( Pa ) = 0, 05in H 2O � �1000 3 �9,81 2
1in m s
DPs ( Pa ) = 1, 24 Pa

DPt ( Pa )
RN = �100%
Pt ( Pa )
1, 24
RN = �100%
336, 38
RN = 0, 37%

RN = 0,83 %
Keseksamaan = 100%-0,83% = 99,16%
3. Tekanan Dinamis (Bukaan penuh)
1
DP = �skala terkecil
2
1
DP = �0, 01
2
DP = 0, 005in H 2O

0, 0254 m kg m
DPv ( Pa ) = DP (in H 2 O) � �1000 3 �9,81 2
1in m s
0, 0254 m kg m
DPv ( Pa ) = 0, 05in H 2 O � �1000 3 �9,81 2
1in m s
DPv ( Pa ) = 1, 24 Pa
DPt ( Pa )
RN = �100%
Pt ( Pa )
1, 24
RN = �100%
336, 38
RN = 0, 37%

RN = 0,91%
Keseksamaan = 100%-0,77% = 99,23%
4. Kecepatan Aliran Udara (Bukaan penuh)
DV ��V�
=� �
DPv ��
Pv �

��V� 1 2
Dimana: � �= DV =
��
Pv � 2 r �Pv
1 2
DV =
2 r�Pv
1 2
DV =
2 1�161, 96
DV = 0, 055

DV
RN = � 100%
V
0, 055
RN = �100%
17, 9
RN = 0, 31%

Keseksamaan = 100%-0,36% = 99,64%


5. Luas Penampang
2 2
��A� ��
A�
DA = � �DW 2 + � �DL2
��
W� ��
L�
�A
= W = 0,3m ∆W = 0,0005 m

W

A
= L = 0,15m ∆L = 0,0005 m

L
2 2
��A� ��
A�
DA = � �DW 2 + � �DL2
��
W� ��
L�
DA = (0,32 �0, 00052 ) + (0,152 �0, 00052 )
DA = 0, 00017 m 2

6. Laju Aliran Volume (Bukaan Penuh)


DQ ��
Q�
=� �
DV ��
V�

Q �(V . A) �
Q � (V . A)
Dimana: = = A dan = =V

V �V �A �A
2 2
��Q � ��Q�
DQ = � �DV
2
+� �DA �
2
3600
��V � ��A �
DQ = A2 D V 2
+ V 2 D A2 �3600
DQ = (0, 045 �0, 055 2 ) + (17, 9 2 �
2
0, 00017 2 ) �3600
DQ = 14, 22 m3 jam

8,93 m3/jam

DQ
RN = �100%
Q
14, 22
RN = �100%
2915, 67
RN = 0, 48%

Keseksamaan = 100%-0,33% = 99,66%


Tabel 1.11 Perhitungan nilai ralat tekanan total
Posisi Buka Tutup
Buka 75% Buka 50% Buka 25%
Damper Penuh Penuh
∆P (Pa) 0,005 0,005 0,005 0,005 0,005
∆Pt (Pa) 1,240 1,240 1,240 1,240 1,240
RN (%) 0,434 0,957 4,976 24,900 0,000
K (%) 99,566 99,043 95,024 75,100 100,000
Tabel 1.12 Perhitungan nilai ralat tekanan statis
Posisi Buka Tutup
Buka 75% Buka 50% Buka 25%
Damper Penuh Penuh
∆P (Pa) 0,005 0,005 0,005 0,005 0,005
∆Ps (Pa) 1,240 1,240 1,240 1,240 1,240
RN (%) 0,829 1,659 9,952 24,900 0,000
K (%) 99,171 98,341 90,048 75,100 100,000

Tabel 1.13 Perhitungan nilai ralat tekanan dinamis


Posisi Buka Tutup
Buka 75% Buka 50% Buka 25%
Damper Penuh Penuh
∆P (Pa) 0,005 0,005 0,005 0,005 0,005
∆Ps (Pa) 1,240 1,240 1,240 1,240 1,240
RN (%) 0,905 2,262 9,952 0 0,000
K (%) 99,095 97,738 90,048 0 100,000

Tabel 1.14 Perhitungan nilai ralat kecepatan aliran


Posisi Buka Tutup
Buka 75% Buka 50% Buka 25%
Damper Penuh Penuh
∆V (m/s) 0,060 0,096 0,200 0 0,000
RN (%) 0,362 0,912 4,013 0 0,000
K (%) 99,638 99,088 95,987 0 100,000

Tabel 1.15 Perhitungan nilai ralat laju aliran volume


Posisi Buka Tutup
Buka 75% Buka 50% Buka 25%
Damper Penuh Penuh
∆Q (m3/h) 8,939 8,921 8,913 8,910 0,000
RN (%) 0,330 0,526 1,102 0 0,000
K (%) 99,670 99,474 98,898 0 100,000

Tabel 1.16 Perhitungan nilai ralat pada profil kecepatan


X
Parameter 8 10 12
Y
Pv (in.H2O) 0,600 0,500 0,500
Pv (Pa) 149,504 124,587 124,587
V (m/s) 17,292 15,785 15,785
∆V 0,060 0,082 0,142
RN (%) 0,320 0,400 0,470
16
K (%) 99,680 99,600 99,530
Q(m3/jam) 2870,460 2557,210 2371,460
14,180 14,090 14,240
RN (%) 0,490 0,550 0,600
K (%) 99,510 99,450 99,400
20 Pv (in.H2O) 0,600 0,500 0,450
Pv (Pa) 149,504 124,587 112,128
V (m/s) 17,292 15,785 14,975
∆V 0,060 0,070 0,070
RN (%) 0,400 0,500 0,500
K (%) 99,600 99,500 99,500
Q(m3/jam) 2557,210 2287,240 2287,240
14,090 14,360 14,360
RN (%) 0,550 0,630 0,630
K (%) 99,450 99,370 99,370
Pv (in.H2O) 0,500 0,400 0,460
Pv (Pa) 124,587 99,670 114,620
V (m/s) 15,785 14,119 15,141
∆V 0,070 0,070 0,080
RN (%) 0,500 0,500 0,670
23
K (%) 99,500 99,500 99,330
Q(m3/jam) 2287,240 2287,240 1980,810
14,360 14,360 15,220
RN (%) 0,630 0,630 0,770
K (%) 99,370 99,370 99,230
Pv (in.H2O) 0,460 0,400 0,300
Pv (Pa) 114,620 99,670 74,752
V (m/s) 15,141 14,119 12,227
∆V 0,080 0,080 0,080
RN (%) 0,670 0,670 0,670
27
K (%) 99,330 99,330 99,330
Q(m3/jam) 1980,810 1980,810 1980,810
15,220 15,220 15,220
RN (%) 0,770 0,770 0,770
K (%) 99,230 99,230 99,230

1.6 KESIMPULAN DAN SARAN


1.6.1 Kesimpulan
Berdasarkan pengujain dan perhitungan yang telah dilakukan, maka dapat
disimpulkan sebagai berikut:
1. Prinsip kerja ducting adalah sebagai media pendistribusian udara.
2. Dari pengujian tekanan total, statis, dan dinamis maka didapat nilai
tekanan terbesar dan tekanan terkecil seperti dilihat pada tabel dibawah ini
Tekanan Statis Tekanan Dinamis Tekanan Total
Posisi Damper
Rata-rata (Pa) Rata-rata (Pa) Rata-rata (Pa)
Buka penuh 149,5 137,05 286
Buka 75% 74,75 54,82 129,57
Buka 50% 12,46 12,46 24,92
Buka 25% 4,98 0 4,98
Tutup penuh 0 0 0
3. Dari pengujian profil kecepatan, didapat nilai kecepatan tertinggi sebesar
17,72 m/s pada posisi X = 8 dan Y = 16. Hal ini dikarenakan pada titik
tersebut memiliki efek viscous yang paling rendah. Sedangkan kecepatan
terendah adalah 12,23 m/s pada posisi Y = 27. Hal ini dikarenakan adanya
gaya viscous pada permukaan sehingga menghambat pergerakan udara.
4. Dari perhitungan, didapat nilai pressure loss paling tinggi adalah saat
bukaan penuh yaitu sebesar 23,55 Pa. Hal ini karena nilai pressure loss
sebanding dengan nilai bilangan Reynolds. Semakin besar bilangan
Reynolds suatu aliran menyebabkan turbulensi aliran semakin besar
sehingga pressure loss akan meningkat.
1.6.2 Saran
1. Sebelum melakukan pengujian perlu dilakukan kalibrasi manometer agar
tepat berada pada posisi nol.
2. Lakukan pemeriksaan pada sambungan manometer dengan bagian low side
dan high side untuk menghindari kebocoran, agar hasil yang terbaca lebih
optimum.

DAFTAR PUSTAKA

Astro, 201. Sistem Ducting AC. [Online] Available at: https://cvastro.com/sistem-


ducting-ac.htm [Diakses 15 April 2018].
Cengel, Y. A. d. C. J. M., 2006. Fluid Mechanics: Fundamentals and
Applications. 1st penyunt. United States: McGraw Hill.
DesignBuildings, 2018. Design Buildings Ltd.. [Online] Available at:
https://www.designingbuildings.co.uk/wiki/Ductwork [Diakses 15 April
2018].
Fadli, A. B. d. H. A. R. S., 2014. Evaluasi Pressure Drop pada Sumur Injeksi Uap
di Lapangan Duri dengan Persamaan Beggs-Brill dan Moody. Jom
FTEKNIK, I(2).
Fox, R. W. M. A. T. d. P. P. J., 2004. Introduction to Fluid Mechanics. 6th
penyunt. New York: John Wiley & Sons Inc..
Imperial, 2018. Imperial Group. [Online] Available at:
http://www.imperialgroup.ca/rectangular.cfm?c=104 [Diakses 17 April
2018].
Imperial, 2018. Imperial Group. [Online] Available at:
http://www.imperialgroup.ca/round.cfm [Diakses 17 April 2018].
Imperial, 2018. Imperial Group. [Online] Available at:
http://www.imperialgroup.ca/oval.cfm [Diakses 17 April 2018].
Jobsheet Praktikum Fenomena Termal 2018.
Suki, 2016. Ducting HVAC. [Online] Available at:
http://ductinghvac.blogspot.co.id/2016/01/pengertian-ducting.html [Diakses
15 April 2018].

Anda mungkin juga menyukai