Anda di halaman 1dari 6

CURAH HUJAN RERATA DAERAH

Hujan merupakan komponen masukan yang paling penting


dalam proses hidrologi, karena jumlah kedalaman hujan
(rainfall depth) ini yang dialihragamkan menjadi aliran di
sungai, baik melalui limpasan permukaan (surface runoff),
aliran bawah tanah (sub surface flow) maupun sebagai aliran
tanah (ground water flow).
Untuk memperoleh besaran hujan yang dianggap sebagai
kedalaman hujan yang sebenarnya terjadi di seluruh DPS,
maka diperlukan sejumlah stasiun hujan yang dipasang
sedemikian rupa sehingga dapat mewakili besaran hujan di
DPS tersebut. Dalam kaitan ini ada dua faktor yang sangat
menentukan ketelitian pengukuran hujan, yaitu jumlah dan
pola penyebaran stasiun hujan.
Untuk menentukan besarnya curah hujan rerata daerah
dapat digunakan metode : Rerata Aljabar, polygon Theissen,
dan Isohyet. Uraian lebih rinci dari ketiga metode tersebut
dijelaskan pada sub bab berikut :

Rata-rata Aljabar
Perhitungan

dengan

cara

rata-rata

aljabar

(mean

arithmetic method) adalah dengan membagi rata pengukuran


pada semua stasiun hujan dengan jumlah stasiun dalam
daerah aliran sungai yang bersangkutan. Selain itu dalam
menghitung hujan rata-rata merupakan cara yang paling
sederhana, akan tetapi memberikan hasil yang tidak teliti. Hal
tersebut

diantaranya

karena

setiap

stasiun

dianggap

mempunyai bobot yang sama. Hal ini dapat digunakan bila

Halaman III- 5

hujan yang terjadi dalam DPS homogen dan variasi tahunnya


tidak terlalu besar.
d

n
d1 d 2 d 3 ..... dn
di

n
1 n

dimana:
d
d1,d2,,dn

= tinggi curah hujan rata-rata


= tinggi curah hujan pada pos penakar

= banyakanya pos penakar. (Suripin, Hal

1,2,n
27)
Polygon Thiessen
Cara ini dikenal juga sebagai metode rata-rata timbang
(weighted average). Cara ini memberikan proporsi luasan
daerah pengaruh pos penakar hujan (faktor pembobot) untuk
mengakomodasi ketidakseragaman jarak. Daerah pengaruh
dibentuk dengan menggambarkan garis-garis sumbu tegak
lurus terhadap garis penghubung antara dua pos penakar
terdekat .
Prosedur

penerapan

metode

ini

meliputi

langkah-

langkah sebagai berikut:

Lokasi pos penakar hujan diplot pada peta DAS, antar pos
penakar dibuat garis lurus penghubung

Tarik

garis

penghubung

tegak

lurus

sedemikian

di

tengah-tengah tiap garis

rupa,

sehingga

membentuk

Poligon Thiessen (gambar 1.2)

Luas areal pada tiap-tiap Poligon dapat diukur dengan


menggunakan planimeter dan luas total DAS (A) dapat
diketahui dengan menjumlahkan seluruh luasan polygon.

Halaman III- 5

Hujan rata-rata DAS dihitung dengan menggunakan rumus


sebagai berikut,

Gambar 3.2. Polygon Thiessen

Dimisalkan A1 adalah luas daerah pos penakar 1, A2


luas daerah pos penakar 2 dan seterusnya. Jumlah A1 + A2 +
A3 +..An = A merupakan jumlah luas seluruh areal yang
dicari tinggi curah hujannya.
Jika pos penakar 1 menakar tinggi curah hujan du1u, pos
penakar 2 menakar d2 hingga pos penakar n menakar dn,
maka
d

n
A1.d1 A2.d 2 A3.d 3 ..... An.dn
Ai.di

A
A
1

Ai
pi
A

Jika

yang merupakan prosentasi luas maka

d pi.di
1

Dimana:

Halaman III- 5

A
= luas areal
d
= tinggi curah hujan rata-rata areal
d1,d2,d3,..,dn = tinggi curah hujan di pos 1,2,3,..,n
A1,A2,A3,,An
= luas daerah pengaruh pos 1,2,3,
..,n
n

pi

= jumlah prosentasi luas = 100 % (C.D Soemarto,

1986)
Garis Isohyet
Metode ini merupakan metode yang paling akurat untuk
menentukan hujan rata-rata, namun diperlukan keahlian dan
pengalaman.

Cara

ini

memperhitungkan

secara

aktual

pengaruh tiap-tiap pos penakar hujan.

Gambar 3.3. Garis Tinggi Hujan pada Isohyet

Metode Isohyet terdiri dari beberapa langkah sebagai


berikut:

Plot data kedalaman air hujan untuk tiap-tiap pos


penakar hujan pada peta.

Halaman III- 5

Gambar

kontur

kedalaman

menghubungkan

titik-titik

air
yang

hujan

dengan

mempunyai

kedalaman air yang sama. Interval Isohyet yang


umum dipakai adalah 10 mm.

Hitung luas area antara dua garis Isohyet dengan


menggunakan planimeter. Kalikan masing-masing luas
areal dengan rata-rata hujan antara dua Isohyet yang
berdekatan.

Perhitungan metode ini menggunakan rumus sebagai


berikut:
d 0 d 1
2

A1 d 12d 2 A2 ..... d n 12 dn An
A1 A2 ...... An

di .1 di
2

Ai

Ai

di .1 di
2

Ai

dimana:
A
= luas areal
d
= tinggi curah hujan rata-rata areal
d0,d1,d2,..dn = tiggi curah hujan pada isohyet
A1,A2,A3,An =
luas bagian areal yang dibatasi
oleh isohyet-isohyet yang bersangkutan.
(C.D Soemarto, 1986)
Cara ini memberikan bobot tertentu untuk setiap stasiun
hujan

dengan

pengertian

bahwa

setiap

stasiun

hujan

dianggap mewakili hujan dalam suatu daerah dengan luas


tertentu.
Cara perhitungannya adalah sebagai berikut (Suyono
Sosrodarsono, 1983:27):

Halaman III- 5

Rrerata R1 .P1 R2 .P2 ........Rn .Pn

dengan :
R
:tinggi curah hujan rata-rata daerah (mm)
R1,R2..Rn
:tinggi curah hujan pada titik pengamatan
(mm)
An
A
A
P1 1 , P2 2 ...........Pn
: koefisien Theissen
A
A
A
pada titik pengamatan (mm)
A1,A2An
: luas daerah tiap titik pengamatan (km2)\

Halaman III- 5

Anda mungkin juga menyukai