Anda di halaman 1dari 9

1.

Cara Rata-rata Aritmatik (Aritmetic Method)


Cara yang paling sederhana adalah adalah dengan melakukan perhitungan rata – rata
arimatik (aljabar) dari rerata presipitasi yang diperoleh dari seluruh alat penakar hujan
yang digunakan. Cara ini dianggap cukup memadai sepanjang digunakan di daerah
yang relative landai dengan variasi curah hujan yang tidak terlalu besar serta
penyebaran alat penakar hujan diusahakan seragam. Kedaan seperti ini sering tidak
dapat dijumpai sehingga perlu cara lain yang lebih memadai.

Keterangan :
R = Curah hujan rerata tahunan ( mm )
n = Jumlah stasiun yang digunakan
R1 + R2 + R3 +Rn = Curah hujan rerata tahunan di tiap titik pengamatan (mm)

atau :

Cara ini merupakan cara yang paling sederhana yaitu hanya dengan membagi rata pengukuran
pada semua stasiun hujan dengan jumlah stasiun dalam wilayah tersebut. Sesuai dengan
kesederhanaannya maka cara ini hanya disarankan digunakan untuk wilayah yang relatif
mendatar dan memiliki sifat hujan yang relatif homogen dan tidak terlalu kasar. Secara
matimatik ditulis persamaan sbb:
Perhitungan:
Untuk mengukur rata-rata curah hujan yang mewakili suatu daerah X diperlukan 4 (empat
buah) penakar hujan yaitu pada stasiun A, B, C dan D. Tercatat selama waktu tertentu di
stasiun A sebesar 6 cm, di B (10 cm), di C (8 cm) dan di D (11 cm). Maka : Rata-rata CH
= (6+10+8+11)/4 = 8,75 cm
Metode ini menggunakan perhitungan curah hujan wilayah dengan merata-ratakan
semua jumlah curah hujan yang ada pada wilayah tersebut. Metode rata-rata aritamatik ini
adalah cara yang paling mudah diantara cara lainnya (poligon dan isohet). Digunakan
khususnya untuk daerah seragam dengan variasi CH kecil. Cara ini dilakukan dengan
mengukur serempak untuk lama waktu tertentu dari semua alat penakar dan dijumlahkan
seluruhnya. Kemudian hasil penjumlahannya dibagi dengan jumlah penakar hujan maka
akan dihasilkan rata-rata curah hujan di daerah tersebut. Menurut Sosrodarsono (2003),
secara matimatik ditulis persamaan sebagai berikut :
Rave = R1 + R2 + R3+........Rn
n
Di mana :
Rave = curah hujan rata-rata (mm)
n = jumlah stasiun pengukuran hujan
R1….Rn = besarnya curah hujan pada masing-masing stasiun (mm)

Soal 1
Suatu DAS terdapat lima stasiun pengamatan curah hujan dengan curah selama 24 jam
sebesar 23,5 ;27,8; 28,4; 22,6; dan 32,0 mm. Hitunglah curah hujan DAS tersebutselama
24 jam ?

Jawaban :
Rave = R1 + R2 + R3+........Rn
N
Rave = 23,5 + 27,8 + 28,4 + 22,6 + 32,0
5
= 126,3 mm
5
= 26,86 mm
2. Cara Poligon Thiessen
Cara ini selain memperhatikan tebal hujan dan jumlah stasiun, juga memperkirakan
luas wilayah yang diwakili oleh masing-masing stasiun untuk digunakan sebagai salah satu
faktor dalam menghitung hujan rata-rata daerah yang bersangkutan. Poligon dibuat dengan
cara menghubungkan garis-garis berat diagonal terpendek dari para stasiun hujan yang
ada. Rata-rata terbobot (weighted average), masing-masing stasiun hujan ditentukan luas
daerah pengaruhnya berdasarkan poligon yang dibentuk (menggambarkan garis-garis
sumbu pada garis-garis penghubung antara dua stasion hujan yang berdekatan). Cara ini
diperoleh dengan membuat poligon yang memotong tegak lurus pada tengah-tengah garis
penghubung dua stasiun hujan. Dengan demikian tiap stasiun penakar Rn akan terletak
pada suatu poligon tertentu An. Dengan menghitung perbandingan luas untuk setiap
stasiun yang besarnya = An/A, dimana A adalah luas daerah penampungan atau
jumlah Cara ini untuk daerah yang tidak seragam dan variasi CH besar Sosrodarsono
(2003). Menurut Shaw (1985) dalam Mahbub, (2002) cara ini tidak cocok untuk daerah
bergunung dengan intensitas CH tinggi. Dilakukan dengan membagi suatu wilayah
(luasnya A) ke dalam beberapa daerah-daerah membentuk poligon (luas masing-masing
daerah ai). Menurut Sosrodarsono (2003), secara matimatik ditulis persamaan sebagai
berikut :

Metode ini digunakan secara luas karena dapat memberikan data memberikan data
presipitasi yang lebih akurat, karena setiap bagian wilayah tangkapan hujan diwakili secara
proposional oleh suatu alat penakar hujan. Dengan cara ini, pembuatan gambar polygon
dilakukan sekali saja, sementara perubahan data hujan per titik dapat diproses secara cepat
tanpa menghitung lagi luas per bagian poligon. atau bisa d tuliskan juga dengan rumus :
Keterangan :
R = Curah hujan rerata tahunan (mm)
R1,R2,R3 = Curah hujan rerata tahunan di tiap titik pengamatan (mm)
Rn = Jumlah titik pengamatan
A1,A2 = Luas wilayah yang dibatasi polygon
A = Luas daerah penelitian

Cara membuat polygon Thiessen


a) Mengambil peta lokasi stasiun hujan di suatu DAS
b) Menghubungkan garis antar stasiun 1 dan lainnya hingga membentuk segi tiga
c) Mencari garis berat kedua garis, yaitu garis yang membagi dua sama persis dan tegak
lurus garis
d) Menguhubungkan ketiga garis berat dari segi tiga sehingga membuat titik berat yang
akan membentuk polygon.
Soal 2
Stasiun
Curah Hujan Curah
Pengamatan Luas (km2) Rasio Luas
(pi) Hujan (P)
(t)
1 100 0,14 85 11,9
2 120 0,17 26 4,42
3 150 0,20 34 6,8
4 160 0,21 76 15,96
5 180 0,25 56 14
Total 710 53,08

Langkah Pertama Menghitung Rasio = 0,17


Luas dengan Rumus: Luas ai ai 3= 150
Luas A 710
Dimana : a =Luas Wilayah = 0,20
A = Luas Total Wilayah ai 4= 160
ai 1= 100 710
710 = 0,21
= 0,14 ai 5= 180
ai 2= 120 710
710 = 0,2

Stasiun
Curah Hujan Curah Hujan
Pengamatan (t) Rasio Luas
(pi) (P)*
1 0,14 85 11,9
2 0,17 26 4,42
3 0,20 34 6,8
4 0,21 76 15,96
5 0,25 56 14
Total 53,08
Curah Hujan (P) * = rasio luas x curah hujan (pi)
Menghitung Curah Hujan Rata-Rata Cara Poligon Menggunakan Persamaan :
Rata-rata CH = R1(a1/A) + R2(a2/A) + R3(a3/A) + . . . + Rn(ai/A)
= 0,14 x 85 + 0,17 x26 + 0,20 x 34 + 0,21 x 76 + 0,25 x 56
= 11,9 + 4,42 + 6,8 + 15,96 + 14
= 53,08 mm
Analisis Jawaban :
a. Data yang di didapat dari suatu DAS (Daerah Aliran Sungai) pada lima stasiun yaitu
stasiun 1, 2, 3, 4, dan 5 pada curah hujan dengan curah 24 jam sebesar 23,5 ;27,8; 28,4;
22,6; dan 32,0 mm, data tersebut kemudian dihitung intensitas curah hujan, dengan
menggunakan cara Arithmatic Mean sehingga dapat diketahui perhitungan metode
analisis Arithmatic Mean pada ke lima stasiun pengamatan curah hujan, terlihat bahwa
total curah hujan (R) selama 24 jam yaitu sebesar 26,86 mm/ hari. Hasil analisisArithmatic
Mean mewakili gambaran ketersediaan air di Daerah A.
b. Hasil perhitungan menggunakan metode analisis Thiessen Polygon pada lima stasiun
pengamatan curah hujan, hasil perhitungan Thiessen Polygon harian pada masing-masing
stasiun pengamatan yaitu, perhitungan pada stasiun pengamatan 1 memperlihatkan bahwa
curah hujan sebesar 11.9 mm/hari. Perhitungan pada stasiun pengamatan 2
memperlihatkan bahwa curah hujan sebesar 4,42 mm/hari. Perhitungan pada stasiun
pengamatan 3 memperlihatkan bahwa curah hujan sebesar 6,8 mm/hari. Perhitungan pada
stasiun pengamatan 4 memperlihatkan bahwa curah hujan sebesar 15,96 mm/hari.
Perhitungan pada stasiun pengamatan 5 memperlihatkan bahwa curah hujan sebesar 14
mm/hari. Sehingga dapat diketahui perhitungan metode analisisThiessen Polygon pada ke
lima stasiun pengamatan curah hujan, terlihat bahwa total hujan selama 24 jam sebesar
53,08 mm/hari. Hasil analisis Thiessen Polygon mewakili gambaran ketersediaan air
di Daerah A.

3. Cara Isohyet
Isohiet adalah garis yang menghubungkan tempat-tempat yang mempunyai tinggi
hujan yang sama. Metode ini menggunakan isohiet sebagai garis-garis yang membagi
daerah aliran sungai menjadi daerah-daerah yang diwakili oleh stasiun-stasiun yang
bersangkutan, yang luasnya dipakai sebagai faktor koreksi dalam perhitungan hujan rata-
rata.
Cara ini mempunyai kelemahan yaitu apabila dikerjakan secara manual, dimana setiap kali
harus menggambarkan garis isohyet yang tentunya hasilnya sangat tergantung pada
masing-masin pembuat garis. Unsur subyektivitas ini dapat dihindarkan dengan
penggunaan perangkat lunak komputer yang dapat menghasilkan gambar garis isohyet
berdasarkan sistem intrpolasi grid, sehingga hasilnya akan sama untuk setiap input data di
masing-masing stasiun hujan. Ilustrasi hitungan hujan rerata DAS dengan menggunakan
metode isohyet dapat kita lihat pada Contoh Soal dan Penyelesaian. Persamaan dalam
hitungan hujan rata-rata dengan metode isohyet dapat kita rumuskan seperti berikut:

dengan:
p = curah hujan rata-rata,
p1,p2,...,pn = besaran curah hujan yang sama pada setiap garis isohyet,
At = luas total DAS (A1+A2+...+An)

atau dengan rumus :

Keterangan :
R = Curah hujan rerata tahunan
A1, A2 = Luas bagian antar dua garis isohyets
R1, R2, Rn = Curah hujan rata – rata tahunan pada bagian A1, A2, …. , An
Cara ini adalah cara rasoinal yang terbaik jika garis – garis isohyets dapat
digambarkan dengan teliti. Akan tetapi jika titik – titik pengamatan itu banyak sekali dan
variasi curah hujan di daerah bersangkutan besar, maka pada pembuatan peta isohyets ini
akan terdapat kesalahn – kesalahn si pembuat ( individual error). Namun teknik
perhitungan curah hujan dengan menggunakan metode ini menguntungkan karena
memungkinkan dipertimbangkannya bentuk bentang lahan dan tipe hujan yang terjadi,
sehingga dapat menunjukkan besarnya curah hujan total secara realistis.

4. Cara Potongan Antara (Intersection Line Method)


Merupakan penyederhanaan dari cara isohyets. Garis – garis potong (biasanya
dengan jarak 2 – 5 km) berupa kotak digambar pada peta isohyets. Curah hujan pada titik
perpotongan dihitung dari perbandingan jarak titik ke garis – garis isohyets yang terdekat.
Rata – rata jarak curah hujan titik – titik perpotongan di ambil sebagai curah hujan daerah.
Ketelitian cara ini agak kurang apabila dibandingkan dengan isohyet.
Cara ini adalah cara untuk menyederhanakan cara isohyet. Garisi potong yang
merupakan kotak – kotak pada gambar peta isohyet . curah hujan pada titik -titk
perpotongan dihitung dari perbandingan jarak titik itu ke garis – garis isohyet yang
terdekat. Harga rata – rata aljabar dari curah hujan pada titik – titik perpotongan diambil
sebagai curah hujan daerah. Ketelitian cara ini adalah kurang dari ketelitian cara
isohyet.(Suyono, 1980)

5. Cara Dalam Elevansi (Depth Elevation Method)


Teori yang menyatakan curah hujan semakin besar seiring kenaikan elevasi,
sehingga dapat dibuat diagram mengenai hubungan elevasi titik – titik pengamatan dan
curah hujan. Kurva ini (biasanya berbentuk garis lurus) dapat dibuat dengan cara kuadrat
terkecil ( Least square method) skala 1/50.000 atau yang lainnya, luas bagian antara garis
kontur selang 100m sampai 200m dapat diukur. Curah hujan untuk setiap elevasi rata –
rata dapat diperoleh dari diagram tersebut, sehingga pada daerah yang bersangkutan dapat
dihitung menurut persamaan sebagai berikut
Umpamanya curah hujan itu bertambah jika elevasi bertambah tinggi. Dengan
demikian, maka dapat dibuatkan diagram mengenai hubungan antara elevasi tititk
pengamatan dan curah hujan. Cara ini cocok untu menentukan curah hujan jangka waktu
yang panjang seperti curah hujan bulanan, curah hujan tahunan dan sebagainya. Terkadang
keadaan pegunungan dan arah angin, hubungan antara dalamnya curah hujan dan elevasi
itu berbeda – beda dari daerah yang satu ke daerah yang lainnya. Jika terdapat keadaan ini,
maka daerah itu harus dibagi dalam bagian – bagian daerah yang kecil, sehingga hubungan
antara dalamnya curah hujan dan elevasi itu dapat diterapkan. Curah hujan pada tiap – tipa
bagian daerah yang kecil ini kemudian dihitung lalu dirata- ratakan. (Suyono,1980)

6. Metode Elevasi Daerah Rata – Rata (Mean Areal Elevation Methode)


Cara ini dapat digunakan jika hubungan antara curah hujan dan elevasi daerah
bersangkutan dapat dinyatakan dengan sebuah persamaan linier, curah hujan Ri pada
elevasi h, didaerah itu kira – kira dinyatakan dengan persamaan berikut :
Ri = a + b.hi

Kesimpulan :
Diantara metode perhitungan diatas (rata – rata hitung, Theissen, dan isohyet), cara
aritmetik dianggap paling mudah. Pengukuran serempak untuk lama waktu hujan tertentu
dari semua alat penakar hujan dijumlahkan, kemudan dibagi dengan jumlah alat penakar
hujan yang digunakan akan menghasilkan rata – rata curah hujan daerah pengamatan.
Disisi lain, hasil penelitian lapangan menunjukan bahwa cara isohyet lebih teliti, tapi cara
perhitungannya memerlukan banyak waktu karena garis – garis isohyet yang baru perlu
ditentukan untuk setiap curah hujan. Metode isohyet terutama berguna untuk mempelajari
pengaruh curah hujan terhadap perilaku aliran air sungai terutama di daerah dengan tipe
hujan orografik. (chay, 1995)

Anda mungkin juga menyukai