1. Tujuan
1.1 Tujuan Umum
Setelah akhir pelajaran mahasiwa diharapkan dapat menghitung perbandingan
agregat kasar menjadi agregat gabungan yang mempunyai gradasi yang
diinginkan.
1.2 Tujuan khusus
1 Menentukan gradasi agregat kasar dengan mengunakan hasil analisa saringan/ayakan.
2 Mengunakan peralatan yang diperlukan.
2. Refrensi
SNI 03-1750-1990 MUTU DAN CARA UJI AGREGRAT BETON
SNI 03-1968-1990 ANALISA SARINGAN AGREGRAT HALUS DAN
KASAR
SII 0052-80 MUTU DAN CARA UJI AGREGRAT BETON
BS 812 PENGUJIAN ANALISA AYAK UNTUK MENGETAHUI GRADASI
SK SNI T 15-1990-03;1 PENGERTIAN AGREGRAT HALUS DAN
KASAR
SNI 03-2834-1993 TATA CARA PEMBUATAN RENCANA CAMPURAN
BETON NORMAL
3. Landasan teori
Mengingat bahwa agregrat menempati 70-75% dari total volume beton makan kualitas
agregrat sangat berpengaruh terhadap kualitas beton. Dengan agregrat yang baik,
maka beton dapat dikerjakan (workable), kuat, tahan lama, (durable), dan ekonomis.
Ada dua peraturan yang berlaku. Pertama, SII 0052-80 Mutu dan Cara Uji Agregrat
Beton. Kedua, PBI 89 menyebutkan ASTM C33 Standard Specification for Concrete
Aggregate. Agregrat (yang tidak bereaksi) adalah bahan-bahan campuran beton
yangs saling diikat oleh perekat semen. Agregrat yang umum dipakai adalah pasir,
kerikil, dan batu pecah. Pemilihan agregrat tergantung dari:
1) Syarat-syarat yang ditentukan beton
2) Persiadaan lokasi pembuatan
3) Perbandingan yang telah ditentukan antara biaya dan mutu
Dari pemakaian agregrat spesifik, sifat-sifat beton dapat dipengaruhi oleh suatu
pembagi yang dapat dilakukan sebagai berikut:
1) Agregrat normal (kuarsit, pasir, kerikil, dan basalt)
2) Agregrat halus (puing batu, terak lahar, dan serbuk batu/binus)
3) Agregrat kasar (beriet, bijih besi magnetiet, dan limoniet)
Kecuali agregrat alami dapat juga digunakan produk alami sinter atau terbakar, beton
gilas/puing tembok, dan lain-lain.
Agregat didefisinikan secara umum sebagai formasi kulit bumi yang keras dan penyal
(solid). ASTM (1974) mendefinisikan batuan sebagai suatu bahan yang terdiri dari
mineral padat berupa massa berukuran besar ataupun berupa fragment-fragment.
Agregrat diklasifikasikan menjadi 3 bagian bedasarkan ukuran partikelnya yaitu:
1) Agregrat kasar, yaitu agregrat dengan ukuran >4.75 mm menurut ASTM atau
>2 mm menurut AASHTO
2) Agregrat halus, yaitu agregrat dengan ukuran <4.75 mm menurut ASTM atau
<2 mm menurut AASHTO
3) Abu batu/mineral filter, yaitu agregrat halus yang umumnya lolos saringan
nomor 200
Gradasi agregrat adalah gambaran yang memperlihatkan distribusi ukuran butiran dari
agregrat. Pembagian gradasi agregrat adalah:
1) Gradasi sempurna adalah agregrat yang memiliki butiran dengan variasi
butiran yang cukup banyak, dimana rongga-rongga butiranyang besar diisi oleh
butiran agregrat yang kecil
2) Gradasi seragam adalah agregrat yang terdiri dari butiran yang mempunyai
ukuran hampir sama atau seragam, sehingga terdapat rongga yang cukup besar
3) Gradasi senjang adalah agregrat terdiri dari butiran yang bervariasi cukup
banyak, namun ada suatu fraksi yang tidak tersedia
Ada 4 batas gradasi halus:
1) Batas gradasi pasir (kasar)
2) Batas gradasi pasir (sedang)
3) Batas gradasi pasir (agak halus)
4) Batas gradasi pasir (halus)
Mengingat agregrat lebih murah daripada semen makan akan ekonomis bila agregrat
dimasukkan sebanyak mungkin selama secara teknis memungkinkan dan kandungan
semennya minimun. Meskipun dulu agregrat dianggap sebagai material pasif,
berperan sebagai pengisi saja, kini disadari adanya kontribusi positif agregrat pada
sifat beton, seperti stabilitas volume, ketahanan abrasi, dan ketahanan umum
(durability) diakui. Bahkan beberapa sifat fisik beton secara langsung tergantung pada
sifat agregrat, seperti agregrat, seperti kepadatan, panas jenis, dan modulus
elastisitas.
Modulus halus butir atau biasanya disingkat MHB adalah suatu indek yang dipakai
untuk mengukur kehalusan atau kekesaran butir-butir agregrat (Abrams, 1918). MHB
didefinisikan sebgai jumlah persen komulatif dari butir agregrat yang tertinggal di atas
satu set ayakan (38, 19, 9.5, 4.8, 2.4, 1.2, 0.6, 0.3, 0.15, 0.075, dan pan) kemudian
nilai tersebut dibagi seratus (Ilsley, 1942:232). Makin besar nilai MHB suatu agregrat
maka semakin besar pula butir agregratnya. Nilai MHB pada agregrat kasar ialah 5-8.
4. Bahan dan Alat
4.1 Bahan
Split/Batu Pecah
4.2 Alat
MHB(split) =
=
= 7.45299
7. Kesimpulan
Dari hasil pengujian di Laboratorium dapat disimpulkan bahwa nilai Modulus halus
butir agregrat halus 7.452 memenuh syarat ketetapan MHB yaitu 5-8. Besar butir
maksimal pada JMF ukuran agregrat maksimum 20 mm sesuai hasil dari ayakan yang
paling banyak tertahan.