Anda di halaman 1dari 9

Terdapat dua buah zona (zona A dan zona B) Zona A adalah zona permukiman dan zona B adalah zona

lapangan kerja. Populasi zona A adalah 35.000 orang, sedangkan jumlah lapangan kerja yang tersedia
sebanyak 12.000. Persentase usia kerja di zona A = 90% (hanya 90% dari total populasi yang bekerja).
Zona A dan zona B dihubungkan oleh dua buah rute (rute 1 dan 2) yang karakteristiknya adalah sebagai
berikut:

Rute Panjang (km) To ( menit ) Indeks tingkat Kapasitas


pelayanan (a) (kendaraan/jam)
1 20 25 0,4 3.000
2 25 55 1,0 2.000

𝑃𝐴 𝐴𝐵
𝑄𝐴𝐵 = . 0,001
𝑇𝑄𝐴𝐵

Sementara itu, hubungan antara waktu tempuh dengan volume arus lalulintas diasumsikan mengikuti
rumus Davidson.
Pertanyaan:
1 Jika hanya rute 1 yang beroperasi, berapa arus lalulintas yang bergerak dari zona A ke zona B?
2 Jika hanya rute 2 yang beroperasi, berapa arus lalulintas yang bergerak dari zona A ke zona B?
3. a. Jika rute 1 dan rute 2 bersama-sama beroperasi, berapa arus lalulintas yang bergerak dari zona A
ke zona B pada setiap rute?
b. Terangkan rute mana yang lebih tinggi kemampuannya dalam mengalirkan arus lalulintas?
4. a. Andaikanlah dibangun lagi rute 3 dengan karakteristik sebagai berikut:

Rute Panjang (km) To ( menit ) Indeks tingkat Kapasitas


pelayanan (a) (kendaraan/jam)
3 14 20 0,25 4.000
Jika rute 1, rute 2, dan rute 3 sama-sama beroperasi, berapa arus lalulintas yang bergerak dari zona A
ke zona B pada setiap rute?
b. Andaikanlah rute 3 sudah ada, berikan komentar apakah perlu membangun rute 1 dan/atau rute 2?
5. Andaikanlah terdapat perubahan sistem tata guna lahan dalam bentuk peningkatan jumlah populasi
menjadi 40.000 (dengan persentase usia kerja tetap 90%) dan lapangan kerja meningkat menjadi 20.000.
Terangkan dampak pengaruh peningkatan kebutuhan pergerakan ini dengan kinerja sistem prasarana
transportasi yang ada?
Jawaban:
Perhitungan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu cara analitis dan grafis :

Cara analitis :

𝑃𝐴 = 90 % 35000 = 31.500

𝐴𝐵 = 12.000

31.500 ∗ 12.000
𝑄𝐴𝐵 = . 0,001 (1)
𝑇𝑄𝐴𝐵

378.000
𝑄𝐴𝐵 = (2)
𝑇𝑄𝐴𝐵

Persamaan prasarana transportasi untuk setiap rute didapatkan dengan bentuk umum :
𝑄
1 − (1 − 𝑎) 𝑐
𝑇𝑄𝐴𝐵 = 𝑇𝑜 [ ]
𝑄
1− 𝑐

Rute 1 :
𝑄
1 − (1 − 0,4) 3000 3000 − 0,6𝑄𝐴𝐵(1)
𝑇𝑄𝐴𝐵(1) = 25 [ ] → 𝑇𝑄𝐴𝐵(1) = 25 [ ] (3)
𝑄 3000 − 𝑄𝐴𝐵(1)
1 − 3000

Rute 2 :
𝑄
1 − (1 − 1) 2000 2000
𝑇𝑄𝐴𝐵(2) = 55 [ ] → 𝑇𝑄𝐴𝐵(2) = 55 [ ] (4)
𝑄 2000 − 𝑄𝐴𝐵(2)
1−
2000
Rute 3 :
𝑄
1 − (1 − 0,25) 4000 − 0,75𝑄𝐴𝐵(3)
𝑇𝑄𝐴𝐵(3) = 20 [ 4000] → 𝑇𝑄𝐴𝐵(3) = 20 [ ] (5)
𝑄 4000 − 𝑄𝐴𝐵(3)
1 − 4000

Bila hanya rute 1 yang beroperasi maka :

15 𝑄𝐴𝐵 2 − 453000 𝑄𝐴𝐵 + 1.134. 000.000 = 0 (6)

Dengan menyelesaikan persamaan kuadrat (2.58), didapat jumlah pergerakan lalulintas yang akan
menggunakan rute 1, yaitu sebesar 2.755 kendaraan/jam dengan waktu tempuh 137,23 menit.

Bila hanya rute 2 yang beroperasi maka :

756000000 − 378000 𝑄𝐴𝐵 = 110000 𝑄𝐴𝐵 (7)

Dengan menyelesaikan persamaan (2.59), didapat jumlah pergerakan lalulintas yang akan menggunakan
rute 2, yaitu sebesar 1.582 kendaraan/jam dengan waktu tempuh 239 menit.

Bila hanya rute 3 yang beroperasi maka :

15 𝑄𝐴𝐵 2 − 458000 𝑄𝐴𝐵 + 1.512. 000.000 = 0 (8)


Dengan menyelesaikan persamaan (2.60), didapat jumlah pergerakan lalulintas
yang akan menggunakan rute 3, yaitu sebesar 3.766 kendaraan/jam dengan
waktu tempuh 100,38 menit.

Bila rute 1 dan rute 2 sama-sama beroperasi (1+2) :


Jika kedua rute tersebut sama-sama beroperasi, dibutuhkan 2 syarat batas yang harus dipenuhi:
 Syarat batas (1): 𝑄𝐴𝐵 = 𝑄𝐴𝐵(1) + 𝑄𝐴𝐵(2) (9)
 Syarat batas (2): 𝑇𝑄𝐴𝐵(1) = 𝑇𝑄𝐴𝐵(2) kondisi keseimbangan Wardrop (10)

Dengan syarat batas (2) seperti yang dinyatakan dalam persamaan (10), bisa didapatkan persamaan
berikut:
80000 𝑄𝐴𝐵(1) + 15 𝑄𝐴𝐵(1) 𝑄𝐴𝐵(2) − 75000 𝑄𝐴𝐵(2) = 180000000 (11)

11111111111111111111111111

Dengan memasukkan syarat batas (1), yaitu persamaan (9) ke persamaan (2), persamaan (2) dapat ditulis
kembali menjadi persamaan berikut:
378.000
𝑇𝑄𝐴𝐵 = (12)
𝑄𝐴𝐵(1) + 𝑄𝐴𝐵(2)

Dengan memasukkan persamaan (12) ke dalam persamaan (2) untuk rute 2, dihasilkan persamaan (13)
berikut:
𝑄𝐴𝐵(1) = 7560 − 4,78 𝑄𝐴𝐵(2) (13)

Dengan memasukkan persamaan (13) ke persamaan (11), diperoleh persamaan (14) berikut.
86,04 𝑄𝐴𝐵(2) 2 + 259840 𝑄𝐴𝐵(2) = 363840000 (14)

Dengan menyelesaikan persamaan kuadrat (13), didapat jumlah pergerakan lalulintas yang menggunakan
rute 1, yaitu sebesar 2583 kendaraan/jam dan rute 2 sebesar 1042 kendaraan/jam sehingga total
pergerakan antara zona A dan zona B adalah 3625 kendaraan/jam dengan waktu tempuh 104,3 menit.

Bila rute 1, rute 2, dan rute 3 sama-sama beroperasi (1+2+3) Jika ketiga rute sama-sama beroperasi,
dibutuhkan 2 syarat batas yang harus dipenuhi:
Syarat batas (1): 𝑄 = 𝑄𝐴𝐵(1) + 𝑄𝐴𝐵(2) + 𝑄𝐴𝐵(3) (15)
Syarat batas (2): 𝑇𝑄𝐴𝐵(1) = 𝑇𝑄𝐴𝐵(2) = 𝑇𝑄𝐴𝐵(3) = 𝑇𝑄𝐴𝐵(4) (16)

Dari syarat 𝑇𝑄𝐴𝐵(1) = 𝑇𝑄𝐴𝐵(2) diperoleh :

84000 𝑄𝐴𝐵(1) + 18 𝑄𝐴𝐵(1) 𝑄𝐴𝐵(2) − 90000 𝑄𝐴𝐵(2) = 120000000 (17)

Dari syarat 𝑇𝑄𝐴𝐵(2) = 𝑇𝑄𝐴𝐵(3) diperoleh :

80000 𝑄𝐴𝐵(2) − 70000 𝑄𝐴𝐵(3) − 15 𝑄𝐴𝐵(2) 𝑄𝐴𝐵(3) = 120000000 (18)

Dari syarat 𝑇𝑄𝐴𝐵(1) = 𝑇𝑄𝐴𝐵(3) diperoleh :

𝑄𝐴𝐵(3) = 7560 − 4,78 𝑄𝐴𝐵(2) − 𝑄𝐴𝐵(1) (19)

Dengan memasukkan persamaan (19) ke persamaan (18), diperoleh persamaan (20) berikut:
3,585 𝑄𝐴𝐵(2) 2 + 0,75 𝑄𝐴𝐵(1) 𝑄𝐴𝐵(2) + 15060 𝑄𝐴𝐵(2) + 3500 𝑄𝐴𝐵(1) = 32460000 (20)

Dari persamaan (17) dan (20) diperoleh:


3,585 𝑄𝐴𝐵(2) 2 + 18810 𝑄𝐴𝐵(2) − 27460000 = 0 (21)
Dengan menyelesaikan persamaan (21), didapat jumlah pergerakan lalulintas yang akan menggunakan
rute 2, yaitu sebesar 1190 kendaraan/jam.
Dengan memasukkan nilai QAB(2) 1190 ke persamaan (18), diperoleh QAB(3) 283 kendaraan/jam.
Dengan memasukkan nilai QAB(2) 1190 dan QAB(3) 283 ke persamaan (19), diperoleh nilai QAB(1) 2155
kendaraan/jam sehingga total jumlah kendaraan untuk semua rute QAB 3628 kendaraan/jam dengan
waktu tempuh TAB = 104 menit.

Seluruh hasil perhitungan nilai arus dan waktu tempuhnya untuk setiap rute direkapitulasi dalam tabel
berikut.
Tabel Rekapitulasi besar arus pada setiap rute dan waktu tempuhnya

Arus dan QAB(1) QAB(2) QAB(3) QAB TAB


waktu (kend. (kend. (kend. (kend. (menit)
tempuh per jam) per jam) per jam) per jam)
Rute
1 2705 0 0 2705 140
2 0 1582 0 1582 239
3 0 0 3766 3766 100,38
1+2 1042 2583 0 3625 104,3
1+2+3 2155 1190 283 3628 104
1* hanya rute 1 yang beroperasi 2* hanya rute 2 yang beroperasi
3* hanya rute 3 yang beroperasi 1+2* rute 1 dan 2 sama-sama beroperasi
1+2+3* rute 1,2, dan 3 sama-sama beroperasi

Bila terjadi perubahan parameter sistem tata guna lahan

Bila terjadi perubahan jumlah populasi dari 35.000 menjadi 40.000 dan jumlah lapangan kerja dari 12.000
menjadi 20.000 dengan persentase usia kerja yang tidak berubah (tetap 90%), maka persamaan kebutuhan
transportasi akan berubah menjadi persamaan (22) berikut.
Proses yang sama dilakukan dengan persamaan sistem prasarana transportasi (3),(4),(5) tetap tidak
berubah. Hasil perhitungan besar arus lalulintas dan waktu tempuh untuk setiap kondisi direkapitulasi
dalam tabel Rekapitulasi besar arus pada setiap rute dan waktu tempuhnya dengan adanya perubahan
parameter sistem tata guna lahan. Terlihat bahwa perubahan jumlah populasi dan lapangan kerja sangat
berpengaruh pada besar arus lalulintas yang akan melalui setiap alternatif rute dan juga pada waktu
tempuhnya.Hal ini membuktikan adanya interaksi antara sistem tata guna lahan dengan sistem pergerakan
lalulintas sebagai satu sistem kesatuan.
720.000
𝑄𝐴𝐵 = 𝑇 (22)
𝑄𝐴𝐵

Jika hanya rute 1 saja yang beroperasi, pergerakan meningkat dari 2705 menjadi 2.873 kendaraan/jam.
Begitu juga, terjadi peningkatan waktu tempuh yang cukup tajam dari 140 menjadi 250,64 menit. Hal ini
terjadi karena besarnya arus lalulintas sudah mendekati kapasitas rute 1 (3.000 kendaraan/jam).
Tabel Rekapitulasi besar arus pada setiap rute dan waktu tempuhnya dengan adanya perubahan parameter
sistem tata guna lahan
Arus dan QAB(1) QAB(2) QAB(3) QAB TAB
waktu (kend. (kend. (kend. (kend. (menit)
tempuh per jam) per jam) per jam) per jam)
Rute
1 0 0 0 0 0
2 0 0 0 0 0
3 0 0 0 0 0
1+2 0 0 0 0 0
1+2+3 0 0 0 0 0
1* hanya rute 1 yang beroperasi 2* hanya rute 2 yang beroperasi
3* hanya rute 3 yang beroperasi 1+2* rute 1 dan 2 sama-sama beroperasi
1+2+3* rute 1,2, dan 3 sama-sama beroperasi

Begitu juga halnya jika hanya rute 2 saja yang beroperasi terlihat peningkatan arus lalulintas dari 1582
menjadi 1.800 kendaraan/jam dan peningkatan waktu tempuh yang sangat tajam dari 239 menjadi 400
menit. Hal ini terjadi karena besarnya arus lalulintas sudah mendekati kapasitas rute 2 (2.000
kendaraan/jam). Hal yang sama terjadi pada rute lainnya seperti terlihat pada gambar hubungan QAB dan
TAB. Perilaku yang sama akan terjadi jika terjadi perubahan dalam parameter sistem prasarana
transportasinya, misalnya adanya pelapisan ulang atau perkerasan baru yang menyebabkan terdapat
perubahan nilai indeks tingkat pelayanan (a) atau adanya peningkatan kapasitas jalan dalam bentuk
pelebaran jalan (C). Perubahan nilai ‘a’ dan/atau ‘C’ ini menyebabkan perubahan besar arus lalulintas
yang akan menggunakan setiap alternatif rute dan juga waktu tempuhnya. Hal ini membuktikan adanya
interaksi antara sistem prasarana
transportasi dengan sistem pergerakan lalulintas.

Dengan demikian, secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa perubahan dalam sistem tata guna lahan
dan sistem prasarana transportasi akan mempengaruhi besarnya arus lalulintas yang akan menggunakan
setiap alternatif rute, termasuk waktu tempuhnya.

Cara grafis :

Dengan cara grafis, grafik hubungan antara QAB dan TQAB dibuat untuk persamaan kebutuhan transportasi

dan persamaan prasarana transportasi

seperti terlihat pada gambar Hubungan antara QAB dan TQAB terlihat pada tabel berikut.
QAB TQAB TQAB(1) TQAB(2) TQAB(3)
(Kend/jam) (menit) (menit) (menit) (menit)
0 30 50 20
500 756 32,4 66,67 20,7142857
1000 378 36 100 21,6666667
1500 252 42 200 23
2000 189 54 ~ 25
2500 151,2 90 ~ 28,3333333
3000 126 ~ ~ 35
3500 108 ~ ~ 55
4000 94,5 ~ ~ ~
4500 84 ~ ~ ~
5000 75,6 ~ ~ ~
5500 68,72727 ~ ~ ~
6000 63 ~ ~ ~
6500 58,15385 ~ ~ ~
7000 54 ~ ~ ~
7500 50,4 ~ ~ ~
8000 47,25 ~ ~ ~
8500 44,47059 ~ ~ ~
9000 42 ~ ~ ~

Hubungan Antara QAB dan TQAB


700

600

500
T (waktu tempuh-menit)

400

300

200

100

0
0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 8000 9000
Q(kendaraan QAB dan TQAB)

sebelum perubahan lahan Rute 1 Rute 2 Rute 3 sesuda perubahn lahan


Dengan menggunakan cara grafis dapat dengan mudah dilihat dan dianalisis adanya interaksi antara
sistem tata guna lahansistem pergerakan lalulintassistem prasarana transportasi. Contohnya, perubahan
parameter dalam sistem prasarana transportasi rute 1 (misal adanya pelapisan ulang yang menyebabkan
perubahan nilai indeks tingkat pelayanan).

Dengan cara grafis, kita cukup menghitung persamaannya dan mengubah grafik rute 1 tanpa harus
melakukan perhitungan aljabar yang rumit; analisis pengaruh segera dapat dilakukan secara visual. Begitu
juga halnya dengan perubahan parameter sistem tata guna lahan; kita cukup mengubah persamaan
barunya dan menggeser garis kebutuhan transportasi sesuai dengan persamaannya dan langsung analisis
pengaruh dapat dilakukan secara visual dengan mudah. Akan tetapi, kelemahan cara grafis ini adalah nilai
arus lalulintas dan waktu tempuh menjadi tidak seakurat cara analitis karena dihasilkan secara grafis dan
dibaca secara visual. Semakin tinggi tingkat akurasi grafik, semakin tinggi pula tingkat akurasi nilai arus
lalulintas dan waktu tempuh yang dihasilkan.

Beberapa kesimpulan bisa didapatkan dengan menganalisis informasi yang tersaji pada tabel Rekapitulasi
besar arus pada setiap rute dan waktu tempuhnya sampai tabel Rekapitulasi besar arus pada setiap rute
dan waktu tempuhnya dengan adanya perubahan parameter sistem tata guna lahan dan gambar hubungan
QAB dan TQAB:

a) Jika rute 1 dan rute 2 dioperasikan sendiri-sendiri, terlihat bahwa kemampuan rute 1 dalam
menyalurkan arus lalulintas lebih baik dibandingkan dengan rute 2. Buktinya, arus lalulintas yang
menggunakan rute 1 lebih besar dibandingkan dengan rute 2, dengan waktu tempuh yang juga lebih
pendek.

Dengan cara grafis (lihat grafik), titik B menunjukkan besarnya arus lalulintas dan waktu tempuh yang
terjadi jika rute 1 saja yang beroperasi titik A jika rute 2 saja yang beroperasi, dan titik C jika rute 3 saja
yang beroperasi. Hal ini dengan mudah dapat dilihat pada gambar hubungan QAB dan TQAB. Terlihat
bahwa rute 3 mempunyai kemampuan terbaik dalam menyalurkan arus lalulintas, diikuti oleh rute 1, dan
baru rute 2.

b) Apabila rute 2 dioperasikan bersama-sama dengan rute 1 (1+2), ternyata rute 2 memberikan kontribusi
yang kecil terhadap peningkatan total arus kendaraan dari 2.705 menjadi 3.831 kendaraan/jam, sedangkan
waktu tempuh hanya sedikit menurun dari 140 menjadi 104,3 menit. Kesimpulan ini mendukung
kesimpulan butir (a) yang menyatakan bahwa kinerja rute 2 jauh lebih rendah dibandingkan dengan rute1.

c) Bandingkanlah jika hanya rute 3 yang beroperasi dengan jika rute 1 dan 2 sama-sama beroperasi (1+2).
Tampak bahwa besar pergerakan dengan hanya rute 1+2 saja yang beroperasi hanya sedikit lebih kecil
(3.766 kendaraan/jam) dibandingkan dengan rute 3 (3625 kendaraan/jam). Begitu juga dengan waktu
tempuhnya; waktu dengan hanya rute 3 saja yang beroperasi (100,38 menit) hanya sedikit lebih besar
dibandingkan dengan waktu rute 1+2 (104,3 menit).

d) Jika rute 1, rute 2, dan rute 3 sama-sama beroperasi (1+2+3), dapat terlihat bahwa peranan rute 2
sangat kecil dalam menyalurkan arus lalulintas. Jadi, dapat disimpulkan bahwa kombinasi yang paling
baik adalah membangun rute 1 dan rute 3 atau cukup hanya rute 3 saja.

e ) Perubahan dalam parameter kebutuhan transportasi dapat dengan mudah dilihat secara grafis.
Perubahan tersebut terlihat dari adanya pergeseran garis kebutuhan 1 menjadi garis kebutuhan 2. Dengan
adanya pergeseran tersebut dapat dengan mudah dilihat bahwa titik A bergeser menjadi titik A’ dan
terlihat peningkatan volume arus lalulintas yang sangat tajam jika hanya rute 1 saja yang beroperasi.
Pergeseran garis kebutuhan akan transportasi tersebut menghasilkan titik-titik keseimbangan baru (A’, B’,
C’); perubahan titik keseimbangan tersebut memperlihatkan adanya interaksi antara sistem tata guna
lahan dengan sistem prasarana transportasi. Begitu juga jika terjadi perubahan dalam sistem prasarana
transportasi, misalnya dilakukan pelebaran jalan pada suatu rute sehingga kapasitas rute tersebut berubah,
sementara sistem tata guna lahan tidak berubah. Hal ini akan menciptakan titik keseimbangan baru yang
sekali lagi membuktikan adanya interaksi antara sistem prasarana transportasi dengan sistem pergerakan.
Selanjutnya, tabel berikut memperlihatkan rekapitulasi perubahan besarnya arus dan waktu tempuh untuk
3 kondisi yang dapat terjadi dan dibandingkan dengan kondisi eksisting (rute 1 dan 2 sama-sama
beroperasi). Ketiga kondisi tersebut adalah:
1 Rute 2 ditutup
2 Kondisi eksisting tetapi terjadi perubahan tata guna lahan
3 Kondisi 2 tetapi rute 3 sudah beroperasi

Tabel Rekapitulasi besar arus pada setiap rute dan waktu tempuhnya untuk 3 kondisi

Arus lalulintas pada setiap rute Waktu


Kondisi (kendaraan/jam) tempuh
QAB(1) QAB(2) QAB(3) QAB(T) (menit)
1. Rute 2 ditutup 2705 0 0 2705 140
2. Perubahan tata guna lahan 0 0 0 0 0
3. Kondisi 2 dan rute 3 beroperasi 0 0 0 0 0
4. Kondisi eksisting 1042 2583 0 3625 104,3

Terlihat dengan jelas pada kondisi 1 bahwa dengan ditutupnya rute 2, besarnya pergerakan dari zona A ke
zona B berkurang cukup besar dari 3625 menjadi 2.705 kendaraan/jam dengan peningkatan waktu
tempuh yang cukup tajam dari 104,3 menjadi 140 menit. Terlihat bahwa rute 2 berperan cukup besar
dalam mengalirkan arus lalulintas. Hal ini disebabkan karena kapasitas rute 1 hanya sebesar 3.000
kendaraan/jam. Sehingga, jika hanya rute 1 yang beroperasi, arus yang terjadi pasti berada di bawah 3.000
kendaraan/jam. Selain itu, contoh ini juga membuktikan terdapatnya interaksi antara sistem prasarana
transportasi dengan sistem pergerakan (perubahan pada sistem prasarana transportasi menyebabkan
perubahan pada sistem pergerakan).

Pada kondisi 2, terjadi perubahan parameter tata guna lahan yaitu berupa peningkatan populasi dan
jumlah lapangan kerja. Terlihat bahwa kondisi ini menyebabkan terdapatnya perubahan besar arus total
dari 3625 menjadi 4.322 kendaraan/jam dengan peningkatan waktu tempuh yang sangat tajam dari 104,3
menjadi 166,59 menit. Peningkatan waktu tempuh yang cukup tinggi ini terjadi karena besarnya arus pada
rute 1 dan 2 sudah hampir mencapai kapasitasnya. Contoh ini membuktikan terdapatnya interaksi antara
sistem tata guna lahan dengan sistem pergerakan (perubahan pada sistem tata guna lahan menyebabkan
perubahan pada sistem pergerakan).

Pada kondisi 3, rute 3 beroperasi bersama-sama dengan rute 1 dan 2. Terlihat bahwa pada kondisi 3 ini,
terjadi peningkatan besar arus total yang sangat tajam dari 4.322 menjadi 7.541 kendaraan/jam dengan
penurunan waktu tempuh yang juga sangat tajam dari 166,59 menjadi 95,48 menit. Terlihat bahwa
besarnya arus yang melalui rute 3 hampir sama dengan besarnya total arus pada rute 1 dan 2. Hal ini
menunjukkan peran rute 3 yang sangat besar dalam sistem prasarana transportasi yang ada. Contoh ini
sekali lagi membuktikan terdapatnya interaksi antara sistem prasarana transportasi dengan sistem
pergerakan (perubahan pada sistem prasarana transportasi menyebabkan perubahan pada sistem
pergerakan).
TUGAS
PERENCANAAN TRANSPORTASI
T.A. 2018 / 2019
OLEH GRUP 2:

EKA FADLI RASYID S. DANDY PERMANA ABDI MU’AMMAR MUTTAQIN


16 0404 010 16 0404 014 16 0404 024

DEVI FAHREZA EGI PRAMONO


16 0404 010 16 0404 034

DOSEN :
Medis Sejahtera Surbakti S.T M.T PhD

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2019

Anda mungkin juga menyukai