Anda di halaman 1dari 43

Bab II Landasan Teori

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Dasar Teori Pneumatik

2.1.1 Pengertian Pneumatik

Pneumatik merupakan teori atau pengetahuan tentang udara yang bergerak,


keadaan-keadaan keseimbangan udara dan syarat – syarat keseimbangan.
Perkataan pneumatik itu berasal dari perkataan Yunani yaitu ”pneuma” yang
berarti ”napas” atau ”udara”. Jadi pneumatik berarti terisi udara atau digerakkan
udara mampat. Penumatik itu merupakan cabang teoritis aliran atau mekanika
fluida dan tidak hanya meliputi penelitian aliran – aliran udara melalui suatu
sistem saluran, yang terdiri atas gawai (device) dan sebagainya, tetapi juga aksi
dan penggunaan udara mampat.

Pneumatik menggunakan hukum – hukum aerodinamika,yang menentukan


keadaan keseimbangan gas dan uap (khususnya udara atmosfer) pada gaya – gaya
luar (aerostatika), dan teori aliran termodinamika.(hal 1)(8)
2.1.2 Karakteristik Udara Kempa

Udara dipermukaan bumi ini terdiri atas campuran dari bermacam-macam gas.
Komposisi dari macam-macam gas tersebut adalah sebagai berikut : 78 % vol.
Gas 21 % vol. nitrogen, dan 1 % gas lainnya seperti carbon dioksida, argon,
helium, krypton, neon dan xenon. Dalam sistem pneumatik udara difungsikan
sebagai media transfer dan sebagai penyimpan tenaga (daya) yaitu dengan cara
dikempa atau dimampatkan. Udara termasuk golongan zat fluida karena sifatnya
yang selalu mengalir dan bersifat compressible (dapat dikempa). Sifat-sifat udara
senantiasa mengikuti hukum-hukum gas. Karakteristik udara dapat
diidentifikasikan sebagai berikut :
a. Udara mengalir dari tekanan tinggi ke tekanan rendah.
b. Volume udara tidak tetap.
c. Udara dapat dikempa (dipadatkan).
d. Berat jenis udara 1,3 kg/m³.
e. Udara tidak berwarna.(hal 458)(5)

5
Bab II Landasan Teori

2.1.3 Penggunaan Pneumatik

Penggunaan udara bertekanan sebenarnya masih dapat dikembangkan untuk


berbagai keperluan proses produksi, misalnya untuk melakukan gerakan mekanik
yang selama ini dilakukan oleh tenaga manusia, seperti mendorong, mengangkat,
menggeser, menekan, dan lainnya. gerakan mekanik tersebut dapat dilakukan juga
oleh komponen pneumatik, motor pneumatik. Perpaduan dari gerakan mekanik
oleh aktuator pneumatik dapat dipadu menjadi gerakan mekanik untuk keperluan
proses produksi yang terus menerus dan flexible.
Pemakaian pneumatik dibidang produksi telah mengalami kemajuan yang
pesat, terutama pada proses perakitan (manufacturing), elektronika, obat-obatan,
makanan, kimia dan lainnya. pemilihan penggunaan udara bertekanan.
(pneumatic) sebagai sistem kontrol dalam proses otomasinya, karena
pneumatik mempunyai beberapa keunggulan, antara lainnya:
a. Mudah diperoleh.
b. Bersih dari kotoran dan zat kimia yang merusak.
c. Mudah didistribusikan melalui saluran (selang) yang kecil.
d. Aman dari bahaya ledakan dan hubungan singkat.
e. Dapat dibebani lebih.
f. Tidak peka terhadap perubahan suhu, dan sebagainya.
Secara umum udara yang dihisap oleh kompressor, akan disimpan dalam suatu
tabung penampung. Sebelum digunakan udara dari kompressor diolah agar
menjadi kering, dan mengandung sedikit pelumas. Setelah melalui regulator udara
dapat digunakan menggerakkan katup penggerak (aktuator), baik berupa
silinder/stang torak yang bergerak translasi, maupun motor pneumatik yang
bergerak rotasi. Gerakan bolak balik (translasi), dan berputar (rotasi) pada
aktuator selanjutnya digunakan untuk berbagai keperluan gerakan yang selama ini
dilakukan oleh manusia atau peralatan lain.(hal 458-459)(5)
2.1.4 Keuntungan dan Kerugian Pneumatik
2.1.4.1 Keuntungan Pneumatik
1. Fluida kerja yang mudah dapat diperoleh dan mudah dapat diangkut.
 Udara dimana saja yang tersedia dalam jumlah yang tak terhingga.

6
Bab II Landasan Teori

2. Dapat disimpan dengan baik (kecocokan udara mampat untuk menyimpan


energi).
 Sumber udara mampat (kompresor) hanya menyerahkan udara
mampat kalau udara ini memang akan digunakan, jadi kompresor ini
tidak selalu bekerja seperti halnya pada pompa suatu, peralatan
hidrolik.
3. Bersih dan kering.
 Udara mampat adalah bersih, kalau ada kebocoran pada saluran pipa
benda – benda kerja maupun bahan – bahan tidak akan menjadi kotor.
 Udara mampat adalah kering, bila terdapat kerusakan pipa – pipa tidak
akan ada pengotoran - pengotoran, bintik (stain) minyak dan
sebagainya.
4. Tidak peka terhadap suhu.
 Udara bersih (tanpa uap air) dapat digunakan sepenuhnya pada suhu –
suhu yang tinggi atau pada nilai – nilai rendah, jauh dibawah titik beku
(masing – masing panas atau dingin).
5. Aman terhadap kebakaran dan ledakan.
 Keamanan kerja serta produksi besar dari udara mampat tidak
mengandung bahaya kebakaran maupun ledakan.
6. Tidak diperlukan pendiginan (penyegaran) fluida kerja.
 Pembawa energi (udara mampat) tidak perlu diganti sehingga untuk kali
ini tidak dibutuhkan biaya.
7. Rasional (menguntungkan).
 Pneumatik adalah empat puluh sampai lima puluh kali lebih murah dari
pada tenaga otot, hal ini sangat penting pada mekanisasi dan
otomatisasi produksi.
8. Kesederhanaan (mudah dipelihara).
 Karena kontruksinya sangat sederhana, peralatan – peralatan udara
mampat hampir tidak peka gangguan.(hal 6-9)(8)
2.1.4.2 Kerugian Pneumatik
a. Ketermampatan (udara).

7
Bab II Landasan Teori

 Udara dapat dimampatkan, oleh sebab itu adalah tidak mungkin untuk
mewujudkan kecepatan – kecepatan torak dan pengisian yang
perlahan-lahan dan tetap tergantung dari bebannya.
b. Gangguan suara (bising).
 Udara yang di tiup keluar menyebabkan kebisingan (desisan) mengalir
keluar, yang terutama dalam ruang – ruang kerja yang sangat
mengganggu.
c. Kegerbakan (volatile).
 Udara mampat sangat gerbak (volatile). Terutama dalam jaringan –
jaringan udara mampat, oleh sebab itu pemakaian udara mampat
meningkatkan secara luar biasa dan karenanya harga pokok energi “
berguna” sangat tinggi.
d. Kelembaban udara
 Kelembaban udara dalam udara mampat pada waktu suhu menurun dan
tekanan meningkat dipisahkan sebagai tetesan - tetesan air (air embun).
e. Bahaya pembekuan.
 Pada waktu pemuaian (expansion) tiba – tiba (di belakang pemakai
udara mampat) dan penurunan suhu yang bertalian dengan pemuaian
tiba –tiba ini, dapat terjadi pembentukan es.
f. Kehilangan energi dalam bentuk kalor.
 Energi kompresi adiabatik dibuang dalam bentuk kalor dalam
pendingin antara dan akhir.
g. Pelumasan udara mampat.
 Oleh karena tidak adanya sistem pelumasan untuk bagian – bagaian
yang bergerak, maka bahan pelumas ini dimasukkan bersamaan dengan
udara yang mengalir, untuk itu bahan pelumas harus dikabutkan dalam
udara mampat.
h. Gaya tekan terbatas.
 Dengan udara mampat hanya dapat dibangkitkan gaya yang terbatas
saja. Untuk gaya – gaya besar, pada suatu tekanan bisa dalam jaringan,
dibutuhkan diameter piston yang besar.(hal 9-10)(8)
2.2 Peralatan Dalam Sistem Pneumatik

8
Bab II Landasan Teori

2.2.1 Kompresor
Suatu alat mekanik yang berfungsi untuk meningkatkan tekanan fluida
mampu mampat yaitu gas atau udara. Tujuan meningkatkan tekanan dapat untuk
mengalirkan atau kebutuhan proses dalam suatu sistem proses yang lebih besar
(dapat sistem fisika ataupun kimia).
Penggerak kompressor berfungsi untuk memutar kompressor, sehingga
kompressor dapat bekerja secara optiomal. Penggerak kompressor yang sering
digunakan biasanya berupa motor listrik dan motor bakar seperti gambar 12.
Kompressor berdaya rendah menggunakan motor listrik dua phase atau motor
bensin. Sedangkan kompressor berdaya besar memerlukan motor listrik 3 phase
atau mesin diesel. Penggunaan mesin bensin atau diesel biasanya digunakan
bilamana lokasi disekitarnya tidak terdapat aliran listrik atau cenderung non
stasioner. Kompresor yang digunakan di pabrik-pabrik kebanyakan digerakkan
oleh motor listrik karena biasanya terdapat instalasi listrik dan cenderung
stasionar (tidak berpindah-pindah).(hal 466)(5)

Gambar 2.1 Kompressor Torak berpindah (Moveble).(5)

2.2.2 Peralatan Pengolahan Udara Bertekanan


Pengolahan udara bertekanan agar memenuhi persyaratan diperlukan
peralatan yang memadai, antara lain :
a. Filter Udara (Air Filter), berfungsi sebagai alat penyaring udara yang
diambil dari udara luar yang masih banyak mengandung kotoran.

9
Bab II Landasan Teori

Filter berfungsi untukmemisahkan partikel-partikel yang terbawa


seperti debu, oli residu, tersebut.(hal 467)(5)

Gambar 2.2 Filter Udara.(5)

b. Tangki udara (Receiver Tank) , Berfungsi untuk menyimpan udara


bertekanan hingga pada tekanan tertentu hingga pengisian akan
berhenti, kemudian dapat digunakan sewaktu-waktu diperlukan.(hal
467)(5)

Gambar 2.3 Tangki Udara.(5)

c. Pengering Udara (Air Dryer), berfungsi untuk menghilangkan


kandungan air pada compressed air (udara terkompresi). Sistem ini
biasanya menjadi satu kesatuan proses dengan kompresor. Udara
terkompresi hasil dari kompresor sebagian akan masuk ke tangki
penyimpan dan sebagian lagi dikeringkan menggunakan air dryer.(hal
468)(5)

10
Bab II Landasan Teori

Gambar 2.4 Pengering Udara.(5)

d. Kompresor, berfungsi untuk menghisap udara atmosfir kemudian


dimampatkan ke tabung penyimpan hingga tekanan tertentu. Sebelum
digunakan harus ada sistim pengolahan udara bertekanan untuk
membersihkan dan mengeringkan sebelum digunakan. (hal 468)(5)

Gambar 2.5 Kompressor Torak.(5)

e. Pemisah air udara bertekanan yang keluar melalui filter masih


mengandung uap air. Kelembaban dalam udara bertekanan dapat
menyebabkan korosi pada semua saluran, sambungan, katup, dan alat-
alat yang tidak dilindungi sehingga harus dikeringkan dengan cara
memisahkan air melalui tabung pemisah air. (hal 468)(5)

11
Bab II Landasan Teori

Gambar 2.6 Pemisah Air.(5)

f. Tabung pelumas Komponen sistim pneumatik memerlukan pelumasan


(lubrication) agar tidak cepat aus, serta dapat mengurangi panas yang
timbul akibat gesekan. Oleh karena itu udara bertekanan/mampat harus
mengandung kabut pelumas yang diperoleh dari tabung pelumas pada
regulator.

Gambar 2.7 Tabung Pelumas.(hal 469)(5)

g. Regulator udara bertekanan Udara yang telah memenuhi persyaratan,


selanjutnya akan disalurkan sesuai dengan kebutuhan. Untuk mengatur
besar kecilnya udara yang masuk, diperlukan keran udara yang
terdapat pada regulator, sehingga udara yang disuplai sesuai dengan
kebutuhan kerjanya. Adapun unit pengolahan udara dapat dilihat pada
gambar di bawah ini:

12
Bab II Landasan Teori

Gambar 2.8 Tabung Pelumas.(hal 469)(5)

Unit pengolahan udara bertekanan memiliki jaringan instalasi perpipaan


yang sudah dirancang agar air dapat terpisah dari udara. Air memiliki masa jenis (
Rho ) yang lebih tinggi sehingga cenderung berada di bagian bawah. Untuk
menjebaknya maka intalasi pipa diberi kemiringan, air akan mengalir secara alami
ke tabung penampung air, selanjutnya dibuang. Sedangkan udara kering diambil
dari bagian atas instalasai agar memiliki kadar air yang rendah. Secara lengkap
unit pengolahan udara bertekanan dapat dilihat dalam skema berikut :

Gambar 2.9 Unit Pengolahan Udara Bertekanan. (hal 470)(5)

13
Bab II Landasan Teori

2.3 Pengukuran Tekanan


Secara industri, pengukur tekanan diukur dengan instrumen yang disebut
manometer, yang mana Yang paling banyak digunakan adalah Bourdon. Hal ini
didasarkan pada deformasi elastis tubular pegas logam dengan bagian lensa,
dilipat dalam bentuk setengah lingkaran dan dikenai seluruhnya tekanan yang
dilakukan oleh cairan. Akhir musim semi terbuka, dan setelah memasangnya pada
lengan ulir eksternal Untuk mempercepat instrumen, tetap terhubung dengan
cairan yang kita inginkan untuk mengukur tekanan. Ujung satunya ditutup, dan
bebas bergerak di bawah aksi cairan yang menekan melawannya secara internal,
dan karena itu cenderung meluruskannya sehingga menyebabkan pergerakan
ujung tertutup yang sebanding dengan tekanan yang diberikan. Dengan
pertunangan dengan roller sektor, gerakan ini tidak terikat dan diperkuat
sedemikian rupa sehingga indikator yang dipasang pada sumbu roller
menunjukkan nilai tekanan.(28)

Gambar 2.10 Bourdon Manometer.(28)

2.4 Konduktor dan Konektor


2.4.1 Konduktor (Penyaluran)
Penginstalan sirkuit penumatik hingga menjadi satu sistem yang dapat
dioprasikan dipelukan konduktor, sehingga dapat dikatakan bahwa fungsi
konduktor adalah untuk menyalurkan udara kempa yang akan membawa /
mentrafer tenaga keaktuator.
Macam-macam konduktor :
 Pipa yang terbuat dari tembaga, kuningan, baja, galvanis atau stenlees
steel. Pipa ini juga disebut konduktor kaku (rigid) dan cocok untuk
instalasi yang permanen.

14
Bab II Landasan Teori

Gambar 2.11 Jenis-jenis pipa. (hal 15)(10)

 Tabung (tube) yang terbuat dari tembaga, kuningan atau aluminium. Ini
termasuk konduktor yang semi fleksible dan untuk instalasi yang
sesekali dibongkar-pasang.
 Selang fleksible yang biasanya terbuat dari plastik, teflon, karet dan
biasa digunakan untuk instalasi penghubung antara kompresor, tabung
dan air dryer.

Gambar 2.12 Konduktor.(hal 471 )(5)

2.4.2 Konektor
Konektor berfungsi untuk menyambungkan atau menjepit konduktor
(selang atau pipa) agar tersambung erat pada bodi komponen pneumatik. Bentuk
ataupun macamnya disesuaikan dengan konduktor yang digunakan. Adapun
macam-macam konektor dapat kita lihat pda gambar berikut.

15
Bab II Landasan Teori

Gambar 2.13 Macam-Macam Konektor. (hal 471 )(5)

2.5 Katup (Valve)


Katup berfungsi untuk mengatur atau mengendalikan arah udara kempa
yang akan bekerja menggerakan aktuator, dengan kata lain katup ini berfungsi
untuk mengendalikan arah gerakan aktuator. Berdasarkan komponen katup
pneumatik dibedakan menjadi 3 (tiga) kelompok katup kontrol aliran,yaitu: (hal 471-
480 )(5)

 Katup kontrol aliran.


Katup ini digunakan untuk mengatur volume aliran udara, fungsi
dari pemasangan katup ini pada rangkaian pneumatik adalah untuk
membatasai kecepatan maksimum gerakan piston pneumatik,membatasi
daya yang bekerja, serta untuk menyeimbangkan aliran yang mengalir
pada cabang rangkaian pneumatik.
 Katup pengendali sinyal.
Sinyal yang telah diproses selanjutnya akan dikirim ke katup
pengendali, letak katup pengendali biasanya sebelum aktuator. katup ini
akan secara langsung mengendalikan aktuator baik berupa silinder
pneumatik maupun motor pneumatik. katup ini biasanya memiliki dua
kemungkinan, yaitu mengaktifkan aktuator maju atau mengembalikan
aktuator pada posisi semula.
 Katup kontrol tekan
Katup ini digunakan untuk mengatur tekanan udara yang masuk
kedalam sistem peneumatik, katup ini bekerja pada batas tekanan

16
Bab II Landasan Teori

tertentu. Katup pengatur tekanan ini berfungsi untuk mengatur tekanan


agar penggerak pneumatik dapat bekerja sesuai dengan tekanan yang
diharapkan. bila tekanan melewati batas yang diperlukan, katup tersebut
akan terbuka secara otomatis untuk mengeluarkan udara agar tekanan
yang diperlukan tidak berlebihan.

Tabel 2.14 Simbol dan Gambar Katup Sinyal Pneumatik. (hal 471-480 )(5)

Tabel d

17
Bab II Landasan Teori

Simbol penekan katup sinyal memiliki beberapa jenis, antara lain penekan
manual, roll, tuas, dan lain-lain. sesuai dengan starndar Deutsch Institut fur
Normung (DIN) dan ISO 1219, terdapat beberapa jenis penggerak katup, antara
lain :

Tabel 2.15 Jenis-jenis penggerak. Katup. (hal 481 )(5)

2.6 Unit Penggerak (Aktuator)


Aktuator adalah bagian keluaran untuk mengubah energi suplay menjadi
energi kerja yang dimanfaatkan. unit ini berfungsi untuk menghasilkan gerak yang
merupakan hasil akhir dari sistem pneumatik.(hal 478-479)(5)
Jenis-jenis actuator :
a. Penggerak Lurus (Linear Motion Actuator)
 Silinder Kerja Tunggal (Single Acting Cylinder)
 Silinder Kerja Ganda (Double Acting Cylinder)
b. Penggerak Putar (Rotary Motion Actuator)
 Motor Udara (Air Motor)
 Silinder Putar (Rotary Cylinder)

2.6.1 Silinder Kerja Tunggal (Single Acting Cylinder)

18
Bab II Landasan Teori

Silinder Pneumatik sederhana terdiri dari beberapa bagian, yaitu torak,


seal, batang torak, pegas pembalik, dan silinder. Silinder sederhana akan bekerja
bila mendapat udara bertekanan pada sisi kiri, selanjutnya akan kembali oleh gaya
pegas yang ada di dalam silinder pneumatik.

Gambar 2.16 Singel Acting Cylinder. (hal 478-479 )(5)

2.6.2 Silinder Kerja Ganda (Double Acting Cylinder)


Silinder ini mendapat suplai udara kempa dari dua sisi. konstruksinya
hampir sama dengan silinder kerja tunggal. keuntungannya adalah bahwa silinder
ini dapat memberikan tenaga kepada dua belah sisinya. silinder kerja ganda ada
yang memiliki batang torak (piston road) pada satu sisi dan ada kedua pula yang
pada kedua sisi. konstruksinya yang mana akan dipilih dengan menyesuaikan
kebutuhan.
Silinder pneumatik penggerak ganda akan maju atau mundur oleh karena
adanya udara bertekanan yang disalurkan ke salah satu sisi dari dua saluran yang
ada. Silinder pneumatik penggerak ganda terdiri dari beberapa bagian, yaitu torak,
seal, batang torak, dan silinder. Sumber energi silinder pneumatik penggerak
ganda dapat berupa sinyal langsung melalui katup kendali, atau melalaui katup
sinyal ke katup pemroses sinyal (processor) kemudian baru ke katup kendali.

19
Bab II Landasan Teori

Pengaturan ini tergantung pada banyak sedikitnya tuntutan yang harus dipenuhi
pada gerakan aktuator yang diperlukan.

Gambar 2.17Double Acting Cylinder. (hal 478-479 )(5)

2.6.3 Motor Udara (Air Motor)


Motor udara pneumatic mengubah energi pneumatik (udara kempa)
menjadi gerakan putar mekanik yang kontinyu. Motor pneumatik ini telah cukup
berkembang dan penggunaanya telah cukup meluas. Macam-macam motor
pneumatik, antara lain: a) Piston Motor Pneumatik, b) Sliding Vane Motor, c)
Gear Motor. d) Turbines (HighFlow).
Menurut bentuk dan konstruksinya, motor udara pneumatic dibedakan
menjadi :
a. Motor torak
b. Motor baling-baling Luncur
c. Motor roda gigi
d. Motor aliran
Cara kerja motor pneumatik berupa piston translasi kemudian dikonversi
menjadi gerakan berputar/rotasi dimana udara bertekanan dialirkan melalui torak
atau baling-baling yang terdapat pada porosnya.
Ada beberapa kelebihan penggunaan motor pneumatik, antara lain:
a. Kecepatan putaran dan tenaga dapat diatur secara tak terbatas.

20
Bab II Landasan Teori

b. Batas kecepatan cukup lebar.


c. Ukuran kecil sehingga ringan.
d. Ada pengaman beban lebih.
e. Tidak peka terhadap debu, cairan, panas dan dingin.
f. Tahan terhadap ledakan.
g. Mudah dalam pemeliharaan.
h. Arah putaran mudah dibolak-balik. (hal 479 )(5)

Berikut contoh-contoh motor udara pneumatic :

Gambar 2.18 Motor Piston Radial dan Motor Axial. (hal 479 )(5)

Gambar 2.19 Rotari Vane Motor. (hal 479 )(5)

2.7 Persamaan Dasar


Sebagai hukum-hukum dasar udara bertekanan, terdapat hukum Pascal dan
hukum Boyle yang dijabarkan, sebagai berikut :

21
Bab II Landasan Teori

2.7.1 Hukum Pascal


Hukum Pascal Tekanan dalam fluida tertutup dapat dianggap seragam di
seluruh sistem yang praktis. Mungkin ada perbedaan-perbedaan kecil yang timbul
dari tekanan tinggi pada ketinggian yang berbeda, tetapi ini umumnya akan dapat
diabaikan bila dibandingkan dengan sistem tekanan kerja. Kesetaraan tekanan ini
dikenal sebagai Hukum Pascal, dan diilustrasikan pada gambar 2.7.

Gambar 2.20 Ilustrasi Hukum Pascal. (1 )


Apabila permukaan A 1 ditekan dengan gaya sebesar F1 makan tekanan yang
terjadi dapat dijelaskan pada persamaan 2.1.
𝐹1 𝐹2
P= = .......................................................................... 2.1. (1 )
𝐴1 𝐴2

dengan;
P = Tekanan (Kpa)
F = Gaya (N)
A = Luas (cm2) ( 1 )

2.7.2 Hukum Boyle


Hukum Boyle Mariotte menyatakan “pada temperatur konstan, volume (V)
gas berbanding terbalik dengan tekannya (P), pada saat sebuah piston silinder
didorong volume gas berkurang karena tekanan gas naik” maka tekanan yang
terjadi dapat dijelaskan pada persamaan Gambar 2.1.5 dibawah ini.
P1 .V1 = P2 . V2 = Konstan ...................................................(2.2) (hal 63-70)(8)
dengan;
P = Tekanan (Kpa)
V = Volueme (m3)

22
Bab II Landasan Teori

Gambar 2.21 kompresi gas (udara).(hal 63-71 )(8)


Perhitungan dasar untuk melakukan pemilihan pneumatik yang sesuai dengan
kebutuhan sistem yang diperlukan. Berikut adalah perumusan perhitungan dasar
yang diperlukan untuk memilih atau menyeleksi sistem pneumatik yang akan
digunakan:
1. Gaya tekan yang diperlukan oleh pneumatic
F = P . A .............................................................................. (2.3) (4)
Untuk mendapat an gaya tekan yang diperlukan berdasarkan bobot maksimal
yang diaplikasikan.

2. Gaya tekan total yang diperlukan untuk safety factor dari pneumatik
Ftot F + R ............................................................................. (2.4) (4)
R (gesekan) = 5% . F
P = Tekanan kerja, untuk penaumetik rata-rata.
menggunakan tekanan kerja ( P ) bar Sehingga,
d2 =( F+R) / (p x 7.86 ) ........................................ ……...... (2.5) (4)
Gaya tekan yang diperlukanharus ditambah 5% karena pada saat sistem
bekerjaakan terdapat losses berupa gesekan yang harus diantisipasi sehingga
pneumatic dapat bekerja dengan baik.

3. Menghitung Daya Kompresor


3.1. Debit kompresor

23
Bab II Landasan Teori

Debit kompresor adalah jumlah udara yang harus dialirkan kedalam silinder
pneumatik, dapat dihitung dengan cara:
Qs = (π/4) . (ds))2 . ( v ) ....................................................... (2.6) (6)
Dimana:
Q = Debit kompresor (l/min)
ds = diameter silinder = 25 mm
v = kecapatan piston direncanakan 900 mm/menit = 15 mm/dtk
Perhitungan debit kompresor diperlukan untuk menghitung berapa jumlah
udara yang diperlukan. Perhitungan tersebut akan digunakan untuk mendapatkan
nilai daya compressor yang sesuai untuk sistem pneumatik. Berikut adalah
perhitungan nilai daya kompresor :
3.2. Daya Kompresor
Daya kompresor dapat dicari dengan menggunakan rumus:
Ns = (Qs) . (ῃ tot) ................................................................. (2.7) (8)
Dimana:
Ns = Daya kompresor (l/min)
Qs = Debit kompresor (l/dtk)
ῃ tot = Effisiensi total = 0,8

4. Perhitungan Kapasitas waktu pengisian.


Untuk mengetahui kapasitas dari mesin ini, terlebih dahulu harus tahu waktu
untuk 1x pengisian, dengan cara:
4.1. Waktu pengisian
4.1.1. Waktu langkah maju
t1 = (A x h) / ( Qu x 1000) ...................................................( 2.8) (4)
dimana:
A = luasan silinder pneumatik
h = panjang langkah
Qu = debit udara
4.2.1. Waktu langkah balik
A2 = (π/4 (1,0))2 ................................................................... ( 3.1 ) (4)
t2 = (A1 - A2 ) x h) / (Qu x 1000) ........................................( 3.1 ) (4)

24
Bab II Landasan Teori

4.3.1. Waktu untuk 1x pengisian


t = t1 + t2............................................................................... ( 3.2 ) (4)
5. Menentukan Motor Penggerak
Besarnya daya motor penggerak yang digunakan untuk menggerakkan
kompresor adalah menyesuaikan kebutuhan daya kompresor, maka daya
penggerak dari kompresor:
Nm = Ns /ῃ ............................................................................( 2.9 ) (8)
6. Gaya efektif piston
Gaya efektif mempunyai dua arah dan bisa dihitung dengan cara:
6.1. Gaya efektif pistos saat maju
gaya efektif piston saat maju dapat dihitung denga rumus:
Fa = A x P .............................................................................. ( 3.0 ) (hal 101)(4)
Dimana:
A = luas permukaan silinder pneumatik
P = Tekanan Kerja untuk pneumatik rata-rata

6.2. Gaya efektif piston saat mundur


Fb= A x P ................................................................................ (3.1) (hal 101-105)(4)
Dimana:
A = (π /4) x ( ds2 - dp2 ) ..........................................................(3.1) (hal 101-105)(4)

7. Konsumsi Udara Tiap Langkah Piston


Konsumsi udara tiap langkah piston mempunyai dua arah, dan dapat dihitung
sebagai berikut:
7.1. Konsumsi udara saat piston maju
Konsumsi udara kompresi pada waktu silinder bergerak maju dapat dihitung
dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
V1 = p x( π /4)x d2 x h ............................................................... (3.2) (4)

7.2. Konsumsi Udara Saat Piston Mundur


Konsumsi udara kompresi pada waktu silinder bergerak mundur dapat
dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
V2 = p x(π /4) x(ds2-dp 2) x h........................................................... (3.3) (4)

25
Bab II Landasan Teori

7.3. Konsumsi Udara Total


Konsumsi Udara Total membutuhkan udara sebesar :
Q= V1 + V2..................................................................................... (3.4) (4)
8. Konsumsi Udara Yang Diperlukan Tiap Menit
8.1. Perbandingan kompresi
Perbandingan kompresi dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai
berikut :
Perbandingan kompresi = (1.031 + p ) / 1.031 .............................(3.5) (hal 184)(4)

8.2. langkah maju


Konsumsi udara yang diperlukan tiap menit untuk langkah maju dapat
dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Q1= (π /4) x d2 x h x n x perbandingan kompresi..........................(3.6) (hal 185)(4)

8.3. langkah mundur


Konsumsi udara yang diperlukan tiap menit untuk langkah mundur dapat
dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Q2 = (π /4) x (ds2 -dp2) x h x n x perbandingan kompresi..............(3.7) (hal 185)(4)

2.8 Conveyor

Conveyor merupakan bagian dari handling equipment yaitu suatu pesawat


(alat) pengangkut yang digunakan untuk memindahkan atau mengangkut suatu
beban / material dari satu tempat ke tempat lain dengan jarak tertentu. Conveyor
dapat digolongkan sebagai peralatan pesawat pengangkut yang bergerak karena
gaya gravitasi atau yang digerakkan oleh suatu tenaga untuk memindahkan
material secara horizontal dan bisa juga dengan kemiringan sudut tertentu atau
mempunyai gerakkan dengan lintasan melengkung.(hal 7)(13)

2.8.1 Belt Conveyor

Belt conveyor atau ban berjalan adalah alat transportasi yang paling efisien
dalam pengoperasiannya jika dibandingkan dengan alat berat untuk jarak jauh

26
Bab II Landasan Teori

ataupun jarak pendek. Keuntungan penggunaan belt conveyor adalah kemudahan


dalam pengoperasian dan pemeliharaan, tetapi belt conveyor tidak tahan
temperatur di atas 200 0C. Dengan belt conveyor, material dapat diumpan
disepanjang lintasan, begitu juga pengeluarannya. Jenis belt bisa berupa textil
rubber belt, metal belt, steel cord belt.(13)

2.9 Poros As (Shaft)

Poros adalah salah satu elemen mesin yang berbentuk silindris memanjang
dengan penampang yang biasanya berbentuk lingkaran yang memiliki fungsi
sebagai penyalur daya atau tenaga melalui putaran sehingga poros ikut berputar.
Jadi, poros bisa dikatakan transmisi atau penghubung dari sebuah elemen mesin
yang bergerak ke sebuah elemen mesin yang akan digerakan. Ada berbagai
macam penamaan poros, mulai dari shaft maupun axis ada juga yang menyebut
poros sebagai as namun disini as lebih berperan sebagai poros yang statis dan
tidak ikut berputar sebagai penyalur daya atau tenaga.

Gambar 2.22 Poros As (Shaft)(29)

Ada beberapa jenis atau macam - macam poros bila ditinjau dari
spesifikasinya masing - masing antara lain:

2.9.1 Jenis Poros Berdasarkan Pembebanannya:

a) Poros Transmisi
Poros transmisi merupakan poros yang mengalami pembebanan
puntir (torsi), pembebanan lentur murni, maupun kombinasi dari
pembebanan torsi dengan lentur.
b) Spindel

27
Bab II Landasan Teori

Spindel adalah poros transmisi yang memiliki dimensi lebih


pendek dengan pembebanan puntir saja. Contohnya: poros pada mesin
perkakas.
c) Gandar
Gandar merupakan poros roda yang biasa dijumpai pada roda
kereta api dan biasanya disebut dengan as.
2.9.2 Jenis Poros Berdasarkan Bentuknya:
a) Poros Lurus
b) Poros Engkol
c) Poros Luwes (untuk transmisi daya kecil) (29)

2.10 Roda Gigi (Gear)


Roda gigi adalah bagian dari mesin yang berputar yang berguna untuk
mentransmisikan daya. Roda gigi memiliki gigi - gigi yang saling bersinggungan
dengan gigi dari roda gigi yang lain. Dua atau lebih roda gigi yang bersinggungan
dan bekerja bersama - sama disebut sebagai transmisi roda gigi, dan bisa
menghasilkan keuntungan mekanis melalui rasio jumlah gigi. Roda gigi mampu
mengubah kecepatan putar, torsi, dan arah daya terhadap sumber daya. Tidak
semua roda gigi berhubungan dengan roda gigi yang lain; salah satu kasusnya
adalah pasangan roda gigi dan pinion yang bersumber dari atau menghasilkan
gaya translasi, bukan gaya rotasi. (24)
Ada beberapa jenis roda gigi (gear), yaitu :
2.10.1 Roda Gigi Dalam
Merupakan roda gigi yang gigi - giginya terletak dibagian dalam silinder
roda gigi. Berbeda dengan roda gigi eksternal yang memiliki gigi - gigi di luar
sillindernya, roda gigi internal tidak akan mengubah arah putarannya. Contoh
penerapan roda gigi dalam adalah terdapat di lift.

Gambar 2.23 Roda Gigi Dalam(24)

28
Bab II Landasan Teori

2.10.2 Spur
Spur merupakan roda gigi yang paling sederhana. Terdiri dari silinder atau
piringan dengan gigi - gigi yang terbentuk secara radial / berporos. Ujung dari gigi
- gigi tersebut berbentuk lurus dan tersusun paralel terhadap aksis rotasi. Roda
gigi ini hanya dapat dihubungkan secara paralel. Contoh spur ini terdapat di gear
box pada mesin.

Gambar 2.24 Spur(24)

2.10.3 Roda Gigi Bevel


Roda gigi bevel berbentuk seperti kerucut terpotong dengan gigi - gigi
yang terbentuk di permukaannya. Ketika dua roda gigi bevel bersinggungan, titik
ujung kerucut yang imajiner akan berada pada satu titik dan aksis poros yang akan
saling berpotongan. Sudut antara kedua roda bisa berapa saja kecuali 0 dan 180
derajat. Roda gigi bevel bisa berbentuk lurus seperti spur ataupun spiral seperti
roda gigi heliks. Untuk sama seperti perbandingan antara spur dan roda gigi
heliks.

Gambar 2.25 Roda Gigi Bevel(3)

29
Bab II Landasan Teori

2.10.4 Roda Gigi Heliks


Roda gigi heliks adalah roda gigi yang diciptakan untuk menyempurnakan
spur. Bentuk ujung dari gigi - giginya tidak paralel terhadap aksis rotasi,
melainkan miring pada derajat tertentu. Karena bagian giginya bersudut, maka
roda gigi ini terlihat seperti heliks.

Gambar 2.26 Roda Gigi Heliks(3)

2.10.5 Roda Gigi Heliks Ganda


Roda gigi heliks ganda atau roda gigi herringbone muncul karena masalah
dorongan aksial (axial thrust) dari roda gigi heliks tunggal. Double helical gear
mempunyai dua pasang gigi yang berbentuk V sehingga terlihat seperti dua roda
gigi heliks yang disatukan. Hal ini akan membentuk dorongan aksial saling
meniadakan. Roda gigi heliks ganda memiliki kerumitan bentuk yang lebih sulit
dari roda gigi lainnya.

Gambar 2.27 Roda Gigi Heliks Ganda(3)

2.10.6 Roda Gigi Mahkota


Roda gigi ini berbentuk roda gigi yang sejajar dan tidak bersudut terhadap
aksis. Bentuk giginya mirip seperti mahkota. Roda gigi mahkota ini hanya bisa
dipasangkan secara akurat dengan roda gigi bevel atau spur.

30
Bab II Landasan Teori

Gambar 2.28 Roda Gigi Mahkota(30)

2.10.7 Roda Gigi Hypoid


Sebenarnya roda gigi hypoid mirip dengan roda gigi bevel, namun kedua
aksisnya tidak berpotongan.

Gambar 2.29 Roda Gigi Hypoid(30)

2.10.8 Roda Gigi Non-Sikular


Roda gigi non-sikular dirancang untuk tujuan tertentu. Roda gigi biasa
dirancang untuk mengoptimisasikan transmisi daya dengan minim getaran dan
keausan, roda gigi non sikular dirancang untuk variasi radio, osilasi, dan
sebagainya.

Gambar 2.30 Roda Gigi Non-Sikular(30)

31
Bab II Landasan Teori

2.10.9 Roda Gigi Cacing


Roda gigi cacing menyerupai screw berbentuk batang yang dipasangkan
dengan roda gigi biasa atau spur. Roda gigi cacing merupakan salah satu gigi
termudah yang digunakan untuk mendapatkan rasio torsi yang tinggi namun
kecepatan putar gigi rendah. Pada umumnya, pasangan roda gigi spur atau heliks
memiliki rasio maksimum 10 : 1, sedangkan rasio dari roda gigi cacing sendiri
mampu mencapai 500 : 1. Namun, kerugian dari pemakaian roda gigi cacing
adalah adanya gesekan pada roda gigi cacing yang mengakibatkan efisiensi yang
rendah sehingga roda gigi harus diberi pelumas.

Gambar 2.31 Roda Gigi Cacing(3)

2.10.10 Roda Gigi Episiklik


Roda gigi episiklik (planetary gear atau epicyclic gear) adalah kombinasi
roda gig yang menyerupai pergerakan planet dan matahari. Roda gigi episiklik
digunakan untuk mengubah rasio putaran poros secara aksial, bukan paralel.

Gambar 2.32 Roda Gigi Episiklik(30)

32
Bab II Landasan Teori

2.10.11 Roda Gigi Pinion


Pasangan roda gigi pinion terdiri atas roda gigi yang disebut dengan pinion
dan batang bergerigi yang disebut dengan rack. Perpaduan dari rack dan pinion
menghasilkan mekanisme transmisi torsi yang berbeda. Torsi ditransmisikan dari
gaya putar menuju gaya translasi atau sebaliknya. Ketika roda gigi pinion
berputar, batang rack akan bergerak lurus. Mekanisme ini digunakan pada
berberapa jenis kendaraan untuk mengubah rotasi dan setir kendaraan menjadi
pergerakan ke kanan dan ke kiri dari rack sehingga roda berubah arah.

Gambar 2.33 Roda Gigi Pinion(30)

2.11 Bantalan (Bearing) & Rumah Bantalan (Bearing) / Pillow Block


Dalam ilmu mekanika bearing adalah sebuah elemen mesin yang berfungsi
untuk membatasi gerak relatif antara dua atau lebih komponen mesin agar selalu
bergerak pada arah yang diinginkan. Bearing menjaga poros (shaft) agar selalu
berputar terhadap sumbu porosnya, atau juga menjaga suatu komponen yang
bergerak linier agar selalu berada pada jalurnya.
Bantalan merupakan salah satu bagian dari elemen mesin yang memegang
peranan cukup penting karena fungsi dari bantalan yaitu untuk menumpu sebuah
poros agar poros dapat berputar tanpa mengalami gesekan yang berlebihan.
Bantalan harus cukup kuat untuk memungkinkan poros serta elemen mesin
lainnya bekerja dengan baik.
Bearing atau laher adalah komponen sebagai bantalan untuk membantu
mengurangi gesekan peralatan berputar pada poros / as. Bearing atau laher ini
biasanya berbentuk bulat. Bearing di mobil dipasang pada as roda dan ditempat -
tempat yang berputar lainnya. (26)

33
Bab II Landasan Teori

Rumah bantalan (bearing) / pillow block adalah tempat untuk menaruh


bantalan (bearing). Adapun jenis - jenis rumah bantalan (bearing) yang menjadi
satu dengan bantalan (bearing) atau langsung 1 set, di bawah ini adalah jenis -
jenisnya.

Gambar 2.34 Jenis – jenis rumah bantalan (bearing) / pillow block (26)

34
Bab II Landasan Teori

2.12 Sproket (Sprocket) & Rantai Roda


Sproket adalah roda bergerigi yang berpasangan dengan rantai, track, atau
benda panjang yang bergerigi lainnya. Sproket berbeda dengan roda gigi, sproket
tidak pernah bersinggungan dengan sproket lainnya dan tidak pernah cocok.
Sproket juga berbeda dengan puli di mana sproket memiliki gigi sedangkan puli
pada umumnya tidak memiliki gigi. (22)
Roda rantai adalah sistem pergerakan kendaraan dengan menggunakan
sabuk kontinu yang dikendalikan oleh dua atau lebih roda. Sabuk ini umumnya
dibuat dari baja untuk penggunaannya di kendaraan militer, atau karet yang
diperkuat dengan kawat baja untuk aplikasi alat berat konstruksi dan pertanian. (17)

Gambar 2.35 Sproket (sprocket) dan Rantai Roda(22)

2.13 Motor Listrik


Motor listrik adalah alat untuk mengubah energi listrik menjadi energi
mekanik. Alat yang berfungsi sebaliknya, mengubah energi mekanik menjadi
energi listrik disebut generator atau dinamo. Motor listrik dapat ditemukan pada
peralatan rumah tangga seperti kipas angin, mesin cuci, pompa air dan penyedot
debu.(21)
Klasifikasi Jenis Motor Listrik
2.13.1 Motor Listrik Arus Bolak Balik/AC
Motor listrik arus bolak - balik adalah jenis motor listrik yang beroperasi
dengan sumber tegangan arus listrik bolak balik AC ( Alternating
Current). Motor listrik arus bolak - balik AC ini dapat dibedakan lagi
berdasarkan sumber dayanya sebagai berikut :

35
Bab II Landasan Teori

 Motor Sinkron, adalah motor AC bekerja pada kecepatan tetap pada


sistem frekuensi tertentu. Motor ini memerlukan arus searah (DC)
untuk pembangkitan daya dan memiliki torque awal yang rendah, dan
oleh karena itu motor sinkron cocok untuk penggunaan awal dengan
beban rendah, seperti kompresor udara, perubahan frekuensi dan
generator motor. Motor sinkron mampu untuk memperbaiki faktor
daya sistem, sehingga sering digunakan pada sistem yang
menggunakan banyak listrik.
 Motor Induksi, merupakan motor listrik AC yang bekerja berdasarkan
induksi medan magnet antara rotor dan stator. Motor induksi dapat
diklasifikasikan menjadi dua kelompok utama sebagai berikut :
a) Motor induksi satu fase. Motor ini hanya memiliki satu
gulungan stator, beroperasi dengan pasokan daya satu fase,
memiliki sebuah rotor kandang tupai, dan memerlukan sebuah
alat untuk menghidupkan motornya. Sejauh ini motor ini
merupakan jenis motor yang paling umum digunakan dalam
peralatan rumah tangga, seperti fan angin, mesin cuci dan
pengering pakaian, dan untuk penggunaan hingga 3 sampai 4 Hp.
b) Motor induksi tiga fase. Medan magnet yang berputar dihasilkan
oleh pasokan tiga fase yang seimbang. Motor tersebut memiliki
kemampuan daya yang tinggi, dapat memiliki kandang tupai atau
gulungan rotor (walaupun 90% memiliki rotor kandang tupai) dan
penyalaan sendiri. Diperkirakan bahwa sekitar 70% motor di
industri menggunakan jenis ini, sebagai contoh, pompa,
kompresor, belt conveyor, jaringan listrik , dan grinder. Tersedia
dalam ukuran 1/3 hingga ratusan Hp.

2.13.2 Motor Listrik Arus Searah DC


Motor listrik arus searah adalah jenis motor listrik yang beroperasi dengan
sumber tegangan arus listrik searah DC (Direct Current). Motor listrik arus
searah DC ini dapat dibedakan lagi berdasarkan sumber dayanya sebagai berikut :

36
Bab II Landasan Teori

 Motor DC sumber daya terpisah / Separately Excited. Adalah jenis


motor DC yang sumber arus medan disuplai dari sumber terpisah,
sehingga motor listrik DC ini disebut motor DC sumber daya terpisah
(separately excited).
 Motor DC sumber daya sendiri / Self Excited. Adalah jenis motor
DC yang sumber arus medan disuplai dari sumber yang sama dengan
kumparan motor listrik, sehingga motor listrik DC ini disebut motor
DC sumber dayasendiri (self excited). Motor DC sumber daya sendiri /
self exited ini dibedakan lagi menjadi 3 jenis berdasarkan konfigurasi
suplai medan dengan kumparan motornya sebagai berikut:
a) Motor DC Seri, Pada motor DC seri, gulungan medan (medan
shunt) dihubungkan secara seri dengan gulungan kumparan
motor (A). Oleh karena itu, arus medan sama dengan arus
dinamo.
b) Motor DC Kompon / Gabungan, Motor Kompon DC
merupakan gabungan motor seri dan shunt. Pada motor
komponen, gulungan medan (medan shunt) dihubungkan secara
paralel dan seri dengan gulungan motor listrik. Sehingga, motor
komponen memiliki torque penyalaan awal yang bagus dan
kecepatan yang stabil.
c) Motor DC Shunt, Pada motor DC shunt gulungan medan (medan
shunt) disambungkan secara paralel dengan gulungan motor
listrik. Oleh karena itu total arus dalam jalur merupakan
penjumlahan arus medan dan arus dinamo.

Gambar 2.36 Klasifikasi Jenis Motor Listrik(21)

37
Bab II Landasan Teori

2.14 Elemen Pemanas (Heater)


Elemen pemanas ini berfungsi untuk memanaskan media, bisa berupa zat
padat, cair maupun udara. Adapun jenis - jenis elemen pemanas yang
menggunakan energi listrik, yaitu:
a) Bolt heater
Bolt heater adalah jenis heater yang digunakan untuk melepas dan
memasang baut pada mesin turbin pembangkit listrik. Bolt heater merupakan jenis
heater yang memiliki spesifikasi khusus mengingat kekuatan panas yang
dikeluarkan harus selalu stabil guna mencapai performance puncak saat
digunakan. Bolt heater agar tahan lama juga memerlukan perawatan khusus,
diantaranya bila selesai digunakan tidak boleh diletakkan begitu saja karena bisa
bengkok, posisinya harus digantung dengan pegangan bolt heater ada diatas.
Dengan begitu bolt heater akan mengalami pendinginan secara normal sehingga
tidak akan bengkok dan bisa digunakan lagi dikemudian hari.

Gambar 2.37 Bolt heater (31)

b) Infrafara heater
Heater sejenis lampu neon ini seringkali digunakan pada oven yang
digunakan untuk makanan. Karena sifatnya yang bersih sangat cocok digunakan
pada oven makanan. Infrara heater tidak cocok digunakan pada media basah
karena mudah pecah, dan juga tidak cocok digunakan pada tempat yang mudah
kena benturan karena sifatnya hampir seperti kaca yang tidak tahan benturan.
Infrafara heater yang sering digunakan ada dua macam yaitu warna
hitam dan warna putih, secara fungsi keduanya sama, sedangkan dari segi
ketahanannya warna hitam lebih tahan dan sedikit lebih mahal dari sisi
harganya bila dibandingkan dengan yang warna putih.

38
Bab II Landasan Teori

Gambar 2.38 Infrafara heater (31)

c) Cartridge heater
Cartridge heater adalah jenis heater yang terbuat dari pipa stainless steel
dengan kegunaan untuk memanaskan matras (mould) kemudian panas di matras
digunakan untuk proses produksi. Aplikasi jenis cartridge heater sering kali pada
mesin - mesin packaging (mesin kemasan).
Cartridge heater hanya bisa digunakan pada jenis media kering, jarang
sekali cartridge heater digunakan pada media basah atau cair hal ini karena
design cartridge heater hanya pada media kering. Dimensi cartridge heater
sangat beragam. Bisa dibuat di dimensi kecil dengan diameter 6 mm sampai
dengan 30 mm. Panjangnya bisa mulai dari dimensi 40 mm sampai dengan 1200
mm.

Gambar 2.39 Cartridge heater (31)

d) Strip heater
Elemen pemanas (element heater) jenis strip heater, sering dikenal juga
sebagai komponen pemanas, adalah cara sederhana menggunakan luas permukaan
untuk mentransfer panas secara efektif. Strip heater berbahan stainless steel
merupakan produk pemanas industri yang sangat baik dan dapat dengan mudah

39
Bab II Landasan Teori

dikontrol dengan menggunakan pengontrol suhu seperti termostat mekanis atau


biaya yang efektif (murah) dengan termostat bimetal yang dapat di pasang pada
permukaan pemanas.
Strip heater secara khusus hanya dipergunakan pada media kering. Artinya
strip heater tidak bisa digunakan pada media cair seperti air, oli dan bahan kimia
yang bersifat cair.

Gambar 2.40 Strip heater (31)

e) Fin heater
Fin heater atau lebih dikenal dengan heater sirip digunakan untuk
memanaskan ruangan kering yang menggunakan blower untuk tujuan agar udara
panas yang ditimbulkan oleh fin heater dapat tersirkulasi dengan baik pada
ruangan tersebut.
Fin heater sering kali digunakan untuk memanaskan ruangan dimana
ruangan tersebut diisi dengan berbagai macam bahan yang ingin dikeringkan. Bisa
kayu, bisa bahan olahan atau rempah rempah seperti kunyit dan sejenisnya. Tetapi
juga bisa digunakan sebagai oven untuk menjaga agar material didalamnya tetap
pada temperatur tertentu, misalnya digunakan untuk oven trafo agar tidak
mengalami kelembaban.

Gambar 2.41 Fin heater (31)

40
Bab II Landasan Teori

f) Tubular heater
Tubular heater adalah jenis heater yang terbuat dari pipa stainless steel
dapat dibentuk sesuai dengan kebutuhan dari media produksi yang akan
dipanaskan. Tubular heater dapat digunakan di media kering dan media cair
seperti air, oli, chamical dan residu.
Secara umum kegunaan tubular heater sangat luas karena dapat dibentuk
sesuai dengan kebutuhan. Termasuk untuk ukuran daya, tubular heater bisa
menyesuaikan. Range daya tubular heater sangat luas mulai dari watt kecil
puluhan watt sampai dengan watt besar ribuan watt bisa dibuat dengan tubular
heater.

Gambar 2.42 Tubular heater (31)

g) Bobin heater
Elemen pemanas (element heater) jenis bobin heater adalah pemanas
(heater) yang menggunakan isolator ceramic yang aplikasinya seringkali
dimasukan dalam pipa kemudian udara panas didalam pipa di sirkulasikan
menggunakan tiupan angin atau blower.
Sesuai tipikalnya bobin heater hanya bisa digunakan pada media kering,
hal ini karena bobin heater menggunakan element terbuka tidak memungkinkan
untuk bersentuhan dengan media cair. Fungsi ceramic bobin disamping sebagai
pelindung element juga sebagai penghantar panas untuk didistribusikan kemana
panas tersebut akan digunakan.

Gambar 2.43 Bobin heater (31)

41
Bab II Landasan Teori

h) Band heater
Band heater adalah jenis element pemanas (element heater) yang
digunakan untuk memanaskan media yang terletak didalam tabung. Band heater
sendiri letaknya berada diluar tabung (disabukkan ke tabung) dengan demikian
tabung akan menjadi rambatan panas antara band heater dan media didalam
tabung yang akan dipanaskan.
Aplikasi yang lainnya adalah untuk memanaskan pipa dengan diameter
tertentu. Misalnya didalam suatu jaringan pipa yang berisi media panas yang
harus dijaga panasnya selama mengalir didalam pipa, maka pipa tersebut harus
dipanaskan terus dengan jalan memberi band heater pada tiap - tiap section pada
pipa tersebut. Dengan begitu pipa akan terjaga temperaturnya pada suhu tertentu
sehingga media yang ada didalamnya bisa mengalir (tidak beku) sesuai yang
dikehendaki.

Gambar 2.44 Band heater (31)

i) Immersion heater
Adalah jenis elemen pemanas (element heater) yang digunakan untuk
memanaskan media cair seperti air, oli, residu dan bahan - bahan kimia khusus
yang dalam prosesnya memerlukan perlakuan panas. Immersion heater terbuat
dari pipa stainless steel dibentuk mengikuti kebutuhan yang sudah ditentukan oleh
design mesinnya.
Aplikasi penggunaan immersion heater sangat luas. Dapat digunakan pada
industri manufacture untuk memproses pemanasan bahan baku atau misalnya di
hotel berbintang seringkali digunakan untuk pengadaan air panas untuk di
distribusikan ke kamar - kamar hotel. Bisa digunakan untuk kapal laut sebagai alat
pemproses residu sebagai bahan bakar kapal laut.

42
Bab II Landasan Teori

Gambar 2.45 Immersion heater (31)

2.15 Temperatur Kontrol (Temperature Controller)


Temperatur kontrol adalah instrumen untuk mengontrol media produksi
dalam hal ini temperatur yang sudah diatur sesuai kebutuhan. Thermocouple
membaca temperatur dimana thermocouple itu diletakan. Deteksi panas yang
didapat dikirim ke thermocontrol untuk dieksekusi sesuai pengaturan yang
diberikan. Misalnya pada temperatur tertentu thermocouple harus memerintahkan
kontraktor untuk memutuskan arus dan sebaliknya pada temperatur tertentu
thermocouple harus memerintahkan kontraktor untuk menghidupkan arus.
Fungsi temperatur kontrol sangat penting, karena berperan sebagai
penyetabil temperatur sehingga diharapkan produk yang didapat sesuai dengan
standar yang sudah ditentukan. Di samping keberadaannya temperatur kontrol
mengurangi keterlibatan pegawai atau pengawas didalam mengontrol proses
produksi khususnya yang berhubungan dengan temperatur. (32)
Komponen ini terdiri dari thermostat, power supply dan display monitor.
Thermostat ini berfungsi sebagai pengatur suhu, yaitu ketika suhu belum
mencapai setelan maka akan memberikan sinyal ke output agar memberikan
kontak NC sehingga SSR (relay) akan menyala. Sebaliknya, jika suhu sudah
mencapai setelan maka akan memberikan sinyal mati. Display monitor berfungsi
untuk menunjukan besarnya pembacaan sensor suhu aktual dan besarnya suhu
yang di setel.

Gambar 2.46 Temperatur control (PKMNR07) (32)

43
Bab II Landasan Teori

2.16 Termokopel (Thermocouple)


Termokopel adalah sensor suhu yang banyak digunakan untuk mengubah
perbedaan suhu dalam benda menjadi perubahan tegangan listrik (voltase).
Termokopel yang sederhana dapat dipasang, dan memiliki jenis konektor standar
yang sama, serta dapat mengukur temperatur dalam jangkauan suhu yang cukup
besar dengan batas kesalahan pengukuran kurang dari 1 °C. (25)
Jenis-jenis termokopel (thermocouple)
 Termokopel tipe E
Bahan logam konduktor positif : nickel-chromium
Bahan logam konduktor negatif : constantan
Rentang suhu : (-200)˚C – 900˚C
 Termokopel tipe J
Bahan logam konduktor positif : iron (besi)
Bahan logam konduktor negatif : constantan
Rentang suhu : 0˚C – 750˚C
 Termokopel tipe K
Bahan logam konduktor positif : nickel-chromium
Bahan logam konduktor negatif : nickel-aluminium
Rentang suhu : (-200)˚C – 1250˚C
 Termokopel tipe N
Bahan logam konduktor positif : nicrosil
Bahan logam konduktor negatif : nisil
Rentang suhu : 0˚C – 1250˚C
 Termokopel tipe T
Bahan logam konduktor positif : copper (tembaga)
Bahan logam konduktor negatif : constantan
Rentang suhu : -200˚C – 350˚C
 Termokopel tipe U (kompensasi tipe S dan tipe R)
Bahan logam konduktor positif : copper (tembaga)
Bahan logam konduktor negatif : copper-nickel
Rentang suhu : 0˚C – 1450˚C

44
Bab II Landasan Teori

Gambar 2.47 Termokopel (25)

2.17 Pengatur Kecepatan Motor (Speed Control)


Speed controller motor adalah suatu alat yang berfungsi untuk mengatur
variasi kecepatan putaran sebuah motor listrik.

Gambar 2.48 Speed controller motor (15)

2.18 Rangka/Body

Rangka adalah suatu struktur yang menjadi tempat dudukan komponen-


kompanen, rangka haruslah kuat dan tahan karat/korosif. Komponen yang
digunakan adalah besi siku dan material stainless (sanitary) yang kontak dengan
produk karena mesin ini sesuai dengan spesifikasi standart Food Grade.

2.19 Pulley

Pulley dipergunakan untuk menumpu sabuk pada ujung-ujung conveyor,


yang meliputi pulley penggerak, pulley belakang, pulley penekan, dan pulley
pengencang. Ada berbagai macam tipe pulley, tetapi pada dasarnya konstruksi
dari pulley tersebut hampir sama kecuali ukuranya yaitu terdiri dari silinder baja
atau besi cor yang ditumpu pada poros bantalan. Untuk perencanaan desain sistem

45
Bab II Landasan Teori

belt conveyor dengan kondisi operasi tertentu sebaiknya dipilih tipe pulley yang
tepat.

Gambar 2.49 Pulley dengan pelapis karet (Rubber Lagging) (13)

2.20 Dasar Teori Perpindahan Kalor (Panas)


2.20.1 Pengertian Kalor (Panas)
Pengertian kalor (panas) yaitu bentuk energi yang berpindah dari benda
yang suhunya lebih tinggi ke benda yang suhunya lebih rendah ketika benda
bersentuhan.
1 kalori = 4,2 joule ; 1 joule = 0,24 kalori
1 kkal (kilokalori) = 1000 kal (kalori) = 4200 joule = 4,2 KJ (kilojoule)(hal 5) (12)

Berdasarkan hukum kekekalan energi yang menyatakan bahwa energi


tidak dapat diciptakan dan dimusnahkan, proses perpindahan kalor terjadi dari
suatu sistem yang memiliki temperatur yang lebih tinggi ke temperatur yang lebih
rendah. Keseimbangan pada masing - masing sistem terjadi ketika sistem
memiliki temperatur yang sama. Akan tetapi energi dapat berubah bentuk yang
pertama ke bentuk yang kedua. (hal 1) (7)

2.20.2 Perpindahan Kalor (Panas)


Perpindahan kalor (panas) adalah ilmu yang mempelajari berpindahnya
suatu energi (berupa kalor) dari suatu suatu sistem ke sistem lain karena adanya
perbedaan temperatur. Perpindahan kalor (panas) tidak akan terjadi pada sistem
yang memiliki temperatur yang sama. Perbedaan temperatur menjadi daya
penggerak untuk terjadinya perpindahan kalor (panas). Hal ini sama dengan
perbedaan tegangan yang digunakan sebagai pengerak arus listrik. (hal 1) (7)
Perpindahan panas dapat berlangsung dengan beberapa cara seperti:

46
Bab II Landasan Teori

A. Perpindahan panas secara konduksi


Perpindahan panas secara konduksi adalah proses perpindahan kalor (panas)
dimana kalor (panas) mengalir dari daerah yang bertemperatur tinggi ke daerah
yang bertemperatur rendah dalam suatu medium (padat, cair atau gas) atau antara
medium - medium yang bersinggungan secara langsung sehingga terjadi
pertukaran energi dan momentum.

Gambar 2.1 Perpindahan panas secara konduksi pada dinding.(hal 18) (2)

B. Perpindahaan panas secara konveksi


Perpindahaan panas secara konveksi adalah proses transport energi dengan
kerja gabungan dari konduksi panas, penyimpanan energi dan proses mencampur.
Proses ini terjadi pada permukaan padat, cait dan gas.(hal 9) (12)

Gambar 2.2 Perpindahan panas secara konveksi dari sebuah plat.(hal 10) (7)

C. Perpindahan panas secara radiasi


Perpindahan panas secara radiasi adalah proeses perpindahan panas dari benda
bersuhu tinggi ke benda bersuhu rendah bila benda - benda itu terpisah di dalam
suatu ruangan bahkan bila terdapat suatu ruangan hampa diantara benda - benda
tersebut. (hal 12) (12)

47

Anda mungkin juga menyukai