Anda di halaman 1dari 13

PENGUKURAN DENGAN JAM HENTI

29 MEI 2014 FACHRIFATHANSAMI TINGGALKAN KOMENTAR

Cara pengukuran waktu dengan jam henti seringkali digunakan karena


merupakan cara yang paling banyak dikenal. Alasan lainnya yaitu
kesederhanaan aturan yang dipakai.
1. Langkah langkah sebelum melakukan pengukuran
Untuk mendapatkan hasil yang baik dan yang bisa dipertanggung jawabkan.
maka ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan agar akhirnya dapat
diperoleh waktu yang pantas untuk pekerjaan yang bersangkutan seperti
yang berhubungan dengan kondisi kerja, cara pengukuran, jumlah
pengukuran, dan lain lain.
Ada beberapa langkah yang perlu menjadi perhatian yaitu :
a. penetapan tujuan pengukuran
Dalam pengukuran waktu, hal hal penting yang perlu diketahui dan
ditetapkan adalah peruntukan penggunaan hasil dari pengukuran, tingkat
ketelitian, dan tingkat keyakinan yang diinginkan dari hasil pengukuran
tersebut. misalnya waktu baku yang diperoleh dipergunakan sebagai dasar
dalam menentukan upah. Maka tingkat ketelitian dan keyakinan dalam
pengukuran harus tinggi karena menyangkut prestasi dan pendapatan buruh
disamping keuntungan perusahaan itu sendiri.
b. melakukan penelitian pendahuluan

Tujuan yang ingin dicapai dari pengukuran waktu adalah memperoleh waktu
yang
pantas
untuk
di
berikan
kepada
dalam
menyelesaikan
suatu pekerjaan.tentu saja dalam menyelesaikan pekerjaan didapat juga
waktu yang pantas untuk menyelesaikan suatu pekerjaan dengan kondisi
yang bersangkutan. Contoh keaadaan meja tempat pekerjaan dilakukan
tidak baik, baik itu terlalu tinggi jika pekerja duduk dikursi, maupun terlalu
rendah jika berdiri. Dari contoh diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa waktu
kerja yang pantas hendaknya didapat dari kondisi kerja yang baik. maka
mejadi hal yang penting juga sebelum pengukuran kita menetapkan suatu
sistem kerja yang baik.
c. memilih operator
Operator yang diukur bukanlah orang yang begitu saja diambil dari
tempat kerja.orang ini harus memiliki beberpa persyaratan tertentu agar
pengukuran dapat berjalan dengan baikdan dapat diandalkan hasilnya.
Syarat-syarat tersebut yaitu berkemampuan normal dan dapat diajak bekerja
sama.
Kembali pada tujuan pengukuran waktu, yaitu untuk mendapatkan waktu
penyelesaian. Maka yang dibutuhkan bukanlah orang yang memiliki
kemampuan kerja rendah maupun tinggi, tapi orang yang memiliki
kemampuan kerja normal. karena yang dicari adalah penyelesaian pekerjaan
secara wajar yaitu orang orang yang berkemampuan normal.
d. melatih operator
Walaupun operator yang baik telah dipilih, tapi kadang kadang pelatihan
masih perlu dilakukan terutama jika kondisi dan cara yang dipakai tidak
sama dengan yang biasa dijalankan operator.hal ini biasanya terjadi jika
yang akan diukur adalah sistem kerja baru sehingga operator tidak
berpengalaman menjalankannya.
e. mengurai elemen pekerjaan atas elemen-elemen pekerjaan
Disini pekerjaan dipecah menjadi elemen elemen pekerjaan, yang
merupakan gerakan bagian dari pekerjaan yang bersangkutan. Elemen
elemen inilah yang diukur waktunya. Waktu siklusnya adalah jumlha dari
waktu setiap elemen ini. waktu siklus adalah waktu penyelesaian satu satuan
prosuk sejka bahan baku mulai diproses di tempat kerja yang bersangkutan.
Misalnya waktu siklus untuk merakit pulpen adalah waktu yang dibutuhkan
untuk mengambil komponen komponen pulpen dari wadahnya, dan

menggabungkan komponen komponen tersebut sehingga menjadi sebuah


pulpen seutunnya.
Namun waktu siklus tidak berarti waktu untuk menyelesaikan produk
menjadi barang jadi. Jika seandainya proses perakitan pulpen diserahkan
kepada dua orang operator. Maka waktu silkus untuk operator pertama yaitu
sampai operator pertama menyelesaikan pekerjaannya, dan waktu siklus
untuk orang kedua yaitu sampai operator kedua menyelesaikan pekerjaanya.
Ada beberapa alasan pentingnya melakukan penguraian pekerjaan menjadi
elemen elemennya :
1. untuk menjelaskan catatan tentang tata cara kerja yang dibakukan.
2. untuk memungkinkan untuk melakukan penyesuaian bagi
setiap elemen karena keterampilan bekerjanya opertor belum tentu sama
untuk setiap elemen pekerjaan.
3. untuk memudahkan mengamati terjadinya elemen elemen
yang tidak baku yang mungkin saja dilakukan pekerja.
Sehubungan dengan kelima langkah langkah diatas, ada beberapa pedoman
penguraian pkerjaan atas elemen elemennya, yaitu :
1. sesuai dengan ketelitian yang diinginkan.
2. untuk memudahkan, elemen pekerjaan hendaknya erupa satu atau
gabungan beberpa elemen gerakan.
3. jangan sampai ada elemen yang tertinggal.
4.elemen yang satu hendaknya dapat dipisahkann dari elemen yang lain
secara jelas.

f. menyiapkan perlengkapan pengukuran


seperti : jam henti, lembaran lembaran pengamatan, pena atau pensil,
papan pengamatan.

2. Melakukan pengukuran
Pengukuran waktu adalah pekerjaan mengamati dan mencatat waktu kerj
abik setiap elemen ataupun siklus dengan menggunakan alat alat yang telah
disiapkan di atas.
Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh berikut
Hasil pengukuran waktu
Pengukur
an ke

1
0

1
1

1
2

1
3

1
4

1
5

16

waktu

1
4

1
0

1
2

1
5

1
7

1
8

1
5

1
6

1
1

1
4

1
6

1
0

1
8

1
4

15

Pemrosesan dari data data tersebut dilakukan dengan langkah langkah


berikut.
1. kelompokan ke 16 harga tersebut kedalam subgrup
N= 16.
Subgrup = 3,3 log N= 3,3 log 16 = 4,xxx = 4
Kolom = N/subgrup= 16/4= 4
Subgrup

Waktu penyelesaian berturut turut

rata rata

14

12.75

10

12

15

17

18

15

16

16.50

11

14

16

12.50

10

18

14

15

14.25

jumlah

56.00

2. hitung rata rata dari harga rata rata subgrup dengan :

dimana Xi adalah harga rata rata subgrup ke i, dan k adalah


banyaknya subgrup yang terbentuk.
Sehingga
3. Hitung standar deviasi sebenarnya dari penyelesaian dengan persamaan
ini
dimana : N adalah jumlah pengamatan pendahuluan yang telah dilakukan,
dan Xj adalah waktu penyelesaiain yang teramati selama pengukuran
dilakukan.

4. hitung standar deviasi dari distribusi harga rata rata subgrup


dengan
dimana n adalah besarnya subgrup.

5. tentukan batas kendali atas (BKA), dan batasa kendali bawah (BKB)
Gunanya batasa kendali adalah untuk menetukan apakah data yang kita
peroleh seragam atau tidak. apakah ada pencilan atau tidak.
untuk kendali atas
untuk kendali bawah
Sehingga

BKA = 14 + 3(1,425) = 18,275

dan

BKB = 14 3(1,425) = 9,725

Berdasarkan data kendali yang didapat tidak ada hasil pengukuran yang
berada diluar batas kendali maka, dengan ini dinyatakan data yang diperoleh
seragam.
Dengan ini kita dapat menghitung jumlah pengukuran yang diperlukan
dengan menggunakan rumus:

Z : adalah tingkat keyakinan dalam persen misal 97%, maka lihat ditabel
normal z = 1,8 dibulatkan menjadi 2. i : tingkat ketelitian misal 5%.
dengan memasukan harga harga di atas maka didapat :

Ini berarti pada tingkat ketelitian dan keyakinan tersebut masih diperlukan
(64,19 16 = 49) data lagi. Jadi masih diperlukan 49 kali pengukuran lagi.
Oleh karena itu dibutuhkan pengukuran tahap kedua. Seandainya pada
tahap kedua data yang didapat masih belum cukup, maka dilakukan
pengukuran tahap ketiga, sebanyak data yang diperlukan.
3. Tingkat ketelitian, keyakinan dan keseragaman data
Berbicara tentang tingkat ketelitian dan keseragaman data sebenarnya
diperlukan pengetahuan statistik, tapi dalam apk ini diusahakan
pembahasannya sesederhana mungkin.
a. tingkat ketelitian dan keyakinan
Yang dicari dengan melakukan penguukuran pengukuran ini adalah waktu
yang sebenarnya dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. Yang
ideal, tentunya dilakukan pengukuran yang banyak, sehingga didapat
pengukuran yang lebih pasti. Tetapi hal tersebut memakan banyak tenaga
waktu dan biaya. Dengan tidak melakukan pengukuran yang banyak

pengukura akan kehilangansebagian kepastian terhadap kecepatan rata


ratawaktu penyelesaian yang sebenarnya. Maka dari itu tingkat ketelitian
dan keyakinan menjadi cerminan tingkat kepastian yang diinginkan oleh
pengukur setelah memutuskan untuk tidak melakukan pengukran yang lebih
banyak lagi.
Tingkat ketelitian menunjukan penyimpangan maksimum hasil pengukuran
dari waktupenyelesaian sebenarnya, dan dinyatakan dalam persen.
Sementara tingkat keyakinan menunjukan besarnya keyakinan pengukur
bahwa hasil yang diperoleh memenuhi syarart ketelitian tadi,ini dinyatakan
dalam persen juga. Misalkan tingkat ketelitian 10% dan keyakina 95%,
artinya pengukur membolehkan rata rata hasil pengukurannya manyimpang
sejauh 10%, dari rata rata sebenarnya. Dan kemungkinan mendapatakan
hasil ini adalah 95%.
Sebagai contoh : katakanlah rata rata waktu penyelesaian suatu pekerjaan
100 detik. Harga ini tidak akan diketahui jika tidak dilakukan pengukuran tak
terhingga kali. namun yang dapat dilakukan adalah melakukan sejumah
pengukuran saja. dengan pengukuran yang sebanyak itu rata rata yang
diperoleh mungkin tidak sebanyak itu, misal harga lain 96. Dengan tingkat
keyakinan 95% dan keyakina 10% maka harga rata rata yang didapat
pengukur terletak pada interval : harga rata rata yang sebenarnya dikurangi
10% dari rata-rata, dan harga rata rata sebenarnya ditambah 10% dari ratarata.

b. pengujian keseragaman data.


Telah dikemukakan sebelumnya bahwa satu langkah sebelum melakukan
pengukuran adalah merancang suatu sistem kerja yang baik. Namun
seberapa baik sistem kerja yang dirangcang pasti ada kondisi kondisi yang
menyebabkan perubahan pada sistem kerja, hal ini dianggap wajar. Namun
seberapa jauhkah kewajaran itu dapat ditolerir. Maka dari itu kita perlu
melakukan pengukuran terhadap keseragaman data, agar dapat
menentukan batas kontrol terhadap perubahan perubahan yang dianggap
wajar itu terjadi.

Misalkan dari pengukuran didapat BKA= 20, dan BKB=40, seandainya ada
nilai dari hasil pengukuran yang berada diluar dari batas atas dan batas
bawah, maka inilah yang dianggap tidak wajar, karena berada diluar batas
kontrol, oleh karena itu subgrup atau data yang berada diluar batas kontrol
harus di buang.
4. melakukan perhitungan waktu baku
Jika pengukuran pengukuran telah selesai,yaitu semua data yang didapat
memiliki keseragaman yang dikehendaki, serta jumlah data cukup dengan
tingkat ketelitian dan keyakinan yang diinginkan maka dilanjutkan pada
proses pengolahan data sehingga menghasilkan data waktu baku.
Langkah langkah nya sebagai berikut :
1. Hitung waktu siklus
waktu siklus yaitu waktu penyelesaian rata rata selama pengukuran.

Xi dan N, adalah variable yang sama dengan yang sebelumnya


2. Hitung waktu normal
Wn = Ws x p
P : adalah faktor penyesuaian. Pekerja bekerja dengan wajar p=1, terlalu
lambat p<1, terlalu cepat p>1
3. hitung waktu bakunya
setelah perhitungan diatas selesai, waktu baku bisa kita dapatkan dengan
cara :
Wb = Wn (1 + L)
L : adalah kelonggaran yang diberikan kepada pekerjauntuk menyelesaikan
pekerjaannyadisamping waktu normal. seperti pada postingan tentang
penyesuaian dan kelonggaran. Kelonggaran meliputi tiga hal yaitu kebutuhan

pribadi, menghilangkan
terhindarkan.

rasa

fattique,

dan

gangguan

yang

tidak

THURSDAY, 13 FEBRUARY 2014

Pengukuran Waktu Kerja dan Contoh Pekerjaan Yang Operatornya Masih Menggunakan Cara Manual
Pengukuran waktu kerja terbagi mejadi 3 , yaitu :

1.

Waktu Siklus

Waktu siklus adalah waktu antara penyelesaian dari dua pertemuan berturut-turut, asumsikan konstan untuk semua
pertemuan.Dapat dikatakan waktu siklus ,merupakan hasil pengamatan secara langsung yang tertera dalam
stopwatch.

Waktu yang diperlukan untuk melaksanakan elemen-elemen kerja pada umumnya kan sedikit berbeda dengan dari
siklus ke siklus kerja sekalipun operator bekerja pada kecepatan normal dan uniform ,tiap-tiap elemen dalam siklus
yang berbeda tidak selalu akan bias disesuaikan dalam waktu yang persis sama.Variasi dan nilai waktu ini bias
disebabkan oleh beberapa hal. Salah satu diantaranya bias terjadi karena perbedaan didalam menetapkan saat
mulai atau berakhirnya suatu elemen kerja yang seharusnya dibaca dari stopwatch.

Menurut Ballard, (2001) definisi waktu siklus (cycle time) adalah jumlah dari durasi kegiatan, antara kegiatan yang
tumpang tindih dan ditambah jumlah dari waktu antrian. Sementara menurut Hult, (1998) waktu siklus (cycle time)
didefinisikan sebagai waktu yang diperlukan dari awal sampai akhir dari kegiatan yang terlibat di dalam proses rantai
pasok (supply chain).

Dari uraian definisi di atas bahwa waktu siklus (cycle time) tersebut merupakan suatu total waktu dari awal hingga
akhir dari proses kegiatan, termasuk waktu tunggu. Begitu juga dengan waktu siklus pengecoran lantai, yang dimulai
dengan kegiatan pekerjaan kolom, balok dan lantai (termasuk pembesian dan bekisting) yang diakhiri dengan
pengecoran. Pada proses ini di dalamnya mencakup proses rantai pasok (supply chain), seperti bahan-bahan
struktur beton. Sebagai contoh, dalam mempertimbangkan waktu siklus pengecoran lantai pada proyek konstruksi
bangunan gedung bertingkat, agar memenuhi aspek kecepatan dan kualitas melalui penerapan dan pola supply
chain. Pola yang diterapkan diantaranya adalah pengadaan material besi beton, campuran beton,peralatan, dan
pekerja pembesian dan beton diadakan oleh kontraktor utama. Sedangkan untuk pengadaan bekisting dan pekerja
bekisting diadakan oleh subkontraktor. Penerapan dan pola supply chain seperti ini sering diterapkan di lapangan,
agar waktu siklus pengecoran lantai dapat memenuhi durasi proyek dan memenuhi aspek biaya, kecepatan,
keamanan dan kualitas.
Waktu siklus dihitung dengan menggunakan rumus:

Dimana:

X = Waktu Siklus
x = Waktu pengamatan
n= Jumlah pengamatan yang dilakukan
Untuk Mengetahui apakah jumlah pengamatan yang dilakukan sudah memenuhi syarat (mencukupi) atau masih
kurang dapat ditentukan dengan rumus:

2.

Waktu Normal

Waktu normal merupakan waktu kerja yang telah mempertimbangkan factor penyesuaian , yaitu waktu siklus
rata-rata dikalikan dengan factor prnyesuaian.Waktu normal untuk suatu elemen operasi kerja adalah semata-mata
menunjukkan bahwa seorang operator yang berkualifikasi baik akan bekerja menyelesaikan pekerjaan pada tempo
kerja yang normal (Wignjosoebroto, 2000).

Didalam praktek pengukuran kerja maka metoda penerapan rating performance kerja operator adalah
didasarkan pada satu factor tunggal yaitu operator speed,space atau tempo. Sistem ini dikenal sebagai performance
Rating/speed Rating). Rating Faktor ini umumnya dinyatakan dalam persentase persentase(%) atau angka
decimal ,Dimana Performance kerja normal akan sama dengan 100% atau 1,00.

Rating factor pada umumnya diaplikasikan untuk menormalkan waktu kerja yang diperoleh dari pengukuran
kerja akibat tempo atau pkecepatan kerja operator yang berubah-ubah.Untuk maksud ini , maka waktu normal dapat
diperoleh dari rumus berikut:

Nilai waktu yang diperoleh disini masih belum bias kita tetapkan sebagai waktu baku untuk penyelesaian
suatu operasi kerja,karena disini factor-faktor yang berkaitan dengan waktu kelonggaran (Allowance Time) agar
operator bekerja sebaik-baiknya masih belum dikaitkan.

3. Waktu Baku/Standar

Waktu standar adalah waktu yang sebenarnya digunakan operator untuk memproduksi satu unit dari data jenis
produk. Waktu standar untuk setiap part harus dinyatakan termasuk toleransi untuk beristirahat untuk mengatasi
kelelahan atau untuk factor-faktor yang tidak dapat dihindarkan. Namun jangka waktu penggunaannya waktu
standard ada batasnya . Atau bisa dikatakan waktu yang dibutuhkan untuk mengerjakan atau menyelesaikan suatu
aktivitas atau pekerjaan oleh tenaga kerja yang wajar pada situasi dan kondisi yang normal sehingga didapatkan
waktu baku atau waktu standar secara umum.
Ada dua cara untuk menentukan waktu baku antara lain :
a. Cara langsung
Cara langsung adalah suatu cara untuk menentukan waktu baku di mana pengamatan data-data yang diperlukan
langsung dilakukan di tempat berlangsungnya suatu aktivitas atau pekerjaan yang akan ditemukan waktu bakunya.

Cara langsung dibagi menjadi dua, yaitu :


- Pengukuran jam henti
- Pengukuran sampling kerja (pekerjaan)
Pengukuran waktu jam henti (Stop Watch)

Pendekatan yang paling umum untuk pengukuran kerja yang digunakan sekarang ini meliputi penilaian
waktu stop watch dan pengukuran kinerja operasi secara simultan untuk menentukan waktu normal. Piranti pengukur
waktu elektronik yang sekarang sering digunakan adalah stop watch konvensional.
Pengukuran waktu jam henti (stop watch) adalah suatu cara untuk menentukan waktu baku yang
pengamatannya langsung dilakukan di tempat berlangsungnya suatu aktivitas atau berlangsungnya suatu pekerjaan
dengan menggunakan alat utamanya adalah jam henti (stop watch) yaitu dengan mengamati saat mulainya
pekerjaan itu hingga berakhirnya pekerjaan/aktivitas yang meliputi : waktu setting, waktu operasi dan waktu inspeksi.
Untuk mendapatkan hasil yang baik, yaitu yang dapat dipertanggungjawabkan maka tidaklah cukup sekedar
melakukan beberapa kali pengukuran dengan menggunakan jam henti. Banyak faktor yang harus diperhatikan agar
akhirnya dapat diperoleh waktu yang pantas untuk jumlah pengukuran dan lain-lain. Langkah-langkah sebelum
melakukan kegiatan tersebut adalah sebagai berikut :
1. Penetapan tujuan pengukuran
2. Melakukan penelitian pendahuluan
3. Memilih operator
4. Melatih Operator
5. Mengurai pekerjaan atas elemen pekerjaan
6. Menyiapkan alat-alat pengukuran.
b. Cara tak langsung
Cara tak langsung adalah suatu cara untuk menentukan waktu baku yang data-datanya tidak langsung dilakukan di
tempat berlangsungnya aktivitas/perkerjaan tetapi cukup menggunakan data-data masa lampau yang telah
dibukukan untuk pekerjaan-pekerjaan yang sejenis.
Cara ini dapat dibagi dua cara, yaitu :
- Pengukuran waktu data waktu baku
- Pengukuran data waktu gerakan

Dengan demikian waktu baku tersebut dapat diperoleh dengan menagplikasikan rumus berikut.
Rumus (1) Merupakan Rumus sera umum yang paling banyak dipakai menghitung waktu baku, Meskipun
sebenarnya rumus tersebut kurang teliti bilamana dibandingkan dengan rumus (2).

(1)

Wn = Ws x p

P adalah faktor penyesuaian


1 siklus rata-rata normal, p1 untuk bekerjanya terlalu lambat atau sebaliknya..

Hitung waktu baku


(2) Wb = Wn = ( Wn x 1 )

Dimana 1 adalah kelonggaran atau allowance yang diberikan kepada pekerja untuk menyelesaikan
pekerjaannya disamping waktu normal .

Pengukuran Waktu
Sistem pengukuran kerja praktis mencakup :
1. Pengukuran waktu aktual yang diobservasi
2. Penyesuaian waktu yang diobservasi untuk memperoleh waktu normal melalui pemeringkatan kerja

Anda mungkin juga menyukai