Anda di halaman 1dari 20

Bab 2

Landasan Teori

2.1.

Definisi Time and Motion Study

Time study merupakan suatu metode pengukuran waktu kerja yang dikembangkan
oleh F. W. Taylor untuk menemukan suatu sistem kerja yang terbaik. Sedangkan
motion study merupakan suatu analisis yang dilakukan terhadap beberapa pekerjaan
dalam menyelesaikan pekerjaannya.
Di samping Taylor yang juga meneliti waktu untuk mencari cara kerja terbaik,
Gilberth banyak berkontak dengan Taylor sampai Gilberth mengembangkan sesuatu
yang kemudian dikenal sebagai studi gerakan. Dengan studi gerakan dapat diperoleh
berbagai rancangan sistem kerja yang baik bagi suatu pekerjaan, suatu hal yang juga
diinginkan oleh Taylor untuk mencari rancangan yang terbaik perlu dilakukan
pengukuran waktu untuk memilihnya, yaitu untuk mencari rancangan yang
membutuhkan waktu tersingkat. Karena itu penerapan kedua temuan itu selalu
dilakukan bersamaan sebagai dua hal yang saling melengkapi.
Dalam perkembangannya kemudian keduanya dipandang sebagai suatu kesatuan
yang dikenal dengan nama time and motion study atau studi waktu dan gerakan.
Istilah lain yang kemudian hari kerap juga digunakan untuk hal ini adalah methods
engineering.
Pada tahap awal dari methods engineering adalah menentukan estimasi waktu yang
akan dikerjakan oleh pekerja dalam menjalankan tugas pada sebuah stasiun kerja.
2.2.

Langkah-langkah Pengukuran Waktu

Untuk mendapatkan hasil yang baik, yaitu yang dapat dipertanggungjawabkan maka
tidak cukup sekedar melakukan beberapa kali pengukuran dengan menggunakan
jam henti, apalagi jam

biasa.

Banyak faktor yang harus diperhatikan agar akhirnya dapat diperoleh waktu yang
pantas untuk pekerjaan yang bersangkutan seperti yang berhubungan dengan kondisi
kerja, cara pengukuran, jumlah pengukuran dan lain-lain.
Berikut ini sebagian langkah-langkah yang perlu diikuti agar maksud diatas tercapai.
2.2.1. Penetapan Tujuan Pengukuran
Sebagaimana halnya dengan berbagi kegiatan lain, tujuan melakukan kegiatan harus
ditetapkan terlebih dahulu. Dalam pengukuran waktu, hal-hal penting yang harus
diketahui dan ditetapkan adalah penggunaan hasil pengukuran, tingkat ketelitian dan
tingkat keyakinan yang dinginkan dari hasil pengukuran tersebut.
2.2.2. Melakukan Penelitian Pendahuluan
Tujuan yang ingin dicapai dari pengukuran waktu adalah memperoleh waktu yang
pantas untuk diberikan kepada pekerja dalam menyelesaikan suatu pekerjaan. Tentu
suatu sistem kerja dengan kondisi yang telah ada selama ini termasuk di antara yang
dapat dicarikan waktu yang pantas tersebut. Artinya akan didapat juga waktu yang
pantas untuk menyelesaikan pekerjaan, namun dengan kondisi yang bersangkutan
itu. Suatu perusahaan biasanya menginginkan waktu kerja yang sesingkat-singkatnya
agar dapat meraih keuntungan yang sebesar-besarnya. Keuntungan demikian tidak
akan diperoleh jika kondisi kerja dari pekerjaan-pekerjaan yang ada di perusahaan
tersebut tidak menunjang tercapainya hal tadi.
2.2.3. Memilih Operator
Operator yang akan melakukan pekerjaan yang diukur bukanlah orang yang begitu
saja diambil dari tempat kerja. Orang ini harus memenuhi beberapa persyaratan
tertentu agar pengukuran dapat berjalan dengan baik dan dapat diandalkan hasilnya.
Syarat-syarat tersebut adalah berkemampuan normal dan dapat diajak bekerja sama.
Di samping itu operator yang dipilih adalah orang yang pada saat pengukuran
dilakukan mau bekerja secara wajar. Walau operator yang bersangkutan sehari-hari
dikenal memenuhi syarat pertama tadi tidak mustahil dia bekerja tidak wajar ketika
pengukuran dilakukan karena alasan tertentu.

2.2.4. Melatih Operator


Walaupun operator yang baik telah didapat, kadang-kadang pelatihan masih
diperlukan bagi operator tersebut terutama jika kondisi dan cara kerja yang dipakai
tidak sama dengan yang biasa dijalankan operator.
Hal ini terjadi jika yang akan diukur adalah sistem kerja baru sehingga operator tidak
berpengalaman menjalankannya. Bahkan bila sistem kerjanya adalah yang sudah ada
selama ini, operator pun bisa kurang menguasai pekerjaannya terutama bila banyak
perubahan rancangan yang dilakukan.
2.2.5. Mengurangi Pekerjaan Atas Elemen Pekerjaan
Di sini pekerja dipecah menjadi elemen pekerjaan, yang merupakan gerakan bagian
dari pekerja yang bersangkutan. Elemen-elemen inilah yang diukur waktunya. Waktu
siklusnya adalah jumlah dari waktu setiap elemen ini. Waktu siklus adalah waktu
penyelesaian satu produk sejak bahan baku mulai diproses di tempat kerja yang
bersangkutan.
Ada beberapa alasan yang menyebabkan pentingnya melakukan penguraian
pekerjaan atas elemen-elemen, yaitu:
1.

Untuk menjelaskan catatan tentang tata cara kerja yang dibakukan.

2.

Untuk memungkinkan melakukan penyesuaian bagi setiap elemen karena


keterampilan bekerjanya operator belum tentu sama untuk semua bagian dari
gerakan-gerakan kerjanya.

3.

Melakukan pembagian kerja menjadi elemen-elemen pekerjaan adalah untuk


memudahkan mengamati terjadinya elemen yang tidak baku yang mungkin saja
dilakukan pekerja.

4.

Untuk memungkinkan dikembangkannya data waktu standar untuk tempat kerja


yang bersangkutan.

Jelaslah sekarang alasan perlunya melakukan penguraian elemen-elemen dari suatu


pekerjaan yang akan diukur waktunya. Walaupun demikian, ketentuan ini tidak
bersifat mutlak artinya jika alasan-alasan di atas dianggap tidak penting atau
dirasakan tidak akan terjadi maka langkah ini tidak perlu dilakukan.

2.2.6. Menyiapkan Perlengkapan Pengukuran


Setelah kelima langkah di atas dijalankan

dengan baik, tibalah sekarang pada

langkah terakhir sebelum melakukan pengukuran, yaitu menyiapkan perlengkapan


yang diperlukan. Hal-hal tersebut adalah:
1.

Jam henti

2.

Lembaran-lembaran pengamatan

3.

Pena atau pensil

Jika alat-alat ini telah disiapkan, selesailah sudah persiapan-persiapan yang


mendahului pengukuran. Ini berarti tahap berikutnya yaitu pengukuran waktu sudah
bisa dimulai.
2.3.

Pengukuran Waktu

Pengukuran waktu adalah pekerjaan mengamati dan mencatat waktu-waktu kerja


baik setiap elemen ataupun siklus dengan menggunakan alat-alat yang telah
disiapkan. Dalam pengukuran waktu khususnya dalam time study memiliki teknik
tersendiri yaitu:
1. Teknik Pengukuran Langsung
Yaitu pengukuran waktu kerja yang dilakukan oleh peneliti secara langsung ditempat
objek penelitian. Dua cara yang temasuk di dalamnya adalah cara jam henti dan
sampling pekerjaan.
2. Teknik Pengukuran Tidak Langsung
Yaitu pengukuran waktu kerja yang dilakukan melalui pendekatan tabel waktu baku
yang sudah ada atau waktu dari pendekatan gerakan-gerakan dasar. Yang termasuk
kelompok ini adalah data waktu baku dan data waktu gerakan.
Hal pertama yang harus dilakukan adalah pengkuran pendahuluan. Tujuan
melakukan hal ini ialah agar nantinya mendapatkan perkiraan statistikal dari
banyaknya pengukuran yang harus dilakukan untuk tingkat-tingkat ketelitian dan
keyakinan yang diinginkan.

Untuk mengetahui jumlah pengukuran yang harus dilakukan, diperlukan beberapa


tahap pengukuran pendahuluan seperti dijelaskan berikut ini.
Pengukuran pendahuluan pertama dilakukan dengan melakukan beberapa buah
pengukuran yang banyaknya ditentukan oleh pengukur.
Adapun cara-cara melakukan pengukuran pendahuluan adalah:
1.

Menghitung rata-rata dari harga rata-rata subgroup dengan rumus


x

x
k

2.

Dimana : x adalah harga rata-rata subgroup


k adalah harga banyaknya subgorup
Menghitung standar deviasi
dengan rumus

xi x 2 , N > 30
N

xi x 2, N < 30

N 1

dimana : N adalah jumlah data pengamatan


xi adalah data
3.

Menghitung standar deviasi dari rata-rata subgroup


dengan rumus x

dimana : n adalah besarnya subgroup


4.

Menghitung nilai Z tabel (Zt)


1
2

dengan rumus t 1
5.

Menentukan BKA
BKA =

6.

Menentukan BKB
BKB =

7.

x Zt. x

x Zt. x

Melakukan uji keseragaman data

Yaitu besarnya x harus berada diantara BKA dan BKB .


8.

Melakukan uji kecukupan data


zt N xi 2

xi 2

dengan rumus N'

xi

dimana N < N artinya data cukup


9.

Perhitungan waktu
Waktu siklus (Ws) : Ws

x
N

Waktu normal (Wn) : Wn Ws P , P= penyesuaian


Waktu baku (Wb) : Wb Wn Allowance. Wn
Setelah pengukuran tahap pertama ini dijalankan, kemudian dijalankan tahap-tahap
kegiatan menguji keseragamam data dan menghitung jumlah pengukuran yang harus
dilakukan. Bila jumlah pengukuran yang dilakukan belum mencukupi, dilanjutkan
dengan pengukuran tambahan, yaitu untuk mengukur lagi jumlah minimum yang
diperlukan. Untuk kecermatan, setelah pengukuran memenuhi syarat kecukupan data
seperti yang telah dihitung, dilakukan lagi uji keseragaman data dan penghitungan
kecukupan data. Bila kali ini data yang terhitung cukup, barulah pengukuran
dihentikan. Namun, bila data belum juga cukup maka tambahan pengukuran perlu
dilakukan lagi, dan proses pun berulang.
Dalam time study harus dilakukan perhitungan penyesuaian dan kelonggaran.
Penyesuaian ini dilakukan untuk mengamati kewajaran operator dalam bekerja pada
saat dilakukan pengukuran waktu kerja.
Beberapa cara dalam menentukan faktor penyesuaian ialah:
1.

Presentase.

2.

Shumand.

3.

Westinghouse.

4.

Objektif.

5.

Beaudux.

6.

Sintesa.

Langkah-langkah dalam menentukan time study:


1.

Hitung rata-rata dari harga rata-rata subgroup.

2.

Menghitung standar deviasi.

3.

Hitung standar deviasi dari distribusi harga rata-rata subgroup.

4.

Hitung nilai Z tabel.

5.

Tentukan batas kontrol atas (BKA) dan bawah (BKB) untuk uji keseragaman
data.

6.

Lakukan test kecukupan data.

7.

Menghitung waktu siklus.

8.

Menghitung waktu normal.

9.

Menghitung waktu baku.

2.4. Tingkat Ketelitian, Tingkat Keyakinan, Penyesuaian, Kelonggaran,


Sampling Pekerjaan dan Pengujian Keseragaman Data
Berbicara tentang tingkat ketelitian dan pengujian keseragaman data, sebenarnya
merupakan pembicaraan tentang pengertian statistik. Karenanya untuk memahami
secara mendalam diperlukan beberapa pengetahuan statistik. Tetapi sungguhpun
demekian, yang dikemukakan berikut ini adalah pembahasan ke arah pemahamannya
dengan cara-cara yang diusahakan sesederhana mungkin.
2.4.1. Tingkat Ketelitian dan Tingkat Keyakinan
Yang dicari dengan melakukan pengukuran-pengukuran ini adalah waktu yang
sebenarnya dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. Yang ideal tentunya
dilakukan pengukuran-pengukuran yang sangat banyak (sampai tak terhingga kali),
karena dengan demikian diperoleh jawaban yang pasti. Tetapi hal ini jelas tidak
mungking karena kerterbatasan waktu, tenaga, dan tentunya biaya.
Dengan tidak dilakukannya pengukuran yang banyak, pengukur akan kehilangan
sebagian kepastian terhadap kecepatan rata-rata waktu penyelesaian yang
sebenarnya. Hal ini harus disadari oleh pengukur. Tingkat ketelitian dan tingkat
keyakinan adalah pencerminan tingkat kepastian yang diinginkan oleh pengukur
setelah memutuskan tidak akan melakukan pengukuran yang sangat banyak.

Tingkat ketelitian menunjukkan penyimpangan maksimum hasil pengukuran dari


waktu penyelesaian sebenarnya. Sementara tingkat keyakinan menunjukkan besarnya
keyakinan pengukur bahwa hasil yang diperoleh memenuhi syarat ketelitian tadi.
Mengenai pengaruh tingkat-tingkat ketelitian dan keyakinan terhadap jumlah
pengukuran yang diperlukan dapat dipelajari secara statistik. Tetapi secara intuitif hal
ini dapat diduga, yaitu bahwa semakin tinggi tingkat ketelitian dan semakin besar
tingkat keyakinan, semakin banyak pengukuran yang diperlukan.
2.4.2.

Penyesuaian

Penyesuaian biasanya dilakukan dengan mengalikan waktu siklus rata-rata atau


waktu elemen rata-rata dengan suatu harga P yang disebut faktor penyesuaian.
Besarnya harga P tentunya sedemikian rupa sehingga hasil perkalian yang diperoleh
mencerminkan waktu yang sewajarnya atau yang normal. Bila pengukur berpendapat
bahwa operator bekerja diatas normal (terlalu cepat) maka harga P nya akan lebih
besar dari satu (P>1), sebaliknya jika operator dipandang bekerja dibawah normal
maka harga P akan lebih kecil dari satu (P<1), seandainya pengukur berpendapat
bahwa operator bekerja dengan wajar maka harga P nya sama dengan satu (P=1).
Adapun cara untuk menentukan faktor penyesuaian adalah dengan cara persentase
yang merupakan cara yang paling awal digunakan dalam melakukan penyesuaian.
Disini besarnya faktor penyesuaian sepenuhnya ditentukan oleh pengukur melalui
pengamatannya selama melakukan pengukuran. Jadi sesuai dengan pengukuran dia
menentukan harga P yang menurut pendapatnya akan menghasilkan waktu normal
bila harga ini dikalikan dengan waktu siklus.
Cara yang lainnya untuk menentukan faktor penyesuaian yaitu dengan cara Shumard,
yaitu dengan memeberikan patokan-patokan penilaian melalui performance kerja
dimana setiap kelas mempunyai cara sendiri-sendiri. Cara westinghouse juga bisa
digunakan untuk menentukan faktor penyesuaian, biasanya pada cara westinghouse,
fisik lingkungannya juga diperhatikan, atau biasa disebut kondisi lingkungan.

Cara Bedaux dan Sintesa adalah dua cara lain yang dikembangkan untuk lebih
mengobjektifkan penyesuaian. Pada dasarnya cara Bedaux tidak banyak berbeda
dengan cara Shumard, hanya saja nilai-nilai pada cara Bedaux dinyatakan dalam B
(huruf pertama Bedaux penemunya).
Sedangkan cara Sintesa agak berbeda dengan cara-cara lain, dimana dalam cara ini
waktu penyelesaian setiap elemen gerakan dibandingkan dengan harga-harga yang
diperoleh dari tabel-tabel data waktu gerakan, untuk kemudian dihitung harga rataratanya.
2.4.3.

Kelonggaran

Kelonggaran diberikan untuk tiga hal yaitu untuk kebutuhan pribadi, menghilangkan
rasa fatigue dan hambatan-hambatan yang tidak dapat dihindarkan. Ketiganya ini
merupakan hal-hal yang secara nyata dibutuhkan oleh pekerja dan yang selama
pengukuran tidak diamati, diukur, dicatat ataupun dihitung karenanya sesuai
pengukuran dan sesuai mendapatkan waktu normal, kelonggaran perlu ditambahkan.
Adapun jenis-jenis kelonggaran diuraikan sebagai berikut:
1. Kelonggaran untuk kebutuhan pribadi. Yang termasuk kedalam kebutuhan pribadi
disini adalah hal-hal seperti minum untuk menghilangkan rasa haus, ke kamar
kecil, bercakap-cakap dengan rekan sekerja untuk menghilangkan ketegangan
ataupun kejenuhan dalam bekerja.
2. Kelonggaran untuk menghilangkan rasa fatigue. Rasa fatigue tercermin antara
lain dari menurunnya hasil produksi baik jumlah maupun kualitas. Karenanya
salah satu cara untuk menentukan besarnya kelonggaran ini adalah dengan
melakukan pengamatan sepanjang hari kerja dan mencatat pada saat-saat dimana
hasil produksi menurun.
3. Kelonggaran

untuk

hambatan-hambatan

yang

tak

terhindarkan.

Dalam

melakukan pekerjaannya, pekerja tidak akan lepas dari berbagai hambatan. Ada
hambatan yang dapat dihindarkan seperti mengobrol dan menganggur dengan
sengaja, ada pula hambatan yang tidak dapat dihindarkan karena berada diluar
kekuasaan pekerja untuk mengendalikannya. Hambatan akan tetap ada dan
karenanya harus diperhitungkan dalam perhitungan waktu baku.

4. Menyertakan kelonggaran dalam perhitungan waktu baku. Langkah pertama


adalah menentukan besarnya kelongaran untuk ketiga hal diatas yaitu untuk
kebutuhan pribadi, menghilangkan rasa fatigue dan hambatan yang tidak
terhindarkan.
2.4.4.

Sampling Pekerjaan

Sampling pekerjaan dilakukan secara sesaat-sesaat pada waktu-waktu yang


ditentukan secara acak. Dalam sampling pekerjaan ini kita cari catatan yang
dilakukan setiap kali kunjungan sehingga dapat dilihat berbagai kegiatan yang terjadi
beserta frekuensi kegiatan itu teramati. Adapun teknik-teknik yang diperlukan dalam
sampling pekerjaan yaitu dengan sampling perbandingan populasi.
Kegunaan sampling pekerjaan adalah:
1. Untuk mengetahui distribusi pemakaian waktu sepanjang waktu kerja oleh
pekerja atau kelompok kerja.
2. Untuk mengetahui tingkat pemanfaatan mesin-mesin atau alat-alat di pabrik.
3. Untuk menentukan waktu baku bagi pekerja-pekerja tidak langsung.
4. Untuk memperkirakan kelonggaran bagi suatu pekerjaan.
Langkah-langkah sebelum melakukan sampling pekerjaan pada dasarnya, tidak
berbeda dengan langkah-langkah pengukuran pada cara jam henti.
Melakukan sampling pekerjaan yaitu dengan cara melakukan pengamatan terhadap
elemen-elemen pekerjaan. Adapun cara melakukan sampling adalah sebagai berikut:
1. Membuat tabel pengamatan.
2. Perhitungan produktif dan non produktif.
3. Uji keseragaman data.
a.

Perhitungan nilai P tabel (Pz)


1
2

Pz = 1
b.

Perhitungan nilai P

c.

%produktif
hari pengamatan

perhitungan nilai n

d.

e.
2.4.5.

data

hari pengamatan

pehitungan batas kontrol

BKA = z

1
n

BKB = z

1
n

Plot data
Pengujian Keseragaman Data

Pada pasal 8.1.b telah dikemukakan bahwa satu langkah yang dilakukan sebelum
pengukuran adalah merancang suatu sistem kerja yang baik, yang terdiri dari kondisi
kerja dan cara kerja yang baik. Jadi, yang dihadapi adalah jika suatu sistem yang
akan diukur merupakan sistem yang sudah ada maka sistem ini dipelajari untuk
kemudian diperbaiki. Jika sistemnya belum ada maka yang dilakukan adalah
merancang sesuatu yang baru dan baik. Terhadap suatu sistem yang baik inilah
pengukuran waktu dilakukan dan dari sistem inilah waktu penyelesaian pekerja
dicari.
Walau selanjutnya pembakuan sistem yang dipandang baik ini telah dilakukan,
seringkali pengukuran, sebagaimana juga operator, tidak mengetahui terjadinya
perubahan-perubahan pada sistem kerja. Memang perubahan adalah sesuatu yang
wajar karena bagaimanapun juga sistem kerja tidak dapat tetap dipertahankan terusmenerus pada keadaan yang tetap sama. Keadaan sistem yang selalu berubah dapat
diterima, asalkan perubahannya adalah memang yang sepantasnya terjadi. Akibatnya
waktu penyelesaian yang dihasilkan sistem selalu berubah-berubah, namun juga
mesti dalam batas waktu kewajaran. Dengan kata lain harus seragam.
2.5.

Studi Gerakan

Studi gerakan adalah suatu analisis yang dilakukan terhadap beberapa gerakan
bagian tubuh pekerja dalam menyelesaikan pekerjaannya. Dengan demikian agar
gerakan-gerakan yang tidak perlu dapat dikurangi atau bahkan dihilangkan sehingga
akan diperoleh penghematan baik dalam bentuk tenaga, waktu kerja maupun dana.

Untuk memudahkan penganalisisan terhadap gerakan-gerakan yang dipelajari, perlu


dikenali terlebih dahulu apa yang disebut sebagai gerakan-gerakan dasar
sebagaimana yang dikembangkan secara mendalam oleh Frank B. Gilberth beserta
istrinya, Lilian. Ia telah menguraikan gerakan ke dalam 17 gerakan dasar atau elemen
gerakan yang mereka namakan therblig (Gilberth, dibaca dari belakang dengan th
sebagai satu kesatuan huruf).
2.6.

Gerakan-gerakan yang diuraikan oleh Gilberth

Sebagian besar dari gerakan-gerakan therblig ini merupakan gerakan-gerakan dasar


tangan dan sering dijumpai terutama dalam pekerjaan yang bersifat manual.
Suatu pekerjaan yang utuh dapat diuraikan menjadi beberapa gerakan dasar, dan
setiap pekerjaan mempunyai uraian pekerjaan yang berbeda. Kemampuan untuk
mengurangi dengan baik suatu pekerjaan ke dalam elemen-elemen gerakan sangat
diperlukan untuk perancangan atau perbaikan sistem kerja, karena dengan demikian
akan memudahkan penganalisaan.
Gerakan therblig sangat baik diperlukan untuk menghemat waktu kerja atau gerakan
mana yang sebetulnya tidak diperlukan oleh pekerja tapi masih dilakukan pekerja.
Adapun 17 gerakan dasar atau elemen gerakan therblig dapat diuraikan sebagai
berikut:
a.

Mencari (Search)

Elemen gerakan mencari merupakan gerakan dasar dari pekerja untuk menemukan
lokasi objek. Yang bekerja dalam hal ini adalah mata. Gerakan ini dimulai pada saat
mata bergerak mencari objek dan berakhir bila objek sudah ditemukan.
Untuk therblig ini tujuan analisisnya adalah sedapat mungkin menghilangkannya.
Mencari merupakan gerak yang tidak efektif dan masih dapat dihindarkan misalnya
dengan menyimpan peralatan atau bahan-bahan pada tempat yang tetap sehingga
proses mencari dapat dihilangkan.
b. Memilih (Select)

Memilih merupakan gerakan untuk menentukan

suatu

objek yang tercampur.

Tangan dan mata adalah dua bagian badan yang digunakan untuk melakukan gerakan
ini. Therblig ini dimulai pada saat tangan dan mata mulai memilih, dan berakhir bila
objek sudah ditemukan.
Batas antara mulai memilih dan akhir dari mencari agak sulit untuk ditentukan
karena ada pembauran pekerjaan di antara dua gerakan tersebut, yaitu gerakan yang
dilakukan oleh mata. Gerakan memilih merupakan gerakan yang tidak efektif
sehingga sedapat mungkin elemen gerakan ini harus dilakukan oleh mata.
c.

Memegang (Grasp)

Therblig ini adalah gerakan untuk memegang objek, biasanya didahului oleh gerakan
menjangkau dan dilanjutakn oleh gerakan membawa. Therblig ini merupakan
gerakan yang efektif dari suatu pekerjaan dan meskipun sulit untuk dihilangkan
dalam beberapa keadaan masih dapat diperbaiki.
c.

Menjangkau (Reach)

Pengertian menjangkau dalam therblig adalah gerakan tangan berpindah tempat


tanpa beban, baik gerakan mendekati maupun menjauhi objek.
Gerakan ini biasanya didahului oleh gerakan melepas (release) dan diikuti oleh
gerakan memegang. Therblig ini mulai pada saat tangan mulai berpindah dan
berakhir bila tangan sudah berhenti.
Waktu yang dipergunakan untuk menjangkau, tergantung pada jarak dari pergerakan
tangan dan dari tipe menjangkaunya. Seperti juga memegang, menjangkau sulit
untuk dihilangkan secara keseluruhan dari siklus kerja; yang masih mungkin adalah
pengurangan dari waktu gerak ini.
Seperti juga memegang, menjangkau sulit untuk dihilangkan secara keseluruhan dari
siklus kerja; yang masih mungkin adalah pengurangan dari waktu gerak ini.

d. Membawa (move)
Elemen gerak membawa juga merupakan gerak perpindahan tangan, hanya dalam
gerakan ini tangan dalam keadaan dibebani. Gerakan membawa biasanya didahului
oleh memegang dan dilanjutkan oleh melepas atau dapat juga oleh pengarahan
(position).
Therblig ini mulai dan berakhir pada saat yang sama dengan menjangkau, karena itu
faktor-faktor

yang mempengarui waktu gerakan pun hampir sama, yaitu jarak

pindah, dan macamnya. Pengaruh yang lain adalah beratnya beban yang dibawa oleh
tangan.
Dalam beberapa pekerjaan yang memerlukan kombinasi antara tangan dan mata,
waktu yang diperlukan untuk membawa menjadi terpengaruhi oleh waktu yang
diperlukan oleh gerakan mata. Pekerjaan ini sering dijumpai karena pada dasarnya
sewaktu objek sedang dibawa, mata sudah mulai mengarahkan (positioning).
Pertanyaan-pertanyaan

berikut

ini

dapat

dipakai

sebagai

pedoman

untuk

memperbaiki gerakan menjangkau dan membawa.

Dapatkah jarak tempuh dikurangi ?

Apakah cara yang terbaik sudah dipakai ?

Apakah anggota badan yang digerakkan sudah tepat ?

Dapatkah waktu dikurangi dengan mengangkut banyak sekaligus ?

Dapatkah perubahan arah gerak dihindari ?

Dapatkah objek yang akan dipindahkan itu digelincirkan ?


e. Memegang untuk Memakai (Hold)

Pengertian memegang untuk memakai di sini adalah memegang tanpa menggerakkan


objek yang dipegang. Perbedaannya dengan memegang

terdahulu adalah pada

perlakuan terhadap objek. Pada memegang, pemegangan dilanjutakan dengan gerak


membawa, sedangkan memegang untuk memakai tidak demikian.
Therblig ini merupakan gerakan yang tidak efektif, dengan demikian sedapat
mungkin harus dihilangkan atau paling tidak dikurang

f.

Melepas (Release)

Elemen gerak melepas terjadi bila seorang pekerja melepaskan objek yang
dipegangnya. Bila dibandingkan dengan therblig lainnya, gerakan melepas
merupakan gerakan yang relatif lebih singkat.
Therblig ini mulai pada saat pekerja mulai melepaskan tangannya dari objek dan
berakhir bila seluruh jarinya sudah tidak menyentuh objek lagi. Gerakan ini biasanya
didahului oleh gerakan menjangkau.
Pertanyaan-pertanyaan berikut ini dapat dipelajari untuk dijadikan petunjuk dalam
memperbaiki gerakan melepas.

Dapatkah gerakan ini dilakukan bersamaan dengan gerakan membawa ?


Dalam beberapa keadaan melepas dapat disatukan pada gerakan membawa. Jadi
disini objek dibawa dan sekaligus dilepas sehingga dengan demikian untuk
melepas dapat dihilangkan.

Apakah tempat objek setelah dilepas telah dirancang dengan baik ?


Bila faktor kehati-hatian untuk melepas dapat dihilangkan, waktu yang
diperlukan untuk therblig ini

akan menjadi lebih singkat. Hal ini tercapai

misalnya dengan memberi landasan yang lunak (busa) pada tempat objek setelah
dilepas, sehingga dengan demikian pekerja tidak usah terlalu berhati-hati untuk
melepaskan objek yang dipegangnya.
Apakah setelah melepas beban, tangan atau alat angkut sudah dalam keadaan
yang dioperasikan kembali ?
Bila keadaan tangan sudah siap untuk melakukan gerakan selanjutnya, berarti
kelambatan (idle) diantara tiap gerakan dapat dihindari.

Dapatkah peralatan dipakai untu melepas ?


Fungsi tangan untuk melepas dapat diganti oleh suatu alat misalnya dengan
pelontar mekanis. Dengan demikian tangan dapat mengerjakan pekerjaan yang
lain, sehingga diharapkan produktivitas kerja akan meningkat.

g.

Mengarahkan (Position)

Therblig ini merupakan gerakan mengarahkan suatu objek pada suatu lokasi tertentu.
Mengarahkan biasanya didahului oleh gerakan mengangkut dan diikuti oleh gerakan
merakit (assembling).
Gerakan ini mulai sejak tangan mengendalikan objek misalnya memutar, menggeser
ke tempat yang diinginkan, dan berakhir pada saat gerakan merakit atau memakai
dimulai.
h. Mengarahkan Sementara (Pre Position)
Mengarahkan sementara merupakan elemen gerak pada suatu tempat sementara.
Tujuan dari penempatan sementara ini adalah untuk memudahkan pemegangan
apabila objek tersebut akan ditangani kembali. Dengan demikian untuk siklus kerja
berikutnya elemen gerak mengarahkan diharapkan berkurang. Hal ini terjadi karena
objek ynag akan dipegang sudah diposisikan sedemikian rupa sehingga memudahkan
dalam pemakaian selanjutnya.
Therblig ini sering terjadi bersama dengan therblig yang lain seperti mengangkut dan
melepas.
i.

Pemeriksaan (Inspection)

Therblig ini merupakan pekerjaan memeriksa objek untuk mengetahui apakah objek
telah memenuhi syarat-syarat tertentu. Elemen ini dapat berupa gerakan melihat
seperti untuk memeriksa warna, meraba seperti memeriksa kehalusan permukaan,
mencium, mendengarkan, dan kadang-kadang merasa dengan lidah.
Biasanya pemeriksaan dilakukan dengan membandingkan antara objek dan suatu
standar. Banyak atau sedikitnya waktu yang diperlukan untuk memeriksa, tergantung
pada kecepatan operator untuk menyimpulkan ada tidaknya perbedaan antara objek
dengan standar yang dibandingkan.
Pemeriksaan yang dilakukan dalam therblig ini dapat berupa pemeriksaan kualitas
seperti baik atau buruknya objek yang ditentukan oleh warnanya, dapat pula berupa

pemeriksaan kuantitas, misalnya jika cacat-tidaknya ditentukan oleh jumlah


cacatnya.
j.

Perakitan (Assemble)

Perakitan adalah gerakan yang menghubungkan satu objek dengan objek yang lain
sehingga menjadi satu kesatuan. Gerakan ini biasanya didahului oleh salah satu
therblig membawa atau mengarahkan dan dilanjutkan oleh therblig melepas.
Pekerjaan perakitan dimulai bila objek sudah siap dipasang (biasanya setelah
diarahkan) dan berakhir bila sudah tergabung secara sempurna.
k. Lepas Rakit (Disassemble)
Therblig ini merupakan kebalikan dari therblig diatas, di sini dua bagian objek
dipisahkan dari satu kesatuan. Gerakan lepas rakit biasanya didahului oleh
memegang dan dilanjutakan oleh membawa atau biasanya juga dilanjutkan oleh
melepas. Gerakan ini dimulai pada saat pemegang atas objek dan dilanjutkan dengan
usaha memisahkan dan berakhir bila kedua objek telah terpisah secara sempurna.
Biasanya akhir dari lepas rakit merupakan awal dari salah satu gerakan membawa
atau melepas.
i.

Memakai (Use)

Memakai yang dimaksud di sini adalah bila tangan atau kedua-duanya dipakai untuk
menggunakan alat. Lamanya waktu yang dipergunakan untuk gerak ini tergantung
dari jenis pekerjaan dan keterampilan pekerjanya.
Merakit, lepas rakit, dan memakai dapat diperbaiki dengan mempertanyakan hal-hal
ini berikut ini.

Dapatkah dipakai perkakas pembantu (Jig & fixture) ?


Peamakaian alat-alat ini akan meringankan dan memudahkan kerja tangan.
Dengan demikian diharapkan produktivitas kerja akan meningkat.

Dapatkah dilakukan secara otomatis ?


Seperti diatas, hal ini pun diharapkan akan dapat meningkatkan produktivitas.

Dapatkah melakukan perakitan dengan beberapa unit sekaligus ?


Bila keadaan diatas memungkinkan, hal ini juga akan mempersinkgkat waktu
kerja.
Apakah peralatan telah dijalankan secara efisien ?
Untuk mencapai tingkat efisiensi yang tinggi, pekerjaan harus dilakukan dalam
kondisi yang optimal. Misalnya dalam pemakaian mesin bubut, apakah antara
ingsut, kedalaman potong dan kecepatannya telah diatur baik ?
m. Kelambatan yang Tak Terhindarkan (Unavoidable Delay)
Keterlambatan yang dimuksudkan di sini adalah keterlambatan yang diakibatkan
oleh hal-hal yang terjadi di luar kemampuan pengendalian pekerja. Contohnya
karena ketentuan cra kerja yang mengakibatkan satu tangan menganggur sedangkan
tangan yang lain bekerja, misalnya pada operator mesin bor. Sebagai akibat dari sifat
alat dan pekerjaannya, hanya memungkinkan satu tangan bekerja secara aktif.
Gangguan-ganguan yang terjadi seperti padamnya listrik, rusaknya alat-alat, dan
sebagainya menyebabkan juga keterlambatan ini.
Keterlambatan dapat dikurangi dengan mengadakan perubahan atau perbaikan pada
proses operasi.
n. Keterlambatan yang Dapat Dihindarkan (Avoidable Delay)
Keterlambatan ini disebabkan oleh hal yang timbul sepanjang waktu kerja oleh
pekerja baik disengaja maupun tidak disengaja. Misalnya pekerja yang sedang
menderita sakit batuk, ia batuk-batuk sepanjang waktu kerjanya dan hal ini
menimbulkan gangguan pada pekerjaannya. Contoh lain: pekerja yang merokok
ketika sedang bekerja. Untuk mengurangi kelambatan ini, harus diadakan perbaikan
oleh pekerjanya sendiri tanpa harus mengubah proses operasinya.
o. Merencanakan (Plan)
Merencanakan merupakan proses mental, yakni operator berpikir untuk menentukan
tindakan yang akan diambil selanjutnya. Therblig ini lebih sering terjadi pada
seorang pekerja baru.

p. Istirahat untuk Menghilangkan Fatigue (Rest To Overcome Fatigue)


Hal ini tidak terjadi pada setiap siklus kerja, tetapi secara periodik. Waktu untuk
memulihkan lagi kondisi badannya dari rasa fatigue sebagai akibat kerja berbedabeda, tidak saja karena jenis pekerjaannya tetapi juga karena individu pekerjanya.
Pertanyaan-pertanyaan berikut dipakai sebagai patokan untuk memperbaiki
kelambatan-kelambatan yang diakibatkan oleh therblig-therblig kedua jenis
kelambatan diatas, merencanakan daan istirahat karena fatigue

Apakah anggota tubuh yang digunakan sudah tepat ?

Apakah suhu, kelembapan, ventilasi, kebisingan, dan kondisi kerja yang lain
telah memuaskan ?

Apakah ukuran kursi dan meja telah disesuaikan dengan tubuh pekerja ?

Apakah posisi kerja yang terbaik telah ditentukan ?

Apakah untuk beban-beban yang berat sudah digunakan peralatan mekanik ?

Apakah gizi makanan dari pekerja telah mencukupi ?

2.7.

Ekonomi Gerakan

2.7.1. Prinsip-prinsip Ekonomi Gerakan Dihubungkan dengan Tubuh Manusia


dan Gerakan-gerakannya.
a. Kedua tangan sebaiknya memulai dan mengakhiri gerakan pada saat bersamaan.
b. Kedua tangan sebaiknya tidak menganggur pada saat yang sama, kecuali pada saat
istirahat.
c. Gerakan tangan akan lebih mudah jika satu terhadap lainnya simestris, dan
berlawanan arah.
d. Gerakan tangan atau badan sebaiknya dihemat. Yaitu hanya menggerakan tangan
atau bagian badan yang di perlukan saja untuk melakukan pekerjaan dengan
sebaik-baiknya.
e. Sebaiknya para pekerja dapat memanfaatkan momentum untuk membantu
pekerjaannya.
f. Gerakan yang patah-patah, banyak berubah arah, akan memperlambat gerakan
tersebut.

g. Gerakan balistik akan lebih cepat, menyenangkan dan lebih teliti dari pada
gerakan yang dikendalikan.
h. Usahakan sedikit mungkin gerakan mata.
2.7.2. Prinsip-prinsip Ekonomi Gerakan Dihubungkan dengan Tata Letak
Tempat Kerja.
a. Sebaiknya diusahakan agar bahan dan perlalatan mempunyai tempat yang tetap.
b. Tempatkanlah bahan-bahan dan peralatan ditempat yang mudah dan enak untuk
dicapai.
c. Tempat penyimpanan bahan yang akan dipakai sebaiknya memanfaatkan prinsip
gaya berat.
d. Sebaiknya untuk menyalurkan objek yang sudah dirancang mekanisme yang baik.
e. Bahan-bahan dan peralatan sebaiknya digunakan sedemikian rupa sehingga
alternatif berdiri atau duduk dalam menghadapi pekerjaan merupakan suatu hal
yang menyenangkan.
f. Tata letak peralatan dan pencahayaan sebaiknya diatur sedemikian rupa sehingga
dapat membentuk kondisi yang baik untuk penglihatan.
2.7.3. Prinsip-prinsip Ekonomi Gerakan Dihubungkan Dengan Perancangan
Alat.
a. Sebaiknya peralatan dirancang sedemikian rupa agar mempunyai lebih dari satu
kegunaan.
b. Peralatan sebaiknya dirancang sedemikian rupa sehingga memudahkan dalam
penyimpanan atau pemegangan.
c.

Bila setiap jari tangan melakukan gerakan sendiri-sendiri, beban yang


didistribusikan pada jari harus sesuai dengan masing-masing jari.

d. Roda tangan, palang dan peralatan sejenisnya sebaiknya diatur sedemikain


sehingga badan dapat melayaninya dengan posisi yang baik dan tenaga yang
minimum.

Anda mungkin juga menyukai