Anda di halaman 1dari 42

BAB I

PENDAHULUAN
Pekerjaan akan lebih mudah tercapai apabila waktu dapat digunakan sebaik
mungkin dengan pemanfaatan waktu sebaik mungkin sehingga membuat pekerjaan
berjalan secara normal. Dalam arti pekerjaan tersebut tidak terlalu lambat sehingga
dapat menyeimbangkan produktivitas. Sebab dari itu, pengukuran waktu kerja
diterapkan untuk metode-metode pengukuran waktu kerja, khususnya dengan
menggunakan jam henti dengan memanfaatkan data yang sudah di peroleh sehingga
didapatkan perbaikan sistem kerja yang baik dari sistem kerja yang telah diterapkan
sebelumnya dengan menggunakan peta-peta kerja.
Bisa melihat semua langkah atau kejadian yang dialami oleh suatu benda kerja
dari mulai masuk ke pabrik kemudian menggambarkan semua langkah yang
dialaminya, seperti transportasi, operasi mesin, pemeriksaan dan perakitan sampai
akhirnya menjadi produk jadi baik produk lengkap atau merupakan bagian dari
produk lengkap (Sutalaksana, 2006). Peta-peta kerja yang dipakai antara lain Peta
Perakitan, Peta Proses Operasi (OPC), Peta Aliran Proses (Flow Process Chart) dan
Diagram Alir (Flow Diagram), pada pengkuran nya digunakan alat bantu yaitu berupa
stopwatch untuk menghitung pengukuran waktu sedangkan peta kerja berupa alat
yang mengambarkan kegiatan kerja secara sistematis dan jelas. (Sumber…)
Dalam pembuatan peta-peta kerja tersebut maka dilakukan penelitian terhadap
industri manufaktur bernama …….. Pengumpulan data tersebut dilakukan dengan
metode pengukuran waktu jam henti menggunakan stopwatch. Sedangkan peta-peta
kerja dibuat untuk menggambarkan waktu dan proses umum pada setiap proses-
proses perakitannya sehingga menjadi suatu barang jadi yaitu pintu.
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Pengukuran Waktu Baku


Metoda ini waktu baku baik diaplikasikan untuk pekerjaan-pekerjaan yang
berlangsung singkat dan berulang-ulang (repetitive) Hasil pengukuran yang diperoleh
digunakan untuk menyelesaikan suatu siklus pekerjaan yang mana waktu ini akan
dipergunakan sebagai standar penyelesaian pekerjaan bagi semua pekerja yang akan
melaksanakan pekerjaan yang sama. (Wignosoebroto, 2006).
waktu penyelesaian suatu pekerjaan yang dijalankan dengan suatu sistem kerja
tertentu dapat ditentukan. Sehingga jika pengukuran dilakukan terhadap beberapa
alternatif sistem kerja, yang terbaik diantaranya dilihat dari segi waktu dapat dicari
yaitu sistem yang membutuhkan waktu penyelesaian tersingkat.
2.2 Pengukuran Waktu Jam Henti
Suatu sampel yang diambil secara random dari suatu grup populasi yang besar
akan cenderung memiliki pola distribusi yang sama seperti yang dimiliki oleh
populasi tersebut. Apabila sampel yang dimiliki tersebut diambil cukup besar, maka
karakteristik yang dimiliki oleh sampel tersebut tidak akan jauh berbeda dibanding
dengan karakteristik dari populasinya (Wignosoebroto, 2006).
Ada beberapa aturan pengukuran yang perlu dijalankan untuk mendapatkan
hasil yang baik. Aturan-aturan tersebut adalah :
1. Penetapan tujuan pengukuran
Sebagaimana halnya dengan berbagai kegiatan lain, tujuan melakukan
kegiatan harus ditetapkan terlebih dahulu. Dalam pengukuran waktu, hal-hal
penting yang harus diketahui dan ditetapkan adalah untuk apa hasil
pengukuran digunakan, berapa tingkat ketelitian dan tingkat keyakinan yang
diinginkan dari hasil pengukuran tersebut.
2. Melakukan penelitian pendahuluan
Yang dicari dari pengukuran waktu adalah waktu yang pantas diberikan
kepada pekerja untuk menyelesaikan pekerjaan. Tentu suatu kondisi yang ada
dapat dicari waktu yang pantas tersebut, artinya akan didapat juga waktu
pantas untuk menyelesaikan pekerjaan dengan kondisi yang bersangkutan.
3. Memilih operator
Operator yang akan melakukan pekerjaan yang akan diukur bukanlah orang
yang begitu saja diambil dari pabrik. Orang ini harus memenuhi beberapa
persyaratan tertentu agar pengukuran dapat berjalan baik dan dapat diandalkan
hasilnya. Syarat-syarat tersebut adalah berkemampuan normal dan dapat
diajak bekerja sama.
4. Melatih operator
Walaupun operator yang baik telah didapat, kadang-kadang masih diperlukan
adanya latihan bagi operator tersebut terutama bila kondisi dan cara kerja
yang dipakai tidak sama dengan yang biasa dijalankan operator.

Hal yang terjadi jika pada saat penelitian pendahuluan kondisi kerja atau cara
kerja sesudah mengalami perubahan. Dalam keadaan ini operator harus dilatih
terlebih dahulu karena sebelum diukur operator harus terbiasa dengan kondisi
dan cara kerja yang telah ditetapkan (dan telah dibakukan) itu. Harap diingat
bahwa yang dicari adalah waktu penyelesaian pekerjaan yang didapat dari suatu
penyelesaian wajar bukan penyelesaian dari orang yang bekerja kaku dengan
kesalahan. Kurva pengembangan penguasaan pekerjaan oleh operator sejak
mulai mengenalnya sampai terbiasa ditunjukkan pada Gambar 2.1.

Tingkat
Penguasaan

Waktu

Gambar 2. 1 Kurva Belajar

Lingkungan dikenal sebagai lingkungan belajar (learning curve). Operator,


baru dapat diukur apabila sudah berada pada tingkat penguasaan maksimum yang
pada kurva ditunjukkan pada garis stabil yang mendatar, dimana pada garis ini
operator telah memiliki penguasaan paling tinggi yang dapat ia capai; biasanya
latihan-latihan lebih lanjut tidak akan merubah banyak bentuk kurva tersebut
(Sutalaksana, 2006).
1. Mengurai pekerjaan atas elemen-elemen pekerjaan
Disini pekerjaan dipecah menjadi elemen pekerjaan, yang merupakan gerakan
bagian dari pekerjaan yang bersangkutan. Elemen-elemen inilah yang diukur
waktunya.
2. Menyiapkan alat-alat pengukuran
Setelah kelima langkah dijalankan dengan baik, tibalah sekarang pada langkah
terakhir sebelum melakukan pengukuran, yaitu menyiapkan alat-alat yang diperlukan.
Alat-alat tersebut adalah :
 Jam henti (stopwatch)
 Lembaran pengamatan
 Pena atau pensil
 Papan pengamatan
2.3 Waktu Baku
Pada prinsipnya waktu baku berisi dari waktu yang diperlukan untuk
menyelesaikan suatu pekerjaan yang telah diteliti (diukur) pada waktu yang lalu.
Dengan demikian, bila pekerjaan tersebut diulang, waktu yang pantas
menyelesaikannya sudah diketahui. Penentuan waktu baku :
1. Waktu siklus: waktu hasil pengamatan secara langsung, yang terbaca dalam
stopwatch atau waktu penyelesaiaan rata-rata selama pengukuran (Sutalaksana,
2006).

Ws
Dimana :
Ws = Waktu siklus
ΣXi = Jumlah data pengukuran
N = Banyaknya data/pengukuran
2. Waktu Normal: waktu kerja dengan telah mempertimbangkan faktor
penyesuaian (Sutalaksana, 2006).
Wn = Ws x p
Faktor penyesuaian ini diperhitungkan jika pengukur berpendapat bahwa
operator bekerja dengan kecepatan tidak wajar, sehingga hasil perhitungan waktu
perlu disesuaikan atau dinormalkan dulu untuk mendapatkan siklus rata-rata yang
wajar. Jika pekerja bekerja dengan wajar, maka faktor penyesuaiannya (p) = 1,
artinya waktu siklus rata-rata sudah normal. Jika pekerjaannya terlalu lambat,
maka untuk menormalkannya pengukur harus memberikan harga p < 1, dan
sebaliknya p > 1, jika dianggap bekerja dengan cepat. Terdapat 3 cara penentuan
faktor penyesuaian, yaitu cara Shumard, Westinghouse dan objektif (Sutalaksana,
2006).
a. Cara Persentase
Faktor penyesuaian sepenuhnya ditentukan oleh pengukur melalui
pengamatannya selama melakukan pengukuran. Jadi sesuai dengan pengukurannya
pengamat menentukan harga p yang menurut pendapatnya menghasilkan waktu
normal bila harga ini dikalikan dengan waktu siklus.
b. Cara Shumard
Shumard memberikan patokan-patokan penilaian melalui kelas-kelas
performance kerja dimana setiap kelas mempunyai nilai masing-masing. Disini
pengukur diberi patokan untuk menilai performance kerja operator menurut kelas-
kelas Superfast, Fast+, Fast, Fast-, Excellent dan seterusnya.
Tabel 2. 1 Penyesuaian menurut cara Shumard

c. Cara Westinghouse
Westinghause mengerahkan penilaian pada 4 faktor yang dianggap
menentukan kewajaran atau ketidakwajaran dalam bekerja yaitu :
1. Keterampilan adalah sebagai kemampuan mengikuti cara kerja yang
ditetapkan.
2. Usaha adalah kesungguhan yang ditunjukkan atau diberikan operator
ketika melakukan pekerjaannya.
3. Kondisi kerja adalah kondisi fisik lingkungan seperti keadaan
pencahayaan, temperatur dan kebisingan ruangan.
4. Konsistensi adalah waktu penyelesaian yang selalu tetap dari satu
waktu ke waktu lain.
Tabel 2. 2 Penyesuaian menurut Westinghouse

Untuk keperluan penyesuaian keterampilan dibagi menjadi enam kelas dengan


ciri – ciri dari setiap kelas seperti yang dikemukakan berikut ini :
SUPER SKILL :
1. Secara bawaan cocok sekali dengan pekerjaannya.
2. Bekerja dengan sempurna
3. Tampak seperti telah terlatih dengan sangat baik
4. Gerakan-gerakannya halus tetapi sangat cepat sehingga sulit untuk diikuti.
5. Kadang-kadang terkesan tidak berbeda dengan gerakan-gerakan mesin.
6. Perpindahan dari satu elemen pekerjaan ke elemen lainnya tidak terlampau terlihat
karena lancarnya.
7. Tidak terkesan adanya gerakan – gerakan berpikir dan merencanakan dan
merencanakan tentang apa yang dikerjakan (sudah sangat otomatis).
8. Secara umum dapat dikatakan bahwa pekerjaan bersangkutan adalah pekerjaan
yang baik.
EXCELLENT SKILL :
1. Percaya pada diri sendiri
2. Tampak cocok dengan pekerjaannya.
3. Terlihat telah terlatih baik.
4. Bekerjanya teliti dengan tidak banyak melakukan pengukuran–pengukuran atau
pemeriksaan–pemeriksaan.
5. Gerakan–gerakan kerja beserta urutan–urutannya dijalankan tanpa kesalahan.
6. Menggunakan peralatan dengan baik.
7. Bekerjanya cepat tanpa mengorbankan mutu.
8. Bekerjanya cepat tetapi halus.
9. Bekerja berirama dan terkoordinasi.
GOOD SKILL :
1. Kwalitas hasil baik.
2. Bekerjanya tampak lebih baik dari pada kebanyakan pekerjaan pada umumnya.
3. Dapat memberikann petunjuk – petunjuk pada pekerja lain yang keterampilannya
lebih rendah.
4. Tampak jelas sebagai kerja yang cakap.
5. Tidak memerlukan banyak pengawasan.
6. Tiada keragu - raguan
7. Bekerjanya “stabil”
8. Gerakannya – gerakannya terkoordinasi dengan baik.
9. Gerakan – gerakannya cepat.
AVERAGE SKILL :
1. Tampak adanya kepercayaan pada diri sendiri.
2. Gerakannya cepat tetapi tidak lambat.
3. Terlihatnya ada pekerjaan – pekerjaan yang perencana.
4. Tampak sebagai pekerja yang cakap.
5. Gerakan – gerakannya cukup menunjukan tidak adanya keragu – raguan.
6. Mengkoordinasikan tangan dan pikiran dengan cukup baik.
7. Tampak cukup terlatih dan karenanya mengetahui seluk beluk pekerjaannya.
8. Bekerjanya cukup teliti.
9. Secara keseluruhan cukup memuaskan.
FAIR SKILL :
1. Tampak terlatih tetapi belum cukup baik.
2. Mengenal peralatan dan lingkuan secukupnya.
3. Terlihat adanya perencanaan – perencanaan sebelum melakukan gerakan.
4. Tidak mempunyai kepercayaan diri yang cukup.
5. Tampaknya seperti tidak cocok dengan pekerjaannya tetapi telah ditempatkan
dipekerjaan itu sejak lama.
6. Mengetahui apa yang dilakukan dan harus dilakukan tetapi tampak selalu tidak
yakin.
7. Sebagian waktu terbuang karena kesalahan – kesalahan sendiri.
8. Jika tidak bekerja sungguh – sungguh outputnya akan sangat rendah
9. Biasanya tidak ragu – ragu dalam menjalankan gerakan – gerakanya.
POOR SKILL :
1. Tidak bisa mengkoordinasikan tangan dan pikiran.
2. Gerakan – gerakannya kaku.
3. Kelihatan ketidak yakinannya pada urutan – urutan gerakan.
4. Seperti yang tidak terlatih untuk pekerjaan yang bersangkutan.
5. Tidak terlihat adanya kecocokan dengan pekerjaannya.
6. Ragu – ragu dalam menjalankan gerakan – gerakan kerja.
7. Sering melakukan kesalahan – kesalahan
8. Tidak adanya kepercayaan pada diri sendiri.
9. Tidak bisa mengambil inisiatif sendiri.
Untuk usaha atau Effort cara Westinghouse membagi juga kedalam kelas -
kelas dengan ciri masing - masing. Yang dimaksut dengan usaha disini adalah
kesungguhan yang ditunjukan atau diberikan operator ketikan melakukan
pekerjaannya. Berikut ini ada enam kelas usaha dengan ciri – cirinya.
EXCESSIVE EFFORT :
1. Kecepatan sangat berlebihan.
2. Usahanya sangat besungguh-sungguh tetapi dapat membahayakan kesehatannya.
3. Kecepatan yang ditimbulkannya tidak dapat dipertahankan sepanjang hari kerja.
EXELLENT EFFORT :
1. Jelas terlihat kecepatan kerjannya yang tinggi
2. Gerakan - gerakan lebih “ekonomis” daripada operator - operator biasa.
3. Penuh perhatian pada pekerjaannya.
4. Banyak memberi saran - saran.
5. Menerima saran – saran dan petunjuk dengan senang.
6. Percaya pada kebaikan maksud pengukuran waktu.
7. Tidak dapat bertahan lebih dari beberapa hari.
8. Bangga atas kelebihannya.
9. Gerakan – gerakan yang salah terjadi sangat jarang sekali.
10. Bekerja sitematis.
11. Karena lancarnya, perpindahan dari satu elemen-keelemen lainnya tidak terlihat.
GOOD EFFORT :
1. Bekerja berirama
2. Saat – saat menganggur sangat sedikit, bahkan kadang - kadang tidak ada.
3. Penuh perhatian pada pekerjaan.
4. Senang pada pekerjaannya
5. Kecepatannya baik dan dapat dipertahankan sepanjang hari.
6. Percaya pada kebaikan maksut pengukuran waktu.
7. Menerima saran - saran dan petunjuk - petunjuk dengan senang.
8. Dapat memberikan saran – saran untuk perbaikan kerja.
9. Tempat kerjanya diatur dengan baik dan rapi.
10. Menggunakan alat – alat yang tepat dengan baik.
11. Memelihara dengan baik kondisi peralatan.
AVERAGE EFFORT :
1. Tidak sebaik good, tetapi lebih baik dari poor.
2. Bekerja dengan Stabil.
3. Menerima saran – saran tetapi tidak melaksanakannya.
4. Set Up dilakukan dengan baik.
5. Melakukan kegiatan – kegiatan perencanaan.
FAIR EFFORT :
1. Saran – saran yang baik diterima dengan kesal.
2. Kadang – kadang perhatian tidak ditujukan pada pekerjaanya.
3. Kurang sungguh – sungguh.
4. Tidak mengeluarkan tenaga dengan secukupnya.
5. Terjadi sedikit penyimpangan dari cara kerja baku.
6. Alat – alat yang dipakainya tidak selalu yang terbaik.
7. Terlihat adanya kecenderungan kurang perhatian pada pekerjaanya.
8. Terlampau hati–hati.
9. Sitematika kerjanya sedang – sedang aja.
10. Gerakan – gerakan tidak terencana.
POOR EFFORT :
1. Banyak membuang – buang waktu.
2. Tidak memperhatikan adanya minat bekerja.
3. Tidak mau menerima saran – saran.
4. Tampak malas dan lambat bekerja.
5. Melakukan gerakan – gerakan yang tidak perlu untuk mengambil alat-alat dan
bahan – bahan.
6. Tempat kerjanya tidak diatur rapi.
7. Tidak perduli pada cocok/ baik tidaknya peralatan yang dipakai.
8. Mengubah-ubah tata letak tempat kerja yang telah diatur.
9. Set Up kerjanya terlihat tidak baik
3. Waktu Baku: waktu kerja dengan mempertimbangkan faktor kelonggaran
Wb = Wn x (1+I)............................................................................. (II-9)
Dimana :
Wb = Waktu Baku
I = Faktor Kelonggaran
Kelonggaran diberikan untuk 3 hal yaitu kebutuhan pribadi, menghilangkan rasa
fatigue dan hambatan-hambatan yang tidak dapat dihindarkan.
2.4 Definisi Peta Kerja
Peta kerja (Peta Proses – process chart) merupakan alat komunikasi yang
sistematis dan logis guna menganalisa proses kerja dari tahap awal sampai akhir
(Sritomo, 2008). Peta-peta kerja merupakan salah satu alat yang sistematis dan jelas
untuk berkomunikasi secara luas dan melalui peta-peta kerja ini bisa mendapatkan
informasi-informasi yang diperlukan untuk memperbaiki suatu metoda kerja. Contoh
informasi-informasi yang diperlukan antara lain jumlah benda kerja yang harus
dibuat, waktu operasi mesin, kapasitas mesin, bahanbahan khusus yang harus
disediakan, alat-alat khusus yang harus disediakan, dan sebagainya.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa peta kerja adalah suatu
alat yang menggambarkan kegiatan kerja secara sistematis dan jelas. Melalui peta
kerja ini, maka dapat dilihat semua langkah atau kejadian yang dialami oleh suatu
benda kerja dari mulai masuk ke pabrik (dalam bentuk bahan baku), kemudian
menggambarkan semua langkah yang dialaminya, seperti transportasi, operasi mesin,
pemeriksaan, dan perakitan, sampai akhirnya menjadi produk jadi, baik produk
lengkap atau bagian dari suatu produk lengkap (Sutalaksana, 2006).
2.5 Lambang-Lambang yang Digunakan
Menurut catatan sejarah, peta-peta kerja yang ada sekarang ini dikembangkan
oleh Gilberth. Pada saat itu untuk membentuk suatu peta kerja, Gilberth mengusulkan
40 buah lambang yang bisa digunakan. Kemudian pada tahun berikutnya jumlah
lambang-lambang tersebut disederhanakan menjadi 6 macam, yaitu :

Operasi
Adalah suatu kegiatan operasi yang terjadi apabila benda kerja mengalami
perubahan sifat, baik fisik maupun kimiawi, mengambil informasi maupun
memberikan informasi pada suatu keadaan juga termasuk operasi. Operasi merupakan
kegiatan yang paling banyak terjadi dalam suatu proses. Dan biasanya terjadi pada
suatu mesin atau suatu stasiun kerja, contohnya :
 Pekerjaan menyerut kayu dengan mesin serut.
 Pekerjaan mengeraskan logam.
 Pekerjaan merakit.
Dalam prakteknya, lambang ini juga bisa digunakan untuk menyatakan
aktivitas administrasi misalnya aktivitas perencanaan atau perhitungan (Sutalaksana,
2006).

Pemeriksaan
Adalah suatu kegiatan pemeriksaan yang terjadi apabila benda kerja atau
peralatan mengalami pemeriksaan baik untuk kualitas maupun kuantitas (Sutalaksana,
2006). Lambang ini digunakan jika kita melakukan pemeriksaan terhadap suatu objek
atau membandingkan objek tertentu dengan suatu standar. Suatu pemeriksaan tidak
menjuruskan bahan ke arah menjadi suatu barang jadi, contohnya :
 Mengukur dimensi benda.
 Memeriksa warna benda.
 Membaca alat ukur tekanan uap pada suatu mesin uap.

Transportasi
Adalah suatu kegiatan transportasi yang terjadi apabila benda keja, pekerja
atau perlengkapan mengalami perpindahan tempat yang bukan merupakan bagian dari
suatu operasi, contohnya :
 Benda kerja diangkut dari mesin bubut ketempat mesin scrap untuk
mengalami operasi berikutnya.
 Suatu objek dipindahkan dari lantai bawah ke lantai atas lewat elevator.
Suatu pergerakan yang merupakan bagian dari operasi atau disebabkan oleh
petugas pada tempat kerja sewaktu operasi atau pemeriksaan berlangsung bukanlah
merupakan transportasi (Sutalaksana, 2006). Contohnya ialah keramik yang
mengalami operasi pemanasan sambil bergerak diatas ban berjalan merupakan
kegiatan operasi, walaupun keramik tersebut mengalami perpindahan tempat tetapi
perpindahan tersebut merupakan bagian dari kegiatan pemanasan.

Menunggu
Proses menunggu terjadi apabila benda kerja, pekerja, atau perlengkapan tidak
mengalami kegiatan apa-apa selain menunggu (biasanya sebentar) (Sutalaksana,
2006).
Kejadian ini menunjukkan bahwa suatu objek ditinggalkan untuk sementara
tanpa pencatatan sampai diperlukan kembali, contohnya :
 Objek menunggu untuk diproses atau diperiksa.
 Peti menunggu untuk dibongkar.
 Bahan menunggu untuk diangkat ke tempat lain.

Penyimpanan
Proses penyimpanan terjadi apabila benda kerja disimpan untuk jangka waktu
yang cukup lama. Jika benda tersebut akan diambil kembali biasanya memerlukan
suatu prosedur perijinan tertentu (Sutalaksana, 2006).
Lambang ini digunakan untuk menyatakan suatu objek yang mengalami
penyimpanan permanen, yaitu ditahan atau dilindungi terhadap pengeluaran tanpa ijin
tertentu. Prosedur perijinan dan lamanya waktu adalah dua hal yang membedakan
antara kegiatan menunggu dan penyimpanan, contohnya :
 Dokumen-dokumen atau catatan-catatan disimpan dalam brankas.
 Bahan baku disimpan dalam gudang.
Selain kelima lambang standar diatas, kita bisa menggunakan lambang lain
apabila merasa perlu untuk mencatat suatu aktivitas yang memang terjadi selama
proses berlangsung dan tidak terungkap oleh lambang-lambang tadi.

Aktivitas Gabungan
Adalah kegiatan yang terjadi apabila antar aktivitas operasi dan pemeriksaan
dilakukan bersamaan atau dilakukan pada suatu tempat kerja (Sutalaksana, 2006).

2.6 Macam-Macam Peta Kerja


Pada dasarnya peta-peta kerja yang ada sekarang ini bisa dibagi dalam dua
kelompok besar berdasarkan kegiatannya, yaitu (Sutalaksana, Anggawisastra dan
Tjakraatmadja, 2006, hal. 22) :
1. Peta-peta kerja yang digunakan untuk menganalisa kegiatan kerja
keseluruhan.
a. Peta Proses Operasi (Operation Process Chart/OPC)
b. Peta Aliran Proses (Flow Proces Chart/FPC)
c. Peta Proses Kelompok Kerja (Work Group Process Chart)
d. Diagram Alir (Flow Diagram)
2. Peta-peta kerja yang digunakan untuk menganalisa kegiatan kerja setempat.
a. Peta Pekerja dan Mesin
b. Peta Tangan Kiri dan Tangan Kanan
2.6.1 Peta – Peta Kerja Yang Digunakan Untuk Menganalisa Kegiatan Kerja
Keseluruhan

a) Peta Perakitan (Assembling Chart)


Peta perakitan yaitu suatu pernyataan grafis dari suatu siklus dimana bagian dan
sub bagian produk dirakit menjadi produk akhir. Peta ini sangat membantu dalam
memahami beberapa hal penting, antara lain :
 Komponen apa saja yang membentuk produk.
 Bagaimana komponen/bagian-bagian tersebut tersusun bersama.
 Komponen yang menjadi bagian suatu rakitan bagian.
 Aliran komponen ke dalam sebuah rakitan.
 Keterkaitan antar bagian/komponen dengan rakitan bagian.
 Penggambaran menyeluruh dari proses perakitan.
 Urutan waktu komponen bergabung bersama.
 Suatu gambaran awal dari pola aliran bahan.
Gambar 2. 2 Peta Perakitan

b) Peta Proses Operasi (Operation Process Chart / OPC)


Peta Proses Operasi merupakan suatu diagram atau suatu peta yang
menggambarkan langkah-langkah proses yang akan dialami oleh bahan baku
mengenai urutan-urutan operasi dan pemeriksaan. Sejak dari awal sampai menjadi
produk jadi utuh maupun sebagai komponen, dan juga memuat informasi-informasi
yang diperlukan untuk analisis lebih lanjut. Jadi, dalam suatu peta proses operasi
yang dicatat hanyalah kegiatan-kegiatan operasi dan pemeriksaan saja (Sutalaksana,
1979).
Gambar 2. 3 Peta Proses Operasi

 Kegunaan Peta Proses Operasi


Adanya informasi-informasi yang dicatat melalui peta proses operasi dapat
diperoleh beberapa manfaat diantaranya dapat mengetahui kebutuhan mesin dan
penganggarannya, dapat memperkirakan kebutuhan akan bahan baku, sebagai alat
untuk menentukan tata letak pabrik, sebagai alat untuk melakukan perbaikan cara
kerja yang dipakai, sebagai alat untuk latihan kerja, dan lain-lain (Sutalaksana,2006).
 Prinsip-Prinsip Pembuatan Peta Proses Operasi
Sebelum membuat peta proses operasi terdapat prinsip-prinsip yang harus
diketahui terlebih dahulu. Adapun prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut:
beberapa prinsip yang harus diikuti adalah sebagai berikut :
1. Membuat kepala judul “Peta Proses Operasi” yang diikuti oleh identifikasi serta
lainnya seperti nama objek, nama pembuat peta, tanggal dipetakan, dan nomor peta.
2. Material yang akan diproses diletakkan diatas garis horizontal, yang menunjukkan
bahwa material tersebut masuk kedalam proses.
3. Lambang-lambang ditempatkan dalam arah vertikal, yang menunjukkan terjadinya
perubahan proses.
4. Penomoran terhadap suatu kegiatan operasi diberikan sesuai dengan urutan operasi
yang dibutuhkan untuk pembuatan produk tersebut atau secara berurutan sesuai
dengan proses yang terjadi.
5. Penomoran terhadap suatu kegiatan pemeriksaan diberikan secara tersendiri dan
prinsipnya sama dengan penomoran untuk kegiatan operasi (Sutalaksana, 1979).
6. Agar diperoleh gambar peta proses operasi yang baik, gambar peta pada bagian
produk yang paling banyak memerlukan operasi sebaiknya dipetakan terlebih dahulu,
dan ini dilakukan pada bgaian peta sebelah kanan. Secara sketsa, prinsip-prinsip
pembuatan peta proses operasi ini dapat dilihat pada Gambar 2.4 (Sutalaksana, 1979).
Arah material yang masuk proses

Gambar 2. 4 Prinsip Pembuatan Peta Proses Operasi

Keterangan :
W = Waktu yang dibutuhkan untuk suatu operasi atau pemeriksaan.
O – N = Nomor urut untuk kegiatan operasi tersebut.
I – N = Nomor urut untuk kegiatan pemeriksaan tersebut.
M = Menunjukkan mesin atau tempat dimana kegiatan tersebut dilaksanakan
c) Peta Aliran Proses (Flow Process Chart / FPC)
Peta Aliran Proses merupakan suatu diagram yang menunjukkan urutan-urutan dari
operasi, pemeriksaan, transportasi, menunggu, dan penyimpanan yang terjadi selama
satu proses berlangsung, serta di dalamnya memuat pula informasi-informasi yang
diperlukan untuk analisa seperti waktu yang dibutuhkan dan jarak
perpindahan.

Gambar 2. 5 Peta Aliran Proses

 Perbedaan Peta Aliran Proses dan Peta Proses operasi


Ada dua hal utama yang membedakan antara peta proses operasi dengan
peta aliran proses, yaitu :
1. Peta Aliran Proses memperlihatkan semua aktivitas-aktivitas dasar, termasuk
transportasi, menunggu dan menyimpan. Sedangkan pada Peta Proses Operasi,
terbatas pada operasi dan pemeriksaan.
2. Pada Peta Aliran Proses menganalisa setiap komponen yang diproses secara lebih
lengkap dibanding Peta Proses Operasi, dan memungkinkan untuk digunakan untuk
setiap proses (Sutalaksana, 1979).
 Macam-macam Peta Aliran Proses
Peta proses operasi memiliki macam-macamnya, dibawah ini adalah macam
dari peta aliran proses :
1. Peta Aliran Proses tipe bahan
Peta Aliran Proses tipe bahan adalah suatu peta yang meggambarkan kejadian
yang dialami bahan dalam suatu proses operasi.
2. Peta Aliran Proses tipe orang
Peta Aliran Proses tipe orang adalah suatu peta yang menggambarkan suatu proses
dalam bentuk aktivitas-aktivitas manusia atau operator. Peta Aliran Proses tipe orang
dapat dibagi menjadi 2 bagian, yaitu; peta aliran proses pekerja yang menggambarkan
aliran kerja seorang operator, peta aliran Proses pekerja yang menggambarkan aliran
sekelompok manusia, atau sering disebut peta proses kelompok kerja.
Kegunaan peta aliran proses yaitu digunakan untuk mengetahui aliran bahan
atau aktivitas orang mulai dari awal suatu proses sampai aktivitas terakhir. Dapat
memberikan informasi mengenai waktu penyelesaian suatu produk. Digunakan untuk
mengetahui jumlah kegiatan yang dialami bahan atau yang dilakukan oleh orang
selama proses berlangsung. Sebagai alat untuk melakukan perbaikan-perbaikan
proses atau metode kerja (Sritomo, 2008).
 Kegunaan Peta Aliran Proses
Secara terperinci dapat diuraikan kegunaan umum dari suatu peta aliran
proses. Adapun kegunaan umum dari suatu peta aliran proses, sebagai berikut :
1. Bisa digunakan untuk mengetahui aliran bahan atau aktivitas orang mulai awal
masuk dalam suatu proses atau prosedur sampai aktivitas terakhir.
2.  Peta ini bisa memberikan informasi mengenai waktu penyelesaian suatu proses
atau prosedur.
3. Bisa digunakan untuk mengetahui jumlah kegiatan yang dialami bahan atau
dilakukan oleh orang selama proses atau prosedur berlangsung.
4. Sebagai alat untuk melakukan perbaikan-perbaikan proses atau metode kerja.
5. Khusus untuk peta yang hanya menggambarkan aliran yang dialami oleh suatu
komponen atau satu orang, secara lebih lengkap, maka peta ini merupakan suatu alat
yang akan mempermudah proses analisa untuk mengetahui tempat-tempat dimana
terjadi ketidakefisienan atau terjadi ketidaksempurnaan pekerjaan, sehingga dengan
sendirinya dapat digunakan untuk menghilangkan ongkos-ongkos yang tersembunyi.
d) Diagram Alir (Flow Diagram)
Menurut (Sutalaksana, 2006. Hal 41), diagram alir merupakan suatu gambaran
menurut skala dari susunan lantai dan gedung, yang menunjukkan lokasi dari semua
aktivitasyang terjadi dalam Peta Aliran Proses. Aktivitas yang berarti pergerakan
suatu material atau orang dari suatu tempat ketempat berikutnya, dinyatakan oleh
garis aliran dalam diagram tersebut. Arah aliran digambarkan oleh anak panah kecil
pada garis aliran tersebut.

Gambar 2. 6 Diagram Alir


BAB III
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

3.1 Pengumpulan Data


Pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan
dalam rangka mencapai tujuan penelitian. Pengumpulan data di lakukan pada :
Hari :
Tanggal :
Waktu :
Tempat :
Alamat :

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan stopwatch untuk menghitung


pengukuran waktu jam henti setiap stasiun kerja.

3.4 Data Waktu Jam Henti


Berikut ini merupakan data waktu jam henti dari hasil pengukuran dalam
proses pembuatan sepatu dan dibuat dalam bentuk tabel :
Komponen Stasiun Kerja Proses waktu jam henti (det)
12 14 10 9 12 13 11 14 12
10 12 11 14 9 12 13 11 10
Penyerutan Penyerutan Kayu 14 11 9 12 10 13 9 13 11
12 14 9 11 13 10 10 12 9
12 10 9 11 14 12 10 9 12
6 8 7 6 8 5 6 8 8
7 7 8 5 5 6 7 8 5
Pemotongan Pemotongan Kayu 8 6 5 9 7 5 8 5 8
5 7 7 5 8 6 10 6 7
7 6 8 8 6 5 7 8 8
Rangka Tiang
9 10 8 7 11 8 7 9 7
7 9 11 8 6 9 8 10 6
Pemotongan Gergaji Kayu 9 6 10 9 6 8 10 7 9
7 10 9 8 11 7 9 8 6
10 9 8 7 9 8 10 6 9
6 8 8 6 7 6 8 7 6
9 7 6 8 6 9 9 6 5
Pembobokan Pembobokan Kayu 6 5 7 6 8 6 7 9 6
7 9 7 8 8 9 6 9 7
8 6 5 6 7 6 8 6 8
10 9 12 13 7 9 10 11 9
7 11 9 10 8 11 9 10 12
Penyerutan Penyerutan Kayu 6 12 10 11 9 7 10 12 9
8 10 12 7 10 11 9 10 12
10 7 12 10 7 8 10 11 7
4 5 4 5 5 4 5 4 4
5 4 4 4 4 5 5 5 5
Ambang Pemotongan Pengukuran Kayu 4 5 3 5 5 4 4 4 4
5 4 4 4 5 5 4 5 5
4 5 3 4 4 4 5 4 4
10 9 7 6 9 11 9 9 10
12 11 9 9 10 12 9 11 11
Pemotongan Pemotongan Kayu 8 9 9 11 10 7 7 10 10
11 11 10 10 7 7 8 10 9
12 10 8 10 9 9 10 12 10
8 10 7 8 10 10 9 8 8
10 7 9 11 6 8 10 7 9
Penyerutan Penyerutan Kayu 8 8 7 10 7 7 8 8 10
9 7 6 10 8 11 9 7 7
10 9 8 8 7 10 9 10 7
10 8 7 11 11 10 8 8 8
10 9 9 10 7 11 12 7 10
Pemotongan Pengukuran Kayu 9 7 12 11 8 7 10 10 9
8 10 7 11 8 10 12 12 7
10 7 8 9 12 7 10 7 9
Purus
15 11 12 16 12 12 15 15 14
12 12 11 13 13 12 12 15 15
Pemotongan Pemotongan Kayu 11 12 16 16 15 13 12 14 14
15 13 13 11 12 15 11 11 13
12 11 16 16 15 12 13 13 15
7 6 7 7 4 4 7 5 5
7 8 8 5 5 7 6 6 7
Pembobokan Profil Kayu 6 8 8 7 6 7 7 8 9
8 7 6 6 8 7 9 6 5
7 5 5 7 8 6 6 7 7
11 9 11 11 19 8 5 8 11
12 9 9 13 10 9 10 10 6
Penyerutan Penyerutan Kayu 11 9 10 10 11 11 8 8 12
8 10 11 11 5 12 11 11 7
9 11 11 8 8 5 10 10 9
10 9 9 6 12 12 11 11 10
8 7 10 10 5 5 10 10 8
Pemotongan Pemotongan Kayu 9 9 7 7 7 10 7 11 9
12 8 10 11 6 8 9 8 7
12 7 9 7 7 10 9 9 11
Panel
16 18 16 16 15 17 14 14 15

Pemotongan Pengukuran Kayu


3.5.1.3 Faktor Penyesuaian
Pada sub bab ini memuat uraian faktor penyesuaian dan kelonggaran yang
digunakan untuk pengukuran waktu. Penerapan faktor penyesuaian dan faktor
kelonggaran harus disertai dengan alasan yang sesuai dengan kondisi nyata pekerja
maupun lingkungan kerja dengan Westinghouse.
 Stasiun Kerja Pengukuran
Faktor penyesuaian untuk stasiun kerja pengukuran diambil dari penyesuaian
menurut westhinghouse.

Faktor Penyesuaian

Keterampilan : Excellent (B1) = +0,11

Usaha : Excellent (B1) = +0,10

Kondisi Kerja : Average (D = +0,02

Konsistensi : Good (C) = +0,01

Jumlah : = 0,22

Jadi Faktor Penyesuaian (p) = (1+0,24) = 1,24

Alasan : Penentuan faktor penyesuaian yang diberikan pada stasiun kerja pengukuran
untuk keterampilan dan usaha luar biasa (excellent) dikarenakan operator sangat baik
dalam pembuatan pintu. Sedangkan untuk kondisi kerja dan konsistensi yaitu baik
(good) dikarenakan operator baik dalam pembuatan sepatu.

Tabel 3. 1 Rekapitulasi Faktor Penyesuaian

Faktor Kelonggaran

Tenaga yang dikeluarkan (Dapat Diabaikan) = 6%

Sikap kerja (Duduk) = 1%

Gerakan Kerja (Normal) = 0%


Kelelahan Mata (Pandangan terus fokus tetap) = 8%

Keadaan Temperature tempat kerja (Normal) = 5%

Keadaan Atmosfer (Baik) = 0%

Keadaan lingkungan yang baik (Sangat Bising) = 5%

Kebutuhan pribadi (Pria) = 2%

Jumlah = 27%

Alasan : Penentuan faktor kelonggaran yang diberikan pada stasiun kerja pengukuran
untuk tenaga yang dikeluarkan yaitu 6% karena operator bekerja di meja dengan
posisi duduk, sikap kerja yang dikeluarkan yaitu 1% karena operator sikap kerjanya
dengan duduk, gerakan kerja yang dikeluarkan yaitu 0% karena normal, kelelahan
mata yang dikeluarkan 8% karena pandangan terus fokus operator tetap, keadaan
temperature yang dikeluarkan 5% karena normal, keadaan atmosfer yang
dikeluaarkan 0% karena baik, keadaan ligkungan yang dikeluarkan 5% karena
lingkungan sangat bising dan untuk kebutuhan pribadi yang dikeluarkan 2% karena
operatornya pria.

 Rekapitulasi Faktor Kelonggaran Semua Stasiun Kerja

Tabel 3. 2 Rekapitulasi Faktor Kelonggram

3.5 Pengolahan Data


Setelah melakukan pengumpulan data dan pengolahan dari lapangan, berikut
ini merupakan uraian pengolahan data untuk menentukan waktu baku dengan jam
henti.

3.5.1 Perhitungan Waktu Baku dengan Jam henti


Pengukuran Waktu Baku dengan Jam henti dikembangkan berdasarkan
hukum probabilitas atau sampling. Oleh karena itu pengamatan terhadap suatu obyek
yang ingin diteliti tidak perlu dilaksanakan secara menyeluruh (populasi) melainkan
cukup dilaksanakan secara mengambil sampel pengamatan yang diambil secara acak
(random) (Wignosoebroto, 2006). Berikut merupakan perhitungan waktu baku
dengan jam henti :
 Perhitungan untuk Proses Pengukuran
Tingkat Kepercayaan : 95%, karena kita yakin dan kita percaya akan tingkat
kepercayaan tersebut.
Tingkat Ketelitian : 5%, karena data yang diperoleh dari penelitian yang
dianggap tidak memiliki ketelitian tinggi.
3.5.1.1 Uji Keseragaman
Uji Keseragaman data dilakukan untuk semua proses. Hasil perhitungan yang
ditampilkan hanya untuk satu proses yang lainnya direkap dalam bentuk tabel.
Berikut ini merupakan perhitungan uji keseragaman :
 Menghitung rata-rata :

x̄=
∑ xi
n

Dimana : ∑ xi = Jumlah Data

n = Banyaknya Data

219
Maka diperoleh : x̄= = 4,38
50

Tabel Uji Keseragaman Data


Perhitungan ke Xi Xi-X (Xi-X)²
1 4 -0,38 0,1444
2 5 0,62 0,3844
3 4 -0,38 0,1444
4 5 0,62 0,3844
5 4 -0,38 0,1444
6 5 0,62 0,3844
7 4 -0,38 0,1444
8 5 0,62 0,3844
9 4 -0,38 0,1444
10 5 0,62 0,3844
11 4 -0,38 0,1444
12 4 -0,38 0,1444
13 3 -1,38 1,9044
14 4 -0,38 0,1444
15 3 -1,38 1,9044
16 5 0,62 0,3844
17 4 -0,38 0,1444
18 5 0,62 0,3844
19 4 -0,38 0,1444
20 4 -0,38 0,1444
21 5 0,62 0,3844
22 4 -0,38 0,1444
23 5 0,62 0,3844
24 5 0,62 0,3844
25 4 -0,38 0,1444
26 4 -0,38 0,1444
27 5 0,62 0,3844
28 4 -0,38 0,1444
29 5 0,62 0,3844
30 4 -0,38 0,1444
31 5 0,62 0,3844
32 4 -0,38 0,1444
33 5 0,62 0,3844
34 4 -0,38 0,1444
35 4 -0,38 0,1444
36 5 0,62 0,3844
37 5 0,62 0,3844
38 4 -0,38 0,1444
39 4 -0,38 0,1444
40 5 0,62 0,3844
41 4 -0,38 0,1444
42 5 0,62 0,3844
43 4 -0,38 0,1444
44 5 0,62 0,3844
45 4 -0,38 0,1444
46 4 -0,38 0,1444
47 5 0,62 0,3844
48 4 -0,38 0,1444
49 5 0,62 0,3844
50 4 -0,38 0,1444
jumlah 219   15,78

 Menghitung Simpangan Baku (σ) dengan rumus :

2
σ = (Xi− x̄)

N −1

15,78
=
√ 50−1

= 0,567486
Dengan tingkat kepercayaan 95% diperoleh nilai kepercayaan sebesar 1,96
berikut perhitungan dengan menggunakan tingkatan kepercayaan 95%. Nilai Z
dicari dengan menggunakan Tabel Distribusi Normal.
α = 1-95% α/2 = 0,05/2 = 0,025
α = 0,05
Luas kurva menjadi 1 – 0,025 = 0,975, dengan menggunakan tabel distribusi
normal maka didapat nilai Z = 1,96
Maka batas kendali atas yang di hitung adalah :
BKA = x̄ + Z σ = 4,38 + (1,96 x 0,567486) = 5,4921
BKB = x̄ - Z σ = 4,38 - (1,96 x 0,567486) =3,2678
Uji Keseragaman Data
6

4 Xi
BKA
3
BKB
X

0
1
4
7

34

40

46
10
13
16
19
22
25
28
31

37

43

49
Kesimpulan : Hasilnya, semua data pengamatan masih belum masuk dalam range
antara BKA (Batas Kontrol Atas) dan BKB (Batas Kontrol Bawah), maka data
tersebut dikatakan belum seragam.
 Perhitungan Proses

 Menghitung rata-rata :

x̄=
∑ xi
n

Dimana ∑ xi = Jumlah Data

n = Banyaknya Data

Maka diperoleh :

213
x̄= = 4,4375
48
Tabel Keseragaman Data
Xi Xi-X (Xi-X)²
0,19140
4
-0,4375 6
0,31640
5
0,5625 6
0,19140
4
-0,4375 6
0,31640
5
0,5625 6
0,19140
4
-0,4375 6
0,31640
5
0,5625 6
0,19140
4
-0,4375 6
0,31640
5
0,5625 6
0,19140
4
-0,4375 6
0,31640
5
0,5625 6
0,19140
4
-0,4375 6
0,19140
4
-0,4375 6
0,19140
4
-0,4375 6
0,31640
5
0,5625 6
0,19140
4
-0,4375 6
0,31640
5
0,5625 6
0,19140
4
-0,4375 6
0,19140
4
-0,4375 6
0,31640
5
0,5625 6
0,19140
4
-0,4375 6
0,31640
5
0,5625 6
0,31640
5
0,5625 6
4 -0,4375 0,19140
6
0,19140
4
-0,4375 6
0,31640
5
0,5625 6
0,19140
4
-0,4375 6
0,31640
5
0,5625 6
0,19140
4
-0,4375 6
0,31640
5
0,5625 6
0,19140
4
-0,4375 6
0,31640
5
0,5625 6
0,19140
4
-0,4375 6
0,19140
4
-0,4375 6
0,31640
5
0,5625 6
0,31640
5
0,5625 6
0,19140
4
-0,4375 6
0,19140
4
-0,4375 6
0,31640
5
0,5625 6
0,19140
4
-0,4375 6
0,31640
5
0,5625 6
0,19140
4
-0,4375 6
0,31640
5
0,5625 6
0,19140
4
-0,4375 6
0,19140
4
-0,4375 6
0,31640
5
0,5625 6
0,19140
4
-0,4375 6
0,31640
5
0,5625 6
0,19140
4
-0,4375 6
213   11,8125

 Menghitung Simpangan Baku (σ) dengan rumus

2
σ = (Xi− x̄)

N −1

11,8125
=
√ 48−1

= 0,501328

Uji Keseragaman Data


6

4 Xi
BKA
3
BKB
X

0
1 4 7 1 0 13 1 6 1 9 22 2 5 2 8 31 34 3 7 40 4 3 46

Rekapitulasi Uji Keseragaman Data


Komponen Stasiun Kerja Proses waktu ja
12 14 10 9
10 12 11 14
Penyerutan Penyerutan Kayu 14 11 9 12
12 14 9 11
12 10 9 11
6 8 7 6
7 7 8 5
Pemotongan Pemotongan Kayu 8 6 5 9
5 7 7 5
7 6 8 8
Rangka Tiang
9 10 8 7
7 9 11 8
Pemotongan Gergaji Kayu 9 6 10 9
7 10 9 8
10 9 8 7
6 8 8 6
9 7 6 8
Pembobokan Pembobokan Kayu 6 5 7 6
7 9 7 8
8 6 5 6
10 9 12 13
7 11 9 10
Penyerutan Penyerutan Kayu 6 12 10 11
8 10 12 7
10 7 12 10
4 5 4 5
5 4 4 4
Ambang Pemotongan Pengukuran Kayu 4 5 3 5
5 4 4 4
4 5 3 4
10 9 7 6
12 11 9 9
Pemotongan Pemotongan Kayu 8 9 9 11
11 11 10 10
12 10 8 10
8 10 7 8
10 7 9 11
Penyerutan Penyerutan Kayu 8 8 7 10
9 7 6 10
10 9 8 8
10 8 7 11
10 9 9 10
Pemotongan Pengukuran Kayu 9 7 12 11
8 10 7 11
10 7 8 9
Purus
15 11 12 16
12 12 11 13
Pemotongan Pemotongan Kayu 11 12 16 16
15 13 13 11
12 11 16 16
7 6 7 7
7 8 8 5
Pembobokan Profil Kayu 6 8 8 7
8 7 6 6
7 5 5 7
11 9 11 11
12 9 9 13
Penyerutan Penyerutan Kayu 11 9 10 10
8 10 11 11
9 11 11 8
10 9 9 6
8 7 10 10
Pemotongan Pemotongan Kayu 9 9 7 7
12 8 10 11
12 7 9 7
Panel
16 18 16 16

Pemotongan Pengukuran Kayu


3.5.1.2 Uji Kecukupan
Uji kecukupan data diperlukan untuk memastikan bahwa yang telah
dikumpulkan dan disajikan dalam laporan penimbangan tersebut adalah cukup secara
obyektif. Berikut ini merupakan perhitungan uji kecukupan :
 Proses Pengukuran Pemotongan kayu
Dari hasil uji keseragaman data diperoleh jumlah data (N) sebanyak 50 data
dan dapat dilihat seperti pada tabel berikut :

Perhitungan ke Xi Xi-X (Xi-X)²


1 12 0,88 0,7744
2 10 -1,12 1,2544
3 14 2,88 8,2944
4 12 0,88 0,7744
5 12 0,88 0,7744
6 14 2,88 8,2944
7 12 0,88 0,7744
8 11 -0,12 0,0144
9 14 2,88 8,2944
10 10 -1,12 1,2544
11 10 -1,12 1,2544
12 11 -0,12 0,0144
13 9 -2,12 4,4944
14 9 -2,12 4,4944
15 9 -2,12 4,4944
16 9 -2,12 4,4944
17 14 2,88 8,2944
18 12 0,88 0,7744
19 11 -0,12 0,0144
20 11 -0,12 0,0144
21 12 0,88 0,7744
22 9 -2,12 4,4944
23 10 -1,12 1,2544
24 13 1,88 3,5344
25 14 2,88 8,2944
26 13 1,88 3,5344
27 12 0,88 0,7744
28 13 1,88 3,5344
29 10 -1,12 1,2544
30 12 0,88 0,7744
31 11 -0,12 0,0144
32 13 1,88 3,5344
33 9 -2,12 4,4944
34 10 -1,12 1,2544
35 10 -1,12 1,2544
36 14 2,88 8,2944
37 11 -0,12 0,0144
38 13 1,88 3,5344
39 12 0,88 0,7744
40 9 -2,12 4,4944
41 12 0,88 0,7744
42 10 -1,12 1,2544
43 11 -0,12 0,0144
44 9 -2,12 4,4944
45 12 0,88 0,7744
46 9 -2,12 4,4944
47 12 0,88 0,7744
48 10 -1,12 1,2544
49 11 -0,12 0,0144
50 14 2,88 8,2944
Jumlah 566   136,88

N’ =¿ ¿
N’ = ¿ ¿= 32,34870007
Karena, N’ < N yaitu 32,34 < 47 dapat disimpulkan bahwa data cukup
Tabel dibawah ini merupakan hasil rekapitulasi uji kecukupan data :
Komponen Stasiun Kerja Proses waktu jam henti (det)
12 14 10 9 12 13
10 12 11 14 9 12
Penyerutan Penyerutan Kayu 14 11 9 12 10 13
12 14 9 11 13 10
12 10 9 11 14 12
6 8 7 6 8 5
7 7 8 5 5 6
Pemotongan Pemotongan Kayu 8 6 5 9 7 5
5 7 7 5 8 6
7 6 8 8 6 5
Rangka Tiang
9 10 8 7 11 8
7 9 11 8 6 9
Pemotongan Gergaji Kayu 9 6 10 9 6 8
7 10 9 8 11 7
10 9 8 7 9 8
6 8 8 6 7 6
9 7 6 8 6 9
Pembobokan Pembobokan Kayu 6 5 7 6 8 6
7 9 7 8 8 9
8 6 5 6 7 6
10 9 12 13 7 9
7 11 9 10 8 11
Penyerutan Penyerutan Kayu 6 12 10 11 9 7
8 10 12 7 10 11
10 7 12 10 7 8
4 5 4 5 5 4
5 4 4 4 4 5
Ambang Pemotongan Pengukuran Kayu 4 5 3 5 5 4
5 4 4 4 5 5
4 5 3 4 4 4
10 9 7 6 9 11
12 11 9 9 10 12
Pemotongan Pemotongan Kayu 8 9 9 11 10 7
11 11 10 10 7 7
12 10 8 10 9 9
8 10 7 8 10 10
10 7 9 11 6 8
Penyerutan Penyerutan Kayu 8 8 7 10 7 7
9 7 6 10 8 11
10 9 8 8 7 10
10 8 7 11 11 10
10 9 9 10 7 11
Pemotongan Pengukuran Kayu 9 7 12 11 8 7
8 10 7 11 8 10
10 7 8 9 12 7
Purus
15 11 12 16 12 12
12 12 11 13 13 12
Pemotongan Pemotongan Kayu 11 12 16 16 15 13
15 13 13 11 12 15
12 11 16 16 15 12
7 6 7 7 4 4
7 8 8 5 5 7
Pembobokan Profil Kayu 6 8 8 7 6 7
8 7 6 6 8 7
7 5 5 7 8 6
11 9 11 11 19 8
12 9 9 13 10 9
Penyerutan Penyerutan Kayu 11 9 10 10 11 11
8 10 11 11 5 12
9 11 11 8 8 5
10 9 9 6 12 12
8 7 10 10 5 5
Pemotongan Pemotongan Kayu 9 9 7 7 7 10
12 8 10 11 6 8
12 7 9 7 7 10
Panel
16 18 16 16 15 17

Pemotongan Pengukuran Kayu

3.5.1.4 Perhitungan Waktu Siklus, Waktu Normal dan Waktu Baku

Berikut merupakan Perhitungan waktu siklus, waktu normal dan waktu baku
untuk setiap elemen pekerjaan yang diamati :
 Waktu Siklus
Waktu Siklus adalah waktu hasil pengamatan secara langsung, yang terbaca
dalam Stopwatch atau waktu penyelesaian rata-rata selama pengukuran.

Ws =
∑ Xi = 213 = 4,43 detik
N 48
 Waktu Normal
Waktu normal adalah waktu kerja yang telah mempertimbangkan faktor
penyesuaian
WN = WS x p = 4,43 x 1,24 = 5,50 detik
 Waktu Baku
Waktu baku adalah waktu kerja yang telah mempertimbangkan faktor
kelonggaran.
WB = WN x (1+ l) = 234,36 x (1+0,27) = 6,98 detik
3.6 Peta – Peta Kerja
Pembuatan produk di setiap perusahaan pasti terdapat pentujuk – petunjuk dalam
pembuatan produk tersebut, petunjuk tersebut disebut peta – peta kerja untuk membantu
karyawan dalam mebuat produk. Berikut ini adalah peta – peta kerja dalam pembuatan
daun pintu :

3.6.1 Peta Perakitan (Assembling Chart)


Berikut ini adalah peta perakitan pembuatan Daun Pintu :
3.6.2 Peta Proses Operasi (Operation Process Chart)
Berikut ini adalah peta OPC pembuatan Daun Pintu :

PETA PROSES OPERASI

Nama Objek : DAUN PINTU


Nomer Peta : 02 Sekarang
Dipetakan Oleh : Fikri Akmal Arrafi
Taufik Febri Akbar Iskandar Usulan
Tanggal dipetakan : 15 Mei 2019

Purus (1&2) Panel (1-4) Rangka Tiang (2) Ambang Bawah (2) Ambang Atas (1) Rangka Tiang (1)
Purus (5)

Diserut Diserut 21,28' Diserut


Diserut 14.20' Diserut 14.20' 14.20' 10,07' Diserut 10,07' Diserut
14.20'
O-39 O-30 0%
O-17 O-12 O-8 O-5 O-1
0% 0% 0%
0% M. Serut M. Serut M. Serut 0%
M. Serut
0%
M. Serut M. Serut Tangan
M. Serut 10,97'
9.65' Diukur 6,93' Diukur 6,93' Diukur Diukur
9.65' Diukur 9.65' Dipotong
9.65' Diukur
O-9 O-6 O-2
O-31 3x O-18 O-13
O-40 1x 0% 0%
80% Penggaris 80% 50% Penggaris
0% 0%
Penggaris Penggaris M.Gergaji Penggaris
Penggaris Dipotong
Dipotong Dipotong 20,85'
Dipotong 20,85' Dipotong Dipotong 20,85' Diperiksa 20,85'
O-7 Diperiksa
O-3 Diperiksa
Dipotong 20,85' O-19 Diperiksa 20,85' O-10
20,85'
O-41 Diperiksa O-32 Diperiksa O-14 Diperiksa I-1
I-15 I-7 I-5 0% I-4
M. Gergaji 0% I-3 0%
M. Gergaji
I-19 0% M. Gergaji 0% M. Gergaji 0% M. Gergaji M. Gergaji
0% M. Gergaji
Diprofil 20,85' Diprofil Dibobok Dipotong
Diprofil 20,85' O-20 Diperiksa 20,85' 20,85'
20,85'
O-42 Diperiksa O-33 Diperiksa O-15 Diperiksa O-4 Diperiksa
I-16 0% I-8 I-6 1-2
0% I-20 M. Profil
0% 0% M. Bobokan 0%
M. Profil M. Profil
M. Gergaji

11,43' Dirakit
O-11
0% Palu

21,17'
Dirakit
O-16
0% Palu

14,23'
Dirakit
O-29
0% Palu

7,28' Dirakit
O-38
0% Palu

Ringkasan
Lambang Jumlah Waktu(menit) 7,28' Dirakit
O-43
43 Palu
0%

20

1
3.6.2 Peta Aliran Operasi (Flow Process Chart)
Berikut ini adalah peta aliran proses pembuatan Daun Pintu :

PETA ALIRAN PROSES


Ringkasan
SEKARANG USULAN
KEGIATAN Nama Objek : Rangka
JML WKT JML WKT Tiang
OPERASI 1 0,18 Nomor Peta : 003B
Dipetakan Oleh : Kel. 57
PEMERIKSAAN - - Tanggal Dipetakan : 14 Mei 2019
TRANSPORTASI 2 0,2
Sekarang
D MENUNGGU 1 0,12
usulan
PENYIMPANAN
PROSES & 0,37
PENYIMPANAN
2

LAMBANG

WAKTU
JARAK

JUMLAH
URAIAN KEGIATAN KETERANGAN
D M menit

Bahan baku dibawa dari


gudang bahan baku ke 2,5 1 0,1
stasiun penyerutan

Bahan Diserut dengan 1


M. serut tangan 0,18

Bahan baku dibawa stasiun


Penyerutan menuju stasiun 0,11 1 0.1
Pemotongan

Bahan Dipotong dengan


M. Gergaji Tangan dan 1 0,16
diperiksa
Bahan dibawa stasiun
Penyerutan menuju stasiun 0,1 1 0,1
Pembobokan

Bahan Dibobok dengan 1


M. Bobokan dan diperiksa 0,21

1
Menunggu untuk dirakit 0.12
PETA ALIRAN PROSES
Ringkasan
SEKARANG USULAN
KEGIATAN
JML WKT JML WKT Nama Objek : Purus
Nomor Peta : 004B
OPERASI 2 0,45 Dipetakan Oleh : Kel. 57
PEMERIKSAAN - - Tanggal Dipetakan : 14 Mei 2019

TRANSPORTASI 3 0,16
Sekarang
D MENUNGGU 1 0,12
usulan
PENYIMPANAN
PROSES & 0,52
PENYIMPANAN
2

LAMBANG

WAKTU
JARAK

JUMLAH
URAIAN KEGIATAN KETERANGAN
D M menit

Bahan baku dibawa dari


gudang bahan baku ke 2,5 1 0,12
stasiun penyerutan

Bahan Diserut dengan 1


M. serut tangan 0,22

Bahan baku dibawa stasiun


Penyerutan menuju stasiun 0,51 1 0,02
Pemotongan

Bahan Diukur dengan


Penggaris
1 0,23

Bahan Dipotong dengan


M. gergaji dan Diperiksa 0,5 1 0,35
Bahan baku dibawa stasiun
1
Pemotongan menuju stasiun 0,02
Pembobokan

Bahan Diprofil dengan 1


M. profil dan diperiksa
0,5 0,17

1
Menunggu untuk Dirakit 0.12
3.6.3 Diagram Alir (Flow Diagram)
Berikut ini adalah peta aliran proses pembuatan Daun Pintu :

Nama Objek
Nomor Peta
Depetakan Oleh
Tanggal Dipetakan

GUDANG BAHA
BAKU

1
DIAGRAM ALIR

Nama Objek : Purus


Nomor Peta : 04 Sekarang
Depetakan Oleh : Kel. 57
Tanggal Dipetakan : 14 Mei 2019 usulan

GUDANG BAHAN
BAKU SK.PENYERUTAN SK.PEMTONGAN

1 1 2 1 3

SK.PEMBOBOKAN
SK. PERAKITAN

5 1 4

Anda mungkin juga menyukai