BAB I
PENDAHULUAN
Pengukuran kerja atau work measurement adalah proses menentukan waktu yang
diperlukan seorang operator dengan kualifikasi tertentu untuk menyelesaikan suatu
pekerjaan dengan performansi yang telah didefinisikan. Pengukuran waktu kerja (work
measurement) ini akan berhubungan dengan usaha-usaha untuk menetapkan waktu baku
yang dibutuhkan guna menyelesaikan suatu pekerjaan. Waktu baku adalah waktu yang
dibutuhkan oleh seorang pekerja yang memiliki kemampuan rata-rata untuk
menyelesaikan suatu pekerjaan.
Performance rating adalah teknik untuk menyampaikan waktu hasil observasi terhadap
seorang operator dalam menyelesaikan suatu pekerjaan dengan waktu yang diperlukan
oleh operator normal dalam menyelesaikan pekerjaan tersebut. Terdapat beberapa
metode untuk menentukan performance rating mulai dari skill and effort rating, westing
house system, speed rating, dan lain-lain. Dalam praktikum ini metode yang digunakan
adalah metode speed rating.
Penetapan rating didasarkan pada suatu faktor tunggal yaitu operator speed, space atau
tempo. Nilai performance rating biasanya dinyatakan dalam presentase atau angka
desimal dimana performance kerja normal akan sama dengan 100% atau 1.00. Nilai
performance rating selanjutnya digunakan untuk menentukan waktu normal dari waktu
pengamatan.
Pada setiap proses kerja yang dilakukan oleh operator diharapkan dapat berjalan dengan
optimal. Oleh karena itu, untuk mengoptimalkannya dibutuhkan operator-operator yang
memiliki keterampilan serta kemampuan yang dapat melakukan pekerjaan dengan
efektif dan efisien. Dan dari pengukuran kerja tersebut diharapkan operator mampu
bekerja sesuai dengan harapan karena sumber daya manusia akan mempengaruhi
produktivitas kerja dan juga akan berpengaruh pada hasil kerja.
Adapun tujuan dari praktikum speed rating ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk memulai kemampuan time study analyst (rater) di dalam menentukan
performance rating dengan metode Speed Rating,
2. Untuk mengetahui performance rating sebenarnya dari tiap-tiap operator yang
diamati dan kemudian membandingkan dengan estimasi performance rating yang
dibuat dan mengetahui besar penyimpangan operator dengan estimator, dan
3. Untuk melatih praktikan agar mampu bertindak sebagai time study analyst dan
sekaligus rater yang baik.
BAB II
LANDASAN TEORI
Aktifitas untuk menilai atau mengevaluasi kecepatan kerja operator ini dikenal sebagai
rating performance, dengan melakukan rating ini diharapkan waktu kerja yang diukur
bisa dinormalkan kembali. Ketidak-normalan dalam waktu kerja ini diakibatkan oleh
operator yang kurang optimal yaitu bekerja dalam tempo atau kecepatan yang tidak
sebagaimana mestinya. Rating adalah suatu persoalan penilaian yang merupakan bagian
dari aktifitas pengukuran kerja dan untuk menetapkan waktu baku penyesuaian kerja
yang lebih bersifat subjektif terhadap tempo kerja operator dan harus dibuat oleh time
study analyst.
Untuk menormalkan waktu kerja yang diperoleh dari hasil pengamatan, maka dilakukan
dengan mengadakan penyesuaian yaitu dengan cara mengalikan waktu pengamatan
rata-rata (waktu siklus ataupun waktu untuk tiap-tiap elemen) dengan faktor
penyesuaian (P) dari faktor ini adalah:
1. Apabila operator dinyatakan terlalu cepat yaitu bekerja diatas batas kewajaran
(normal) maka rating factor ini akan lebih besar daripada satu (p > 1 atau p >
100%),
2. Apabila operator bekerja terlalu lambat yaitu bekerja dengan kecepatan dibawah
kewajaran (normal) maka rating factor akan lebih kecil daripada satu (p < 1 atau p <
100%), dan
3. Apabila operator bekerja secara normal atau wajar maka rating factor ini diambil
sama dengan satu (p = 1 atau p = 100%). Untuk kondisi kerja diamana operasi
secara penu dilaksanakan oleh mesin (operating atau machine time) maka wakttu
yang diukur dianggap merupakan waktu yang normal.(Sutalaksana, 2006, hal.157)
Work measurement adalah proses menentukan waktu yang diperlukan seorang operator
dengan kualifikasi tertentu untuk menyelesaikan suatu pekerjaan dengan performansi
yang telah didefinisikan. Pengukuran waktu kerja (work measurement) ini akan
berhubungan dengan usaha-usaha untuk menetapkan waktu baku yang dibutuhkan guna
menyelesaikan suatu pekerjaan.(www.1mu.ac.uk/lis/ mgtserv/ tools/ workmeas.htm,
Tools, Tips & Technique, 2004)
Secara umum teknik pengukuran waktu kerja dapat dibedakan menjadi dua yaitu:
1. Pengukuran waktu kerja dengan metode pengukuran langsung, dan
2. Pengukuran waktu kerja dengan metode pengukuran tidak langsung.
Pengukuran waktu kerja dengan jam henti diperkenalkan pertama kali oleh Frederick
W. Taylor sekitar abad 19. Metode ini terutama sekali baik diaplikasikan untuk
pekerjaan yang berlangsung singkat dan berulang-ulang (repetitive). Secara sistematis
langkah-langkah untuk pelaksanaan pengukuran waktu kerja dengan jam henti dapat
dilihat pada Gambar 2.1 berikut.
Elemental Breakdown
Bagi siklus kegiatan yang berlangsung kedalam elemen-elemen kegiatan sesuai
dengan aturan yang ada.
Pada aktivitas pengukuran kerja, operasi yang akan diukur dibagi menjadi elemen-
elemen yang lebih kecil berdasarkan aturan tertentu. Adapun aturan-aturan tersebut
adalah sebagai berikut:
1. Elemen-elemen kerja dibuat sedetail dan sependek mungkin akan tetapi masih
mudah untuk diukur waktunya dengan teliti,
2. Handling time seperti loading dan unloading time harus dipisahkan dari machining
time, dan
3. Elemen-elemen kerja yang konstan harus dipisahkan dengan elemen kerja yang
variabel.
Pengukuran waktu kerja untuk masing-masing elemen kerja yang telah ditentukan
biasanya dilakukan berulang-ulang untuk mendapatkan data yang valid. Untuk
menetapkan jumlah pengamatan dapat dilakukan dengan menggunakan Persamaan 2.1
berikut:
2 2
k/s N ∑ X - ( ∑ X)
'
N= ∑X
............................................................................................ (2.1)
dengan: k = harga indeks yang nilainya tergantung dari tingkat kepercayaan (convidence
level)
tingkat kepercayaan 68%, k = 1
tingkat kepercayaan 95%, k = 2
tingkat kepercayaan 99%, k = 3
s = derajat ketelitian (degree of accuracy)
x = data hasil pengamatan
Selain kecukupan data dengan menggunakan Persamaan 2.1 yang tidak kalah
pentingnya adalah bahwa data yang diperoleh selama pengamatan haruslah seragam
sebelum data tersebut dapat digunakan untuk menetapkan waktu standar.
2 2
Batas kontrol = X±3 SD(1/N N ∑ X -( ∑ X) )...................................................... (2.2)
Selain menggunakan persamaan diatas, uji keseragaman data ini dapat dilakukan
dengan bantuan software SPSS.
Performance rating adalah teknik untuk menyamakan waktu hasil observasi terhadap
seorang operator dalam menyelesaikan suatu pekerjaan dengan waktu yang diperlukan
oleh operator normal dalam menyelesaikan pekerjaan tersebut.
Ada banyak metode yang digunakan untuk menentukan performance rating. Berikut
merupakan beberapa sistem untuk memberikan rating yang umumnya digunakan
(Wignjosoebroto, 1995, hal.203):
d. Speed Rating
Penetapan rating didasarkan pada satu faktor tunggal yaitu operator speed, space
atau tempo. Nilai performance rating biasanya dinyatakan dalam presentase atau
angka desimal dimana performance kerja normal akan sama dengan 100% atau
1.00. Nilai performance rating selanjutnya digunakan untuk menentukan waktu
normal dari waktu pengamatan.
Waktu normal untuk suatu operasi kerja adalah untuk menunjukkan bahwa seorang
operator yang berkualitas baik akan bekerja menyelesaikan pekerjaan pada kecepatan
atau tempo kerja yang normal, digunakan Persamaan 2.4 sebagai berikut:
performance rating %
Wn = waktu pengamatan x ......................................................... (2.4)
100%
2.3.3 Allowance
Operator memerlukan waktu khusus untuk keperluan seperti personal needs, istirahat
dan alasan-alasan lain yang diluar kontrolnya. Waktu khusus ini disebut sebagai waktu
Allowance (kelonggaran) dari operator dapat disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut:
1. Tenaga yang dikeluarkan,
2. Sikap kerja,
3. Gerakan kerja,
4. Kelelahan mata,
5. Temperatur tempat kerja,
6. Keadaan atmosfir, dan
7. Keadaan lingkungan yang baik.
(Sutalaksana, 2006, hal.170)
Untuk besarnya kelonggaran yang diberikan ditunjukkan pada Tabel 2.2 sebagai
berikut:
F. KEADAAN
ATMOSFER ***)
1. Baik Ruang yang berventilasi baik, 0
2. Cukup udara segar 0 –5
3. Kurang baik Ventilasi kurang baik, ada bau 5 – 10
4. Buruk Adanya debu dan bau-bauan 10 – 20
beracun
G. KEADAAN LINGKUNGAN YANG BAIK
1. Bersih, sehat, cerah dengan kebisingan rendah 0
2. Siklus kerja berulang-ulang antara 5 – 10 detik 0–1
3. Siklus kerja berulang-ulang antara 0 – 5 detik 1–3
4. Sangat bising 0–5
5. Jika faktor yang berpengaruh dapat menurunkan kualitas 0–5
6. Terasa adanya getaran lantai 5 – 10
Tabel 2.2 Besarnya kelonggaran berdasarkan faktor-faktor yang berpengaruh (lanjutan)
Pada saat bekerja masing-masing operator diberi kelonggaran atas waktu normal yang
telah didapatkan. Kelonggaran diberikan untuk tiga hal yaitu untuk kebutuhan pribadi,
menghilangkan rasa fatigue, dan hambatan-hambatan yang tidak dapat dihindarkan oleh
pekerja. Ketiganya ini merupakan hal-hal yang secara nyata dibutuhkan oleh pekerja,
dan yang selama pengukuran diamati,diukur, dicatat, ataupun dihitung. Oleh karena itu,
sesuai pengukuran dan setelah mendapatkan waktu normal, kelonggaran perlu
ditambahkan.
2.3.4 Insentif
Insentif adalah bonus yang diberikan terhadap pekerja berdasarkan performansi kerja,
produktivitas kerja. Apabila waktu atau output standar telah berhasil ditetapkan maka
manajemen akan memiliki kemudahan didalam membuat evaluasi mengenai
performance kerja operator. Bagi pekerja yang mampu bekerja mampu bekerja melebihi
waktu standar yang telah ditetapkan harus diberi penghargaan sesuai dengan prestasi
yang ditunjukkan.
Rumus yang digunakan untuk menghitung besar insentif adalah dengan menggunakan
Persamaan 2.6 dan 2.7 sebagai berikut:
Wn 100%
Ws = ................................................................................................... (2.6)
100% An%
Ws Wn
Insentif = 100% ..................................................................................... (2.7)
Wn
Terdapat beberapa cara perhitungan dan pembayaran insentif, antara lain yaitu:
1. Berdasarkan Hasil Kerja
Pekerja dibayar menurut upah dasar yang tergantung pada jumlah jam kerja dan
besarnya ditentukan berdasarkan evaluasi pekerjaan tidak peduli efisiensi yang
dicapai. Pekerjaan menerima upah yang besarnya akan didasarkan pada jumlah jam
kerja.
2. Berdasarkan Output Yang Dihasilkan
Pemberian insentif dengan cara ini akan memenuhi konsep “operator business of
himself”. Pada perencanaan pemberian insentif berdasarkan unit hasil kerja
didasarkan pada ide dasar pembayaran upah, yaitu semua pembayaran upah operator
secara langsung terkait proporsional dengan unit output kerja yang dihasilkan.
3. Berdasarkan Jam Kerja Standar Yang Dicapai
Pemberian insentif dengan metode ini sangat berbeda dengan pemberian insentif
berdasarkan output yang dihasilkan. Perbedaan terletak pada adanya jaminan kepada
pekerja untuk tetap memperoleh upah besar pada suatu tingkat kepada pekerja untuk
Sedangkan untuk menghitung nilai APR digunakan Persamaan 2.9 berikut ini:
w t
APR = 1 n a × 100% ................................................................................. (2.9)
ta
EPR
BP = 1 ×100% ............................................................................................ (2.10)
APR
BAB III
PEMBAHASAN
Melakukan pengambilan data secara langsung dimana data yang diambil adakah waktu
operasi kerja untuk setiap elemen yaitu memasukkan pasak kedalam lubang-lubang
dengan kedua tangan. Pengamatan diambil dengan tiga metode pemasangan.
Diambil dari data lembar pengamatan praktikum penetapan performance rating dengan
metode speed rating, maka diperoleh data pengamatan seperti pada Tabel 3.1 sebagai
berikut:
Mengolah data yang telah dikumpulkan dari pengamatan untuk mencari Performance
Rating dari operator dengan menggunakan metode Speed Rating. Pengolahan data
akurasi waktu didasarkan pada perhitungan jam kerja yang diakumulasikan pada satuan
detik dan didasarkan pada tabel penyesuaian Performance Rating.
Dengan menggunakan waktu normal sebesar 70 detik dan menggunakan data pada
percobaan siklus yang pertama maka selanjutnya dapat dilakukan perhitungan nilai EPR
(Estimate Performance Rating) dengan menggunakan Persamaan 2.6 sebagai berikut:
1. Metode 1
Dengan metode 1 maka perhitungan nilai EPR pada masing-masing operator adalah
sebagai berikut:
a. Operator 1 (Anis)
Besar nilai EPR pada operator 1 adalah sebagai berikut:
70 - 54
EPR(1) = 1 + x 100%
54
= 129,62%
b. Operator 2 (Morde)
Besar nilai EPR pada operator 2 adalah sebagai berikut:
70 - 59
EPR(1) = 1 + x 100%
59
= 118,64%
2. Metode 2
Dengan metode 2 maka perhitungan nilai EPR pada masing-masing operator adalah
sebagai berikut:
a. Operator 1 (Anis)
Besar nilai EPR pada operator 1 adalah sebagai berikut:
70 - 44
EPR(1) = 1 + x 100%
44
= 159,09%
b. Operator 2 (Morde)
Besar nilai EPR pada operator 2 adalah sebagai berikut:
70 - 51
EPR(1) = 1 + x 100%
51
= 137,25%
restu, anis, afif Page 18
practicum apk industrial engineering 2012
3. Metode 3
Dengan metode 3 maka perhitungan nilai EPR pada masing-masing operator adalah
sebagai berikut:
a. Operator 1 (Anis)
Besar nilai EPR pada operator 1 adalah sebagai berikut:
70 - 35
EPR(1) = 1 + x 100%
35
= 200,00%
b. Operator 2 (Morde)
Besar nilai EPR pada operator 2 adalah sebagai berikut:
70 - 46
EPR(1) = 1 + x 100%
46
= 152,17%
Perhitungan EPR2 – EPR5 dapat dilihat pada Tabel 3.2 dengan menggunakan persamaan
yang sama untuk kedua operator pada masing-masing metode.
Setelah mengetahui nilai EPR kedua operator pada masing-masing metode, selanjutnya
dilakukan perhitungan APR (Actual Performance Rating) menggunakan waktu normal
yang sama dengan perhitungan EPR yaitu sebesar 70 detik dan menggunakan data pada
percobaan siklus yang pertama dengan menggunakan Persamaan 2.7 sebagai berikut:
1. Metode 1
Dengan metode 1 maka perhitungan nilai APR pada masing-masing operator adalah
sebagai berikut:
a. Operator 1 (Anis)
Besar nilai APR pada operator 1 adalah sebagai berikut:
70 – 46,09
APR(1) = 1 + x 100%
46,09
= 151,87%
b. Operator 2 (Morde)
Besar nilai APR pada operator 2 adalah sebagai berikut:
70 – 58,74
APR(1) = 1 + x 100%
58,74
= 119,16%
2. Metode 2
Dengan metode 2 maka perhitungan nilai APR pada masing-masing operator adalah
sebagai berikut:
a. Operator 1 (Anis)
Besar nilai APR pada operator 1 adalah sebagai berikut:
70 – 44,31
APR(1) = 1 + x 100%
44,31
= 157,97%
b. Operator 2 (Morde)
Besar nilai APR pada operator 2 adalah sebagai berikut:
70 – 55,08
APR(1) = 1 + x 100%
55,08
= 127,08%
3. Metode 3
Dengan metode 3 maka perhitungan nilai APR pada masing-masing operator adalah
sebagai berikut:
a. Operator 1 (Anis)
Besar nilai APR pada operator 1 adalah sebagai berikut:
70 – 39,31
APR(1) = 1 + x 100%
39,31
= 178,07%
b. Operator 2 (Morde)
Besar nilai APR pada operator 2 adalah sebagai berikut:
70 – 46,12
APR(1) = 1 + 46,12
x 100%
= 151,77%
Setelah mendapatkan nilai EPR dan APR, maka kita dapat menghitung nilai dari Besar
Penyimpangan (BP) dengan menggunakan Persamaan 2.7 sebagai berikut:
1. Metode 1
Dengan metode 1 maka perhitungan nilai BP pada masing-masing operator adalah
sebagai berikut:
a. Operator 1 (Anis)
Besar nilai BP pada operator 1 adalah sebagai berikut:
143
BP = 1 – x 100%
146
= 2,1%
b. Operator 2 (Morde)
Besar nilai BP pada operator 2 adalah sebagai berikut:
123
BP = 1 – x 100%
128
= 4,2%
Sebelum menghitung waktu baku untuk mencari nilai insentif dari masing-masing
operator, harus diketahui terlebih dahulu nilai allowance.
1. Operator 1 (Anis)
Berikut ini adalah perhitungan nilai insentif untuk operator 1 adalah sebagai berikut:
a. Allowance
Nilai allowance yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut:
1) Tenaga yang dikeluarkan = 0,6%
2) Sikap kerja = 1,0%
3) Gerakan kerja = 2,0%
4) Kelelahan mata = 6,0%
5) Temperatur tempat kerja = 5,0%
6) Keadaan atmosfir = 3,0%
7) Keadaan lingkungan yang baik = 0,8%
8) Kebutuhan pribadi = 2,0% +
20,4%
3.3 Analisa
Berdasarkan pengumpulan dan pengolahan data yang telah dilakukan, berikut ini adalah
analisa data pada masing-masing operator pada praktikum pengamatan performance
rating pada percobaan menggunakan pinboard dengan metode speed rating.
Batas normal nilai rata-rata Estimate Performance Rating (EPR) sebesar 100% dan
besar penyimpangan tidak lebih dari batas normal yaitu sebesar 5%. Semakin dekat
titik-titik data yang diplotkan ke arah garis ideal pada sumbu X –Y (% estimasi akan
sama dengan kenyataan yang ada) itu berarti bahwa penilaian rater terhadap
Performance Rating operator semakin tepat dan teliti. Seorang rater akan dianggap
sebagai rater yang baik bila estimasinya tidak menyimpang lebih dari 5% dari kondisi
yang sebenarnya.
1. Metode 1
Pada metode 1, yaitu metode dengan pemasangan paku dari sebelah dalam masing-
masing dua buah papan berlubang. Pada nilai EPR operator 1 adalah sebesar 143,9%
dengan besar penyimpangannya adalah sebesar 2,1% atau dibawah batas nilai
penyimpangan normal. Hal ini dikarenakan estimator serius dalam melakukan
pengamatan dan estimator mengetahui nilai elemen yang dikerjakan. Pada operator
kedua, nilai EPR adalah sebesar 123,5% dengan besar penyimpangan sebesar 4,2%.
Dapat dilihat bahwa besar penyimpangannya masih berada dibawah batas normal.
Estimator kurang tepat memberikan estimasi waktu operator kedua dalam
menyelesaikan pekerjaannya. Besar penyimpangan antara operator 1 lebih kecil
Seorang operator dapat dikatakan baik dalam menyelesaikan pekerjaannya apabila nilai
rata-rata Actual Performance Rating (APR) dalam batas normal yaitu sebesar 100%
atau dalam artian tidak melebihi dari waktu yang telah ditentukan yaitu sebesar 70 detik.
Setelah melakukan pengolahan dan analisa data di atas, selanjutnya akan disajikan
grafik besar penyimpangan masing-masing metode sebagai berikut
1. Metode 1
Berikut adalah grafik besar penyimpangan untuk metode 1 akan disajikan dalam
Gambar 3.1 sebagai berikut:
EPR
200% ket:
Garis ideal
Operator 1
Operator 2
.
100%
. (143,9 : 146,9)
(123,5 : 128,8)
5%
0 APR
5% 100% 200%
Gambar 3.1 Grafik Besar Penyimpangan Metode 1
Sesuai pada gambar di atas, ditunjukkan bahwa besar penyimpangan operator 1 pada
metode 1 adalah sebesar 2,1%. Besar penyimpangan operator 2 adalah sebesar 4,2%,
titik koordinatnya terlihat tidak jauh dari garis ideal. Jika dibandingkan dengan besar
penyimpangan pada metode lainnya, untuk operator pertama metode pertama inilah
nilai BP paling kecil, tetapi untuk operator kedua metode ini memiliki nilai BP yang
EPR
ket:
200% Garis ideal
Operator 1
. (156,4 : 154,4)
Operator 2
.(135,7 : 135,8)
100%
5%
0 APR
5% 100% 200%
Gambar 3.2 Grafik Besar Penyimpangan Metode 2
200%
. (191,4 : 179,3)
. (153,6 : 153,8)
ket:
100% Garis ideal
Operator 1
Operator 2
5%
0 APR
5% 100% 200%
Gambar 3.3 Grafik Besar Penyimpangan Metode 2
3.3.4 Insentif
Ketika waktu standar telah berhasil ditetapkan maka manajemen suatu perusahaan akan
mudah dalam membuat evaluasi tentang performance kerja operator. Waktu output
standar merupakan tolak ukur dan target yang harus dicapai oleh seorang operator. Bagi
seorang operator yang mampu melampaui standar yang telah ditetapkan maka akan
mendapatkan upah atau bonus melalui insentif kerja. Tujuan utama dari pemberian
restu, anis, afif Page 30
practicum apk industrial engineering 2012
insentif kepada karyawan pada dasarnya adalah untuk memotivasi mereka agar bekerja
lebih baik dan dapat menunjukkan prestasi yang baik. Cara seperti ini adalah cara yang
sangat efektif untuk meningkatkan hasil produksi perusahaan. Menurut pendapat
Heidjrachman dan Husnan (1992 : 151) mengatakan bahwa pelaksanaan sistem upah
insentif ini dimaksudkan perusahaan terutama untuk meningkatkan produktivitas kerja
karyawan dan mempertahankan karyawan yang berprestasi untuk tetap berada dalam
perusahaan. Untuk mencari nilai insentif harus mengetahui nilai allowance terlebih
dahulu. Berikut adalah analisa perhitungan pemberian insentif masing-masing operator:
1. Operator 1 (Anis)
a. Tenaga yang dikeluarkan = 0,6%
Pada saat bekerja tenaga yang dikeluarkan oleh operator sangat ringan yaitu
operator hanya mengangkat dan memindahkan dua buah paku dari pinboard satu
dengan menggunakan tangan kanan dan kiri ke pinboard kedua yang masih
kosong.
b. Sikap kerja = 1,0%
Seorang operator memiliki sikap kerja yang cukup berat karena operator harus
berkonsentrasi untuk memindahkan kedua paku yang berada ditangan kanan dan
kiri kedalam lubang secara bersamaan dan posisinya harus tepat.
c. Gerakan kerja = 2,0%
Operator tidak membutuhkan gerakan kerja yang berat, hanya saja pekerjaan
yang dilakukan diulang-ulang sebanyak lima kali dalam beberapa menit.
d. Kelelahan mata = 6,0%
Pada saat bekerja operator harus bekerja dengan teliti dalam melihat posisi-
posisi lubang untuk meletakkan paku-paku secara tepat.
e. Temperatur tempat kerja = 5,0%
Pada saat sedang bekerja temperatur ruangan tempat kerja cukup panas ±18⁰C,
sehingga menyebabkan operator kurang nyaman dalam mengerjakan
pekerjaannya.
f. Keadaan atmosfir = 3,0%
Pada saat bekerja, operator bekerja pada keadaan yang cukup aman, tidak ada
bau-bauan yang menyengat atau beracun dan tidak ada debu atau asap yang
dapat mengganggu operator.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan, sebagai berikut:
1. Kemampuan masing-masing operator untuk menyelesaikan pekerjaan menjadi
faktor penting yang mempengaruhi performance rating operator. Dari analisa data
didapatkan bahwa faktor lingkungan kerja hanya sedikit mempengaruhi
performance rating operator.
2. Berdasarkan pengolahan data diperoleh perbandingan performance rating
sebenarnya dan estimasi performance rating masing-masing operator pada masing-
masing metode kerja yang dilakukan. Didapatkan nilai rata-rata estimation
performance rating , yaitu nilai EPR pada metode 1 operator 1 sebesar 143% dan
operator 2 sebesar 123%, pada metode 2 operator 1 sebesar 150% dan operator 2
sebesar 135%, dan pada metode 3 operator 1 sebesar 191% dan operator 2 sebesar
153%. Sedangkan nilai APR pada metode 1 operator 1 sebesar 146% dan operator 2
sebesar 128%, pada metode 2 operator 1 sebesar 154% dan operator 2 sebesar
135%, dan pada metode 3 operator 1 sebesar 179% dan operator 2 sebesar 153%.
Berdasarkan pada pengolahan data, maka diperoleh hasil penyimpangan antara
operator dan estimator. Besar nilai penyimpangan operator 1 pada metode 1 sebesar
2,1%, pada metode 2 sebesar 1,3%, dan pada metode 3 sebesar 6,7%. Sedangakan
besar nilai penyimpangan antara operator 2 dengan estimator, yaitu pada metode 1
sebesar 4,2%, pada metode 2 sebesar 9,9%, dan pada metode 3 sebesar 2,0%.
3. Berdasarkan data yang telah diolah didapatkan bahwa rater telah mampu
memberikan estimasi waktu terhadap kerja operator, meskipun terkadang rater
kurang tepat dalam menentukan estimasi waktu kerja. Estimasi waktu yang kurang
tepat tersebut dapat disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya yaitu rater kurang
fokus dalam bekerja dan terdapat kebisingan-kebisingan disekitar lingkungan kerja
rater.
4.2 Saran
Setelah melakukan kegiatan praktikum, ada beberapa hal yang kami sarankan untuk
keberhasilan dan kelancaran praktikum selanjutnya, yaitu sebagai berikut:
1. Alat-alat praktikum perlu ada penambahan, sehingga tidak terdapat dua bahkan tiga
kelompok dalam satu alat praktikum (pinboard) dengan begitu praktikum dapat
berjalan dengan efektif dan efisien.
2. Tempat atau suasana dalam praktikum harus lebih kondusif karena hal itu dapat
mempengaruhi produktivitas kerja.
3. Sebaiknya praktikum yang dilakukan lebih variatif, sehingga pada jenis pekerjaan
yang berbeda kemampuan kerja pada masing-masing operator dapat diketahui
perbedaannya.
DAFTAR PUSTAKA
1. http://www.scribd.com/doc/31757853/2-PENETAPAN-PERFORMANCE-
RATING-DENGAN-METODE-SPEED-RATING, dilihat 17 April 2012 Pukul
10.40 am.
2. Sutalaksana, Iftikar dkk. Teknik Tata Cara Kerja. Surabaya : Institut Teknologi
Sepuluh November, dilihat 17 April 2012 Pukul 15.00,
firzman.student.umm.ac.id/download-as.../student_blog_article_8.doc