Anda di halaman 1dari 36

practicum apk industrial engineering 2012

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pengukuran kerja atau work measurement adalah proses menentukan waktu yang
diperlukan seorang operator dengan kualifikasi tertentu untuk menyelesaikan suatu
pekerjaan dengan performansi yang telah didefinisikan. Pengukuran waktu kerja (work
measurement) ini akan berhubungan dengan usaha-usaha untuk menetapkan waktu baku
yang dibutuhkan guna menyelesaikan suatu pekerjaan. Waktu baku adalah waktu yang
dibutuhkan oleh seorang pekerja yang memiliki kemampuan rata-rata untuk
menyelesaikan suatu pekerjaan.

Performance rating adalah teknik untuk menyampaikan waktu hasil observasi terhadap
seorang operator dalam menyelesaikan suatu pekerjaan dengan waktu yang diperlukan
oleh operator normal dalam menyelesaikan pekerjaan tersebut. Terdapat beberapa
metode untuk menentukan performance rating mulai dari skill and effort rating, westing
house system, speed rating, dan lain-lain. Dalam praktikum ini metode yang digunakan
adalah metode speed rating.

Penetapan rating didasarkan pada suatu faktor tunggal yaitu operator speed, space atau
tempo. Nilai performance rating biasanya dinyatakan dalam presentase atau angka
desimal dimana performance kerja normal akan sama dengan 100% atau 1.00. Nilai
performance rating selanjutnya digunakan untuk menentukan waktu normal dari waktu
pengamatan.

Pada setiap proses kerja yang dilakukan oleh operator diharapkan dapat berjalan dengan
optimal. Oleh karena itu, untuk mengoptimalkannya dibutuhkan operator-operator yang
memiliki keterampilan serta kemampuan yang dapat melakukan pekerjaan dengan
efektif dan efisien. Dan dari pengukuran kerja tersebut diharapkan operator mampu
bekerja sesuai dengan harapan karena sumber daya manusia akan mempengaruhi
produktivitas kerja dan juga akan berpengaruh pada hasil kerja.

restu, anis, afif Page 1


practicum apk industrial engineering 2012

1.2 Tujuan Praktikum

Adapun tujuan dari praktikum speed rating ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk memulai kemampuan time study analyst (rater) di dalam menentukan
performance rating dengan metode Speed Rating,
2. Untuk mengetahui performance rating sebenarnya dari tiap-tiap operator yang
diamati dan kemudian membandingkan dengan estimasi performance rating yang
dibuat dan mengetahui besar penyimpangan operator dengan estimator, dan
3. Untuk melatih praktikan agar mampu bertindak sebagai time study analyst dan
sekaligus rater yang baik.

restu, anis, afif Page 2


practicum apk industrial engineering 2012

BAB II
LANDASAN TEORI

Aktifitas untuk menilai atau mengevaluasi kecepatan kerja operator ini dikenal sebagai
rating performance, dengan melakukan rating ini diharapkan waktu kerja yang diukur
bisa dinormalkan kembali. Ketidak-normalan dalam waktu kerja ini diakibatkan oleh
operator yang kurang optimal yaitu bekerja dalam tempo atau kecepatan yang tidak
sebagaimana mestinya. Rating adalah suatu persoalan penilaian yang merupakan bagian
dari aktifitas pengukuran kerja dan untuk menetapkan waktu baku penyesuaian kerja
yang lebih bersifat subjektif terhadap tempo kerja operator dan harus dibuat oleh time
study analyst.

Untuk menormalkan waktu kerja yang diperoleh dari hasil pengamatan, maka dilakukan
dengan mengadakan penyesuaian yaitu dengan cara mengalikan waktu pengamatan
rata-rata (waktu siklus ataupun waktu untuk tiap-tiap elemen) dengan faktor
penyesuaian (P) dari faktor ini adalah:
1. Apabila operator dinyatakan terlalu cepat yaitu bekerja diatas batas kewajaran
(normal) maka rating factor ini akan lebih besar daripada satu (p > 1 atau p >
100%),
2. Apabila operator bekerja terlalu lambat yaitu bekerja dengan kecepatan dibawah
kewajaran (normal) maka rating factor akan lebih kecil daripada satu (p < 1 atau p <
100%), dan
3. Apabila operator bekerja secara normal atau wajar maka rating factor ini diambil
sama dengan satu (p = 1 atau p = 100%). Untuk kondisi kerja diamana operasi
secara penu dilaksanakan oleh mesin (operating atau machine time) maka wakttu
yang diukur dianggap merupakan waktu yang normal.(Sutalaksana, 2006, hal.157)

Kecepatan, usaha, tempo atau performance kerja semuanya akan menunjukkan


kecepatan gerakan operator pada saat bekerja. Secara umum kegiatan rating ini dapat
didefinisikan sebagai sebuah proses selama dimana perbandingan analisis waktu bekerja
akan performance (kecepatan atau tempo) pada pengamatan dibawah operator dengan

restu, anis, afif Page 3


practicum apk industrial engineering 2012
pengamat mendapatkan konsep akan performance normal. Untuk melaksanakan
pekerjaan secara normal, operator tersebut harus cukup berpengalamaan pada saat
bekerja, melaksanakannya tanpa usaha-usaha yang berlebihan sepanjang hari kerja,
menguasai cara kerja yang ditetapkan dan menunjukkan kesungguhan dalam
menjalankan pekerjaannya.

2.1 Pengukuran Kerja (Work Measurement)

Work measurement adalah proses menentukan waktu yang diperlukan seorang operator
dengan kualifikasi tertentu untuk menyelesaikan suatu pekerjaan dengan performansi
yang telah didefinisikan. Pengukuran waktu kerja (work measurement) ini akan
berhubungan dengan usaha-usaha untuk menetapkan waktu baku yang dibutuhkan guna
menyelesaikan suatu pekerjaan.(www.1mu.ac.uk/lis/ mgtserv/ tools/ workmeas.htm,
Tools, Tips & Technique, 2004)

Suatu pekerjaan akan dikatakan diselesaikan secara efisien apabila waktu


penyelesaiannya berlangsung paling singkat. Untuk menghitung waktu baku (standard
time) penyelesaian pekerjaan untuk memilih alternatif metode kerja yang terbaik, maka
perlu diterapkan prinsip-prinsip dan teknik-teknik pengukuran kerja (work measurement
atau time study). Pengukuran waktu kerja ini akan berhubungan dengan usaha-usaha
untuk menetapkan waktu baku yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan.
Secara singkat pengukuran kerja adalah metode penetapan keseimbangan antara
kegiatan manusia yang dikontribusikan dengan unit output yang dihasilkan. Waktu baku
adalah waktu yang dibutuhkan oleh seorang pekerja yang memiliki kemampuan rata-
rata untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. Waktu baku ini sangat diperlukan terutama
sekali untuk:
1. Man power planning (perencanaan kebutuhan tenaga kerja),
2. Estimasi biaya-biaya untuk upah karyawan atau pekerja,
3. Penjadwalan produksi dan penganggaran,
4. Perencanaan sistem pembelian bonus dan insentif bagi karyawan berprestasi, dan
5. Indikasi keluaran (output) yang mampu dihasilkan oleh seorang pekerja.
(Wignjosoebroto,1995, hal.174)

restu, anis, afif Page 4


practicum apk industrial engineering 2012

Secara umum teknik pengukuran waktu kerja dapat dibedakan menjadi dua yaitu:
1. Pengukuran waktu kerja dengan metode pengukuran langsung, dan
2. Pengukuran waktu kerja dengan metode pengukuran tidak langsung.

2.2 Stop Watch Time Study

Pengukuran waktu kerja dengan jam henti diperkenalkan pertama kali oleh Frederick
W. Taylor sekitar abad 19. Metode ini terutama sekali baik diaplikasikan untuk
pekerjaan yang berlangsung singkat dan berulang-ulang (repetitive). Secara sistematis
langkah-langkah untuk pelaksanaan pengukuran waktu kerja dengan jam henti dapat
dilihat pada Gambar 2.1 berikut.

Langkah-langkah sistematis dalam kegiatan pengukuran kerja dalam jam henti


Langkah persiapan
-Pilih dan definisikan pekerjaan yang akan diukur dan akan ditetapkan waktu
standarnya.
-Informasikan maksud dan tujuan pengukuran kerja pada supervisor atau pekerja.
-Pilih operator dan catat semua data yang berkaitan dengan sistem operasi kerja
yang akan diukur waktunya.

Elemental Breakdown
Bagi siklus kegiatan yang berlangsung kedalam elemen-elemen kegiatan sesuai
dengan aturan yang ada.

Pengamatan dan pengukuran


-Laksanakan pengamatan dan pengukuran waktu sejumlah N’ pengamatan untuk
setiap siklus atau elemen kegiatan.
-Tetapkan performance rating dari kegiatan yang ditunjukkan operator. N’ = N + n

Cek keseragaman dan kecukupan data


-Keseragaman data Common Sense (subjektif), batas control, buang data ekstrim.
-Kecukupan data
Tidak
Buang data ekstrim N’ <= N
Ya

Waktu normal = waktu observasi rata-rata x performance rating


Waktu standar = waktu normal x (100% / (100% - %allowance)
Output standar = 1 / waktu standar

restu, anis, afif Page 5


practicum apk industrial engineering 2012
Gambar 2.1 Langkah-langkah Stopwatch Time Study (Wignjosoebroto, 1995, hal 176)
Untuk memperoleh hasil yang baik dan dapat dipercaya banyak faktor yang harus
diperhatikan seperti yang berkaitan dengan kondisi kerja, kerjasama yang ditunjukkan
operator untuk mau bekerja secara wajar pada saat diukur, cara pengukuran, jumlah
siklus kerja yang diukur dan lain-lain.

Pada aktivitas pengukuran kerja, operasi yang akan diukur dibagi menjadi elemen-
elemen yang lebih kecil berdasarkan aturan tertentu. Adapun aturan-aturan tersebut
adalah sebagai berikut:
1. Elemen-elemen kerja dibuat sedetail dan sependek mungkin akan tetapi masih
mudah untuk diukur waktunya dengan teliti,
2. Handling time seperti loading dan unloading time harus dipisahkan dari machining
time, dan
3. Elemen-elemen kerja yang konstan harus dipisahkan dengan elemen kerja yang
variabel.

Pengukuran waktu kerja untuk masing-masing elemen kerja yang telah ditentukan
biasanya dilakukan berulang-ulang untuk mendapatkan data yang valid. Untuk
menetapkan jumlah pengamatan dapat dilakukan dengan menggunakan Persamaan 2.1
berikut:

2 2
k/s N ∑ X - ( ∑ X)
'
N= ∑X
............................................................................................ (2.1)

dengan: k = harga indeks yang nilainya tergantung dari tingkat kepercayaan (convidence
level)
tingkat kepercayaan 68%, k = 1
tingkat kepercayaan 95%, k = 2
tingkat kepercayaan 99%, k = 3
s = derajat ketelitian (degree of accuracy)
x = data hasil pengamatan

Selain kecukupan data dengan menggunakan Persamaan 2.1 yang tidak kalah
pentingnya adalah bahwa data yang diperoleh selama pengamatan haruslah seragam
sebelum data tersebut dapat digunakan untuk menetapkan waktu standar.

restu, anis, afif Page 6


practicum apk industrial engineering 2012
Tes keseragaman data dapat dilakukan dengan cara visual dan/atau mengaplikasikan
peta kontrol (control chart). Cara visual dilakukan dengan sederhana, mudah dan cepat.
Dapat dilakukan dengan hanya melihat data yang terkumpul dan mengidentifikasikan
data yang terlalu ekstrim, data ini untuk selanjutnya tidak dapat digunakan. Untuk
menggunakan peta kontrol, akan terlebih dahulu kita menentukan batas atas (BKA) dan
batas bawah (BKB) dari data yang ada. Data yang nilainya diluar area BKA dan BKB
sebaiknya tidak digunakan dalam perhitungan waktu standar.
Adapun untuk menghitung batas kontrol dapat menggunakan Persamaan 2.2 sebagai
berikut:

2 2
Batas kontrol = X±3 SD(1/N N ∑ X -( ∑ X) )...................................................... (2.2)

dengan: x = rata-rata dari data pengamatan


N = jumlah pengamatan yang telah dilakukan
= standar deviasi

Selain menggunakan persamaan diatas, uji keseragaman data ini dapat dilakukan
dengan bantuan software SPSS.

2.3 Perhitungan Waktu Standar

Langkah-langkah yang sebaiknya dilakukan sebelum menentukan waktu standar yaitu:


1. Menentukan performance rating operator,
2. Menentukan waktu normal, dan
3. Menentukan allowance.

2.3.1 Performance Rating

Performance rating adalah teknik untuk menyamakan waktu hasil observasi terhadap
seorang operator dalam menyelesaikan suatu pekerjaan dengan waktu yang diperlukan
oleh operator normal dalam menyelesaikan pekerjaan tersebut.

Ada banyak metode yang digunakan untuk menentukan performance rating. Berikut
merupakan beberapa sistem untuk memberikan rating yang umumnya digunakan
(Wignjosoebroto, 1995, hal.203):

restu, anis, afif Page 7


practicum apk industrial engineering 2012
a. Skill and Effort Rating
Sistem yang diperkenalkan oleh Bedaux ini berdasarkan pengukuran kerja dan
waktu baku yang dinyatakan dengan angka (Bs). Prosedur pengukuran kerja
meliputi penentuan rating terhadap kecakapan (skill) dan usaha-usaha yang
ditunjukkan operator pada saat bekerja, disamping juga mempertimbangkan
kelonggaran (allowances) waktu lainnya. Bedaux menetapkan angka 60 Bs sebagai
performance standar yang harus dicapai oleh seorang operator dan pemberian
intensif dilakukan pada tempo kerja rata-rata sekitar 70 sampai 85 Bs per jam.
b. Westing House System’s Rating
Selain kecakapan (skill) dan usaha (effort) yang telah dinyatakan oleh Bedaux
sebagai faktor yang mempengaruhi performance manusia, maka Westing House
menambahkan lagi dengan kondisi kerja (working condition) dan consistency dari
operator didalam melakukan kerja. Untuk ini, Westing House telah membuat suatu
tabel performance rating yang berisikan nilai-nilai angka yang berdasarkan
tingkatan yang ada untuk masing-masing faktor tersebut sesuai dengan yang tertera
pada Tabel 2.1 dibawah ini.

Tabel 2.1 Westing House System’s Rating


SKILL EFFORT
+0.15 A1 Superskill +0.13 A1 Superskill
+0.13 A2 +0.12 A2
+0.11 B1 Excellent +0.10 B1 Excellent
+0.08 B2 +0.08 B2
+0.06 C1 Good +0.05 C1 Good
+0.03 C2 +0.02 C2
+0.00 D Average +0.00 D Average
-0.05 E1 Fair -0.04 E1 Fair
-0.10 E2 -0.08 E2
-0.16 F1 Poor -0.12 F1 Poor
-0.22 F2 -0.17 F2
CONDITION CONSISTENCY
+0.06 A Ideal +0.04 A Ideal
+0.04 B Excellent +0.03 B Excellent
+0.02 C Good +0.01 C Good
+0.00 D Average +0.00 D Average
-0.03 E Fair -0.02 E Fair
-0.07 F Poor -0.04 F Poor
Sumber: Wingnjosoebroto, 1995, hal 205

restu, anis, afif Page 8


practicum apk industrial engineering 2012
c. Synthetic Rating
Synthetic rating merupakan metode untuk mengevaluasi tempo kerja operator
berdasarkan nilai waktu yang telah ditetapkan terlebih dahulu (predetermined time
value). Prosedur yang dilakukan adalah dengan melaksanakan pengukuran kerja
seperti biasanya dan kemudian membandingkan waktu yang diukur ini dengan
waktu penyelesaian elemen kerja yang sebelumnya sudah diketahui data waktunya.
Perbandingan ini akan merupakan indeks performance atau rating faktor dari
operator untuk melaksanakan elemen kerja tersebut. Rasio untuk menghitung indeks
performance dapat dirumuskan dengan menggunakan Persamaan 2.3 sebagai
berikut:
R = P / A.............................................................................................................. (2.3)

dengan: R = indeks performance atau rating faktor


P = pretedermined time (menit)
A = rata-rata waktu dari elemen kerja yang diukur

d. Speed Rating
Penetapan rating didasarkan pada satu faktor tunggal yaitu operator speed, space
atau tempo. Nilai performance rating biasanya dinyatakan dalam presentase atau
angka desimal dimana performance kerja normal akan sama dengan 100% atau
1.00. Nilai performance rating selanjutnya digunakan untuk menentukan waktu
normal dari waktu pengamatan.

2.3.2 Waktu Normal

Waktu normal untuk suatu operasi kerja adalah untuk menunjukkan bahwa seorang
operator yang berkualitas baik akan bekerja menyelesaikan pekerjaan pada kecepatan
atau tempo kerja yang normal, digunakan Persamaan 2.4 sebagai berikut:
performance rating %
Wn = waktu pengamatan x ......................................................... (2.4)
100%

2.3.3 Allowance

Operator memerlukan waktu khusus untuk keperluan seperti personal needs, istirahat
dan alasan-alasan lain yang diluar kontrolnya. Waktu khusus ini disebut sebagai waktu

restu, anis, afif Page 9


practicum apk industrial engineering 2012
longgar atau allowance. Allowance ini dapat diklasifikasikan menjadi personal
allowance, fatigue allowance dan delay allowance. Pada saat menentukan waktu
standar akan diperhitungkan juga allowance yang diperluakan operator. Dengan
demikian, waktu standar dapat ditentukan dengan Persamaan 2.5:
100%
Ws = waktu normal x ................................................................. (2.5)
100% - % allowance

Allowance (kelonggaran) dari operator dapat disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut:
1. Tenaga yang dikeluarkan,
2. Sikap kerja,
3. Gerakan kerja,
4. Kelelahan mata,
5. Temperatur tempat kerja,
6. Keadaan atmosfir, dan
7. Keadaan lingkungan yang baik.
(Sutalaksana, 2006, hal.170)

Untuk besarnya kelonggaran yang diberikan ditunjukkan pada Tabel 2.2 sebagai
berikut:

Tabel 2.2 Besarnya kelonggaran berdasarkan faktor-faktor yang berpengaruh


FAKTOR CONTOH PEKERJAAN KELONGGARAN (%)
A. TENAGA YANG EKIVALEN BEBAN
DIKELUARKAN PRIA WANITA
1. Dapat diabaikan Bekerja dimeja, duduk Tanpa beban 0.0-6.0 0.0-6.0
2. Sangat ringan Bekerja dimeja, berdiri 0.0-2.25 kg 6.0-7.5 6.0-7.5
3. Ringan Menyekop, ringan 2.25-9.00 7.5-12.0 7.5-16.0
4. Sedang Mencangkul 9.00-18.00 12.0-19.0 16.0-30.0
5. Berat Mengayun palu yang berat 19.0-27.0 19.0-30.0
6. Sangat berat Memanggul beban 27.0-50.0 30.0-50.0
7. Luar biasa berat Memanggul karung berat Diatas 50 kg
B. SIKAP KERJA
1. Duduk Bekerja duduk, ringan 0.0 – 1.0
2. Berdiri diatas dua Badan tegak, ditumpu dua kaki 1.0 – 2.5
kaki Satu kaki mengerjakan alat 2.5 – 4.0
3. Berdiri diatas satu kontrol 2.5 – 4.0
kaki Pada bagian sisi, belakang atau 4.0 – 10.0
4. Berbaring depan badan
5. Membungkuk Badan dibungkukkan bertumpu
pada dua kaki
restu, anis, afif Page 10
practicum apk industrial engineering 2012
Sumber: Sutalaksana, 2006, hal.170
faktor yang berpengaruh

FAKTOR CONTOH PEKERJAAN KELONGGARAN (%)


C. GERAKAN KERJA
1. Normal Ayunan bebas dari bahu 0
2. Agak terbatas Ayunan terbatas dari palu 0–5
3. Sulit Membawa beban berat dengan 0–5
4. Pada anggota badan satu tangan 5 – 10
terbatas Bekerja dengan tangan diatas
5. Seluruh anggota badan kepala 10 – 15
terbatas Bekerja dilorong pertambangan
yang sempit
D. KELELAHAN MATA PENCAHAYAAN
*) BAIK BURUK
1. Pandangan yang Membawa alat ukur 0.0-6.0 0.0-6.0
terputus-putus
2. Pandangan yang hamper Pekerjaan-pekerjaan yang teliti 6.0-7.5 6.0-7.5
terus-menerus
3. Pandangan terus Memeriksa cacat-cacat pada 7.5-12.0 7.5-16.0
menerus dengan fokus kain
berubah-ubah
4. Pandangan terus Pemeriksaan yang sangat teliti 19.0-30.0 16.0-30.0
menerus dengan fokus
tetap
E. KEADAAN KELEMBABAN, NORMAL,
TEMPERATUR BERLEBIHAN
TEMPAT KERJA **) TEMPERATUR (0C )
1. Beku
2. Rendah dibawah 0 Diatas 10 Diatas 12
3. Sedang 0 – 13 10-5 12-5
4. Normal 13 – 22 5-0 8-0
5. Tinggi 22 – 28 0-5 0-8
6. Sangat tinggi 28 – 38 5-40 8-100
diatas 38 Diatas 40 Diatas 100

F. KEADAAN
ATMOSFER ***)
1. Baik Ruang yang berventilasi baik, 0
2. Cukup udara segar 0 –5
3. Kurang baik Ventilasi kurang baik, ada bau 5 – 10
4. Buruk Adanya debu dan bau-bauan 10 – 20
beracun
G. KEADAAN LINGKUNGAN YANG BAIK
1. Bersih, sehat, cerah dengan kebisingan rendah 0
2. Siklus kerja berulang-ulang antara 5 – 10 detik 0–1
3. Siklus kerja berulang-ulang antara 0 – 5 detik 1–3
4. Sangat bising 0–5
5. Jika faktor yang berpengaruh dapat menurunkan kualitas 0–5
6. Terasa adanya getaran lantai 5 – 10
Tabel 2.2 Besarnya kelonggaran berdasarkan faktor-faktor yang berpengaruh (lanjutan)

restu, anis, afif Page 11


practicum apk industrial engineering 2012
Sumber: Sutalaksana, 2006, hal.170

*) Kontras antara warna hendaknya diperhatikan


**) Tergantung juga pada keadaan ventilasi
***) Dipengaruhi juga oleh ketinggian tempat kerja dari permukaan laut dan keadaan iklim
Catatan pelengkap: kelonggaran untuk kebutuhan pribadi bagi: Pria = 0-2,5%
Wanita = 2-5%

Pada saat bekerja masing-masing operator diberi kelonggaran atas waktu normal yang
telah didapatkan. Kelonggaran diberikan untuk tiga hal yaitu untuk kebutuhan pribadi,
menghilangkan rasa fatigue, dan hambatan-hambatan yang tidak dapat dihindarkan oleh
pekerja. Ketiganya ini merupakan hal-hal yang secara nyata dibutuhkan oleh pekerja,
dan yang selama pengukuran diamati,diukur, dicatat, ataupun dihitung. Oleh karena itu,
sesuai pengukuran dan setelah mendapatkan waktu normal, kelonggaran perlu
ditambahkan.

Berikut penjelasan masing-masing kelonggaran yang diberikan kepada operator pada


saat bekerja:
a. Kelonggaran Untuk Kebutuhan Pribadi
Yang termasuk kedalam kebutuhan pribadi disini adalah hal-hal seperti minum
untuk menghilangkan rasa haus, ke kamar kecil, bercakap-cakap dengan teman
sekerja sekedar untuk mrnghilangkan ketegangan ataupun kejenuhan dalam kerja.
Kebutuhan-kebutuhan ini jelas terlihat sebagai sesuatu yang mutlak. Besarnya
kelonggaran yang diberikan untuk kebutuhan pribadi seperti itu berbeda-beda dari
satu pekerjaan ke pekerjaan yang lainnya karena setiap pekerjaan mempunyai
karakteristik sendiri-sendiri dengan tuntutan yang berbeda. Berdasarkan penelitian
besarnya kelonggaran bagi pekerja pria berbeda dari pekerja wanita, untuk
pekerjaan-pekerjaan ringan pada kondisi-kondisi kerja normal pria memerlukan 2%
sampai 2,5% dan wanita 5% (persentase ini adalah dari waktu normal).
b. Kelonggaran Untuk Menghilangkan Rasa Fatigue
Rasa fatigue tercermin anatara lain dari menurunnya hasil produksi baik jumlah
maupun kualitas. Salah satu cara untuk menentukan besarnya kelonggaran ini adalah
dengan melakukan pengamatan sepanjang hari kerja dan mencatat saat-saat dimana
hasil produksi menurun. Tetapi dalam hal ini masih banyak hal lain yang dapat

restu, anis, afif Page 12


practicum apk industrial engineering 2012
menimbulkan rasa fatigue. Saat rasa fatigue telah datang dan pekerja harus bekerja
untuk menghasilkan performansi normalnya, maka usaha yang dikeluarkan pekerja
lebih besar dari normal dan ini akan menambah rasa fatigue. Bila hal ini terus
berlangsung terus pada akhirnya akan terjadi fatigue total yaitu jika anggota badan
yang bersangkutan sudah tidak dapat melakukan gerakan kerja sama sekali
walaupun sangat dikehendaki. Namun hal demikian jarang terjadi karena
berdasarkan pengalamannya pekerja dapat mengatur kecepatan kerjanya sedemikian
rupa sehingga lambatnya gerakan-gerakan kerja ditujukan untuk menghilangkan
rasa fatigue ini.
c. Kelonggaran Untuk Hambatan-hambatan Tak Terhindarkan
Dalam melaksanakan pekerjaannya, operator tidak akan lepas dari berbagai
hambatan. Ada hambatan yang dapat dihindarkan seperti mengobrol yang
berlebihan dan menganggur dengan sengaja. Ada pula hambatan yang tidak dapat
dihindarkan karena berada diluar kemampuan pekerja untuk mengendalikannya.
Beberapa contoh yang termasuk kedalam hambatan yang tidak terhindarkan adalah
menerima atau meminta petunjuk kepada pengawas, melakukan penyesuaian-
penyesuaian alat kerja, memperbaiki kemacetan-kemacetan singkat seperti
mengganti alat potong yang patah, memasang kembali ban yang lepas dan
sebagainya, hambatan-hambatan karena kesalahan pemakaian alat ataupun bahan,
dan lain-lain. Besarnya hambatan untuk kejadian-kejadian seperti itu sangat
bervariasi dari satu pekerjaan ke pekerjaan lain bahkan satu sistem kerja ke sistem
kerja lain karena banyaknya penyebab seperti mesin, kondisi mesin, prosedur kerja,
ketelitian suplai alat dan bahan, dan sebagainya.(Sutalaksana, 2006, Hal.167)

2.3.4 Insentif

Insentif adalah bonus yang diberikan terhadap pekerja berdasarkan performansi kerja,
produktivitas kerja. Apabila waktu atau output standar telah berhasil ditetapkan maka
manajemen akan memiliki kemudahan didalam membuat evaluasi mengenai
performance kerja operator. Bagi pekerja yang mampu bekerja mampu bekerja melebihi
waktu standar yang telah ditetapkan harus diberi penghargaan sesuai dengan prestasi
yang ditunjukkan.

restu, anis, afif Page 13


practicum apk industrial engineering 2012
Tujuan utama dari pemberian insentif adalah untuk meningkatkan dan menjaga motivasi
pekerja dalam kaitannya dengan upaya meningkatkan produktivitas kerjanya. Dasar
penetapan besarnya insentif yang dibayarkan adalah efisiensi kerja operator yang diukur
menurut output yang dihasilkan dibandingkan dengan standar output yang diberikan.
Selain itu, ada beberapa faktor tidak langsung yang dapat digunakan sebagai dasar
penetapan besarnya insentif, seperti kehadiran (absensi), disiplin kerja, kreativitas dan
lain-lain.

Rumus yang digunakan untuk menghitung besar insentif adalah dengan menggunakan
Persamaan 2.6 dan 2.7 sebagai berikut:
Wn  100%
Ws = ................................................................................................... (2.6)
100%  An%
Ws  Wn
Insentif =  100% ..................................................................................... (2.7)
Wn

dengan: Ws = waktu standar


Wn = waktu normal
An = allowance

Terdapat beberapa cara perhitungan dan pembayaran insentif, antara lain yaitu:
1. Berdasarkan Hasil Kerja
Pekerja dibayar menurut upah dasar yang tergantung pada jumlah jam kerja dan
besarnya ditentukan berdasarkan evaluasi pekerjaan tidak peduli efisiensi yang
dicapai. Pekerjaan menerima upah yang besarnya akan didasarkan pada jumlah jam
kerja.
2. Berdasarkan Output Yang Dihasilkan
Pemberian insentif dengan cara ini akan memenuhi konsep “operator business of
himself”. Pada perencanaan pemberian insentif berdasarkan unit hasil kerja
didasarkan pada ide dasar pembayaran upah, yaitu semua pembayaran upah operator
secara langsung terkait proporsional dengan unit output kerja yang dihasilkan.
3. Berdasarkan Jam Kerja Standar Yang Dicapai
Pemberian insentif dengan metode ini sangat berbeda dengan pemberian insentif
berdasarkan output yang dihasilkan. Perbedaan terletak pada adanya jaminan kepada
pekerja untuk tetap memperoleh upah besar pada suatu tingkat kepada pekerja untuk

restu, anis, afif Page 14


practicum apk industrial engineering 2012
tetap memperoleh upah dasar pada suatu tingkat output kerja tertentu dan pemberian
insentif untuk performance yang bisa melampaui standar kerja tersebut.
4. Berdasarkan Prestasi Kerja Kelompok
Metode pemberian insentif yang telah disebutkan diatas ditujukan untuk kerja
individu. Program insentif yang lebih menitikberatkan pada pemberian insentif per
individu akan memiliki kekurangan dalam bentuk persaingan individu dan
mengakibatkan semangat kerja kelompok menjadi sulit tercapai.
Pemberian insentif kerja berdasarkan kelompok, akan didasarkan pada seluruh
output yang dihasilkan oleh kelompok. Output kelompok bisa diukur dengan
berbagai cara seperti berdasarkan output produksi yang dihasilkan kelompok, safety
record, product’s quality record atau berbagai macam kriteria tolak ukur lain yang
ditetapkan oleh manajemen.

Terdapat beberapa kelebihan dan kekurangan dari masing-masing metode pemberian


insentif, antara lain yaitu seperti pada Tabel 2.3 di bawah ini:

Tabel 2.3 Kelebihan dan Kekurangan Insentif


Jenis Insentif Kelebihan Kekurangan
Berdasarkan - Tidak ada pemaksaan - Kecepatan produksi cenderung
Hari Kerja mengikuti standar lambat.
- Sederhana, mudah - Jadwal produksi dan evaluasi sulit
diaplikasikan dan bersifat ditetapkan
langsung
Berdasakan - Memaksimalkan performance - Memerlukan persiapan yang
Output kerja individu. lebih lama.
Berdasarkan Jam - Memaksimalkan performance - Memerlukan persiapan yang
Keja kerja individu. lebih lama
Standar
Berdasarkan - Kerja kelompok akan terjaga. - Individu yang memiliki
Prestasi Kerja - Ketegangan akibat persaingan performance lebih, merasa
Kelompok individu bisa dihindari. tidak puas.
- Untuk kelompok kurang dari
20 Org.
Sumber: ITS.Undergraduate

restu, anis, afif Page 15


practicum apk industrial engineering 2012

2.4 EPR (Estimation Performance Rating) & APR (Actual Performance


Rating)

Untuk menghitung nilai EPR digunakan Persamaan 2.8 berikut ini:


 w t 
EPR = 1  n e  × 100% .................................................................................. (2.8)
 t
e 

dengan: EPR = estimation performance rating


Wn = waktu normal
te = waktu estimasi

Sedangkan untuk menghitung nilai APR digunakan Persamaan 2.9 berikut ini:
 w t 
APR = 1  n a  × 100% ................................................................................. (2.9)
 ta 

dengan: APR = actual performance rating


Wn = waktu normal
ta = waktu actual

2.5 Besar Penyimpangan

Untuk menghitung besar penyimpangan digunakan Persamaan 2.10 berikut ini:

EPR
BP = 1  ×100% ............................................................................................ (2.10)
APR

dengan: BP = besar penyimpangan


EPR = estimation performance rating
APR = actual performance rating

restu, anis, afif Page 16


practicum apk industrial engineering 2012

BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Pengumpulan Data

Melakukan pengambilan data secara langsung dimana data yang diambil adakah waktu
operasi kerja untuk setiap elemen yaitu memasukkan pasak kedalam lubang-lubang
dengan kedua tangan. Pengamatan diambil dengan tiga metode pemasangan.

Diambil dari data lembar pengamatan praktikum penetapan performance rating dengan
metode speed rating, maka diperoleh data pengamatan seperti pada Tabel 3.1 sebagai
berikut:

Table 3.1 Tabel Data Pengamatan Speed Rating Operator 1 dan 2


Rata- Rata-
Opr. Metode Estimasi (detik) Aktual (detik) rata rata
Estimasi Aktual
1 54 49 49 47 45 46,09 47,03 46,54 45,17 54,32 48,80 47,83
1
2 44 44 43 48 45 44,31 43,48 48,64 43,14 47,60 44,80 45,43
(Anis)
3 35 36 37 37 38 39,31 36,71 39,36 39,32 40,69 36,60 39,07
1 59 58 52 60 55 58,74 53,41 64,73 51,23 52,15 56,80 56,05
2
2 51 50 53 53 51 55,08 50,42 52,09 51,69 48,71 51,60 51,59
(Morde)
3 46 47 43 46 46 46,12 41,72 46,32 45,70 48,18 45,60 45,60
Sumber: Pengumpulan Data

3.2 Pengolahan Data

Mengolah data yang telah dikumpulkan dari pengamatan untuk mencari Performance
Rating dari operator dengan menggunakan metode Speed Rating. Pengolahan data
akurasi waktu didasarkan pada perhitungan jam kerja yang diakumulasikan pada satuan
detik dan didasarkan pada tabel penyesuaian Performance Rating.

Setelah mendapatkan data di atas, selanjutnya dilakukan perhitungan EPR (Estimate


Performance Rating) dan APR (Actual Perfomance Rating) untuk dapat menentukan
besar penyimpangan yang akan dijelaskan seperti berikut:

restu, anis, afif Page 17


practicum apk industrial engineering 2012

3.2.1 Perhitungan EPR (Estimate Performance Rating)

Dengan menggunakan waktu normal sebesar 70 detik dan menggunakan data pada
percobaan siklus yang pertama maka selanjutnya dapat dilakukan perhitungan nilai EPR
(Estimate Performance Rating) dengan menggunakan Persamaan 2.6 sebagai berikut:
1. Metode 1
Dengan metode 1 maka perhitungan nilai EPR pada masing-masing operator adalah
sebagai berikut:
a. Operator 1 (Anis)
Besar nilai EPR pada operator 1 adalah sebagai berikut:
70 - 54
EPR(1) = 1 + x 100%
54
= 129,62%
b. Operator 2 (Morde)
Besar nilai EPR pada operator 2 adalah sebagai berikut:
70 - 59
EPR(1) = 1 + x 100%
59
= 118,64%
2. Metode 2
Dengan metode 2 maka perhitungan nilai EPR pada masing-masing operator adalah
sebagai berikut:
a. Operator 1 (Anis)
Besar nilai EPR pada operator 1 adalah sebagai berikut:
70 - 44
EPR(1) = 1 + x 100%
44
= 159,09%
b. Operator 2 (Morde)
Besar nilai EPR pada operator 2 adalah sebagai berikut:
70 - 51
EPR(1) = 1 + x 100%
51
= 137,25%
restu, anis, afif Page 18
practicum apk industrial engineering 2012

3. Metode 3
Dengan metode 3 maka perhitungan nilai EPR pada masing-masing operator adalah
sebagai berikut:
a. Operator 1 (Anis)
Besar nilai EPR pada operator 1 adalah sebagai berikut:
70 - 35
EPR(1) = 1 + x 100%
35
= 200,00%
b. Operator 2 (Morde)
Besar nilai EPR pada operator 2 adalah sebagai berikut:
70 - 46
EPR(1) = 1 + x 100%
46
= 152,17%

Perhitungan EPR2 – EPR5 dapat dilihat pada Tabel 3.2 dengan menggunakan persamaan
yang sama untuk kedua operator pada masing-masing metode.

3.2.2 Perhitungan APR (Actual Performance Rating)

Setelah mengetahui nilai EPR kedua operator pada masing-masing metode, selanjutnya
dilakukan perhitungan APR (Actual Performance Rating) menggunakan waktu normal
yang sama dengan perhitungan EPR yaitu sebesar 70 detik dan menggunakan data pada
percobaan siklus yang pertama dengan menggunakan Persamaan 2.7 sebagai berikut:
1. Metode 1
Dengan metode 1 maka perhitungan nilai APR pada masing-masing operator adalah
sebagai berikut:
a. Operator 1 (Anis)
Besar nilai APR pada operator 1 adalah sebagai berikut:
70 – 46,09
APR(1) = 1 + x 100%
46,09
= 151,87%

restu, anis, afif Page 19


practicum apk industrial engineering 2012

b. Operator 2 (Morde)
Besar nilai APR pada operator 2 adalah sebagai berikut:
70 – 58,74
APR(1) = 1 + x 100%
58,74
= 119,16%
2. Metode 2
Dengan metode 2 maka perhitungan nilai APR pada masing-masing operator adalah
sebagai berikut:
a. Operator 1 (Anis)
Besar nilai APR pada operator 1 adalah sebagai berikut:
70 – 44,31
APR(1) = 1 + x 100%
44,31
= 157,97%
b. Operator 2 (Morde)
Besar nilai APR pada operator 2 adalah sebagai berikut:
70 – 55,08
APR(1) = 1 + x 100%
55,08
= 127,08%
3. Metode 3
Dengan metode 3 maka perhitungan nilai APR pada masing-masing operator adalah
sebagai berikut:
a. Operator 1 (Anis)
Besar nilai APR pada operator 1 adalah sebagai berikut:
70 – 39,31
APR(1) = 1 + x 100%
39,31
= 178,07%
b. Operator 2 (Morde)
Besar nilai APR pada operator 2 adalah sebagai berikut:
70 – 46,12
APR(1) = 1 + 46,12
x 100%

= 151,77%

restu, anis, afif Page 20


practicum apk industrial engineering 2012
Perhitungan EPR1 - EPR5 dan APR1 - APR5 dengan menggunakan persamaan yang
sama untuk kedua operator pada masing-masing metode dapat dilihat pada Tabel 3.2
sebagai berikut:

Tabel 3.2 Tabel EPR dan APR Operator 1 dan 2


EPR APR
Opr Metode EPR (%) APR (%)
(%) (%)
1 129 142 142 148 155 151 148 150 154 128 143 146
1 2 159 159 162 145 155 157 160 143 162 147 156 154
3 200 194 189 189 184 178 190 177 178 172 191 179
1 118 120 134 116 127 119 131 108 136 134 123 128
2 2 137 140 132 132 137 127 138 134 135 143 135 135
3 152 148 162 152 152 151 167 151 153 145 153 153
Sumber: Pengolahan Data

3.2.3 Perhitungan Besar Penyimpangan

Setelah mendapatkan nilai EPR dan APR, maka kita dapat menghitung nilai dari Besar
Penyimpangan (BP) dengan menggunakan Persamaan 2.7 sebagai berikut:
1. Metode 1
Dengan metode 1 maka perhitungan nilai BP pada masing-masing operator adalah
sebagai berikut:
a. Operator 1 (Anis)
Besar nilai BP pada operator 1 adalah sebagai berikut:
143
BP = 1 – x 100%
146
= 2,1%
b. Operator 2 (Morde)
Besar nilai BP pada operator 2 adalah sebagai berikut:
123
BP = 1 – x 100%
128
= 4,2%

restu, anis, afif Page 21


practicum apk industrial engineering 2012
2. Metode 2
Dengan metode 2 maka perhitungan nilai BP pada masing-masing operator adalah
sebagai berikut:
a. Operator 1 (Anis)
Besar nilai BP pada operator 1 adalah sebagai berikut:
156
BP = 1– x 100%
154
= 1,3%
b. Operator 2 (Morde)
Besar nilai BP pada operator 2 adalah sebagai berikut:
135
BP = 1 – x 100%
135
= 9,9%
3. Metode 3
Dengan metode 3 maka perhitungan nilai BP pada masing-masing operator adalah
sebagai berikut:
a. Operator 1 (Anis)
Besar nilai BP pada operator 1 adalah sebagai berikut:
191
BP = 1 – x 100%
179
= 6,7%
b. Operator 2 (Morde)
Besar nilai BP pada operator 2 adalah sebagai berikut:
153
BP = 1 – x 100%
153
= 2,0%

restu, anis, afif Page 22


practicum apk industrial engineering 2012
Dari data perhitungan besar penyimpangan diatas akan disajikan pada Tabel 3.3
dibawah ini:

Tabel 3.3 Tabel Besar Penyimpangan Operator 1 dan 2


Opr Metode EPR (%) APR (%) Besar Penyimpangan (%)
1 143 146 2,1
1 2 156 154 1,3
3 191 179 6,7
1 123 128 4,2
2 2 135 135 9,9
3 153 153 2,0
Sumber: Pengolahan Data

3.2.4 Perhitungan Insentif

Sebelum menghitung waktu baku untuk mencari nilai insentif dari masing-masing
operator, harus diketahui terlebih dahulu nilai allowance.
1. Operator 1 (Anis)
Berikut ini adalah perhitungan nilai insentif untuk operator 1 adalah sebagai berikut:
a. Allowance
Nilai allowance yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut:
1) Tenaga yang dikeluarkan = 0,6%
2) Sikap kerja = 1,0%
3) Gerakan kerja = 2,0%
4) Kelelahan mata = 6,0%
5) Temperatur tempat kerja = 5,0%
6) Keadaan atmosfir = 3,0%
7) Keadaan lingkungan yang baik = 0,8%
8) Kebutuhan pribadi = 2,0% +
20,4%

restu, anis, afif Page 23


practicum apk industrial engineering 2012
b. Waktu Baku
Selanjutnya adalah menghitung waktu baku dengan menggunakan Persamaan
2.3 sebagai berikut:
100%
Waktu Baku = 70 x
100% - 20,4%
= 70 x 1,256
= 87,92 detik
c. Insentif
Setelah mendapatka nilai waktu baku, selanjutnya kita dapat menghitung nilai
insentif dengan Persamaan 2.4 sebagai berikut:
87,92 - 70
Insentif = x 100%
70
= 12,56%
2. Operator 2 (Morde)
Berikut ini adalah perhitungan nilai insentif untuk operator 2 adalah sebagai berikut:
a. Allowance
Nilai allowance yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut:
1) Tenaga yang dikeluarkan = 0,6%
2) Sikap kerja = 0,8%
3) Gerakan kerja = 2,0%
4) Kelelahan mata = 6,0%
5) Temperatur tempat kerja = 3,5%
6) Keadaan atmosfir = 3,0%
7) Keadaan lingkungan yang baik = 2,0%
8) Kebutuhan pribadi = 1,0% +
18,9%
b. Waktu Baku
Selanjutnya adalah menghitung waktu baku dengan menggunakan Persamaan 2.3
sebagai berikut:
100%
Waktu Baku = 70 x
100% - 18,9%
= 70 x 1,233

restu, anis, afif Page 24


practicum apk industrial engineering 2012
= 86,31 detik
c. Insentif
Setelah mendapatka nilai waktu baku, selanjutnya kita dapat menghitung nilai
insentif dengan Persamaan 2.4 sebagai berikut:
86,31- 70
Insentif = x 100%
70
= 12,33%

3.3 Analisa

Berdasarkan pengumpulan dan pengolahan data yang telah dilakukan, berikut ini adalah
analisa data pada masing-masing operator pada praktikum pengamatan performance
rating pada percobaan menggunakan pinboard dengan metode speed rating.

3.3.1 Performance Rating pada Estimator

Batas normal nilai rata-rata Estimate Performance Rating (EPR) sebesar 100% dan
besar penyimpangan tidak lebih dari batas normal yaitu sebesar 5%. Semakin dekat
titik-titik data yang diplotkan ke arah garis ideal pada sumbu X –Y (% estimasi akan
sama dengan kenyataan yang ada) itu berarti bahwa penilaian rater terhadap
Performance Rating operator semakin tepat dan teliti. Seorang rater akan dianggap
sebagai rater yang baik bila estimasinya tidak menyimpang lebih dari 5% dari kondisi
yang sebenarnya.
1. Metode 1
Pada metode 1, yaitu metode dengan pemasangan paku dari sebelah dalam masing-
masing dua buah papan berlubang. Pada nilai EPR operator 1 adalah sebesar 143,9%
dengan besar penyimpangannya adalah sebesar 2,1% atau dibawah batas nilai
penyimpangan normal. Hal ini dikarenakan estimator serius dalam melakukan
pengamatan dan estimator mengetahui nilai elemen yang dikerjakan. Pada operator
kedua, nilai EPR adalah sebesar 123,5% dengan besar penyimpangan sebesar 4,2%.
Dapat dilihat bahwa besar penyimpangannya masih berada dibawah batas normal.
Estimator kurang tepat memberikan estimasi waktu operator kedua dalam
menyelesaikan pekerjaannya. Besar penyimpangan antara operator 1 lebih kecil

restu, anis, afif Page 25


practicum apk industrial engineering 2012
dibandingkan dengan operator 2. Hal ini terjadi karena estimator belum dapat
membaca kemampuan operator saat bekerja.
2. Metode 2
Pada metode 2, metode yang digunakan lebih mudah namun juga membutuhkan
koordinasi mata dan penyesuaian tangan kanan dan tangan kiri, karena jarak lubang
antar paku yang akan dimasukkan dengan tangan kanan dan tangan kiri semakin
lama juga semakin jauh. Pada operator 1, nilai EPR adalah sebesar 156,4% dan
besar penyimpangannya sebesar -1,3%. Nilai penyimpangan negatif dan dibawah
nilai normal dikarenakan estimator belum mengerti tentang perbedaan mendasar
antara skill, effort, condition, dan consistency rater kurang berpengalaman. Operator
2 memiliki nilai EPR sebesar 135,72% dengan besar penyimpangan sebesar 9,9%
atau sangat jauh dari batas normal penyimpangan. Hal ini terjadi karena estimator
kurang memahami sikap dan gerakan kerja operator pada saat bekerja.
3. Metode 3
Pada metode 3 yaitu metode pemasangan paku dengan cara memasang paku-paku
pada lubang-lubang dari sebelah kanan papan berlubang pertama dilanjutkan ke
papan berlubang kedua sesuai dengan tempat awal paku-paku pada saat diambil dan
dengan mengisi dua baris lubang ke bawah. Pada operator pertama nilai EPR adalah
sebesar 191,4% dengan besar penyimpangan -6,7%. Besar nilai penyimpangan
sangat jauh dan bernilai negatif hal ini dikarenakan estimator kurang terfokus pada
saat bekerja dan estimator kurang peka dalam melihat adaptasi operator dari waktu
ke waktu. Pada operator kedua nilai EPR sebesar 153,6% dengan besar
penyimpangan 2,0%. Estimator telah mengetahui dan menguasai siklus kerja
operator. Hal ini terjadi karena operator 1 da operator 2 bekerja semakin lama
semakin cepat daripada yang diperkirakan estimator.

3.3.2 Performance Rating pada Operator

Seorang operator dapat dikatakan baik dalam menyelesaikan pekerjaannya apabila nilai
rata-rata Actual Performance Rating (APR) dalam batas normal yaitu sebesar 100%
atau dalam artian tidak melebihi dari waktu yang telah ditentukan yaitu sebesar 70 detik.

restu, anis, afif Page 26


practicum apk industrial engineering 2012
1. Metode 1
Dalam metode ini dibutuhkan koordinasi mata serta penyesuaian tangan kanan dan
kiri, karena jarak lubang antara paku yang akan dimasukkan dengan tangan kanan
dan tangan kiri semakin lama semakin jauh. Pada operator 1 nilai rata-rata Actual
Performance Rating (APR) untuk menyelesaikan pekerjaannya yaitu sebesar
146,9% dan waktu rata-rata yang digunakan untuk menyelesaikan pekerjaannya
adalah sebesar 47,83 detik. Operator kedua nilai APR untuk menyelesaikan
pekerjaannya yaitu sebesar 128,8% dan waktu rata-rata yang digunakan untuk
menyelesaikan pekerjaanya adalah 56,05 detik. Oleh karena itu dapat disimpulkan
bahwa antara operator 1 dan operator 2 memiliki mekanisme kerja masing-masing
yang cenderung cepat dan optimal.
2. Metode 2
Dalam metode 2 ini dibutuhkan koordinasi mata dan penyesuaian tangan kanan dan
tangan kiri, karena jarak lubang antara paku yang akan dimasukkan dengan tangan
kanan dan tangan kiri semakin lama juga semakin jauh. Pada operator 1 nilai APR
untuk menyelesaikan pekerjaannya adalah sebesar 154,4% dengan waktu rata-rata
yang digunakan adalah sebesar 45,43 detik, sedangkan APR untuk operator ke-2
adalah sebesar 135,8% dengan waktu rata-rata untuk menyelesaikan pekerjaannya
adalah 51,59 detik. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa mekanisme kerja
operator 1 dan operator 2 semakin cepat dibandingkan dengan metode sebelumnya,
hal ini dapat disebabkan karena masing-masing operator telah mengetahui trik dan
cara kerja yang baik, cepat dan optimal.
3. Metode 3
Dan metode yang terakhir merupakan metode yang paling mudah, karena jarak
lubang antara paku yang akan dimasukkan dengan tangan kanan dan tangan kiri
berdekatan dan di dalam jarak pandang mata, sehingga tidak perlu memfokuskan
mata terlalu banyak dan penyesuaian tangan kanan dan tangan kiri yang berlebihan.
Operator 1 menyelesaikan pekerjaannya dengan nilai APR sebesar 179,3% dan
waktu rata-rata sebesar 39,07 detik, sedangkan operator 2 nilai APR sebesar 153,8%
dan waktu rata-rata sebesar 45,60 detik. Pada metode terakhir ini operator 1 dan 2
kerjanya semakin cepat dikarenakan masing-masing operator telah mengetahui
letak-letak lubang untuk memasukkan paku-paku dan mengetahui sikap dan gerakan

restu, anis, afif Page 27


practicum apk industrial engineering 2012
kerja yang cepat dan baik. Oleh karena itu, waktu yang digunakan untuk
menyelesaikan pekerjaan juga semakin cepat dan hasil yang didapatkan optimal.

3.3.3 Grafik Besar Penyimpangan

Setelah melakukan pengolahan dan analisa data di atas, selanjutnya akan disajikan
grafik besar penyimpangan masing-masing metode sebagai berikut
1. Metode 1
Berikut adalah grafik besar penyimpangan untuk metode 1 akan disajikan dalam
Gambar 3.1 sebagai berikut:

Grafik besar penyimpangan pada metode 1

EPR

200% ket:
Garis ideal
Operator 1
Operator 2
.
100%
. (143,9 : 146,9)
(123,5 : 128,8)

5%

0 APR
5% 100% 200%
Gambar 3.1 Grafik Besar Penyimpangan Metode 1

Sesuai pada gambar di atas, ditunjukkan bahwa besar penyimpangan operator 1 pada
metode 1 adalah sebesar 2,1%. Besar penyimpangan operator 2 adalah sebesar 4,2%,
titik koordinatnya terlihat tidak jauh dari garis ideal. Jika dibandingkan dengan besar
penyimpangan pada metode lainnya, untuk operator pertama metode pertama inilah
nilai BP paling kecil, tetapi untuk operator kedua metode ini memiliki nilai BP yang

restu, anis, afif Page 28


practicum apk industrial engineering 2012
sedang, hal ini disebabkan pada saat operator pertama estimator berkonsentrasi
dalam mengestimasikan waktu dengan baik, sedangkan pada saat operator kedua
estimator telah kurang berkonsentrasi dengan baik dikarenakan kebisingan disekitar
lingkungan kerja operator.
2. Metode 2
Berikut adalah grafik besar penyimpangan untuk metode 2 akan disajikan dalam
Gambar 3.2 sebagai berikut:

Grafik besar penyimpangan pada metode 2

EPR

ket:
200% Garis ideal
Operator 1
. (156,4 : 154,4)
Operator 2

.(135,7 : 135,8)
100%

5%

0 APR
5% 100% 200%
Gambar 3.2 Grafik Besar Penyimpangan Metode 2

Besar penyimpangan operator 1 adalah sebesar 1,3%, dan besar penyimpangan


operator 2 adalah sebesar 9,9%. Pada operator 1 nilai penyimpangan bernilai negatif
dikarenakan estimator kurang mengetahui skill, effort, dan consistency rater kurang
baik. Sedangkan pada operator 2 besar nilai penyimpangan sangat besar dikarenakan
estimator kurang bisa membaca kemampuan operator pada saat bekerja.

restu, anis, afif Page 29


practicum apk industrial engineering 2012
3. Metode 3
Berikut adalah grafik besar penyimpangan untuk metode 2 akan disajikan dalam
Gambar 3.3 sebagai berikut:

Grafik besar penyimpangan pada metode 3


EPR

200%
. (191,4 : 179,3)

. (153,6 : 153,8)
ket:
100% Garis ideal
Operator 1
Operator 2

5%

0 APR
5% 100% 200%
Gambar 3.3 Grafik Besar Penyimpangan Metode 2

Besar penyimpangan operator 1 adalah sebesar 6,7%, dan besar penyimpangan


operator 2 adalah sebesar 2,0%. Besar nilai penyimpangan pada operator 1 sangat
jauh, hal ini dikarenakan estimator kurang terfokus pada saat operator bekerja,
sedangkan pada operator 2 estimator telah mengetahui skill operator pada saat
bekerja sehingga besar nilai penyimpangan tidak jauh.

3.3.4 Insentif

Ketika waktu standar telah berhasil ditetapkan maka manajemen suatu perusahaan akan
mudah dalam membuat evaluasi tentang performance kerja operator. Waktu output
standar merupakan tolak ukur dan target yang harus dicapai oleh seorang operator. Bagi
seorang operator yang mampu melampaui standar yang telah ditetapkan maka akan
mendapatkan upah atau bonus melalui insentif kerja. Tujuan utama dari pemberian
restu, anis, afif Page 30
practicum apk industrial engineering 2012
insentif kepada karyawan pada dasarnya adalah untuk memotivasi mereka agar bekerja
lebih baik dan dapat menunjukkan prestasi yang baik. Cara seperti ini adalah cara yang
sangat efektif untuk meningkatkan hasil produksi perusahaan. Menurut pendapat
Heidjrachman dan Husnan (1992 : 151) mengatakan bahwa pelaksanaan sistem upah
insentif ini dimaksudkan perusahaan terutama untuk meningkatkan produktivitas kerja
karyawan dan mempertahankan karyawan yang berprestasi untuk tetap berada dalam
perusahaan. Untuk mencari nilai insentif harus mengetahui nilai allowance terlebih
dahulu. Berikut adalah analisa perhitungan pemberian insentif masing-masing operator:
1. Operator 1 (Anis)
a. Tenaga yang dikeluarkan = 0,6%
Pada saat bekerja tenaga yang dikeluarkan oleh operator sangat ringan yaitu
operator hanya mengangkat dan memindahkan dua buah paku dari pinboard satu
dengan menggunakan tangan kanan dan kiri ke pinboard kedua yang masih
kosong.
b. Sikap kerja = 1,0%
Seorang operator memiliki sikap kerja yang cukup berat karena operator harus
berkonsentrasi untuk memindahkan kedua paku yang berada ditangan kanan dan
kiri kedalam lubang secara bersamaan dan posisinya harus tepat.
c. Gerakan kerja = 2,0%
Operator tidak membutuhkan gerakan kerja yang berat, hanya saja pekerjaan
yang dilakukan diulang-ulang sebanyak lima kali dalam beberapa menit.
d. Kelelahan mata = 6,0%
Pada saat bekerja operator harus bekerja dengan teliti dalam melihat posisi-
posisi lubang untuk meletakkan paku-paku secara tepat.
e. Temperatur tempat kerja = 5,0%
Pada saat sedang bekerja temperatur ruangan tempat kerja cukup panas ±18⁰C,
sehingga menyebabkan operator kurang nyaman dalam mengerjakan
pekerjaannya.
f. Keadaan atmosfir = 3,0%
Pada saat bekerja, operator bekerja pada keadaan yang cukup aman, tidak ada
bau-bauan yang menyengat atau beracun dan tidak ada debu atau asap yang
dapat mengganggu operator.

restu, anis, afif Page 31


practicum apk industrial engineering 2012
g. Keadaan lingkungan yang baik = 0,8%
Keadaan lingkungan disekitar tempat kerja operator cukup baik, meskipun
terdapat sedikit gangguan seperti kebisingan yang ditimbulkan oleh sesama.
h. Kebutuhan pribadi = 2,0%
Pada saat bekerja operator tidak terlalu meresahkan kebutuhan pribadinya,
seperti menerima panggilan atau sms pribadi.

Berdasarkan waktu standar yang telah ditentukan untuk masing-masing operator


yaitu 70 detik, maka besarnya nilai insentif yang diperoleh adalah 12,56% dari
gaji pokok yang diterima oleh operator 1.
2. Operator 2 (Morde)
a. Tenaga yang dikeluarkan = 0,6%
Pada saat bekerja tenaga yang dikeluarkan oleh operator sangat ringan yaitu
operator hanya mengangkat dan memindahkan dua buah paku dari pinboard satu
dengan menggunakan tangan kanan dan kiri ke pinboard kedua yang masih
kosong.
b. Sikap kerja = 0,8%
Seorang operator memiliki sikap kerja yang cukup berat karena operator harus
berkonsentrasi untuk memindahkan kedua paku yang berada ditangan kanan dan
kiri kedalam lubang secara bersamaan dan posisinya harus tepat.
c. Gerakan kerja = 2,0%
Operator tidak membutuhkan gerakan kerja yang berat, hanya saja pekerjaan
yang dilakukan diulang-ulang sebanyak lima kali dalam beberapa menit.
d. Kelelahan mata = 6,0%
Pada saat bekerja operator harus bekerja dengan teliti dalam melihat posisi-
posisi lubang untuk meletakkan paku-paku secara tepat.
e. Temperatur tempat kerja = 3,5%
Pada saat sedang bekerja temperatur ruangan tempat kerja cukup panas ±18⁰C,
sehingga menyebabkan operator kurang nyaman dalam mengerjakan
pekerjaannya.

restu, anis, afif Page 32


practicum apk industrial engineering 2012

f. Keadaan atmosfir = 3,0%


Pada saat bekerja, operator bekerja pada keadaan yang cukup aman, tidak ada
bau-bauan yang menyengat atau beracun dan tidak ada debu atau asap yang
dapat mengganggu operator.
g. Keadaan lingkungan yang baik = 2,0%
Keadaan lingkungan disekitar tempat kerja operator cukup baik, meskipun
terdapat sedikit gangguan seperti kebisingan yang ditimbulkan oleh sesama.
h. Kebutuhan pribadi = 1,0%
Pada saat bekerja operator tidak terlalu meresahkan kebutuhan pribadinya,
seperti menerima panggilan atau sms pribadi.

Berdasarkan waktu standar yang telah ditentukan untuk masing-masing operator


yaitu 70 detik, maka besarnya nilai insentif yang diperoleh adalah 12,33% dari gaji
pokok yang diterima oleh operator 2. Nilai insentif yang diperoleh operator 2 lebih
kecil dibandingkan dengan jumlah insentif yang diterima operator 1 dikarenakan
kerja operator 2 lebih lama daripada operator 1.

restu, anis, afif Page 33


practicum apk industrial engineering 2012

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Dari praktikum yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan, sebagai berikut:
1. Kemampuan masing-masing operator untuk menyelesaikan pekerjaan menjadi
faktor penting yang mempengaruhi performance rating operator. Dari analisa data
didapatkan bahwa faktor lingkungan kerja hanya sedikit mempengaruhi
performance rating operator.
2. Berdasarkan pengolahan data diperoleh perbandingan performance rating
sebenarnya dan estimasi performance rating masing-masing operator pada masing-
masing metode kerja yang dilakukan. Didapatkan nilai rata-rata estimation
performance rating , yaitu nilai EPR pada metode 1 operator 1 sebesar 143% dan
operator 2 sebesar 123%, pada metode 2 operator 1 sebesar 150% dan operator 2
sebesar 135%, dan pada metode 3 operator 1 sebesar 191% dan operator 2 sebesar
153%. Sedangkan nilai APR pada metode 1 operator 1 sebesar 146% dan operator 2
sebesar 128%, pada metode 2 operator 1 sebesar 154% dan operator 2 sebesar
135%, dan pada metode 3 operator 1 sebesar 179% dan operator 2 sebesar 153%.
Berdasarkan pada pengolahan data, maka diperoleh hasil penyimpangan antara
operator dan estimator. Besar nilai penyimpangan operator 1 pada metode 1 sebesar
2,1%, pada metode 2 sebesar 1,3%, dan pada metode 3 sebesar 6,7%. Sedangakan
besar nilai penyimpangan antara operator 2 dengan estimator, yaitu pada metode 1
sebesar 4,2%, pada metode 2 sebesar 9,9%, dan pada metode 3 sebesar 2,0%.
3. Berdasarkan data yang telah diolah didapatkan bahwa rater telah mampu
memberikan estimasi waktu terhadap kerja operator, meskipun terkadang rater
kurang tepat dalam menentukan estimasi waktu kerja. Estimasi waktu yang kurang
tepat tersebut dapat disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya yaitu rater kurang
fokus dalam bekerja dan terdapat kebisingan-kebisingan disekitar lingkungan kerja
rater.

restu, anis, afif Page 34


practicum apk industrial engineering 2012

4.2 Saran

Setelah melakukan kegiatan praktikum, ada beberapa hal yang kami sarankan untuk
keberhasilan dan kelancaran praktikum selanjutnya, yaitu sebagai berikut:
1. Alat-alat praktikum perlu ada penambahan, sehingga tidak terdapat dua bahkan tiga
kelompok dalam satu alat praktikum (pinboard) dengan begitu praktikum dapat
berjalan dengan efektif dan efisien.
2. Tempat atau suasana dalam praktikum harus lebih kondusif karena hal itu dapat
mempengaruhi produktivitas kerja.
3. Sebaiknya praktikum yang dilakukan lebih variatif, sehingga pada jenis pekerjaan
yang berbeda kemampuan kerja pada masing-masing operator dapat diketahui
perbedaannya.

restu, anis, afif Page 35


practicum apk industrial engineering 2012

DAFTAR PUSTAKA

1. http://www.scribd.com/doc/31757853/2-PENETAPAN-PERFORMANCE-
RATING-DENGAN-METODE-SPEED-RATING, dilihat 17 April 2012 Pukul
10.40 am.

2. Sutalaksana, Iftikar dkk. Teknik Tata Cara Kerja. Surabaya : Institut Teknologi
Sepuluh November, dilihat 17 April 2012 Pukul 15.00,
firzman.student.umm.ac.id/download-as.../student_blog_article_8.doc

3. Wignjosoebroto, Sritomo. 1995. Ergonomi Studi Gerak dan Waktu. Surabaya :


Institut Teknologi Sepuluh November.

restu, anis, afif Page 36

Anda mungkin juga menyukai