Anda di halaman 1dari 49

MODUL 1

WORK SAMPLING

07
2
6
AHMAD WIRA INDRAWAN
D221 12 251
KELOMPOK 3

LABORATORIUM ERGONOMI
DAN PERANCANGAN SISTEM KERJA
PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI
JURUSAN MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN

2015

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kinerja suatu sistem kerja ditentukan oleh performansi dari pekerjanya,
yaitu berupa tingkat keefektifan pekerja menyelesaikan pekerjaannya. Oleh
karena itu dibutuhkan suatu metode untuk menghitung tingkat keefektifan
tersebut, salah satu caranya adalah melakukan sampling pekerjaan (work
sampling). Pada awalnya sampling pekerjaan dikembangkan di Inggris oleh
L.H.C. Tippet pada pabrik-pabrik tekstil di Inggris. Sampling pekerjaan
menggunakan prinsip-prinsip dari ilmu statistik.
Sampling pekerjaan dapat dilakukan terhadap tenaga kerja tak langsung,
tenaga kerja langsung, maupun terhadap mesin. Sampling pekerjaan adalah
suatu prosedur pengukuran yang dilakukan dengan melakukan kunjungankunjungan pada waktu-waktu tertentu yang ditentukan secara acak (random).
Kunjungan-kunjungan ini dilakukan untuk mengetahui apa yang terjadi atau
kegiatan apa yang sedang dilakukan di tempat kerja yang bersangkutan,
frekuensi kegiatan tersebut, dan berapa persen waktu yang dipergunakan untuk
pekerjaan itu. Semakin banyak kunjungan yang dilakukan, semakin kuat dasar
(berupa tingkat ketelitian) untuk mengambil kesimpulan.

Kelompok 3

Ahmad Wira Indrawan


D221 12 251

MODUL 1:
Work Sampling

Hal 1

B. Tujuan Praktikum
1. Praktikan mampu memisahkan pekerjaan pada sistem kerja menjadi
elemen-elemen kerja yang produktif dan non-produktif.
2. Praktikan mampu melakukan pengukuran waktu kerja secara langsung
dengan menggunakan metode work sampling.
3. Praktikan dapat menggunakan dan memanfaatkan hasil sampling pekerjaan
untuk melakukan perbaikan/pengaturan kerja dalam upaya meningkatkan
efektifitas, efesiensi, dan produktifitas kerja.

Kelompok 3

Ahmad Wira Indrawan


D221 12 251

MODUL 1:
Work Sampling

Hal 2

BAB II
TEORI DASAR
A. Defenisi Work Sampling
Sampling kerja atau sering disebut sebagai work sampling, Ratio Delay
Study atau Random Observation Method adalah salah satu teknik untuk
mengadakan sejumlah besar pengamatan terhadap aktivitas kerja dari mesin,
proses atau pekerja/operator. Pengukuran kerja dengan cara ini juga
diklasifikasikan sebagai pengukuran kerja secara langsung. Karena pelaksanaan
kegiatan pengukuran harus dilakukan secara langsung ditempat kerja yang
diteliti (Sritomo, 1989). Metode sampling kerja dikembangkan berdasarkan
hukum probabilitas atau sampling. Oleh karena itu pengamatan terhadap suatu
obyek yang ingin diteliti tidak perlu dilaksanakan secara menyeluruh (populasi)
melainkan cukup dilaksanakan secara mengambil sampel pengamatan yang
diambil secara acak (random) (Sritomo, 1989).
Pengukuran waktu dengan sampling pekerjaan mempunyai beberapa
kegunaan, yaitu:
1. Untuk mengetahui distribusi pemakaian waktu sepanjang waktu kerja oleh
pekerja atau kelompok kerja
2. Untuk mengetahui tingkat pemanfaatan mesin-mesin atau alat-alat di
pabrik.
3. Untuk mengetahui waktu baku suatu pekerjaan.
4. Untuk memperkirakan kelonggaran (allowance) suatu pekerjaan.

Kelompok 3

Ahmad Wira Indrawan


D221 12 251

MODUL 1:
Work Sampling

Hal 3

B. Prosedur Work Sampling


Cara melakukan pengamatan dengan metode sampling pekerjaan terdiri dari
beberapa langkah, sebagai berikut:
1. Menetapkan tujuan pengukuran, yaitu untuk apa hasil pengukuran
digunakan, beberapa tingkat ketelitian dan tingkat keyakinan yang
diinginkan dari hasil pengukuran tersebut.
2. Melakukan sampling pendahuluan.
Pada tahap ini ditentukan waktu-waktu pengamatan secara acak, dengan
menggunakan tabel bilangan acak.
3. Memisahkan pekerjaan pada sistem kerja yang diteliti menjadi elemenelemem kerja.
4. Melakukan pengukuran waktu.
5. Menguji keseragaman data:

Dimana: p
Dengan

Kelompok 3

pi
k

Ahmad Wira Indrawan


D221 12 251

BKA = p 3

p 1 p
n

BKB = p 3

p 1 p
n

dan n

= Persentase produktif di hari ke-i


= Jumlah hari pengamatan

MODUL 1:
Work Sampling

Hal 4

6. Menghitung jumlah kunjungan yang diperlukan.


Banyaknya pengamatan yang harus dilakukan dalam sampling kerja
akan dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu tingkat ketelitian dari hasil
pengamatan dan tingkat keyakinan dari hasil pengamatan. Dengan asumsi
bahwa tejadinya kejadian seorang operator akan bekerja atau menganggur
mengikuti pola distribusi normal, maka untuk mendapatkan jumlah
pengamatan yang harus dilakukan dapat dicari dengan rumus:

N =

2 (1 )
2

Dimana:
N
S
p
k

=
=
=
=

Jumlah pengamatan yang harus dilakukan untuk sampling kerja


Tingkat ketelitian yang dikehendaki (bentuk desimal)
Persentase terjadinya kejadian yang diamati (bentuk desimal)
Harga indeks yang besarnya bergantung pada tingkat kepercayaan yang
diambil:
Tingkat kepercayaan 68% mempunyai harga k = 1
Tingkat kepercayaan 95% mempunyai harga k = 2
Tingkat kepercayaan 99% mempunyai harga k = 3

7. Melakukan perhitungan waktu baku.

Kelompok 3

Ahmad Wira Indrawan


D221 12 251

MODUL 1:
Work Sampling

Hal 5

C. Faktor Penyesuaian
Untuk menormalkan waktu kerja yang diperoleh dari hasil pengamatan,
maka harus diadakan penyesuaian yaitu dengan cara mengalikan waktu
pengamatan rata-rata dengan faktor penyesuaian/rating factor. Faktor ini adalah
sebagai berikut:
1. Apabila operator dinyatakan terlalu cepat yaitu bekerja di atas batas
kewajaran (normal) maka rating factori akan lebih besar dari satu (p>1 atau
p> 100%)
2. Apabila operator bekerja terlalu lambat yaitu bekerja dengan kecepatan di
bawah kewajaran (normal) maka rating factor akan lebih kecil dari satu (p
< 1 atau p< 100%).
3. Apabila operator bekerja secara normal atau wajar maka rating factor
diambil sama dengan satu (p = 1 atau p = 100%)
Guna melaksanakan pekerjaan normal maka dianggap bahwa operator
tersebut cukup berpengalaman pada saat bekerja melaksanakannya tanpa usahausaha yang berlebihan sepanjang hari kerja, menguasai cara kerja yang
ditetapkan dan menunjukkan kesungguhan dalam menjalankan pekerjaannya.
Berikut ini akan diuraikan beberapa sistem untuk memberikan rating yang
umumnya diaplikasikan di dalam aktivitas pengukuran kerja.
1. Skill dan Effort Rating
Tahun 1916 Charles E. Bedeaux memperkenalkan suatu sistem untuk
pembayaran upah atau pengendalian tenaga kerja (Wignjosoebroto, 2008).
Sistem yang diperkenalkan oleh Bedeaux ini berdasarkan pengukuran kerja
Kelompok 3

Ahmad Wira Indrawan


D221 12 251

MODUL 1:
Work Sampling

Hal 6

dan waktu baku yang dinyatakan dengan angka Bs. Prosedur pengukuran
kerja yang dibuat oleh Bedeaux juga menentukan rating terhadap kecakapan
(skill) dan usaha-usaha yang ditunjukkan operator pada saat bekerja.
Bedeaux menetapkan angka 60 Bs sebagai performance standar yang harus
dicapai oleh seorang operator. Dengan kata lain seorang operator yang
bekerja dengan kecepatan normal diharapkan mampu mencapai angka 60
Bs per jam dan insentif dilakukan pada tempo kerja rata-rata sekitar 70
sampai 80 Bs per jam.
2. Westing house Sytems Rating
Westing House Company (1927) juga ikut memperkenalkan sistem yang
dianggap lebih lengkap bila dibandingkan dengan sistem yang dilaksanakan
oleh Bedeaux (Wignjosoebroto, 2008). Selain kecakapan (skill) dan usaha
(effort) yang telah dinyatakan oleh Bedeaux sebagai faktor yang
mempengaruhi performance manusia, Westing House menambahkan
kondisi kerja (working condition) dan konsistensi dari operator di dalam
melakukan kerja. Westing House telah berhasil membuat suatu tabel
performance rating yang berisikan nilai-nilai yang berdasarkan tingkatan
yang ada untuk masing-masing faktor tersebut. Untuk menormalkan waktu
yang ada, dapat dilakukan dengan jalan mengalikan waktu yang diperoleh
dari pengukuran kerja dengan jumlah keempat rating factor yang dipilih
sesuai dengan performance.

Kelompok 3

Ahmad Wira Indrawan


D221 12 251

MODUL 1:
Work Sampling

Hal 7

D. Faktor Kelonggaran
Waktu normal untuk suatu pekerjaan adalah untuk menunjukkan bahwa
seorang operator yang berkualifikasi baik akan bekerja menyelesaikan
pekerjaan pada kecepatan tempo kerja normal. Walaupun demikian pada
kenyataannya kita akan melihat bahwa tidaklah bisa diharapkan operator
tersebut akan mampu bekerja secara terus-menerus sepanjang hari. Operator
akan sering menghentikan kerja dan membutuhkan waktu khusus untuk
keperluan seperti kebutuhan pribadi, istirahat untuk melepas lelah dan alasanalasan lain di luar kontrolnya.
1. Kelonggaran untuk Kebutuhan Pribadi (Personal Allowance)
Kebutuhan pribadi disini adalah hal-hal seperti minum untuk
menghilangkan rasa haus, ke kamar kecil, mengobrol dengan teman kerja
untuk menghilangkan ketegangan ataupun kejemuan dalam kerja.
2. Kelonggaran untuk Menghilangkan Rasa Lelah (Fatique)
Rasa lelah tercermin antara lain dari menurunnya hasil produksi baik
jumlah maupun kualitas. Jika rasa lelah telah datang dan pekerja harus
bekerja untuk menghilangkan performance normalnya, maka usaha yang
dikeluarkan pekerja lebih besar dari normalnya dan ini akan menambah rasa
lelah. Bila hal ini berlangsung terus-menerus pada akhirnya akan terjadi rasa
lelah total yaitu jika anggota badan yang bersangkutan sudah tidak dapat
melakukan gerakan sama sekali, walaupun sangat dihendaki. Hal demikian
jarang terjadi karena berdasarkan pengalamannya, pekerja dapat mengatur
kecepatan kerjanya sedemikian rupa sehingga gerakan-gerakan kerja
Kelompok 3

Ahmad Wira Indrawan


D221 12 251

MODUL 1:
Work Sampling

Hal 8

ditujukan untuk menghilangkan rasa lelah ini. Oleh karena itulah


kelonggaran untuk menghilangkan rasa lelah karena fatique perlu
ditambahkan.
3. Kelonggaran untuk Hambatan - Hambatan yang Tidak Terhindarkan
Dalam melaksanakan pekerjaannya, pekerja tidak akan lepas dari
berbagai hambatan. Ada hambatan yang dapat dihindarkan seperti 22
mengobrol yang berlebihan dan menganggur dengan sengaja dan ada juga
hambatan yang tidak dapat terhindarkan karena berada diluar kekuasaan
pekerja untuk mengendalikannya. Bagi hambatan-hambatan yang pertama
tidak ada pilihan selain menghilangkannya sedangkan bagi hambatanhambatan yang terakhir walaupun harus diusahakan serendah mungkin,
hambatan akan tetap ada karenanya harus diperhitungkan dalam
perhitungan waktu baku.
E. Waktu Siklus, Waktu Normal, dan Waktu Baku
1. Waktu Siklus
Waktu siklus adalah waktu antara penyelesaian dari dua pertemuan
berturut-turut, asumsikan konstan untuk semua pertemuan. Dapat dikatakan
waktu siklus, merupakan hasil pengamatan secara langsung yang tertera
dalam stopwatch.
Waktu yang diperlukan untuk melaksanakan elemen-elemen kerja pada
umumnya kan sedikit berbeda dengan dari siklus ke siklus kerja sekalipun
operator bekerja pada kecepatan normal dan uniform ,tiap-tiap elemen
dalam siklus yang berbeda tidak selalu akan bias disesuaikan dalam waktu
Kelompok 3

Ahmad Wira Indrawan


D221 12 251

MODUL 1:
Work Sampling

Hal 9

yang persis sama.Variasi dan nilai waktu ini bias disebabkan oleh beberapa
hal. Salah satu diantaranya bias terjadi karena perbedaan didalam
menetapkan saat mulai atau berakhirnya suatu elemen kerja yang
seharusnya dibaca dari stopwatch.
Waktu siklus dihitung dengan menggunakan rumus:

Dimana:
X = Waktu siklus
x = Waktu Pengamatan
n = Jumlah pengamatan yang dilakukan

2. Waktu normal
Waktu normal merupakan waktu kerja yang telah mempertimbangkan
factor penyesuaian, yaitu waktu siklus rata-rata dikalikan dengan faktor
penyesuaian. Didalam praktek pengukuran kerja maka metoda penerapan
rating performance kerja operator adalah didasarkan pada satu faktor
tunggal yaitu operator speed, space atau tempo. Sistem ini dikenal sebagai
performance Rating/speed Rating). Rating Faktor ini umumnya
dinyatakan dalam persentase (%) atau angka desimal, dimana performance
kerja normal akan sama dengan 100% atau 1,00.
Rating faktor pada umumnya diaplikasikan untuk menormalkan waktu
kerja yang diperoleh dari pengukuran kerja akibat tempo atau kecepatan
kerja operator yang berubah-ubah. Untuk maksud ini, maka waktu normal
dapat diperoleh dari rumus berikut:

Kelompok 3

Ahmad Wira Indrawan


D221 12 251

MODUL 1:
Work Sampling

Hal 10

Waktu Normal = Waktu pengamatan

%
100%

Nilai waktu yang diperoleh disini masih belum bias kita tetapkan
sebagai waktu baku untuk penyelesaian suatu operasi kerja, karena disini
faktor-faktor yang berkaitan dengan waktu kelonggaran (allowance time)
agar operator bekerja sebaik-baiknya masih belum dikaitkan.
3. Waktu baku
Waktu standar adalah waktu yang sebenarnya digunakan operator untuk
memproduksi satu unit dari data jenis produk. Waktu standar untuk setiap
part harus dinyatakan termasuk toleransi untuk beristirahat untuk mengatasi
kelelahan atau untuk faktor-faktor yang tidak dapat dihindarkan. Namun
jangka waktu penggunaannya waktu standard ada batasnya. Dengan
demikian waktu baku tersebut dapat diperoleh dengan mengaplikasikan
rumus berikut:
= + ( % )

Kelompok 3

Ahmad Wira Indrawan


D221 12 251

100%
100% %

MODUL 1:
Work Sampling

Hal 11

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Alat dan Bahan
1. Stopwatch
2. Tabel random (tabel acak)
3. Lembar pengamatan
B. Metode Praktikum
1. Praktikum modul ini dilaksanakan di luar laboratorium. Masing-masing
kelompok praktikan mencari suatu sistem kerja untuk dilakukan
pengamatan dan pengukuran waktu dengan metode work sampling.
2. Pemilihan sistem kerja yang akan diukur harus sesuai dengan karakteristik
metode sampling.
3. Pada sistem kerja yang diamati, lakukan tahap-tahap pengukuran waktu
dengan metode work sampling.
C. Tugas dan Pelaporan
1. Pengumpulan Data
a. Penjelasan tentang sistem kerja yang akan diteliti dengan metode
sampling pekerjaan.
b. Pemisahan elemen-elemen pekerjaan pada sistem kerja yang akan
diteliti.
c. Data jumlah kegiatan produktif dan non-produktif pada sistem kerja
yang bersangkutan.
Kelompok 3

Ahmad Wira Indrawan


D221 12 251

MODUL 1:
Work Sampling

Hal 12

2. Pengolahan dan Analisa Data


a. Perhitungan persentase kegiatan produktif pegawai/operator pada
sistem kerja.
b. Penentuan rating factor dan besarnya kelonggaraan (allowance) dalam
sistem kerja.
c. Perhitungan waktu baku dari pelaksanaan pekerjaan pada sistem kerja
yang diamati.
d. Analisa terhadap hasil yang didapat, dan usulan perbaikan pada sistem
kerja.

Kelompok 3

Ahmad Wira Indrawan


D221 12 251

MODUL 1:
Work Sampling

Hal 13

BAB IV
PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA
Pada praktikum ini, percobaan dilakukan di luar jam laboratorium. Pengambilan
data percobaan dilakukan dengan memilih tiga sistem kerja, yaitu: penjahit, bengkel
las, dan depot air galon, kemudian dilakukan pengamatan dan pengukuran waktu
dengan metode work sampling untuk masing-masing system kerja tersebut secara
langsung.
1. Sistem Kerja Penjahit Pakaian
Tabel 4.1 berikut ini adalah tabel kumulatif yang menunjukan jumlah
keseluruhan dari kegiatan yang diamati selama pengambilan data.
Tabel 4.1 Tabel Kumulatif
Kategori
Produktif
Non-produktif
Jumlah
Persentasi

Frekuensi
I

II

III

IV

VI

VII

9
1
10
90%

5
1
6
83,3%

8
1
9
88,89%

7
1
8
87,5%

9
0
9
100%

7
3
10
70%

7
1
8
87%

Jumlah
52
8
60
86,67%

A. Uji Keseragaman Data


1. Persentasi produktif rata-rata
=


1 + 2 + 3 + 4 + 5 + 6 + 7
=

7
=

90 + 83 + 89 + 87 + 100 + 70 + 87
7

= 86% = 0,86

Kelompok 3

Ahmad Wira Indrawan


D221 12 251

MODUL 1:
Work Sampling

Hal 14

Dari hasil perhitungan di atas, didapat rata-rata persentasi produktif


selama tujuh jam kerja sebesar 86%, hal ini mengindikasikan bahwa
pekerja dalam melakukan pekerjaannya dinilai cukup produktif selama
tujuh jam bekerja.
2. Jumlah jam pengamatan
=


1 + 2 + 3 + 4 + 5 + 6 + 7
=

7
=

10 + 6 + 9 + 8 + 9 + 10 + 8
7

= 8,56
3. Keseragaman data
a. BKA
(1 )
= + 3

0,86(1 0,86)
= 0,86 + 3
60
= 0,99
b. BKB
(1 )
= 3

0,86(1 0,86)
= 0,86 3
60
= 0,73

Kelompok 3

Ahmad Wira Indrawan


D221 12 251

MODUL 1:
Work Sampling

Hal 15

Dari perhitungan keseragaman data di atas, didapatkan selisih antara


batas atas (BKA) dan batas bawah (BKB) tidak terlalu jauh. Hal ini
membuktikan bahwa data yang didapat selama pengamatan cukup
seragam.
B. Jumlah Kunjungan yang Diperlukan
Tingkat kepercayaan yang digunakan dalam penelitian ini sebesar K =
99% sehingga k = 3, dan juga tingkat ketelitian dalam penelitian ini sebesar
S = 10%.
Dari kedua informasi tersebut, maka didapat jumlah kunjungan yang
diperlukan sebesar:
=
=

2 (1 ) 32 (1 0,86)
=
0,12 0,86
2
90,14
= 146,51
0,010,86

Dari hasil pengujian kecukupan data di atas, didapat jumlah data yang
seharusnya diperlukan adalah sebanyak 146,51 atau 147 data, sedangkan
data yang telah dimiliki oleh peneliti hanya sebanyak 60 data. Hasil ini
rupanya berbanding terbalik dengan kaidah uji kecukupan data yaitu N<N,
dimana N adalah jumlah data yang sebenarnya. Oleh karena itu, berdasarkan
uji kecukupan data yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa data yang
dimiliki oleh peneliti belum cukup banyak karena hasil N lebih besar dari
N.

Kelompok 3

Ahmad Wira Indrawan


D221 12 251

MODUL 1:
Work Sampling

Hal 16

C. Rating Factor Penyesuaian


Faktor penyesuaian yang digunakan dalam penelitian ini ada dua
metode, yaitu: metode Westing Houses System (P1) dan metode Objektif
(P2).
a. Westing Houses System
1) Skill
Good: C1 = +0,06
Karena pekerja mampu menyelesaikan berbagai jenis pekerjaan
dalam waktu relative cepat dan teliti
2) Effort
Good: C1= +0,05
Pekerja mampu melakukan pekerjaan dengan baik dan berusaha
menyelesaikan pekerjaan tepat waktu.
3) Condition (Kondisi)
Good: C = +0,02
Kondisi tempat kerja yang tenang serta tidak ada gangguan seperti
gangguan suara dan suhu sehingga tidak mengganggu kondisi kerja.
4) Consistensy (Konsisten)
Good: B = +0,01
Pekerja melakukan pekerjaan yang satu dan melakukan pekerjaan
yang lain sesuai dengan waktunya.

Kelompok 3

Ahmad Wira Indrawan


D221 12 251

MODUL 1:
Work Sampling

Hal 17

Tabel 4.2 Rating Factor Penyesuaian Westing Houses System


Faktor
Kelas Lambang Penyesuaian
Skill

Good

C1

+0,06

Effort

Good

C1

+0,05

Condition

Good

+0,02

Consistency

Good

+0,01

Jumlah

+0,14

Dari pembobotan pada tabel 4.2, didapat P1 = 1 + Pembobotan = 1,14.


b. Objektif
1) Anggota terpakai
Mendapat skor 5%, karena bagian dari anggota tubuh yang paling
sering digunakan operator dalam proses menjahit adalah jari serta
lengan atas dan lengan bawah.
2) Pedal kaki
Mendapatkan skor 0, karena dalam proses menjahit, operator
mengoperasikan mesin dengan menggunakan satu pedal mesin jahit
yang terdapat dibawah kaki.
3) Penggunaan tangan
Mendapatkan skor 0, karena ketika menjahit, kedua tangan operator
tidak mengerjakan gerakan yang sama, namun saling membantu dan
bergantian dalam menyelesaikan satu produk jahitan.

Kelompok 3

Ahmad Wira Indrawan


D221 12 251

MODUL 1:
Work Sampling

Hal 18

4) Koordinasi mata dengan tangan


Mendapatkan skor 4%, karena dalam proses menjahit, koordinasi
mata dengan tangan operator terjadi secara konstan dan dekat,
operator bekerja secara monoton, fokus dan tidak melakukan
gerakan tambahan ketika proses menjahit berlangsung.
5) Peralatan
Mendapatkan skor 1%, karena operator hanya melakukan sedikit
kontrol pada mesin jahit, sebab mesin jahit yang digunakan adalah
mesin jahit semi-automatic sehingga tidak memerlukan kontrol yang
berlebih.
6) Berat beban
Mendapatkan skor 0, karena berat beban tidak memberikan
pengaruh yang signifikan dalam mengoperasikan mesin jahit, sebab
operator dalam keadaan duduk ketika mengoperasikan mesin
tersebut.
Tabel 4.3 Rating Factor Penyesuaian Objektif
Kategori
Kegiatan
1
2
3
4
Menjahit
5%
0
0
4%

5
1%

6
0

Jumlah
10%

Dari tabel 4.3, didapat nilai P2 sebesar 1 + 0,1 = 1,1.


c. Rating Factor Penyesuaian
Dari dua metode yang digunakan diperoleh nilai faktor penyesuaian
sebesar:
= 1 2 = 1,14 1,1

Kelompok 3

Ahmad Wira Indrawan


D221 12 251

MODUL 1:
Work Sampling

Hal 19

= 1,254
D. Rating Factor Allowance
1) Tenaga yang Dikeluarkan
Mendapatkan skor 6%, karena dalam melakukan proses menjahit,
operator bekerja di meja dan dalam posisi duduk sehingga tenaga yang
dikeluarkan oleh operator menjadi sangat ringan.
2) Sikap Kerja
Mendapatkan skor 1%, karena dalam mengoperasikan mesin jahit,
operator bekerja dalam posisi duduk sehingga membuat pekerjaannya
menjadi terasa ringan. Semakin baik sikap kerja seorang operator maka
pekerjaan akan menjadi terasa lebih ringan.
3) Gerakan Kerja
Mendapatkan skor 0, karena operator bebas dalam melakukan
pekerjaan, bebas dalam mengoperasikan mesin jahit, tidak ada yang
menghalangi dan membebani dalam malakukan pekerjaannya.
4) Kelelahan Mata
Mendapatkan skor 2%, karena hampir secara terus menerus operator
terfokus pada garis jahitan yang akan dijahit sehingga membutuhkan
ketelitian yang tinggi.
5) Keadaan Temperatur
Mendapatkan skor 4%, karena ruangan menjahit memiliki temperatur
yang baik, terdapat ventilasi yang besar sehigga sirkulasi udara dan suhu
dalam ruangan normal.

Kelompok 3

Ahmad Wira Indrawan


D221 12 251

MODUL 1:
Work Sampling

Hal 20

6) Keadaan Atmosfir
Mendapatkan skor 0, meski tempat menjahit berada di pinggir jalan
sehingga banyak debu yang beterbangan, namun operator tetap menjaga
kebersihan lingkungan.
7) Keadaan Lingkungan yang Baik
Mendapatkan skor 1%, karena tempat kerja tetap terjaga dengan baik
dan sikluas kerja dalam menghasilkan satu unit produk dilakukan secara
berulang-ulang.
8) Kebutuhan Pribadi Pria
Mendapatkan skor 2%, karena operator memiliki kebutuhan pribadi
seperti minum, menelpon, bercerita, dan merokok selama proses
menjahit berlangsung.
9) Hambatan yang Tidak Terhindarkan
Mendapatkan skor 2%, karena apabila terjadi pemadaman listrik, maka
mesin jahit tidak dapat digunakan karena mesin yang digunakan adalah
mesin jahit semi-automatic.

Kelompok 3

Ahmad Wira Indrawan


D221 12 251

MODUL 1:
Work Sampling

Hal 21

Tabel 4.4 Rating Factor Allowance


Kelonggaran
(%)

Faktor
Tenaga yang dikerjakan

Sikap kerja

Gerakan kerja

Kelelahan mata

Keadaan temperatur

Keadaan atmosfer

Kedaan lingkungan yang baik

Kebutuhan pribadi pria

Hambatan yang tidak terhindarkan

Jumlah

18

Dari tabel 4.4 di atas, diperoleh jumlah faktor allowance untuk sistem
kerja menjahit sebesar 18% atau 0,18.
E. Perhitungan Waktu Baku
1. Persentase produktif
=
=


100%

52
100% = 86,67%
60

2. Jumlah menit produktif


= %
= 86,67% 420 = 364
Dari hasil perhitungan di atas, dari total waktu selama tujuh jam
bekerja atau 420 menit bekerja, waktu yang terpakai untuk pekerjaan
yang produktif adalah sebesar 364 menit.
Kelompok 3

Ahmad Wira Indrawan


D221 12 251

MODUL 1:
Work Sampling

Hal 22

3. Waktu siklus
=

420
=
= 7

60

Dari hasil perhitungan waktu siklus di atas, didapatkan informasi


bahwa untuk menghasilkan satu buah produk, pekerja/operator
membutuhkan waktu selama 7 menit.
4. Waktu normal
= = 7 1,254 = 8,778
5. Waktu baku
=

100%
100% %

= 8,778

100%
= 8,778 1,22
100% 18%

= 10,7
Dari hasil perhitungan waktu baku di atas, waktu yang sebenarnya
dibutuhkan

untuk

menghasilkan

satu

buah

produk

dengan

mempertimbangkan persentase kelonggarannya adalah sebesar 10,7


menit atau sekitar 11 menit.
F. Utilitas Mesin
Dari pengamatan yang telah dilakukan oleh peneliti, diperoleh:
1. Kegiatan produktif (yang menggunakan mesin) = 13
2. Jumlah pengamatan

= 60

3. % produktif (yang menggunakan mesin) = 21%

Kelompok 3

Ahmad Wira Indrawan


D221 12 251

MODUL 1:
Work Sampling

Hal 23

4. % idle
=


8
100% =
100%

60

= 13,33%
5. Jumlah output

= 13

6. Waktu normal
=
=

0,21 420 0,86


13

= 5,83
7. Waktu baku
=

100%
100% 13,3%

= 5,83 1,15 = 6,70


Dari perhitungan di atas, didapatkan produktifitas dari mesin yang
digunakan adalah sebesar 21% dari 100% total pekerjaan, atau sekitar
25% dari 86,67% total pekerjaan yang produktif.
2. Sistem Kerja Bengkel Pengelasan
Tabel 4.5 berikut ini adalah tabel kumulatif yang menunjukan jumlah
keseluruhan dari kegiatan yang diamati selama pengambilan data.
Tabel 4.5 Tabel Kumulatif
Kategori
Produktif
Non-produktif
Jumlah
Persentasi
Kelompok 3

Frekuensi
I

II

III

IV

VI

VII

VIII

6
2
8
75%

7
0
7
100%

10
1
11
91%

4
2
6
67%

7
1
8
88%

7
2
9
78%

7
2
9
78%

2
2
4
50%

Ahmad Wira Indrawan


D221 12 251

MODUL 1:
Work Sampling

Jumlah
50
12
62
81%

Hal 24

A. Uji Keseragaman Data


1. Persentasi produktif rata-rata
=


1 + 2 + 3 + 4 + 5 + 6 + 7
=

7
=

75 + 100 + 91 + 67 + 88 + 78 + 78 + 50
8

= 78,37% = 0,78
Dari hasil perhitungan di atas, didapat rata-rata persentasi produktif
selama delapan jam kerja sebesar 78%, hal ini mengindikasikan bahwa
pekerja dalam melakukan pekerjaannya dinilai cukup produktif selama
delapan jam bekerja untuk pekerjaan pada bengkel pengelasan.
2. Jumlah jam pengamatan
=

8 + 7 + 11 + 6 + 8 + 9 + 9 + 4 62
=
=
= 7,75 jam

8
8

3. Keseragaman data
a. BKA
(1 )
= + 3

=0,78 + 3

0,78(1-0,78)
= 1,22
7,75

b. BKB
(1 )
= 3

Kelompok 3

Ahmad Wira Indrawan


D221 12 251

MODUL 1:
Work Sampling

Hal 25

0,78(1-0,78)
=0,78 3
7,75
= 0,78 0,44 = 0,34
Dari perhitungan keseragaman data di atas, didapatkan selisih antara
batas atas (BKA) dan batas bawah (BKB) cukup jauh. Hal ini
mengindikasikan bahwa data yang diperoleh selama pengamatan tidak
cukup seragam, sehingga memungkinkan adanya nilai yang ekstrim.
B. Jumlah Kunjungan yang Diperlukan
Tingkat kepercayaan yang digunakan dalam penelitian ini sebesar K =
68% sehingga k = 1, dan juga tingkat ketelitian dalam penelitian ini sebesar
S = 10%.
Dari kedua informasi tersebut, maka didapat jumlah kunjungan yang
diperlukan sebesar:
=
=

2 (1 ) 12 (1 0,88)
=
0,12 0,88
2
10,22
= 25
0,010,88

Dari hasil pengolahan data di atas, didapat jumlah data yang diperlukan
adalah sebanyak 25 data. Hal ini memberikan informasi bahwa data jumlah
pengamatan yang didapatkan oleh peneliti sudah cukup oleh karena N < N
dimana nilai N = 25 sedangkan N = 62.
C. Rating Factor Penyesuaian
Faktor penyesuaian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
Westing Houses System.
Kelompok 3

Ahmad Wira Indrawan


D221 12 251

MODUL 1:
Work Sampling

Hal 26

1) Skill
Good: C1 = +0,06
Karena pekerja mampu menyelesaikan berbagai jenis pekerjaan dengan
baik dan terampil dilihat dari hasil pekerjaannya untuk masing-masing
elemen kerja sperti mengelas, memotong, dan lain-lain.
2) Effort
Good: C2= +0,02
Pekerja mampu melakukan pekerjaan dengan baik dan konsisten
menyelesaikan pekerjaan tepat waktu. Ini dikarenakan setiap pekerjaan
ditangani oleh seorang perkerja dari kegiatan awal hingga selesai
sehingga mereka merasa cukup bertanggung jawab atas pekerjaannya.
3) Condition (Kondisi)
Average: D = 0,00
Kondisi pekerja sehat, memakai alat pelindung diri yang cukup
memadai, umur pekerja masih muda sekitar 20 tahun dan cukup
berpengalaman dalam pekerjaannya.
4) Consistensy (Konsisten)
Average: D = 0,00
Pekerja melakukan pekerjaan sesuai waktu kerja yang ditetapkan,
meskipun terkadang ada kegiatan non produktif yang dilakukan pekerja
pada saat bekerja namun itu tidak sering dilakukan.

Kelompok 3

Ahmad Wira Indrawan


D221 12 251

MODUL 1:
Work Sampling

Hal 27

Tabel 4.6 Rating Factor Penyesuaian Westing Houses System


Faktor

Kelas

Lambang

Penyesuaian

Skill

Good

C1

+0,06

Effort

Good

C2

+0,02

Condition

Average

0,00

Consistency

Average

0,00

Jumlah

+0,8

Dari pembobotan di atas, didapat P = 1 + Pembobotan = 1,08.


D. Rating Factor Allowance
1) Tenaga yang Dikeluarkan
Mendapatkan skor 13%, karena pekerja dalam melakukan pekerjaannya
hampir semua menggunakan peralatan seperti alat gurinda, las, ampelas,
dan kuas, yang cukup memudahkan pekerja sehingga tenaga yang
dikeluarkan relatif sedang.
2) Sikap Kerja
Mendapatkan skor 0,5%, karena posisi pekerja pada saat melakukan
pekerjaan seperti mengelas, menggurinda, dan mengecat sebenarnya
dilakukan dengan posisi jongkok dengan posisi yang cukup santai,
sehingga digolongkan pada posisi duduk.
3) Gerakan Kerja
Mendapatkan skor 0, karena gerakan yang digunakan pekerja ketika
melakukan pekerjaannya terasa bebas, tidak ada sesuatu yang
menghalangi karena area kerja cukup luas.
Kelompok 3

Ahmad Wira Indrawan


D221 12 251

MODUL 1:
Work Sampling

Hal 28

4) Kelelahan Mata
Mendapatkan skor 4%, karena pekerja harus selalu fokus dan teliti
dalam melakukan setiap aktifitas kerjanya, apalagi pekerjaan yang
memiliki resiko tinggi seperti mengelas dan gurinda, pandangan akan
terus terfokus pada benda kerja, sehingga menyebabkan kelelahan mata.
5) Keadaan Temperatur
Mendapatkan skor 3%, karena tempat kerja yang terbuka maka keadaan
suhu pada tempat kerja berada pada suhu normal.
6) Keadaan Atmosfir
Mendapatkan skor 7%, karena tempat kerja berada di pinggir jalan
dengan keadaan tempat kerja yang terbuka sehingga banyak debu yang
beterbangan serta sampah dari dedaunan pohon disekitar tempat kerja.
7) Keadaan Lingkungan yang Baik
Mendapatkan skor 5%, karena tempat kerja berada di pinggir jalan dan
tempat kerja yang terbuka atau tanpa tembok sehingga keadaan
lingkungan sekitar tempat kerja sangat bising, oleh bunyi kendaraan
yang lalu-lalang.
8) Kebutuhan Pribadi Pria
Mendapatkan skor 1,5%, karena operator memiliki kebutuhan pribadi
seperti ketoilet, menelfon, mengobrol, juga merokok, yang tidak terlalu
banyak karena pekerja cukup konsisten dengan pekerjaannya.

Kelompok 3

Ahmad Wira Indrawan


D221 12 251

MODUL 1:
Work Sampling

Hal 29

9) Hambatan yang Tidak Terhindarkan


Mendapatkan skor 2%, karena hambatan yang dihadapi adalah cuaca
yang buruk, mengingat tempat kerja terbuka sehingga jika cuaca sedang
tidak baik maka terkadang pekerjaan dapat ditunda untuk sementara
waktu.
Tabel 4.7 Rating Factor Allowance
Kelonggaran
(%)

Faktor
Tenaga yang dikerjakan: ringan

13

Sikap kerja: membungkuk

0,5

Gerakan kerja: agak terbatas

Kelelahan mata: pandangan yang hampir terus-menerus

Keadaan temperatur: normal

Keadaan atmosfer: cukup

Kedaan lingkungan yang baik: bersih, sehat, cerah


dengan kebisingan rendah

Kebutuhan pribadi pria

1,5

Hambatan yang tidak terhindarkan

Jumlah

37

Dari tabel 4.7 di atas, diperoleh jumlah faktor allowance untuk sistem
kerja menjahit sebesar 37% atau 0,37.
E. Perhitungan Waktu Baku
Jumlah produktif = 50
1. Waktu siklus
=
=
Kelompok 3



7,5 60
50

Ahmad Wira Indrawan


D221 12 251

MODUL 1:
Work Sampling

Hal 30

450
= 9
50

Dari hasil perhitungan waktu siklus di atas, didapatkan informasi


bahwa untuk menghasilkan satu buah produk, pekerja/operator
membutuhkan waktu selama 9 menit.
2. Waktu normal
= = 9 1,08 = 9,72
3. Waktu baku
= + ( )
= 7,83 + 3,59 = 13,31
Dari hasil perhitungan waktu baku di atas, waktu yang sebenarnya
dibutuhkan oleh operator untuk menghasilkan satu buah produk dengan
mempertimbangkan persentase kelonggarannya adalah sebesar 13,31
menit atau sekitar 14 menit.
F. Utilitas Mesin
1. Presentase Produktifitas


100%

44
100% = 71%
62
Dari perhitungan di atas, didaptkan produktifitas dari sebuah mesin

pada system kerja bengkel pengelasan sebesar 71% dari 62 total


kegiatan selama delapan jam bekerja.

Kelompok 3

Ahmad Wira Indrawan


D221 12 251

MODUL 1:
Work Sampling

Hal 31

2. Jumlah idle = 62-44 = 18


=


100%

18
100%
62

= 29 %
Perhitungan di atas merupakan persentase menganggurnya mesin
dalam delapan jam kerja dan didapat sebesar 29%. Hal ini dinilai cukup
kecil jika dibandingkan dengan produktifitasnya.
3. Waktu siklus
=
=

450
= 10,22
44

Hasil perhitungan waktu siklus pada halaman sebelumnya


adalah sebesar 10,22 menit atau 11 menit. Ini adalah waktu yang
dibutuhkan mesin untuk menghasilkan sebuah produk tanpa
memperhatikan persentase kelonggarannya.
4. Waktu normal
=
= 10,22 1,08 = 12,04
5. Waktu baku
= + ( )
= 11,04 + (0,37 11,04) = 15,12

Kelompok 3

Ahmad Wira Indrawan


D221 12 251

MODUL 1:
Work Sampling

Hal 32

Dari hasil perhitungan waktu baku di atas, diperoleh waktu yang


sebenarnya dibutuhkan oleh mesin untuk menghasilkan sebuah
produk dengan mempertimbangkan faktor kelonggarannya adalah
sebesar 15,12 menit atau sekitar 16 menit.
3. Sistem Kerja Depot Air Galon
Tabel 4.8 berikut ini adalah tabel kumulatif yang menunjukan jumlah
keseluruhan dari kegiatan yang diamati selama pengambilan data.
Tabel 4.8 Tabel Kumulatif
Frekuensi

Kategori

Jumlah

II

III

IV

VI

Produktif

32

Non-produktif

21

Jumlah
Persentasi

12

12

53

66,6%

55,5%

66,6%

66,6%

50%

60%

60,37%

A. Uji Keseragaman Data


1. Persentasi produktif rata-rata
=


1 + 2 + 3 + 4 + 5 + 6
=

6
=

66,6 + 55,5 + 66,6 + 66,6 + 50 + 60


6

= 60,88% = 0,61
Dari hasil perhitungan di atas, didapat rata-rata persentasi produktif
selama delapan jam kerja sebesar 61%, hal ini mengindikasikan bahwa
pekerja dalam melakukan pekerjaannya dinilai kurang produktif selama
enam jam bekerja untuk pekerjaan pada depot air galon.

Kelompok 3

Ahmad Wira Indrawan


D221 12 251

MODUL 1:
Work Sampling

Hal 33

2. Jumlah jam pengamatan


=


1 + 2 + 3 + 4 + 5 + 6 + 7
=

7
=

9 + 9 + 12 + 6 + 12 + 5
6

= 8,83
3. Keseragaman data
a. BKA
(1 )
= + 3

0,61(1 0,61)
= 0,61 + 3
53
= 0,81
b. BKB
(1 )
= 3

0,61(1 0,61)
= 0,61 3
53
= 0,41
Dari perhitungan keseragaman data di atas, didapatkan selisih
antara batas atas (BKA) dan batas bawah (BKB) tidak terlalu jauh.
Hal ini membuktikan bahwa data yang didapat selama pengamatan
cukup seragam.

Kelompok 3

Ahmad Wira Indrawan


D221 12 251

MODUL 1:
Work Sampling

Hal 34

B. Jumlah Kunjungan yang Diperlukan


Tingkat kepercayaan yang digunakan dalam penelitian ini sebesar K =
95% sehingga k = 2, dan juga tingkat ketelitian dalam penelitian ini sebesar
S = 10%.
Dari kedua informasi tersebut, maka didapat jumlah kunjungan yang
diperlukan sebesar:
=
=

2 (1 ) 22 (1 0,61)
=
0,12 0,61
2
40,39
= 255,73
0,010,61

Dari hasil pengolahan data di atas, didapat jumlah data yang seharusnya
diperlukan adalah sebanyak 255,73 atau 256 data, sedangkan data yang
telah dimiliki oleh peneliti hanya sebanyak 53 data. Hasil ini rupanya
berbanding terbalik dengan kaidah uji kecukupan data yaitu N<N, dimana
N adalah jumlah data yang sebenarnya. Oleh karena itu, berdasarkan uji
kecukupan data yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa data yang
dimiliki oleh peneliti belum cukup banyak karena hasil N lebih besar dari
N.
C. Rating Factor Penyesuaian
Faktor penyesuaian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
Westing Houses System.
1) Skill
Good: C1 = +0,06

Kelompok 3

Ahmad Wira Indrawan


D221 12 251

MODUL 1:
Work Sampling

Hal 35

Karena pekerja melakukan pekerjaan dengan cepat dan teliti terutama


pada saat menutup galon dan menyegel galon.
2) Effort
Good: C1= +0,05
Karena

operator

sangat

aktif

melakukan

dan

menyelesaikan

pekerjaanya.
3) Condition (Kondisi)
Good: C = +0,02
Kondisi kondisi lingkungan tergoling normal dimana tingkat kebisingan
yang rendah dangan intensitas cahaya yang tidak tinggi dan suhu dalam
kondisi normal.
4) Consistensy (Konsisten)
Average: D = 0,00
Karena pekerja melakukan pekerjaanya tidak sesuai alur/tidak beraturan
dikarenakan terkadang pekerja lain menggantikan pekerjaanya.
Tabel 4.9 Rating Factor Penyesuaian Westing Houses System
Faktor
Kelas
Lambang Penyesuaian
Skill

Good

C1

+0,06

Effort

Good

C1

+0,05

Condition

Good

+0,02

Consistency

Average

0,00

Jumlah

Kelompok 3

Ahmad Wira Indrawan


D221 12 251

+0,13

MODUL 1:
Work Sampling

Hal 36

Dari pembobotan sebelumnya di tabel 4.9, didapat P = 1 +


Pembobotan = 1,13.
D. Rating Factor Allowance
1) Tenaga yang Dikeluarkan
Mendapatkan skor 25%, karena pekerjaan saat mengangkat galon ke
mobil dillakukan secara manual dan tilakukan secara berulang dengan
mengangkat beban.
2) Sikap Kerja
Mendapatkan skor 2%, karena posisi saat mengisi galon, menutup dan
menyegel galon dilakukan dengan berdiri di atas dua kaki.
3) Gerakan Kerja
Mendapatkan skor 3, karena pekerja harus mengangkat beban berat
(galon) ke atas mobil dan menutup serta menyegel galon satu persatu.
4) Kelelahan Mata
Mendapatkan skor 0%, karena pekerjaan saat mengisi galon dilakukan
dengan pencahayaan yang baik dan hanya perlu diamati sesekali selagi
menunggu galon terisi air.
5) Keadaan Temperatur
Mendapatkan skor 3%, karena pekerjaan dilakukan di luar ruangan dan
di tempat teduh sehingga suhu tempat bekerja tidak terlalu panas.
6) Keadaan Atmosfir
Mendapatkan skor 5, karena lokasi kerja yang dekat dari jalan raya
mengakibatkan banyaknya debu yang beterbangan ke area lokasi kerja.

Kelompok 3

Ahmad Wira Indrawan


D221 12 251

MODUL 1:
Work Sampling

Hal 37

7) Keadaan Lingkungan yang Baik


Mendapatkan skor 0%, karena keadaan lingkungan cerah dengan tingkat
kebisingan rendah meskipun kurang bersih dan sehat dikarenakan lokasi
tempat bekerja yang dekat dari jalan raya sehingga sering terpapar debu
yang beterbangan.
8) Kebutuhan Pribadi Pria
Mendapatkan skor 1%, karena operator memiliki kebutuhan seperti ke
toilet, menelfon, mengobrol, makan/minum dalam hal ini tidak terlalu
mempengaruhi pekerjaan karena dilakukan disela-sela pekerjaan
misalnya disaat mengisi penampungan air.
9) Hambatan yang Tidak Terhindarkan
Mendapatkan skor 1%, karena salah satu hambatan yang tidak dapat
terhindar yaitu apabila kualitas air sedang buruk/tidak jernih maka
indikator kejernihan air pada mesin akan memberi peringatan sehingga
harus segera dilakukan pembersihan pada saringan air.

Kelompok 3

Ahmad Wira Indrawan


D221 12 251

MODUL 1:
Work Sampling

Hal 38

Tabel 4.10 Rating Factor Allowance


Kelonggaran
(%)

Faktor
Tenaga yang dikerjakan: berat

25

Sikap kerja: berdiri di atas dua kaki

Gerakan kerja: sulit

Kelelahan mata: pandangan terputus

Keadaan temperatur: normal

Keadaan atmosfer: kurang baik


Kedaan lingkungan yang baik: bersih, sehat, cerah
dengan kebisingan rendah

Kebutuhan pribadi pria

0
1

Hambatan yang tidak terhindarkan

Jumlah

40

Dari tabel 4.10 di atas, diperoleh jumlah faktor allowance untuk sistem
kerja menjahit sebesar 40% atau 0,4.
E. Perhitungan Waktu Baku
Jumlah produktif = 32
1. Waktu siklus
=
=



5,6 60
32

= 10,5
Dari hasil perhitungan waktu siklus di atas, didapatkan informasi
bahwa untuk menghasilkan satu buah produk, pekerja/operator

Kelompok 3

Ahmad Wira Indrawan


D221 12 251

MODUL 1:
Work Sampling

Hal 39

membutuhkan waktu selama 10,5 menit atau sekita 11 menit selama 6


jam bekerja.
2. Waktu normal
=
= 10,5 1,13
= 11,86
3. Waktu baku
= + ( )
= 11,86 + (0,4 11,86) = 16,6
Dari hasil perhitungan waktu baku di atas, waktu yang sebenarnya
dibutuhkan oleh operator untuk menghasilkan satu buah produk dengan
mempertimbangkan persentase kelonggarannya adalah sebesar 16,6
menit atau sekitar 17 menit.
F. Utilitas Mesin
1. Presentase Produktifitas


100%

32
100% = 60,37%
53
Dari perhitungan di atas, didaptkan produktifitas dari sebuah mesin

pada sistem kerja depot air galon sebesar 60,37% dari 53 total kegiatan
Kelompok 3

Ahmad Wira Indrawan


D221 12 251

MODUL 1:
Work Sampling

Hal 40

selama enam jam bekerja. Hasil ini dinilai cukup rendah jika
dibandingkan dengan total pengamatan selema enam jam bekerja.
2. Jumlah Manual Kontrol = 10
a. Presentase


100%

10
100% = 18,86%
53
Perhitungan di atas merupakan persentase produktif tanpa

menggunakan mesin dalam enam jam kerja dan didapat sebesar


18,86% atau sekitar 19%.
b. Waktu Siklus

336
= 33,6
10

Dari hasil perhitungan waktu siklus di atas, diperoleh waktu


yang dibutuhkan operator untuk menghasilkan produk secara
manual adalah sebesar 33,6 menit atau sekitar 34 menit.
c. Waktu Normal
=
= 33,6 1,13 = 37,96
Kelompok 3

Ahmad Wira Indrawan


D221 12 251

MODUL 1:
Work Sampling

Hal 41

d. Waktu Baku
= + ( )
= 37,96 + (0,437,96) = 53,14
Dari hasil perhitungan waktu baku di atas, diperoleh waktu yang
sebenarnya dibutuhkan oleh operator secara manual untuk
menghasilkan sebuah produk dengan mempertimbangkan faktor
kelonggarannya adalah sebesar 53,14 menit atau sekitar 54 menit.
3. Jumlah Mesin Kontrol = 22
a. Presentase


100%

22
100%
53

= 41,50%
Perhitungan di atas merupakan persentase produktif dengan
menggunakan mesin dalam enam jam kerja dan didapat sebesar
41,5% atau sekitar 42%. Hal ini membuktikan bahwa dari total
kegiatan produktif penggunaan mesin dinilai sangat membantu
produktifitas kerja pada depot air galon.

Kelompok 3

Ahmad Wira Indrawan


D221 12 251

MODUL 1:
Work Sampling

Hal 42

/
b. Waktu Siklus
=

336
= 15,2
22

Dari hasil perhitungan waktu baku di atas, diperoleh waktu yang


dibutuhkan oleh operator dengan menggunakan mesin untuk
menghasilkan sebuah produk adalah sebesar 15,2 menit atau sekitar
16 menit.
c. Waktu Normal
=
= 15,2 1,13 = 17,17
d. Waktu Baku
= + ( )
= 17,17 + (0,417,17) = 24,04
Dari hasil perhitungan waktu baku di atas, diperoleh waktu yang
sebenarnya dibutuhkan oleh operator dengan menggunakan mesin
untuk menghasilkan sebuah produk dengan mempertimbangkan
faktor kelonggarannya adalah sebesar 24,04 menit atau sekitar 25
menit.

Kelompok 3

Ahmad Wira Indrawan


D221 12 251

MODUL 1:
Work Sampling

Hal 43

BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pada penelitian work sampling ini, pengambilan data dilakukan di tiga
sistem kerja yang berbeda, yaitu: penjahit pakaian, bengkel pengelasan, dan
depot air galon. Dan dari ketiga sistem kerja tersebut, dapat ditarik kesimpulan:
1. Pada masing-masing sistem kerja tersebut peneliti membagi dua jenis
kegiatan,

yaitu

produktif

dan

non-produktif.

Adapun

jenis-jenis

kegiatannya, yaitu:
a. Penjahit pakaian
1) Produktif

: memilih kain, mengambil kain, mengukur,

membuat pola, menggunting, menjahit, dan melipat.


2) Non-produktif : bercerita, merokok, menelfon, dan minum.
b. Bengkel pengelasan
1) Produktif
(mengelas),

: mengukur, memotong, merakit, menyambung


menghaluskan,

mengamplas,

mengecat,

dan

memindahkan (mengatur).
2) Non-produktif : merokok, minum kopi, ngobrol, dan menggunakan
HP.
c. Depot air galon
1) Produktif

: menghitung galon yang tiba, membersihkan galon,

mengeringkan galon, mengisi galon, menutup galon, menyegel


galon, menyusun galon, dan mengangkat galon ke mobil.

Kelompok 3

Ahmad Wira Indrawan


D221 12 251

MODUL 1:
Work Sampling

Hal 44

2) Non-produktif : duduk-duduk, main handphone, ngobrol, pergi ke


toilet, dan makan/minum.
2. Dari ketiga sistem kerja yang diamati diperoleh hasil-hasil yang berbeda,
sebab jumlah jam pengamatan, total kegiatan yang teramati, faktor
penyesuaian, faktor allowance dan tingkat kepercayaan masing-masing
berbeda satu dengan yang lainnya. Untuk masing-masing ketiga sistem
kerja tersebut diperoleh:
a. Penjahit pakaian
Tingkat produktifitas relatif tinggi dengan nilai persentase sebesar
86,67% dari 60 kegiatan yang teramati selama tujuh jam kerja. Akan
tetapi, dari hasil pengujian kecukupan data, data yang diperoleh dari
sistem kerja pada penjahit pakaian ini dinilai belum cukup sebab N
yang diperoleh lebih besar dari pada N, dimana N = 146,51 data dan N
= 60 dengan tingkat kepercayaan 99% dan tingkat ketelitian sebesar
10%.
b. Bengkel pengelasan
Berbeda dengan sistem kerja pada penjahit, persentase produktif pada
bengkel pengelasan sebesar 78,37% dari 62 kegiatan yang teramati
selama delapan jam kerja. Selain itu, berdasarkan uji kecukupan data,
data yang diperoleh terbilang cukup sebab N yang diperoleh lebih kecil
dibandingkan N, dimana N = 25 data dan N = 62 data dengan tingkat
kepercayaan 68% dan tingkat ketelitian sebesar 10%.

Kelompok 3

Ahmad Wira Indrawan


D221 12 251

MODUL 1:
Work Sampling

Hal 45

c. Depot air galon


Dari ketiga sistem kerja yang diamati, sistem kerja pada depot air galon
inilah tingkat produktifnya paling kecil dengan nilai sebesar 60,88%
dari 53 kegiatan yang teramati selama enam jam kerja. Dan juga sama
halnya dengan sistem kerja pada penjahit, data yang didapat pada depot
air galon dinilai belum cukup sebab N yang diperoleh lebih besar dari
N, dimana N = 255,73 data dan N = 53 data dengan tingkat kepercayaan
98% dan tingkat ketelitian sebesar 10%.
3. Dari hasil yang telah diperoleh dari ketiga sistem kerja yang diamati, dapat
dikatan bahwa pada penjahit pakaian dan bengkel pengelasan dinilai sudah
cukup produktif. Hal ini dapat dilihat dari persentase produktif keduanya
yang relatif tinggi dengan mempertimbangkan waktu kerja dan total
kegiatan, ditambah dari waktu baku yang digunakan oleh kedua sistem ini
relatif singkat. Berbeda dengan sistem kerja pada depot air galon yang
dinilai masih kurang produktif, dilihat dari persentasi produktifnya jika
dibandingkan dengan jumlah kegiatan yang teramati dan waktu kerjanya.
Sehingga dibutuhkan perbaikan berdasarkan hasil dari penelitian misalnya,
berupa penambahan jam kerja, penambahan mesin, pengurangan faktor
allowance pada sistem kerja depot air galon, dan lain-lainyang dirasa perlu
sesuai dengan hasil pengolahan data pada bab sebelumnya.

Kelompok 3

Ahmad Wira Indrawan


D221 12 251

MODUL 1:
Work Sampling

Hal 46

B. SARAN
1. Untuk laboratorium
Sebaiknya disediakan waktu yang khusus untuk melakukan pengambilan
data dan lokasi yang direkomendasikan, agar data yang diperoleh juga baik.
2. Untuk asisten
a. Asisten I : dalam pengumpulan respon sebaiknya diminta baik-baik.
b. Asisten II : dalam memberikan arahan sebaiknya memberikan kesan
membimbing. Sehingga audiens/praktikan yang membutuhkan arahan
lebih tenang secara psikologi untuk menerima arahan itu.
c. Asisten III : sebaiknya lebih aktif dalam memberikan arahan. Sifat
friendly-nya sebaiknya dipertahankan.

Kelompok 3

Ahmad Wira Indrawan


D221 12 251

MODUL 1:
Work Sampling

Hal 47

DAFTAR PUSTAKA
Mc. Cormick, Ernest J.; Human Factors in Engineering and Design, Mc Graw-Hill,
Inc.; 1992, New York, USA.
Sutalaksana, I.Z.,et. Al.1979 Teknik Tata Cara Kerja; Laboratorium Tata Cara
Kerja & Ergonomi, Dept. Teknik Industri: ITB.
Walpole, Ronald E., 1995, Pengantar Statistika. PT. Gramedia Pustaka Utama:
Jakarta.
Wignjosoebroto,Sritomo. 2006. Ergonomi : Studi Grerak dan Waktu. ITS:
Surabaya.

Kelompok 3

Ahmad Wira Indrawan


D221 12 251

MODUL 1:
Work Sampling

Hal 48

Anda mungkin juga menyukai