WORK SAMPLING
07
2
6
AHMAD WIRA INDRAWAN
D221 12 251
KELOMPOK 3
LABORATORIUM ERGONOMI
DAN PERANCANGAN SISTEM KERJA
PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI
JURUSAN MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN
2015
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kinerja suatu sistem kerja ditentukan oleh performansi dari pekerjanya,
yaitu berupa tingkat keefektifan pekerja menyelesaikan pekerjaannya. Oleh
karena itu dibutuhkan suatu metode untuk menghitung tingkat keefektifan
tersebut, salah satu caranya adalah melakukan sampling pekerjaan (work
sampling). Pada awalnya sampling pekerjaan dikembangkan di Inggris oleh
L.H.C. Tippet pada pabrik-pabrik tekstil di Inggris. Sampling pekerjaan
menggunakan prinsip-prinsip dari ilmu statistik.
Sampling pekerjaan dapat dilakukan terhadap tenaga kerja tak langsung,
tenaga kerja langsung, maupun terhadap mesin. Sampling pekerjaan adalah
suatu prosedur pengukuran yang dilakukan dengan melakukan kunjungankunjungan pada waktu-waktu tertentu yang ditentukan secara acak (random).
Kunjungan-kunjungan ini dilakukan untuk mengetahui apa yang terjadi atau
kegiatan apa yang sedang dilakukan di tempat kerja yang bersangkutan,
frekuensi kegiatan tersebut, dan berapa persen waktu yang dipergunakan untuk
pekerjaan itu. Semakin banyak kunjungan yang dilakukan, semakin kuat dasar
(berupa tingkat ketelitian) untuk mengambil kesimpulan.
Kelompok 3
MODUL 1:
Work Sampling
Hal 1
B. Tujuan Praktikum
1. Praktikan mampu memisahkan pekerjaan pada sistem kerja menjadi
elemen-elemen kerja yang produktif dan non-produktif.
2. Praktikan mampu melakukan pengukuran waktu kerja secara langsung
dengan menggunakan metode work sampling.
3. Praktikan dapat menggunakan dan memanfaatkan hasil sampling pekerjaan
untuk melakukan perbaikan/pengaturan kerja dalam upaya meningkatkan
efektifitas, efesiensi, dan produktifitas kerja.
Kelompok 3
MODUL 1:
Work Sampling
Hal 2
BAB II
TEORI DASAR
A. Defenisi Work Sampling
Sampling kerja atau sering disebut sebagai work sampling, Ratio Delay
Study atau Random Observation Method adalah salah satu teknik untuk
mengadakan sejumlah besar pengamatan terhadap aktivitas kerja dari mesin,
proses atau pekerja/operator. Pengukuran kerja dengan cara ini juga
diklasifikasikan sebagai pengukuran kerja secara langsung. Karena pelaksanaan
kegiatan pengukuran harus dilakukan secara langsung ditempat kerja yang
diteliti (Sritomo, 1989). Metode sampling kerja dikembangkan berdasarkan
hukum probabilitas atau sampling. Oleh karena itu pengamatan terhadap suatu
obyek yang ingin diteliti tidak perlu dilaksanakan secara menyeluruh (populasi)
melainkan cukup dilaksanakan secara mengambil sampel pengamatan yang
diambil secara acak (random) (Sritomo, 1989).
Pengukuran waktu dengan sampling pekerjaan mempunyai beberapa
kegunaan, yaitu:
1. Untuk mengetahui distribusi pemakaian waktu sepanjang waktu kerja oleh
pekerja atau kelompok kerja
2. Untuk mengetahui tingkat pemanfaatan mesin-mesin atau alat-alat di
pabrik.
3. Untuk mengetahui waktu baku suatu pekerjaan.
4. Untuk memperkirakan kelonggaran (allowance) suatu pekerjaan.
Kelompok 3
MODUL 1:
Work Sampling
Hal 3
Dimana: p
Dengan
Kelompok 3
pi
k
BKA = p 3
p 1 p
n
BKB = p 3
p 1 p
n
dan n
MODUL 1:
Work Sampling
Hal 4
N =
2 (1 )
2
Dimana:
N
S
p
k
=
=
=
=
Kelompok 3
MODUL 1:
Work Sampling
Hal 5
C. Faktor Penyesuaian
Untuk menormalkan waktu kerja yang diperoleh dari hasil pengamatan,
maka harus diadakan penyesuaian yaitu dengan cara mengalikan waktu
pengamatan rata-rata dengan faktor penyesuaian/rating factor. Faktor ini adalah
sebagai berikut:
1. Apabila operator dinyatakan terlalu cepat yaitu bekerja di atas batas
kewajaran (normal) maka rating factori akan lebih besar dari satu (p>1 atau
p> 100%)
2. Apabila operator bekerja terlalu lambat yaitu bekerja dengan kecepatan di
bawah kewajaran (normal) maka rating factor akan lebih kecil dari satu (p
< 1 atau p< 100%).
3. Apabila operator bekerja secara normal atau wajar maka rating factor
diambil sama dengan satu (p = 1 atau p = 100%)
Guna melaksanakan pekerjaan normal maka dianggap bahwa operator
tersebut cukup berpengalaman pada saat bekerja melaksanakannya tanpa usahausaha yang berlebihan sepanjang hari kerja, menguasai cara kerja yang
ditetapkan dan menunjukkan kesungguhan dalam menjalankan pekerjaannya.
Berikut ini akan diuraikan beberapa sistem untuk memberikan rating yang
umumnya diaplikasikan di dalam aktivitas pengukuran kerja.
1. Skill dan Effort Rating
Tahun 1916 Charles E. Bedeaux memperkenalkan suatu sistem untuk
pembayaran upah atau pengendalian tenaga kerja (Wignjosoebroto, 2008).
Sistem yang diperkenalkan oleh Bedeaux ini berdasarkan pengukuran kerja
Kelompok 3
MODUL 1:
Work Sampling
Hal 6
dan waktu baku yang dinyatakan dengan angka Bs. Prosedur pengukuran
kerja yang dibuat oleh Bedeaux juga menentukan rating terhadap kecakapan
(skill) dan usaha-usaha yang ditunjukkan operator pada saat bekerja.
Bedeaux menetapkan angka 60 Bs sebagai performance standar yang harus
dicapai oleh seorang operator. Dengan kata lain seorang operator yang
bekerja dengan kecepatan normal diharapkan mampu mencapai angka 60
Bs per jam dan insentif dilakukan pada tempo kerja rata-rata sekitar 70
sampai 80 Bs per jam.
2. Westing house Sytems Rating
Westing House Company (1927) juga ikut memperkenalkan sistem yang
dianggap lebih lengkap bila dibandingkan dengan sistem yang dilaksanakan
oleh Bedeaux (Wignjosoebroto, 2008). Selain kecakapan (skill) dan usaha
(effort) yang telah dinyatakan oleh Bedeaux sebagai faktor yang
mempengaruhi performance manusia, Westing House menambahkan
kondisi kerja (working condition) dan konsistensi dari operator di dalam
melakukan kerja. Westing House telah berhasil membuat suatu tabel
performance rating yang berisikan nilai-nilai yang berdasarkan tingkatan
yang ada untuk masing-masing faktor tersebut. Untuk menormalkan waktu
yang ada, dapat dilakukan dengan jalan mengalikan waktu yang diperoleh
dari pengukuran kerja dengan jumlah keempat rating factor yang dipilih
sesuai dengan performance.
Kelompok 3
MODUL 1:
Work Sampling
Hal 7
D. Faktor Kelonggaran
Waktu normal untuk suatu pekerjaan adalah untuk menunjukkan bahwa
seorang operator yang berkualifikasi baik akan bekerja menyelesaikan
pekerjaan pada kecepatan tempo kerja normal. Walaupun demikian pada
kenyataannya kita akan melihat bahwa tidaklah bisa diharapkan operator
tersebut akan mampu bekerja secara terus-menerus sepanjang hari. Operator
akan sering menghentikan kerja dan membutuhkan waktu khusus untuk
keperluan seperti kebutuhan pribadi, istirahat untuk melepas lelah dan alasanalasan lain di luar kontrolnya.
1. Kelonggaran untuk Kebutuhan Pribadi (Personal Allowance)
Kebutuhan pribadi disini adalah hal-hal seperti minum untuk
menghilangkan rasa haus, ke kamar kecil, mengobrol dengan teman kerja
untuk menghilangkan ketegangan ataupun kejemuan dalam kerja.
2. Kelonggaran untuk Menghilangkan Rasa Lelah (Fatique)
Rasa lelah tercermin antara lain dari menurunnya hasil produksi baik
jumlah maupun kualitas. Jika rasa lelah telah datang dan pekerja harus
bekerja untuk menghilangkan performance normalnya, maka usaha yang
dikeluarkan pekerja lebih besar dari normalnya dan ini akan menambah rasa
lelah. Bila hal ini berlangsung terus-menerus pada akhirnya akan terjadi rasa
lelah total yaitu jika anggota badan yang bersangkutan sudah tidak dapat
melakukan gerakan sama sekali, walaupun sangat dihendaki. Hal demikian
jarang terjadi karena berdasarkan pengalamannya, pekerja dapat mengatur
kecepatan kerjanya sedemikian rupa sehingga gerakan-gerakan kerja
Kelompok 3
MODUL 1:
Work Sampling
Hal 8
MODUL 1:
Work Sampling
Hal 9
yang persis sama.Variasi dan nilai waktu ini bias disebabkan oleh beberapa
hal. Salah satu diantaranya bias terjadi karena perbedaan didalam
menetapkan saat mulai atau berakhirnya suatu elemen kerja yang
seharusnya dibaca dari stopwatch.
Waktu siklus dihitung dengan menggunakan rumus:
Dimana:
X = Waktu siklus
x = Waktu Pengamatan
n = Jumlah pengamatan yang dilakukan
2. Waktu normal
Waktu normal merupakan waktu kerja yang telah mempertimbangkan
factor penyesuaian, yaitu waktu siklus rata-rata dikalikan dengan faktor
penyesuaian. Didalam praktek pengukuran kerja maka metoda penerapan
rating performance kerja operator adalah didasarkan pada satu faktor
tunggal yaitu operator speed, space atau tempo. Sistem ini dikenal sebagai
performance Rating/speed Rating). Rating Faktor ini umumnya
dinyatakan dalam persentase (%) atau angka desimal, dimana performance
kerja normal akan sama dengan 100% atau 1,00.
Rating faktor pada umumnya diaplikasikan untuk menormalkan waktu
kerja yang diperoleh dari pengukuran kerja akibat tempo atau kecepatan
kerja operator yang berubah-ubah. Untuk maksud ini, maka waktu normal
dapat diperoleh dari rumus berikut:
Kelompok 3
MODUL 1:
Work Sampling
Hal 10
%
100%
Nilai waktu yang diperoleh disini masih belum bias kita tetapkan
sebagai waktu baku untuk penyelesaian suatu operasi kerja, karena disini
faktor-faktor yang berkaitan dengan waktu kelonggaran (allowance time)
agar operator bekerja sebaik-baiknya masih belum dikaitkan.
3. Waktu baku
Waktu standar adalah waktu yang sebenarnya digunakan operator untuk
memproduksi satu unit dari data jenis produk. Waktu standar untuk setiap
part harus dinyatakan termasuk toleransi untuk beristirahat untuk mengatasi
kelelahan atau untuk faktor-faktor yang tidak dapat dihindarkan. Namun
jangka waktu penggunaannya waktu standard ada batasnya. Dengan
demikian waktu baku tersebut dapat diperoleh dengan mengaplikasikan
rumus berikut:
= + ( % )
Kelompok 3
100%
100% %
MODUL 1:
Work Sampling
Hal 11
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Alat dan Bahan
1. Stopwatch
2. Tabel random (tabel acak)
3. Lembar pengamatan
B. Metode Praktikum
1. Praktikum modul ini dilaksanakan di luar laboratorium. Masing-masing
kelompok praktikan mencari suatu sistem kerja untuk dilakukan
pengamatan dan pengukuran waktu dengan metode work sampling.
2. Pemilihan sistem kerja yang akan diukur harus sesuai dengan karakteristik
metode sampling.
3. Pada sistem kerja yang diamati, lakukan tahap-tahap pengukuran waktu
dengan metode work sampling.
C. Tugas dan Pelaporan
1. Pengumpulan Data
a. Penjelasan tentang sistem kerja yang akan diteliti dengan metode
sampling pekerjaan.
b. Pemisahan elemen-elemen pekerjaan pada sistem kerja yang akan
diteliti.
c. Data jumlah kegiatan produktif dan non-produktif pada sistem kerja
yang bersangkutan.
Kelompok 3
MODUL 1:
Work Sampling
Hal 12
Kelompok 3
MODUL 1:
Work Sampling
Hal 13
BAB IV
PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA
Pada praktikum ini, percobaan dilakukan di luar jam laboratorium. Pengambilan
data percobaan dilakukan dengan memilih tiga sistem kerja, yaitu: penjahit, bengkel
las, dan depot air galon, kemudian dilakukan pengamatan dan pengukuran waktu
dengan metode work sampling untuk masing-masing system kerja tersebut secara
langsung.
1. Sistem Kerja Penjahit Pakaian
Tabel 4.1 berikut ini adalah tabel kumulatif yang menunjukan jumlah
keseluruhan dari kegiatan yang diamati selama pengambilan data.
Tabel 4.1 Tabel Kumulatif
Kategori
Produktif
Non-produktif
Jumlah
Persentasi
Frekuensi
I
II
III
IV
VI
VII
9
1
10
90%
5
1
6
83,3%
8
1
9
88,89%
7
1
8
87,5%
9
0
9
100%
7
3
10
70%
7
1
8
87%
Jumlah
52
8
60
86,67%
1 + 2 + 3 + 4 + 5 + 6 + 7
=
7
=
90 + 83 + 89 + 87 + 100 + 70 + 87
7
= 86% = 0,86
Kelompok 3
MODUL 1:
Work Sampling
Hal 14
1 + 2 + 3 + 4 + 5 + 6 + 7
=
7
=
10 + 6 + 9 + 8 + 9 + 10 + 8
7
= 8,56
3. Keseragaman data
a. BKA
(1 )
= + 3
0,86(1 0,86)
= 0,86 + 3
60
= 0,99
b. BKB
(1 )
= 3
0,86(1 0,86)
= 0,86 3
60
= 0,73
Kelompok 3
MODUL 1:
Work Sampling
Hal 15
2 (1 ) 32 (1 0,86)
=
0,12 0,86
2
90,14
= 146,51
0,010,86
Dari hasil pengujian kecukupan data di atas, didapat jumlah data yang
seharusnya diperlukan adalah sebanyak 146,51 atau 147 data, sedangkan
data yang telah dimiliki oleh peneliti hanya sebanyak 60 data. Hasil ini
rupanya berbanding terbalik dengan kaidah uji kecukupan data yaitu N<N,
dimana N adalah jumlah data yang sebenarnya. Oleh karena itu, berdasarkan
uji kecukupan data yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa data yang
dimiliki oleh peneliti belum cukup banyak karena hasil N lebih besar dari
N.
Kelompok 3
MODUL 1:
Work Sampling
Hal 16
Kelompok 3
MODUL 1:
Work Sampling
Hal 17
Good
C1
+0,06
Effort
Good
C1
+0,05
Condition
Good
+0,02
Consistency
Good
+0,01
Jumlah
+0,14
Kelompok 3
MODUL 1:
Work Sampling
Hal 18
5
1%
6
0
Jumlah
10%
Kelompok 3
MODUL 1:
Work Sampling
Hal 19
= 1,254
D. Rating Factor Allowance
1) Tenaga yang Dikeluarkan
Mendapatkan skor 6%, karena dalam melakukan proses menjahit,
operator bekerja di meja dan dalam posisi duduk sehingga tenaga yang
dikeluarkan oleh operator menjadi sangat ringan.
2) Sikap Kerja
Mendapatkan skor 1%, karena dalam mengoperasikan mesin jahit,
operator bekerja dalam posisi duduk sehingga membuat pekerjaannya
menjadi terasa ringan. Semakin baik sikap kerja seorang operator maka
pekerjaan akan menjadi terasa lebih ringan.
3) Gerakan Kerja
Mendapatkan skor 0, karena operator bebas dalam melakukan
pekerjaan, bebas dalam mengoperasikan mesin jahit, tidak ada yang
menghalangi dan membebani dalam malakukan pekerjaannya.
4) Kelelahan Mata
Mendapatkan skor 2%, karena hampir secara terus menerus operator
terfokus pada garis jahitan yang akan dijahit sehingga membutuhkan
ketelitian yang tinggi.
5) Keadaan Temperatur
Mendapatkan skor 4%, karena ruangan menjahit memiliki temperatur
yang baik, terdapat ventilasi yang besar sehigga sirkulasi udara dan suhu
dalam ruangan normal.
Kelompok 3
MODUL 1:
Work Sampling
Hal 20
6) Keadaan Atmosfir
Mendapatkan skor 0, meski tempat menjahit berada di pinggir jalan
sehingga banyak debu yang beterbangan, namun operator tetap menjaga
kebersihan lingkungan.
7) Keadaan Lingkungan yang Baik
Mendapatkan skor 1%, karena tempat kerja tetap terjaga dengan baik
dan sikluas kerja dalam menghasilkan satu unit produk dilakukan secara
berulang-ulang.
8) Kebutuhan Pribadi Pria
Mendapatkan skor 2%, karena operator memiliki kebutuhan pribadi
seperti minum, menelpon, bercerita, dan merokok selama proses
menjahit berlangsung.
9) Hambatan yang Tidak Terhindarkan
Mendapatkan skor 2%, karena apabila terjadi pemadaman listrik, maka
mesin jahit tidak dapat digunakan karena mesin yang digunakan adalah
mesin jahit semi-automatic.
Kelompok 3
MODUL 1:
Work Sampling
Hal 21
Faktor
Tenaga yang dikerjakan
Sikap kerja
Gerakan kerja
Kelelahan mata
Keadaan temperatur
Keadaan atmosfer
Jumlah
18
Dari tabel 4.4 di atas, diperoleh jumlah faktor allowance untuk sistem
kerja menjahit sebesar 18% atau 0,18.
E. Perhitungan Waktu Baku
1. Persentase produktif
=
=
100%
52
100% = 86,67%
60
MODUL 1:
Work Sampling
Hal 22
3. Waktu siklus
=
420
=
= 7
60
100%
100% %
= 8,778
100%
= 8,778 1,22
100% 18%
= 10,7
Dari hasil perhitungan waktu baku di atas, waktu yang sebenarnya
dibutuhkan
untuk
menghasilkan
satu
buah
produk
dengan
= 60
Kelompok 3
MODUL 1:
Work Sampling
Hal 23
4. % idle
=
8
100% =
100%
60
= 13,33%
5. Jumlah output
= 13
6. Waktu normal
=
=
= 5,83
7. Waktu baku
=
100%
100% 13,3%
Frekuensi
I
II
III
IV
VI
VII
VIII
6
2
8
75%
7
0
7
100%
10
1
11
91%
4
2
6
67%
7
1
8
88%
7
2
9
78%
7
2
9
78%
2
2
4
50%
MODUL 1:
Work Sampling
Jumlah
50
12
62
81%
Hal 24
1 + 2 + 3 + 4 + 5 + 6 + 7
=
7
=
75 + 100 + 91 + 67 + 88 + 78 + 78 + 50
8
= 78,37% = 0,78
Dari hasil perhitungan di atas, didapat rata-rata persentasi produktif
selama delapan jam kerja sebesar 78%, hal ini mengindikasikan bahwa
pekerja dalam melakukan pekerjaannya dinilai cukup produktif selama
delapan jam bekerja untuk pekerjaan pada bengkel pengelasan.
2. Jumlah jam pengamatan
=
8 + 7 + 11 + 6 + 8 + 9 + 9 + 4 62
=
=
= 7,75 jam
8
8
3. Keseragaman data
a. BKA
(1 )
= + 3
=0,78 + 3
0,78(1-0,78)
= 1,22
7,75
b. BKB
(1 )
= 3
Kelompok 3
MODUL 1:
Work Sampling
Hal 25
0,78(1-0,78)
=0,78 3
7,75
= 0,78 0,44 = 0,34
Dari perhitungan keseragaman data di atas, didapatkan selisih antara
batas atas (BKA) dan batas bawah (BKB) cukup jauh. Hal ini
mengindikasikan bahwa data yang diperoleh selama pengamatan tidak
cukup seragam, sehingga memungkinkan adanya nilai yang ekstrim.
B. Jumlah Kunjungan yang Diperlukan
Tingkat kepercayaan yang digunakan dalam penelitian ini sebesar K =
68% sehingga k = 1, dan juga tingkat ketelitian dalam penelitian ini sebesar
S = 10%.
Dari kedua informasi tersebut, maka didapat jumlah kunjungan yang
diperlukan sebesar:
=
=
2 (1 ) 12 (1 0,88)
=
0,12 0,88
2
10,22
= 25
0,010,88
Dari hasil pengolahan data di atas, didapat jumlah data yang diperlukan
adalah sebanyak 25 data. Hal ini memberikan informasi bahwa data jumlah
pengamatan yang didapatkan oleh peneliti sudah cukup oleh karena N < N
dimana nilai N = 25 sedangkan N = 62.
C. Rating Factor Penyesuaian
Faktor penyesuaian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
Westing Houses System.
Kelompok 3
MODUL 1:
Work Sampling
Hal 26
1) Skill
Good: C1 = +0,06
Karena pekerja mampu menyelesaikan berbagai jenis pekerjaan dengan
baik dan terampil dilihat dari hasil pekerjaannya untuk masing-masing
elemen kerja sperti mengelas, memotong, dan lain-lain.
2) Effort
Good: C2= +0,02
Pekerja mampu melakukan pekerjaan dengan baik dan konsisten
menyelesaikan pekerjaan tepat waktu. Ini dikarenakan setiap pekerjaan
ditangani oleh seorang perkerja dari kegiatan awal hingga selesai
sehingga mereka merasa cukup bertanggung jawab atas pekerjaannya.
3) Condition (Kondisi)
Average: D = 0,00
Kondisi pekerja sehat, memakai alat pelindung diri yang cukup
memadai, umur pekerja masih muda sekitar 20 tahun dan cukup
berpengalaman dalam pekerjaannya.
4) Consistensy (Konsisten)
Average: D = 0,00
Pekerja melakukan pekerjaan sesuai waktu kerja yang ditetapkan,
meskipun terkadang ada kegiatan non produktif yang dilakukan pekerja
pada saat bekerja namun itu tidak sering dilakukan.
Kelompok 3
MODUL 1:
Work Sampling
Hal 27
Kelas
Lambang
Penyesuaian
Skill
Good
C1
+0,06
Effort
Good
C2
+0,02
Condition
Average
0,00
Consistency
Average
0,00
Jumlah
+0,8
MODUL 1:
Work Sampling
Hal 28
4) Kelelahan Mata
Mendapatkan skor 4%, karena pekerja harus selalu fokus dan teliti
dalam melakukan setiap aktifitas kerjanya, apalagi pekerjaan yang
memiliki resiko tinggi seperti mengelas dan gurinda, pandangan akan
terus terfokus pada benda kerja, sehingga menyebabkan kelelahan mata.
5) Keadaan Temperatur
Mendapatkan skor 3%, karena tempat kerja yang terbuka maka keadaan
suhu pada tempat kerja berada pada suhu normal.
6) Keadaan Atmosfir
Mendapatkan skor 7%, karena tempat kerja berada di pinggir jalan
dengan keadaan tempat kerja yang terbuka sehingga banyak debu yang
beterbangan serta sampah dari dedaunan pohon disekitar tempat kerja.
7) Keadaan Lingkungan yang Baik
Mendapatkan skor 5%, karena tempat kerja berada di pinggir jalan dan
tempat kerja yang terbuka atau tanpa tembok sehingga keadaan
lingkungan sekitar tempat kerja sangat bising, oleh bunyi kendaraan
yang lalu-lalang.
8) Kebutuhan Pribadi Pria
Mendapatkan skor 1,5%, karena operator memiliki kebutuhan pribadi
seperti ketoilet, menelfon, mengobrol, juga merokok, yang tidak terlalu
banyak karena pekerja cukup konsisten dengan pekerjaannya.
Kelompok 3
MODUL 1:
Work Sampling
Hal 29
Faktor
Tenaga yang dikerjakan: ringan
13
0,5
1,5
Jumlah
37
Dari tabel 4.7 di atas, diperoleh jumlah faktor allowance untuk sistem
kerja menjahit sebesar 37% atau 0,37.
E. Perhitungan Waktu Baku
Jumlah produktif = 50
1. Waktu siklus
=
=
Kelompok 3
7,5 60
50
MODUL 1:
Work Sampling
Hal 30
450
= 9
50
100%
44
100% = 71%
62
Dari perhitungan di atas, didaptkan produktifitas dari sebuah mesin
Kelompok 3
MODUL 1:
Work Sampling
Hal 31
100%
18
100%
62
= 29 %
Perhitungan di atas merupakan persentase menganggurnya mesin
dalam delapan jam kerja dan didapat sebesar 29%. Hal ini dinilai cukup
kecil jika dibandingkan dengan produktifitasnya.
3. Waktu siklus
=
=
450
= 10,22
44
Kelompok 3
MODUL 1:
Work Sampling
Hal 32
Kategori
Jumlah
II
III
IV
VI
Produktif
32
Non-produktif
21
Jumlah
Persentasi
12
12
53
66,6%
55,5%
66,6%
66,6%
50%
60%
60,37%
1 + 2 + 3 + 4 + 5 + 6
=
6
=
= 60,88% = 0,61
Dari hasil perhitungan di atas, didapat rata-rata persentasi produktif
selama delapan jam kerja sebesar 61%, hal ini mengindikasikan bahwa
pekerja dalam melakukan pekerjaannya dinilai kurang produktif selama
enam jam bekerja untuk pekerjaan pada depot air galon.
Kelompok 3
MODUL 1:
Work Sampling
Hal 33
1 + 2 + 3 + 4 + 5 + 6 + 7
=
7
=
9 + 9 + 12 + 6 + 12 + 5
6
= 8,83
3. Keseragaman data
a. BKA
(1 )
= + 3
0,61(1 0,61)
= 0,61 + 3
53
= 0,81
b. BKB
(1 )
= 3
0,61(1 0,61)
= 0,61 3
53
= 0,41
Dari perhitungan keseragaman data di atas, didapatkan selisih
antara batas atas (BKA) dan batas bawah (BKB) tidak terlalu jauh.
Hal ini membuktikan bahwa data yang didapat selama pengamatan
cukup seragam.
Kelompok 3
MODUL 1:
Work Sampling
Hal 34
2 (1 ) 22 (1 0,61)
=
0,12 0,61
2
40,39
= 255,73
0,010,61
Dari hasil pengolahan data di atas, didapat jumlah data yang seharusnya
diperlukan adalah sebanyak 255,73 atau 256 data, sedangkan data yang
telah dimiliki oleh peneliti hanya sebanyak 53 data. Hasil ini rupanya
berbanding terbalik dengan kaidah uji kecukupan data yaitu N<N, dimana
N adalah jumlah data yang sebenarnya. Oleh karena itu, berdasarkan uji
kecukupan data yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa data yang
dimiliki oleh peneliti belum cukup banyak karena hasil N lebih besar dari
N.
C. Rating Factor Penyesuaian
Faktor penyesuaian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
Westing Houses System.
1) Skill
Good: C1 = +0,06
Kelompok 3
MODUL 1:
Work Sampling
Hal 35
operator
sangat
aktif
melakukan
dan
menyelesaikan
pekerjaanya.
3) Condition (Kondisi)
Good: C = +0,02
Kondisi kondisi lingkungan tergoling normal dimana tingkat kebisingan
yang rendah dangan intensitas cahaya yang tidak tinggi dan suhu dalam
kondisi normal.
4) Consistensy (Konsisten)
Average: D = 0,00
Karena pekerja melakukan pekerjaanya tidak sesuai alur/tidak beraturan
dikarenakan terkadang pekerja lain menggantikan pekerjaanya.
Tabel 4.9 Rating Factor Penyesuaian Westing Houses System
Faktor
Kelas
Lambang Penyesuaian
Skill
Good
C1
+0,06
Effort
Good
C1
+0,05
Condition
Good
+0,02
Consistency
Average
0,00
Jumlah
Kelompok 3
+0,13
MODUL 1:
Work Sampling
Hal 36
Kelompok 3
MODUL 1:
Work Sampling
Hal 37
Kelompok 3
MODUL 1:
Work Sampling
Hal 38
Faktor
Tenaga yang dikerjakan: berat
25
0
1
Jumlah
40
Dari tabel 4.10 di atas, diperoleh jumlah faktor allowance untuk sistem
kerja menjahit sebesar 40% atau 0,4.
E. Perhitungan Waktu Baku
Jumlah produktif = 32
1. Waktu siklus
=
=
5,6 60
32
= 10,5
Dari hasil perhitungan waktu siklus di atas, didapatkan informasi
bahwa untuk menghasilkan satu buah produk, pekerja/operator
Kelompok 3
MODUL 1:
Work Sampling
Hal 39
100%
32
100% = 60,37%
53
Dari perhitungan di atas, didaptkan produktifitas dari sebuah mesin
pada sistem kerja depot air galon sebesar 60,37% dari 53 total kegiatan
Kelompok 3
MODUL 1:
Work Sampling
Hal 40
selama enam jam bekerja. Hasil ini dinilai cukup rendah jika
dibandingkan dengan total pengamatan selema enam jam bekerja.
2. Jumlah Manual Kontrol = 10
a. Presentase
100%
10
100% = 18,86%
53
Perhitungan di atas merupakan persentase produktif tanpa
336
= 33,6
10
MODUL 1:
Work Sampling
Hal 41
d. Waktu Baku
= + ( )
= 37,96 + (0,437,96) = 53,14
Dari hasil perhitungan waktu baku di atas, diperoleh waktu yang
sebenarnya dibutuhkan oleh operator secara manual untuk
menghasilkan sebuah produk dengan mempertimbangkan faktor
kelonggarannya adalah sebesar 53,14 menit atau sekitar 54 menit.
3. Jumlah Mesin Kontrol = 22
a. Presentase
100%
22
100%
53
= 41,50%
Perhitungan di atas merupakan persentase produktif dengan
menggunakan mesin dalam enam jam kerja dan didapat sebesar
41,5% atau sekitar 42%. Hal ini membuktikan bahwa dari total
kegiatan produktif penggunaan mesin dinilai sangat membantu
produktifitas kerja pada depot air galon.
Kelompok 3
MODUL 1:
Work Sampling
Hal 42
/
b. Waktu Siklus
=
336
= 15,2
22
Kelompok 3
MODUL 1:
Work Sampling
Hal 43
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pada penelitian work sampling ini, pengambilan data dilakukan di tiga
sistem kerja yang berbeda, yaitu: penjahit pakaian, bengkel pengelasan, dan
depot air galon. Dan dari ketiga sistem kerja tersebut, dapat ditarik kesimpulan:
1. Pada masing-masing sistem kerja tersebut peneliti membagi dua jenis
kegiatan,
yaitu
produktif
dan
non-produktif.
Adapun
jenis-jenis
kegiatannya, yaitu:
a. Penjahit pakaian
1) Produktif
mengamplas,
mengecat,
dan
memindahkan (mengatur).
2) Non-produktif : merokok, minum kopi, ngobrol, dan menggunakan
HP.
c. Depot air galon
1) Produktif
Kelompok 3
MODUL 1:
Work Sampling
Hal 44
Kelompok 3
MODUL 1:
Work Sampling
Hal 45
Kelompok 3
MODUL 1:
Work Sampling
Hal 46
B. SARAN
1. Untuk laboratorium
Sebaiknya disediakan waktu yang khusus untuk melakukan pengambilan
data dan lokasi yang direkomendasikan, agar data yang diperoleh juga baik.
2. Untuk asisten
a. Asisten I : dalam pengumpulan respon sebaiknya diminta baik-baik.
b. Asisten II : dalam memberikan arahan sebaiknya memberikan kesan
membimbing. Sehingga audiens/praktikan yang membutuhkan arahan
lebih tenang secara psikologi untuk menerima arahan itu.
c. Asisten III : sebaiknya lebih aktif dalam memberikan arahan. Sifat
friendly-nya sebaiknya dipertahankan.
Kelompok 3
MODUL 1:
Work Sampling
Hal 47
DAFTAR PUSTAKA
Mc. Cormick, Ernest J.; Human Factors in Engineering and Design, Mc Graw-Hill,
Inc.; 1992, New York, USA.
Sutalaksana, I.Z.,et. Al.1979 Teknik Tata Cara Kerja; Laboratorium Tata Cara
Kerja & Ergonomi, Dept. Teknik Industri: ITB.
Walpole, Ronald E., 1995, Pengantar Statistika. PT. Gramedia Pustaka Utama:
Jakarta.
Wignjosoebroto,Sritomo. 2006. Ergonomi : Studi Grerak dan Waktu. ITS:
Surabaya.
Kelompok 3
MODUL 1:
Work Sampling
Hal 48