PENGUKURAN PERFORMANSI
KERJA SECARA PSIKOLOGIS
LABORATORIUM ERGONOMI
DAN PERANCANGAN SISTEM KERJA
PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI
JURUSAN MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN
2015
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia merupakan salah satu elemen dalam suatu sistem kerja.
Performansi kerja manusia dapat dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Hal ini
disebabkan karena manusia memiliki kepekaan indera untuk menerima
rangsang dari lingkungan.
Kelompok 3
MODUL 5:
Pengukuran Performansi Kerja Secara Psikologis
Hal 1
Kelompok 3
MODUL 5:
Pengukuran Performansi Kerja Secara Psikologis
Hal 2
BAB II
TEORI DASAR
A. Ergonomi Kognitif
Secara spesifik mebahas tentang hubungan display dan kontrol. Topiktopik yang relevan dalam ergonomi kognitif antara lain; beban kerja,
pengambilan keputusan, dan stres kerja.
1. Beban Kerja
Analisis beban kerja merupakan salah satu subbagian dalam
melakukan perancangan kerja. Beban kerja harus dianalisa agar sesuai
dengan kemampuan dari pekerja itu sendiri. Workload atau beban kerja
merupakan usaha yang harus dikeluarkan oleh seseorang untuk memenuhi
permintaan dari pekerjaan tersebut. Sedangkan kapasitas adalah
kemampuan/kapasitas manusia. Kapasitas ini dapat diukur dari kondisi
fisik maupun mental seseorang.
Perhitungan beban kerja setidaknya dapat dilihat dari 3 aspek,
yakni fisik, mental, dan penggunaan waktu. Aspek fisik meliputi
perhitungan beban kerja berdasarkan kriteria-kriteria fisik manusia. Aspek
mental merupakan perhitungan beban kerja dengan mempertimbangkan
aspek
mental
(psikologis).
Sedangkan
pemanfaatan
waktu
lebih
MODUL 5:
Pengukuran Performansi Kerja Secara Psikologis
Hal 3
Kelompok 3
MODUL 5:
Pengukuran Performansi Kerja Secara Psikologis
Hal 4
MODUL 5:
Pengukuran Performansi Kerja Secara Psikologis
Hal 5
sementara
atau
mendadak.
Bagian-bagian
otak
yang
memory
merupakan
proses
membangkitkan
atau
Kelompok 3
MODUL 5:
Pengukuran Performansi Kerja Secara Psikologis
Hal 6
yang disimpan dalam short term memory tanpa adanya objek sebagai stimulus
untuk dapat diingat kembali.
D. Pengukuran Recall Memory
Menurut Lockhart (dalam Sternberg, 2009) tes recall dapat dibagi
menjadi tiga macam yaitu:
1. Serial recall, yaitu mengingat kembali materi (item) dalam sebuah daftar
secara tepat.
2. Free-recall, yaitu mengingat kembali materi (item) secara bebas
3. Clued-recall, yaitu mengingat kembali materi (item) dengan petunjuk.
E. Faktor yang Mempengaruhi Recall Memory
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi keoptimalan hasil dari
recall memory antara lain:
1. Efek posisi serial, yaitu bahwa sejumlah informasi atau item yang
disajikan secara beurutan akan mempengaruhi ingatan seseorang.
Informasi yang terletak di bagian akhir cenderung diingat lebih baik, sebab
informasinya masih berada pada ingatan jangka pendek pada waktu
direcall (Suharman, 2005).
2. Media, memiliki peran yang besar pada proses recall yang dilalui agar
mencapai hasil yang maksimal. Pada penelitian Ningsih (2009) mengenai
kemampuan recall memory ditinjau dari metode belajar visual dan metode
belajar audio, nilai rata-rata kemampuan recall memory pada cerita 1, 2, 3
dengan metode belajar visual adalah 20,14 lalu 21,43 dan 20,14. Nilai rata-
Kelompok 3
MODUL 5:
Pengukuran Performansi Kerja Secara Psikologis
Hal 7
Kelompok 3
MODUL 5:
Pengukuran Performansi Kerja Secara Psikologis
Hal 8
informasi baru dengan kehidupan diri pribadi orang tersebut (Matlin dalam
Suharman, 2005).
F. Reaction Time
Waktu reaksi (reaction time) merupakan waktu antara pemberian
rangsangan sampai dengan timbulnya respon terhadap rangsangan tersebut.
Parameter waktu reaksi ini dipakai untuk pengukuran performansi. Yang
mempengaruhi performansi kerja diantaranya tingkat kelelahan, kondisi
motivasi, rasa bosan, konsentrasi, dan kondisi psikologis manusia lainnya. Hal
tersebut akan mengakibatkan waktu reaksi yang berbeda-beda antara satu
kondisi dengan kondisi lainnya. Kondisi-kondisi tersebut dipengaruhi oleh
lingkungan baik secara fisik (penerangan, temperatur, getaran, dll) maupun
secara psikologis (suasana hati, motivasi, dll) dan kerja itu sendiri.
Waktu reaksi merupakan interval waktu yang diperlukan seseorang
untuk memberikan reaksi terhadap sinyal atau rangsangan yang muncul ketika
seseorang memberikan respon tentang sesuatu yang didengar, dilihat, atau
dirasakan. Ada berbagai macam eksperimen waktu reaksi:
1. Simple Reaction Time Experiment
Pada eksperimen ini hanya ada satu jenis stimulus dan satu reaksi.
Contohnya percobaan waktu reaksi terhadap cahaya, reaksi terhadap bunyi
pada lokasi yang telah ditentukan dan tetap.
2. Recognition Reaction Time Experiment
Terdapat banyak stimulus. Pada stimulus tertentu, subjek harus
memberi respon sedangkan ada beberapa yang subjek tidak boleh
Kelompok 3
MODUL 5:
Pengukuran Performansi Kerja Secara Psikologis
Hal 9
Kelompok 3
MODUL 5:
Pengukuran Performansi Kerja Secara Psikologis
Hal 10
c. Jenis kelamin
Biasanya laki-laki memiliki waktu reaksi yang lebih cepat
daripada wanita.
d. Right handed vs left handed
Orang kidal, banyak menggunakan otak kanan, dimana otak
kanan banyak digunakan untuk berpikir mengenai hal-hal yang
berkaitan dengan kreativitas, dan hal-hal yang berkaitan dengan ruang
(misal: membidik sasaran). Maka banyak peneliti bernaggapan bahwa
orang kidal memiliki waktu reaksi yang lebih cepat dibanding dengan
orang yang tidak kidal.
e. Direct vs peripheral vision
Waktu reaksi akan lebih cepat bila stimulus diberikan ketika
subyek melihat tepat pada titik stimulus (direct vision), dan dapat
melambat
bila
stimulus
diberikan
disekitar
pandangan
mata
(peripheral vision).
f. Practice and errors
Ketika seorang subyek melakukan hal yang baru atau belum
pernah dilakukan sebelumnya, maka waktu reaksinya akan lebih
lambat bila dibandingkan dengan subyek yang sudah terlatih atau efek
pembelajaran.
Kelompok 3
MODUL 5:
Pengukuran Performansi Kerja Secara Psikologis
Hal 11
g. Kelelahan
Waktu reaksi akan melambat bila subyek sedang mengalami
kelelahan.
h. Gangguan
Adanya gangguan pada saat stimulus diberikan dapat
meningkatkan waktu reaksi.
i. Peringatan akan stimulus
Waktu reaksi akan menjadi lebih cepat apabila ada peringatan
yang diberikan kepada subyek sebelum stimulus tersebut diberikan.
j. Alkohol
Konsumsi alkohol yang berlebihan dapat menurunkan waktu
reaksi.
k. Faktor lingkungan
Adanya pengaruh kondisi lingkungan terhadap waktu reaksi
seperti pencahayaan, temperatur, dan kebisingan.
l. Faktor psikologi
Kondisi psikologi seseorang dapat memberi pengaruh terhadap
waktu reaksi seperti suasana hati dan tekanan.
Kelompok 3
MODUL 5:
Pengukuran Performansi Kerja Secara Psikologis
Hal 12
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Alat dan Bahan
1. Laptop
2. Sound level meter
3. Lux meter
4. Thermal recorder
5. Air conditioner
6. Lampu sorot
7. Lembar tabel hasil pengukuran
B. Prosedur Praktikum
1. Sebelum melakukan penelitian, praktikan mengukur tingkat kelembaban,
cahaya dan kebisingan dengan alat yang disediakan dengan kondisi
ruangan tanpa gangguan suara, dan cahaya serta tanpa perubahan
kelembaban udara.
2. Praktikan menyiapkan laptop atau perangkat yang telah terpasang software
pengukuran reaction time test dan memory recall test dan meminta 3
praktikan sebagai responden dalam pengambilan data.
3. Responden melakukan reaction time test dan memory recall test. Setelah
pengukuran dilakukan, praktikan mencatat hasil pengukuran tersebut pada
lembar tabel yang disediakan.
Kelompok 3
MODUL 5:
Pengukuran Performansi Kerja Secara Psikologis
Hal 13
Kelompok 3
MODUL 5:
Pengukuran Performansi Kerja Secara Psikologis
Hal 14
BAB IV
PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA
A. Kondisi Praktikum
1. Teknik Pengambilan Data
Dalam percobaan ini, responden melakukan dua tes, yaitu recall
memory test dan reaction time test. Pada tes recall memory, responden
diminta menulis serangkaian deretan angka mulai dari 1 deretan sampai 10
deretan dengan masing-masing deretan tersebut diberikan waktu senggang
selama satu menit untuk mengingat sebelum ditulis pada data sheet.
Selanjutnya pada tes reaction time, responden diminta untuk merespon
beberapa informasi yang diberikan penguji. Pada penelititan ini responden
akan dihitung waktu responnya terhadap informasi yang diberikan oleh
penguji dengan menggunakan stopwatch. Dalam tes reaction time terdapat
dua kategori informasi, yaitu informasi teratur dan tidak teratur.
Kedua tes tersebut dilakukan sebanyak tujuh kali dengan tujuh
kondisi yang berbeda, masing-masing kondisi tersebut secara berurutan,
yaitu:
a. Kondisi dengan gangguan suhu.
b. Kondisi dengan gangguan suhu dan cahaya.
c. Kondisi dengan gangguan suhu dan suara.
d. Kondisi suhu nyaman.
e. Kondisi dengan gangguan cahaya.
Kelompok 3
MODUL 5:
Pengukuran Performansi Kerja Secara Psikologis
Hal 15
Kelompok 3
MODUL 5:
Pengukuran Performansi Kerja Secara Psikologis
Hal 16
Deret
Suhu
Nyaman
Cahaya
Suara
b. Grafik
Gambar 4.1 memperlihatkan grafik memory recall test pada
responden dengan tujuh kondisi yang berbeda.
Kelompok 3
MODUL 5:
Pengukuran Performansi Kerja Secara Psikologis
Hal 17
2. Reaction Time
a. Tabel
Tabel 4.2 menunjukan rata-rata dan standar deviasi kategori
teratur dan tidak teratur dari masing-masing kondisi.
Teratur
Average
Sdev
Tidak Teratur
Average
Sdev
Suhu
0.87
0.09
0.71
0.26
1.07
0.52
1.12
0.19
0.66
0.06
1.07
0.41
Nyaman
0.68
0.32
0.86
0.26
Cahaya
0.75
0.21
0.96
0.15
Suara
0.77
0.57
0.52
0.06
0.73
0.30
0.99
0.60
b. Grafik
Pada Gambar 4.2 menunjukan grafik reaction time test dengan
kategori informasi yang teratur pada tujuh kondisi yang berbeda. Dapat
dilihat tidak ada perbedaan yang signifikan antara masing-masing
kondisi yang diberikan.
Kelompok 3
MODUL 5:
Pengukuran Performansi Kerja Secara Psikologis
Hal 18
Kelompok 3
MODUL 5:
Pengukuran Performansi Kerja Secara Psikologis
Hal 19
Kelompok 3
MODUL 5:
Pengukuran Performansi Kerja Secara Psikologis
Hal 20
Gambar 4.5 Grafik reaction time test dengan gangguan suhu dan cahaya
Gambar 4.6 Grafik reaction time test dengan gangguan suhu dan suara
Kelompok 3
MODUL 5:
Pengukuran Performansi Kerja Secara Psikologis
Hal 21
Gambar 4.8 Grafik reaction time test dengan kondisi nyaman dan gangguan cahaya
Kelompok 3
MODUL 5:
Pengukuran Performansi Kerja Secara Psikologis
Hal 22
Gambar 4.9 Grafik reaction time test dengan kondisi nyaman dan gangguan suara
Gambar 4.10 Grafik reaction time test pada kondisi nyaman dengan gangguan cahaya dan
gangguan suara
Kelompok 3
MODUL 5:
Pengukuran Performansi Kerja Secara Psikologis
Hal 23
3. Paired T-Test
Tabel 4.3 berikut adalah tabel t-test yang menunjukkan
hubungan antara informasi teratur dengan informasi yang tidak teratur
dalam reation time test dengan berbagai jenis kondisi.
T value
Level of Significant
Suhu
0.24
Tidak Signifikan
0.45
Tidak Signifikan
0.12
Tidak Signifikan
Nyaman
0.19
Tidak Signifikan
Cahaya
0.10
Tidak Signifikan
Suara
0.28
Tidak Signifikan
0.20
Tidak Signifikan
MODUL 5:
Pengukuran Performansi Kerja Secara Psikologis
Hal 24
dalam keadaan suhu nyaman, pencapaiannya relatif stabil dan lebih tinggi jika
dibandingkan dengan tiga kondisi lainnya yaitu: kondisi dengan gangguan
suhu, kondisi dengan gangguan suhu dan cahaya, serta kondisi dengan
gangguan suhu dan suara. Sehingga dapat diketahui bahwa performansi
responden terhadap akitifitas mengingat akan jauh lebih baik jika ditempatkan
pada kondisi suhu yang nyaman.
Lain halnya dengan reaction time test, jika dilihat grafiknya
berdasarkan kondisi-kondisi yang diterima, tidak ada perbedaan yang
signifikan untuk masing-masing grafiknya. Di berbagai kondisi, jenis
informasi yang teratur selalu lebih singkat dibangingkan dengan jenis
informasi yang tidak teratur. Terkecuali untuk kondisi suhu nyaman dengan
gangguan suara, terlihat pada Gambar 4.9, yang dimana justru informasi
teraturlah yang lebih lama dibandingkan dengan informasi tidak teratur. Hal
ini tentu terjadi akibat beberapa faktor yang berpengaruh, misalnya tingkat
kesulitan informasi, ketenangan responden, atau jenis gangguan, termasuk
suara. Berdasarkan analisa tersebut, performansi responden cenderung
konsisten di berbagai kondisi yang diberikan, namun sangat dipengaruhi oleh
jenis informasi yang diterima dan tingkat kesulitannya.
Kelompok 3
MODUL 5:
Pengukuran Performansi Kerja Secara Psikologis
Hal 25
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari percobaan yang telah peneliti lakukan dan dari data yang
didapatkan, dapat ditarik dua kesimpulan, yaitu:
1. Dengan menggunakan memory recall test dan reaction time test, praktikan
mampu mengetahui performansi dari responden dalam melakukan sebuah
pekerjaan dengan berbagai kondisi berbeda dan pengaruh yang diberikan
kondisi tersebut terhadap performansinya.
2. Berdasarkan data yang diperoleh, tidak ada dampak yang berarti terhadap
responden dalam melakukan suatu pekerjaan dalam kondisi/gangguan
yang ada. Untuk berbagai kondisi secara keseluruhan, responden
cenderung bisa konsisten dalam melakukan pekerjaan. Tetapi berdasarkan
grafik memory recall test, performansi responden sangat baik ketika
berada pada suhu yang nyaman. Di lain hal, berdasarkan pada grafik
reaction time test, performansi responden juga sangat baik di suhu yang
nyaman dan dipengaruhi oleh jenis informasi dan tingkat kesulitan
informasi.
B. SARAN
1. Untuk laboratorium
a. Sebaiknya alat pengujian diawasi dan dirawat baik-baik sehingga data
yang didapat juga akurat.
Kelompok 3
MODUL 5:
Pengukuran Performansi Kerja Secara Psikologis
Hal 26
Kelompok 3
MODUL 5:
Pengukuran Performansi Kerja Secara Psikologis
Hal 27
DAFTAR PUSTAKA
Napitupulu Natassia. 2009. Gambaran penerapan ergonomi: Universitas
Indonesia.
Chussurur, Mifta. Hidayat, Thulus. Agustin, Rin Widya. 2014. Pengaruh
pemberian cerita melalui media audiovisual terhadap recall memory pada
anak-anak kelas v sekolah dasar takmirul islam Surakarta: Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
http://ergonomi-fit.blogspot.com/2012/01/simple-reaction-time.html (diakses pada
tanggal 4 Maret 2015)
Kelompok 3
MODUL 5:
Pengukuran Performansi Kerja Secara Psikologis
Hal 28