Anda di halaman 1dari 103

MODUL 5

WORK MEASUREMENT

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Ketika akan melakukan analisis terhadap suatu sistem kerja, terdapat beberapa alternatif metode kerja yang digunakan. Dari beberapa metode tersebut dipilih satu alternatif terbaik dengan mempertimbangkan beberapa kriteria yaitu waktu, biaya, beban fisiologis, dan sebagainya. Waktu merupakan salah satu kriteria yang paling sering digunakan sebab kriteria ini memiliki sejumlah kelebihan dibandingkan dengan kriteria lainnya. Setelah proses pemilihan alternatif perancangan dan perbaikan sistem kerja dilakukan, tahap berikutnya adalah melakukan pengukuran waktu kerja.

Work measurement adalah sebuah teknik yang dilakukan untuk mengetahui waktu yang
dibutuhkan oleh operator dalam melakukan pekerjaannya. Namun, tidak hanya pekerja saja yang dapat diukur, aktivitas mesin juga dapat diukur waktunya. Tujuan pengukuran waktu kerja adalah untuk mendapatkan waktu baku yang harus dicapai oleh pekerja dalam menyelesaikan suatu pekerjaan. Waktu baku dapat digunakan untuk menentukan insentif, perencanaan pengalokasian jumlah tenaga kerja, menghitung output, penjadwalan produksi dan lainnya. Work measurement juga digunakan untuk mengurangi ineffective time.

Ineffective time adalah waktu yang digunakan untuk melakukan pekerjaan yang tidak
produktif. Proses pengukuran waktu baku dapat dilakukan dengan menggunakan 2 cara, yaitu langsung dan tidak langsung. Pengukuran secara langsung, dapat dilakukan dengan menggunakan pengukuran jam henti (Stopwatch Time Study) dan sampling kerja (Work

Sampling). Sedangkan pengukuran data tidak langsung dapat dilakukan dengan


menggunakan data waktu baku (Standard Data) dan data waktu gerakan (Predetermined

Time System).
Dalam suatu proses produksi yang berurutan, waktu yang dibutuhkan dari setiap stasiun kerja perlu diperhatikan. Apabila stasiun kerja yang ada sudah berada pada posisi seimbang, maka fasilitas kerja yang tersedia akan dapat bekerja secara optimal sesuai dengan kapasitas yang dimiliki. Sebaliknya, apabila waktu proses tidak seimbang dalam salah satu stasiun kerja, maka proses produksinya belum optimal dan dapat menimbulkan bottle neck problem. Oleh karena itu dalam suatu proses produksi yang berurutan, masalah keseimbangan lintasan juga perlu dikaji ulang karena perannya yang sangat penting dalam aktivitas tersebut.

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MODUL 5 1.2 Tujuan Praktikum 1.2.1 Tujuan Umum Tujuan praktikum secara umum: 1. 2.

WORK MEASUREMENT

Mampu melakukan pengukuran kerja dengan metode jam henti, work sampling, serta pengukuran kerja tidak langsung dengan data waktu gerakan. Mampu melakukan perbaikan dalam metode perancangan dan pengukuran kerja sehingga diperoleh waktu baku yang lebih efisien.

1.2.2 Tujuan Khusus Tujuan praktikum secara khusus: 1. 2. 3. 4. 5. Dapat membuat peta proses operasi, peta aliran proses dan diagram alir produksi, Mampu menganalisis distribusi pemakaian waktu kerja oleh pekerja atau kelompok kerja. Mampu menganalisis kondisi atau fasilitas kerja yang diamati berdasarkan besarnya persentase delay atau idle dari kondisi atau fasilitas yang bersangkutan. Mampu menganalisis masalah keseimbangan lintasan dalam suatu proses produksi. Dapat membuat peta tangan kiri dan kanan berdasarkan video.

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MODUL 5

WORK MEASUREMENT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Pengukuran Kerja Pengukuran kerja merupakan usaha untuk menentukan lamanya waktu kerja yang dibutuhkan oleh seorang pekerja atau operator dalam menyelesaikan suatu pekerjaan yang spesifik pada tingkat kecepatan kerja yang normal dalam lingkungan kerja yang terbaik pada saat itu. Pengukuran waktu kerja berhubungan dengan usaha-usaha untuk menentukan waktu baku yang dibutuhkan oleh seorang pekerja yang memiliki tingkat kemampuan ratarata untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. Tujuan pengukuran waktu kerja adalah untuk mendapatkan waktu baku yang harus dicapai oleh pekerja dalam menyelesaikan suatu pekerjaan. Pengukuran waktu yang dilakukan terhadap beberapa alternatif sistem kerja, maka yang terbaik dilihat dari waktu penyelesaian tersingkat. Pengukuran waktu juga ditujukan untuk mendapatkan waktu baku penyelesaian pekerjaan, yaitu waktu yang dibutuhkan secara wajar, normal, dan terbaik. Proses pengukuran dan pembakuan waktu dapat dilakukan dengan menggunakan dua cara yaitu langsung dan tidak langsung. Pengukuran secara langsung dapat dilakukan dengan menggunakan metode Pengukuran Jam Henti (Stop-watch time study) dan Sampling Kerja (Work sampling). Sedangkan pengukuran tidak langsung dapat dilakukan dengan menggunakan metode Data Waktu Baku (Standart Data) dan Data Waktu Gerakan (Predetermined Time System). 2.2 Metode Pengukuran Kerja Waktu baku merupakan waktu yang diperlukan oleh pekerja normal untuk menyelesaikan pekerjaannya secara wajar dengan sistem kerja terbaik, ada beberapa teknik dalam pengukuran kerja kerja, yaitu metode pengukuran langsung dan pengukuran tidak langsung. 2.2.1 Metode Pengukuran Langsung Yang dimaksud dengan metode kerja langsung yaitu dengan mengamati secara langsung pekerjaan yang dilakukan oleh operator dalam melakukan pekerjaannya dengan terlebih dahulu membagi operasi kerja dengan elemen-elemen sedetail mungkin dengan syarat masih bisa diamati dan diukur. Kemudian dari hasil pengamatan dan pengukuran tersebut akan didapatkan waktu baku ataupun distribusi waktu operator untuk mengerjakan pekerjaan tersebut. Adapun metode yang dilaksanakan dalam praktikum work measurement ini adalah metode Stop-watch time study. LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MODUL 5 2.2.1.1 Metode Jam Henti (Stop-watch Time Study)

WORK MEASUREMENT

Stop-watch time study ini merupakan salah satu cara pengukuran kerja langsung. Stopwatch time study diperkenalkan pertama kali oleh Frederick W. Taylor. Metode ini baik
diaplikasikan untuk pekerjaan-pekerjaan yang berlangsung singkat dan berulang-ulang (repetitive). Dari hasil pengukuran maka akan diperoleh waktu baku untuk menyelesaikan suatu siklus pekerjaan, yang mana waktu ini akan dipergunakan sebagai standar penyelesaian pekerja bagi semua pekerja yang akan melaksanaan pekerjaan yang sama seperti itu. Dalam pengukuran kerja, hal-hal penting yang harus diketahui dan ditetapkan adalah untuk apa hasil pengukuran (dalam hal ini tentu saja waktu baku) tersebut digunakan dalam kaitannya dengan proses produksi. Biasanya, penetapan waktu baku akan dikaitkan dengan maksud-maksud pemberian insentif/bonus pekerja langsung (direct labour). Apabila memang dikaitkan dengan maksud ini, maka ketelitian dan tingkat keyakinan tentang hasil pengukuran ini harus tinggi karena menyangkut pendapatan serta prestasi seseorang. Di lain pihak, apabila waktu baku akan dikaitkan dengan upah perangsang, maka segala pihak yang akan terlibat dalam masalah ini, seperti operator, supervisor, dan lain-lainnya haruslah ikut bertanggung jawab untuk menyukseskan pelaksanaan pengukuran kerja tersebut. Supervisor harus benar-benar bertanggung jawab dan bertugas memberitahukan agar operator mengerti maksud dan tujuan dari pengukuran kerja yang dilaksanakan. Operator sendiri juga harus bersikap wajar (normal) pada saat diteliti dan mengikuti segala prosedur dan metode kerja yang telah distandarkan sebelumnya. Ada tiga metode yang umum digunakan untuk mengukur elemen-elemen kerja dengan menggunakan jam-henti (stop watch) yaitu: 1. Pengukuran waktu secara terus menerus (continous timing) Pada continous timing, pengamat kerja akan menekan tombol stop watch pada saat elemen kerja pertama dimulai dan membiarkan jarum petunjuk stop watch berjalan secara terus menerus sampai periode atau siklus kerja selesai berlangsung. 2. Pengukuran waktu secara berulang-ulang (repetitive timing) Untuk metode repetitive timing (sering disebut sebagai snap-back method), jarum penunjuk stop watch akan selalu dikembalikan (snap-back) lagi ke posisi nol pada setiap akhir dari elemen kerja yang diukur. Setelah dilihat dan dicatat waktu kerjanya kemudian tombol ditekan kembali dan segera jarum penunjuk bergerak untuk mengikuti dan segera jarum penunjuk bergerak untuk mengukur elemen kerja berikutnya. Keuntungan metode ini adalah pengamat akan dapat mengetahui variasi data waktu selama proses kerja berlangsung untuk setiap elemen kerja.

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MODUL 5 3. Pengukuran waktu secara penjumlahan (accumulative timing)

WORK MEASUREMENT

Sedangkan untuk metode pengukuran waktu secara akumulatif memungkinkan pembaca data waktu secara langsung untuk masing-masing eleman kerja yang ada. Metode ini memberikan keuntungan pembacaan yang lebih mudah dan lebih teliti.

Stop-watch time study memiliki keuntungan serta kerugian. Keuntungan metode ini
adalah pengamat akan dapat mengetahui variasi data waktu selama proses kerja berlangsung untuk setiap elemen kerja. Waktu yang dihasilkan pada stopwatch time study akan lebih akurat dan spesifik karena waktu diukur pada setiap elemen kerja terkecil. Sedangkan untuk metode pengukuran waktu secara akumulatif memungkinkan pembaca data waktu secara langsung untuk masing-masing eleman kerja yang ada, sehingga memberikan keuntungan pembacaan yang lebih mudah dan lebih teliti. Kerugiannya membutuhkan waktu dan biaya yang mahal, pekerjaan yang melelahkan karena melakukan pengamatan secara keseluruhan, memerlukan alat ukur khusus seperti stopwatch, dan memerlukan ketelitian lebih saat pengamatan dilakukan. 2.2.1.1.1 Prosedur Pelaksanaan dan Peralatan yang Digunakan Langkah-langkah untuk pelaksanaan pengukuran waktu kerja dengan jam henti. 1. Definisi pekerjaan yang akan diteliti untuk diukur waktunya dan beritahukan maksud dan tujuan pengukuran ini kepada pekerja yang dipilih untuk diamati dan supervisor yang ada. 2. Catat semua informasi yang berkaitan erat dengan penyelesaian pekerjaan seperti layout, karakteristik atau spesifikasi mesin atau peralatan kerja lain yang digunakan dan lain-lain. 3. Bagi operasi kerja dalam elemen-elemen kerja sedetail-detailnya tapi masih dalam batasbatas kemudahan untuk pengukuran waktunya. 4. Amati, ukur, dan catat waktu yang dibutuhkan oleh operator untuk menyelesaikan elemen-elemen kerja tersebut. 5. Tetapkan jumlah siklus kerja yang harus diukur dan dicatat. Teliti apakah jumlah siklus kerja yang dilaksanakan ini sudah memenuhi syarat atau tidak. Tes pula keseragaman data yang diperoleh. 6. Tetapkan rate of performance dari operator saat melaksanakan aktivitas kerja yang diukur dan dicatat waktunya tersebut. Rate of performance ini ditetapkan untuk setiap elemen kerja yang ada dan hanya ditujukan untuk performance operator. Untuk elemen kerja yang secara penuh dilakukan oleh mesin maka performance dianggap normal (100%). 7. Sesuaikan waktu pengamatan berdasarkan performance yang ditunjukkan oleh operator tersebut sehingga akhirnya akan diperoleh waktu kerja normal.

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MODUL 5

WORK MEASUREMENT

8. Tetapkan waktu longgar (allowance time) guna memberikan fleksibilitas. Waktu longgar yang akan diberikan ini guna menghadapi kondisi-kondisi sepeti kebutuhan personil yang bersifat pribadi, faktor kelelahan, keterlambatan material, dan lain-lainnya. 9. Tetapkan waktu kerja baku (standard time) yaitu jumlah total antar waktu normal dan waktu longgar. 2.2.1.1.2 Cara Pengukuran dan Pencatatan Waktu Kerja Ada dua metode yang umum digunakan untuk mengukur elemen-elemen kerja dengan menggunakan jam henti, yaitu pengukuran waktu secara terus menerus (continuous timing) dan pengukuran waktu secara berulang-ulang (repetitive timing atau metode snap back). Pada pengukuran waktu secara terus menerus, maka pengamat kerja akan menekan tombol jam henti pada saat elemen pertama dimulai dan membiarkan jam henti berjalan terus menerus sampai periode atau siklus kerja selesai. Waktu dari masing-masing elemen kerja akan diperoleh dari pengurangan antar waktu elemen kerja akhir dengan waktu elemen-elemen kerja sebelumnya, pada saat pengukuran waktu selesai dilaksanakan. Untuk pengukuran waktu secara berulang-ulang, jam henti selalu dikembalikan ke posisi nol pada setiap akhir elemen kerja diukur. Setelah pencatatan dikalukan, jam henti dijalankan kembali untuk pengukuran berikutnya. Pada metode ini, pengukur waktu tidak perlu melakukan pengurangan seperti yang dijumpai pada metode pengukuran waktu secara terus menerus. 1. Langkah-langkah sebelum melakukan pengukuran waktu kerja Untuk mendapatkan hasil yang baik, yaitu yang dapat dipertanggungjawabkan maka tidaklah cukup sekedar melakukan beberapa kali pengukuran dengan menggunakan jam henti. Banyak faktor yang harus diperhatikan agar pada akhirnya dapat diperoleh waktu yang pantas untuk pekerjaan yang bersangkutan seperti yang berhubungan dengan kondisi kerja, kerja sama yang ditunjukkan pekerja untuk mau bekerja secara wajar pada saat diukur, cara pengukuran, jumlah siklus kerja yang pada saat diukur, cara pengukuran, jumlah siklus yang diukur dan lain-lain. Sebagian dari hal-hal tersebut dilakukan sebelum melakukan pengukuran. Berikut adalah langkah-langkah yang perlu diikuti agar maksud di atas dapat dicapai. 2. Obyektivitas Pengukuran Sebagaimana dengan aktivitas-aktivitas yang lain tujuan untuk melakukan suatu kegiatan haruslah dapat diidentifikasikan dan ditetapkan terlebih dahuIu. Dalam penelitian ini penetapan waktu baku akan dikaitkan dengan maksud pemberian upah sehingga ketelitian dan tingkat keyakinan tentang hasil pengukuran waktu kerja harus tinggi karena menyangkut prestasi dan pendapatan dari pekerja.

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MODUL 5 3. Persiapan Awal Pengukuran

WORK MEASUREMENT

Tujuan utama dari aktivitas pengukuran waktu kerja adalah waktu yang harus dicapai seorang pekerja untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. Waktu baku yang ditetapkan untuk suatu pekerjaan tidak akan benar apabila metode untuk melaksanakan pekerjaan tersebut berubah, material yang digunakan sudah tidak lagi sesuai dengan spesifikasi semula, kecepatan kerja mesin atau proses produksi lainnya berubah pula, dan kondisi-kondisi kerja lainnya sudah berbeda dengan kondisi kerja pada saat waktu baku tersebut ditetapkan. Jadi waktu baku pada dasarnya adalah waktu penyelesaian pekerjaan untuk suatu kerja yang dijalankan pada saat pengukuran berlangsung sehingga waktu penyelesaian tersebut juga hanya untuk sistem kerja tersebut. Adanya penyimpangan terhadap sistem tersebut dapat memberikan waktu penyelesaian yang berbeda dengan apa yang telah ditetapkan. Selain mempersiapkan kondisi dan cara kerja dalam langkah awal ini adalah langkah untuk memilih operator yang akan melakukan pekerjaan yang diukur. Operator atau pekerja ini harus memenuhi persyaratan tertentu agar pengukuran waktu kerja dapat diandalkan hasilnya yaitu dia harus memiliki kemampuan (skill) yang normal dan mau diajak bekerja sama didalam kegiatan pengukuran waktu kerja nantinya. Disini sengaja memilih pekerja yang berkemampuan normal bukan yang berkemampuan tinggi (diatas normal) agar supaya nantinya waktu baku yang akan ditetapkan mampu diikuti oleh rata-rata pekerja yang ada. Sebaliknya, tidak akan memilih pekerja yang berkemampuan rendah karena kalau hal ini dilakukan maka bisa dipastikan bahwa rata-rata pekerja akan mampu melampaui waktu baku yang ditetapkan. Dengan demikian dicari pekerja yang memenuhi hal tersebut. 2.2.1.2 Metode Sampling Kerja (Work sampling) Sampling kerja atau sering disebut sebagai work sampling, ratio delay study ,atau

random observation method adalah salah satu teknik untuk mengadakan sejumlah besar
pengamatan terhadap aktivitas kerja dari mesin, proses atau pekerja/operator. Pengukuran kerja dengan cara ini juga diklasifikasikan sebagai pengukuran kerja secara langsung. Karena pelaksanaan kegiatan pengukuran harus dilakukan secara langsung ditempat kerja yang diteliti (Sritomo, 1989). Metode sampling kerja dikembangkan berdasarkan hukum probabilitas atau sampling. Oleh karena itu pengamatan terhadap suatu obyek yang ingin diteliti tidak perlu dilaksanakan secara menyeluruh (populasi) melainkan cukup dilaksanakan secara mengambil sampel pengamatan yang diambil secara acak (random) (Sritomo, 1989).

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MODUL 5

WORK MEASUREMENT

Banyaknya pengamatan yang harus dilaksanakan dalam kegiatan sampling kerja dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu: 1. 2. Tingkat kepercayaan (confidence level). Tingkat ketelitian (degree of accuracy). Dengan asumsi bahwa terjadinya keadaan operator atau sebuah fasilitas yang akan menganggur (idle) atau produktif mengikuti pola distribusi normal, maka jumlah pengamatan yang seharusnya dilaksanakan dapat dicari didasarkan formulasi (Sritomo, 1989): (2-1)
Sumber : Wignjosoebroto (1995:219)

Keterangan: P = Prosentase kejadian yang diamati (prosentase produktif) dalam angka desimal. K = Tingkat kepercayaan S = Tingkat ketelitian yang dikehendaki dalam angka desimal Secara garis besar metode sampling kerja ini dapat digunakan untuk (Sritomo, 1995): 1. Mengukur ratio delay dari sejumlah mesin, operator / karyawan atau fasilitas kerja lainnya. 2. Menetapkan performance level dari seseorang selama waktu kerja berdasarkan waktuwaktu dimana orang itu bekerja atau tidak bekerja, terutama sekali untuk pekerjaan manual. 3. Menentukan waktu baku untuk suatu proses operasi kerja. 2.2.1.2.1 Langkah-langkah Sebelum Melakukan Work sampling Sebelum melakukan work sampling, ada beberapa langkah persiapan awal yaitu: 1. 2. 3. 4. Mencatat segala informasi dari semua fasilitas yang ingin diamati. Merencanakan jadwal waktu pengamatan berdasarkan prinsip randomisasi (aplikasi tabel angka random). Melaksanakan pengamatan awal sejumlah pengamatan tertentu secara acak (N pengamatan). Menghitung pengamatan awal (%) untuk N pengamatan tersebut. Untuk mengetahui variasi atau perbedaan data waktu yang ada dan untuk menghitung ukuran data yang diperlukan, maka dilakukan : 1. Pengujian Keseragaman Data Pengujian keseragaman data dilakukan sebelum menggunakan data yang diperoleh untuk menetapkan waktu standar. Pengujian keseragaman data bisa dilaksanakan

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MODUL 5

WORK MEASUREMENT

dengan visual atau mengaplikasikan peta kontrol. Pengujian keseragaman data pada tugas khusus ini dilakukan dengan peta kontrol x. Prosedur yang harus dilakukan adalah : a. b. c. Menghitung nilai rata-rata dari keseluruhan data Menghitung standar deviasi Menentukan batas kontrol atas dan batas kontrol bawah (BKA dan BKB) dengan formulasi sebagai berikut : BKA = x + k (SD) BKB = x - k (SD)
Sumber : Wignjosoebroto (1995:219)

(2-2)

d.

Cek apakah nilai rata-rata dari setiap grup berada dalam batas kontrol diatas. Jika ada nilai yang diluar batas maka buang data tersebut dan lakukan pengambilan data lagi sehingga keseluruhan nilai berada dalam batas kontrol.

2.

Penentuan Jumlah Sampel Pengamatan yang Dibutuhkan Apabila semua nilai rata-rata berada dalam batas kontrol maka semua harga-harga yang ada dapat digunakan untuk menghitung banyaknya pengukuran yang diperlukan. (2-3)
Sumber : Wignjosoebroto (1995:219)

Data telah cukup bila N<N, bila N>N maka uji ketelitian pengamatan N = Jumlah pengamatan yang diperlukan N = Jumlah pengamatan K = Tingkat kepercayaan S = Tingkat ketelitian 3. Penentuan Tingkat Ketelitian untuk Pengamatan yang Diharuskan Rumus yang digunakan untuk menentukan tingkat ketelitian.
Sumber: Wignjosoebroto (1995:219)

(2-4)

Dimana N adalah jumlah pengamatan 4. Penggunaan Tabel Acak dalam Sampling Kerja Untuk melakukan pengamatan dalam sampling kerja maka disini masing-masing kejadian yang diamati selama aktivitas kerja berlangsung harus memiliki kesempatan yang sama untuk diamati. Dengan kata lain pengamatan haruslah dilaksanakan secara acak atau random. Untuk maksud ini, maka penggunaan tabel angka acak (random

number tabel) barangkali merupakan metode yang terbaik guna menjamin bahwa
sampel pengamatan yang diambil benar-benar dipilh secara acak. Tabel angka acak ini akan bisa ditemui atau dilihat dalam setiap lampiran dari buku-buku teks statistik. LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MODUL 5

WORK MEASUREMENT

Tabel angka acak terutama sekali dapat dipakai sebagai alat untuk menetapkan waktu setiap harinya dimana pengamatan harus dilaksanakan. Sebagai contoh, kalau suatu saat kita dapatkan angka acak dari tabel sebagai berikut 95 06 22, maka angka pertama dapat kita asumsikan sebagai penunjuk jam, angka kedua dan ketiga sebagai penunjuk menit dimana pengamatan harus dilaksanakan. Dengan demikian, 950 disini akan kita artikan 09.50 WIB, yaitu waktu dimana kita harus melakukan pengamatan, sedangkan 622 selanjutnya juga akan berarti 06.22 WIB dimana waktu ini akan kita abaikan karena berada diluar jam kerja dari pabrik yang kita teliti. Demikian seterusnya, dengan cara yang sama maka waktu-waktu pengamatan akan dapat kita pilih secara acak sehingga cara statik hasil yang akan kita peroleh nantinya akan dapat dipertanggungjawabkan. Jika 50 kali pengamatan harus dilaksanakan setiap harinya setelah dilakukan proses penyeleksian dengan sebaik-baiknya, maka angkaangka petunjuk waktu pengamatan ini harus diatur menurut kronologis waktu yang akan memberikan jadwal yang terncana dan mudah diikuti oleh pengamat kerja yang akan melaksanakan penelitian. Sebagai catatan tambahan, pengamatan biasanya tidak akan dilaksanakan pada jam-jam istirahat formal (istirahat makan siang, cofee-break, dll) yang secara periodik telah ditetapkan. Demikian pula pengamatan tidak harus dilaksanakan apabila diketahui fasilitas kerja yang diamati dan lain-lain. Prinsipnya sampling kerja ini harus dilakukan untuk mengamati kondisi-kondisi normal dari suatu proses yang sedang berlangsung. 5. Penetapan Frekuensi Pengamatan Frekuensi pengamatan pada hakekatnya tergantung pada jumlah pengamatan yang diperlukan dan waktu yang tersedia untuk pengumpulan data yang direncanakan. Sebagai contoh apabila diketahui bahwa 3.600 kali pengamatan harus dikerjakan dan kemudian studi direncanakan untuk diselesaikan dalam waktu 30 hari,maka setiap hari kerja akan diperlukan 3.600 / 30 yaitu sebesar 120 kali pengamatan. Dengan demikian maka pengamat kerja yang harus melaksanakan pengamatan sebanyak 120 kali per hari kerja (secara random), dimana waktu pengamatan ini dipilih dari daftar angka random. Apabila frekuensi ini dianggap terlalu padat dan tidak bisa tidak banyaknya pengamatan per hari bisa dikurangi dengan konsekuensi penyelesaian studi akan berlangsung lebih lama lagi. Pekerjaan sampling kerja ini memang suatu kegiatan yang membutuhkan kesabaran dan biasanya harus diselesaikan dalam waktu yang cukup lama. 6. Penyesuaian Waktu dengan Rating Performance Kerja Kegiatan evaluasi kecepatan dan performance kerja operator pada saat pengukuran kerja berlangsung merupakan bagian yang paling sulit dan penting dalam pengukuran kerja. Aktivitas untuk menilai atau mengevaluasi kecepatan kerja operator dikenall

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MODUL 5

WORK MEASUREMENT

sebagai rating performance. Tujuannya adalah untuk menormalkan waktu kerja yang disebabkan oleh ketidakwajaran operator dalam bekerja. 2.2.1.2.2 Aplikasi dari Metode Sampling Kerja Metode sampling kerja pada umumnya merupakan salah satu cara yang sederhana, mudah dilaksanakan, serta tidak memerlukan biaya yang besar. Dengan menggunakan metode ini maka waktu kosong atau menganggur dari mesin atau fasilitas produksi lainnya akan dapat segera diatasi. Hasil studi ini akan dapat dipakai pula sebagai dasar penetapan tugas dan jadwal kerja yang lebih efektif dan efesiensi bagi operator maupun mesin. Berikut akan disajikan beberapa aplikasi dari metode sampling kerja untuk berbagai macam kegiatan dan kebutuhan, yaitu : 1. Aplikasi sampling kerja untuk penetapan waktu baku Seperti telah diketahui bahwa studi sampling kerja akan dapat menjawab beberapa hal antara lain: a. Prosentase/proporsi antara aktivitas dan idle b. Penetapan waktu baku kegiatan Seperti halnya dalam stop-watch time study maka di sini juga harus diestimasikan terlebih dahulu performance rating dari operator yang diukur dan waktu longgar yang ada sehingga waktu baku penyelesaian suatu produk dapat dinyatakan dalam rumus:

(2-5)
Sumber: Wignjosoebroto (1995:225)

2. Aplikasi sampling kerja untuk penetapan waktu tunggu (Delay Allowance) Apabila metode sampling kerja digunakan untuk menetapkan waktu longgar (allowance), maka satu hal penting yang harus ditetapkan terlebih dahulu adalah membakukan metode kerja yang digunakan. Hal ini perlu dilakukan seperti halnya pada aktivitas stopwatch time study. Pada dasarnya metode sampling kerja adalah mengamati fakta yang sebenarnya ada di atas area kerja. Sebagai bagian dari aktivitas pengukuran kerja, maka metode sampling kerja juga harus dikaitkan dengan proses penyederhanaan kerja. Dengan mengetahui waktu-waktu menganggur, baik yang dialami oleh mesin, peralatan produksi, maupun pekerjaan, maka tujuan utama dari aktivitas ini adalah berusaha menekan aktivitas-aktivitas yang diklasifikasikan sebagai non-productive sampai prosentase yang terkecil. Hal ini bisa dilaksanakan dengan cara memperbaiki metode kerja, alokasi pembebanan mesin atau manusia secara tepat, dan lain-lain.

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MODUL 5 Berikut ini cara untuk menetapkan waktu tunggu:

WORK MEASUREMENT

a. Membakukan metode kerja yang digunakan sebelum menetapkan waktu longgar (allowance) b. Melakukan proses penyederhanaan kerja (work simplification) c. Tujuan utama berusaha menekan aktivitas yang sifatnya non-productive sampai prosentase terkecil, misalnya dengan cara: perbaikan metode kerja, alokasi pembebanan mesin/manusia secara tepat dan lain sebagainya. 3. Aplikasi sampling kerja untuk aktivitas maintenance Dengan sampling kerja banyak diaplikasikan untuk pekerjaan-pekerjaan maintenance yang bisa dijumpai dalam suatu industri/perusahaan untuk menentukan proporsi aktivitas yang umum dijumpai dalam suatu aktivitas maintenance, maka terlebih dahulu dilakukan penjabaran elemen-elemen kerja secara lebih detail yaitu antara lain terdiri dari elemenelemen: a. Pekerja tidak ada ditempat b. Mengambil order penugasan kerja c. Mempelajari perintah kerja d. Bersiap-siap melakukan tindakan pemeliharaan e. Personal dan idle time f. Ketidakseimbangan beban kerja g. Kegiatan menunggu (delay) h. Berbicara dengan supervisor tentang hal yang terkait pekerjaan Untuk kegiatan-kegiatan pemeliharaan (ataupun bisa juga kegiatan kerja lainnya) pengelompokan kerja bisa dilaksanakan dalam tiga kelompok, yaitu: a. Kegiatan langsung (Direct Work) Adalah kegiatan kerja sesungguhnya yang dilakukan terhadap mesin atau peralatan produksi lainnya yang akan dipelihara atau diperbaiki. b. Kegiatan tak langsung (Indirect Work) Adalah kegiatan perencanaan sebelum aktivitas maintenance dilakukan. Misal: mempelajari manual mesin, menyiapkan peralatan, dan lain sebagainya. c. Kegiatan berjalan/bergerak (Travel) Kegiatan dimana pekerja tampak bergerak, berjalan mondar-mandir dari satu tempat ke tempat lain dalam kaitannya dengan proses kerja yang harus dilakukan. 4. Aplikasi sampling kerja untuk kegiatan perkantoran (Office work) Sampling kerja pertama kali dilaksanakan pada lingkungan pabrik, walaupun selanjutnya diterapkan pula untuk aktivitas perkantoran (office). Disini dipergunakan untuk mengamati kegiatan dan perilaku pekerja-pekerja kantor (clerical workers). Elemenelemen kerja perkantoran antara lain: LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MODUL 5 a. Menerima dan mempelajari instruksi-instruksi (informasi). b. Kegiatan diskusi dengan pekerja lain. c. Kegiatan menghitung, menulis, mengetik, dan lain-lain.

WORK MEASUREMENT

d. Aktivitas yang mengarah ke pemenuhan kebutuhan pribadi/personil. e. Kegiatan menelepon. f.

Idle, delay, absen, dan lain-lain.


Secara menyeluruh aktiivitas sampling kerja adalah menyederhanakan metode /

prosedur kerja dengan harapan hal ini akan mengarah ke peningkatan efisiensi kerja dan mengurangi biaya overhead. Selain itu tentu saja aktivitas ini berguna untuk: a. Mengidentifikasikan kegiatan yang produktif dan tidak produktif. b. Memperbaiki aktivitas supervise. c. Mengidentifikasikan saat-saat kegiatan puncak (aktivitas sibuk) dan kegiatan menganggur (idle atau delay) yang terjadi. d. Menopang usulan penambahan jumlah personil yang ada dan sebaliknya. e. Mengidentifikasikan macam kegiatan yang seharusnya dilasksanakan dalam suatu jabatan dan menghilangkannya apabila dianggap perlu (job content atau job

description)
5. Aplikasi sampling kerja untuk kegiatan perkantoran (Office work) Dari suatu kegiatan sampling kerja terhadap seorang pimpinan perusahaan diperoleh suatu kesimpulan bahwa seorang pimpinan/eksekutif seringkali melaksanakan aktivitas yang sama sekali tidak efisien, yaitu: a. Membiarkan interupsi atau hal-hal lain yang mengganggu jadwal kerjanya. b. Bekerja terlalu keras sehingga lupa waktu dan istirahat. c. Berbicara panjang lebar di telepon dimana sebenarnya banyak kegiatan lainnya yang menanti. d. Cenderung memonopoli kerja, wewenang, tanggung jawab, tanpa mau mendelegasi kepada orang lain. e. Memberi konsultasi, pengarahan, penjelasan yang berlebihan dan diulang-ulang. f. Tidak pernah melakukan perncanaan kerja untuk kerja yang akan dilaksanakan. menetapkan yang seharusnya diambil oleh dia sendiri. Perbandingan work sampling dengan metode jam henti: g. Tidak tegas dan terlalu demokratis dengan membiarkan orang lain untuk ikut

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MODUL 5

WORK MEASUREMENT

Tabel 2.1 Perbandingan work sampling dengan metode jam henti

Work sampling Pekerjaan bervariasi dan tidak rutin Dapat mengamati beberapa orang Berdasarkan proporsi Siklus tidak jelas Pengamatan diskrit

Jam henti (stopwatch) Pekerjaan rutin dan monoton Umumnya mengamati 1 orang Perhitungan berdasarkan waktu Siklus pekerjaan pendek dan jelas Pengamatan kontinyu

Sumber: Verheye, Thomas. 2010. Work Sampling http://www.toonbook2.com/index.php?page=galerie&id=366&lg=en (diakses 26 November 2011)

2.2.2 Metode Pengukuran Tidak Langsung Pengukuran waktu jenis ini disebut tidak langsung, karena pengamat tidak berada secara langsung di lokasi (obyek) pengukuran dari awal hingga akhir. Pengukuran waktu kerja dilakukan dengan melakukan analisis berdasarkan perumusan serta berdasarkan data waktu yang telah tersedia. 2.2.2.1 Metode Data Waktu Baku Dalam pemakaiannya, metode data waktu baku merupakan cara pengukuran waktu tak langsung yaitu dengan menggunakan tabel-tabel, grafik-grafik dan atau rumus-rumus yang diperoleh dengan pengukuran langsung. Metode data waktu baku terdiri dari tiga bagian, yaitu waktu siklus, waktu normal, dan waktu baku. Manfaat data waktu baku adalah: 1. 2. 3. 4. 5. Perencanaan terhadap keperluan SDM pekerja. Perkiraan terhadap upah karyawan. Penyusunan jadwal produksi dan anggaran.

Incentive plan atau perencanaan insentif.


Memperlihatkan hasil atau output yang dapat diberikan oleh pekerja.

2.2.2.2 Metode Data Waktu Gerakan (Predetermined Time System) Berbeda dari metode data waktu baku yang sistemnya dikembangkan sendiri oleh perusahaan yang bersangkutan. Para ahli berusaha untuk mendapatkan data waktu baku pekerjaan yang dapat berlaku lebih umum. Hal ini dilakukan dengan memperhatikan elemenelemen gerakan sebagai perincian dari suatu pekerjaan. Jadi bukan lagi bagian pekerjaan memindahkan benda kerja ke mesin yang dilihat, tetapi elemen-elemen gerakan apa yang menjalankannya. Cara ini dikenal sebagai penentuan waktu baku dengan data waktu gerakan. Metode data waktu gerakan menggunakan tabel-tabel yang telah dikembangkan oleh berbagai lembaga. Pengukuran faktor kerja dan pengukuran waktu metode adalah beberapa contoh sistem yang dimaksud.

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MODUL 5 Kelebihan predetermined time system adalah: 1. 2. 3.

WORK MEASUREMENT

Karena setiap elemen gerakan diketahui waktunya (dalam tabel-tabel), maka waktu penyelesaian suatu operasi dapat ditentukan sebelum operasi tersebut dijalankan. Waktu baku untuk setiap operasi dapat ditentukan dalam waktu yang singkat karena hanya menyintesa waktu-waktu dari elemen-elemen gerakannya. Karenanya pula biaya untuk menentukan waktu baku dengan cara ini sangat murah. Metode yang dikenal pada predetermined time system adalah: 1. Pengukuran faktor kerja Pada faktor kerja, suatu pekerjaan dibagi atas elemen-elemen gerak menjangkau, membawa, pegang, mengarahkan sementara, merakit, lepas rakit, memakai, melepas, dan proses mental, sesuai dengan pekerjaan yang bersangkutan. Dalam menentukan waktu penyelesaian, yang diperhatikan adalah bagian badan yang menggerakkannya. Umumnya bagian badan yang bergerak adalah jari atau telapak tangan, putaran lengan, lengan, badan atas, telapak kaki, dan kaki. Selain itu diperhatikan pula faktor-faktor lain yang mempengaruhi lamanya waktu gerakan yaitu jarak, berat atau hambatan, keadaan perhentian, pengarahan, kehati-hatian gerakan dan perubahan arah gerakan, yang semuanya ini disebut sebagai faktorfaktor kerja. 2. Pengukuran waktu metode Pengukuran waktu metode atau Methods Time Measurement (MTM) adalah suatu sistem penerapan awal waktu baku (predetermined time standard) yang dikembangkan berdasarkan studi gambar gerakan-gerakan kerja dari suatu operasi kerja industri yang direkam dalam film. Sistem ini didefinisikan sebagai suatu prosedur untuk menganalisa setiap operasi atau metode kerja (manual operation) ke dalam gerakan-gerakan dasar yang diperlukan untuk melaksanakan kerja tersebut, dan kemudian menetapkan standart waktu dari masing-masing gerakan tersebut berdasarkan macam gerakan dan kondisi-kondisi kerja yang ada. Pengukuran waktu metode dibagi atas gerakan-gerakan kerja yaitu : a. Menjangkau (Reach) Ada lima kelas menjangkau, yaitu: 1) Menjangkau kelas A: adalah gerakan menjangkau kearah suatu tempat yang pasti atau ke suatu obyek ditangan lain. 2) Menjangkau kelas B: adalah gerakan menjangkau ke arah suatu sasaran yang tempatnya berada pada jarak kira-kira tapi tertentu dan diketahui. 3) Menjangkau kelas C: adalah gerakan menjangkau kearah suatu obyek yang tercampur aduk dengan banyak obyek lain.

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MODUL 5

WORK MEASUREMENT

4) Menjangkau kelas D: adalah gerakan menjangkau kearah suatu obyek yang sangat kecil sehingga diperlukan suatu pegangan (grasping yang teliti). 5) Menjangkau kelas E: adalah gerakan menjangkau ke arah suatu sasaran yang tempatnya tidak pasti.
Tabel 2.2 Tabel Gerakan Kerja Mengangkut Reach - R
Distance Moved Inchies or less 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 Additional Time TMU A 2.0 2.5 4.0 5.3 6.1 6.5 7.0 7.4 7.9 8.3 8.7 9.6 10.5 11.4 12.3 13.1 14.0 14.9 15.8 16.7 17.5 0.4 B 2.0 2.5 4.0 5.3 6.4 7.8 8.6 9.3 10.1 10.8 11.5 12.9 14.4 15.8 17.2 18.6 20.1 21.5 22.9 24.4 25.8 0.7 C or D 2.0 3.6 5.9 7.3 8.4 9.4 10.1 10.8 11.5 12.2 12.9 14.2 15.6 17.0 18.4 19.8 21.2 22.5 23.9 25.3 26.7 0.7 Hand in Motion A 1.6 2.3 3.5 4.5 4.9 5.3 5.7 6.1 6.5 6.9 7.3 8.1 8.9 9.7 10.5 11.3 12.1 12.9 13.7 14.5 15.3 B 1.6 2.3 2.7 3.6 4.3 5.0 5.7 6.5 7.2 7.9 8.6 10.1 11.5 2.9 14.4 15.8 17.3 18.8 20.2 21.7 23.2 A. Reach the object in fixed location, or to other hand or on which other hand rest B. Reach to single object in location which may very slightly from cycle to cycle. Case and Description

C. Reach to objects in a group so that search and select occur.

D. Reach to a very small object or where accurate grasp is required. E. Reach to indefinite location to get hand in position for body balance or next motion or out of way. TMU per inch over 30 inchies

Sumber : Wignjosoebroto (1995:262)

b.

Mengangkut (Move) Ada tiga kelas mengangkut, yaitu: 1) Mengangkut kelas A: adalah bila gerakan mengangkut merupakan pemindahan obyek dari suatu tangan ke tangan lain, atau berhenti karena suatu penahan. 2) Mengangkut kelas B: adalah bila gerakan mengangkut merupakan pemindahan obyek ke suatu sasaran yang terletak tidak pasti. 3) Mengangkut kelas C: adalah bila gerakan mengangkut merupakan pemindahan obyek ke suatu sasaran yang letaknya pasti.
Tabel 2.3 Tabel Gerakan Kerja Mengangkut Move - M

Distance Moved Inchies or less 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Time TMU A 2.0 2.5 3.6 4.9 6.1 7.3 8.1 8.9 9.7 10.5 B 2.0 2.9 4.6 5.7 6.9 8.0 8.9 9.7 10.6 11.5 C 2.0 3.4 5.2 6.7 8.0 9.2 10.3 11.1 11.8 12.7 Hand in Motion B 1.7 2.3 2.9 3.6 4.3 5.0 5.7 6.5 7.2 7.9

Wt.(lb.) Up to 2.5 7.5 12.5 17.5 22.5

Dynamic Faktor 1.00 1.06 1.11 1.17 1.22

Static Constant TMU 0 2.2 3.9 5.6 7.4

Case and Description A. Move object to other hand or against stop. A. Move object to other hand or against stop. B. Move objects to approximate or in definite location.

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MODUL 5

WORK MEASUREMENT

Lanjutan Tabel 2.3 Tabel Gerakan Kerja Mengangkut Move - M


Distance Moved Inchies 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 Additional Time TMU A 11.3 12.9 14.4 16.0 17.6 19.2 20.8 22.4 24.0 25.5 27.1 0.8 B 12.2 13.4 14.6 15.8 17.0 18.2 19.4 20.6 21.8 23.1 24.3 0.6 C 13.5 15.2 16.9 18.7 20.4 22.1 23.8 25.5 27.3 29.0 30.7 0.85 Hand in Motion B 8.6 10.0 11.4 12.8 14.2 15.6 17.0 18.4 19.8 21.2 22.7 Wt.(lb.) Up to 27.5 32.5 37.5 42.5 47.5 Dynamic Faktor 1.28 1.33 1.39 1.44 1.50 Static Constant TMU 9.1 10.8 12.5 14.3 16.0 C. Move object to exact location. Case and Description B. Move objects to approximate or in definite location.

TMU per inch over 30 inchies

Sumber : Wignjosoebroto (1995:264)

c.

Memutar (Turn) Memutar adalah gerakan yang dilakukan untuk memutar tangan baik dalam keadaan kosong atau membawa beban. Gerakan di sini berputar pada tangan, pergelangan, dan lengan sepanjang sumbu lengan tangan yang ada. Waktu yang dibutuhkan tergantung pada dua variabel yaitu derajat putaran dan faktor berat yang harus dipikul.
Tabel 2.4 Tabel Gerakan Kerja Memutar Turn - T
Weight 30 2.8 4.4 8.4 45 3.5 5.5 10.5 60 4.1 6.5 12.3 75 4.8 7.5 14.4 Time TMU for Degrees Turned 90 105 120 135 5.4 8.5 16.2 6.1 9.6 18.3 6.8 10.6 20.4 7.4 11.6 22.2 150 8.1 12.7 24.3 165 8.7 13.7 26.1 180 9.4 14.8 28.2

Small-0 to 2 Pounds Medium-2.1 to 10 Pounds Large-10.1 to 35 Pounds

Sumber : Wignjosoebroto (1995:264)

d.

Menekan (Apply Pressure) Untuk gerakan menekan diberikan siklus waktu penuh dari komponen-komponen yang berkaitan dengan gerakan-gerakan yang lain.
Tabel 2.5 Tabel Gerakan Kerja Menekan Apply - Ap
Symbol APA APB Full Cycle TMU Description 10.6 AF + DM + RLF 16.2 APA + G2 Symbol AF DM RLF Components TMU Description 3.4 Apply Force 4.2 Dwell, Minimum 3.0 Release Force

Sumber : Wignjosoebroto (1995:264)

e.

Memegang (Grasp) Memegang adalah elemen gerakan dasar yang dilakukan dengan tujuan utama untuk menguasai atau mengontrol sebuah atau beberapa obyek dengan baik dengan jari-jari maupun tangan untuk memungkinkan melaksanakan gerakan dasar berikutnya. Diantara hal-hal yang mempengaruhi lamanya gerakan ini adalah mudah

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MODUL 5

WORK MEASUREMENT

atau sulitnya obyek ini dipegang, bercampur tidaknya obyek dengan obyek lainnnya dengan bentuk obyek.
Tabel 2.6 Tabel Gerakan Kerja Memegang Grasp - G
Type of Grasp Case 1A 1B 1C1 1C2 1C3 2 3 4A 4B 4C 5 Time TMU 2.0 3.5 7.3 8.7 10.8 5.6 5.6 7.3 9.1 12.9 0 Description Any sude object by itself, easily grasped Object very small or lying close against a flat surface Diameter larger than Interference with Grasp Diameter to on bottom and one side Diameter less than of nearly cylinder. Change grasp without reliquishing control Control transferred from one hand to the other Large than 1 x 1 x 1 Object jumbled with x x 1/8 to 1 x 1 x 1 other objects so that search and select occur. Smaller than x x 1/8 Contact, Sliding, or Hook Grasp

Pick-up

Regrasp Transfer Select Contact

Sumber : Wignjosoebroto (1995:264)

f.

Mengarahkan (Position) Mengarahkan adalah elemen gerakan dasar yang dilaksanakan untuk menggabungkan, mengarahkan, atau memasangkan satu obyek dengan obyek lainnya.waktu untuk gerakan mengarahkan dipengaruhi oleh derajat kesesuain, bentuk simetris, dan kemudahan untuk ditangani.
Tabel 2.7 Tabel Gerakan Kerja Mengarahkan Position P
Easy to Difficult to Handle Handle S 5.6 11.2 1Loose No pressure required SS 9.1 14.7 NS 10.4 16.0 S 16.2 21.8 2Close Light pressure required SS 19.7 25.3 NS 21.0 26.6 S 43.0 48.6 3Exact Heavy pressure required SS 46.5 52.1 NS 47.8 53.4 Supplementary Rule for Surface Alignment P1SE per alignment : > 1/16 P2SE per alignment : 1/16 Class of Fit Symmetry

Sumber : Wignjosoebroto (1995:265)

g.

Melepas (Release) Melepas adalah elemen gerakan dasar untuk membebaskan kontrol atas suatu obyek oleh jari atau tangan. Ada dua klasifikasi gerakan melepas ialah gerakan melepas normal yaitu secara sederhana jari-jari tangan membuka dan yang kedua adalah gerakan melepas sentuhan yaitu dimulai dan diselesaikan penuh sesaat elemen gerakan menjangkau dimulai tanpa ada waktu menunggu sesaatpun.
Tabel 2.8 Tabel Gerakan Kerja Melepas Release RL
Case 1 2 Time TMU 2.0 0 Description Normal release performed by opening finger as independent motion Contact release

Sumber : Wignjosoebroto (1995:265)

h.

Lepas Rakit (Disasessemble)

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MODUL 5

WORK MEASUREMENT

Lepas rakit adalah elemen gerak dasar yang digunakan untuk memisahkan kontak antara satu obyek dengan obyek lainnya. Hal ini termasuk gerakan memaksa yang dipengaruhi oleh mudah atau tidaknya pada saat gerakan memaksa yang dipengaruhi oleh mudah atau tidaknya pada saat gerak lepas rakit dilaksanakan. Waktu yang digunakan untuk gerakan lepas rakit dipengaruhi oleh tiga variabel yaitu tingkat sambungan dari obyek-obyek yang dipasangkan, kemudian di dalam proses handling, dan faktor kehati-hatian yang perlu dipertimbangkan.
Tabel 2.9 Tabel Gerakan Kerja Lepas Rakit Disengage - D

Class of Fit 1Loose 2-Close 3-Tight i. Very slight, blends with subsequent move Normal effort, slight recoil Considerable effort, hand recoil markedly

Height of recoil Up to 1 Over 1 to 5 Over 5 to 12

Easy to Handle 4.0 7.5 22.9

Difficult to Handle 5.7 11.8 34.7

Sumber : Wignjosoebroto (1995:265)

Gerakan Mata (Eye Times) Pada sebagian besar aktivitas kerja, waktu yang dibutuhkan untuk menggerakkkan dan memfokuskan mata bukanlah faktor-faktor yang menghambat konsekuensinya dalam hal ini tidak akan mempengaruhi waktu untuk melaksanakan operasi kerja itu sendiri kecuali eyes focus time dan eyes travel time. Eyes focus time akan memerlukan waktu untuk melakukan gerakan fokus suatu obyek dan melihatnya cukup lama untuk menentukan karakteristik-karakteristik dari obyek tersebut. Sedangkan eyes travel time dipengaruhi oleh jarak diantara obyek-obyek yang harus dilihat dengan jalan menggerakkan mata.
Tabel 2.10 Tabel Gerakan Kerja Eye Travel and Eye FocusET and EF

Eye Travel Time = 15.2 x TMU, with a maximum value of 20 TMU Where T = the distance between points from and which the eye travels D = the perpendiculars distance from the eye to the line of travel T Eye Focus Time = 7.3 TMU Supplementary Information - Area of Normal Vision = Circle 4 in Diameter 16 from Eyes - Reading Formula = 5.05 N Where N = The Number of Words
Sumber : Wignjosoebroto (1995:265)

j.

Gerakan-gerakan badan lainnya: yang dimaksud pada bagian-bagian lainnya adalah kaki, telapak kaki, serta bagian-bagian lain seperti lutut, pinggang, dan lain-lain.

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MODUL 5

WORK MEASUREMENT

Tabel 2.11 Tabel Gerakan-Gerakan Badan Lainnya(Body, Leg, and Foot Moions)
Type Leg-Foot Motion Symbol FM FMP LM_ SS_C1 SS C_2 Turn Body Walk TBC1 TBC2 W_FT W_P W_PO SIT STD B.S.KOK AB.AS.AK OK KBK AKBK TMU 8.5 19.1 7.1 1.2 * 17.0 0.6 34.1 1.1 18.6 37.2 5.3 15.0 17.0 34.7 43.4 29.0 31.9 69.4 76.7 Distance To4 To 4 To 6 Ea. Add1 inch < 12 12 Ea. Add1 inch 12 Ea. Add1 inch Per Foot Per Foot Per Foot Description Hinged at ankle With heavy pressure Hinged at knee or hip in any direction Use Reach or Move time when less than 12. Complete when leading leg contacts floor Lagging leg must contact floor before next motion can be made Complete when leading leg contacts floor Lagging leg must contact floor before next motion can be made Unobstructed Unobstructed When onstructed or with weight From standing position From sitting position Bend,Stoop, Kneel on One Knee Arise from Bend, Stoop, Kneel on One Knee Knee on both Knees Arise from Kneel on both Knees

Sumber : Wignjosoebroto (1995:266)

Waktu untuk setiap elemen gerak ini ditentukan menurut beberapa kondisi yang disebut dengan kelas-kelas. Kelas-kelas ini dapat menyangkut keadaan-keadaan perhentian, keadaan obyek yang ditempuh atau dibawa, sulit mudahnya menangani obyek atau kondisikondisi lainnya. Unit waktu yang digunakan dalam tabel-tabel ini adalah sebesar perkalian 0.00001 jam dan unit satuan ini dikenal sebagai TMU (Time-Measurement Unit). Disini 1 TMU adalah sama dengan 0.00001 jam atau 0.0006 menit. Gerakan yang berhubungan tubuh manusia dan gerakannya (Wignjosoebroto, 1995:288): 1. Kedua tangan sebaiknya memulai dan mengakhiri secara bersamaan. 2. Kedua tangan sebaiknya tidak menganggur secara bersamaan kecuali sedang istirahat. 3. Gerakan kedua tangan akan lebih mudah jika satu terhadap lainnya simetris dan berlawanan arah gerakannya. 4. Gerakan tubuh atau tangan sebaiknya dihemat dan memperhatikan alam atau natural dari gerakan tubuh atau tangan. 5. Sebaiknya para pekerja dapat memanfaatkan momentum untuk membantu pekerjaannya, pemanfaatan ini timbul karena berkurangnya kerja otot dalam bekerja. 6. Gerakan yang patah-patah bayak perubahan arah akan memperlambat gerakan tersebut. 7. Gerakan balistik akan lebih cepat, menyenangkan dan teliti dari pada gerakan yang dikendalikan. 8. Pekerjaan sebaiknya dirancang semudah-mudahnya dan jika memungkinkan irama kerja harus mengikuti irama alamiah bagi si pekerjanya. 9. Usahakan sedikit mungkin gerakan mata. LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

Horizontal Motion

Side Steep

Vertical Motion

MODUL 5 2.2.1.1.1 Macam-macam Gerakan Therbligs

WORK MEASUREMENT

Frank dan Lilian Gilberth menciptakan simbol/ kode dari gerakan-gerakan dasar kerja yang dikenal dengan nama Therbligs. Disini diuraikan gerakan-gerakan kerja ke dalam 17 gerakan dasar therbligs.
Tabel 2.12 Macam-macam Elemen Gerakan Therbligs

Nama Therbligs Mencari (Search) Memilih (Select) Menjangkau/Membawa tanpa beban (Transport Empty) Memegang (Grasp) Membawa dengan Beban (Transport Loaded) Memegang (Hold) Melepas (Release Load) Mengarahkan (Position)

Lambang Huruf Sh Sl TE

Kode Warna

Lambang Gambar

Black Gray, Light Olive Green

G TL H RL P

Lake Red Green Gold Ochre Carmine Red Blue Sky Blue Burn Ochre

Mengarahkan Awal (PrePosition) Memeriksa (Inspection)

PP I

Merakit (Assemble) A Mengurai Rakit (Diassembly) Memakai (Use) Keterlambatan yang tak Terhindarkan (Unavoidable UD DA U

Violet, Heavy Violet Purple Yellow Ochre

Delay)

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MODUL 5
Lanjutan Tabel 2.12 Macam-Macam Gerakan Therbligs

WORK MEASUREMENT

Keterlambatan yang dapat Dihindarkan (Avoidable AD

Lemon Yellow

Delay)
Merencanakan (Plan) Istirahat untuk menghilangkan lelah (Rest to R Dn

Brown

Orange

Overcome Fatigue)
Sumber: Verheye, Thomas. 2010.Gerakan Therbligs http://www.toonbook2.com/index.php?page=galerie&id=366&lg=en (diakses 22 November 2011)

Dari ke-17 elemen Therbligs yang telah diuraikan, dapat diklasifikasikan menjadi efektif atau inefektif therbligs. Elemen Therbligs yang efektif adalah semua elemen dasar yang berkaitan langsung dengan aktivitas kerja. Sedangkan elemen Therbligs yang tidak efektif tidak berkaitan langsung dengan penyelesaian aktivitas kerja secara langsung. Berikut pembagian kelompok-kelompok tersebut: 1. Effective therblig a. Physical Basic Divisions 1) Menjangkau (reach) Therblig ini adalah gerakan tangan berpindah tempat tanpa beban, baik gerakan mendekati maupun menjauhi obyek. Gerakan ini didahului dengan gerakan melepas (release) dan diikuti oleh gerakan memegang. Gerakan ini dimulai pada saat tangan mulai berpindah dan berakhir bila tangan berhenti. 2) Membawa (move) Elemen gerak ini merupakan gerakan perpindahan tangan, hanya dalam gerakan ini tangan terbebani. Gerakan ini didahului oleh gerakan memegang dilanjutkan dengan gerakan melepas atau juga pengarahan (position). Therblig ini mulai dan berakhir pada saat yang sama dengan menjangkau. Faktor yang mempengaruhi adalah jarak pindah dan berat beban yang dibawa. 3) Melepas (release) Elemen ini terjadi bila seseorang pekerja melepaskan obyek yang dipegangnya. Gerakan ini dibandingkan therblig lainnya, merupakan gerakan yang relatif singkat. Therblig ini dimulai pada saat pekerja mulai melepaskan tangannya dari obyek dan berakhir bila seluruh jarinya sudah tidak menyentuh obyek lagi.

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MODUL 5 4) Memegang (grasp)

WORK MEASUREMENT

Therblig ini adalah gerakan untuk memegang obyek, biasanya didahului oleh gerakan menjangkau dan dilanjutkan gerakan membawa. Gerakan ini merupakan gerakan efektif dari suatu pekerjaan dan meskipun sulit dihilangkan dalam beberapa keadaan masih dapat dikurangi. 5) Mengarahkan awal (pre-position) Gerakan mengarahkan pada suatu tempat sementara. Tujuannya menempatkan sementara agar memudahkan dalam pemegangan apabila obyek tersebut akan dipakai kembali. b. Objective Basic Divisions 1) Memakai (use) Yang dimaksud memakai ini bila satu tangan atau kedua-duanya dipakai menggunakan alat. 2) Merakit (assemble) Perakitan adalah gerakan untuk menggabungkan satu obyek dengan obyek yang lain sehingga menjadi satu kesatuan. Gerakan ini biasanya didahului gerakan membawa atau mengarahkan dan dilanjutkan melepas. Pekerjaan perakitan dilakukan bila obyek sudah siap dipasang dan berakhir bila obyek telah digabung dengan sempurna. 3) Mengurai rakit (diassemble) Therblig ini kebalikan dari perakitan, disini 2 obyek dipisahkan dari satu kesatuan. Gerakan ini didahului dengan gerakan memegang lalu membawa, dilanjutkan dengan melepas. Gerakan ini dimulai pada saat pemegangan atas obyek telah selesai dan dilanjutkan dengan obyek memisahkan dan berakhir bila kedua obyek terpisah secara sempurna. 2. Ineffective therblig a. Mental Atau Semi-Mental Basic Divisions 1) Mencari (search) Elemen ini merupakan gerakan dasar dari pekerja untuk menemukan lokasi. Yang bekerja adalah mata. Gerakan ini dimulai saat mata bergerak mencari obyek dan berakhir ketika obyek sudah ditemukan. Tujuan dari analisis therblig adalah untuk menghilangkan sedapat mungkin gerak yang tidak perlu. Misalnya : menyimpan bahan atau peralatan pada tempat yang tetap sehingga proses mencari dapat dihilangkan. 2) Memilih (select) Memilih merupakan gerakan untuk menemukan suatu obyek yang tercampur, tangan dan mata adalah dua anggota badan yang digunakan untuk melakukan LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MODUL 5

WORK MEASUREMENT

gerakan ini. Therblig ini dimulai pada saat tangan dan mata mulai memilih dan berakhir bila obyek sudah ditemukan. Batas antara mulai memilih dan akhir mencari agak sulit ditentukan, karena membauran pekerjaan antara dua gerakan bagian badan. Gerakan ini tidak efektif sedapat mungkin elemen gerak ini dihindarkan. Misalnya memilih pulpen hitam ditempatnya, sedangkan ditempat tersebut terdapat pensil dan pulpen warna-warni yang bercampur. 3) Mengarahkan (position) Elemen ini merupakan gerakan mengarahkan suatu obyek pada lokasi tertentu. Mengarahkan biasanya didahului oleh gerakan mengangkut dan biasa diikuti oleh gerakan merakit. Gerakan ini dimulai sejak tangan mengendalikan obyek. Waktu mengarahkan juga terpengaruh oleh kerja mata, karena selama tangan mengarahkan, mata terus mengontrol agar obyek dapat dengan mudah ditempatkan pada lokasi yang telah ditentukan. 4) Memeriksa (inspect) Elemen ini merupakan pemeriksaan obyek untuk mengetahui apakah obyek telah memenuhi syarat-syarat tertentu. Elemen ini dapat berupa gerakan melihat seperti memeriksa warna, meraba untuk tekstur, mencium untuk bau, mendengarkan dan kadang-kadang mencicipi. Biasanya pemeriksaan membandingkan obyek dengan standar. Sehingga banyak atau sedikit waktu yang dihabiskan tergantung operator yang menemukan perbedaan obyek dengan standar yang ada. 5) Merencanakan (plan) Merupakan proses mental, di mana operator berpikir untuk menentukan tindakan yang akan diambil selanjutnya. Elemen ini lebih sering terjadi pada seorang pekerja baru. b. Delay 1) Kelambatan yang tak terhindarkan (unavoidable delay) Yang dimaksud adalah kelambatan yang diakibatkan oleh hal-hal yang terjadi diluar kemampuan pengendalian pekerja. Ditimbulkan karena ketentuan cara kerja yang mengakibatkan satu tangan menganggur sedangkan tangan yang lainnya bekerja. Kelambatan ini dapat dikurangi dengan mengadakan perubahan atau perbaikan pada proses operasi 2) Kelambatan yang dapat dihindarkan (avoidable delay) Kelambatan ini ditimbulkan sepanjang waktu kerja oleh pekerjanya itu sendiri baik disengaja atau tidak. Untuk mengurangi kelambatan ini, maka diadakan perbaikan oleh pekerja itu sendiri tanpa harus mengubah proses operasinya

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MODUL 5

WORK MEASUREMENT

3) Istirahat untuk menghilangkan lelah (rest to overcome fatigue) Hal ini tidak terjadi pada setiap siklus kerja, tetapi terjadi secara periodik. 4) Memegang untuk memakai (hold) Memegang untuk memakai adalah memegang tanpa menggerakkan obyek yang dipegang, perbedaan dengan memegang adalah perlakuan pada obyek yang dipegang. Therblig ini gerakan tidak efektif, maka sedapat mungkin dihilangkan atau dikurangi. Gerakan ini dijumpai pada pekerjaan perakitan, satu tangan memegang untuk memakai dan satu tangan lagi melakukan pekerjaan memasang. 2.3 Analisis Pengukuran Kerja Analisis pengukuran kerja yang dilakukan adalah uji kecukupan data dan uji keseragaman data. 1. Uji kecukupan data Langkah awal yang dilakukan setelah pengambilan data adalah menguji kecukupan data. Uji ini dilakukan untuk mengetahui jumlah data minimal yang dapat diambil untuk melakukan pengujian selanjutnya. Rumus yang digunakan adalah: (2-6)
Sumber : Wignjosoebroto (1995:266)

S = Tingkat ketelitian yang dikehendaki (desimal) P = Prosentase terjadinya kejadian yang diamati (desimal) N = Jumlah pengamatan yang harus dilakukan untuk sampling kerja. K = Tingkat Kepercayaan 2. Uji keseragaman data Langkah selanjutnya yang dilakukan adalah menguji keseragaman data. Untuk melakukan uji ini, bisa dilakukan dengan membuat peta kontrol. Untuk membuat peta control harus diketahui rata-rata (mean), batas control atas (BKA) dan batas control bawah (BKB) dengan menggunakan tingkat kepercayaan 95%. Data yang berada diluar BKA dan BKB berarti tidak seragam dan harus dihapus. Rumus yang digunakan adalah: BKA = (2-7)
Sumber: Verheye, Thomas. 2010. Uji keseragaman data http://www.toonbook2.com/index.php?page=galerie&id=366&lg=en (diakses 22 November 2011)

BKB =

(2-8)

Sumber: Verheye, Thomas. 2010. Uji keseragaman data http://www.toonbook2.com/index.php?page=galerie&id=366&lg=en (diakses 22 November 2011)

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MODUL 5 Dengan: = rata-rata k = tingkat keyakinan = standard deviasi 1.4 Performance Rating

WORK MEASUREMENT

Bagian yang paling penting namun paling sulit dalam pelaksanaan pengukuran kerja adalah kegiatan evaluasi kecepatan atau tempo kerja operator pada saat pengukuran kerja berlangsung. Kecepatan, usaha, tempo maupun performance kerja akan menunjukkan kecepatan gerakan operator pada saat bekerja. Aktivitas untuk menilai atau mengevaluasi kecepatan kerja operator ini dikenal sebagai rating performance. Secara umum, kegiatan ini dapat didefinisikan sebagai A process during which the time study analyst compare the

performance (speed or tempo) of the operator under obesrvation with the observers own concept of normal performance.
Dengan melakukan Rating diharapkan waktu kerja yang diukur bisa dinormalkan kembali. Ketidaknormalan dari waktu kerja ini diakibatkan oleh operator yang bekerja secara kurang wajar yaitu bekerja dalam tempo atau kecepatan yang tidak sebagaimana mestinya (bisa terlalu cepat atau terlalu lambat). Rating adalah satu persoalan penilaian yang merupakan bagian dari aktivitas pengukuran kerja dan untuk menetapkan waktu baku penyelesaian kerja lebih cenderung bersifat subyektif. Untuk menormalkan waktu kerja yang diperoleh dari hasil pengamatan, maka dilakukan penyesuaian yaitu dengan cara mengalikan waktu pengamatan rata-rata (bisa waktu siklus ataupun waktu untuk tiap-tiap elemen) dengan faktor penyesuaian/Rating p. Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut: 1. 2. Apabila operator dinyatakan terlalu cepat yaitu bekerja di atas batas kewajaran (normal) maka Rating faktor ini akan lebih besar dari 1 (p > 1 atau p > 100%). Apabila operator bekerja terlalu lambat yaitu bekerja dengan kecepatan di bawah kewajaran (normal) maka Rating faktor ini akan lebih kecil dari satu (p < 1 atau p < 100%). 3. Apabila operator bekerja secara normal atau wajar maka Rating faktor ini diambil sama dengan satu (p = 1 atau p = 100%). Untuk kondisi kerja dimana operasi secara penuh dilaksanakan oleh mesin (operating atau machine time) maka waktu yang diukur dianggap merupakan waktu yang normal. Ketika pekerjaan dilaksanakan secara normal maka operator tersebut dianggap cukup berpengalaman pada saat bekerja tanpa usaha-usaha yang berlebihan sepanjang hari kerja, menguasai cara kerja yang ditetapkan, dan menunjukkan kesungguhan dalam menjalankan pekerjaannya. LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MODUL 5

WORK MEASUREMENT

Berikut ini merupakan beberapa sistem untuk memberikan rating yang umumnya diaplikasikan di dalam aktivitas pengukuran kerja: 1.

Skill dan Effort Rating


Sekitar tahun 1916, Charles E. Bedaux memperkenalkan suatu sistem untuk pembayaran upah atau pengendalian tenaga kerja. Sistem yang diperkenalkan oleh Bedaux ini berdasarkan pengukuran kerja dan waktu baku yang ada dan dinyatakan dalam satuan Bs. Prosedur pengukuran kerja yang dibuat Bedaux meliputi juga penentuan rating terhadap kecakapan (skill) dan usaha-usaha yang ditunjukkan operator pada saat bekerja, selain juga mempertimbangkan kelonggaran (allowance) waktu lainnya. Di sini Bedaux menetapkan angka 60 Bs sebagai standard performance yang harus dicapai oleh seorang operator. Dengan lain kata, yang harus dicapai oleh seorang operator yang bekerja dalam kecepatan normal diharapkan akan mampu mencapai angka 60 Bs per jam dan pemberian intensif dilakukan pada tempo kerja rata-rata sekitar 70 sampai 85 Bs per jam. Sebelum Bedaux memperkenalkan sistemnya,

performance rating biasanya

dilaksanakan dengan menganalisa langsung dari data waktu yang diperoleh dari pengukuran stopwatch. Sehingga apabila seorang operator bekerja dengan tempo yang cepat, maka waktu kerjanya akan tercatat di atas waktu rata-rata yang ada dan sebaliknya. Jelas bahwa sistem Bedaux ini akan memperbaiki metode yang umum dipakai sebelumnya. 2. Westing House Systems Rating Westing House Company (1927) juga ikut memperkenalkan sistem yang dianggap lebih lengkap dibandingkan dengan sistem yang dilaksanakan oleh Bedaux. Di sini selain kecakapan (skill) dan usaha (effort) yang telah dinyatakan oleh Bedaux sebagai faktor yang mempengaruhi performance kerja manusia, Westing house menambahkan lagi dengan kondisi kerja (working condition) dan keajegan (consistency) dari operator dalam melakukan kerja. Untuk ini Westing house telah berhasil membuat suatu tabel

performance rating yang berisikan nilai-nilai angka berdasarkan tingkatan yang ada
untuk masing-masing faktor tersebut. Untuk menormalkan waktu yang ada maka hal ini dilakukan dengan mengalikan waktu yang diperoleh dari pengukuran kerja dengan jumlah keempat rating faktor yang dipilih sesuai dengan performance yang ditunjukkan operator. Tabel dari i tersebut adalah seperti pada Tabel 2.13.

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MODUL 5
Tabel 2.13 Performance rating Menurut Westinghouse
Faktor Kelas

WORK MEASUREMENT
Penyesuaian 0,15 0,13 0,11 0,08 0,06 0,03 0 -0,05 -0,1 -0,16 -0,22 0,3 0,12 0,1 0,08 0,05 0,02 0 -0,04 -0,08 -0,12 -0,17 0,06 0,04 0,02 0 -0,03 -0,07 0,04 0,03 0,01 0 -0,02 -0,04

Superskill Excellent Skill Good Average Fair Poor Excessive Excellent Effort Good Average Fair Poor Ideal Excellent Good Average Fair Poor Ideal Excellent Good Average Fair Poor

Condition

Consistency

Lambang A1 A2 B1 B2 C1 C2 D E1 E2 F1 F2 A1 A2 B1 B2 C1 C2 D E1 E2 F1 F2 A B C D E F A B C D E F

Sumber: Verheye, Thomas. 2010. Performance Rating http://www.toonbook2.com/index.php?page=galerie&id=366&lg=en (diakses 22 November 2011)

Sebagai contoh, apabila diketahui bahwa waktu rata-rata yang diukur terhadap suatu elemen kerja adalah 0,50 menit dan rating performance operator adalah memenuhi klasifikasi berikut: 1. 2. 3. 4.

Excellent Skill (B2) Good Effort (C2) Good Condition (C) Good Consistency (C)
Total

: + 0,08 : + 0,02 : + 0,02 : + 0,01 ---------- + : + 0,13

Maka waktu normal untuk elemen kerja ini adalah: 0,50 x 1,13 = 0,565 menit Kriteria masing-masing kelompok adalah: a. Super skill 1) 2) Bekerja bawaan cocok sekali dengan pekerjaannya Bekerja dengan sempurna LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MODUL 5 3) 4) 5) 6) 7) 8) b. Tampak seperti telah terlatih dengan sangat baik

WORK MEASUREMENT

Gerakannya halus tetapi sangat cepat sehingga sulit untuk diikuti Kadang terkesan tidak berbeda dengan gerakan-gerakan mesin Perpindahan dari satu elemen pekerjaan ke elemen lainnya tidak terlampau terlihat karena lancarnya Tidak terkesan adanya gerakan berpikir dan merancanakan tentang apa yang dikerjakan (sudah sangat otomatis) Secara umum dapat dikatakan bahwa pekerja yang bersangkutan adalah pekerja yang baik

Excellent skill
1) 2) 3) 4) 5) 6) 7) 8) 9) Percaya pada diri sendiri Tampak cocok dengan pekerjaannya Terlihat telah terlatih dengan baik Bekerjanya teliti dengan tidak banyak melakukan pengukuran-pengukuran atau pemeriksaan-pemeriksaan Gerakan kerjanya beserta urutan-urutan dijalankan tanpa kesalahan Menggunakan peralatan yang baik Bekerjanya cepat tanpa mengorbankan mutu Bekerjanya cepat tetapi halus Bekerja berirama dan terkoordinasi Kualitas hasil baik Bekerjanya tampak lebih baik daripada kebanyakan pekerjaan pada umumnya Dapat memberi petunjuk pada pekerja lain yang ketrampilannya lebih rendah Tampak jelas sebagai pekerja yang cakap Tidak memerlukan banyak pengawasan Tidak keragu-raguan Bekerjanya Stabil Gerakan-gerakannya terkoordinasi dengan baik Gerakan-gerakannya cepat Tampak adanya kepercayaan pada diri sendiri Gerakannya cepat tapi tidak lambat Terlihat adanya pekerjaan-pekerjaan yang perencanaan Tampak sebagai pekerja yang cakap Gerakan-gerakannya cukup menunjukkan tiadanya keragu-raguan Mengkoordinasi tangan dan pikiran dengan cukup baik LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

c.

Good Skill
1) 2) 3) 4) 5) 6) 7) 8) 9)

d.

Average Skill
1) 2) 3) 4) 5) 6)

MODUL 5 7) 8) 9) 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7) 8) f. 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7) 8) 9)

WORK MEASUREMENT

Tampak cukup terlatih dan karenanya mengetahui seluk beluk pekerjaanya Bekerjanya cukup teliti Secara keseluruhan cukup memuaskan Tampak terlatih tapi belum cukup baik Mengenal peralatan dan lingkungan secukupnya Terlihat adanya perencanaan-perencanaan sebelum melakukan gerakan Tidak mempunyai kepercayaan diri yang cukup Tampaknya seperti tidak cocok dengan pekerjaanya tetapi tampak tidak selalu yakin Sebagian waktu terbuang karena kesalahan-kesalahan sendiri Jika tidak bekerja sungguh-sungguh outputnya akan sangat rendah Biasanya tidak ragu-ragu dalam menjalankan gerakan-gerakannya Tidak bisa mengkoordinasikan tangan dan pikiran Gerakan-gerakannya kaku Kelihatan ketidakyakinannya pada urut-urutan gerakan Seperti yang tidak terlatih untuk pekerjaan yang bersangkutan Tidak terlihat adanya kecocokan dengan pekerjaannya Ragu-ragu dalam menjalankan gerakan-gerakan kerja Sering melakukan kesalahan-kesalahan Tak adanya kepercayaan pada diri sendiri Tidak bisa mengambil inisiatif sendiri

e. Fair Skill

Poor Skill

Maka dapat disimpulkan yang membedakan kelas ketrampilan adalah keraguraguan, ketelitian gerakan, kepercayaan diri, koordinasi, irama gerakan, bekas-bekas latihan, dan hal-hal lain yang serupa. Sedangkan usaha adalah kesungguhan yang ditunjukkan atau diberikan operator ketika melakukan pekerjaannya. Terdapat enam kelas usaha dengan ciri-cirinya: a.

Excessive effort
1) 2) 3) Kecepatannya sangat berlebihan Usahanya sangat bersungguh-sungguh tetapi dapat membahayakan kesehatannya Kecepatan yang ditimbulkannya tidak dapat dipertahankan sepanjang hari kerja Jelas terlihat kecepatan kerjanya yang tinggi Gerakan lebih ekonomis daripada operator-operator biasa Penuh perhatian pada pekerjaannya LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

b.

Excellent Effort
1) 2) 3)

MODUL 5 4) 5) 6) 7) 8) 9) Banyak memberi saran-saran Menerima saran-saran dan petunjuk dengan senang Percaya kepada kebaikan maksud pengukuran waktu Tidak dapat bertahan lebih dari beberapa hari Bangga atas kelebihannya Gerakan-gerakan yang salah terjadi sangat jarang sekali

WORK MEASUREMENT

10) Bekerjanya sistematis 11) Karena lancarnya, perpindahan dari suatu elemen ke elemen lain tidak terlihat c.

Good Effort
1) 2) 3) 4) 5) 6) 7) 8) 9) Bekerja berirama Saat-saat menganggur sangat sedikit, bahkan kadang tidak ada Penuh perhatian pada pekerjaanya Senang pada pekerjaanya Kecepatannya baik dan dapat dipertahankan sepanjang hari Percaya pada kebaikan maksud pengukuran waktu Menerima saran-saran dan petunjuk dengan senang Dapat memberi saran-saran untuk perbaikan kerja Tempat kerjanya diatur baik dan rapi

10) Menggunakan alat-alat yang tepat dengan baik 11) Memelihara dengan baik kondisi peralatan d.

Average Effort
1) 2) 3) 4) 5) Tidak sebaik good, tapi lebih baik daripada poor Bekerja dengan stabil Menerima saran-saran tetapi tidak melaksanakannya Set-up dilaksanakan dengan baik Melakukan kegiatan-kegiatan perencanaan Saran-saran perbaikan diterima dengan kesal Kadang-kadang perhatian tidak ditujukkan pada pekerjaannya Kurang sungguh-sungguh Tidak mengeluarkan tenaga dengan secukupnya Terjadi sedikit penyimpangan dari cara kerja baku Alat-alat yang dipakainya tidak selalu yang terbaik Terlihat adanya kecenderungan kurang perhatian pada pekerjaannya Terlampau hati-hati Sistematika kerjanya sedang-sedang saja

e.

Fair Effort
1) 2) 3) 4) 5) 6) 7) 8) 9)

10) Gerakan-gerakannya tidak terencana LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MODUL 5 f.

WORK MEASUREMENT

Poor Effort
1) 2) 3) 4) 5) 6) 7) 8) 9) Banyak membuang-buang waktu Tidak memperhatikan adanya minat bekerja Tidak mau menerima saran-saran Tampak malas dan lambat bekerja Melakukan gerakan-gerakan yang tidak perlu untuk mengambil alat-alat dan bahan-bahan Tempat kerjanya tidak diatur rapi Tidak peduli pada cocok atau baik tiddaknya peralatan yang dipakai Mengubah-ubah tata letak tempat kerja yang telah diatur

Set-up kerjanya terlihat tidak baik

3.

Synthetic Rating Synthetic Rating adalah metode untuk mengevaluasi tempo kerja operator yang
berdasarkan niai waktu yang telah ditetapkan terlebih dahulu (predetermined time

value). Prosedur yang dilakukan adalah dengan melaksanakan pengukuran kerja seperti
biasanya dan membandingkan waktu yang diukur ini dengan waktu penyelesaian elemen kerja yang sebelumnya sudah diketahui data waktunya. Perbandingan ini merupakan

indeks performance atau rating faktor dari operator untuk melaksanakan elemen kerja
tersebut. (2-9)
Sumber: Verheye, Thomas. 2010. Performance Rating http://www.toonbook2.com/index.php?page=galerie&id=366&lg=en (diakses 22 November 2011)

Dimana : R = Indeks performance rating faktor P = Predetermined time untuk elemen kerja yang diamati (menit) A = Rata-rata waktu dari elemen kerja yang diukur (menit) 4.

Performance rating atau Speed Rating


Didalam praktek pengukuran kerja maka metode penetapan rating performance kerja operator adalah didasarkan pada satu faktor tunggal yaitu operator speed, space atau tempo. Sistem ini dikenal sebagai Performance Rating atau Speed Rating. Rating

faktor ini umumnya dinyatakan dalam persentase (%) atau angka desimal, dimana performance kerja normal akan sama dengan 100% atau 1,00. Penetapan besar kecilnya
angka akan dilakukan oleh time study analyst, sehingga untuk ini dibutuhkan pengalaman yang cukup di dalam mengevaluasi ataupun menilai performance kerja yang ditunjukkan oleh operator.

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MODUL 5 5. Kelonggaran (Allowance)

WORK MEASUREMENT

Sehubungan dengan penggunaan sampling pekerjaan untuk mendapatkan kelonggaran, ada dua hal yang harus diperhatikan yaitu: 1. 2. Sifat kegiatan dari kegiatan-kegiatan kelonggaran yang tidak selalu tampak sebagai kegiatan yang berdiri sendiri Operator yang diukur harus seorang yang melakukan kegiatan-kegiatan kelonggaran secara wajar Kelonggaran diberikan untuk tiga hal yaitu: 1. 2. 3. Kebutuhan pribadi Menghilangkan rasa fatique Hambatan-hambatan yang tak dapat dihindarkan Ketiga hal tersebut merupakan hal-hal yang secara nyata dibutuhkan oleh pekerja sehingga setelah mendapatkan waktu normal kelonggaran perlu ditambahkan. 2.5 Allowance Waktu normal untuk suatu elemen operasi kerja adalah semata-mata menunjukkan bahwa seorang operator yang berkualifikasi baik akan bekerja menyelesaikan pekerjaan pada kecepatan/tempo kerja yang normal. Walaupun demikian, pada prakteknya kita akan melihat bahwa operator tersebut tidak mungkin akan mampu bekerja secara terus - menerus sepanjang hari tanpa adanya interupsi sama sekali. Di sini kenyataannya operator akan sering menghentikan kerja dan membutuhkan waktu-waktu dan alasan-alasan lain yang di luar kontrolnya. Waktu longgar yang dibutuhkan dan akan menginterupsi proses produksi ini bisa diklasifikasikan menjadi: a. Kelonggaran Waktu untuk Kebutuhan Personal (Personal Allowance) Pada dasarnya setiap pekerja haruslah diberikan kelonggaran waktu untuk keperluan yang bersifat kebutuhan pribadi (personal needs). Jumlah waktu longgar untuk kebutuhan personal dapat ditetapkan dengan cara melaksanakan aktivitas time study sehari kerja penuh atau dengan metode sampling kerja. Untuk pekerjaan-pekerjaan yang relatif ringan dimana operator bekerja selama 8 jam per hari tanpa jam istirahat yang resmi sekitar 2 sampai 5% (atau 10 sampai 24 menit) setiap hari akan digunakan untuk kebutuhan-kebutuhan yang bersifat personal ini. Meskipun jumlah waktu longgar untuk kebutuhan personal yang diperlukan akan bervariasi tergantung pada pekerjanya dibandingkan dengan jenis pekerjaan yang dilaksanakan, akan tetapi kenyataannya untuk pekerjaan-pekerjaan yang berat dan kondisi kerja yang tidak enak (terutama untuk temperatur tinggi) akan menyebabkan kebutuhan waktu untuk personal ini lebih besar lagi. Allowance untuk hal ini bisa lebih besar dari 5%. LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MODUL 5 b. Kelonggaran Waktu untuk Melepaskan Lelah (Fatigue Allowance)

WORK MEASUREMENT

Kelelahan fisik manusia bisa disebabkan oleh beberapa penyebab di antaranya adalah kerja yang membutuhkan pikiran banyak (lelah mental) dan kerja fisik. Masalah yang dihadapi untuk menetapkan jumlah waktu yang diijinkan untuk istirahat melepas lelah ini sangat sulit dan kompleks. Waktu yang dibutuhkan untuk keperluan istirahat akan sangat tergantung pada individu yang bersangkutan, interval waktu dari siklus kerja dimana pekerja akan memikul beban kerja secara penuh, kondisi lingkungan fisik pekerjaan, dan faktor-faktor lainnya. Periode istirahat untuk melepaskan lelah (di luar istirahat makan siang dimana semua pekerja dalam suatu departemen tidak diijinkan untuk bekerja) akan bisa menjawab permasalahan yang ada. Lama waktu periode istirahat dan frekuensi pengadaannya akan tergantung pada jenis pekerjaan yang ada tentunya. Barangkali yang paling umum dilakukan adalah memberikan satu kali periode istirahat pada pagi hari dan sekali lagi pada saat siang menjelang sore hari lama waktu periode istirahat untuk melepaskan lelah sudah banyak berkurang karena di sini sudah mulai diaplikasikan penggunaan peralatan atau mesin yang serba mekanis dan otomatis secara besarbesaran sehingga mengurangi peranan manusia. Sebagai konsekuensinya, maka kebutuhan waktu longgar untuk istirahat melepaskan lelah ini dapat pula dihilangkan. c. Kelonggaran Waktu karena Keterlambatan-Keterlambatan (Delay Allowance) Keterlambatan atau delay bisa disebabkan oleh faktor-faktor yang sulit untuk dihindarkan (unavoidable delay), tetapi bisa juga disebabkan oleh beberapa faktor yang sebenarnya masih bisa untuk dihindari. Keterlambatan yang terlalu besar / lama tidak akan dipertimbangkan sebagai dasar untuk menetapkan waktu baku. Untuk avoidable

delay di sini terjadi dari saat ke saat yang umumnya dsebabkan oleh mesin, operator,
ataupun hal-hal lain yang di luar kontrol. Mesin dan peralatan kerja lainnya selalu diharapkan tetap pada kondisi siap pakai/ kerja. Apabila terjadi kerusakan dan perbaikan berat terpaksa harus dilaksanakan, operator biasanya akan ditarik dari stasiun kerja ini sehingga delay yang terjadi akan dikeluarkan dari pertimbangan-pertimbangan untuk menetapkan waktu baku untuk proses kerja tersebut. 2.6 Waktu Siklus, Waktu Normal, Waktu Baku dan Output Standar Berikut ini merupakan penjelasan dari waktu siklus, waktu normal, waktu baku, dan

output standar :
1. Waktu Siklus Waktu siklus adalah waktu yang diperlukan oleh proses usaha dalam pemenuhan kebutuhan dan harapan pelanggan mulai dari saat pelanggan menyatakan keinginannya terhadap produk atau jasa sebuah perusahaan sampai dengan pelanggan mendapatkan LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MODUL 5

WORK MEASUREMENT

produk dan jasa tersebut dengan memuaskan. Bila perusahaan tersebut bergerak dalam ekspedisi pengiriman barang atau dokumen maka pelanggan akan menginginkan setidaknya dua hal utama, yaitu: paket sampai di tujuan dalam kondisi baik (tidak ada cacat) dan dalam waktu yang singkat sampai di penerima. Waktu penyelesaian satu satuan produksi mulai dari bahan baku diproses di tempat tersebut. Waktu siklus ini merupakan jumlah waktu tiap elemen job hasil pengamatan secara langsung yang tertera dalam (stop watch).
Sumber: Sutalaksana (1979:39)

(2-10)

Dimana : 2.

= jumlah waktu penyelesaian yang teramati N = jumlah pengamatan yang dilakukan

Waktu Normal Waktu penyelesaian pekerjaan yang diselesaikan oleh pekerja dalam kondisi wajar dan kemampuan rata-rata. Waktu normal merupakan waktu kerja (2-11) telah mempertimbangkan faktor penyesuaian.Rumusnya adalah sebagai berikut :

W N WS p
Sumber: Sutalaksana (1979:39)

Dimana : Ws = waktu siklus P = faktor penyesuaian Maksud dimasukkannya faktor penyesuaian adalah untuk menjaga kewajaran kerja, sehingga tidak akan terjadi kekurangan waktu karena terlalu idealnya kondisin kerja yang diamati. Faktor penyasuaian dalam pengukuran waktu kerja dibutuhkan untuk menentukan waktu normal dari operator yang berada dalam sistem kerja tertentu. Beberapa cara menentukan faktor penyesuaian yaitu antara lain, (Sutalaksana; 1979): a. Cara Persentase Cara ini merupakan cara yang paling awam untuk digunakan dalam melakukan penyesuaian. Besarnya faktor penyesuaian sepenuhnya ditentukan oleh pengukuran melalui pengamatan selama melakukan pengukuran. Setelah mengukur pengamat menentukan faktor penyesuaian (harga p) yang menurutnya akan menghasilkan waktu normal bila harga ini dikalikan dengan waktu siklus. Bila p = 110%, waktu siklus (Ws) suatu pekerjaan telah dihitung sama dengan 14,6 menit, maka waktu normal pekerjaan tersebut sama dengan: Wn = Ws x P = 14,6 menit x 110% = 16,6 menit Penentuan faktor penyesuaian tersebut dilakukan dengan sangat sederhana. Di lain pihak kekurangan ketelitian hasil sebagai akibat dari kasarnya cara penilaian.

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MODUL 5 b. Cara Shumard Cara ini memberikan patokan-patokan penilaian

WORK MEASUREMENT

melalui

kelas-kelas

performance kerja diri sendiri. Seorang yang dipandang bekerja diberi nilai 60, nilai
ini digunakan sebagai patokan untuk memberikan penyesuaian bagi performance kerja lainnya. Misalnya ada seorang tenaga kerja yang bekerja dengan performance

excellent, maka nilai tenaga kerja tersebut adalah 80, sehingga faktor penyesuaian
adalah 80:60= 1,33. Jika waktu siklus pekerjaan terhitung 14,6 menit, maka waktu normalnya: Wn = 14,6 menit x 1,33 = 19,42 menit c. Cara Westinghouse Cara ini berbeda dengan cara Shumard, cara tersebut mengarahkan penilaian pada empat faktor yang dianggap menentukan kewajaran atau ketidakwajaran dalam bekerja yaitu ketrampilan, usaha, kondisi kerja dan konsistensi. Yang dimaksud dengan kondisi kerja atau condition pada cara Westing House adalah kondisi fisik lingkungannya seperti keadaan pencahayaan, temperature dan kebisingan ruangan. Bila tiga faktor lainnya yaitu ketrampilan, usaha dan konsisten merupakan apa yang dicerminkan operator, maka kondisi kerja merupakan sesuatu di luar operator yang diterima apa adanya oleh operator tanpa banyak kemampuan merubahnya. Oleh sebab itu faktor kondisi sering disebut sebagai faktor manajemen, karena pihak inilah yang dapat dan berwenang merubah atau memperbaikinya. d. Cara Objektif Cara ini memperlihatkan dua faktor, yaitu kecepatan kerja dan tingkat kesulitan kerja. Kecepatan kerja adalah kecepatan dalam menyelesaikan pekerjaan. Jika operator bekerja terlalu cepat, penyesuaian untuk kecepatan besarnya > 1, jika operator bekerja lambat penyesuaian kecepatan kerja < 1, dan jika operator bekerja normal penyesuaiannya = 1. Besarnya penyesuaian untuk tingkat kesulitan kerja ditentukan dengan memperhatikan kesulitan-kesulitan dalam bekerja. e. Cara Bedaux Cara ini merupakan pengembangan untuk lebih mengobyektifkan penyesuaian. Pada dasarnya cara ini tidak berbeda dengan cara Shumard, hanya saja nilai-nilai pada Bedaux dinyatakan dalam B seperti misalnya 60B, 70B dan sebagainya. f. Cara Sintesa Cara ini lebih berbeda dengan cara yang lainnya, dalam waktu penyesuaian setiap elemen gerakan dibandingkan dengan beebrapa harga yang diperoleh dari tabel-tabel data waktu gerakan, untuk kemudian dihitung harga rata-rata. Harga rata-rata inilah yang dinilai sebagai faktor penyesuaian untuk elemen-elemen LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MODUL 5

WORK MEASUREMENT

pekerjaan pertama, kedua dan ketiga bagi suatu siklus pekerjaan adalah 17,10 detik dan 32 detik. Dari beberapa tabel data waktu gerakan didapat untuk beberapa elemen yang sama masing-masing pada beberapa elemen tersebut, perbandingannya adalah 12:10 dan 29:10, rata-ratanya yaitu 1,05. Harga rata-rata ini menjadi nilai faktor penyesuaian untuk ketiga elemen pekerjaan tersebut oleh siklus yang bersangkutan. Perhitungan waktu normal sama dengan cara-cara lainnya. Keterangan :

p = faktor penyesuaian, jika : p = 1 ; bekerja wajar p < 1 ; bekerja terlalu lambat p > 1 ; bekerja terlalu cepat
3. Waktu Baku Waktu yang dibutuhkan secara wajar oleh pekerja normal untuk menyelesaikan pekerjaannya yang dikerjakan dalam sistem kerja terbaik saat itu. Waktu baku merupakan waktu kerja dengan mempertimbangkan faktor penyesuaian dan faktor kelonggaran (allowance ). Pemberian kelonggaran ini dimaksudkan untuk memberi kesempatan kepada operator untuk melakukan hal - hal yang harus dilakukannya, sehingga waktu baku yang diperoleh dapat dikatakan data waktu kerja yang lengkap dan mewakili sistem kerja yang diamati. Kelonggaran yang diberikan antara lain : a. b. c. Kelonggaran untuk kebutuhan pribadi Kelonggaran untuk menghilangkan rasa lelah ( fatigue ) Kelonggaran yang tidak dapat dihindarkan Pemberian faktor kelonggaran dan penyesuaian secara bersama - sama, selayaknya dapat dirasakan adil (fair), baik dari sisi operator maupun dari sisi manajemen. Rumus dari waktu baku adalah :

WB W N

100% 100% %allowance

(2-12)

Sumber: Sutalaksana (1979:40)

Dimana : Wn = waktu normal Ws = waktu siklus

Allowance = kelonggaran

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MODUL 5 2.7 Peta Kerja

WORK MEASUREMENT

Ada berbagai macam peta kerja yang umum dipakai untuk menganalisa proses kerja keseluruhan, antara lain: 1. 2. 3. 4. Peta Proses Operasi (Operation Process Chart) Peta Proses Produk Banyak (Multi Product Process Chart) Peta Aliran Proses (Flow Process Chart) Diagram Aliran (Flow Diagram atau Strig Diagram) Di dalam pembuatan peta-peta kerja tersebut maka di sini akan dipergunakan simbol-simbol standar ASME. Khusus untuk Peta Proses Operasi tidak semua simbol akan diaplikasikan, sedangkan untuk diagram aliran selain aplikasi dari simbol-simbol ASME juga diperlukan gambar lay out dari pabrik atau area kerja yang akan dianalisa. 2.7.1 Lambang-lambang yang Digunakan Peta kerja/proses secara umum bisa didefinisikan sebagai gambar grafis yang menjelaskan setiap proses manufacturing ataupun proses kerja lainnya yang terjadi di dalam pelaksanaan suatu operasi kerja. Di sini tahapan proses harus dianalisa secara sistematis dan logis berdasarkan langkah-langkah proses yang seharusnya hampir semua langkah atau kejadian dalam suatu proses kerja akan terdiri dari elemen-elemen kerja seperti operasi, transportasi, inspeksi, menunggu, dan menyimpan (storage). Untuk maksud tersebut di atas perlu digunakan berbagai macam simbol untuk menggambarkan masing-masing aktivitas. Simbol-simbol aktivitas yang dalam hal ini dilakukan oleh ASME (American Society of Mechanical Engineers) dapat dilihat dalam Gambar 2.1, beserta definisinya berikut ini:

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MODUL 5

WORK MEASUREMENT

Gambar 2.1 Simbol-simbol ASME yang digunakan untuk pembuatan peta proses Sumber: Sritomo Wignjosubroto,(2008:128)

Selanjutnya masing-masing simbol tersebut dapat dijelaskan lebih lanjut sebagai berikut: 1. Operasi Kegiatan operasi apabila suatu proyek (material) akan mengalami perubahan sifat baik fisik maupun kimiawi dalam suatu proses transformasi. Kegiatan merakit atau mengurai rakit juga dipertimbangkan sebagai suatu operasi kerja. Menerima informasi maupun memberikan informasi, membuat suatu rencana (planning) atau melaksanakan kegiatan kalkulasi pada suatu keadaan juga diklasifikasikan sebagai suatu operasi kerja. Kegiatankegiatan kerja di sini juga dilakukan manusia (operator) mesin, atau kedua-

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MODUL 5

WORK MEASUREMENT

duanya. Operasi merupakan kegiatan yang paling banyak terjadi di dalam suatu proses kerja. Beberapa contoh operasi kerja adalah sebagai berikut: a.

Material Process Chart


Berikut merupakan contoh penggunaan material process chart: 1) 2) 3) Sebuah material dikerjakan dalam proses permesinan misalnya dengan engine

lathe, milling machine, dan grindling machine.


Sebuah billet dipanaskan dalam suatu furnace. Selembar kertas diketik dengan mesin ketik dalam kegiatan administrasi.

b.

Man-Process Chart
Berikut merupakan contoh penggunaan man-process chart: 1) 2) Gerakan tangan operator untuk pemakanan feeding dalam proses membubut, mengebor, dan lain-lain. Memasang mur dan baut pada proses merakit. Memukul palu. Jumlah pekerja yang bisa digambarkan oleh sebuah simbol akan tergantung dengan

derajat ketelitian yang dikehendaki dari penggambaran suatu peta kerja. Sebagai contoh, kegiatan transfer material dari dan ke mesin bisa dianggap sebagai bagian dari kegiatan operasi akan tetapi bisa pula dipandang sebagai kegiatan transportasi sehingga penggambaran simbolnya dalam peta kerja juga akan berbeda. Secara umum bila maksud utama dari penggambaran peta kerja adalah untuk menunjukkan urutan langkah dari aktivitas sejumlah operasi kerja, maka kegiatan transfer yang kecil (jarak perpindahan relatif pendek) dari material yang terjadi dalam suatu stasiun kerja bisa diasumsikan sebagai bahan dari kegiatan operasi. 2. Transportasi Kegiatan transportasi terjadi bila fasilitas kerja lainnyayang dianalisabergerak berpindah tempat yang bukan merupakan bagian dari suatu operasi kerja. Suatu pergerakan yang merupakan bagian dari suatu operasi atau disebabkan oleh pekerja pada tempat kerja sewaktu operasi atau pemeriksaan berlangsung bukanlah merupakan kegiatan transportasi. Contoh kegiatan transportasi di sini adalah: a. b. c. d. Memindahkan material dengan tangan, holist, truck, conveyor, dan lain-lain. Bergerak, berjalan, dan membawa objek dari suatu lokasi kerja ke lokasi kerja yang lain. Meledakkan/memindahkan material menuju atau dari mesin, container, conveyor, dan lain-lain. Membuat gambar kerja dari bagian desain ke bagian produksi.

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MODUL 5 3. Inspeksi

WORK MEASUREMENT

Kegiatan inspeksi atau pemeriksaan terjadi apabila suatu objek diperiksa, baik pemeriksaan pada segi kualitas maupun kuantitas. Hal ini dilakukan untuk menjawab pertanyaan Apakah sudah sesuai dengan karakteristik performansi yang telah distandarkan? Pemeriksaan ini bisa termasuk kegiatan mengukur besaran dengan memakai peralatan ukur atau sekedar membandingkan secara visual dengan objek lain yang sudah diklasifikasikan standar. Dalam beberapa kasus tertentu kegiatan ini bisa dilaksanakan bersama dengan kegiatan kerja lainnya seperti operasi atau transportasi. Beberapa contoh pemeriksaan adalah sebagai berikut: a. b. c. 4. Meneliti dimensi benda kerja dengan menggunakan alat ukur. Membaca dial indikator atau instrumen-instrumen pengukur lainnya. Menghitung jumlah benda yang diterima dari hasil pembelian. Proses menunggu terjadi apabila material, benda kerja, operator atau fasilitas kerja dalam kondisi berhenti dan tidak terjadi kegiatan apapun selain menunggu. Contohcontoh untuk keadaan menuggu ini antara lain seperti: a. b. c. 5. Material atau benda kerja diletakkan di container, menunggu untuk dipindahkan ke stasiun kerja berikutnya. Obyek menunggu untuk diproses atau diperiksa. Material menunggu diproses karena adanya kerusakan teknis pada mesin. Proses penyimpanan terjadi apabila obyek disimpan dalam jangka waktu yang cukup lama. Jika obyek itu akan kembali diambil, biasanya akan memerlukan prosedur perijinan khusus. Simbol ini digunakan untuk menyatakan bahwa suatu obyek mengalami proses penyimpanan permanen, yaitu ditahan atau dilindungi terhadap pengeluaran tanpa ijin tertentu. Prosedur perijinan dan lamanya waktu adalah dua hal yang membedakan antara kegiatan menyimpan (storage) dan menunggu (delay). Contoh yang sesuai dengan kegiatan menyimpan ini adalah antara lain seperti : a. b. c. 6. Bahan baku, supplies, dan lain-lain yang disimpan dalam gudang pabrik. Dokumen atau arsip yang disimpan dalam rak atau lemari khusus. Uang atau surat berharga lainnya yang disimpan dalam brankas. Seringkali dijumpai kondisi-kondisi dimana dua elemen kerja harus dilaksanakan secara bersamaan. Sebagai contoh disini adalah kegiatan operasi yang harus dilaksanakan bersama dengan kegiatan pemeriksaan pada stasiun kerja yang sama pula.

Menunggu (Delay)

Menyimpan (Storage)

Aktivitas ganda

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MODUL 5

WORK MEASUREMENT

Untuk ini penggambaran simbol yang digunakan adalah dengan meletakkan simbol kerja yang satu diatas symbol kerja yang lainnya. 2.7.2 Macam-macam Peta Kerja Peta kerja dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu peta kerja keseluruhan dan setempat. 2.7.2.1 Peta Kerja Keseluruhan Peta kerja keseluruhan digunakan apabila proses produksi melibatkan sebagian besar atau semua fasilitas yang diperlukan untuk membuat produk yang bersangkutan. 1. Peta Proses Operasi Peta proses operasi yang sering dikenal dengan nama operation process chart (OPC) adalah suatu diagram yang menggambarkan langkah-langkah proses yang akan dialami bahan baku mengenai urutan operasi dan pemeriksaan sejak awal sampai menjadi produk jadi utuh/komponen. Peta proses operasi ini juga memuat informasi tentang waktu yang diperlukan, material yang digunakan, dan alat yang dipakai dalam proses. Kegunaan dari peta proses operasi yaitu : a. b. a. Dapat mengetahui tingkat kebutuhan akan mesin dan bahan baku. Menentukan tata letak pabrik yang optimal. Prinsip-prinsip pembuatan dari peta proses operasi adalah sebagai berikut: Pada baris paling atas diberi judul Peta Proses Operasi yang diikuti dengan identifikasi lain seperti nama objek, nomor peta, nama pembuat peta, dan tanggal pembuatan peta. b. c. d. Material yang akan diproses diletakkan di atas garis horizontal, yang menunjukkan bahwa meterial tersebut masuk ke dalam proses produksi. Lambang-lambang ditempatkan dalam arah vertikal, yang menunjukkan terjadinya perubahan proses. Penomoran terhadap suatu kegiatan operasi diberkiakn secara berurutan sesuai dengan nomor urut operasi yang dibutuhkan untuk pembuatan produk tersebut atau sesuai dengan proses yang terjadi. e. Penomoran terhadap suatu kegiatan pemeriksaan diberikan secara berurutan secara tersendiri dan prinsipnya sama dengan penomoran untuk kegiatan operasi.

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MODUL 5

WORK MEASUREMENT

Gambar 2.2 Langkah-langkah sistematis pembuatan peta proses operasi Sumber: Wignjosoebroto (2008:134)

2.

Peta Aliran Proses Peta aliran proses adalah sebuah diagram yang menggambarkan tahapan-tahapan operasi, inspeksi, transportasi, delay, dan penyimpanan dari satu komponen perakitan atau produk. Kegunaan peta aliran proses antara lain: a. b. c. d. e. Mengetahui aliran bahan dari awal sampai akhir. Mengetahui waktu penyelesaian. Mengetahui jumlah kegiatan. Dapat digunakan sebagai alat untuk memperbaiki metode kerja. Menghilangkan ongkos tersembunyi. Prinsip-prinsip yang bisa digunakan untuk membuat suatu peta aliran proses yang lengkap, sebagai berikut: a. b. c. Harus memiliki judul yang kemudian diikuti dengan pencatatan beberapa identifikasi. Disebelah atas kertas, dicatat mengenai ringkasan yang memuat, jumlah total dan waktu total dari setiap kegiatan yang terjadi. Setelah bagian kepala selesai maka dikerjakan bagian badan diuraikan proses yang terjadi secara lengkap beserta lambang dan informasi mengenai jarak perpindahan, jumlah yang dilayani, waktu yang dibutuhkan dan kecepatan produksi,

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MODUL 5

WORK MEASUREMENT

juga ditambah dengan kolom analisa, catatan dan tindakan yang diambil berdasarkan analisa tersebut.

Gambar 2.3 Peta aliran proses (Flow Process Chart) Sumber: Wignjosoebroto (2008:140)

Pada prinsipnya peta aliran proses (flow process chart) hamper sama dengan peta proses operasi (operation process chart). Perbedaan yang pokok adalah dalam penggunaan simbolsimbol ASME dimana untuk peta aliran proses semua simbol akan digambarkan dengan jelas untuk menggambarkan aliran proses kerja saat awal sampai akhir proses. Dengan demikian disini aka nada tiga tambahan simbol yang digunakan yaitu simbol panah (transportasi), simbol setengah lingkaran atau huruf D (delay) dan simbol segitiga terbalik (storage) yang digambarkan baik untuk awal proses maupun akhir proses. 3. Diagram Aliran Diagram aliran adalah suatu gambaran menurut skala dari susunan lantai dan gedung, yang menunjukkan lokasi dari semua aktivitas yang terjadi dalam peta aliran proses.

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MODUL 5 Kegunaan dari diagram alir ini adalah untuk: a. b. a. b. c. d. Memperjelas peta aliran proses. Perbaikan tata letak tempat kerja. Prinsip pembuatan diagram aliran yaitu: Pertama dibuatkan judul peta dengan identifikasi lainnya.

WORK MEASUREMENT

Penganalisa harus mengidentifikasikan setiap aktivitas dengan lambang dan nomor yang sesuai dengan yang digunakan peta aliran proses. Arah gerakan dinyatakan oleh anak panah kecil yang dibuat secara periodik sepanjang garis aliran. Apabila dalam ruangan itu terjadi lintasan lebih dari satu orang atau barang, maka tiap lintasan dibedakan dengan warna bermacm-macam.

Gambar 2.4 Diagram aliran proses no 25 Sumber: Wignjosoebroto (2008:141)

2.7.2.2 Peta Kerja Setempat Peta kerja setempat digunakan jika kegiatan tersebut terjadi di dalam suatu stasiun kerja yang biasanya hanya melibatkan orang dan fasilitas dalam jumlah terbatas. Peta kerja setempat ini dibagi menjadi dua jenis, yaitu: 1. Peta Pekerja dan Mesin Peta pekerja dan mesin merupakan suatu peta atau grafik yang menggambarkan koordinasi antara waktu bekerja dan waktu menganggur dari pekerja dan mesin.

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MODUL 5 Kegunaan dari peta pekerja dan mesin ini adalah: a. Menata tata letak kerja.

WORK MEASUREMENT

Tata letak tempat kerja merupakan salah satu faktor yang menentukan lamanya waktu penyelesaian suatu pekerjaan. b. Mengatur kembali gerakan-gerakan kerja. Penataan kembali gerakan-gerakan yang dilakukan oleh pekerja akan sangat membantu meningkatkan efektivitas kerjanya dan sekaligus mempengaruhi efisiensi penggunaan tenaga. c. Merancang mesin atau peralatan. Misalnya untuk mengurangi waktu mengangkut dan sekaligus menghemat tenaga pekerja, maka pekerjaan memindahkan barang terutama barang berat yang tadinya menggunakan gerobak pendorong. d. a. b. Menambah/mengurangi pekerja/mesin. Prinsip pembuatan peta pekerja dan mesin: Nyatakan identifikasi peta yang dibuat, kemudian diikuti oleh informasi pelengkapnya. Langkah terakhir setelah semua aktivitas digambarkan, dibuat kesimpulan dalam bentuk ringkas yang memuat waktu menganggur, waktu kerja, dan akhirnya dapat mengetahui waktu penggunaan dari pekerja atau mesin tersebut. Informasi penting yang diperoleh melalui peta pekerja dan mesin ialah hubungan yang jelas antara waktu kerja operator dan waktu operasi mesin yang ditanganinya. Peningkatan efektifitas penggunaan dan perbaikan keseimbangan kerja dapat dilakukan, misalnya dengan cara: a. b. c. d. Merubah tata letak tempat kerja. Mengatur kembali gerakan-gerakan kerja. Merancang kembali mesin dan peralatan. Menambah pekerja bagi sebuah mesin atau sebaliknya.

Contoh peta proses manusia- mesin dapat dilihat pada Gambar 2.5 berikut ini:

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MODUL 5

WORK MEASUREMENT

Gambar 2.5 Peta proses manusia mesin Sumber: Sritomo, (2008:146)

2.

Peta Tangan Kiri dan Tangan Kanan Peta kerja ini menggambarkan semua gerakan saat bekerja dan waktu menganggur yang dilakukan oleh tangan kiri dan tangan kanan. Selain itu, peta kerja ini juga dapat menunjukkan perbandingan tugas antara dibebankan pada tangan kanan dan tangan kiri. Kegunaan Peta Tangan Kiri dan Tangan Kanan adalah: a. b. c. d. Menyeimbangkan gerakan kedua tangan dan mengurangi kelelahan Menghilangkan atau mengurangi gerakan-gerakan yang tidak efisien dan tidak produktif, sehingga tentunya akan mempersingkat waktu kerja. Sebagai alat untuk menganalisa tata letak stasiun kerja Sebagai alat untuk melatih pekerja baru, dengan cara kerja yang ideal Prinsip pembuatan peta tangan kiri dan tangan kanan prinsip tersebut diuraikan sebagai berikut: a. Berbeda dengan peta yang lain, untuk membuat peta ini, lembaran kertas dibagi dalam tiga bagian, yaitu bagian kepala, bagian yang memuat bagan stasiun kerja, dan bagian badan. b. Pada bagian kepala, dituliskan judulnya dengan identifikasi lainnya, pada bagan digambarkan sketsa dari stasiun kerja yang memperlihatkan tempat alat-alat dan

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MODUL 5

WORK MEASUREMENT

bahan, pada bagian badan dibagi dalam dua pihak. Sebelah kiri untuk tangan kiri dan sebelah kanan untuk tangan kanan. c. Selanjutnya kita perhatikan urutan gerakan yang dilaksanakan operator, kemudian operasi tersebut diuraikan menjadi elemen gerakan. Pada dasarnya peta tangan kiri dan tangan kanan berguna untuk memperbaiki suatu stasiun kerja. Sebagaimana peta-peta yang lain, peta ini mempunyai kegunaan yang lebih khusus, diantaranya adalah untuk menyeimbangkan gerakan kedua tangan dan menghindari kelelahan, menghilangkan atau mengurangi gerakan-gerakan yang tidak efisien dan tidak produktif, sehingga tentunya akan mempersingkat waktu kerja serta sebagai alat untuk melatih pekerjaan baru, dengan cara kerja yang baik.
Tabel 2.14 Elemen-Elemen Gerakan pada Peta Tangan Kiri dan Tangan Kanan

Elemen Menjangkau Memegang Membawa Mengarahkan Menggunakan Melepas Menganggur Memegang untuk memakai
Sumber: Sritomo, (2008:150)

Lambang Re G M P U RI D H

Contoh peta tangan kiri dan tangan kanan ditampilkan dalam Gambar 2.6 berikut ini:

Gambar 2.6 Pembuatan peta operator untuk menganalisa gerakan tangan kanan dan tangan kiri Sumber: Sritomo, (2008:152)

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MODUL 5 2.8 Ekonomi Gerakan (Motion Economy)

WORK MEASUREMENT

Dalam proses analisa dan evaluasi metode kerja guna mendapatkan metode kerja yang lebih efisisen, maka perlu dipertimbangkan prinsip-prinsip ekonomi gerakan (the principles of

motion economy). Prinsip ekonomi gerakan ini bisa dipergunakan untuk menganalisa
gerakan-gerakan kerja setempat yang terjadi dalam sebuah stasiun kerja dan bisa juga untuk kegiatan-kegiatan kerja yang berlangsung secara menyeluruh dari satu stasiun kerja ke stasiun kerja yang lainnya. Dalam buku Motion and Time Study: Improving Productivity, Marvin E. Mundel membahas dan mensistematisasikan mengenai prinsip-prinsip ekonomi gerakan seperti berikut ini: 1. Eliminasi gerakan a. Dalam upaya untuk mendapatkan metode kerja yang efisisen, gerakan-gerakan dalam sebuah kerja dapat dieliminasi. Pengeliminasian gerakan-gerakan ini dapat dilakukan dengan cara berikut ini: Mengeliminasi semua kegiatan atau aktivitas yang memungkinkan, langkah-langkah atau gerakan-gerakan (dalam hal ini banyak berkaitan dengan aplikasi anggota badan, kaki, lengan, tangan, dan bagian tubuh yang lain). b. Mengeliminasi kondisi yang tidak beraturan dalam setiap kegiatan dan meletakkan segala fasilitas kerja dan material atau komponen pada lokasi yang tetap (hal ini dapat menyebabkan gerakan-gerakan kerja yang otomatis). c. Mengeliminasi penggunaan tangan (baik satu tangan maupun keduanya) sebagai

holding device karena hal ini merupakan aktivitas tidak produktif yang menyebabkan
kerja kedua ttangan tidak seimbang. d. Mengeliminasi gerakan-gerakan yang tidak semestinya, abnormal, dan lain-lain. Selain itu, juga menghindari gerakan-gerakan yang membahayakan dan melanggar prinsipprinsip keselamatan atau kesehatan kerja. e. Mengeliminasi penggunaan tenaga otot untuk melaksanakan kegiatan statis atau fixed

position dan sebisa mungkin menggunakan tenaga mesin atau mekanisasi seperti power tools, power feeds, dan material handling untuk menggantikan tenaga otot.
f. Mengeliminasi waktu kosong (idle time) atau waktu menunggu (delay time) dengan membuat perencanaan untuk penjadwalan kerja sebaik-baiknya. Idle time atau delay

time ini dapat ditolerir apabila hal tersebut terencana dan digunakan sebagai waktu
untuk melepas lelah. 2. Kombinasi gerakan atau aktivitas kerja Pengombinasian dua atau lebih gerakan juga dapat dilakukan sebagai upaya mengefisienkan kerja. Pengombinasian ini dapat dilakukan dengan cara berikut ini:

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MODUL 5

WORK MEASUREMENT

a. Mengombinasikan gerakan-gerakan kerja yang berlangsung pendek atau terputusputus dan cenderung berubah-ubah arahnya dengan sebuah gerakan yang kontinyu, tidak patah-patah, dan cenderung membentuk suatu kurva. b. Mengombinasikan beberapa aktivitas atau fungsi yang mampu ditangani oleh sebuah peralatan kerja dengan membuat desain yang multipurpose. c. Mendistribusikan kegiatan dengan membuat keseimbangan kerja antara kedua tangan. Pola gerakan kerja yang simultan dan simetris akan memberikan gerakan yang paling efektif. Apabila kegiatan dikerjakan secara kelompok, maka diupayakan agar beban kerja dibebankan secara merata pada seluruh anggota kelompok. 3. Penyederhanaan kegiatan Selain eliminasi dan kombinasi gerakan, prinsip ekonomi gerakan adalah penyederhanaan kerja, yaitu: a. Melaksanakan setiap aktivitas dengan prinsip kebutuhan energi otot yang minimal. b. Mengurangi kegiatan mencari-cari obyek kerja dengan meletakkannya pada tempat yang tetap. Meletakkan fasilitas kerja dalam jangkauan tangan yang normal sehingga gerakan tangan berada pada jarak yang paling pendek. c. Menyesuaikan button-button control mesin dengan memperhatikan dimensi tubuh manusia. Prinsip-prinsip ekonomi gerakan ini dapat dihubungkan dengan beberapa komponen pada sebuah stasiun kerja, antara lain: 1. Prinsip ekonomi gerakan dihubungkan dengan penggunaan anggota tubuh manusia 2. Prinsip ekonomi gerakan dihubungkan dengan tempat kerja berlangsung 3. Prinsip ekonomi gerakan dihubungkan dengan desain peralatan kerja yang digunakan 2.8.1 Prinsip Ekonomi Gerakan Dihubungkan dengan Penggunaan Anggota Tubuh Manusia Berikut merupakan prinsip ekonomi gerakan dihubungkan dengan penggunaan anggota tubuh manusia: 1. Manusia memiliki kondisi fisik dan struktur tubuh yang memberi keterbatasan dalam melaksanakan gerakan kerja. 2. Bila mungkin kedua tangan memulai dan mengakhiri gerakannya dalam waktu yang bersamaan. 3. Kedua tangan tidak menganggur dalam waktu bersamaan kecuali pada waktu istirahat. 4. Gerakan tangan harus simetris dan berlawanan arah. 5. Untuk menyelesaikan pekerjaan, maka hanya hanya bagian-bagian tubuh yang memang diperlukan saja yang bekerja agar tidak terjadi penghamburan tenaga dan kelelahan yang tidak perlu. LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MODUL 5

WORK MEASUREMENT

6. Menghindari gerakan patah-patah karena akan cepat menimbulkan kelelahan. 7. Mengatur pekerjaan dengan sedemikian rupa sehingga gerak mata terbatas pada bidang yang menyenangkan tanpa perlu sering mengubah fokus. 2.8.2 Prinsip Ekonomi Gerakan Dihubungkan dengan Tempat Kerja Berlangsung Berikut merupakan prinsip ekonomi gerakan dihubungkan dengan tempat kerja berlangsung: 1. Tempat-tempat tertentu yang tidak sering dipindah-pindah harus disediakan untuk semua alat dan bahan sehingga dapat menimbulkan kebiasaan tetap atau gerak rutin. 2. Meletakkan bahan dan peralatan pada jarak yang dapat dengan mudah dan nyaman dicapai oleh pekerja sehingga mengurangi usaha mencari-cari. 3. Tata letak bahan dan peralatan kerja dirancang sedemikian rupa sehingga memungkinkan urutan gerakan yang terbaik. 4. Merancang fasilitas kerja sesuai dengan dimensi tubuh pekerja. 5. Merancang kondisi ruang kerja yang ergonomis. 2.8.3 Prinsip Ekonomi Gerakan Dihubungkan dengan Desain Peralatan Kerja yang Digunakan Berikut merupakan prinsip ekonomi gerakan dihubungkan dengan desain peralatan kerja yang digunakan: 1. Mengurangi sebanyak mungkin pekerjaan tubuh apabila pekerjaan tersebut dapat dilaksanakan dengan peralatan kerja. 2. Menggunakan alat yang multifungsi. 3. Meletakkan fasilitas kerja pada tempat yang tetap agar tidak memerlukan gerakangerakan untuk mencari. 4. Jika tiap jari melakukan kegiatan tertentu, maka beban untuk masing-masing jari harus seimbang dan sesuai dengan kekuatan yang dimiliki oleh masing-masing jari. 2.9 Line Balancing

Line balancing

merupakan metode untuk memecahkan masalah penentuan jumlah

orang dan/atau mesin beserta tugas-tugas yang diberikan dalam suatu lintasan produksi. Definisi lain dari line balancing yaitu, sekelompok orang atau mesin yang melakukan tugastugas sekuensial dalam merakit suatu produk yang diberikan kepada masing-masing sumber daya secara seimbang dalam setiap lintasan produksi, sehingga dicapai efisiensi kerja yang tinggi disetiap stasiun kerja. Fungsi dari line balancing adalah membuat suatu lintasan yang

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MODUL 5

WORK MEASUREMENT

seimbang. Tujuan pokok dari penyeimbangan lintasan adalah mengurangi delay untuk menghindari work in process (WIP) antar departemen sehingga dapat memaksimalkan kecepatan di tiap stasiun kerja dan dapat mencapai efisiensi kerja yang tinggi di tiap stasiun kerja tersebut. Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk menyeimbangkan lintasan, antara lain: 1. Metode Kilbridge-Wester Heuristic Metode Kilbridge-Wester Heuristic dikembangkan oleh sesuai dengan namanya, yaitu Kilbridge dan Wester. Langkah-langkah metode ini: a. Buat precedence diagram dari precedence data yang ada, berilah tanda daerahdaerah yang memuat elemen-elemen kerja yang tidak saling bergantung. b. Tentukan waktu siklus dengan cara mencoba-coba (trial) faktor dari total elemen kerja yang ada. Setelah CT ditentukan, kemudian tentukan jumlah stasiun kerja yang mungkin terbentuk menggunakan rumus :

(2-13)

Sumber: Verheye, Thomas. 2010. Line Balancing http://www.toonbook2.com/index.php?page=galerie&id=366&lg=en (diakses 22 November 2011)

Dimana: N = jumlah stasiun kerja ti = waktu elemen kerja ke-i c. Mendistribusikan elemen kerja pada setiap stasiun kerja dengan aturan bahwa total waktu elemen kerja yang terdistribusikan pada sebuah stasiun kerja tidak boleh melebihi waktu siklus yang ditetapkan. d. Keluarkan elemen kerja yang telah didistribusikan pada stasiun kerja dan mengulangi 3 langkah sampai semua elemen kerja yang ada terdistribusikan ke stasiun kerja. 2. Metode Helgeson-Birnie Metode Ranked Positioning Weight atau disebut juga metode Helgeson-Birnie, merupakan heuristik yang paling awal dikembangkan. Metode ini dikembangkan oleh W.B Helgeson dan D.P Birnie. Langkah-langkah penyelesaian dengan menggunakan metode ini: a. b. d. e. Hitung waktu siklus yang diinginkan. Waktu siklus aktual adalah waktu siklus yang dinginkan atau waktu terbesar. Buat matrik pendahulu berdasarkan jaringan kerja perakitan. Hitung bobot posisi tiap operasi yang dihitung berdasarkan jumlah waktu operasi waktu tersebut dan operasi-operasi mengikutinya. Urutkan operasi-operasi mulai dari bobot posisi terbesar sampai dengan yang terkecil. LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MODUL 5 f.

WORK MEASUREMENT

Lakukan pembebanan operasi pada stasiun kerja mulai dari operasi dengan bobot terbesar sampai terkecil dengan kriteria total waktu operasi lebih kecil dari waktu siklus.

g. 3.

Hitung efisiensi rata-rata stasiun kerja yang terbentuk.

Metode Moodie Young Metode

Moodie-Young

terdapat

fase.

Fase

pertama

adalah

membuat

pengelompokkan stasiun kerja. Elemen kerja ditempatkan pada stasiun kerja dengan aturan. Pada fase ini pula, precedence diagram dibuat matriks P dan F, yang menggambarkan elemen kerja pendahulu (P) dan elemen kerja yang mengikuti (F) untuk semua elemen kerja yang ada. Pada fase kedua dilakukan redistribusi elemen kerja ke setiap stasiun kerja hasil dari fase. Langkah-langkah yang harus dilakukan pada fase dua: a. b. Mengidentifikasi waktu stasiun kerja terbesar dan waktu stasiun kerja terkecil. Tentukan GOAL, dengan rumus: (2-14)
Sumber: Verheye, Thomas. 2010. Line Balancing http://www.toonbook2.com/index.php?page=galerie&id=366&lg=en (diakses 22 November 2011)

c.

Mengidentifikasi sebuah elemen kerja yang terdapat dalam stasiun kerja dengan waktu yang paling maksimum, yang mempunyai waktu lebih kecil dari GOAL. Pindahkan elemen kerja tersebut. Ulangi evaluasi sampai tidak ada lagi elemen kerja yang dapat dipindah.

d. e. 4.

Metode Immediate Updater First-Fit Heuristic Pengelompokan elemen kerja dilakukan dengan melibatkan sebuah fungsi score. Penggolongan fungsi score, adalah: a. b. c. d. Bobot posisi (Helgeson dan Birnie) Kebalikan bobot posisi Jumlah pengikut Jumlah pengikut langsung Jumlah predecessor Waktu elemen kerja Berat posisi mundur yang berulang Tepi mundur yang berulang Langkah-langkah penyelesaian dengan menggunakan metode ini adalah: a. b. Berikan fungsi score n(x) untuk setiap elemen kerja x. Perbaharui sekumpulan elemen kerja yang tersedia (elemen kerja yang mempunyaii elemen kerja pendahulu yang sudah dikelompokkan pada sebuah stasiun kerja).

e.
f. g. h.

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MODUL 5 c. 5.

WORK MEASUREMENT

Untuk elemen kerja yang tersisa, kelompokkan elemen kerja berurutan dari yang mempunyai fungsi score tertinggi kemudian kembali lagi ke langkah b.

Metode Rank and Assign Heuristic Pada metode ini, setelah fungsi score setiap elemen kerja dihitung, kemudian elemen kerja di rangking berdasar fungsi scorenya. Elemen kerja yang mempunyai fungsi score tertinggi diberi rangking 1, dan seterusnya. Langkah-langkah penyelesaian dengan menggunakan metode ini: a. b. c. Hitung fungsi score setiap elemen kerja berdasarkan fungsi yang ada pada metode IUFF. Buat perangkingan untuk semua elemen kerja berdasarkan nilai fungsi scorenya. Kelompokkan elemen kerja-elemen kerja pada stasiun kerja dengan memperhatikan precedence diagram dan batasan CT. Definisi dari istilah-istilah yang sering digunakan dalam keseimbangan lintasan (line

balancing):
1.

Precedence diagram Precedence diagram merupakan gambaran secara grafis dari urutan operasi kerja, serta
ketergantungan pada operasi kerja lainnya yang tujuannya untuk memudahkan pengontrolan dan perencanaan kegiatan yang terkait di dalamnya.

Gambar 2.7 Precedence diagram Sumber: Saryones, Frengky. 2010. Line Balancing http://www.toonbook2.com/index.php?page=galerie&id=366&lg=en (diakses 22 November 2011)

Tanda-tanda yang dipakai memiliki arti: a. b. Simbol lingkaran dengan huruf atau nomor di dalamnya untuk mempermudah identifikasi dari suatu proses operasi. Tanda panah menunjukkan ketergantungan dan urutan proses operasi. Dalam hal ini, operasi yang berada pada pangkal panah berarti mendahului operasi kerja yang ada pada ujung anak panah. c. Angka di atas simbol lingkaran adalah waktu standar yang diperlukan untuk menyelesaikan setiap operasi. LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MODUL 5 2.

WORK MEASUREMENT

Assemble Product Assemble product adalah produk yang melewati urutan work station dimana tiap work station (WS) memberikan proses tertentu hingga selesai menjadi produk akhir pada
perakitan akhir.

3.

Work Element (Elemen Kerja/Operasi) Work element (Elemen Kerja/Operasi) merupakan bagian dari seluruh proses perakitan
yang dilakukan.

4. 5. 6.

Waktu operasi (TI) Waktu operasi (TI) adalah waktu standar untuk menyelesaikan suatu operasi.

Work Station (WS) Work station (WS) adalah tempat pada lini perkitan di mana proses perakitan dilakukan. Cycle Time (CT) Cycle time (CT) merupakan waktu yang diperlukan untuk membuat satu unit produk per
satu stasiun. Apabila waktu produksi dan target produksi telah ditentukan, maka waktu siklus dapat diketahui dari hasil bagi waktu produksi dan target produksi, waktu siklus harus sama atau lenih besar dari waktu operasi terbesar yang merupakan penyebab terjadinya bottle neck (kemacetan). (2-15)
Sumber: Verheye, Thomas. 2010. Line Balancing http://www.toonbook2.com/index.php?page=galerie&id=366&lg=en (diakses 22 November 2011)

Dimana : CT : Cycle Time T D 7. : Waktu 1 periode produksi : Jumlah produk/output

Station Time (ST) Station Time (ST) adalah Jumlah waktu dari elemen kerja yang dilakukan pada suatu
stasiun kerja yang sama.

8.

Idle Time Idle Time adalah waktu menganggur yang terkandung dalam lini perakitan. Besarnya idle
time dapat dihitung dengan cara mengurangi waktu yang tersedia dengan waktu yang digunakan (selisih perbedaan antara CT dan ST) IT =CT-ST (2-16)
Sumber: Verheye, Thomas. 2010. Line Balancing http://www.toonbook2.com/index.php?page=galerie&id=366&lg=en (diakses 22 November 2011)

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MODUL 5 Dimana : IT : Idle Time CT : Cycle Time ST : Station Time

WORK MEASUREMENT

Perhitungan idle time dibagi menjadi dua, yaitu idle time lini perakitan sebelum diseimbangkan dan idle time lini perakitan setelah diseimbangkan. Rumus untuk idle

time lini perakitan sebelum diseimbangkan: Idle time = R x T ti


(2-17)
Sumber: Verheye, Thomas. 2010. Line Balancing http://www.toonbook2.com/index.php?page=galerie&id=366&lg=en (diakses 22 November 2011)

Dimana : ti R T : waktu proses elemen kerja yang ada di jalur terpanjang. : jumlah daerah yang terbentuk dari precedence diagram : waktu terbesar dari semua elemen kerja Rumus untuk idle time lini perakitan sesudah diseimbangkan: (2-18)

Idle Time = CT x N ti

Sumber: Verheye, Thomas. 2010. Line Balancing http://www.toonbook2.com/index.php?page=galerie&id=366&lg=en (diakses 22 November 2011)

Dimana : n N 9. : jumlah elemen kerja yang ada : jumlah stasiun kerja yang terbentuk CT : cycle time atau waktu siklus

Line efficiency (LE) Line efficiency (LE) yaitu rasio dari total waktu di stasiun kerja dibagi dengan waktu siklus
dikalikan jumlah stasiun kerja. (

(2-19)

Sumber: Verheye, Thomas. 2010. Line Balancing http://www.toonbook2.com/index.php?page=galerie&id=366&lg=en (diakses 22 November 2011)

Dimana : LE : Line Efficiency ti : Total waktu operasi N : Jumlah stasiun kerja CT : Cycle Time

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MODUL 5 10. Balance Delay (D)

WORK MEASUREMENT

Balance Delay (D) adalah ukuran dari ukuran ketidak efisiensian lintasan yang dihasilakan
dari waktu menganggur sebenarnya yang disebabkan karena pengalokasian yang kurang sempurna diantara stasiun-stasiun kerja. BD=(

(2-20)

Sumber: Verheye, Thomas. 2010. Line Balancing http://www.toonbook2.com/index.php?page=galerie&id=366&lg=en (diakses 22 November 2011)

Dimana : D N : Balance Delay : Jumlah stasiun kerja

CT : Cycle Time ti : Total waktu operasi 11. Smoothing Index (SI)

Smoothing Index (SI) yaitu suatu index yang menunjukan kelancaran relatif dari
penyeimbangan lini perakitan tertentu. (2-21)

Sumber: Verheye, Thomas. 2010. Line Balancing http://www.toonbook2.com/index.php?page=galerie&id=366&lg=en (diakses 22 November 2011)

Dimana : SI STimax STi : Smoothing Index : Waktu operasi terlama : Waktu operasi tiap stasiun

2.10 Proses Belajar (Learning Process) Dalam beberapa pabrik sering dijumpai adanya operator yang tidak pernah memperoleh kesempatan untuk mengembangkan keahliannya sampai tingkatan yang tinggi. Dalam kasus ini maka suatu learning allowance bisa diberikan secara tetap dan dimasukkan dalam penetapan standar waktunya. Selanjutnya agar bisa diperoleh beberapa pengaturan yang obyektif dari learning allowance ini maka diperlukan eksperimen yang menghasilkan sebuah kurva belajar (learning curve) untuk operasi-operasi kerja tertentu. Kurva belajar tersebut sebagai contoh bisa digambarkan secara umum sebagai berikut :

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MODUL 5

WORK MEASUREMENT

Gambar 2.8 Kurva belajar Sumber: Sritomo, (2008:310)

Dari eksperimen yang dilakukan telah berhasil disimpulkan bahwa model matematis dari kurva belajar tersebut bisa digambarkan dalam bentuk persamaan : Tq = T1qn
Sumber: http://wordpress.com/2006/learningcurve.pdf

(2-24)

Keterangan : Tq = waktu siklus setelah sejumlah siklus kerja dilakukan T1qn= bilangan konstan yang ditetapkan secara empiris. Persamaan tersebut diatas menunjukkan bahwa harga T , bisa pula diasumsikan sebagai waktu siklus percobaan yang pertama kali dilakukan dan disini dicari dalam bentuk konstan tertentu yang nilainya terbesar pada harga q yang rendah. Persamaan tersebut diatas juga ditunjukkan sebagai the cummulative average time per

cycle.

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MODUL 5

WORK MEASUREMENT

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Diagram Alir 3.1.1 Work Sampling Berikut ini adalah diagram alir praktikum work sampling:

Mulai

Identifikasi Masalah

Studi Pustaka

Observasi Objek Pengamatan

Melakukan Pre Work Sampling

Uji Keseragaman Data

Tidak
Data Seragam

Tidak
Data Dihapus

Ya
Uji Kecukupan Data

Data Cukup

Ya
Analisa dan Pengolahan Data

Kesimpulan dan Saran

Selesai

Gambar 3.1 Diagram Alir Work Sampling Sumber: Pengolahan Data

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MODUL 5

WORK MEASUREMENT

3.1.2 Metode Jam Henti Berikut merupakan diagram alir pengukuran kerja langsung dengan metode jam henti:
Mulai

Identifikasi Masalah

Studi Pustaka

Membagi Anggota Menjadi 5 Kel. Pada 5 Workstation

Melakukan Pengamatan Terhadap Operator

Mencatat Hasil Pengamatan

Menghitung Waktu Aktual

Uji Keseragaman Data

Tidak Tidak
Data Seragam Data Dihapus

Ya
Uji Kecukupan Data

Data Cukup

Ya
Analisa dan Pembahasan

Kesimpulan dan Saran

Selesai

Gambar 3.2 Diagram Alir Pengukuran Langsung Metode Jam Henti Sumber: Pengolahan Data

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MODUL 5 3.1.3 Diagram Alir Metode Tangan Kanan dan Kiri Berikut ini adalah diagram alir metode tangan kanan dan kiri :

WORK MEASUREMENT

Mulai

Identifikasi Masalah

Studi Pustaka

Melihat Video Perakitan Pigura

Mengamati Hand Motion

Membuat Peta Tangan kiri dan Tangan Kanan

Analisis Gerakan Dengan MTM

Kesimpulan dan Saran

Selesai

Gambar 3.3 Diagram Alir Pengukuran Kerja Tidak Langsung Sumber: Pengolahan Data

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MODUL 5 3.2 Alat dan Bahan Praktikum Alat-alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini antara lain: 1. Tabel Bilangan Random

WORK MEASUREMENT

Digunakan untuk mendapatkan angka random yang selanjutnya dimodifikasi untuk menentukan jadwal waktu pengamatan. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Lembar waktu pengamatan Digunakan untuk menentukan data pengukuran yang diperoleh.

Stopwatch
Digunakan untuk menghitung waktu pengerjaan masing-masing stasiun kerja. Video Karton kuning Plastik mika Digunakan untuk melapisi bagian depan pigura. Kertas sokong Digunakan untuk menghias pigura sebagai tahap finishing. Lem rajawali Gunting

10. Cutter 11. Plastik Digunakan untuk mengemas pigura yang telah dirakit. 12. Kawat emas Digunakan untuk mengikat plastik kemasan. 13. Pita kain Digunakan untuk menghias pigura sebagai tahap finishing. 14. Penggaris besi 15. Foto (1 kelompok besar) ukuran 2R sebanyak empat (4) lembar. 3.3 Prosedur Pelaksanaan Praktikum 3.3.1 Jam Henti Berikut merupakan prosedur pelaksanaan praktikum jam henti: 1. 2. Terdapat lima (5) stasiun kerja yang telah disiapkan sebelumnya. Pada setiap stasiun kerja terdiri dari tiga (3) praktikan. Satu praktikan bertindak sebagai operator, satu praktikan sebagai pengamat waktu kerja, dan yang lainnya sebagai pencatat waktu kerja. 3. Praktikan yang bertindak sebagai operator melakukan pekerjaan sesuai dengan stasiun kerjanya masing-masing, pengamat waktu kerja menghitung waktu yang dibutuhkan untuk melakukan pekerjaan tersebut, waktu allowance, dan waktu material handling, LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MODUL 5

WORK MEASUREMENT

sedangkan pencatat waktu menulis jumlah waktu yang diberitahukan oleh pengamat waktu kerja. 4. 5. 6. Setiap bagian pigura selesai dikerjakan, dibawa ke stasiun kerja assembly. Operator pada stasiun kerja assembly bertugas untuk merakit setiap bagian pigura yang telah diberikan dan dilakukan pencatatan waktu kerja perakitan. Pigura yang telah dirakit dibawa ke stasiun kerja finishing. Pada stasiun ini, operator bertugas untuk menghias pigura yang telah dirakit dan mengemasnya pada plastik yang telah disediakan. 3.3.2 Work Sampling Berikut merupakan prosedur pelaksanaan praktikum Work Sampling: 1. 2. 3. Tiap kelompok mengobservasi suatu sistem kerja yang tempatnya telah disetujui oleh asisten. Mempersiapkan peralatan yang diperlukan berupa lembar pengamatan (tabel bilangan random), alat tulis dan stopwatch. Melakukan pre-working sampling untuk menentukan jumlah pengamatan yang harus dilakukan (dengan konsultasi ke asisten) sekaligus menghitung (tingkat kedatangan rata-rata). 4. 5. Menggunakan tabel bilangan random dan mengkonversinya dalam waktu pada lembar pengamatan. Membagi konsep menjadi tiga bagian. Satu untuk mengamati jumlah aktivitas yang terjadi pada waktu tertentu (sesuai tabel bilangan random), satu untuk mencatat waktu kedatangan pelanggan, sedangkan yang lain untuk mengamati keadaan petugas pengukuran (denggan menggunakan tabel bilangan random yang sama). 6. Melaksanakan pengamatan terhadap objek yang ditentukan sebelumnya dan mengamati dengan baik objek yang diteliti dalam kondisi kerja beserta jumlah aktivitas yang terjadi. a. Untuk bagian petugas pengukuran Mencatat waktu persiapan dan waktu pengukuran yang sesuai dengan kondisi yang diamati dalam lembar pengamatan yang telah dipersiapkan terlebiih dahulu. b. Untuk bagian antrian Menghitung atau mencatat banyak customer yang menunggu untuk dilayani pada waktu sesuai tabel bilangan random. c. Untuk bagian waktu kedatangan Mencatat waktu kedatangan pelanggan. 7. 8. Melakukan pengujian data Membuat laporan praktikum dan analisa data

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MODUL 5 3.3.3 Tidak Langsung

WORK MEASUREMENT

Berikut merupakan prosedur pelaksanaan praktikum pengukuran tidak langsung: 1. 2. 3. 4. Melihat video perakitan yang telah diberikan atau disediakan. Mengamati hand motion. Mengukur waktu dari setiap gerakan. Analisa waktu kerja menggunakan peta tangan kiri-tangan kanan.

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MODUL 5

WORK MEASUREMENT

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Work Sampling 4.1.1 Pre Work Sampling Berikut adalah rekap data pengamatan Pre Work Sampling :
Tabel 4.1 Data Pre Work Sampling Hari I

No Waktu . A 1 19,00 2 19,07 3 19,15 4 19,23 5 19,27 6 19,32 7 19,41 8 19,45 9 19,54 10 20,00 11 20,03 12 20,10 13 20,14 14 20,19 15 20,26 16 20,32 17 20,43 18 20,47 19 20,51 20 20,58 21 21,05 22 21,13 23 21,18 24 21,25 25 21,33 26 21,40 27 21,46 28 21,49 29 21,55 30 22,00

OPERATOR 1 B C D E

OPERATOR 2 F A B C D E F

Sumber : Pengolahan Data

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MODUL 5
Tabel 4.2 Data Pre Work Sampling Hari II

WORK MEASUREMENT

No . Waktu 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 14,00 14,08 14,12 14,20 14,27 14,34 14,42 14,49 14,52 14,58 15,03 15,11 15,16 15,22 15,29 15,34 15,46 15,50 15,54 16,01 16,05 16,11 16,20 16,28 16,33 16,39 16,45 16,51 16,55 17,00

OPERATOR 1 A B C D E F

OPERATOR 2 A B C D E F

Sumber: Pengolahan Data

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MODUL 5
Tabel 4.3 Data Pre Work Sampling Hari III
NO. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 WAKTU 16,00 16,06 16,12 16,15 16,21 16,24 16,29 16,33 16,41 16,48 16,54 17,01 17,06 17,07 17,14 17,22 17,30 17,43 17,49 17,52 18,03 18,05 18,11 18,17 18,25 18,33 18,40 18,42 18,50 18,58 A OPERATOR 1 B C D E F A OPERATOR 2 B C D E F

WORK MEASUREMENT

Sumber: Pengolahan Data

Pada data work sampling, dilakukan penambahan data dari pre work sampling. Hal ini dikarenakan data yang dikumpulkan pada pre work sampling tidak mencukupi analisa work

sampling, sehingga menambah data pengamatan sebanyak dua hari. Data pre work sampling
yang sebanyak tiga hari pengamatan tetap digunakan pada data work sampling ini, sehingga total data yang digunakan pada work sampling adalah lima hari pengamatan.

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MODUL 5 Berikut ini adalah data penambahan dua hari pengamatan:

WORK MEASUREMENT

Tabel 4.4 Data Penambahan Pre-Work Sampling Hari IV


NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 Waktu 9:01:41 9:02:35 9:02:37 9:03:00 9:04:44 9:08:51 9:11:18 9:16:09 9:16:37 9:18:03 9:20:14 9:20:23 9:23:53 9:27:33 9:27:41 9:27:53 9:31:40 9:32:00 9:34:31 9:36:37 9:38:19 9:39:53 9:40:33 9:40:54 9:43:24 9:45:49 9:49:25 9:52:03 9:52:20 9:53:03 9:53:05 9:53:10 9:53:24 9:53:42 9:53:42 9:54:46 9:56:33 10:01:19 10:01:27 10:01:33 10:03:28 10:03:34 10:05:24 10:06:10 10:07:19 10:08:37 10:08:51 10:08:53 10:11:05 10:12:07 A B OPERATOR I C D E F A B OPERATOR II C D E F

Sumber : Pengolahan Data

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MODUL 5

WORK MEASUREMENT

Lanjutan Tabel 4.4 Data Penambahan Pre-Work Sampling OPERATOR I OPERATOR II NO Waktu A B C D E F A B C D E 55 10:30:20 56 10:33:02 57 10:33:42 58 10:35:48 59 10:38:27 60 10:41:15 61 10:41:26 62 10:42:03 63 10:43:28 64 10:45:09 65 10:48:15 66 10:48:58 67 10:52:14 68 10:53:28 69 10:55:27 70 10:57:51 71 11:02:04 72 11:04:27 73 11:08:23 74 11:09:58 75 11:10:39 76 11:11:37 77 11:13:27 78 11:13:50 79 11:18:17 80 11:21:25 81 11:22:09 82 11:23:48 83 11:26:27 84 11:31:10 85 11:33:38 86 11:33:46 87 11:35:04 88 11:35:37 89 11:41:14 90 11:41:25 91 11:44:51 92 1150:14 93 11:50:51 94 11:55:56 95 11:56:10 96 11:56:10 98 11:58:12 99 11:58:45 100 11:59:04 Sumber : Pengolahan Data

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MODUL 5
Tabel 4.5 Data Penambahan Pre-Work Sampling Hari V
NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 Waktu 10:01:50 10:03:13 10:05:42 10:08:24 10:11:07 10:11:59 10:19:23 10:19:24 10:19:31 10:20:27 10:22:20 10:27:02 10:27:06 10:32:54 10:33:24 10:34:57 10:35:40 10:35:47 10:35:50 10:37:53 10:39:32 10:43:23 10:45:29 10:47:41 10:48:16 10:48:22 10:50:29 10:57:13 10:57:57 10:59:52 11:01:40 11:01:43 11:08:56 11:09:10 11:09:13 11:09:39 11:10:21 11:11:58 11:12:01 11:12:56 11:13:40 11:14:57 11:14:59 11:19:36 11:19:57 11:22:28 11:25:00 11:26:06 11:26:15 11:26:26 11:27:29 11:27:52 11:28:03 11:29:45 A B OPERATOR I C D E F A B OPERATOR II C D E

WORK MEASUREMENT

Sumber : Pengolahan Data

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MODUL 5
Lanjutan Tabel 4.5 Data Penambahan Pre-Work Sampling Hari V
NO 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 98 99 100 Waktu 11:30:20 11:33:02 11:33:42 11:35:48 11:38:27 11:41:15 11:41:26 11:42:03 11:43:28 11:45:09 11:48:15 11:48:58 11:52:14 11:53:28 11:55:27 11:57:51 12:02:04 12:04:27 12:08:23 12:09:58 12:10:39 12:11:37 12:13:27 12:13:50 12:18:17 12:21:25 12:22:09 12:23:48 12:26:27 12:31:10 12:33:38 12:33:46 12:35:04 12:35:37 12:41:14 12:41:25 12:44:51 12:50:14 12:50:51 12:55:56 12:56:10 12:56:10 12:58:12 12:58:45 12:59:04 A B OPERATOR I C D E F A B OPERATOR II C D E

WORK MEASUREMENT

Sumber : Pengolahan Data

Keterangan: A: Memberikan Menu B: Menanyakan Pesanan C: Mengantarkan Minuman D: Mengantarkan Makanan E: Membersihkan Meja F: Idle LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MODUL 5 Rekap data dalam tabel :


Tabel 4.5 Rekap data

WORK MEASUREMENT

operator 1 2 3 1 36 36 36 2 34 34 34 total 70 70 70 rata-rata 35 35 35 std.dev 1,41 1,41 1,41


Sumber : Pengolahan Data

4 24 24 48 24 0

5 total produktif idle 18 150,00 23 18 144,00 24 36 294,00 47 18 147,00 24 0 4,24 1

Analisis data pre work sampling dilakukan dengan beberapa pengujian, yaitu: 1. Uji Keseragaman Data Menghitung BKA dan BKB untuk aktivitas 1

Tabel 4.6 Uji Keseragaman data jumlah produktif


jumlah pengamata n

aktivitas

hari 1

hari 2

hari 3

op 1 op 2 op 1 op 2 op 1 op 2 17 19 19 10 6 13 15 15 10 8 9 9 9 5 6 8 10 10 9 7 8 8 8 9 6 9 9 9 5 9

p 0,36 0,39 0,39 0,27 0,23

p bar BKA 0,33 0,33 0,33 0,33 0,33 0,43 0,43 0,43 0,43 0,43

BKB 0,22 0,22 0,22 0,22 0,22

1 2 3 4 5

64,00 70,00 70,00 48,00 42,00

180,00 180,00 180,00 180,00 180,00

Sumber: Pengolahan data

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MODUL 5

WORK MEASUREMENT

UJI KESERAGAMAN DATA


0.50 0.45 0.40 0.35 0.30 0.25 0.20 0.15 0.10 0.05 0.00 1 2 3 AKTIVITAS Gambar 4.1 Grafik Keseragaman Data Sumber: Pengolahan data 4 5

Produktivitas

p p-bar BKA BKB

2.

Uji Kecukupan Data k = 95% = 2 s = 0,05 ( ( ) )

Untuk memenuhi uji kecukupan data diperlukan pengamatan sebanyak 267 kali. Jadi dapat disimpulkan bahwa data yang diambil adalah kurang, maka perlu dilakukan pengamatan lagi sebanyak 2 kali.
Tabel 4.8 Rekap Data Pengamatan Aktivitas 5 Hari
Hari Aktivitas

aktivitas 1 aktivitas 2 aktivitas 3 aktivitas 4 aktivitas 5 operator 2 Aktivitas Idle 8 7 9 9 7 9 20 18 11 11 operator 1 operator 2 operator 1 operator 2 operator 1 operator 2 operator 1 operator 2 operator 1 Total Aktivitas Produktif 132 82 81 85 114

1 2 3 4 5

17 9 8 9 17

13 8 9 9 9

19 9 8 9 19

15 10 9 8 9

19 9 8 9 19

15 10 9 8 9

10 5 9 7 10

10 9 5 8 8

6 6 7 9 7

Sumber: Pengolahan Data

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MODUL 5

WORK MEASUREMENT

Analisis data work sampling selama 5 hari dilakukan dengan beberapa pengujian, yaitu: 1.
aktivitas

Uji Keseragaman Data


Tabel 4.9 Uji Keseragaman Data Pengamatan
jumlah produktif jumlah pengama -tan hari 1 O1 17 19 19 10 6 O2 13 15 15 10 8 hari 2 O1 9 9 9 5 6 O2 8 10 10 9 7 hari 3 O1 8 8 8 9 7 O2 9 9 9 5 9 hari 4 O1 9 9 9 7 9 O2 9 8 8 8 9 hari 5 O1 17 19 19 10 7 O2 9 9 9 8 7 p p bar BKA BKB

1 2 3 4 5

108 115 115 81 75

580 580 580 580 580

0,186 0,198 0,198 0,140 0,129

0,170 0,170 0,170 0,170 0,170

0,217 0,217 0,217 0,217 0,217

0,124 0,124 0,124 0,124 0,124

Sumber: Pengolahan Data

P R O D U K S T I V I T A

0.25 0.2

UJI KESERAGAMAN
p

0.15 0.1 0.05 0 1 2 3 AKTIVITAS Gambar 4.2 Peta Kontrol Data 5 Hari Sumber: Pengolahan Data 4 5

p - bar BKA BKB

2.

Uji Kecukupan Data

Dari perhitungan uji kecukupan data diperoleh nilai 278. Sehingga jumlah pengamatan yang telah dilakukan sebanyak 580 pengamatan sudah lebih dari kecukupan data yang harus diamati.

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MODUL 5 4.1.2 Perhitungan Waktu Baku

WORK MEASUREMENT

Untuk menghitung waktu baku maka dibutuhkan data waktu longgar (allowance) yang dilakukan oleh operator:
Tabel 4.11 %Allowance Kriteria Allowance %Allowance A. Tenaga yang dikeluarkan 19 B. Sikap Kerja 5 C. Gerakan Kerja 0 D. Kelelahan Mata *) 17 E. Keadaan Temperatur **) 4 F. Keadaan Atmosfer ***) 0 G. Keadaan Lingkungan yang Baik 2 Total 47 Sumber: Pengolahan data

Perhitungan nilai allowance pada masing masing kriteria besarnya tidak sama, tergantung dari jenis pekerjaan dan beban kerja operator. Setelah ditentukan besarnya

allowance, maka selanjutnya dapat ditentukan besarnya waktu baku dari masing- masing
aktivitas.

4.2 Stopwatch Time Study 4.2.1 Diagram Alir Di bawah ini merupakan diagram alir dari semua Work Station :

Gambar 4.2 Diagram alir Work Station Sumber: Pengolahan data

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MODUL 5 Keterangan:

WORK MEASUREMENT

Work Station I : Pemotongan badan pigura bagian depan Work Station II : Pemotongan badan pigura bagian belakang dan penyangga badan pigura Work Station III : Pemotongan hiasan pigura bagian atas dan bawah, hiasan pigura bagian
kanan dan kiri, dan mika plastik

Work Station IV :Perakitan pigura Work Station V : Finishing (Pemasangan hiasan pita pada pigura) Work Station I mengerjakan pemotongan badan pigura bagian depan, 1 operator
sebagai pemotong dan dua praktikan lainnya sebagai pengamat. Setelah pengerjaan selesai, operator memberikan hasilnya kepada Work Station IV. Work Station II mengerjakan pemotongan badan pigura bagian belakang dan penyangga badan pigura, 1 operator sebagai pemotong dan dua praktikan lainnya sebagai pengamat. Setelah pengerjaan selesai, operator memberikan hasilnya kepada Work Station IV. Work Station III mengerjakan pemotongan hiasan pigura bagian atas dan bawah, hiasan pigura bagian kanan dan kiri, dan mika plastik, 1 operator sebagai pemotong dan dua praktikan lainnya sebagai pengamat. Setelah pengerjaan selesai, operator memberikan hasilnya kepada Work Station IV. Setelah pengumpulan semua bagian dari Work Station I-III, maka Work Station IV melakukan perakitan pigura, 1 operator sebagai perakit, 2 praktikan sebagai pengamat, dan 1 praktikan sebagai orang yang merekam gambar. Setelah Work Station IV selesai perakitannya, maka hasilnya diberikan ke Work Station V. Work Station V melakukan finishing yaitu pemasangan hiasan pita pada pigura.

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MODUL 5 4.2.2 Peta Proses Operasi

WORK MEASUREMENT

Dalam pengamatan Stopwatch Time Study dapat digambarkan peta proses operasi dalam pembuatan pigura tersebut OPERATION PROCESS CHART Company : Product : Bingkai Foto Ukuran 2R Prepared By : KELOMPOK 10 Date
Pelapis Bingkai Depan

: November 27th,2011

Kaki Bingkai

Bingkai Belakang

Bingkai Depan

30

0 - 10

Mengukur Kaki

30

0-7

Mengukur Bingkai

30

0-3

Mengukur Pelapis

30

0-1

Mengukur BIngkai

240

0 - 11

Memotong Sesuai Ukuran

180

0-8

Memotong Sesuai Ukuran

200

0-4

Memotong Sesuai Ukuran

390

0-2

Memotong Sesuai Ukuran

80

0-5

Menempelkan Pelapis Pada Bingkai Depan Menempelkan Mika Pada Bingkai Depan

15

0-6

20

0-9

Menggabungkan Bingkai Belakang Dengan Bingkai Depan Menempelkan Kaki Bingkai Pada Bagian Belakang Bingkai Finishing (Memasang foto dan Pita Penghias) dan Inspeksi Hasil Pengemasan

7,5

0 12

300

0 13 1-1

10

0 14

Storage

Gambar 4.3 Peta Proses Operasi Sumber: Pengolahan data

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MODUL 5 4.2.3 Peta Aliran Proses 4.2.3.1. Peta Aliran Proses WorkStation 1 PETA ALIRAN PROSES Company : Product : Bingkai Foto Ukuran 2R

WORK MEASUREMENT

Prepared By: KELOMPOK 10 Date : November 27th,2011

Tabel 4.12 Peta Aliran Proses Work Station 1

Dekripsi Kegiatan 1. Membaca alur pengerjaan 2. Membuat desain pigura bag.depan 3. Memotong desain pigura 4. Mengantarkan ke work station 4 4.2.3.2.Peta Aliran Proses WorkStation 2

Orang

Jarak (m) 0 0

Waktu (detik)

0 8,2

PETA ALIRAN PROSES Company : Product : Bingkai Foto Ukuran 2R Prepared By: KELOMPOK 10 Date : November 27th,2011

Tabel 4.12 Peta Aliran Proses Work Station 2

Dekripsi Kegiatan
Membaca alur pengerjaan Membuat desain pigura bag belakang dan penyangga pigura Memotong desain pigura

Orang

Jarak (feet) 0 0

Waktu (detik)

Mengantarkan ke
work station 4

8,2

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MODUL 5 4.2.3.3. Peta Aliran Proses WorkStation 3 PETA ALIRAN PROSES Company : Product : Bingkai Foto Ukuran 2R

WORK MEASUREMENT

Prepared By: KELOMPOK 10 Date : November 27th,2011

Tabel 4.12 Peta Aliran Proses Work Station 3

Dekripsi Kegiatan
1. Membaca alur pengerjaan 2. Memotong desain pigura bag. Samping kiri-kanan 3. Memotong desain pigura bag. Atasbawah 4. Mengantarkan ke work station 4

Orang

Jarak (m) 0 0

Waktu (detik)

0 3,2

4.2.3.4. Company : Product

Peta Aliran Proses WorkStation 4 PETA ALIRAN PROSES Prepared By: KELOMPOK 10 Date : November 27th,2011 : Bingkai Foto Ukuran 2R

Tabel 4.13 Peta Aliran Proses Work Station 4

Dekripsi Kegiatan
1. Membaca alur pengerjaan 2. Menempelkan desain pigura bagian depan dan belakang 3. Memasang penyangga pigura

Orang

Jarak (m) 0 0

Waktu (detik)

4. Mengantarkan ke
work station 5

3,2

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MODUL 5 4.2.3.5. Company : Product : Bingkai Foto Ukuran 2R Peta Aliran Proses WorkStation 5 PETA ALIRAN PROSES

WORK MEASUREMENT

Prepared By: KELOMPOK 10 Date : November 27th,2011

Tabel 4.13 Peta Aliran Proses Work Station 5

Dekripsi Kegiatan

Orang

Jarak (m) Waktu (detik) 0 0

1. Memasukkan foto 2. Menempelkan pita

3. Memasukkan pigura kedalam plastik


4.2.4 Uji Keseragaman 4.2.4.1 Uji Keseragaman Work Station 1

Dari data yang didapatkan saat praktikum pada Work Station 1, kemudian data diolah seperti dalam tabel berikut :
Tabel 4.14 Pengolahan Waktu Normal

Pengulangan Ke - (detik) Elemen Kerja x x-bar st dev BKA BKB 1 2 3 4 A 451 415 353 324 1543 385,75 57,73 501,21 270,29
Sumber : Pengolahan Data

Kemudian dibuat grafik sebagai berikut, untuk mengetahui data yang berada di luar batas atas dan batas bawah sebagai data yang tidak seragam.
600 500 Waktu (detik) 400 300 200 100 0 1 2 3 Pengulangan Ke4 Elemen A BKA BKB

Uji Keseragaman

Gambar 4.4 Grafik Keseragaman Work Station 1 Sumber : Pengolahan Data

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MODUL 5

WORK MEASUREMENT

Dari grafik di atas dapat disimpulkan bahwa semua data berada dalam batas control, yang berarti waktu pengerjaan pada Elemen A Work Station 1 seragam. 4.2.4.2 Uji Keseragaman Work Station 2 Dari data yang didapatkan saat praktikum pada Work Station 2, kemudian data diolah seperti dalam tabel berikut :
Tabel 4.18 Pengolahan Waktu Normal Work Station 2

ELEMEN KERJA A B

PENGULANGAN KEx x-bar st dev BKA BKB 1 2 3 4 101 69 49 51 270 67,5 24,076 115,653 19,347 137 93 84 86 400 100 24,967 149,933 50,067

Sumber : Pengolahan Data

Kemudian dibuat grafik sebagai berikut, untuk mengetahui data yang berada di luar batas atas dan batas bawah sebagai data yang tidak seragam.

Uji Keseragaman Elemen A pada WS 2


140 120 100 80 60 40 20 0 Waktu (detik)

Pengulangan KeGambar 4.5 Grafik Keseragaman Elemen A pada Work Station 2 Sumber : Pengolahan Data

200 WAKTU (detik) 150 100 50 0

Uji Keseragaman Elemen B pada WS 2


Elemen B BKA BKB 1 2 3 PENGULANGAN KE4

Gambar 4.6 Grafik Uji Keseragaman Elemen B pada Work Station 2 Sumber : Pengolahan Data

Dari grafik di atas dapat disimpulkan bahwa semua data berada dalam batas control, yang berarti waktu pengerjaan pada Elemen A dan B pada Work Station 2 seragam.

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MODUL 5 4.2.4.3 Uji Keseragaman Work Station 3

WORK MEASUREMENT

Dari data yang didapatkan saat praktikum pada Work Station 3, kemudian data diolah seperti dalam tabel berikut : ELEMEN KERJA A B C PENGULANGAN KE1 2 3 4 3,73 3,50 3,52 2,83 3,02 3,03 2,80 2,90 1,52 1,15 1,03 0,98
Tabel 4.19 Pengolahan Waktu Normal Work Station 3

x-bar 203,500 176,000 70,000

st dev

BKA

BKB

23,868 251,235 155,765 6,683 189,367 162,633 14,720 99,439 40,561

Sumber : Pengolahan Data

Kemudian dibuat grafik sebagai berikut, untuk mengetahui data yang berada di luar batas atas dan batas bawah sebagai data yang tidak seragam.

300 250 200 150 100 50 0

Uji Keseragaman Elemen A WS 3

Waktu (detik)

2 3 Pengulangan Ke -

Gambar 4.7 Grafik Keseragaman Elemen A pada Work Station 3 Sumber : Pengolahan Data

Uji Keseragaman Elemen B WS 3


200 150 100 50 0 1 2 3 4 Elemen B BKA BKB

Gambar 4.8 Grafik Keseragaman Elemen B pada Work Station 3 Sumber : Pengolahan Data

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MODUL 5

WORK MEASUREMENT

Uji Keseragaman Elemen C WS 3


150 100 50 0 -50 1 2 3 4 Elemen C BKA BKB

Gambar 4.9 Grafik Keseragaman Elemen C pada Work Station 3 Sumber : Pengolahan Data

Dari grafik 4.7, grafik 4.8, dan grafik 4.9 di atas dapat disimpulkan bahwa semua data berada dalam batas control, yang berarti waktu pengerjaan pada Elemen A, Elemen B, dan Elemen C Work Station 3 seragam. 4.2.4.4 Uji Keseragaman Work Station 4 Dari data yang didapatkan saat praktikum pada Work Station 4, kemudian data diolah seperti dalam tabel berikut :
Tabel 4.20 Pengolahan Waktu Normal Work Station 4

ELEMEN KERJA A

PENGULANGAN KE1 2 3 4 482,00 399,00 408,00 375,00

standar BKA BKB deviasi 416 46,15192 508,3038 323,6962

Sumber : Pengolahan Data

Kemudian dibuat grafik sebagai berikut, untuk mengetahui data yang berada di luar batas atas dan batas bawah sebagai data yang tidak seragam.

Uji Keseragaman Elemen A WS 4


600 500 400 300 200 100 0 1 2 3 4 Pengulangan KeGambar 4.10 Grafik Uji Keseragaman elemen A pada Work Station 4 Sumber : Pengolahan Data Waktu (detik) Elemen A BKA BKB

Dari grafik di atas dapat disimpulkan bahwa semua data berada dalam batas control, yang berarti waktu pengerjaan pada Elemen A Work Station 4 seragam. LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MODUL 5 4.2.4.5 Uji Keseragaman Work Station 5

WORK MEASUREMENT

Dari data yang didapatkan saat praktikum pada Work Station 5, kemudian data diolah seperti dalam tabel berikut :
Tabel 4.21 Pengolahan Waktu Normal Work Station 5

ELEMEN KERJA A

1 115,00

PENGULANGAN KE2 3 4 101,00 88,00 98,00

X-bar 100,50

Standar Deviasi 11,15

BKA 122,80

BKB 78,20

Sumber : Pengolahan Data

Kemudian dibuat grafik sebagai berikut, untuk mengetahui data yang berada di luar batas atas dan batas bawah sebagai data yang tidak seragam.

Uji Keseragaman Elemen A WS 5


140 120 100 80 60 40 20 0 1 2 3 Pengulangan Ke4 Waktu (detik) Elemen A BKA BKB

Dari grafik di atas dapat disimpulkan bahwa semua data berada dalam batas control, yang berarti waktu pengerjaan pada Elemen A Work Station 5 seragam. 4.2.5 Uji Kecukupan Data 4.2.5.1 Uji Kecukupan Data Work Station 1 ( ( ) )

Gambar 4.11 Uji Keseragaman Elemen A pada Work Station 5 Sumber : Pengolahan Data

Maka dapat disimpulkan bahwa data tidak cukup. Namun karena keterbatasan waktu praktikum, maka data diasumsikan cukup.

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MODUL 5 4.2.5.2 Uji Kecukupan Data Work Station 2 Elemen A ( ( ) )

WORK MEASUREMENT

Maka dapat disimpulkan bahwa data tidak cukup. Namun karena keterbatasan waktu praktikum, maka data di asumsikan cukup. Elemen B ( ( ) )

Maka dapat disimpulkan bahwa data tidak cukup. Namun dikarenakan keterbatasan praktikum, maka data diasumsikan cukup. 4.2.5.3 Uji Kecukupan Data Work Station 3 Elemen A ( ( ) )

Maka dapat disimpulkan bahwa data tidak cukup. Namun karena keterbatasan waktu praktikum, maka data diasumsikan cukup.

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MODUL 5 Elemen B ( ( ) )

WORK MEASUREMENT

Maka dapat disimpulkan bahwa data cukup. Elemen C ( ( ) )

Maka dapat disimpulkan bahwa data tidak cukup. Namun karena keterbatasan waktu praktikum, maka data diasumsikan cukup. 4.2.5.4 Uji Kecukupan Data Work Station 4 Elemen A ( ( ) )

Maka dapat disimpulkan bahwa data tidak cukup. Namun karena keterbatasan waktu praktikum, maka data diasumsikan cukup. 4.2.5.5 Uji Kecukupan Data Work Station 5 Elemen A ( ( ) ) LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MODUL 5

WORK MEASUREMENT

Maka dapat disimpulkan bahwa data tidak cukup. Namun karena keterbatasan waktu praktikum, maka data diasumsikan cukup. 4.2.6 Perhitungan Waktu Siklus, Waktu Normal, Waktu Baku 4.2.6.1 Work Station 1 1. 2. Waktu Siklus Waktu Normal = 385,75 = Ws x Perfomance Rating = 385,75 x 0,98 = 378,035 3. Waktu Baku

WB WN

100% 100% %allowance

4.2.6.2 Work Station 2 Elemen A 1. 2. 3. Waktu Siklus Waktu Normal Waktu Baku = 67,5 = Ws x Perfomance Rating = 67,5 x 0,98 = 66,15

WB WN

100% 100% %allowance

Elemen B 1. 2. 3. Waktu Siklus Waktu Normal Waktu Baku = 100 = Ws x Perfomance Rating = 100 x 0,96 = 96

WB WN

100% 100% %allowance

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MODUL 5 4.2.6.3 Work Station 3 Elemen A 1. 2. Waktu Siklus Waktu Normal = 203,5 = Ws x Perfomance Rating = 203,5 x 0,86 = 195,865 3. Waktu Baku

WORK MEASUREMENT

WB WN

100% 100% %allowance

Elemen B 1. 2. 3. Waktu Siklus Waktu Normal Waktu Baku = 176 = Ws x Perfomance Rating = 176 x 0,9 = 175,01

WB WN

100% 100% %allowance

Elemen C 1. 2. 3. Waktu Siklus Waktu Normal Waktu Baku = 70 = Ws x Perfomance Rating = 70 x 0,95 = 66,5

WB WN

100% 100% %allowance

4.2.6.4 Work Station 4 1. 2. Waktu Siklus Waktu Normal = 416 = Ws x Perfomance Rating = 416 x 0,98 = 407,68

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MODUL 5 3. Waktu Baku

WORK MEASUREMENT

WB WN

100% 100% %allowance

4.2.6.5 Work Station 5 1. 2. 3. Waktu Siklus Waktu Normal Waktu Baku = 100,5 = Ws x Perfomance Rating = 100,5 x 0,96 = 96,48

WB WN

100% 100% %allowance

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MODUL 5

WORK MEASUREMENT

4.2.7 Analisis Perhitungan Waktu Siklus dengan Menggunakan MTM PETA PROSES OPERATOR No. Komponen Operasi Tanggal : : Perakitan Bingkai Foto Ukuran 2R : 27/11/2011 Departemen : No. Gambar :

Digambarkan Oleh : Kelompok 10


Tabel 4.22 Perhitungan Kerja Dengan Metode Tangan Kanan dan Tangan Kiri Tangan Kiri Tangan Kanan Gerakan
Menjangkau Pelapis Bingkai A Memegang Pelapis Pertama Melipat Pelapis Pertama Memutar Pelapis Pertama Menyimpan Pelapis Pertama Memegang Bingkai A

Waktu TMU (detik)


4.0 2.0 4,2 9.4 0 2.0

Kod e
R2A G1A DM T180S RL G1A

Gerakan
Menjangkau Stick Lem Memegang Pelapis Pertama Melipat Pelapis Pertama Memutar Pelapis Pertama Manjangkau Stick Lem Mengangkut Stick Lem Mengelem Bingkai A Mengangkut Stick Lem Mengelem Bingkai A Melepaskan Memegang Pelapis Pertama Memegang Pelapis Pertama Menempelkan Pelapis Pertama Memposisikan Bingkai (memutar) Manjangkau Stick Lem Mengangkut Stick Lem Memposisikan Lem Bingkai A Memindahkan Lem Memposisikan Lem Bingkai A Memindahkan Lem Mengangkut Stick Lem Memposisikan Lem Bingkai A Memindahkan Lem Memposisikan Lem Bingkai A Memindahkan Lem Memposisikan Lem Bingkai A Memindahkan Lem Memposisikan Lem Bingkai A Memindahkan Lem Memposisikan Lem Bingkai A Memindahkan Lem Mengelem Bingkai A Memposisikan Lem Bingkai A Memindahkan Lem Memposisikan Lem Bingkai A Memindahkan Lem Memposisikan Lem Bingkai A Memindahkan Lem Memposisikan Lem Bingkai A Memindahkan Lem Mengangkut Stick Lem Mengelem Bingkai A Memposisikan Lem Bingkai A Memindahkan Lem Memposisikan Lem Bingkai A Memindahkan Lem Memposisikan Lem Bingkai A Memindahkan Lem Memposisikan Lem Bingkai A Memindahkan Lem Memposisikan Lem Bingkai A Memindahkan Lem Melepaskan

Waktu TMU (detik)


4.0 2.0 4,2 9.4 4.0 5.2 43.0 5.2 43.0 0 2.0 2.0 3.4 5.6 4.0 5.2 43.0 8,9 43.0 8,9 5.2 43.0 8,9 43.0 8,9 43.0 8,9 43.0 8,9 43.0 8,9 43.0 43.0 8,9 43.0 8,9 43.0 8,9 43.0 8,9 5.2 43.0 43.0 8,9 43.0 8,9 43.0 8,9 43.0 8,9 43.0 8,9 0

Kode
R2A G1A DM T180S R2A M2C P5SE M2C P5SE RL G1A G1A AF P1SE R2A M2C P5SE M6B P5SE M6B M2C P5SE M6B P5SE M6B P5SE M6B P5SE M6B P5SE M6B P5SE P5SE M6B P5SE M6B P5SE M6B P5SE M6B M2C P5SE P5SE M6B P5SE M6B P5SE M6B P5SE M6B P5SE M6B RL

Menjangkau Pelapis Pertama Memegang Pelapis Pertama Memegang Bingkai A Memegang Pelapis Pertama

4.0 2.0 2.0 2.0

R2A G1A G1A G1A

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MODUL 5

WORK MEASUREMENT

Lanjutan Tabel 4.22 Perhitungan Kerja Dengan Metode Tangan Kanan dan Tangan Kiri Gerakan
Waktu TMU (detik)

Kod e
G1A

Gerakan
Menempelkan Bagian Belakang Pelapis Pertama Memposisikan Bingkai (memutar) Manjangkau Stick Lem Mengangkut Stick Lem Mengelem Bingkai A Memposisikan Lem Bingkai A Memindahkan Lem Memposisikan Lem Bingkai A Memindahkan Lem Memposisikan Lem Bingkai A Memindahkan Lem Memposisikan Lem Bingkai A Memindahkan Lem Memposisikan Lem Bingkai A Memindahkan Lem Memposisikan Lem Bingkai A Memindahkan Lem Memposisikan Lem Bingkai A Memindahkan Lem Memposisikan Lem Bingkai A Memindahkan Lem Memposisikan Lem Bingkai A Memindahkan Lem Melepaskan Melipat Pelapis Kedua Menempelkan Pelapis Kedua Memposisikan Bingkai (memutar) Manjangkau Stick Lem Mengangkut Stick Lem Mengelem Bingkai A Memposisikan Lem Bingkai A Memindahkan Lem Memposisikan Lem Bingkai A Memindahkan Lem Memposisikan Lem Bingkai A Memindahkan Lem Memposisikan Lem Bingkai A Memindahkan Lem Memposisikan Lem Bingkai A Memindahkan Lem Memposisikan Lem Bingkai A Memindahkan Lem Memposisikan Lem Bingkai A Memindahkan Lem Memposisikan Lem Bingkai A Memindahkan Lem Melepaskan Menempelkan Bagian Belakang Pelapis Kedua Menjangkau Pelapis Ketiga Melipat Pelapis Ketiga Manjangkau Stick Lem Mengangkut Stick Lem Mengelem Bingkai A Memposisikan Lem Bingkai A Memindahkan Lem Memposisikan Lem Bingkai A Memindahkan Lem Memposisikan Lem Bingkai A Memindahkan Lem Melepaskan Menempelkan Pelapis Ketiga Memposisikan Bingkai A Manjangkau Stick Lem

Waktu TMU (detik)


3.4 5.6 4.0 5.2 43.0 43.0 8,9 43.0 8,9 43.0 8,9 43.0 8,9 43.0 8,9 43.0 8,9 43.0 8,9 43.0 8,9 43.0 8,9 0 4,2 3.4 5.6 4.0 5.2 43.0 43.0 8,9 43.0 8,9 43.0 8,9 43.0 8,9 43.0 8,9 43.0 8,9 43.0 8,9 43.0 8,9 0 3.4 5.2 4,2 4.0 5.2 43.0 43.0 8,9 43.0 8,9 43.0 8,9 0 3.4 5.6 4.0

Kode
AF P1SE R2A M2C P5SE P5SE M6B P5SE M6B P5SE M6B P5SE M6B P5SE M6B P5SE M6B P5SE M6B P5SE M6B P5SE M6B RL DM AF P1SE R2A M2C P5SE P5SE M6B P5SE M6B P5SE M6B P5SE M6B P5SE M6B P5SE M6B P5SE M6B P5SE M6B RL AF M2C DM R2A M2C P5SE P5SE M6B P5SE M6B P5SE M6B RL AF P1SE R2A

Memegang Bingkai A

2.0

Menjangkau Pelapis Kedua Melipat Pelapis Kedua Memegang Bingkai A Memegang Pelapis Kedua

4.0 4,2 2.0 2.0

R2A DM G1A G1A

Memegang Bingkai A Memposisikan Bingkai (memutar) Melipat Pelapis Ketiga Memegang Bingkai A

2.0 4,2 2.0

G1A DM G1A

Menjangkau Pelapis Ketiga Memegang Bingkai A

4.0 2.0

R2A G1A

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MODUL 5

WORK MEASUREMENT

Lanjutan Tabel 4.22 Perhitungan Kerja Dengan Metode Tangan Kanan dan Tangan Kiri
Memegang Pelapis Ketiga 2.0 G1A Mengangkut Stick Lem Mengelem Bingkai A Memposisikan Lem Bingkai A Memindahkan Lem Memposisikan Lem Bingkai A Memindahkan Lem Memposisikan Lem Bingkai A Memindahkan Lem Memposisikan Lem Bingkai A Memindahkan Lem Memposisikan Lem Bingkai A Memindahkan Lem Memposisikan Lem Bingkai A Memindahkan Lem Memposisikan Lem Bingkai A Memindahkan Lem Memposisikan Lem Bingkai A Memindahkan Lem Melepaskan Menempelkan Bagian Belakang Pelapis Ketiga Memegang Bingkai A Manjangkau Stick Lem Mengangkut Stick Lem Mengelem Bingkai A Memposisikan Lem Bingkai A Memindahkan Lem Memposisikan Lem Bingkai A Memindahkan Lem Memposisikan Lem Bingkai A Memindahkan Lem Memposisikan Lem Bingkai A Memindahkan Lem Memposisikan Lem Bingkai A Memindahkan Lem Memposisikan Lem Bingkai A Memindahkan Lem Melepaskan Melipat Pelapis Keempat Mengangkut Bingkai A Menempelkan Bingkai A Memposisikan Bingkai Manjangkau Stick Lem Mengangkut Stick Lem Mengelem Bingkai A Memposisikan Lem Bingkai A Memindahkan Lem Memposisikan Lem Bingkai A Memindahkan Lem Memposisikan Lem Bingkai A Memindahkan Lem Memposisikan Lem Bingkai A Memindahkan Lem Memposisikan Lem Bingkai A Memindahkan Lem Memposisikan Lem Bingkai A Memindahkan Lem Memposisikan Lem Bingkai A Memindahkan Lem Melepaskan Menempelkan Bagian Belakang Pelapis Keempat Memegang Bingkai A 5.2 43.0 43.0 8,9 43.0 8,9 43.0 8,9 43.0 8,9 43.0 8,9 43.0 8,9 43.0 8,9 43.0 8,9 0 3.4 2.0 4.0 5.2 43.0 43.0 8,9 43.0 8,9 43.0 8,9 43.0 8,9 43.0 8,9 43.0 8,9 0 4,2 2.0 3.4 5.6 4.0 5.2 43.0 43.0 8,9 43.0 8,9 43.0 8,9 43.0 8,9 43.0 8,9 43.0 8,9 43.0 8,9 0 3.4 2.0 M2C P5SE P5SE M6B P5SE M6B P5SE M6B P5SE M6B P5SE M6B P5SE M6B P5SE M6B P5SE M6B RL AF G1A R2A M2C P5SE P5SE M6B P5SE M6B P5SE M6B P5SE M6B P5SE M6B P5SE M6B RL DM G1A AF P1SE R2A M2C P5SE P5SE M6B P5SE M6B P5SE M6B P5SE M6B P5SE M6B P5SE M6B P5SE M6B RL AF G1A

Memegang Bingkai A Memposisikan Bingkai (memutar) Memegang Pelapis Keempat Memegang Bingkai A

2.0 9.4 2.0 2.0

G1A T180S G1A G1A

Memegang Pelapis Keempat Melipat Pelapis Keempat Mengangkut Bingkai A Memegang Bingkai A Memegang Pelapis Keempat

2.0 4,2 5.2 2.0 2.0

G1A DM M2C G1A G1A

Memegang Bingkai A

2.0

G1A

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MODUL 5

WORK MEASUREMENT

Lanjutan Tabel 4.22 Perhitungan Kerja Dengan Metode Tangan Kanan dan Tangan Kiri
Menjangkau Mika Memegang Mika Mengarahkan Mika ke Bingkai A Memegang Bingkai A 4.0 2.0 5.6 2.0 R2A G1A P1SE G1A Memegang Mika Mengarahkan Mika ke Bingkai A Manjangkau Stick Lem Mengangkut Stick Lem Mengelem Bingkai A Memposisikan Lem Bingkai A Memindahkan Lem Memposisikan Lem Bingkai A Memindahkan Lem Memposisikan Lem Bingkai A Memindahkan Lem Memposisikan Lem Bingkai A Memindahkan Lem Memposisikan Lem Bingkai A Memindahkan Lem Memposisikan Lem Bingkai A Memindahkan Lem Memposisikan Lem Bingkai A Memindahkan Lem Memposisikan Lem Bingkai A Memindahkan Lem Mengangkut Stick Lem Mengelem Bingkai Memposisikan Lem Bingkai A Memindahkan Lem Memposisikan Lem Bingkai A Memindahkan Lem Memposisikan Lem Bingkai A Memindahkan Lem Memposisikan Lem Bingkai A Memindahkan Lem Mengangkut Stick Lem Mengelem Bingkai A Memposisikan Lem Bingkai A Memindahkan Lem Memposisikan Lem Bingkai A Memindahkan Lem Memposisikan Lem Bingkai A Memindahkan Lem Memposisikan Lem Bingkai A Memindahkan Lem Melepaskan Menempelkan Bagian Belakang Pelapis Pertama Manjangkau Stick Lem Mengangkut Stick Lem Mengelem Bingkai A Memposisikan Lem Bingkai A Memindahkan Lem Memposisikan Lem Bingkai A Memindahkan Lem Memposisikan Lem Bingkai A Memindahkan Lem Memposisikan Lem Bingkai A Memindahkan Lem Memposisikan Lem Bingkai A Memindahkan Lem Memposisikan Lem Bingkai A Memindahkan Lem Mengangkut Stick Lem Mengelem Bingkai A Memposisikan Lem Bingkai A Memindahkan Lem Memposisikan Lem Bingkai A Memindahkan Lem Memposisikan Lem Bingkai A 2.0 5.6 4.0 5.2 43.0 43.0 8,9 43.0 8,9 43.0 8,9 43.0 8,9 43.0 8,9 43.0 8,9 43.0 8,9 43.0 8,9 5.2 43.0 43.0 8,9 43.0 8,9 43.0 8,9 43.0 8,9 5.2 43.0 43.0 8,9 43.0 8,9 43.0 8,9 43.0 8,9 0 3.4 4.0 5.2 43.0 43.0 8,9 43.0 8,9 43.0 8,9 43.0 8,9 43.0 8,9 43.0 8,9 5.2 43.0 43.0 8,9 43.0 8,9 43.0 G1A P1SE R2A M2C P5SE P5SE M6B P5SE M6B P5SE M6B P5SE M6B P5SE M6B P5SE M6B P5SE M6B P5SE M6B M2C P5SE P5SE M6B P5SE M6B P5SE M6B P5SE M6B M2C P5SE P5SE M6B P5SE M6B P5SE M6B P5SE M6B RL AF R2A M2C P5SE P5SE M6B P5SE M6B P5SE M6B P5SE M6B P5SE M6B P5SE M6B M2C P5SE P5SE M6B P5SE M6B P5SE

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MODUL 5
Memindahkan Lem Memposisikan Lem Bingkai A

WORK MEASUREMENT
8,9 43.0 M6B P5SE

Lanjutan Tabel 4.22 Perhitungan Kerja Dengan Metode Tangan Kanan dan Tangan Kiri
Memindahkan Lem Memposisikan Lem Bingkai A Memindahkan Lem Melepaskan Menempelkan Bagian Belakang Pelapis Kedua Manjangkau Stick Lem Mengangkut Stick Lem Mengelem Bingkai A Memposisikan Lem Bingkai A Memindahkan Lem Memposisikan Lem Bingkai A Memindahkan Lem Memposisikan Lem Bingkai A Memindahkan Lem Melepaskan Menempelkan Bagian Belakang Pelapis Ketiga Manjangkau Stick Lem Mengangkut Stick Lem Mengelem Bingkai A Memposisikan Lem Bingkai A Memindahkan Lem Memposisikan Lem Bingkai A Memindahkan Lem Memposisikan Lem Bingkai A Memindahkan Lem Memposisikan Lem Bingkai A Memindahkan Lem Memposisikan Lem Bingkai A Memindahkan Lem Mengangkut Stick Lem Mengelem Bingkai A Memposisikan Lem Bingkai A Memindahkan Lem Memposisikan Lem Bingkai A Memindahkan Lem Memposisikan Lem Bingkai A Memindahkan Lem Memposisikan Lem Bingkai A Memindahkan Lem Memposisikan Lem Bingkai A Memindahkan Lem Memposisikan Lem Bingkai A Memindahkan Lem Melepaskan Menempelkan Bagian Belakang Pelapis Keempat Manjangkau Stick Lem Mengangkut Stick Lem Mengelem Bingkai A Memposisikan Lem Bingkai A Memindahkan Lem Memposisikan Lem Bingkai A Memindahkan Lem Mengangkut Stick Lem Mengelem Bingkai A Memposisikan Lem Bingkai A Memindahkan Lem Memposisikan Lem Bingkai A Memindahkan Lem Memposisikan Lem Bingkai A Memindahkan Lem Memposisikan Lem Bingkai A Memindahkan Lem Memposisikan Lem Bingkai A Memindahkan Lem 8,9 43.0 8,9 0 3.4 4.0 5.2 43.0 43.0 8,9 43.0 8,9 43.0 8,9 0 3.4 4.0 5.2 43.0 43.0 8,9 43.0 8,9 43.0 8,9 43.0 8,9 43.0 8,9 5.2 43.0 43.0 8,9 43.0 8,9 43.0 8,9 43.0 8,9 43.0 8,9 43.0 8,9 0 3.4 4.0 5.2 43.0 43.0 8,9 43.0 8,9 5.2 43.0 43.0 8,9 43.0 8,9 43.0 8,9 43.0 8,9 43.0 8,9 M6B P5SE M6B RL AF R2A M2C P5SE P5SE M6B P5SE M6B P5SE M6B RL AF R2A M2C P5SE P5SE M6B P5SE M6B P5SE M6B P5SE M6B P5SE M6B M2C P5SE P5SE M6B P5SE M6B P5SE M6B P5SE M6B P5SE M6B P5SE M6B RL AF R2A M2C P5SE P5SE M6B P5SE M6B M2C P5SE P5SE M6B P5SE M6B P5SE M6B P5SE M6B P5SE M6B

Menjangkau Mika Meletakkan Mika

4.0 0

R2A RL

Memegang Bingkai A

2.0

G1A

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MODUL 5
Memegang Bingkai A Memegang Mika

WORK MEASUREMENT
2.0 2.0 G1A G1A

Menjangkau Mika

4.0

R2A

Lanjutan Tabel 4.22 Perhitungan Kerja Dengan Metode Tangan Kanan dan Tangan Kiri
Memegang Mika Menempelkan Mika Memegang Bingkai B Mengangkat Bingkai B
Mengarahkan Bingkai B untuk Direkatkan ke Bingkai A

2.0 5.6 2.0 5.6 5.6 2.0 2.0

G1A P1SE G1A P1SE P1SE G1A G1A

Menempelkan Mika Menjangkau Bingkai B Memegang Bingkai B Mengarahkan Bingkai B untuk Direkatkan ke Bingkai A Meletakkan Bingkai B Manjangkau Stick Lem Mengangkut Stick Lem Mengelem Bingkai Memposisikan Lem Bingkai A Memindahkan Lem Memposisikan Lem Bingkai A Memindahkan Lem Memposisikan Lem Bingkai A Memindahkan Lem Mengangkut Stick Lem Mengelem Bingkai Memposisikan Lem Bingkai A Memindahkan Lem Memposisikan Lem Bingkai A Memindahkan Lem Memposisikan Lem Bingkai A Memindahkan Lem Memposisikan Lem Bingkai A Memindahkan Lem Memposisikan Lem Bingkai A Memindahkan Lem Mengangkut Stick Lem Mengelem Bingkai Memposisikan Lem Bingkai A Memindahkan Lem Memposisikan Lem Bingkai A Memindahkan Lem Memposisikan Lem Bingkai A Memindahkan Lem Memposisikan Lem Bingkai A Memindahkan Lem Memposisikan Lem Bingkai A Memindahkan Lem Melepaskan Memegang Bingkai B Menempelkan Bingkai B Menjangkau Kaki Bingkai Mengarahkan Kaki Bingkai Ke Bingkai Memegang Kaki Bingkai Manjangkau Stick Lem Mengangkut Stick Lem Mengelem Kaki Bingkai Memposisikan Lem Bingkai A Memindahkan Lem Memposisikan Lem Bingkai A Memindahkan Lem Memposisikan Lem Bingkai A Memindahkan Lem Memegang Kaki Bingkai Menempelkan Kaki Bingkai Memegang Bingkai

3.4 4.0 2.0 5.6 0 4.0 5.2 43.0 43.0 8,9 43.0 8,9 43.0 8,9 5.2 43.0 43.0 8,9 43.0 8,9 43.0 8,9 43.0 8,9 43.0 8,9 5.2 43.0 43.0 8,9 43.0 8,9 43.0 8,9 43.0 8,9 43.0 8,9 0 2.0 3.4 4.0 5.6 2.0 4.0 5.2 43.0 43.0 8,9 43.0 8,9 43.0 8,9 2.0 3.4 2.0

AF R2A G1A P1SE RL R2A M2C P5SE P5SE M6B P5SE M6B P5SE M6B M2C P5SE P5SE M6B P5SE M6B P5SE M6B P5SE M6B P5SE M6B M2C P5SE P5SE M6B P5SE M6B P5SE M6B P5SE M6B P5SE M6B RL G1A AF R2A P1SE G1A R2A M2C P5SE P5SE M6B P5SE M6B P5SE M6B G1A AF G1A

Memegang Bingkai A Memegang Bingkai

Menjangkau Bingkai B Memegang Bingkai B Menempelkan Bingkai B Memegang Bingkai Memegang Bingkai Melepaskan Bingkai Memegang Kaki Bingkai

4.0 2.0 5.6 2.0 2.0 0 2.0

R2A G1A P1SE G1A G1A RL G1A

Memegang Bingkai

2.0

G1A

Total TMU (dalam menit) Total TMU

4,69 7669,1

Sumber: Pengolahan Data

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MODUL 5

WORK MEASUREMENT

Dapat dilihat pada tabel di atas bahwa total waktu yang diperlukan untuk merangkai bingkai foto tersebut adalah 4,69 menit atau 7669,1 detik. 4.3 Line Balancing 4.3.1 Metode Bobot Posisi (Ranked Positional Weight) 1. Presedence diagram1
WS 1
A1

398,615 WS 2
A B WS 4 WS 5

2
71,785
A

2
101,04
B

443,45
C3

105,36

WS 3

3
180,225

3
180,225

82,41

2.

Balance delay Lintasan Lama


n C : jumlah work station = 5 buah = 1.578,75 detik : Wbwork station terbesar = 458,5 detik (work station 3)

ti : total Wbwork station

1. 2.

Efisiensi Lintasan Lama 100% - balance delay = 100% - 28,79% = 68,9% Waktu Siklus Diasumsikan bahwa waktu kerja perhari (P) = 7 jam = 25200 detik Diasumsikan bahwa jumlah output/ hari (Q) = 18 buah pigura

3. Selisih Antar Waktu Siklus Ws : waktu siklus c n : Wb elemen terbesar : jumlah work station = 1400 detik = 443,45 detik (elemen A work station 4) = 5 buah

4.

Batas Waktu Siklus LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MODUL 5 a. TC 1 : 443,45 detik b. TC 2 : 443,45 + c. TC 3 : 634,76 + d. TC 4 : 826,07 + e. TC 5 : 1017,38 + f. 5. TC 6 : 1208,69 + Matriks Pendahuluan Tabel 4.23 Perhitungan Matrik Pendahulu
Pendahulu 1 Operasi 1 2 3 4 5 6 7 8 Sumber: Pengolahan Data 2 3 1 4 5 1 6 1 1 7 1 1 1 1 1 1 -

WORK MEASUREMENT

= 634,76 detik = 826,07 detik = 1017,38 detik = 1208,69 detik = 1400 detik

8 1 1 1 1 1 1 1 -

6.

Pembobotan Operasi
Tabel 4.24 Perhitungan Pembobotan Operasi

Operasi (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

Operasi Pendahulu 398,615+443,45+105,36 = 947,425 7, 8 71,785+101,04+443,45+105,36 = 721,635 3, 7, 8 101,04+443,45+105,36 = 649,85 7, 8 180,225+180,225+82,41+443,45+105,36=991,67 5, 6 7, 8 180,225+82,41+443,45+105,36 = 811,445 6, 7, 8 82,41+443,45+105,36 = 631,22 7, 8 443,45 + 105,36 =548,81 8 105,36 Bobot Posisi

Ranking 2 4 5 1 3 6 7 8

Sumber: Pengolahan Data

Susunan aktivitas elemen berdasarkan peringkat: (4) (1) (5) (2) (3) (6) (7) (8) 7. Perhitungan Metode RPW: a. Untuk waktu siklus 1 (538,09 detik)

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MODUL 5

WORK MEASUREMENT

6
V (8) 105,36

Tabel 425 .Perhitungan Metode RPW Stasiun Kerja I II III IV Elemen Aktivitas (1) (4),(5) (2), (3), (6) (7) Waktu Baku (detik) 398,615 376,09 225,235 443,45 Sumber: Pengolahan Data

n : 5work station C : 443,45 detik ti : detik

1) Balance Delay 2) Efisiensi Lintasan 100% - balance delay = 100% - 28,16 = 71,2% b. Untuk waktu siklus 2 (634,76 detik)

1 7 8

Tabel 426 .Perhitungan Metode RPW Stasiun Kerja I II III Elemen Aktivitas (1), (4) (5), (2), (3), (6) (7),(8) Waktu Baku (detik) 578,84 435,46 548,81 Sumber: Pengolahan Data

: 3 work station

C : 578,84 detik ti : 1578,75 detik 1) Balance Delay 2) Efisiensi Lintasan LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MODUL 5 100% - balance delay = 100% c. Untuk waktu siklus 3 (826,07 detik) 4 1 5 7 2 3 6 % = 90,91%

WORK MEASUREMENT

Tabel 4.27 Perhitungan Metode RPW

Stasiun Kerja I II III Elemen Aktivitas (4), (1), (5) (2), (3), (6) (7)(8) Waktu Stasiun (detik) 759,065 255,235 548,81
Sumber: Pengolahan Data

n : 3 work station C : 759,065 detik ti : 1578,75 detik 1) Balance Delay 2) Efisiensi Lintasan 100% - balance delay = 100% d. Untuk waktu siklus 4 (1017,38 detik) 4 1 5 2 % = 69,33%

Tabel 4.28 Perhitungan Metode RPW Stasiun Kerja I II Elemen Aktivitas (4), (1), (5), (2) (3), (6) (7), (8) Waktu Stasiun (detik) 830,85 732,26 Sumber: Pengolahan Data

n : 2work station LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MODUL 5 C : 1018,3327 detik ti : 1578,75 detik 1) Balance Delay 2) Efisiensi Lintasan 100% - balance delay = 100% e. Untuk waktu siklus 5 (1208,69 detik) 4 1 5 2 3 % = 94,9%

WORK MEASUREMENT

Tabel 4.29 Perhitungan Metode RPW Stasiun Kerja I II Elemen Aktivitas (1), (3), (2),(5), (4) (6) ,(7), (8) Waktu Stasiun 931,89 631,22 (detik) Sumber: Pengolahan Data

n : 2work station C :931,89 detik ti : 1578,75 detik 1) Balance Delay 2) Efisiensi Lintasan 100% - balance delay = 100% f. Untuk waktu siklus 6 (1400 detik) 1 3 2 5 4 6 7 8 % = 84,71%

Tabel 4.29 Perhitungan Metode RPW Stasiun Kerja I II Elemen Aktivitas (1), (3), (2),(5), (4), (6) (7), (8)

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MODUL 5
Waktu Stasiun (detik) Sumber: Pengolahan Data 1014,3 548,81

WORK MEASUREMENT

n : 2work station C : 1014,3 detik ti : 1578,75 detik 1) Balance Delay 2) Efisiensi Lintasan 100% - balance delay = 100% 10. Rekapan Efisiensi Lintasan Work Station
Tabel 4.30 Perhitungan Efisiensi Lintasan Work Station

% = 77,82%

Waktu Siklus Waktu Siklus 1 Waktu Siklus 2 Waktu Siklus 3 Waktu Siklus 4 Waktu Siklus 5 Waktu Siklus 6
Sumber: Pengolahan Data

Efisiensi Lintasan 71,20% 90,91% 69,33% 95,01% 84,71% 77,82%

Efisiensi Work Station Lama 68,89% 68,89% 68,89% 68,89% 68,89% -

Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa waktu siklus 4 lebih efisien yaitu 95,01% dibandingkan dengan waktu siklus lainnya, sehingga waktu siklus 4 bisa digunakan sebagai model stasiun kerja dengan efisiensi waktu terbaik. 4.4 Pengolahan Data Learning Curve Berikut adalah rekap data waktu pengerjaan dengan jumlah error :
Tabel 4.25 Data Waktu Pengerjaan Pengulangan Ke- Waktu Pengerjaan (detik) Jumlah Error 1 1:47:00 1 2 0:50:00 0 3 0:57:00 0 4 0:54:00 0 5 0:49:00 0 6 0:46:00 0 7 0:48:00 0 8 0:47:00 0 9 0:44:00 0 10 0:52:00 0 11 0:42:00 0 12 0:39:00 0 Sumber : Pengolahan Data

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MODUL 5 panjang pita = 20 cm panjang kawat emas = 5 cm


Tabel 4.26 Perhitungan Waktu Pengerjaan Pengulangan Ke- Waktu Pengerjaan (detik) 1 107 2 50 3 57 4 54 5 49 6 46 7 48 8 47 9 44 10 52 11 42 12 39 Sumber : Pengolahan Data

WORK MEASUREMENT

Waktu Pengerjaan (det)

120 100 80 60 40 20 0

Learning Curve
Waktu Pengerjaan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Pengulangan Gambar 4.12 Learning Curve Sumber : Pengolahan Data

Dengan melihat grafik pada gambar 4.12, dapat disimpulkan bahwa data pengamatan memiliki kecenderungan seiring dengan bertambahnya replikasi yang dilakukan, maka bertambah singkat pula waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan sebuah hiasan pita yang memiliki panjang 20 sentimeter dengan lilitan kawat emas sepanjang 5 sentimeter. Pada analisis learning curve diatas diperoleh suatu grafik yang menunjukkan kecenderungan operator semakin cepat dalam menyelesaikan tugasnya pada setiap replikasi, dan akan secara perlahan-lahan kembali membutuhkan waktu yang lebih lama untuk menyelesaikan tugas tersebut akibat dari rasa bosan yang ditimbulkan dari rutinitas aktivitas tersebut. Pada pengamatan praktikum modul 5 ini, banyaknya replikasi sejumlah 12 data yang diamati kurang dapat menunjukkan keseluruhan bagian kurva yang diharapkan. Data pengamatan hanya dapat menunjukkan bagian kurva dimana operator membutuhkan waktu yang lebih cepat untuk menyelesaikan hiasan pita seiring bertambahnya replikasi.

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MODUL 5

WORK MEASUREMENT

BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan 1.

Work Measurement adalah usaha untuk menentukan lamanya waktu kerja yang
dibutuhkan oleh seorang pekerja atau operator dalam menyelesaikan suatu pekerjaan yang spesifik pada tingkat kecepatan kerja yang normal dalam lingkungan kerja yang terbaik pada saat itu.

2.

Ada dua macam teknik untuk melakukan work measurement, yaitu secara langsung dan tidak langsung. Work measurement secara langsung adalah melakukan pengamatan langsung terhadap pekerjaan atau operator yang akan diukur. Sedangkan work

measurement secara tidak langsung adalah pengukuran dimana pengamat tidak harus
berada di tempat pekerjaan yang diukur. 3. Pada praktikum kali ini menggunakan metode pengukuran langsung dan tidak langsung. Untuk pengukuran langsung digunakan metode jam henti (stopwatch time study) dan

work sampling. Sedangkan untuk pengukuran tidak langsung menggunakan method time measurement (MTM).
5.2 Saran Dalam pelaksanaan praktikum ini disarankan untuk: 1. 2. 3. Memahami materi lebih dulu tentang Work Measurement sehingga dapat melakukan analisis dan pembahasan modul dengan tepat dan cepat. Lebih teliti pada saat melakukan pengamatan. Meningkatkan konsentrasi saat melakukan pengamatan waktu kerja dan melaksanakan praktikum.

LABORATORIUM PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

Anda mungkin juga menyukai