BAB 1
PENDAHULUAN
1.3. Tujuan
Tujuan dari tugas ini adalah menetapkan buffer berbasis Theory of Constraint di
suatu lantai produksi agar bottleneck dapat diminimasi sehingga perusahaan
dapat memaksimalkan profit.
BAB 2
TEORI SINGKAT
Pada kasus di Perusahaan ED ini digunakan metode DBR (Drum Buffer Rope)
untuk menyelesaikan permasalahan dalam lantai produksinya. Dalam konsep
TOC (Theory of Constraint) dikenal dengan istilah drum-bufferrope, yang
merupakan teknik umum yang digunakan untuk mengelola sumber-sumber daya
guna memaksimumkan permormansi dari sistem (Gaspersz,2001). Filosofi dari
Drum Buffer Rope (Umble dan Srikanth, 1996), yaitu :
a. Rencanakan MPS (Master Production Schedule) atau jadwal induk produksi
yang disebut drum.
b. Melindungi throughput dalam sebuah sistem dari fluktuasi yang tidak dapat
dihandari, melalui time buffer di beberapa titik kritis pada sebuah sistem yang
disebut buffer.
c. Ikat tiap-tiap sumber lini produksi kepada detak drum yang disebut rope.
Berikut ini penjelasan mengenai Drum-Buffer Rope:
a. Drum
Drum adalah ritme produksi yang ditetapkan untuk mengatasi kendala sistem
(Gasperz, 2001). Stasiun ini akan menunjukan laju produksi (throughput) dari
sistem. Karena stasiun ini menjadi laju produksi keseluruhan sistem, maka
stasiun ini perlu mendapatkan perlindungan terhadap fluktuasi dan gangguan
yang terjadi pada sistem. Perlindungan ini diberikan untuk mencegah stasiun
kendala menganggur karena terjadi fluktuasi dalam sistem.
b. Buffer
Buffer ini berfungsi agar laju produksi tidak terganggu oleh gangguan pada
sistem, oleh karena itu buffer ini disebut juga buffer pelindung (protective buffer).
Buffer atau penyangga terbagi menjadi 2 macam, (Umble dan Srikanth, 1996)
yaitu :
1. Time Buffer
Waktu yang dijadikan penyangga dengan tujuan untuk melindungi laju
produksi (throughput) sistem dari gangguan yang selalu terjadi dalam system
produksi.
2. Stock Buffer
Produk akhir maupun produk antara yang dijadikan penyangga dengan tujuan
untuk memperbaiki sistem produksi dalam hal menanggapi permintaan.
c. Rope
Rope adalah suatu proses komunikasi dari stasiun kendala kepada operasi awal
(gating operation) untuk memeriksa atau membatasi material yang diberikan
kepada sistem (Gaspersz, 2001). Adanya rope ini akan mengurangi jumlah
persediaan yang terjadi di setiap stasiun kerja dan menjaga pada tingkat tertentu
yang sesuai. Karena setiap stasiun akan melakukan produksi sesuai dengan
kebutuhan stasiun konstrain, bukan sesuai kapasitasnya.
Dari uraian di atas, maka konsep Theory of Constraint dikenal dengan istilah
Drum-Buffer-Rope, yang merupakan suatu metode yang mengatur dan
mengidentifikasi segala sesuatu yang menghalangi (constraint) sistem untuk
mencapai performansi yang lebih baik dari sistem. Dengan demikian, Ilustrasi
DBR dapat dilihat pada gambar berikut ini.
BAB 3
METODOLOGI
BAB 4
DATA DAN ANALISIS
4.1. Data
Perusahaan ED memproduksi lengan robot dan untuk proses produksinya terdiri
dari 5 workcenter yaitu :
i. Workcenter casting
Pada workcenter casting terdapat 4 buah mesin casting hidrolik. Proses
pengerjaannya memiliki waktu sekitar 10 menit.
ii. Workcenter cutting
Waktu pada saat proses cutting tidak tentu karena bergantung pada jenis
produknya. Pada produk tangan robot dan kaki infus waktu yang
dibutuhkan untuk proses cutting yaitu sekitar 10-15 menit, sedangkan untuk
produk kecil hanya membutuhkan waktu sekitar 1 menit. Hal ini disebabkan
karena pada produk tangan robot dan kaki infus memiliki ukuran yang
besar, sehingga waktu set up ketika melakukan cutting lebih lama daripada
proses cuttingnya sendiri.
iii. Workcenter milling
Pada proses finishing, terdapat 6 mesin milling, 2 mesin CNC, dan 6 mesin
bubut konvensional.
iv. Workcenter gerinda
Pada workcenter ini hanya terdapat 1 pekerja tetapi jika permintaan banyak
maka dilakukan penambahan tenaga kerja pada proses gerinda yaitu
sebanyak 1 orang. Lama waktu pengerjaan untuk proses gerinda yaitu 10-
20 menit. Proses gerinda merupakan proses yang membutuhkan waktu
paling lama karena tergantung pada kondisi permukaan produk yang akan
diproses. Selain itu proses gerinda dilakukan secara tidak menentu karena
terkadang ada produk yang hanya membutuhkan sedikit gerinda dan ada
produk yang hampir seluruh bagiannya harus digerinda.
v. Workcenter packaging
Pada workcenter ini, seluruh produk dikemas dengan menggunakan
karung dan box kayu dan hanya membutuhkan waktu sekitar 5 menit.
4.3. Analisis
Berdasarkan simulasi Time Between sesuai dengan langkah diatas, didapatkan
nilai Time Between 8 dan 19 yang memiliki output terbesar yaitu 148. Berikut
tabel Time Between yang didapatkan :
Berdasarkan hasil simulasi diatas terdapat 2 nilai time between dengan output
terbesar yaitu time between 8 dan 19. Dari 2 nilai tersebut dicari besar kapasitas
antriannya dengan mensimulasikan Capacity Queue mulai dari 0, 1, 2 dan
seterusnya sampai didapatkan nilai yang steady state. Berikut hasil simulasi
Capacity Queue :
Penerapan DBR ini mengacu pada constrain atau kendala yang membatasi
sistem. Pada ED Alumunium kendala yang membatasi sistem berupa stasiun
kerja/mesin yakni gerinda. Stasiun kerja gerinda membatasi sistem karena waktu
Patricia Chew - 140607751
Angger Piranti - 140607756
Karania DPM - 140607771
9
Theory of Constraint
BAB 5
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
http://www.geocities.ws/cimahi99/modul_workshop_arena.pdf
www.goldratt.co.uk Resources
www.dbrmfg.co.nz/Production%20DBR.htm
LAMPIRAN
Lantai
Produksi Perusahaan ED