Anda di halaman 1dari 13

Theory of Constraint

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Suatu industri tidak pernah lepas dari suatu kendala. Kendala merupakan segala
sesuatu yang membatasi sistem atau kinerja dari perusahaan. Ketika suatu
perusahaan memiliki kendala yang tidak ditangani dengan baik maka akan
menghambat profitabilitas perusahaan tersebut. Seiring perkembangan teknologi
dan informasi, suatu perusahaan dituntut untuk dapat melayani konsumen
dengan cepat dan optimal, akan tetapi dengan melakukan pengeluaran
seminimal mungkin. Perusahaan harus dapat meingkatkan kemampuan sumber
daya yang dimilikinya agar dapat bertahan di tengah pasar. Hal ini dapat
dilakukan dengan melakukan reevaluasi terhadap kinerjanya untuk
mengeliminasi waste di perusahaan tersebut. Salah satu masalah yang paling
umum di temui di lantai produksi adalah penumpukan barang setengah jadi atau
bottleneck. Penyebab bottleneck adalah ketidakseimbangan kecepatan proses-
proses produksi yang ada dan pengaturan unit sumber daya yang kurang tepat.

Pendekatan yang dapat digunakan untuk mengatasi permasalahan bottleneck di


lantai produksi suatu perusahaan adalah Theory of Constraint (TOC). Theory of
constraint merupakan keterbatasan yang dapat menentukan kinerja dari suatu
sistem (Atkinson, 2004). TOC merupakan metode yang dikembangkan oleh
Elihayu Goldratt mengenai bagaimana cara meningkatkan throughput dengan
mengatur kendala atau bottleneck. Metode yang digunakan dalam TOC untuk
mengatur aliran produksi adalah meletakkan buffer. Buffer digunakan untuk
menyeimbangkan lintasan sehingga dapat meminimasi bottleneck, dengan
begitu output produksi dapat ditingkatkan sehingga profit perusahaan pun akan
meningkat. Tugas ini membahas mengenai bagaimana mengatasi bottleneck di
lantai produksi dengan menerapkan solusi berbasis TOC. .

1.2. Perumusan Masalah


Pengamatan dilakukan pada proses pembuatan lengan robot di Perusahaan ED
Alumunium Cor. Di lantai produksi terdiri dari 5 workcenter yaitu casting, cutting,
milling, gerinda, dan packaging. Ketika proses produksi terjadi, lantai produksi
selalu mengalami bottleneck di workcenter gerinda. Berdasarkan identifikasi, hal
ini disebabkan oleh :
Patricia Chew - 140607751
Angger Piranti - 140607756
Karania DPM - 140607771
1
Theory of Constraint

i. Rata-rata waktu proses di workcenter millling jauh lebih cepat


dibandingkan rata-rata waktu proses workcenter gerinda.
ii. Waktu set up workcenter gerinda besar karena ukuran lengan robot besar
dan bentuk lengan robot yang rumit. Hal ini menyebabkan lengan robot
harus di set up ulang untuk menggerinda sisi yang berbeda.
iii. Jumlah operator di workcenter gerinda hanya 1 orang.

1.3. Tujuan
Tujuan dari tugas ini adalah menetapkan buffer berbasis Theory of Constraint di
suatu lantai produksi agar bottleneck dapat diminimasi sehingga perusahaan
dapat memaksimalkan profit.

1.4. Batasan Masalah


Batasan masalah yang diberikan dalam kasus ini yaitu :
i. Masing-masing workcenter terdiri dari 1 mesin.
ii. Jumlah input masing-masing mesin hanya 1 unit untuk satu kali
prosesnya.
iii. Tidak ada inventory on hand.
iv. Hanya terdapat 1 jenis lengan robot yang diproduksi.

Patricia Chew - 140607751


Angger Piranti - 140607756
Karania DPM - 140607771
2
Theory of Constraint

BAB 2
TEORI SINGKAT

Pada kasus di Perusahaan ED ini digunakan metode DBR (Drum Buffer Rope)
untuk menyelesaikan permasalahan dalam lantai produksinya. Dalam konsep
TOC (Theory of Constraint) dikenal dengan istilah drum-bufferrope, yang
merupakan teknik umum yang digunakan untuk mengelola sumber-sumber daya
guna memaksimumkan permormansi dari sistem (Gaspersz,2001). Filosofi dari
Drum Buffer Rope (Umble dan Srikanth, 1996), yaitu :
a. Rencanakan MPS (Master Production Schedule) atau jadwal induk produksi
yang disebut drum.
b. Melindungi throughput dalam sebuah sistem dari fluktuasi yang tidak dapat
dihandari, melalui time buffer di beberapa titik kritis pada sebuah sistem yang
disebut buffer.
c. Ikat tiap-tiap sumber lini produksi kepada detak drum yang disebut rope.
Berikut ini penjelasan mengenai Drum-Buffer Rope:
a. Drum
Drum adalah ritme produksi yang ditetapkan untuk mengatasi kendala sistem
(Gasperz, 2001). Stasiun ini akan menunjukan laju produksi (throughput) dari
sistem. Karena stasiun ini menjadi laju produksi keseluruhan sistem, maka
stasiun ini perlu mendapatkan perlindungan terhadap fluktuasi dan gangguan
yang terjadi pada sistem. Perlindungan ini diberikan untuk mencegah stasiun
kendala menganggur karena terjadi fluktuasi dalam sistem.
b. Buffer
Buffer ini berfungsi agar laju produksi tidak terganggu oleh gangguan pada
sistem, oleh karena itu buffer ini disebut juga buffer pelindung (protective buffer).
Buffer atau penyangga terbagi menjadi 2 macam, (Umble dan Srikanth, 1996)
yaitu :
1. Time Buffer
Waktu yang dijadikan penyangga dengan tujuan untuk melindungi laju
produksi (throughput) sistem dari gangguan yang selalu terjadi dalam system
produksi.
2. Stock Buffer
Produk akhir maupun produk antara yang dijadikan penyangga dengan tujuan
untuk memperbaiki sistem produksi dalam hal menanggapi permintaan.
c. Rope
Rope adalah suatu proses komunikasi dari stasiun kendala kepada operasi awal
(gating operation) untuk memeriksa atau membatasi material yang diberikan
kepada sistem (Gaspersz, 2001). Adanya rope ini akan mengurangi jumlah
persediaan yang terjadi di setiap stasiun kerja dan menjaga pada tingkat tertentu
yang sesuai. Karena setiap stasiun akan melakukan produksi sesuai dengan
kebutuhan stasiun konstrain, bukan sesuai kapasitasnya.
Dari uraian di atas, maka konsep Theory of Constraint dikenal dengan istilah
Drum-Buffer-Rope, yang merupakan suatu metode yang mengatur dan
mengidentifikasi segala sesuatu yang menghalangi (constraint) sistem untuk

Patricia Chew - 140607751


Angger Piranti - 140607756
Karania DPM - 140607771
3
Theory of Constraint

mencapai performansi yang lebih baik dari sistem. Dengan demikian, Ilustrasi
DBR dapat dilihat pada gambar berikut ini.

Gambar 2.1. Ilustrasi DBR

Patricia Chew - 140607751


Angger Piranti - 140607756
Karania DPM - 140607771
4
Theory of Constraint

BAB 3
METODOLOGI

Pada lantai produksi pembuatan lengan robot di Perusahaan ED, permasalahan


yang terjadi adalah terjadinya penumpukan barang setengah jadi di workcenter
milling. Hal ini disebabkan karena rata-rata waktu proses di workcenter milling
jauh lebih cepat dibandingkan rata-rata waktu proses di workcenter gerinda.
Berdasarkan kasus tersebut maka solusi yang kami terapkan adalah dengan
memberikan time buffer pada proses produksi. Time buffer dimaksudkan agar
order tiba sebelum jadwalnya sehingga muncul inventory agar stasiun kendala
tidak menganggur. Hal pertama yang dilakukan adalah dengan melakukan
pengamatan waktu proses pada masing-masing workcenter. Data yang diambil
yaitu sebanyak 15 kali setelah itu masing-masing waktu proses di rata-rata
sehingga dapat diketahui rata-rata waktu proses masing-masing workcenter.
Setelah itu data disimulasikan dengan menggunakan program WinQSB 32 bit
dan masing-masing waktu proses setiap workcenter dicari distribusinya. Hasil
distribusi diinputkan sebagai time process setiap server. Untuk masing-masing
server yang mewakili setiap workcenter diisi dengan nilai 0 untuk capacity nya
kecuali gerinda. Pada gerinda, nilai capacity dikosongkan guna mencari nilai
optimumnya. Time buffer terbaik dicari dengan menginputkan nilai pada time
between hingga didapatkan hasil output terbaik. Setelah ditemukan ouput
terbaik, dicari berapa capacity buffer di gerinda dengan time buffer tersebut untuk
mengetahui berapa jumlah output produksi dengan time buffer tertentu dan
capacity buffer tertentu.

Patricia Chew - 140607751


Angger Piranti - 140607756
Karania DPM - 140607771
5
Theory of Constraint

BAB 4
DATA DAN ANALISIS

4.1. Data
Perusahaan ED memproduksi lengan robot dan untuk proses produksinya terdiri
dari 5 workcenter yaitu :

i. Workcenter casting
Pada workcenter casting terdapat 4 buah mesin casting hidrolik. Proses
pengerjaannya memiliki waktu sekitar 10 menit.
ii. Workcenter cutting
Waktu pada saat proses cutting tidak tentu karena bergantung pada jenis
produknya. Pada produk tangan robot dan kaki infus waktu yang
dibutuhkan untuk proses cutting yaitu sekitar 10-15 menit, sedangkan untuk
produk kecil hanya membutuhkan waktu sekitar 1 menit. Hal ini disebabkan
karena pada produk tangan robot dan kaki infus memiliki ukuran yang
besar, sehingga waktu set up ketika melakukan cutting lebih lama daripada
proses cuttingnya sendiri.
iii. Workcenter milling
Pada proses finishing, terdapat 6 mesin milling, 2 mesin CNC, dan 6 mesin
bubut konvensional.
iv. Workcenter gerinda
Pada workcenter ini hanya terdapat 1 pekerja tetapi jika permintaan banyak
maka dilakukan penambahan tenaga kerja pada proses gerinda yaitu
sebanyak 1 orang. Lama waktu pengerjaan untuk proses gerinda yaitu 10-
20 menit. Proses gerinda merupakan proses yang membutuhkan waktu
paling lama karena tergantung pada kondisi permukaan produk yang akan
diproses. Selain itu proses gerinda dilakukan secara tidak menentu karena
terkadang ada produk yang hanya membutuhkan sedikit gerinda dan ada
produk yang hampir seluruh bagiannya harus digerinda.
v. Workcenter packaging
Pada workcenter ini, seluruh produk dikemas dengan menggunakan
karung dan box kayu dan hanya membutuhkan waktu sekitar 5 menit.

Berdasarkan pengamatan sebanyak 15 kali maka didapatkan data mengenai


waktu proses setiap workcenter. Berikut adalah data waktu proses setiap
workcenter :

Patricia Chew - 140607751


Angger Piranti - 140607756
Karania DPM - 140607771
6
Theory of Constraint

Tabel 4.1. Data Waktu Proses Setiap Workcenter

Waktu Proses WC (menit)


No
Casting Cutting Milling Gerinda Packaging
1 13 14 8 15 4
2 10 16 10 17 4
3 10 15 8 19 5
4 10 13 10 18 6
5 11 14 10 25 4
6 8 17 6 20 7
7 11 13 9 21 5
8 13 14 7 19 5
9 13 14 9 23 6
10 9 16 6 18 6
11 10 14 9 22 6
12 13 12 8 16 6
13 10 15 9 17 6
14 10 13 7 23 4
15 11 12 8 20 5
Rata-rata 10,8 14,13333 8,266667 19,53333 5,266667

4.2. Langkah Kerja


Penyelesaian kasus penumpukan pada ED Alumunium dapat diselesaikan
menggunakan teori time buffer dengan bantuan software Arena.
a. Mencari distribusi waktu tiap WC dengan Tool Analyzer
b. Membuat ilustrasi lintasan

Gambar 4.1. Ilustrasi Lintasan


c. Menginput data distribusi waktu tiap WC ke masing-masing server sesuai
dengan urutan Wcnya. Lalu menyetting tiap server, arrive dan depart
sesuai dengan instruksi pada Optimasi Lintasan.
Patricia Chew - 140607751
Angger Piranti - 140607756
Karania DPM - 140607771
7
Theory of Constraint

d. Menyetting Number of Replication sebanyak 10 kali. Lalu menyetting


Length of Replication (lamanya setiap replikasi) sebesar 3000 jam.
e. Menyetting Capacity Queue untuk selain server 4 sebesar 0, artinya untuk
WC selain WC konstrain yaitu Gerinda (server 4) tidak diberikan buffer.
Dan untuk server 4 Capacity Queue dikosongkan.
f. Mensimulasikan lintasan dengan memasukkan Time Buffer pada kolom
Time Between sebesar 8. Lalu start dan amati output yang keluar.
g. Ulangi langkah f dengan Time Between 9, 10 sampai 25. Cari nilai output
terbesar.
h. Mencari besar Capacity Queue dengan mensimulasikan sesuai dengan
Time Between yang memiliki output terbesar.

4.3. Analisis
Berdasarkan simulasi Time Between sesuai dengan langkah diatas, didapatkan
nilai Time Between 8 dan 19 yang memiliki output terbesar yaitu 148. Berikut
tabel Time Between yang didapatkan :

Tabel 4.2. Simulasi Time Between

Time Between Output


8 148
9 139
10 138
11 133
12 131
13 132
14 134
15 140
16 147
17 145
18 147
19 148
20 142
21 139
Patricia 22 133
Chew - 140607751
Angger 23 128
Piranti - 140607756
Karania 24
DPM - 140607771
123
8
25 118
Theory of Constraint

Berdasarkan hasil simulasi diatas terdapat 2 nilai time between dengan output
terbesar yaitu time between 8 dan 19. Dari 2 nilai tersebut dicari besar kapasitas
antriannya dengan mensimulasikan Capacity Queue mulai dari 0, 1, 2 dan
seterusnya sampai didapatkan nilai yang steady state. Berikut hasil simulasi
Capacity Queue :

Tabel 4.3. Hasil Simulasi Capacity Queue

Capacit Time Between


y Queue 8 19
0 92 94
1 141 144
2 146 148
3 148 148
4 148 148
Dari hasil simulasi didapatkan besar kapasitas antrian untuk time buffer 8
sebesar 3 dan time buffer 19 sebesar 2 dan dipilih time buffer 19. Karena dengan
nilai output yang sama yaitu 148, time buffer 19 memiliki kapasitas antrian yang
lebih kecil dari pada time buffer 8.

Artinya dengan time buffer 19 lintasan produksi mengalami penumpukan pada


WC Gerinda sebesar 2 unit dan output akhir dari lintasan sebanyak 148. Dari
hasil simulasi ini dapat memperbaiki lintasan produksi yang berada di ED
Alumunium yang sebelumnya memiliki penumpukan pada WC Gerinda yang
tidak terkendali dan mengakibatkan lintasan tidak seimbang dan terjadi WC
menganggur ataupun kerugian ruang, waktu, biaya. Selain itu penumpukan juga
dapat menyebabkan waste yakni inventory dan defect product.

Penerapan DBR ini mengacu pada constrain atau kendala yang membatasi
sistem. Pada ED Alumunium kendala yang membatasi sistem berupa stasiun
kerja/mesin yakni gerinda. Stasiun kerja gerinda membatasi sistem karena waktu
Patricia Chew - 140607751
Angger Piranti - 140607756
Karania DPM - 140607771
9
Theory of Constraint

operasinya yang cenderung lama sehingga mempengaruhi jalannya lintasan


produksi seperti terjadinya penumpukkan dan menganggur. Maka dari itu DBR
digunakan untuk meningkatkan performansi lintasan produksi sekaligus
mengatur buffer.
Drum ditetapkan sebanyak 1, karena dilihat waktu operasi paling lama berada
pada stasiun kerja gerinda yaitu sekitar 20 menit (constrain) menghasilkan 1
produk, untuk operasi seperti melting dimana waktu operasinya sebesar 10
menit akan menghasilkan 2 unit dalam 20 menit. Sehingga walaupun pada
melting, casting, cutting produk yang dihasilkan lebih dari 1 pada saat masuk
stasiun kerja gerinda hanya 1 produk yang dapat diproses, untuk produk lainnya
harus menunggu hingga produk pertama selesai. Sehingga dalam 20 menit
produk yang masuk hanya 1 buah.
Buffer tetap disediakan di sebelum stasiun kerja gerinda, buffer ini digunakan
sebagai wadah untuk mengantisipasi jika ada deviasi waktu operasi. Karena
waktu operasi memiliki deviasi yang terkadang bisa naik ataupun turun sehingga
tetap diperlukan buffer sebagai wadah untuk mengantisipasi hal tersebut.
Rope merupakan informasi yang disampaikan dari stasiun kerja kendala untuk
memproduksi sesuai dengan kemampuan drum. Informasi ini bisa berupa tanda
lampu, kertas, orang dan lainnya. Selain menerapkan sistem DBR, juga
diterapkan sistem time buffer. Seperti yang dijelaskan pada sub bab metode
penyelesaian, buffer terbagi menjadi 2 jenis yaitu stock buffer dan time buffer.
Keduanya berfungsi untuk mengatur keadaan buffer yang mana akan
berkelanjutan pada fase rope yaitu menginformasikan ke stasiun kerja awal
untuk produksi. Sehingga stasiun kerja awal akan berproduksi sesuai dengan
keadaan buffer. Pada kasus ED Alumunium kami mengusulkan sistem time
buffer. Yaitu mencari ketetapan waktu untuk stasiun kerja pertama mulai
beroperasi kembali, sehingga buffer disini berupa waktu. Dari hasil pengolahan
yang kami lakukan melalui software Arena diperoleh time buffer sebesar 19
menit. Artinya jarak waktu pengerjaan part 1 dan part 2 di stasiun kerja 1 sebesar
19 menit. Akan tetapi pada kenyataanya waktu operasi tidak selalu konstan, atau
memiliki deviasi atau penyimpangan yang terkadang dapat menurun ataupun
sebaliknya. Sehingga walaupun menggunakan time buffer, tetap disediakan stok
buffer untuk menjaga kondisi deviasi tersebut

Patricia Chew - 140607751


Angger Piranti - 140607756
Karania DPM - 140607771
10
Theory of Constraint

BAB 5
KESIMPULAN

a. Workstation yang menjadi kendala adalah workcenter gerinda karena


memiliki rata-rata waktu proses paling besar diantara workstation lainnya.
b. Time buffer yang tepat untuk diterapkan sebagai solusi adalah sebesar 19
menit.
c. Jumlah antrian pada buffer ketika diberikan time buffer sebesar 19 menit
adalah 2 unit.
d. Output yang dihasilkan dengan time buffer sebesar 19 menit adalah 148
unit.

Patricia Chew - 140607751


Angger Piranti - 140607756
Karania DPM - 140607771
11
Theory of Constraint

DAFTAR PUSTAKA

http://www.geocities.ws/cimahi99/modul_workshop_arena.pdf

www.goldratt.co.uk Resources

www.dbrmfg.co.nz/Production%20DBR.htm

Patricia Chew - 140607751


Angger Piranti - 140607756
Karania DPM - 140607771
12
Theory of Constraint

LAMPIRAN

Lantai Produksi Perusahaan ED Produk Jadi Lengan Robot

Lantai
Produksi Perusahaan ED

Produk yang telah di packaging

Patricia Chew - 140607751


Angger Piranti - 140607756
Karania DPM - 140607771
13

Anda mungkin juga menyukai