Anda di halaman 1dari 4

Pengukuran Kerja adalah tindakan pengukuran yang dilakukan terhadap berbagai aktivitas

dalam rantai nilai yang ada pada suatu perusahaan. Hasil pengukuran tersebut kemudian
digunakan sebagai umpan balik yang akan memberikan informasi tentang prestasi
pelaksanaan suatu rencana dan titik di mana perusahaan memerlukan penyesuaian–
penyesuaian atas aktivitas perencanaan dan pengendalian.
Dalam pengukuran kerja, biasanya dilihat dari proses operasi dalam perusahaan dapat efisien
atau tidak biasanya didasarkan atas lama waktu untuk membuat suatu produk atau
melaksanakan suatu pelayanan (jasa). Jumlah waktu yang harus digunakan untuk
melaksanakan kegiatan tertentu dibawah kondisi kerja normal disebut standar pekerja (labor
standards).

Manajer operasional dapat menetapkan standar pekerja yang benar yaitu secara tepat dapat
menentukan rata-rata waktu yang dibutuhkan seorang karyawan untuk melaksanakan
aktivitas tertentu dalam kondisi kerja normal. Penetapan standar pekerja dapat menggunakan
empat cara [4] yaitu:

Pengalaman Masa Lalu (Historical Experience)


Standar pekerja dapat diestimasi berdasarkan apa yang telah terjadi di masa lalu yaitu berapa
jam kerja yang dibutuhkan untuk melaksanakan suatu pekerjaan. Cara ini memiliki kelebihan
karena relatif mudah dan murah didapatkan. Standar seperti ini lazimnya didapatkan datanya
dari kartu waktu pekerja atau dari data produksi. Akan tetapi kelemahannya adalah tidak
objektif dan tidak dapat diketahui keakuratannya apakah kecepatan kerjanya layak atau tidak,
dan apakah kejadian yang tidak biasa sudah diperhitungkan atau belum. Oleh karena itu
penggunaan teknik ini tidak dianjurkan maka tiga cara yang lain adalah yang dianjurkan.

Studi Waktu (Time Study)


Studi waktu adalah bagian dari prosedur pengukuran kerja yang digunakan, di mana usaha
manusia menjadi bagian dari aktivitas produktif dan beberapa prosedur yang digunakan untuk
mengukur human time untuk beberapa konsep dari sebuah level standar dari suatu usaha
(Mundel and Danner, 1994).

Studi terhadap waktu dapat menunjukkan ukuran kerja, yang melibatkan teknik dalam
penetapan waktu baku yang diijinkan untuk melakukan tugas yang telah diberikan
berdasarkan ukuran suatu metode kerja dengan memperhatikan faktor kelelahan, pekerja dan
kelambatan yang tidak dapat dihindarkan. Analisis studi waktu dapat menggunakan beberapa
teknik untuk menetapkan sebuah standar yaitu dengan cara studi waktu menggunakan
stopwatch, pengolahan data dengan menggunakan komputerisasi, data standar, dasar
mengenai data gerakan, pengambilan contoh kerja, dan perhitungan berdasarkan masa lalu.
Setiap teknik mempunyai penerapan tersendiri pada setiap kondisi, studi analisis waktu harus
dapat diketahui ketika hal ini harus menggunakan teknik tertentu dan kemudian
menggunakan teknik tersebut secara benar.

Standar waktu digunakan untuk menentukan tenaga kerja dan peralatan yang dibutuhkan;
untuk membantu dalam pengembangan metode kerja yang efektif; untuk mengatur pekerja
dalam melakukan pekerjaannya; untuk membantu dalam membandingkan performansi kerja
dari suatu rencana yang sudah ditetapkan dengan beban kerja dan sumberdaya yang
digunakan; dan untuk melaksanakan pengukuran produktivitas secara total. Aktivitas
pengukuran waktu kerja diperkenalkan pertama kali untuk penyelesaian kerja. Dengan
adanya waktu ini maka sistem pengaturan upah atau insentif akan dapat dibuat berdasarkan
“a fair day’s pay for a fair day’s work”. Begitu pula dengan mengetahui waktu ini maka
estimasi akan keluaran kerja yang dihasilkan serta jadwal perencanaan kerja dapat dibuat
secara lebih akurat.

Standar Waktu Yang Telah Ditentukan (Predetermined Time Study)


Suatu pembagian pekerjaan manual menjadi elemen dasar kecil yang waktunya telah
ditetapkan dan dapat diterima secara luas. Caranya dengan menjumlahkan faktor waktu bagi
setiap elemen dasar dari pekerjaan. Cara ini membutuhkan biaya yang besar. Metode yang
paling umum adalah metode pengukuran waktu (MTM = Methods Time Measurement).
Standar waktu yang telah ditetapkan merupakan perkembangan dari gerakan dasar yang
disebut sebagai Therblig yang ditemukan oleh Frank Gilbreth, yang mencakup aktivitas
seperti memilih, mengambil, mengarahkan, merakit, menjangkau, memegang, beristirahat,
meneliti.

Standar waktu yang telah ditetapkan memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan studi
waktu yaitu:

(1) Standar waktu dapat dibuat di laboratorium sehingga prosedur ini tidak mengganggu
aktivitas sesungguhnya,

(2) Karena standar dapat ditentukan sebelum pekerjaan benar-benar dilakukanmaka dapat
digunakan untuk membuat rencana,

(3) Tidak ada pemeringkatan kinerja yang dibutuhkan,


(4) Serikat pekerja cenderung menerima metode ini sebagai cara yang wajar untuk
menetapkan standar,

(5) Standar waktu yang telah ditentukan biasanya efektif pada perusahaan yang
melakukan sejumlah besar penelitian pada tugas yang sama.

Pengambilan Sampel Kerja (Work Sampling)


Metode ini dikembangkan di Inggris oleh L. Tipper pada tahun 1930. Pengambilan sampel
kerja memperkirakan persentase waktu yang dihabiskan oleh seorang pekerja pada beragam
pekerjaan. Hasilnya digunakan untuk menentukan bagaimana karyawan mengalokasikan
waktu mereka di antara aktivitas yang beragam. Hal ini akan mendorong adanya perubahan
karyawan, penugasan ulang, perkiraan biaya aktivitas dan kelonggaran keterlambatan bagi
standar pekerja. Apabila pengambilan sampel ini untuk menetapkan kelonggaran
keterlambatan, maka sering disebut penelitian rasio keterlambatan (ratio delay study).
Prosedur dalam metode ini ada lima langkah sebagai berikut:

(1) Mengambil sampel awal untuk mendapatkan sebuah perkiraan nilai parameter seperti
persentase waktu sibuk seorang pekerja,

(2) Hitung ukuran sampel yang dibutuhkan,

(3) Buat jadwal pengamatan pada waktu yang layak. Konsep angka acak digunakan untuk
menapatkan pengamatan yang benar-benar acak,

(4) Lakukan pengamatan dan catat aktivitas pekerja,

(5) Tentukan bagaimana pekerja menghabiskan waktu mereka biasanya dalam persentase.

Fokus pada pengambilan sampel kerja adalah untuk menentukan bagaimana para pekerja
mengalokasikan waktu mereka di antara beragam aktivitas yang dilakukannya. Hal ini dapat
dicapai dengan menetapkan persentase waktu yang dihabiskan oleh seorang pekerja pada
aktivitas yang ada pada sejumlah waktu tertentu. Seorang analis hanya mencatat aktivitas
yang dilakukan secara acak.

Anda mungkin juga menyukai