Anda di halaman 1dari 5

Faktor-Faktor Penyebab Korupsi

Secara umum faktor-faktor penyebab terjadinya korupsi Antara lain: aspek perilaku individu,
aspek organisasi, dan Aspek masyarakat tempat individu dan organisasi berada (Arifin:
2000). Tidak jauh berbeda dengan pendapat di Atas, Erry Riyana Hardjapamekas (2008)
menyebutkan Tingginya kasus korupsi di negeri ini disebabkan oleh Beberapa hal
diantaranya: (1) Kurang keteladanan dan Kepemimpinan elite bangsa, (2) Rendahnya gaji
Pegawai Negeri Sipil, (3) Lemahnya komitmen dan konsistensi Penegakan hukum dan
peraturan perundangan, (4)Rendahnya integritas dan profesionalisme, (5) Mekanisme
Pengawasan internal di semua lembaga perbankan, Keuangan, dan birokrasi belum mapan,
(6) Kondisi Lingkungan kerja, tugas jabatan, dan lingkungan Masyarakat, dan (7) Lemahnya
keimanan, kejujuran, rasa Malu, moral dan etika.Perilaku korupsi menyangkut berbagai hal
yang bersifat Kompleks. Faktor-faktor penyebabnya bisa dari internal Pelaku-pelaku korupsi,
tetapi bisa juga bisa berasal dari Situasi lingkungan yang kondusif bagi seseorang untuk
melakukan korupsi. Dengan demikian secara garis besar Penyebab korupsi dapat
dikelompokan menjadi dua yaitu Faktor internal dan faktor eksternal. Beberapa hal terkait
Dengan faktor penyebab internal korupsi:

1. Menurut Tri Karyati dkk (2019 : 23), bahwa sebabsebab manusia terdorong untuk
melakukan korupsi Antara lain :

a. Sifat tamak manusia, sifat rakus atau tamak yang


Dimiliki oleh manusia. Pada sifat rakus artinya Manusia tidak mudah puas dengan apa yang
Dimilikinya saat ini. Cenderung merasa kurang Dengan apa yang dimiliki dan hal tersebut
akan Mendorong manusia tersebut untuk melakukan korupsi. Sementara itu Isa Wahyudi
(2007) adalah Bukan kejahatan kecil-kecilan karena mereka Membutuhkan makan. Korupsi
adalah kejahatan Orang profesional yang rakus Sudah kaya dan Lebih dari cukup, tapi
serakah. Mempunyai hasrat Besar untuk memperkaya diri. Unsur penyebab Korupsi pada
pelaku semacam itu datang dari Dalam diri sendiri, yaitu sifat tamak dan rakus, Maka
tindakan keras tanpa kompromi, wajib Diproses secara hukum dan paling tidak dihukum
Masksimal. Kemudian menurut Indah Sri Utami Dan Agus Mulya Karsona (1918:23) Sifat
tamak Terjadi seseorang mempunyai hasrat besar untuk Memperkaya diri dan tidak pernah
merasa puas Terhadap apa yang telah dimiliki. Secara bahasa Tamak berarti rakus hatinya.
Sedang menurut Istilah tamak adalah cinta kepada duania (harta) Terlalu berlebihan tanpa
memperhatikan hukum. Dari makna tersebut bisa dipahami, bahwa tamak Adalah sikap rakus
terhadap hal-hal yang bersifat Kebendaan tanpa memperhitungkan mana yang Halal dan
haram. Tamak harta adalah keinginan Yang besar untuk mendapatkan harta
sebanyakbanyaknya yang dipicu oleh cinta harta secara Berlebihan, seringkali juga dipicu
oleh interaksi Dalam pergaulan dengan pola hidup hidonisme Dan konsumtif. Korupsi adalah
kejahatan orang Professional yang rakus, Sudah berkecupan tapi Serakah.
b. Moral yang kurang kuat, yakni akibat moral

Manusia yang kurang kuat sehingga lebih Cenderung mementingkan kepentingannya Sendiri.
Sedangkan menurut Isa Wahyudi (2007) Yakni seorang yang moralnya tidak kuat Cenderung
mudah tergoda untuk melakukan Korupsi. Godaan itu bisa berasal dari atasan, teman
setingkat, bawahannya, atau pihak yang Lain yang memberi kesempatan untuk itu. Kemudian
menurut Indah Sri Utami dan Agus Mulya Karsona (1918 : 24) Seseorang yang Mempunyai
moral lemah cenderung mudah Tergoda untuk melakukan tindakan korupsi. Godaan itu bisa
berasal dari atasan, teman Setingkat atau sejawat, bawahan, atau pihak lain Yang memberi
kesempatan untuk melakukan Korupsi. Sehingga dapat dikatakan bahwa dari Aspek moral
misalnya lemahnya keimanan, Kejujuran, rasa malu aspek sikap atau perilaku Misalnya pola
hidup konsumtif dan aspek social Seperti keluarga yang dapat mendorong seseorang
Berperilaku korup.

c. Gaya hidup konsumtif, bahwa gaya hidup yang

Konsumtif yaitu dalam segi kehidupan seharisehari yang berlebihan, atau dapat disebut juga
Dengan gaya hidup yang boros. Gaya hidup yangSemacam ini akan mendorong untuk
melakukan Korupsi karena dari penghasilannya tidak Mencukupi untuk memenuhi gaya
hidup yang Boros. Sementara itu Isa Wahyudi (2007) Menyatakan yakni kehidupan di kota-
kota besar Sering mendorong gaya hidup seseong konsumtif. Perilaku konsumtif bila tidak
diimbangi dengan Pendapatan yang memadai akan membuka Peluang seseorang untuk
melakukan berbagai Tindakan untuk memenuhi hajatnya. Salah satu Kemungkinan tindakan
itu adalah dengan Korupsi. Kemudian menurut Indah Sri Utami dan Agus Mulya Karsona
(1918:23-24) Pada era Modern ini, terutama kehidupan di kota-kota Besar merupakan hal
yang sering mendorong Terjadinya gaya hidup konsumtif. Oleh karena itu, Apabila perilaku
konsumtif tidak diimbangi dengan pendapatan yang memadai, maka hal tersebut akan
membuka peluang seseorang untuk melakukan berbagai tindakan demi memenuhi hajatnya.
Salah satu kemungkinan tindakan itu adalah dengan korupsi. Kinichi Ohmae dalam karyanya
The End of the Nation State, selain mengungkapkan kian meredupnya keutamaan faham
Negara bangsa (nation state), juga bertujuan untuk mendiskusikan mengenai pengelolaan
kepentingan nasional dalam semangat dan visi yang baru, yaitu global vision, Visi global,
oleh Ohmae dilukiskan sebagai suatu peradaban yang bersifat tanpa batas (bordeless world).
Menurut empat “I S” (investment,industry, information technology and individual cosumer),
telah menjadi faktor penentu hadirnya peradaban baru itu. Suatu peradaban yang oleh
Robertson dianggap mengarah pada”…kompresi dunia dan intensifikasi kesadaran dunia
secara keseluruhan”. Selanjutnya menurut Moh. Yamin (2016:46) Perilaku individu Jika
dilihat dari sudut pandang pelaku korupsi, karena koruptor melakukan tindakan korupsi dapat
berupa dorongan internal dalam bentuk keinginan atau niat dan melakukannya dengan
kesadaran penuh. Seseorang termotivasi untuk melakukan korupsi, antara lain karena sifat
rakus manusia, gaya hidup konsumtif, kurangnya agama, lemahnya moralitas dalam
menghadapi godaan korupsi, dan kurangnya etika sebagai pejabat.

Permasalahan narkoba di Indonesia masih Merupakan sesuatu yang bersifat urgent dan
Kompleks. Dalam kurun waktu satu dekade terakhir Permasalahan ini menjadi marak.
Terbukti dengan Bertambahnya jumlah penyalahguna atau pecandu Narkoba secara
signifikan, seiring meningkatnya Pengungkapan kasus tindak kejahatan narkoba Yang
semakin beragam polanya dan semakin masif Pula jaringan sindikatnya. Dampak dari
Penyalahgunaan narkoba tidak hanya mengancam Kelangsungan hidup dan masa depan
Penyalahgunanya saja, namun juga masa depan Bangsa dan negara, tanpa membedakan strata
Sosial, ekonomi, usia maupun tingkat pendidikan. Sampai saat ini tingkat peredaran narkoba
sudah Merambah pada berbagai level, tidak hanya pada Daerah perkotaan saja melainkan
sudah Menyentuh komunitas pedesaan.

Penggunaan narkotika dan obat-obatan Terlarang (narkoba) di kalangan remaja dinilai


Memprihatinkan. Tidak hanya itu, angka Pengguna narkoba di Ibu Kota DKI Jakarta, juga
Terbilang tinggi. Berdasarkan data Badan Narkotika Nasional (BNN) 2,2% dari total populasi
orang di Indonesia terjerat narkoba. Hal itu berdasarkan Hasil penelitian terbaru BNN dan
Universitas Indonesia (UI). Di Provinsi Jawa Tengah, terdapat Sekitar 500 ribu penduduk
yang terlibat dalam Penyalahgunaan obat-obatan terlarang tersebut. Sedangkan, penggunaan
narkoba di wilayah DKI Jakarta mencapai angka 7% dan merupakan angka Tertinggi
dibandingkan dengan kota lain. Kota lain Rata-rata hanya berada pada angka 2,2% Pengguna
dari jumlah penduduknya, selisih 4,8% Dibandingkan dengan Jakarta.

Hingga kini penyebaran narkoba sudah hampir Tak bisa dicegah. Mengingat hampir seluruh
Penduduk dunia dapat dengan mudah mendapat Narkoba dari oknum-oknum yang tidak
Bertanggung jawab. Misalnya saja dari bandar Narkoba yang senang mencari mangsa
didaerah Sekolah, diskotik, tempat pelacuran, dan tempattempat perkumpulan geng. Tentu
saja hal ini bisa Membuat para orang tua, ormas, pemerintah Khawatir akan penyebaran
narkoba yang begitu Meraja rela.

Masalah penyalahgunaan narkoba di Indonesia Sudah sangat memprihatinkan. Hal ini


disebabkan Beberapa hal antara lain karena Indonesia yang Terletak pada posisi di antara tiga
benua dan Mengingat perkembangan ilmu pengetahuan dan Teknologi, maka pengaruh
globalisasi, arus Transportasi yang sangat maju dan penggeseran.
Nilai materialistis dengan dinamika sasaran opini Peredaran gelap narkoba. Kekhawatiran ini
Semakin di pertajam akibat maraknya peredaran Gelap narkotika yang telah merebak di
segala Lapisan masyarakat, termasuk di kalangan generasi Muda. Hal ini akan sangat
berpengaruh terhadap Kehidupan bangsa dan negara pada masa Mendatang.

Perilaku sebagian remaja yang secara nyata Telah jauh mengabaikan nilai-nilai kaidah dan
Norma serta hukum yang berlaku di tengah Kehidupan masyarakat menjadi salah satu
Penyebab maraknya penggunaan narkoba di Kalangan generasi muda. Dalam kehidupan
seharihari di tengah-tengah masyarakat masih banyak Dijumpai remaja yang masih
melakukan Penyalahgunaan narkoba.

Penyebab terjerumusnya seseorang dalam Penyalahgunaan narkoba menurut Libertus Jehani


Dan Antoro (2006) disebabkan oleh banyak faktor, Baik internal maupun eksternal.

1. Faktor Internal, yaitu faktor yang berasal dari Diri seseorang yang terdiri dari:

a. Kepribadian

Apabila kepribadian seseorang labil, Kurang baik, dan mudah dipengaruhi Orang lain maka
lebih mudah terjerumus Dalam penyalahgunaan narkoba

b. Keluarga

Jika hubungan dengan keluarga kurang Harmonis (broken home) Maka Seseorang akan
mudah merasa putus asa Dan frustasi.

c. Ekonomi

Kesulitan mencari pekerjaan Menimbulkan keinginan untuk bekerja Menjadi pengedar


narkoba. Seseorang Yang ekonomi cukup mampu, tetapi Kurang perhatian yang cukup dari
Keluarga atau masuk dalam lingkungan Yang salah lebih mudah terjerumus jadi Pengguna
narkoba.

Anda mungkin juga menyukai