RONDE KEPERAWATAN
Oleh :
1.
1.
2.
3.
4.
Diana, S.Kep
6. Rogayah, S.Kep
Febi Susanti, S.Kep 7. Rosidi, S.Kep
Haidi, S.Kep
8. Romiko, S.Kep
Ikwan Masyur, S.Kep 9. Sulardi, S.kep
Indra Pratama, S.Kep
ruangan
bertanggung
jawab
dalam
penyelenggaraan,
PP
PP
Penetapan pasien
Tahap pra ronde
PP
Persiapan pasien :
Informed Concent
Hasil pengkajian /
intervensi
Penyajian masalah
Validasi data
Analisa Data
Aplikasi hasil analisa
dan diskusi
Masalah teratasi
7. Materi :
a. Proposal pelaksanaan ronde keperawatan
b. Konsep teori keperawatan
c. Dokumentasi keperawatan klien
8. Pengorganisasian
a. Kepala Ruangan
: Diana, S.Kep.
b. Perawat Primer
: Sulardi, S.Kep.
Romiko, S.Kep.
c. Perawat Assosciate
d. Perawat Konselor
Kepala Ruangan
Perawat Primer
Diana, S.Kep.
NIM. 06.11.010
Sulardi, S.Kep.
NIM. 06.11.046
SURAT PERSETUJUAN
Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama
Umur
Jenis Kelamin
No.KTP/SIM/lainnya
Alamat
:
:
:
:
:
Untuk
: Diri sendiri
Anak
Nama Klien
Umur
Jenis Kelamin
Alamat
Isteri
Orang Tua
Suami
Lainnya
:
:
Ruangan
:
Rekam Medis No.
:
Dengan ini menyatakan sesungguhnya telah :
Memberikan Persetujuan dan telah mendapatkan penjelasan yang
sejelasnya tentang maksud dilakukan Ronde keperawatan dan tidak
akan melakukan tuntutan/gugatan dikemudian hari atas tindakan
tersebut.
Demikianlah persetujuan ini diberikan agar diperguankan sebagaimana mesti
nya.
Nama Perawat
)
Nama Jelas
Saksi-saksi :
Tanda Tangan
1. ..
1. ......
2. ..
2. ..
A. Definisi
Epilepsi adalah penyakit serebral kronik dengan karekteristik kejang
berulang akibat lepasnya muatan listrik otak yang berlebihan dan bersivat
reversibel (Tarwoto, 2007).
Epilepsi adalah gangguan kronik otak dengan ciri timbulnya gejala-gejala
yang datang dalamserangan-serangan, berulang-ulang yang disebabkan lepas
muatan listrik abnormal sel-sel saraf otak, yang bersifat reversibel dengan
berbagai etiologi (Arif, 2000).
Epilepsi adalah sindroma otak kronis dengan berbagai macam etiologi
dengan ciri-ciri timbulnyaserangan paroksismal dan berkala akibat lepas muatan
listrik neron-neron otak secara berlebihandengan berbagai manifestasi klinik dan
laboratorik (Anonim, 2008).
B. Anatomi Fisiologi
10
11
funsi otomatis otak, seperti detak jantung, sirkulasi darah, pernafasan, dan
pencernaan.
Pons merupakan stasiun pemancar yang mengirimkan data ke pusat
otak bersama dengan formasi reticular. Ponslah yang menentukan apakah kita
terjaga atau tertidur.
Formasi Reticular memiliki peranan penting dalam pengaturan gerakan
dan
perhatian
Anda.
Formasi
reticular
seolah-olah
berfungsi
untuk
C. Etiologi
Penyebab pada kejang epilepsi sebagian besar belum diketahui
(Idiopatik). Sering terjadi pada:
1.
2.
12
3.
4.
Demam,
ganguan
metabolik
(hipoglikemia,
hipokalsemia, hiponatremia)
5.
Tumor Otak
6.
13
3.
Cidera
kepala
yang
dapat
menyebabkan
5.
6.
7.
14
8.
Kecerendungan
timbulnya
epilepsy
yang
E. Patofisiologi / Patoflow
Otak merupakan pusat penerima pesan (impuls sensorik) dan sekaligus
merupakan pusat pengirim pesan (impuls motorik). Otak ialah rangkaian berjutajuta neron. Pada hakekatnya tugas neron ialah menyalurkan dan mengolah
aktivitas listrik saraf yang berhubungan satu dengan yang lain melalui sinaps.
Dalam sinaps terdapat zat yang dinamakan neurotransmiter.
Acetylcholine
dan
norepinerprine
ialah
neurotranmiter
eksitatif,
15
2.
16
3.
Kelainan
polarisasi
(polarisasi
berlebihan,
17
18
F. Manifestasi klinik
Manifestasi klinik dapat berupa kejang-kejang, gangguan kesadaran atau
1. Gangguan penginderaan
2. Kelainan gambaran EEG
3. Tergantung lokasi dan sifat Fokus Epileptogen
4. Dapat mengalami Aura yaitu suatu sensasi tanda sebelum kejang epileptik
(Aura dapat berupa perasaan tidak enak, melihat sesuatu, men cium bau-bauan
tak enak, mendengar suara gemuruh, mengecap sesuatu, sakit kepala dan
sebagainya)
G. Pemeriksaan penunjang
1.
Elektroensefalogram (EEG)
19
Neuroimaging
Yang termasuk dalam pemeriksaan neuroimaging antara lain:
a.
CT Scan
Digunakan untuk mendeteksi lesi pada otak, fokal abnormal,
serebrovaskuler abnormal, gangguan degeneratif serebral. Merupakan
test gambaran otak pertama yang dianjurkan untuk banyak anak dan
dewasa dengan kejang awal. Teknik gambaran ini cukup sensitive untuk
berbagai tujuan.
Teknik penggambaran yang lebih sensitive dibandingkan dengan
x-ray, mengikuti makna yang tinggi terhadap struktur tulang dan
jaringan-jaringan yang lunak.clear images dari orga-organ seperti otak,
otot, struktur join, vena, dan arteri.
20
Pemeriksaan laboratorium.
Pemeriksaan seperti pemeriksaan darah rutin, kadar elektrolit, kalsium,
fosfor, magnsium, atau gula darah tidak rutin dilakukan pada kejang demam
pertama. Pemeriksaan laboratorium harus ditujukan untuk mencari sumber
demam, bukan sekedar sebagai pemeriksaan rutin.
H. Komplikasi
1. Dampak pada anak-anak
a. Long-Term General Effects. Secara umum untuk efek jangka lama dari
kejang sangat bergantung pada penyebabnya. Anak-anak yang mengalami
21
sindrom
epilepsy
parsial.
Anak-anak
tersebut
biasanya
b.
22
c.
b.
c.
d.
I. Penatalaksanaan
1. Pencegahan
Upaya sosial luas yang menggabungkan tindakan luas harus ditingkatkan
untuk pencegahan epilepsi. Resiko epilepsi muncul pada bayi dari ibu yang
23
Demam tinggi pada penderita dapat diatasi dengan cara memberi obat
demam dengan penurun panas dan kompres dengan lap hangat (lebih
kurang panasnya dengan suhu badan si penderita) selama kurang lebih 15
menit, bila mencapai 38.5 derajat celcius atau lebih.
b.
24
c.
d.
Sediakan obat anti kejang lewat dubur di rumah jika kejang membuat
penderita tidak mungkin meminum obat.
e.
b.
c.
d.
e.
f.
25
3. Pengobatan
Pengobatan epilepsi adalah pengobatan jangka panjang. Penderita
akan diberikan obat antikonvulsan untuk mengatasi kejang sesuai dengan jenis
serangan. Penggunaan obat dalam waktu yang lama biasanya akan
menyebabkan masalah dalam kepatuhan minum obat (compliance) serta
beberapa efek samping yang mungkin timbul seperti pertumbuhan gusi,
mengantuk, hiperaktif, sakit kepala, dll.
Penyembuhan akan terjadi pada 30-40% anak dengan epilepsi. Lama
pengobatan tergantung jenis epilepsi dan etiologinya. Pada serangan ringan
selama 2-3th sudah cukup, sedang yang berat pengobatan bisa lebih dari 5th.
Penghentian pengobatan selalu harus dilakukan secara bertahap. Tindakan
pembedahan sering dipertimbangkan bila pengobatan tidak memberikan efek
sama sekali.
Farmakoterapi anti konvulsion untuk mengontrol kejang. Obatobatan ini mengontriol kejang 50% sampai 60% mengalami kejang berulang
dan memberikan control parsial 15% sampai 35%.
Pembedahan
26
2.
3.
d. Carbamazine (tegretol):
1.
2.
Sifat
ini
menguntungkan
penderita
epilepsi
lobus
f. Diazepam:
27
1.
Biasanya
dipergunakan
pada
kejang
yang
sedang
2.
3.
4.
j. Acetazolamide (diamox):
1.
2.
28
J. Pengkajian
1. Pengkajian Primer
a. Airway
Pada fase iktal, biasanya ditemukan klien mengatupkan giginya
sehingga menghalangi jalan napas, klien menggigit lidah, mulut berbusa, dan
pada fase posiktal, biasanya ditemukan perlukaan pada lidah dan gusi akibat
gigitan tersebut
b. Breathing
Pada fase iktal, pernapasan klien menurun/cepat, peningkatan sekresi
mukus, dan kulit tampak pucat bahkan sianosis. Pada fase posiktal, klien
mengalami apneu
c. Circulation
Pada fase iktal terjadi peningkatan nadi dan sianosis, klien biasanya dalam
keadaan tidak sadar.
d. Disability
Klien bisa sadar atau tidak tergantung pada jenis serangan atau
karakteristik dari epilepsi yang diderita. Biasanya pasien merasa bingung,
dan tidak teringat kejadian saat kejang
e. Exposure
29
2.
3.
tumor intrakranial
30
4.
e. Riwayat kejang :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
f. Pemeriksaan fisik
1. Kepala dan leher
Sakit kepala, leher terasa kaku
g. Thoraks
Pada klien dengan sesak, biasanya menggunakan otot bantu napas
h. Ekstermitas
Keletihan,, kelemahan umum, keterbatasan dalam beraktivitas,
perubahan tonus otot, gerakan involunter/kontraksi otot
i. Eliminasi
Peningkatan tekanan kandung kemih dan tonus sfingter. Pada
posiktal terjadi inkontinensia (urine/fekal) akibat otot relaksasi
j. Sistem pencernaan
31
32