Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Anak dengan dosen
Oleh :
2017
KATA PENGANTAR
Penulis mengucapkan Puji dan Syukur kepada Tuhan Yang Maha ESA, karena
atas rahmat dan pertolongan-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah
Keperawatan Anak yang berjudul “ Asuhan Keperawatan pada anak dengan
penyakit Kejang Demam dan Sepsis”. Dalam penulisan makalah ini, penulis juga
tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing mata kuliah
Keperawatan Anak yaitu Ibu Tina Shina Parulian S.,M.Kep,Ns,Sp.Kep.An
Semoga makalah ini bisa menjadi manfaat bagi dan menjadikan referensi bagi
kita, sehingga lebih profesional dalam menjalankan tugas sebagai tenaga kerja
kesehatan. Karya tulis ini juga sebagai syarat untuk memenuhi mata kuliah
Keperawatan anak. Ditunjukan kepada mahasiswa-mahasiswi STIKes Santo
Borromeus serta masyarakat umum terutama tenaga kesehatan dan semua yang
membaca makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
BAB I PENDAHULUAN
2.1.1 Pengertian
2.1.3 Etiologi
2.1.4 Patofisiologi
2.1.5 Prognosis
2.1.6 Klasifikasi
2.1.9 Komplikasi
2.1.10 Penatalaksanaan
2.2.12 Patoflow
2.2 SEPSIS
2.2.1 Pengertian
2.2.3 Etilogi
2.2.4 Epidemiologi
2.2.5 Patofisiologi
2.2.8 Komplikasi
2.2.9 Penatalaksanaan
2.2.10 Patoflow
3.1 Asuhan Keperawatan pada bayi dan anak dengan penyakit kejang demam.
3.2 Asuhan Keperawatan pada bayi dan anak dengan penyakit sepsis
BAB VI PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anak merupakan hal yang penting artinya bagi sebuah keluarga. Selain
sebagai penurus keturunan, anak pada akhirnya juga sebagai generasi penerus
bangsa, oleh karena itu tidak satupun orang tua yang menginginkan anaknya jatuh
sakit, lebih-lebih bila anaknya mengalami kejang demam.
Kejang demam merupakan kelainan neurologis akut yang paling sering
dijumpai pada anak. Bangkitan kejang ini terjadi kerena adanya kenaikan suhu tubuh
(suhu tubuh rektal di atas 38 ̊C) yang disebabkan oleh proses ekstrakranium.
Penyebab demam terbanyak adalah infeksi saluran pernapasan bagian atas disusul
infeksi saluran pencernaan.
Insiden terjadinya kejang demam terutama pada golongan anak umur 6 bulan
sampai 4 tahun. Hampir 3% dari anak yang berumur di bawah 5 tahun pernah
menderita kejang demam. Kejang demam lebih sering didapatkan pada anak laki laki
daripada perempuan. Hal tersebut disebabkan karena pada wanita didapatkan
maturasi serebral yang lebih cepat dibandingkan laki-laki tersebut. Untuk itu tenaga
perawat/para medis dituntut untuk berperan aktif dalam mengatasi keadaan tersebut
serta mampu memberikan asuhan keperawatan kepada keluarga dan penderita, yang
meliputi aspek promotif, kuratif, dan rehabilitatif secara terpadu dan
berkesinambungan serta memandang klien sebagai satu kesatuan yang utuh secara
bio-psiko-sosial-spiritual. Prioritas asuhan keperawatan pada kejang demam adalah:
mencegah/mengendalikan aktivitas kejang, melindungi pasien dari trauma,
mempertahankan jalan napas, meningkatkan harga diri yang positif, memberikan
informasi kepada keluarga tentang proses penyakit, prognosis dan kebutuhan
penangannya.
Sepsis adalah systemic inflammation respons syndrome (SIRS) yang disertai
dugaan atau bukti ditemukannya infeksi di dalam darah. Kondisi patologis pada
keadaan sepsis (sepsis berat atau syok sepsis) dapat mempengaruhi pada hampir
setiap komponen sel sirkulasi mikro, termasuk sel endotel, sel otot polos, leukosit,
eritrosit, dan jaringan. Jika tidak dikoreksi secara tepat, suplai aliran darah mikro
yang jelek dapat menyebabkan distress respirasi pada jaringan dan sel dan lebih
lanjut lagi menyebabkan disfungsi sirkulasi mikro yang hasil akhirnya adalah
kegagalan organ. Sirkulasi mikro menjamin ketersediaan oksigen untuk tiap sel dan
jaringan, menjadi penentu organ berfungsi baik, atau tidak. Disfungsi sirkulasi mikro
yang terjadi selama beberapa waktu dapat menjadi penggerak utama kondisi
patologis sepsis yang berakibat pada kegagalan organ yang kemudian dapat terjadi
kegagalan multiorgan. (Trzeciak, 2005: Sareharto, 2007)
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan kejang demam dan sepsis?
2. Apa etiologi dari kejang demam dan sepsis?
3. Bagaimana patofisiologi dari kejang demam dan sepsis?
4. Bagimana prognosis dari kejang demam dan sepsis?
5. Apa saja pemeriksaan penunjang dari kejang demam dan sepsis?
6. Apa saja komplikasi dari kejang demam dan sepsis?
7. Bagaimana penatalaksanaan pada kejang demam dan sepsis?
8. Apa saja masalah keperawatan pada kejang demam dan sepsis
KEJANG DEMAM
PENGERTIAN
Kejang demam
Yang dimaksud dengan kejang demam atau febrile convulsion ialah bangkitan
kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal dia atas 38°C) yang
disebabkan oleh proses ekstrakranium. Kejang demam merupakan kelainan
neurologis yang paling sering dijumpai pada anak, terutama pada golongan anak
umur 6 bulan dampai 4 tahun. Hampir 3% dari anak yang berumur dibawa 5 tahun
pernah menderita kejang demam. Pada percobaan binatang, suhu yang tinggi dapat
menyebabkan terjaditerjadinya bangkitan kejang.
Penyebab kejang pada anak dapat karena infeksi, kerusakan jaringan otak
dan faktor lain yang dapat menyebabkan gangguan pada fungsi otak. Keadaan
tersebut dapat dijumpai pada:
1. Kejang demam
2. Epilepsi
3. Meningitis purulenta
4. Meningitis tuberkulosa
5. Hidrosefalus
6. Cerebral palsy
7. Hemiplegia infantil akut
8. Spina bifida
ANFATOMI FISIOLOGI
Anfis Persyarafan
Sistem saraf pusat, meliputi otak yaitu suatu alat tubuh yang sangat penting
karena pusat komputer dari semua alat tubuh. Bagian dari saraf sentral yang terletak
didalam rongga tengkorak (kranium) yang di bungkus oleh selaput otak yang kuat.
Berat otak orang dewasa 1400gram.
(anatomi
fisiologi sistem
syaraf)
6. Anatomi otak
1) Otak besar
(Serebrum)
Berfungsi untuk untuk
pengaturan semua
aktivitas mental yaitu
berkaitan dengan
kepandaian
(intelegensi), ingatan
(insan beyninin intel islemciler kiyasla vasat)
(memori), kesadaran, dan pertimbangan. Otak besar terletak di bagian
depan otak. Terdiri atas :
Bagian belakang (oksipital) →pusat penglihatan.
Bagian samping (temporal) →pusat pendengaran.
Bagian tengah (parietal) →pusat pengatur kulit dan otot terhadap
panas, dingin, sentuhan, tekanan.
Antara bagian tengah dan belakang →pusat perkembangan kecerdasan,
ingatan, kemauan, dan sikap.
2) Otak kecil (Cerebellum)
Berfungsi untuk mengendalikan dan mengkoordinasikan gerakan-
gerakan otot tubuh serta menyeimbangkan tubuh.
Letak otak kecil terdapat tepat di atas batang otak.
3) Otak Tengah (Mesensefalon)
Terletak di depan otak kecil dan jembatan varol (menghubungkan otak
kecil bagian kiri dan kanan, juga menghubungkan otak besar dan
sumsum tulang belakang).
Di depan otak tengah (diencephalon)
Talamus (Pusat pengatur sensoris)
Hipotalamus (Pusat pengatur suhu, Mengatur selera makan,
Keseimbangan cairan tubuh). Bagian atas ada lobus optikus (pusat
refleks mata).
7. Pelindung otak
Tengkorak.
Ruas-ruas tulang belakang.
Tiga lapisan selaput otak (Meningen).
1) DURAMETER : Bersatu dengan tengkorak (melekat pada tulang)
2) ARACHNOID : Bantalan untuk melindungi otak dari bahaya kerusakan
mekanik, berisi cairan serobrospinal (cairan limfa)
3) PIAMETER : Penuh dengan pembuluh darah, di permukaan otak, suplai
oksigen dan nutrisi, mengangkut sisa metabolisme.
8. Cranium
( Anfis neurovaskuler )
9. MEDULLA OBLONGATA.
Banyak mengandung ganglion otak.
Pusat pengatur gerak refleks fisiologis (denyut jantung, pernafasan, pelebaran
dan penyempitan pembuluh darah, bersin, batuk)
10. MEDULLA SPINALIS
Fungsi :
1) Penghubung impuls dari dan ke otak.
2) Memungkinkan jalan terpendek pada gerak refleks.
Di bagian dalam ada (1) akar dorsal yang mengandung neuron sensorik. (2)
akar ventral yang mengandung neuron motorik.
Pada bagian putih terdapat serabut saraf asosiasi.
11. Sumsum Tulang Belakang
ETIOLOGI
Hingga kini belum diketahui secara pasti demam kejang disebabkan infeksi
saluran nafas atas, otitis fedia, gastroenteritis, dan infeksi saluran kemih, kejang
tidak selalu tmbul pada suhu tinggi dapat menyebabkan kejang. (Mansjoer Arief,
2000)
1) Gangguan Vaskuler
Perdarahan berupa petekia akibat anaksia dan asfiksia yang terjadi intrasebral
atau antraventrikel, sedangkan perdarahan akibat trauma langsung yaitu
berupa perdarahan di subaraknoidal atau subdural, terjadi trombosis, adanya
penyakit perdarahan seperti defisiensi vitamin K, Sindrom hiperviskositas
disebabkan oleh meningginya jumlah eritrosit dan dapat diketahui dari
peninggian kadar hematokritejala klinisnya antara lain pletora, sianosis,
letargi dan kejang.
2) Gangguan Metabolisme
Meliputi hipokalsemia, hipomagnesia, hipoglikemia, defisiensi dan
ketergantungan akan piridoksin, aminoasiduria, hiponatremia, hipernatremia,
hiperbilirubinemia.
3) Infeksi
Kejang demam disebabkan oleh infeksi meliputi: Meningitis sapsis,
ensefalitis, toksoplasma kongenital, penyakit-penyakit cytomegalic inclusion.
4) Kelainan Kongenital
Meliputi: Porensetali, hidransefali, agnesis (sebagian dari otak).
5) Lain-lain
Disebabkan oleh Narcotic with drawal, neoplasma.
(dr. Rusepto,2005:1141)
PATOFISIOLOGI
Tiap anak mempunyai ambang kejang yang berbeda dan tergantung tinggi
rendahnya ambang kejang, seseorang anak akan menderita kejang pada kenaikan
suhu tertentu. Pada anak dengan ambang kejang yang rendah, kejang telah terjadi
pada suhu 38oC sedang anak dengan ambang kejang tinggi kejang baru terjadi bila
suhu mencapai 40oC atau lebih. Dari kenyataan ini dapat disimpulkan bahwa
berulangnya kejang demam lebih sering terjadi pada anak dengan ambang kejang
yang rendah sehingga dalam penanggulangannya perlu memperhatikan pada tingkat
suhu berapa pasien menderita kejang. Kejang demam yang berlangsung singkat
pada umumnya tidak berbahaya dan tidak meninggalkan gejala sisa. Tetapi kejang
yang berlangsung lama (lebih dari 15 menit ) biasanya disertai abnea, meningkatnya
kebutuhan oksigen dan energi untuk kontraksi otot skelet yang akhirnya terjadi
hipoksia, hiperkapnia, asidosis laktat disebabkan oleh metabolisme anaerobik,
hipotensi arterial disertai denyut jantung yang tidak teratur dan suhu tubuh makin
meningkat yang disebabkan makin meningkatnya aktivitas otot, dan selanjutnya
menyebabkan metabolisme otak meningkat. Rangkaian kejadian diatas adalah
faktor penyebab hingga terjadinya kerusakan neuron otak selama berlangsungnya
kejang lama. Faktor terpenting adalah gangguan peredaran darah yang
menyababkan hipoksia sehingga meninggikan permeabilitas kapiler dan timbul
edema otak yang mengakibatkan kerusakan sel neuron otak.
PROGNOSIS
Dengan penanggulangan yang tepat dan cepat prognosisnya baik dan tidak
perlu menyebabkan kematian. Angka kejadian epilepsi berbeda-beda tergantung dari
cara penelitiannya ; misalnya Lumbantobing (1975) mendapatkan 6%, sedangkan
Livingstone ( 1954 ) dari golongan kejang demam sederhana mendapatkan 2,9%
yang menjadi epilepsi, dan golongan epilepsi yang diprovokasi oleh demam ternyata
97% menjadi epilepsi.
Risiko yang dihadapi oleh seorang anak sesudah menderita kejang demam
tergantung dari faktor:
Bila terdapat paling sedikit 2 atau 3 faktor tersebut diatas, maka dikemudian
hari akan mengalami serangan kejang tanpa demam sekitar 13%, dibanding bila
hanya terdapat 1 atau tidak sama sekali faktor tersebut diatas, serangan kejang tanpa
demam hanya 2% - 3% saja.
Dari suatu penelitian terhadap 431 pasien dengan kejang demam sederhana,
tidak terdapat kelainan pada IQ, tetapi pada pasien kejang demam yang sebelumnya
telah terdapat gangguan perkembangan atau kelainan neurologis akan didapat IQ
yang lebih rendah dibanding dengan saudaranya. Jika kejang demam diikuti dengan
berulangnya kejang tanpa demam, retardasi mental akan terjadi 5 kali lebih besar.
KLASIFIKASI
B. Kejang yang merupakan pergerakan abnormal atau perubahan tonus badan dan
tungkai dapat diklasifikasikan menjadi 3 bagianyaitu:
1. Kejang Tonik
Kejang ini biasanya terdapat pada bayi baru lahir dengan berat badan
rendah dengan masa kehamilan kurang dari 34 minggu dan bayi dengan
komplikasi prenatal berat. Bentuk klinis kejang ini yaitu berupa
pergerakan tonik satu ekstremitas atau pergerakan tonik umum dengan
ekstensi lengan dan tungkai yang menyerupai deserebrasi atau ekstensi
tungkai dan fleksi lengan bawah dengan bentuk dekortikasi. Bentuk
kejang tonik yang menyerupai deserebrasi harus di bedakan dengan sikap
epistotonus yang disebabkan oleh rangsang meningkat karena infeksi
selaput otak atau kernikterus.
2. Kejang Klonik
Kejang klonik dapat berbentuk fokal, unilateral, bilateral dengan
permulaan fokal dan multifokal yang berpindah-pindah. Bentuk klinis
kejang klonik fokal berlangsung 1-3 detik, terlokalisasi dengan baik, tidak
disertai gangguan kesadaran dan biasanya tidak diikuti oleh fase tonik.
Bentuk kejang ini dapat disebabkan oleh kontusio cerebri akibat trauma
fokal pada bayi besar dan cukup bulan atau oleh ensepalopi metabolik.
3. Kejang Mioklonik
Gambaran klinis yang terlihat adalah ekstensi dan fleki lengan atau
keempat anggota gerak yang berulang dan terjadinya cepat. Gerakan
tersebut menyerupai reklek moro. Kejang ini merupakan pertanda
kerusakan susunan saraf pusat yang luas dan hebat. Gambaran EEG pada
kejang mioklonik pada bayi tidak spesifik (Lumbang Tebing, 1997).
GAMBARAN KLINIK
Kejang demam yang tidak memenuhi salah satu atau lebih dari 7 kriteria
tersebut ( modifikasi Livingston ) digolongkan pada epilepsi yang diprovokasi oleh
demam. Kejang kelompok kedua ini mempunyai suatu dasar kelainan yang
menyebabkan timbulnya kejang, sedangkan demam hanya merupakan faktor
pencetus saja.
Telah diketahui bahwa kejang demam adalah kejang yang terjadi pada saat
anak menderita suhu tinggi, dapat sampai hiperpireksia. Kejang demam dapat
disebabkan karena adanya infeksi ekstrakranial misalnya OMA. Berbeda dengan
meningitis atau ensefalitis, tumor otak mempunyai kelainan pada otak sendiri. Perlu
diingat bahwa kejang demam hanya terjadi pada anak usia tertentu. Tetapi epilepsi
yang diprovokasi oleh demam juga menyebabkan kejang, oleh karena itu anamnesis
yang teliti sangat diperlukan.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
KOMPLIKASI
Medik
Dalam penanggulangan kejang demam ada 4 faktor yang perlu dikerjakan, yaitu:
Bila pasien datang dalam keadaan status konvulsivus, obat pilihan utama
adalah diazepam yang diberikan secar intravena ini tidak perlu dipersoalkan lagi
karena keberhasilan untuk menekan kejang sekitar 80%-90%. Efek terapeutik sangat
cepat, yaitu kira-kira 30 detik sampai 5 menit dan efek toksis yang serius hampir
tidak dijumpai apabila diberikan secara perlahan dan dosis tidak melebihi 50 mg per
suntikan. Dosis sesuai dengan berat badan; kurang dari 10 kg 0,5-0,7 mg/kgBB
dengan minimal dalam spuid 7,5 mg, dan diatas 20 kg 0,5 mg/kgBB. Biasanya dosis
rata-rata yang dipakai 0,3 mg/kgBB/kali dengan maksimum 5 mg pada anak
berumur kurang dari 5 tahun, dan 10 mg pada anak yang lebih besar.
Dengan dosis tersebut kadar terapeutik dalam darah akan menetap dalam 24
jam. Bila kejang tidak dapat dihentikan dengan obat-obat tersebut diatas maka
sebaiknya pasien dirawat diruang ICU untuk diberikan anastesia umum dengan
tiopental yang diberikan oleh seorang ahli anestesia.
2. Pengobatan Penunjang
Sebelum memberatas kejang tidak boleh dilupakan perlunya pengobatan
penunjang.
a. Semua pakaian ketat dibuka.
b. Posisi kepala sebaiknya miring untuk mencegah aspirasi isi lambung.
c. Usahakan jalan napas bebas untuk menjamin kebutuhan oksigen; bila perlu
dilakukan intubasi atau trakeostomi.
d. Pengisapan lendir harus dilakukan secara teratur dan diberikan oksigen.
Fungsi vital seperti kesadaran, suhu, tekanan darah, pernapasan dan fungsi
jantung diawasi secara ketat. Cairan intravena sebaiknya diberikan dengan
monitoring untuk kelainan metabolik dan elektrolit. Bila terdapat tekanan
intrakranial yang meninggi jangan diberikan cairan dengan kadar natrium yang
terlalu tinggi. Jika suhu meningkat sampai hiperpireksia dilakukan hibernasi dengan
kompres alkohol dan es. Obat untuk hibernasi adalah klorpromazin 2-4
mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis; prometazon 4-6 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3
dosis secara suntikan.
3. Pengobatan Rumat
Setelah kejang diatasi harus disusul pengobatan rumat. Daya kerja diazepam
sangat singkat, yaitu berkiras antara 45-60 menit setelah disuntikkan; oleh karena itu
harus diberikan obat antiepileptik dengan daya kerja lebih lama misalnya
fenobarbital atau defenilhidantoin. Fenobalbital diberikan langsung setelah kejang
berhenti dengan diazepam. Dosis awal pada neonatus 30 mg; umur 1 bulan sampai 1
tahun 50 mg dan umur 1 tahun keatas 75 mg dan cara memberikannya
intramuskular. Sesudah itu fenobarbital diberikan sebagai dosis rumat. Karena
metabolisme di dalam tubuh perlahan, pada anak cukup diberikan dalam 2 dosis
sehari dan kadar maksimal dalam darah terdapat setelah 4 jam. Untuk mencapai
kadar terapeutik secepat mungkin diperlukan dosis yang lebih tinggi daripada
biasanya. Dengan dosis ganda 8-10 mg/kgBB/hari, kadar 10-20 mikrogram/ml ialah
kadar efektif dalam darah tercapai dalam 48-72 jam. Di sub-bagian anak RSCM
fenobarbital sebagai dosis “maintenance” diberikan setelah dosis awal sebanyak 8-
10 mg/kgBB/hari dibagi dalam 2 dosis untuk hari pertama dan kedua. Selama
keadaan belum memungkinkan antikonvulsan diberikan secara suntikan dan bila
telah membaik diteruskan secara oral. Lanjutan pengobatan rumat tergantung
daripada keadaan pasien.
Pengobatan ini dibagi atas dua bagian, yaitu:
Fenobarbital
Dosis 4-5 mg/kgBB/hari. Akibat samping fenobarbital jangka
panjang ialah perubahan sifat anak menjadi hiperaktif, perubahan pola
tidur (suka tidur saja) dan kadang – kadang gangguan kognitif atau
fungsi luhur.
Sodium valproat/asam valproat (epilin, depakene )
Obat ini dapat menurunkan frekuensi kejang (terulangnya
kejang) dengan memuaskan. Obat ini lebih baik dari fenobarbital dan
dosis yang dibutuhkan 20-30 mg/kgBB/hari menjadi 3 dosis. Hanya
obat ini lebih mahal daripada fenobarbital dan dapat timbul gejala
toksik berupa mual, kerusakan hepar dan pankreatitis.
Feniton (Dilantin)
Fenitoin diberikan pada anak yang sebelumnya sudah
menunjukkan gangguan sifat berupa hiperaktif sebagai pengganti
fenobarbital. Hasilnya kurang memuaskan. Pemberian antikonvulsan
pada provilaksis jangka panjang ini dilanjutkan sekurang-kurangnya 3
tahun seperti mengobati epilepsi. Untuk menghentikan antikonvulsan
ini harus perlahan-lahan dengan jalan mengurangi dosis selama 3 atau
6 bulan.
4. Mencari dan mengobati penyebab
Penyebab kejang demam sederhana maupun epilepsi yang diprovokasikan
oleh demam biasanya adalah infeksi raspiratorius bagian atas dan otitis media
akut. Pemberian antibiotik yang adekuat perlu untuk mengobati penyakit tersebut.
Secara akademis pasien kejang demam yang datang untuk pertama kali
sebaliknya dilakukan pungsi lumbal untuk menyingkirkan kemungkinan adanya
faktor infeksi didalam otak misalnya meningitis. Pada pasien yang diketahui
kejang lama pemeriksaan lebih intensif seperti pungsi lumbal, darah lengkap, gula
darah, kalium, magnesium, kalsium, natrium dan faal hati. Bila perlu rontgen foto
tengkorak, EEG, ensefalografi dan lain-lain.
Cara memberantas kejang
2. Bila diazepam tidak tersedia, langsung dipakai fenobarbital dengan dosis awal
dan selanjutnya diteruskan dengan pengobatan rumat.
MASALAH KEPERAWATAN
Masalah yang perlu diperhatikan pada pasien kejang demam ialah risiko
terjadi kerusakan sel otak akibat kejang, suhu yang meningkat diatas suhu normal,
risiko terjadinya bahaya/komplikasi, gangguan rasa aman dan nyaman, kurangnya
pengetahuan orangtua mengenai penyakit
Hipertermi
Kurang Takut
Peningkatan potensi membran
pengetahuan
Kejang
Risiko cedera
(Sujono Sukarmin, 2009)
SEPSIS
PENGERTIAN
Leecarlo M.Lumban Gaol, Akhmad Makhmudi
ANATOMI FISIOLOGI
Gambar 1. Darah
Darah adalah jaringan cair dan terdiri atas dua bagian, bagian cair yang
disebut plasma dan bagian padat yang disebut sel-sel darah. (Pearce
Evelyn,2008 : 133). Sel-sel darah, ada tiga macam yaitu:
a. E r i t r o s i t ( s e l d a r a h m e r a h )
Eritrosit merupakan cakram bikonkaf yang tidak berhenti, ukurannya
kira-kira 8 m, tidak dapat bergerak, banyaknya kira-kira 5 juta dalam mm3.
Fungsi dari eritrosit adalah mengikat CO2 dari jaringan tubuh untuk
dikeluarkan melalui paru-paru. Eritrosit dibuat dalam sumsum tulang, limpa
dan hati, yang kemudian akan beredar keseluruh tubuh selama 14-15 hari,
setelah itu akan mati. Eritrosit berwarna kuning kemerahan karena didalamnya
mengandung suatu zat yang disebut hemoglobin. Warna ini akan bertambah
merah jika didalamnya banyak mengandung O2.
Hemoglobin adalah protein yang terdapat pada sel darah merah.
Berfungsi sebagai pengangkut oksigen dari paru-paru dan dalam peredaran
darah untuk dibawa kejaringan dan membawa karbon dioksida dan jaringan
tubuh ke Paru-Paru. Hemoglobin mengandung kira-kira 95% Besi (Fe) dan
berfungsi membawa oksigen dengan cara mengikat oksigen menjadi
oksihemoglobin dan diedarkan keseluruh tubuh untuk kebutuhan metabolisme.
Disamping oksigen, hemoglobin juga membawa karbondioksida dan dengan
karbon monoksida membentuk ikatan karbon Monoksihemoglobin (HbCO),
juga berperan dalam keseimbangan ph darah.
Sintesis hemoglobin terjadi selama proses eritropoisis, pematangan sel
darah merah akan mempengaruhi fungsi hemoglobin. Prose pembentukan sel
darah merah (Eritropoeisis) pada orang dewasa terjadi di sumsum tulang
seperti pada tulang tengkorak, vetebra, pelvis, sternum, iga, dan epifis tulang-
tulang panjang. Pada usia 0-3 bulan intrauterine terjadi pada yolk sac, pada
usia 3-6 bulan intrauterine terjadi pada hati dan limpa. Dalam proses
pembentukan sel darah merah membutuhkan bahan zat besi, vitamin B12,
asam folat, vitamin B6 ( piridoksin ), protein dan faktor lain. Kekurangan
salah satu unsur di atas akan mengakibatkan penurunan produksi sel darah
sehingga mengakibatkan anemia yang ditandai dengan Kadar hemoglobin
yang rendah/kurang dari normal.
b. Leukosit (sel darah putih)
Sel darah yang bentuknya dapat berubah-ubah dan bergerak dengan
perantara kaki palsu (pseudopodia) mempunyai bermacam-macam inti sel
sehingga dapat dibedakan berdasar inti sel Leukosit berwarna bening (tidak
berwarna), banyaknya kira-kira 4000-11000 mm3.
Leukosit berfungsi sebagai serdadu tubuh , yaitu membunuh dan
memakan bibit penyakit atau bakteri yang masuk kedalam tubuh jaringan RES
(Retikulo Endotel Sistem). Fungsi yang lain yaitu sebagai pengangkut dimana
leukosit mengangkat dan membawa zat lemak dari dinding usus melalui limpa
ke pembuluh darah. Sel leukosit selain didalam pembuluh darah juga terdapat
di seluruh jaringan tubuh manusia. Pada kebanyakan penyakit disebabkan
karena kemasukan kuman atau infeksi maka jumlah leukosit yang ada dalam
darah akan meningkat.
c. Plasma darah
Bagian darah encer tanpa sel-sel darah warna bening kekuningan
hampir 90% plasma darah terdiri dari :
1) Fibrinogen yang berguna dalam proses pembekuan darah.
2) Garam – garam mineral (garam kalsium, kalium, natrium, danlain-lain
yang berguna dalam metabolisme dan juga mengadakan osmotik).
3) Protein darah ( albumin dan globulin) meningkatkan viskositas darah
dan juga menimbulkan tekanan osmotik untuk memelihara
keseimbangan cairan dalam tubuh.
4) Zat makanan ( zat amino, glukosa lemak, mineral, dan vitamin).
5) Hormon yaitu suatu zat yang dihasilkan dari kelenjar tubuh.
(Pearce Evelyn, 2008 : 121-167).
Fisiologi Darah
Sebagai pertahanan tubuh terhadap serangan bibit penyakit dan racun yang akan
membinasakan tubuh dengan perantaraan leukosit, antibodi/zat-zat anti racun.
ETIOLOGI
Penyebabnya ada berbagai macam kuman seperti bakteri, virus, parasit, atau
jamur. Sepsis pada bayi hampir selalu disebabkan oleh bakteri seperti Acinetobacter
sp, Enterobacter sp, Pseudomonas sp, Serratia sp, Escerichia Coli, Group B
streotcoccus, Listeria sp. (Maryunanani,2009)
EPIDEMIOLOGI
Setiap tahunnya di Amerika Serikat terdapat hampir 750.000 kasus sepsis dan
terus meningkat, terutama pada pasien pasien dengan gangguan sistem imun dan
pasien pasien yang menjalani operasi berisiko tinggi. Berdasarkan data dari rekam
medik RSCM tahun 2009, masih terdapat 19,32% dari 502 pasien anak yang dirawat
mengalami sepsis dengan angka mortalitas sebanyak 54%.
Sedangkan sepsis pada masa neonatus didefinisikan sebagai adanya infeksi
bakteri yang bersamaan dengan kultur darah yang positif dalam bulan pertama
kehidupan. Kondisi ini terjadi oleh karena adaya transmisi vertikal dari ibu ke bayi,
yang terjadi di dalam kandungan (in utero) melalui membran yang ruptur atau
adanya infeksi di jalan lahir, dan risiko infeksi ini berkisar antara 40-70%, dan
biasanya disebabkan oleh kuman Group B Streptococcal (GBS). Di Amerika
Serikat, Infeksi GBS pada neonatus ini mencapai 1600 kasus dan 80 kematian setiap
tahunnya, sayangnya masih kurang data tentang kasus sepsis pada neonatus di
indonesia. Sepsis pada neonatus secara garis besar terbagi atas dua macam, yaitu:
1) Sepsis Awitan Dini (early onset sepsis)
Terjadi pada minggu pertama kehidupan, ditandai dengan adanya tiga presentasi
klinis mayor, septikemia (bakteremia dan tanda-tanda klinis sepsis), pneumonia
(terjadi pada 40% kasus), dan meningitis (terjadi pada 30% kasus). Mortalitas
pada sepsis awitan awal ini berkisar antara 50% sampai 70% sampaai tahun
1970, dan menurun belakangan dengan rata-rata 5% sampai 20%.
2) Sepsis Awitan Lambat (late-onset sepsis)
Memiliki manifestasi antara 1 minggu sampai 12 minggu kehidupan. Kejadian
ini biasanya diakibatkan oleh transmisi vertikal dan juga nosokomial atau
paparan dari lingkungan. Mortalitas pada sepsis neonatus jenis ini berkisar 2%
sampai 6%.
PATOFISIOLOGI
Sistem imun inate memiliki respons yang lebih cepat, karena memiliki
reseptor pengenalan patern, seperti TLR (toll-like receptors), yang berinteraksi pada
molekul yang terdapat pada mikroorganisme patogen. Contohnya, TLR-2,
mengenali peptidoglikan yang terdapat pada kuman gram positif, dan TLR-4,
mengenali lipopolisakarida terdapat pada kuman gram negatif.
Disaur dari: Speer Al, dkk. Pediatric Surgery 7th ed. Elsevier Saunders: 2012.p.141-
63.
Sepsis pada anak-anak berdasarkan kelompok usia, yang disebut dengan
kriteria:
1) Goldstein; newborn (0 hari sampai 1 minggu),
2) Neonatus (1 minggu sampai 1 bulan),
3) Infant (1 bulan sampai 1 tahun),
4) Toddler dan prasekolah (2 tahun sampai 5 tahun),
5) Anak usia sekolah (6 sampai 12 tahun) dan
6) Remaja dan dewasa muda (13 tahun samapi <18 tahun).
SYOK SEPTIK
Adalah syok yang ditandai dengan penurunan respons setelah pemberian cairan > 40
ml. /kg BB dalam 1 jam.
COLD SHOCK
Adalah syok yang ditandai dengan penurunan perfusi, perubahan status
mental,pengisian kembali kapiler > 2 detik, palsasi perifer berkurang,mottled, akral
dingin atau jumlah urin <1 ml/kgBB/jam/
MANIFESTASI KLINIS
1. Manifestasi Klinis
a. Tanda dan Gejala Umum
- Hipertermia (jarang) atau hipotermia (umum) atau bahkan normal.
- Aktivitas lemah atau tidak ada
- Tampak sakit
- Menyusu buruk/intoleransi pemberian susu.
b. Sistem Pernafasan
- Dispneu
- Takipneu
- Apneu
- Tampak tarikan otot pernafasan
- Merintik
- Mengorok
- Pernapasan cuping hidung
- Sianosis
c. Sistem Kardiovaskuler
- Hipotensi
- Kulit lembab dan dingin
- Pucat
- Takikardi
- Bradikardi
- Edema
- Henti jantung
d. Sistem Pencernaan
- Distensi abdomen
- Anoreksia
- Muntah
- Diare
- Menyusu buruk
- Peningkatan residu lambung setelah menyusu
- Darah samar pada feces
- Hepatomegali
e. Sistem Saraf Pusat
- Refleks moro abnormal
- Intabilitas
- Kejang
- Hiporefleksi
- Fontanel anterior menonjol
- Tremor
- Koma
- Pernafasan tidak teratur
- High-pitched cry
f. Hematologi
- Ikterus
- Petekie
- Purpura
- Prdarahan
- Splenomegali
- Pucat
- Ekimosis
KOMPLIKASI
Komplikasi sepsis neonatorum antara lain meningitis yang dapat
menyebabkan terjadinya hidrosefalus dan leukomalasia periventrikular. Komplikasi
acute respiratory distress syndrome (ARDS) dan syok septik dapat dijumpai pada
pasien sepsis neonatorum. Komplikasi lain adalah berhubungan dengan penggunaan
aminoglikosida, seperti tuli dan toksisitas pada ginjal, komplikasi akibat gejala sisa
atau sekuele berupa defisit neurologis mulai dari gangguan perkembangan sampai
dengan retardasi mental bahkan sampai menimbulkan kematian (Depkes, 2007).
PENATALAKSANAAN SEPSIS
Melalui plasenta
Masuk ke neonatus
SEPSIS
KESIMPULAN
KESIMPULAN
Kejang demam merupakan jenis kejang yang sering terjadi, terbagi atas kejang
demam sederhana dan kejang demam kompleks. Kejang demam merupakan suatu
kondisi yang patut diperhatikan, dan tatalaksana yang tepat dapat mengatasi kondisi
kejang dan mengatasi kausanya. Sebagian besar kejang demam tidak menyebabkan
penurunan IQ, epilepsi, ataupun kematian. Kejang demam dapat berulang yang
kadang menimbulkan ketakutan dan kecemasan pada keluarga. Diperlukan
pemeriksaan sesuai indikasi dan tatalaksana menyeluruh. Edukasi orang tua penting
karena merupakan pilar pertama penanganan kejang demam sebelum dirujuk ke
rumah sakit.
Disfungsi sirkulasi mikro yang terjadi selama beberapa waktu dapat menjadi
penggerak utama kondisi patologis sepsis yang berakibat pada kegagalan organ yang
kemudian dapat terjadi kegagalan multiorgan.
SARAN
Semoga Makalah ini dapat berguna bagi penyusun dan pembaca. Kritik dan
saran sangat kami harapkan demi perkembangan dan kebaikan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Jakarta.
https://www.google.co.id/amp/s/thefuturisticlovers.worspress.com/2011/04/23/asuhankep
erawatan-pada-pasien-kejang-demam/amp/ (12/03/2018 jam 13:00)
https://www.newbornwhocc.org/2014_pdf/Neonatal%20sepsis%202014.pdf