KABUPATEN PESAWARAN
1. Alfina Maharani
2. Cinta Febiana Alfauzi
3. Dwi Rahma Aulia
4. Hendita Mutiara Putri
5. M. Depi Setiawan
6. Muhammad Yonando Fahrezy
7. Pita Loka
8. Satri Hazrosa Marlinda
9. Vivi Nur Azizah
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa atas berkat dan
rahmatNya penulis dapat menyelesaikan tugas kelompok pembuatan makalah dengan
judul“Asuhan Keperawatan pada Anak dengan kejang deman” dengan baik dan tepat waktu.
Adapun Pembuatan makalahini dilakukan sebagai pemenuhan nilai tugas dari mata
kuliah Konsep Dasar Keperawatan. Selain itu, pembuatan makalah ini juga bertujuan untuk
memberikanmanfaat yang berguna bagi ilmu pengetahuan.Penulis mengucapkan terimakasih
kepada semua pihak yang telah terlibat danmembantu dalam pembuatan makalah sehingga
semua dapat terselesaikan dengan baik dan lancar. Selain itu, penulis juga mengharapkan
saran dan kritik yang bersifat membangunterhadap kekurangan dalam makalah agar
selanjutnya penulis dapat memberikan karya yanglebih baik dan sempurna. Semoga makalah
ini dapat berguna dan bermanfaat bagi pengetahuan para pembaca.
Halaman judul............................................................................................................
Kata pengantar...........................................................................................................
Daftar Isi.....................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................
1.3 Tujuan Peneliti.....................................................................................................
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan..........................................................................................................
4.2 Saran.....................................................................................................................
Daftar Pustaka.
BAB I
PENDAHULUAN
Demam Kejang merupakan kelainan neurologist yang paling sering dijumpai pada anak
terutama pada golongan anak berumur 6 bulan sampai 4 tahun. Hampir 3 % dari anak
yang berumur dibawah 5 tahun pernah mengalami kejang demam (Ngastiyah. 2005).
Terjadinya jangkitan demam kejang tergantung kepada umur, tinggi serta cepatnya suhu
tubuh meningkat. Tiap anak mempunyai ambang kejang yang berbeda, tergantung tinggi
rendahnya ambang kejang seseorang anak akan menderita demam kejang pada kenaikan
suhu tertentu (Ngastiyah. 1997).
Bangkitan demam kejang merupakan satu manifestasi daripada lepasnya muatan listrik
yang berlebihan disel neuron saraf pusat. Keadaan ini merupakan gejala terganggunya
fungsi otak dan keadaan ini harus segera mendapatkan penanganan medis secara tepat dan
adekuat untuk mencegah terjadinya komplikasi antara lain : Depresi pusat pernafasan,
Pneumonia aspirasi, cedera fisik dan retardasi mental.
Selain dampak biologis, klien juga mengalami pengaruh psikososial. Dalam keadaan ini
klien akan merasa rendah tinggi karena perubahan pada tubuhnya. Klien juga aktivitasnya
yang dapat menimbulkan bahaya bagi anak. .(hendarson 1997:268)
1.2 Rumusan Masalah
Adapunrumusanmasalahnyaadalahsebagaiberrikut :
1. Apapengertiankejang demam
2. Bagaimanapenyebabpenyakitkejang demam
3. Ada komplikasi yang ditimbulkan?
4. Ada pun gejala penyakitkejang demam
5. Asuhan Keperawatan pada An. T
2.1 PENGERTIAN
Kejang merupakan suatu perubahan fungsi pada otak secara mendadak dan sangat singkat
atau sementara yang dapat disebabkan oleh aktifitas otak yang abnormal serta adanya
pelepasan listrik serebral yang sangat berlebih (Hidayat Aziz, 2008 : 89 ).
Kejang demam adalah kejang yang terjadi akibat kenaikan suhu tubuh diatas 38,4ºC tanpa
disertai infeksi susunan saraf pusat atau gangguan elektrolit pada anak diatas usia 1 bulan,
tanpa riwayat kejang tanpa demam sebelumnya (Partini, 2013 : 65).
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu
rektal > 380C) yang disebabkan oleh suatu proses di luar otak. Kejang demam terjadi pada
2-4 % anak berumur 6 bulan sampai 5 tahun. Anak yang pernah mengalami kejang tanpa
demam, kemudian kejang demam kembali tidak termasuk dalam kejang demam
( Hartono, 2011 : 193 – 194 ).
Kejang demam ada 2 bentuk yaitu kejang demam sederhana dan kejang demam kompleks.
Kejang demam sederhana adalah kejang demam yang berlangsung singkat, kurang 15
menit dan umumnya dapat berhenti sendiri. Kejangnya bersifat umum artinya melibatkan
seluruh tubuh. Kejang tidak berulang dalam 24 jam pertama. Kejang demam tipe ini
merupakan 80% dari seluruh kasus kejang demam. Kejang demam kompleks adalah
kejang dengan satu ciri sebagai berikut: kejang lama > 15 menit, kejang fokal / parsial
satu sisi tubuh, kejang > 1 kali dalam 24 jam ( Hartono, 2011 : 194).
2.2 ETIOLOGI
Penyebab yang pasti dari terjadinya kejang demam tidak diketahui. Kejang demam
biasanya berhubungan dengan demam yang tiba-tiba tinggi dan kebanyakan terjadi pada
hari pertama anak mengalami demam. Kejang berlangsung selama beberapa detik sampai
beberapa menit. kejang demam cenderung ditemukan dalam satu keluarga, sehingga
diduga melibatkan faktor keturunan (faktor genetik). Kadang kejang yang berhubungan
dengan demam disebabkan oleh penyakit lain, seperti keracunan, meningitis atau
ensefalitis. Roseola atau infeksi oleh virus herpes pada manusia juga sering
menyebabkan kejang demam pada anak-anak. Shigella pada Disentri juga sering
menyebakan demam tinggi dan kejang demam pada anak-anak (Mediacastore, 2011: 8).
Menurut Jessica (2011: 3) penyebab dan faktor resiko terjadinya kejang demam adalah
sebagai berikut:
1. Infeksi virus
2. Infeksi traktus pernapasan atas
3. Infeksi traktus digestivus (gastroenteritis)
4. Infeksi saluran kemih
5. Otitis Media
6. Faktor genetik
2.3 PATOFISIOLOGI
Untuk mempertahankan kelangsungan hidup sel / organ otak diperlukan energi yang
didapat dari metabolisme. Bahan baku untuk metabolisme otak yang terpenting adalah
glucose, sifat proses itu adalah oxidasi dengan perantara fungsi paru-paru dan diteruskan
keotak melalui system kardiovaskuler. Berdasarkan hal diatas bahwa energi otak adalah
glukosa yang melalui proses oxidasi, dan dipecah menjadi karbon dioksidasi dan air. Sel
dikelilingi oleh membran sel. Yang terdiri dari permukaan dalam yaitu limford dan
permukaan luar yaitu tonik. Dalam keadaan normal membran sel neuron dapat dilalui oleh
ion Na+ dan elektrolit lainnya, kecuali ion clorida. Akibatnya konsentrasi K+ dalam sel
neuron tinggi dan konsentrasi Na+ rendah. Sedangkan didalam sel neuron terdapat
keadaan sebaliknya,karena itu perbedaan jenis dan konsentrasi ion didalam dan diluar sel.
Maka terdapat perbedaan membran yang disebut potensial membran dari neuron. Untuk
menjaga keseimbangan potensial membran ini diperlukan energi dan bantuan enzim Na,
K, ATP yang terdapat pada permukaan sel.
Keseimbangan potensial membran ini dapat diubah dengan perubahan konsentrasi ion
diruang extra selular, rangsangan yang datangnya mendadak misalnya mekanis, kimiawi
atau aliran listrik dari sekitarnya. Perubahan dari patofisiologisnya membran sendiri
karena penyakit/keturunan. Pada seorang anak sirkulasi otak mencapai 65 % dari seluruh
tubuh dibanding dengan orang dewasa 15 %. Dan karena itu pada anak tubuh dapat
mengubah keseimbangan dari membran sel neuron dalam singkat terjadi dipusi di ion K+
maupun ion Na+ melalui membran tersebut dengan akibat terjadinya lepasnya muatan
listrik.
Lepasnya muatan listrik ini sedemikian besarnya sehingga dapat meluas keseluruh sel
maupun membran sel sekitarnya dengan bantuan bahan yang disebut neurotransmitter
sehingga mengakibatkan terjadinya kejang. Kejang yang yang berlangsung singkat pada
umumnya tidak berbahaya dan tidak meninggalkan gejala sisa. Tetapi kejang yang
berlangsung lama lebih 15 menit biasanya disertai apnea, Na meningkat, kebutuhan O2
dan energi untuk kontraksi otot skeletal yang akhirnya terjadi hipoxia dan menimbulkan
terjadinya asidosis ( Hidayat, 2009: paragraf 4 ).
Pathway
2.4 MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis kejang demam antara lain :
1. Kejang umum biasanya di awali kejang tonik kemudian klonik berlangsung 10
sampai 15 menit
2. Frekuensi takikardia pada bayi sering di atas 150 – 200 permenit
3. Pulsasi arteri melemah dan tekanan nadi mengecil yang terjadi sebagai akibat
menurunnya curah jantung
4. Gejala bendungan system vena : Hepatomegali, Peningkatan vena
jugularis( Wongjingkang, 2012 : Paragraf 2 )
No registrasi : 3456.7654
Ruang : Anggrek
Tanggal/ jam MRS : 28 Maret 2020 / 09.00 wib
Tanggal pengkajian : 29 Maret 2020
Diagnosa medis : Kejang Demam
1. IDENTITAS
a. Biodata pasien
Nama : An. T
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 1 Th
Agama : Islam
Suku/ bangsa : Indonesia
Pendidikan :-
Pekerjaan :-
Alamat : Pesawaran
b. Penanggung jawab
Nama : Nn. A
Umur : 35 Th
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat : Pesawaran
Hubungan dengan pasien : Ibu
2. RIWAYAT KESEHATAN
a. Keluhan utama
Ibu klien mengatakan demam disertai kejang
b. Eliminasi
Sebelum sakit : ibu klien mengatakan BAB 2 x sehari pada waktu pagi dan sore
dengan konsistensi lembek, warna kuning, bau khas dan tidak ada keluhan dalam
BAB. Ibu klien mengatakan BAK ± 2-6 x sehari dengan warna kuning, bau khas,
dan pasien tidak ada kesulitan dalam BAK.
Saat sakit : ibu klien mengatakan mengatakan selama dirawat di rumah sakit klien
BAB dengan frekuensi 1x sehari, konsistensi lembek. Ibu klien mengatakan BAK
dengan frekuensi 4-5 x sehari warna kekuningan, bau khas dan tidak ada keluhan
dalam BAK.
d. Aktifitas fisik
Sebelum sakit : ibu klien mengatakan klien kalau dirumah sangat aktif, klien
bermain terus menerus.
Saat sakit : ibu klien mengatakan klien hanya berbaring ditempat tidur karena
merasakan lemas
e. Personal hygiene
Sebelum sakit : ibu klien mengatakan klien mandi 2 kali sehari yaitu pagi dan
sore, keramas 2 kali dalam seminggu, ganti baju 2 kali sehari, dan tidak ada
gangguan apapun.
Saat sakit : ibu klien mengatakan klien hanya di lap-lap saja.
4. DATA PSIKOSOSIAL
a. Status Emosi
Emosi pasien stabil.
b. Konsep Diri
Body Image : pasien mengetahui bahwa dirinya sedang sakit dan
membutuhkan pengobatan agar cepat sembuh
Self Ideal : pasien merasa diperlakukan dengan baik oleh perawat dan
mendapat perhatian yang cukup dari keluarga
Self Eksterm : pasien mengatakan ingin cepat sembuh dan pulang ke rumah
Role : pasien sebagai kepala keluarga.
Identity : pasien bernama Tn. “S” dengan usia 35 tahun yang
beralamatkan di Bojong Menteng Rt. 03/ IX Kelurahan Pasir Kuda
c. Interaksi Sosial
Hubungan pasien dengan perawat serta pasien lain dalam satu ruangan baik. Klien
aktif saat di rumah sakit.
d. Spiritual
Pasien beragama Islam, klien belum bisa menjalankan ibadah sholat, hanya saja
klien sering meminta doa agar penyakitnya cepat sembuh
5. PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan Umum
Keadaan umum klien lemah
b. Kesadaran
CM (Composmentis)
c. Tanda-Tanda Vital
TD :90/70 mmHg
Nadi :90 x/m
S :40oC
RR : 26 x/m
d. Kepala
- Kulitkepalabersih, tidakadaluka
- Mukosamulutkering
- Skeleratidakiketrik
- Konjungtivaanemis
e. Leher
Tidak terdapat pembesaran tiroid.
Jantung
Inspeksi : ictus cordistidaktampak
Palpasi : teraba ictus cordis di SIC V – VI
Perkusi : pekak
Auskultasi : terdengarbunyi S1 dan S2
g. Abdomen
Inspeksi : simetris, warna kulit sama dengan yang lainnya, tidak ada lesi,
tidak ada distensi
Auskultasi : suara peristaltik (bising usus) di semua kuadran ( bagian
diafragma dari stestoskop) terdengar setiap 13x/menit
Perkusisemuakuadran : tidakadanyerisaatditekan
Palpasisemuakuadran : cubitanperutkembalicepat 2 detik
h. Ekstremitas
- Terpasangcairaninfusditangankanandengancairan RL
- Turgor kulitjelek 3 detik
- Kekuatanotot
i. Genetalia
Tidak terpasang kateter.
6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Nama : An.T
Ruang : Anggrek
No. RM : 3456.7654
DS DO
- Ibu klien mengatakan makannya tidak - Nafsu makan klien menurun
teratur - Klien tampak mual
- Ibu klien mengatakan mual - Klien tampak tidak menghabiskan
- Ibu klien mengatakan klien hanya porsi makannya
menghabiskan ¼ porsi makannya TD : 90/70 mmHg
Nadi : 90 x/m
S : 40oC
RR : 26 x/m
- Ibu klien mengatakan klien minum - Mukosa bibir klien tampak kering
hanya 4 gelas perhari - Turgor kulit tidak elastis
- Ibu klien mengatakan klien hanya - Klien tampak lemas
minum air mineral
- Ibu klien mengatakan tidak suka
minum teh
- Ibu klien mengatakan demam disertai - Saat kejang seluruh otot-otot tubuh
kejang tampak kaku
- Ibu klien mengatakan klien
mengalami kejang 1 kali di rumah
sakit
ANALISA DATA
Nama : An.T
Ruang : Anggrek
No. RM : 3456.7654
NO. PENGKAJIAN MASALAH ETIOLOGI
1. DS : Perubahan nutrisi Intake makanan tidak
- Ibu klien mengatakan kurang dari adekuat
makannya tidak teratur kebutuhan tubuh
- Ibu klien mengatakan klien
mual
- Ibu klien mengatakan klien
hanya menghabiskan ¼ porsi
makannya
DO :
DO :
- Mukosa bibir klien tampak
kering
- Turgor kulit tidak elastis
- Klien tampak lemas
DO:
- Kulit teraba panas
- Suhu tubuh klien 40oC
DO:
Daftar masalah
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d Intake makanan tidak adekuat
2. Kekurangan volume cairan b.d Asupan cairan kurang
3. Hipertermi b.d proses penyakit
4. Resiko terjadi kejang berulang b.d Peningkatan suhu tubuh
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit ditandai dengan suhu tubuh 40oC,
kulit teraba panas
2. Resiko terjadi kejang berulang berhubungan dengan peningkatan suhu tubuh ditandai
demam disertai kejang
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan Intake makanan
tidak adekuat ditandai dengan nafsu makan klien menurun
RENCANAKEPERAWATAN
Nama :An.T
Ruang :Anggrek
No.RM :3456.7654
Diagnosa
No Rencana
Tgl Keperawatan Dan Tujuan Rasional
. Keperawatan
Data Penunjang
1. 29 Hipertermi Setelah dilakukan 1. Pantau suhu 1. Kenaikan
Maret
berhubungan tindakan pasien ; suhu
2020
dengan proses keperawatan perhatikan menunjukan
penyakit ditandai selama 3x24 jam menggigil/dia proses
dengan suhu tubuh diharapkan phoresis penyakit
40oC, kulit teraba masalah 2. Pantau suhu infeksius akut
panas hipertermia dapat lingkungan, 2. Suhu ruangan/
Ds : teratasi dengan batasi/tambah jumlah
Ibu klien kriteria hasil : an linen selimut harus
mengatakan Suhu dalam tempat tidur, diubah untuk
klien rentang sesuai mempertahan
mengalami normal indikasi kan suhu
panas tinggi Nadi dan RR 3. Berikan mendekati
Ibu klien dalam rentang kompres normal
mengatakan normal mandi hangat 3. Dapat
demam sejak 2 pada lipatan membentu
hari sebelum paha dan mengurangi
masuk rumah aksila, hindari demam
sakit penggunaan 4. Digunakan
alkohol untuk
Do :
4. Kolaborasi mengurangi
Kulit teraba
dengan dokter demam
panas
dalam dengan aksi
Suhu tubuh
pemberian sentralnya
klien 40oC
antipiretik pada
hipotalamus
2. 30 Resiko terjadi Setelah dilakukan 1. Berikan 1. Meminimalka
Maret kejang berulang tindakan pengaman n injuri saat
2020 berhubungan keperawatan pada sisi kejang
dengan selama 3 x 24 tempat tidur 2. Membantu
peningkatan suhu jam diharapkan dan menurunkan(l
tubuh ditandai tidak terjadi penggunaan okasi, lama)
demam disertai kejang berulang tempat tidur dan frekuensi
kejang dengan criteria rendah kejang
hasil : 2. Catat tipe 3. Meningkatkan
Ds : Tidak kejang keamanan
Ibu klien terjadinya (lokasi,lama) kline
mengatakan kejang selama dan frekuensi 4. Menurunkan
demam disertai perawatan kejang resiko kejang
kejang 3. Tinggalah pada kline
Ibu klien bersama klien
mengatakan selama fase
klien kejang
mengalami 4. Kolaborasi
kejang 1 kali di dengan dokter
rumah sakit untuk
memberikan
Do :
Saat kejang obat
seluruh otot- antiepileptik
otot tubuh sesuai
tampak kaku indikasi
IMPLEMENTASI
Nama :An.T
Ruang :Anggrek
No.RM :3456.7654
Tanggal/jam Dx Implementasi TTD
29 maret I - memantau suhu pasien perhatikan paraf
2020 / 10.00
menggigil/diaphoresis
WIB
- memberikan kompres mandi hangat pada lipatan
paha dan aksila, hindari penggunaan alkohol
- berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian
antipiretik
CATATAN PERKEMBANGAN
Nama :An.T
Ruang :Anggrek
No.RM :3456.7654
No Tanggal No. Dx. Evaluasi
Kep (SOAP)
1 29 Maret DX I S:
- Ibu klien mengatakan klien mengalami panas
2020
tinggi
- Ibu klien mengatakan demam sejak 2 hari sebelum
masuk rumah sakit
O:
- Kulit teraba panas
- Suhu tubuh klien 40oC
P : lanjutkan intervensi
- Pantau sushu pasien ; perhatikan
menggigil/diaphoresis
- Pantau suhu lingkungan, batasi/tambahan linen
tempat tidur, sesuai indikasi
- Berikan kompres mandi hangat pada lipatan paha
dan aksila, hindari penggunaan alkohol
- Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian
antipiretik
DX II
S:
- Ibu klien mengatakan demam disertai kejang
- Ibu klien mengatakan klien mengalami kejang 1
kali di rumah sakit
O:
- Saat kejang seluruh otot-otot tubuh tampak kaku
P : lanjutkan intervensi
DX III
S:
- Ibu klien mengatakan makannya tidak teratur
- Ibu klien mengatakan mual
- Ibu klien mengatakan klien hanya menghabiskan
¼ porsi makannya
O:
2 30 Maret DX I S:
- Ibu klien mengatakan suhu tubuh klien mengalami
2020
penurunan
- Ibu klien mengatakan klien masih demam
O:
- Kulit teraba hangat
- Suhu tubuh klien 39oC
DX II S:
- Ibu klien mengatakan klien masih demam tidak
disertai kejang
O:
- Klien tidak kejang
P : lanjutkan intervensi
DX III
S:
- Ibu klien mengatakan makannya belum teratur
- Ibu klien mengatakan klien masih sedikit mual
- Ibu klien mengatakan klien sudah menghabiskan
1/5 porsi makannya
O:
P : Lanjutkan intervensi
3 31 Maret DX I S:
- Ibu klien mengatakan suhu tubuh klien sudah
2020
norml
- Ibu klien mengatakan klien tidak demam
O:
- Suhu tubuh klien 37oC
A : masalah teratasi
P : pertahankan intervensi
S:
DX II
- Ibu klien mengatakan klien masih sudah tidak
demam dan kejang
O:
- Klien tidak kejang
A : masalah
P : pertahankan intervensi
DX III S:
- Ibu klien mengatakan makannya teratur
- Ibu klien mengatakan klien tidak mual
- Ibu klien mengatakan klien sudah menghabiskan
porsi makannya
O:
A : masalah teratasi
P : pertahankan intervensi.
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Kejang merupakan suatu perubahan fungsi pada otak secara mendadak dan sangat singkat
atau sementara yang dapat disebabkan oleh aktifitas otak yang abnormal serta adanya
pelepasan listrik serebral yang sangat berlebih. Asuhan keperawatan pada An. T dengan
kejang demam dengan keluhan Ibu klien mengatakan demam sejak 2 hari sebelum masuk
rumah sakit, demam tinggi dan disertai kejang,diikuti suhu tubuh yang tinggi 40oC kurang
lebih 1,5 jam,Ibu klien mengatakan saat klien kejang otot-otot tubuh tegang. Pemeriksaan
fisik TTV:
TD : 90/70 mmHg
Nadi : 90 x/m
S : 40oC
RR : 26 x/m
4.2 SARAN
Saran yang dapat diberikan mengenai permasalahan kejang demam antara lain sebagai
berikut :
1. Bagi instansi pendidikan
Memberikan tambahan referensi tentang demam kejang, bagaimana cara
penatalaksanaan medisnya. Apa saja terapi yang harus diberikan, dan hal apa saja
yang dapat dilakukan untuk terhindar dari kejang demam
2. Bagi tenaga kesehatan
Penatalaksanaan yang efektif dan efesien pada pasien untuk mendapatkan hasil yang
maksimal dan mencegah terjadinya komplikasi
3. Bagi mahasiswa
Mahasiswa mampu mengetahui penatalaksanaan medis terhadap penderita yang
mengalami kejang demam, apa saja penyebabnya,tanda-tanda gejala klinisnya, dan
terapi apa saja yang diberikan pada penderita kejang demam serta bagaimana cara
mencegah terjadinya demam yang memivu terjadinya kejang.
DAFTAR PUSTAKA
Prof. Dr. Budi Anna Keliat, S.Kep, M.App.Sc, dkk (2018-2020) Nanda I Diagnosa
Keperawatan edisi 11, Jakarta : EGC
Howard K. Butcher, dkk. (2018-2020) NIC-NOC edisi 7, Jakarta : ELSEVIER
http://gudangkasusku.blogspot.com/2017/05/laporan-pendahuluan-kejang-demam.html