Anda di halaman 1dari 35

ASUHAN KEPPERAWATAN DENGAN PEMENUHAN KEBUTUHAN AMAN DAN

NYAMAN DARI SISTEM TERMOREGULASI DAN IMUN


Dosen : Alfiah A, S.kep.,Ns.,M.kep
Mata Kuliah : Keperawatan Anak

Disusun Oleh :
KELOMPOK 1
1. A. SALSABILA KADIR (NH0322001)
2. PUTRI AISA ALWI (NH0322023)
3. ENDANG LESTARI (NH0322008)
4. NUR FAJRIANTI (NHO322016)
5. YULIANA (NH0322030)

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN 2022

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

NANI HASANUDDIN MAKASSAR

MAKASSAR
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan
karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Askep Keperawatan anak kami dengan
judul “ASUHAN KEPPERAWATAN DENGAN PEMENUHAN KEBUTUHAN
AMAN DAN NYAMAN DARI SISTEM TERMOREGULASI DAN IMUN”. Dalam
menyusun makalah ini, kami banyak menemui kesulitan dan hambatan sehingga kami tidak
terlepas dari segala bantuan, arahan, dorongan semangat dari berbagai pihak. Dan akhirnya
kami dapat menyelesaikan makalah ini. Oleh karena itu kami ingin menyampaikan ucapan
terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada berbagai pihak yang telah
membantu kami yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu. Terima kasih atas kesabaran
dan keikhlasannya dalam memberikan masukan, motivasi dan bimbingan selama
penyusunan makalah ini.
Segala kemampuan dan daya upaya telah kami usahakan semaksimal mungkin,
namun kami menyadari bahwa kami selaku penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun dari para pembaca. Penulis berharap semoga hasil makalah ini memberikan
manfaat bagi kita semua, Amin.

Makassar, 27 November 2023


DAFTAR ISI
BAB I.........................................................................................................................................
PENDAHULUAN.....................................................................................................................
A. LATAR BELAKANG...................................................................................................
B. RUMUSAN MASALAH...............................................................................................
BAB II.......................................................................................................................................
KONSEP MEDIS.....................................................................................................................
A. DEFINISI.......................................................................................................................
B. ETIOLOGI....................................................................................................................
C. MENIFESTASI KLINIS...............................................................................................
D. PATOFISIOLOGI.........................................................................................................
E. KOMPLIKASI..............................................................................................................
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG.................................................................................
G. PENATALAKSANAAN............................................................................................
BAB III......................................................................................................................................
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN..................................................................................
A. PENGKAJIAN..............................................................................................................
B. DIAGNOSA...................................................................................................................
C. INTERVENSI................................................................................................................
D. IMPLEMENTASI.........................................................................................................
E. EVALUASI.....................................................................................................................
BAB IV....................................................................................................................................10
PENUTUP...............................................................................................................................10
BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kesehatan merupakan komponen utama dalam Index Pembangunan Manusia (IPM)
yang dapat mendukung terciptanya sumber daya manusia yang cerdas, trampil dan ahli
menuju keberhasilan pembangunan kesehatan. Pembangunan kesehatan adalah salah satu
hak dasar masyarakat yaitu hak untuk memperoleh pelayanan kesehatan (Kemenkes
RI,2011). Untuk mencapai tujuan tersebut maka menjaga kesehatan sejak usia bayi sangat
penting. Beberapa peyakit yang umum sering diderita bayi dan balita antara lain demam,
infeksi saluran pernafasan, dan diare. Kejang biasa terjadi pada bayi yang baru lahir dan
pada anak-anak. Pada bayi yang baru lahir , kejang biasa terjadi karena cedera saat
persalinan, kekurangan oksigen, dan bayi kuning. Sedangkan pada anak-anak, kejang bisa
terjadi karena infeksi otak, trauma kepala, kekurangan cairan karena diare atau muntaber,
epilepsi atau ayan serta febris konvulsi atau kejang demam (Bulan A, 2013).
Kejang Demam merupakan kelainan neurologis yang paling sering ditemukan pada
anak, hal ini terutama pada rentang usia 4 bulan sampai 4 tahun. Kejang demam merupakan
gangguan transien pada anak-anak yang terjadi bersamaan dengan demam. Keadaan ini
merupakan salah satu gangguan neurologik yang paling sering dijumpai pada masa kanak-
kanak dan menyerang sekitar 4% anak. Pada setiap anak memiliki ambang kejang yang
berbeda-beda, hal ini tergantung dari tinggi serta rendahnya ambang kejang seorang anak.
Anak dengan kejang rendah, kejang dapat terjadi pada suhuu 38ºC, tetapi pada anak dengan
ambang kejang yang tinggi kejang baru akan terjadi pada suhu 40ºC atau bahkan lebih,
kejang demam sederhana kejang demam yang berlangsung singkat kurang 15 menit
(Sodikin, 2012).
Kejang demam sederhana kejang demam yang berlangsung singkat kurang dari 15
menit, dan umumnya akan berhenti sendiri. Kejang berbentuk tonik dan klonik, tanpa
gerakan fokal. Kejang tidak berulang dalam waktu 24 jam (Wulandari & Erawati,2016).
Kejang demam sederhana merupakan 80% diantara seluruh kejang demam
(Gunawan,2012). Kejang demam yang tidak tepat penanganannya akan berdampak buruk
terhadap kesehatan. Dampak kejang demam yang tidak teratasi dapat menyebabkan
kerusakan sel otak. Setiap kejang menyebabkan konstriksi pembuluh darah sehingga aliran
darah tidak lancar dan mengakibatkan peredaran O2 juga terganggu. Kekurangan O2 pada
otak akan mengakibatkan kerusakan sel otak dan dapat terjadi kelumpuhan sampai retardasi
mental bila kerusakannya berat (Ngastiyah, 2014). Untuk mencegah dampak yang
ditimbulkan maka perlu dilakukan upaya yang tepat dalam menurunkan demam pada anak.
Upaya dalam penanganan penurunan suhu tubuh dapat dilakukan dengan cara pemberian
kompres hangat. Kompres hangat dengan benar dapat menurunkan demam lebih cepat
(Ayu, 2015).
Masalah kejang demam pada anak bukan hanya terjadi di Indonesia tetapi juga terjadi
di negara-negara lain yang ada di dunia. Prevalensi kejadian kejang demam pada anak umur
dibawah lima tahun terjadi tiap tahun di Amerika, hampir sebanyak 1,5 juta dan sebagian
besar lebih sering terjadi pada anak berusia 6 hingga 36 bulan (2 tahun), terutama padausia
18 bulan. Insidensi kejadian kejang demam berbeda di berbagai negara. Angka kejadian
kejang demam pertahun mencatat 2-4% di daerah Eropa Barat dan Amerika, sebesar 5-10%
di India dan 8,8% di Jepang. Kejang demam sederhana merupakan 80% diantara seluruh
kejang demam (Gunawan, 2012). Prevalensi kejang demam Di indonesia dilaporkan angka
kejadian kejang demam pada tahun 2012-2013 3-4 % dari anak yang berusia 6 bulan – 5
tahun (Wibisono,2015).

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan Kejang demam?
2. Bagaimana Etiologi dari kejang demam?
3. Bagaimana Tanda dan Gejala dari kejang demam?
4. Bagaimana Patofisiologi dari kejang demam?
5. Bagaimana Manifestasi klinik dari kejang demam?
6. Bagaimana Penatalaksanaan kejang demam?
7. Bagaimana pemeriksaan diagnostic kejang demam?
8. Bagaimana Asuhan Keperawatan anak pada kejang demam?
BAB II

KONSEP MEDIS

A. DEFINISI
Kejang merupakan suatu perubahan fungsi pada otak secara mendadak dan sangat
singkat atau sementara yang dapat di sebabkan oleh aktivitas otak yang abnormal serta
adanya pelepasan listrik serebral yang sangat berlebihan. Terjadi kejang dapat di sebabkan
oleh malformasi otak kongenital, faktor genetik atau adanya penyakit seperti meningitis,
ensefalitis serta demam, gangguan metabolisme, trauma (Hidayat, 2008 dalam Dewi &
Meira, 2016 p.243).
Kesimpulannya kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan
suhu tubuh >38°C biasanya terjadi pada usia 6 bulan -5 tahun. Sedangkan usia < 4 minggu
dan pernah kejang tanpa demam tidak termasuk dalam kategori ini (Ridha, 2017).
B. ETIOLOGI
Kejang terjadi akibat lepas muatan paroksimal yang berlebihan dari suatu populasi
neuron yang sangat mudah terpicu sehingga mengganggu fungsi normal otak dan juga
dapat terjadi karena keseimbangan asam basa atau elektrolit yang terganggu. Kejang sendiri
dapat juga menjadi masifestasi dari suatu penyakit mendasar yang membahayakan
Penyebab dari kejang demam ialah :
1. Faktor-fakto perinatal, malformasi otak kongenital.
2. Faktor genetika. Faktor keturunan memegang penting untuk terjadinya kejang
demam 20-50% anak yang mengalami kejang memiliki anggota keluarga yang
pernah mengalami kejang demam sekurang-kurangnya sekali.
3. Penyakit infeksi Bakteri : penyakit pada Traktus Respiratorius (pernapasan),
Paringitis (radang tenggorokan), Tonsilitis (amandel),Ootitis media (infeksi telinga).
Virus :Varicella (cacar), Morbili (campak), Dengue (virus penyebab demam
berdarah).
4. Demam Kejang demam cenderung timbul dalam 24 jam pertama pada waktu sakit
dengan demam atau pada waktu demam lagi.
5. Gangguan metabolisme Gangguan metabolisme seperti Uremia, Hipoglikemia,
kadar gula darah kurang dari 30 mg% pada neonatus cukup bulan dan kurang dari
20 mg% pada bayi dengan berat badan lahir rendah atau Hiperglikemia.
6. Trauma Kejang berkembang minggu pertama setalah cedera kepala.
7. Gangguan sirkulasi.
8. Penyakit degeneratif susunan saraf.
9. Neoplasma Neoplasma dapat menyebabkan kejang pada usia berapapun, tetapi
mereka merupakan penyebab sangat penting dari kejang pada usia pertengahan dan
kemudian ketika insiden penyakit Neoplastik meningkat

C. MENIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis kejang demam pada anak kejang terjadi apabila demam disebabkan oleh
infeksi virus saluran pernapasan atas, roseola atau infeksi telinga. Namun pada beberapa
kasus tertentu antara lain:
1) Kejang demam terjadi sebagai gejala dari penyakit meningitis atau masalah serius
lainnya.
2) Selain demam yang tinggi, kejang-kejang juga bisa terjadi akibat penyakit radang
selaput otak, tumor, trauma atau benjolan di kepala serta gangguan elektrolit dalam
tubuh.
3) Kejang demam biasanya terjadi pada awal demam dimana anak akan terlihat aneh
untuk beberapa sast, kemudian kaku, kelojotan dan memutar matanya.
4) Anak tidak responsiť untuk beberapa waktu, napas akan terganggu, dan kulit akan
tampak lebih gelap dari biasanya. Setelah kejang. anak akan segera normal kembali.
5) Kejang biasanya berakhir kurang dari 1 menit.
6) Kejang sendiri terjadi akibat adanya kontraksi otot yang berlebihan dalam waktu
tertentu tanpa bisa dikendalikan.
7) Timbulnya kejang yang disertai demam ini diistilahkan sebagai kejang demam
(convalsio febrillis) atau stuip/step. (Labir & Mamuaya, 2017)

D. PATOFISIOLOGI
Sumber energi otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi dipecah menjadi CO2
dan air. Sel dikelilingi oleh mebran yang terdiri dari permukaan dalam yaitu lipoid dan
permukaan luar yaitu ionic. Dalam keadaan normal membran sel neuron dapat dilalui
dengan mudah oleh ion kalium (K+ ) dan sangat sulit dilalui oleh ion natrium (Na+ ) dan
elektrolit lainnya, kecuali ion klorida (CI- ). Akibat konsetrasi ion K+ dalam sel neuron
tinggi dan konsetrasi Na+ rendah, sedang diluar sel neuron terdapat keadaan sebaliknya.
Karena perbedaan jenis dan konstrasi ion di dalam dan diluar sel, maka terdapat perbedaan
potensial membran yang disebut potensial membran dari neuron. Untuk menjaga
keseimbangan potensial membran diperlukan energi dan bantuan enzim Na-K ATP-ase
yang terdapat pada permukaan sel.
Keseimbangan potensial membran ini dapat diubah oleh, perubahan konsentrasi ion
diruang ektraselular, rangsangan yang dating mendadak misalnya mekanisme, kimiawi atau
aliran listrik dari sekitarnya, perubahan patofiologi dari membran sendiri karena penyakit
atau ketularan.
Kejang demam yang berlangsung lama (lebih dari 15 menit) biasanya disertai apneu,
meningkatnya kebutuhan oksigen dan energi untuk kontrasi otot skelet yang akhirnya
terjadi hipoksemia, hiperkapnia, asidosis laktat disebabkan oleh metabolism anerobik,
hipotensi artenal disertai denyut jantung yang tidak teratur dan suhu tubuh meningkat yang
disebabkan makin meningkatnya aktifitas otot dan mengakibatkan metabolisme otak
meningkat (Lestari, 2016).
E. KOMPLIKASI
Komplikasi kejang demam menurut (Waskitho, 2013 dalam Wulandari & Erawati,
2016) yaitu :
1) Kerusakan neurotransmitter lepasnya muatan listrik ini demikian besarnya sehingga
dapat meluas ke seluruh sel ataupun membrane sel yang menyebabkan kerusakan pada
neuron.
2) Epilepsi Kerusakan pada daerah medial lobus temporalis setelah mendapat serangan
kejang yang berlangsung lama dapat menjadi matang di kemudian hari sehingga terjadi
serangan epilepsi yang spontan.
3) Kelainan anatomis di otak Serangan kejang yang berlangsung lama yang dapat
menyebabkan kelainan di otak yang lebih banyak terjadi pada anak baru berumur 4 bulan -
5 tahun.
4) Mengalami kecacatan atau kelainan neurologis karena disertai demam. 5)
Kemungkinan mengalami kematian.
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan laboratrium tidak di kerjakan secara rutin pada pasien kejang demam, tetapi
dapat di kerjakan untuk mengevaluasi sumber infeksi penyebab demam atau keadaan lain,
misalnya gastroenteritis (dehidrası) di sertai demam pemeriksaan laboratorium yang dapat
di kerjakan, misalnya darah perifer, elektrolit, dan gula darah.
b. Fungsi lumbal

Pemeriksaan cairan serebrospinal di lakukan untuk menegakkan atau menyingkirkan


kemungkinan meningitis. Resiko terjadinya adalah 1,6%-6,7% oleh karena itu, fungsi
lumbal di anjurkan pada bayı
c. Elektro enmegalografi (EEG)
Pemeriksaan elektro ensegalografi (EEG) tidak dapat memprediksi berulangnya kejang atau
memperkirakan kemungkinan kejadian epilepsi pada pasien kejang demam Pemeriksaan
EEG masih dapat di lakukan pada keadaan kejang demam yang tid khas (Widodo, 2011
dalam Dewi Meira. 2016 p.249)
G. PENATALAKSANAAN
Penatalaksaan keperawatan menurut (Ridha, 2017):
a. Saat terjadi serangan mendadak yang harus di perhatikan pertama kali adalah ABC
(Airway, Breathing, Circulation).
b. Setelah ABC aman, baringkan klien di tempat yang rata untuk mencegah terjadinya
perpindahan tubuh.
c. Atur posisi klien dalam posisi terlentang atau di miringkan untuk mencegah
aspirasi, jangan tengkurap.
d. Tidak perlu memasang sudip lidah, karena resiko ludah tergigit kecil. Selain itu juga
sudip lidap dapat membatasi jalan nafas.
e. Singkirkan benda-benda yang berbahaya.
f. Pakaian di longgarkan, agar jalan nafas adekuat saat terjadi distensi abdomen.
g. Secepatnya di berikan anti kejang via rectal (Diazepam 5 mg untuk BB < 10 kg, dan
10 mg untuk BB > 10 kg). Cara memberikan obat anti kejang via rectal.
 Olesi ujungnya dengan vaselin atau minyak kelapa.
 Posisi klien miring
 Masukkan ke anus, jika sudah masuk semua ke dalam anus pencet sampai
habis tapi secara pelan-pelan
 Saat di cabut obat tetap dalam keadaan di pencet untuk menghindarı
terhisapnya cairan obat
h. Jika suhu tubuh > 38°C dan juka sudah memungkinkan di berikan antipiretik
(Ibuprofen).
i. klien sada dan terbangun berikan minum air hangat.
BAB III

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


A. PENGKAJIAN
1. Pengakajian

a. Pengkajian menurut Riyadi & Sukarmin (2013) terdapat 3

pengkajian yang harus di lakukan, antara lain:

1) Riwayat Pengkajian

Pada anak kejang demam riwayat yang menonjol adalah

adanya demam yang di alami oleh anak (suhu rektal di atas

38ºC). Demam ini dilatarbelakangi adanya penyakit lain yang

terdapat pada luar kranial seperti tonsilitis, faringitis. Sebelum

serangan kejang pada pengkajian status kesehatan biasanya anak

tidak mengalami kelainan apa-apa.Anak masih menjalani

aktivitas sehari- hari seperti biasanya.

2) Pengkajian Fungsional

Pengkajian fungsional yang sering mengalami gangguan

adalah terjadi penurunan kesadaran anak dengan tiba-tiba

sehingga kalau di buktikan dengan tes GCS skor yang di hasilkan

berkisar antara 5 sampai 10 dengan tingkat kesadaran dari apatis

sampai somnolen atau mungkin dapat koma. Kemungkinan ada

gangguan jalan nafas yang di buktikan dengan peningkatan

frekwensi pernapasan >30 x/menit dengan irama cepat dan

dangkal, lidah terlihat menekuk menutup faring. Pada kebutuhan


rasa aman dan nyaman anak mengalami gangguan kenyamanan

akibat hipertermi,sedangkan keamanan terjadi ancaman karena

anak mengalami kehilangan kesadaran yang tiba-tiba beresiko

terjadinya cidera secara fisik maupun fisiologis. Untuk

pengkajian pola kebutuhan atau fungsi yang lain kemungkinan

belum terjadi gangguan kalau ada mungkin sebatas ancaman

seperti penurunan personal hygiene, aktivitas, intake nutrisi.

3) Pengkajian Tumbuh Kembang Anak

Secara umum kejang demam tidak mengganggu pertumbuhan

dan perkembangan anak.Ini di pahami dengan catatan kejang

yang di alami anak tidak terlalu sering terjadi atau masih dalam

batasan yang dikemukakan oleh Livingstone (1 tahun tidak lebih

dari 4 kali) atau penyakit yang melatarbelakangi timbulnya

kejang seperti tonsilitis, faringitis, segera dapat di atasi.Kalau

kondisi tersebut tidak terjadi anak dapat mudah mengalami

keterlambatan pertumbuhan misalnya berat badan yang kurang

karena ketidak cukupan nutrisi sebagai dampak anoreksia, tinggi

badan yang kurang dari umur semestinya sebagai akibat

penurunan asupan mineral.Selain gangguan pertumbuhan sebagai

dampak kondisi atas anak juga dapat mengalami gangguan

perkembangan seperti penurunan kepercayaan diri akibat sering

kambuhnya penyakit sehingga anak lebih banyak berdiam diri


bersama ibunya kalau di sekolah, tidak mau berinteraksi dengan

teman sebaya.Saat dirawat di rumah sakit anak terlihat

pendiam, sulit berinteraksi dengan orang yang ada di sekitar,

jarang menyentuh mainan. Kemungkinan juga dapat terjadi

gangguan perkembangan yang lain seperti penurunan

kemampuan motorik kasar (meloncat, berlari).

1) pengumpulan Data
a) Biodata/ Identitas
A. Pengkajian
1. Biodata
a. Identitas klien : An. Uni
Tanggal lahir : 20 Agustus 2020
Jenis kelamin : Perempuan
Pendidikan :-
Alamat : Jln.baru
Agama : Islam
B. identitas orang tua
1. Ayah
Nama : Tn. Doni
Umur : 30 Tahun
Pendidikan : S1 Pertanian
Pekerjaan : Swasta
Agama : Islam
Alamat :Jln. baru
Hubungan dengan klien : Ayah kandung
2. Ibu
Nama : Ny. Gita
Umur : 29 Tahun
Pendidikan : S1 Bk
Pekerjaan : Guru
Agama : Islam
Alamat : Jln. Baru
Hubungan dengan klien : Ibu kandung

b) Riwayat Penyakit

Riwayat penyakit yang diderita sekarang tanpa kejang seperti:

(1) Gerakan kejang anak

(2) Terdapat demam sebelum kejang

(3) Lama bangkitan kejang

(4) Pola serangan

(5) Frekuensi serangan

(6) Keadaan sebelum, selama dan sesudah serangan

(7) Riwayat penyakit sekarang

(8) Riwayat Penyakit Dahulu

c) Riwayat Kehamilan dan Persalinan


Kedaan ibu sewaktu hamil per trimester, apakah ibu pernah

mengalami infeksi atau sakit panas sewaktu hamil.Riwayat

trauma, perdarahan per vaginam sewaktu hamil,

penggunaan obat-obatan maupun jamu selama

hamil.Riwayat persalinan ditanyakan apakah sukar, spontan

atau dengan tindakan (forcep atau vakum), perdarahan ante

partum, asfiksi dan lain- lain.Keadaan selama neonatal

apakah bayi panas, diare, muntah, tidak mau menetek, dan

kejang-kejang.

d) Riwayat Imunisasi

Jenis imunisasi yang sudah didapatkan dan yang belum

ditanyakan serta umur mendapatkan imunisasi dan reaksi

dari imunisasi.Pada umumnya setelah mendapat imunisasi

DPT efek sampingnya adalah panas yang dapat

menimbulkan kejang.

e) Riwayat Perkembangan

(1) Personal sosial (kepribadian atau tingkah laku sosial),

kemampuan mandiri, bersosialisasi, dan berinteraksi

dengan lingkungannya.

(2) Gerakan motorik halus : berhubungan dengan

kemampuan anak untuk mengamati sesuatu, melakukan

gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu


saja dan dilakukan otot-otot kecil dan memerlukan
(3) koordinasi yang cermat, misalnya menggambar,

memegang suatu benda, dan lain-lain.

(4) Gerakan motorik kasar : berhubungan dengan

pergerakan dan sikap tubuh.

(5) Bahasa : kemampuan memberikan respon terhadap

suara, mengikuti perintah dan berbicara spontan.

f) Riwayat kesehatan keluarga.

(1) Anggota keluarga menderita kejang

(2) Anggota keluarga yang menderita penyakit syaraf

(3) Anggota keluarga yang menderita penyakit seperti

ISPA, diare atau penyakit infeksi menular yang dapat

mencetuskan terjadinya kejang demam.

g) Riwayat sosial

(1) Perilaku anak dan keadaan emosional

(2) Hubungan dengan anggota keluarga dan teman sebaya

h) Pola kebiasaan dan fungsi kesehatan

(1) Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehatGaya hidup

yang berkaitan dengan kesehatan, pengetahuan tentang

kesehatan, pencegahan serta kepatuhan pada setiap

perawatan dan tindakan medis.


(2) Pola nutrisiAsupan kebutuhan gizi anak, kualitas dan

kuantitas makanan, makanan yang disukai, selera

makan, dan pemasukan cairan.

(3) Pola Eliminasi

(a) BAK : frekuensi, jumlah, warna, bau, dan nyeri

(b) BAB : frekuensi, konsistensi, dan keteraturan

(4) Pola aktivitas dan latihan

Kesenangan anak dalam bermain, aktivitas yang disukai,

dan lama berkumpul dengan keluarga.

(5) Pola tidur atau istirahat

Lama jam tidur, kebiasaan tidur, dan kebiasaan tidur siang.

2) Data Obyektif

a) Pemeriksaan tanda-tanda vital.

(1) Suhu Tubuh.

Pemeriksaan ini dapat dilakukan melalui rektal, axila,

dan oral yang digunakan untuk menilai

keseimbangan suhu tubuh yang dapat digunakan untuk

membantu menentukan diagnosis dini suatu penyakit.

(2) Denyut Nadi

Dalam melakukan pemeriksaan nadi sebaiknya

dilakukan dalam posisi tidur atau istirahat, pemeriksaan


nadi dapat
disertai dengan pemeriksaan denyut jantung

(3) Tekanan Darah

Dalam melakukan pengukuran tekanan darah, hasilnya

sebaiknya dicantumkan dalam posisi atau keadaan

seperti tidur, duduk, dan berbaring. Sebab posisi akan

mempengaruhi hasil penilaian tekanan darah.

b) Pemeriksaan fisik

(1) Pemeriksaan kepala

Keadaan ubun-ubun dan tanda kenaikan intrakranial.

(2) Pemeriksaan rambut

Dimulai warna, kelebatan, distribusi serta katakteristik

lain rambut.Pasien dengan malnutrisi energi protein

mempunyai rambut yang jarang, kemerahan seperti

rambut jagung dan mudah dicabut tanpa menyebabkan

rasa sakit pada pasien.

(3) Pemeriksaan wajah

Paralisis fasialis menyebabkan asimetris wajah, sisi yang

paresis tertinggal bila anak menangis atau tertawa

sehingga wajah tertarik ke sisi sehat, tanda rhesus

sardonicus, opistotonus, dan trimus, serta gangguan

nervus cranial.

(4) Pemeriksaan mata


Saat serangan kejang terjadi dilatasi pupil, untuk itu

periksa pupil dan ketajaman penglihatan.

(5) Pemeriksaan telinga

Periksa fungsi telinga, kebersihan telinga serta tanda-

tanda adanya infeksi seperti pembengkakan dan nyeri di

daerah belakang telinga, keluar cairan dari telinga,

berkurangnya pendengaran.

(6) Pemeriksaan hidung

Pernapasan cuping hidung, polip yang menyumbat jalan

nafas, serta secret yang keluar dan konsistensinya.

(7) Pemeriksaan mulut

Tanda-tanda cyanosis, keadaan lidah, stomatitis, gigi

yang tumbuh, dan karies gigi.

(8) Pemeriksaan tenggorokan

Tanda peradangan tonsil, tanda infeksi faring, cairan

eksudat.

(9) Pemeriksaan leher

Tanda kaku kuduk, pembesaran kelenjar tiroid,

pembesaran vena jugularis.

(10) Pemeriksaan Thorax

Amati bentuk dada klien, bagaimana gerak


pernapasan, frekwensinya,irama, kedalaman, adakah

retraksi, adakah intercostale pada auskultasi, adakah

suara tambahan.

(11) Pemeriksaan Jantung

Bagaimana keadaan dan frekwensi jantung, serta

irama jantung, adakah bunyi tambahan, adakah

bradicardi atau tachycardia.

(12) Pemeriksaan Abdomen

Adakah distensia abdomen serta kekakuan otot pada

abdomen, bagaimana turgor kulit, peristaltik usus,

adakah tanda meteorismus, adakah pembesaran lien

dan hepar.

(13) Pemeriksaan Kulit

Bagaimana keadaan kulit baik kebersihan maupun

warnanya, apakah terdapat oedema, hemangioma,

bagaimana keadaan turgor kulit.

(14) Pemeriksaan Ekstremitas

Apakah terdapat oedema, atau paralise, terutama

setelah terjadi kejang. Bagaimana suhu pada daerah

akral.

(15) Pemeriksaan Genetalia


Adakah kelainan bentuk oedema, sekret yang keluar

dari vagina, adakah tanda-tanda infeksi pada daerah

genetalia.

B. DIAGNOSA

Berdasarkan patofisiologi penyakit, dan manifestasi klinik yang muncul

maka diagnosa keperawatan yang sering muncul pada pasien dengan kejang

demam menurut Riyadi & Sukarmin (2013) adalah:

a. Risiko tinggi obstruksi jalan nafas berhubungan dengan

penutupan faring oleh lidah, spasme otot bronkus.

b. Risiko gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan

penurunan oksigen darah.

c. Hipertermi berhubungan dengan infeksi kelenjar tonsil, telinga,

bronkus atau pada tempat lain.

d. Risiko gangguan pertumbuhan (berat badan rendah)

berhubungan dengan penurunan asupan nutrisi.

e. Risiko gangguan perkembangan (kepercayaan diri) berhubungan

dengan peningkatan frekwensi kekambuhan.

f. Risiko cidera (terjatuh, terkena benda tajam) berhubungan

dengan penurunan respon terhadap lingkungan.

C. intervensi

Menurut Riyadi & Sukarmin (2013), intervensi dan rasional yang


Muncul adalah:

a. Risiko tinggi obstruksi jalan nafas berhubungan dengan penutupan

faring oleh lidah, spasme otot bronkus.

Hasil yang di harapkan: Frekwensi pernapasan meningkat 28-35 x/menit, irama

pernafasan regular dan tidak cepat, anak tidak terlihat terengah-engah.

Rencana tindakan

INTERVENSI RASIONAL

1. Monitor jalan nafas, frekuensi Frekuensi pernafasan yang

pernafasan, irama pernafasan tiap 15 meningkat tinggi dengan irama yang

menit saat penurunan kesadaran cepat sebagai salah satu indikasi

sumbatan jalan nafas oleh benda

asing, contohnya lidah.

2. Tempatkan anak pada posisi semi Akan menurunkan tekanan intra

fowler dengan kepala ekstensi. abdominal pada paru-paru dan

membuat jalan nafas dalam posisi

lurus dan bebas dari hambatan

3. Pasang tongspatel pada saat Mencegah lidah tertekuk yang dapat

serangan kejang menutupi jalan nafas.

4. Bebaskan anak dari pakaian yang Mengurangi tekanan terhadap

ketat rongga thorax sehingga terjadi

keterbatasan pengembangan paru.


5. Kolaborasi pemberian anti kejang Diazepam bekerja menurunkan

(diazepam dengan dosis rata-rata 0,3 tingkat fase depolarisasi yang cepat

Mg/KgBB/kali pemberian di sistem persyarafan pusat sehingga

dapat terjadi penurunan pada spasma

b. Hipertermi berhubungan dengan infeksi kelenjar tonsil, telinga,

bronkus atau pada tempat lain.

Hasil yang diharapkan: suhu tubuh perektal 36-37ºC, kening anak

tidak teraba panas. tidak terdapat pembengkakan, kemerahan pada

tongsil atau telinga.mleukosit 5.000-11.000 mg/dl

Rencana tindakan :

INTERVENSI RASIONAL

1. Pantau suhu tubuh anak tiap Peningkatan suhu tubuh yang

setengah jam melebihi 39ºC dapat beresiko

terjadinya kerusakan saraf pusat

karena akan meningkatkan

neurotransmiter yang dapat

meningkatkan eksitasi neuron.

2. Kompres anak dengan air hangat. Saat di kompres hangat suhu tubuh

anak akan berpindah ke media yang

digunakan untuk mengkompres

karena suhu tubuh relatif tinggi dan

terjadi evaporasi
3. Beri pakaian anak yang tipis dari Pakaian yang tipis akan

bahan yang halus seperti katun memudahkan perpindahan panas

dari tubuh ke lingkungan. Bahan

katun akan menghindari iritasi kulit

pada anak karena panas yang tinggi

otot dan persyarafan perifer.

c. Risiko gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan


penurunan oksigen darah
Hasil yang di harapkan: jaringan perifer (kulit) terlihat merah dan

segar, akral teraba hangat.

Rencana tindakan:

INTERVENSI RASIONAL

1. Kaji tingkat pengisian kapiler perifer Kapiler kecil mempunyai volume

darah yang relatif kecil dan cukup

sensitif sebagai tanda terhadap

penurunan oksigen darah.

2. Pemberian oksigen dengan memakai oksigen tabung mempunyai tekanan

masker atau nasal bicanul dengan yang lebih tinggi dari oksigen

dosis rata-rata 3 liter/menit. lingkungan sehingga mudah masuk

ke paru-paru. Pemberian dengan

masker karena mempunyai

prosentase sekitar 35% yang dapat

masuk ke saluran pernafasan.


3. Hindarkan anak dari rangsangan rangsangan akan meningkatkan fase

yang berlebihan baik suara, eksitasi persarafan yang dapat

mekanik, maupun cahaya. menaikkan kebutuhan oksigen

jaringan

akan membuat kulitsensitif

terhadap cidera.

4. Kolaborasi pemberian antipiretik Antipiretik akan mempengaruhi

(aspirin dengan dosis 60 ambang panas pada hipotalamus.

mg/tahun/kali pemberian), Antipiretik juga akan

antibiotik. mempengaruhi penurunan

neurotransmiter seperti

prostaglandin yang berkontribusi

timbulnya nyeri saat demam.

d. Risiko gangguan pertumbuhan (berat badan rendah) berhubungan

dengan penurunan asupan nutrisi.

Hasil yang di harapkan: orang tua anak menyampaikan anaknya

sudah gampang makan dengan porsi makan di habiskan setiap hari

(1 porsi makan)

Rencana tindakan:

INTERVENSI RASIONAL
1. Kaji berat badan dan jumlah Berat badan adalah salah satu

asupan kalori anak indikator jumlah massa sel dalam

tubuh, apabila berat badan rendah

menunjukkan terjadi penurunan

jumlah dan massa sel tubuh yang

tidak sesuai dengan umur.

2. Ciptakan suasana yang menarik Dapat membantu peningkatan

dan nyaman saat makan seperti di respon korteks serebri terhadap

bawa ke ruangan yang banyak selera makan sebagai dampak rasa

gambar untuk anak dan sambil di senang pada anak

ajak

bermain
3. Anjurkan orangtua untuk Makanan hangat akan mengurangi

memberikan anak makan dengan kekentalan sekresi mukus pada

kondisi makanan hangat faring dan mengurangi respon

mual gaster

4. Anjurkan orang tua memberikan Mengurangi massa makanan yang

makanan pada anak dengan porsi banyak pada lambung yang dapat

sering dan sedikit menurunkan rangsangan nafsu

makan pada otak bagian bawah.

e. Risiko gangguan perkembangan (kepercayaan diri) berhubungan

dengan peningkatan frekwensi kekambuhan.


Hasil yang di harapkan: anak terlihat aktif berinteraksi dengan

orang
di sekitar saat di rawat di rumah sakit,frekwensi kekambuhan kejang demam berkisar 1-3

kali dalam setahun.

Rencana tindakan:

INTERVENSI RASIONAL

1. Kaji tingkat perkembangan anak fase ini bila tidak teratasi dapat

terutama percaya diri dan frekwensi terjadi krisis kepercayaan diri pada

demam anak. Frekwensi demam yang

meningkat dapat menurunkan

penampilan anak.

2. Berikan anak terapi bermain dengan meningkatkan interaksi anak

teman sebaya di rumah sakit yang terhadap teman sebaya tanpa

melibatkan banyak anak seperti melalui paksaan dan doktrin dari

bermain lempar bola. orang tua.

3. Beri anak reward bila anak meningkatkan nilai positif yang

berhasil melakukan aktivitas ada pada anak dan memperbaiki

positif misalnya melempar bola kelemahan dan kemauan yang kuat

dengan tepat, dan support anak bila

belum berhasil

f. Risiko cidera (terjatuh, terkena benda tajam) berhubungan dengan

penurunan respon terhadap lingkungan.

Hasil yang di harapkan: anak tidak terluka atau jatuh saat serangan
kejang.

Rencana tindakan.

INTERVENSI RASIONAL

1. Tempatkan anak pada tempat tidur menjaga posisi tubuh lurus yang

yang lunak dan rata seperti bahan dapat berdapak pada lurusnya

matras jalan nafas

2. Pasang pengaman di kedua sisi mencegah anak terjatuh

tempat tidur

3. Jaga anak saat timbul menjaga jalan nafas dan mencegah

serangan kejang anak terjatuh

D. Implementasi
Implementasi keperawatan adala pelaksanaan rencana keperawatan

oleh perawat dank lien yang merupakan tahap ke empat dari proses

keperawatan yang dimulai setelah perawat menyusun rencana

keperawatan (Dermawan.2012).

E. Evaluasi

Menurut Judha & Nazwar (2011), Evaluasi yang muncul adalah :

a. Suhu tubuh dalam rentang normal.

b. Tidak terjadi serangan kejang ulang.

c. Tidak terjadi trauma fisik selama perawatan.


d. Suhu tubuh 36-37ºC.

e. Keluarga tidak sering bertanya tentang penyakit anaknya..


BAB IV

PENUTUP
A. KESIMPULAN

Penulis memperoleh kesimpulan dari asuhan


keperawatan pada An.A dengan kejang demam adalah
sebagai berikut :
1. Febris confulsif atau sering disebut kejang demam
adalah terjadinya peristiwa kejang pada anak
setelah usia satu bulan, terkait dengan penyakit
demam, tidak disebabkan oleh infeksi pada sistem
saraf pusat, tanpa kejang neonatal sebelumnya
atau kejang neonatal tanpa alasan sebelumnya dan
tidak memenuhi kriteria untuk gejala kejang akut
lainnya (International League Against
Epilepsy(ILAE)dalam (Puspitasari et al., 2020).
2. Dari hasil pengkajian pada An.A dapat disimpulkan
orang tua klien mengatakan anaknya panas kurang
lebih 4 hari pada tanggal 26 januari 2021 hingga 29
januari 2021 dan terjadi kejang di hari ke 3 pada
tanggal 29 januari 2021 pukul 16.00 dan hari ke 4
pada tanggal 30 januari 2021pukul 07.30 selama
kurang lebih 15 menit dikurun waktu kurang dari
24 jam. Selama demam 2 hari klien sudah dibawa
ke klinik dan diberi terapi obat sanmol akan tetapi
panas masih naik turun hingga hari ke 3 dan ke 4
terjadi kejang berulang kemudian klien dibawa ke
Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang pada
tanggal 30 Januari pukul 09.00 WIB.
3. Diagnosa yang muncul pada An. A selama dirawat

32
di Ruang Baitunnisa 1 Rumah Sakit Islam Sultan
Agung Semarang adalah
a. Hipertermia berhubungan dengan peningkatan
laju metabolisme
b. Defisit pengetahuan berhubungan dengan
kurang terpapar infomasi Implementasi dengan
diagnosa hipertermi berhubungan dengan
peningkatan laju metabolisme dilaksanakan
berdasarkan rencana tindakan keperawatan yang
disusun. Penulis melakukan tindakan:

lakukan kompres hangat, memantau monitor suhu,


kolaborasi pemberian antipiretik.
Implementasi dengan diagnose kedua defisit
penegtahuan berhubungan dengan kurang terpapar
informasi dilaksanakan berdasarkan rencana
tindakan keperawatan yang disusun. Penulis
melakukan tindakan: menyediakan materi dan media
pendidikan kesehatan, menjadwalkan pendidikan
kesehatan sesuai kesepakatan, memberikan
kesempatan untuk bertanya, menjelaskan faktor
risiko yang dapat mempengaruhi kesehatan,
mengajarkan perilaku hidup bersih dan sehat,
ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk
meningkatkan perilaku hidup hidup.
Respon perkembangan An. A setelah dilakukan
implementasi adalah orangtua klien mengatakan
paham tentang edukasi yang disampaikan tentang
cara penanganan anak saat demam dan kejang, dan
mampu mengulangi kembali penjelasan yang diberi
tahukan tentang kejang demam saat dilakukannya
pendidikan kesehatan.
4. Menganalisa kesenjangan antara konsep teori

33
dengan aplikasi asuhan keperawatan dengan kejang
demam pada An. A di Ruang Baitunnisa 1 Rumah
Sakit Islam Sultan Agung Semarang yaitu:
Menurut penulis kejang demam adalah kejang
terjadi karena suhu tubuh meningkat diatas 380C
atau bangkitan kejang ini terjadi karena adanya
kenaikan suhu tubuh (suhu rektal diatas 38°C) yang
disebabkan oleh proses ekstrakranium.

Menurut penulis hipertermi adalah suhu tubuh


meningkat diatas normal

34
35

DAFTAR PUSTAKA
Radha H.N (2017) Buku Ajar Keperawatan Anak Yogyakarta Pustaka pelajar
Labir, K., & Mamuaya, N. L.. S. S. (2017). Pertolongan Pertama Dengan Kejadian
Kejang Demam Pada Anak. Journal Nursing, 1-7. http://poltekkes-
denpasar.ac.id/files/JURNAL GEMA KEPERAWATAN/DESEMBER
2014/ARTIKEL Ketut Labir dkk..pdf I
Lestari Titik. 2016. Asuhan Keperawatan Anak. Yogyakarta: Nuha Medika
Wulandari .M & Ernawati.M. (2016). Buku Ajar Keperawatan Anak. Yogyakarta :
Pustaka Pelajar
file:///C:/Users/ACER/Downloads/1730702010_JASNI.pdf

35

Anda mungkin juga menyukai