Disusun Oleh :
Nama :
T.A 2019/2020
1
Kata Pengantar
Kami berharap agar makalah ini bisa bermanfaat untuk menambah pengetahuan
rekan-rekan siswa pada khususnya dan para pembaca umumnya tentang Majas yang
merupakan salah satu bagian dari pelajaran Bahasa Indonesia.
Mudah-mudahan makalah sederhana yang telah berhasil kami susun ini bisa
dengan mudah dipahami oleh siapapun yang membacanya. Sebelumnya kami
meminta maaf bilamana terdapat kesalahan kata atau kalimat yang kurang berkenan.
Serta tak lupa kami juga berharap adanya masukan serta kritikan yang membangun
dari Anda demi terciptanya makalah yang lebih baik lagi.
Penulis
2
DAFTAR ISI
Contents
Kata Pengantar.........................................................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................................3
BAB I.......................................................................................................................................4
PENDAHULUAN...................................................................................................................4
A. Latar belakang...........................................................................................................4
B. Tujuan.........................................................................................................................6
BAB II.....................................................................................................................................7
A. Pengertian kejang demam.........................................................................................7
B. Tanda Dan Gejala......................................................................................................8
C. Patofisiologi.................................................................................................................8
D. Komplikasi................................................................................................................10
E. Penatalaksanaan.......................................................................................................10
BAB III..................................................................................................................................13
Asuhan Keperawatan Dan Penyakitnya.................................................................................13
BAB VI..................................................................................................................................21
A. KESIMPULAN.........................................................................................................21
B. SARAN..........................................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................22
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Kejang Demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal
di atas 38°C) yang disebabkan oleh proses ekstrakranium (Bararan& Jaumar, 2013). Kejang
demam merupakan kelainan neorologis yang paling sering ditemui pada anak , terutama pada
golongan anak umur 6 bulan sampai 4 tahun (Wulandari & Erawati, 2016)Kejang demam
anak perlu diwaspadai karena kejang yang lama (lebih dari 15 menit) dapat menyebabkan
4
kematian, kerusakan saraf otak sehingga menjadi Epilepsi, kelumpuhan bahkan retardasi
mental (Aziz,2008).
Serangan kejang demam pada anak yang satu dengan yang lain tidak sama, tergantung nilai
ambang kejang masing-masing. Oleh karena itu, setiap serangan kejang harus mendapat
penanganan yang cepat dan tepat, apalagi kejang yang berlangsung lama dan berulang.
Karenaketerlambatan dan kesalahan prosedur bisa mengakibatkan gejala sisa pada anak,
bahkan bisa menyebabkan kematian (Fida&Maya, 2012).
Kejang yang berlangsung lama biasanya disertai apneu (henti nafas) yang dapat
mengakibatkan terjadinya hipoksia (berkurangnya kadar oksigen jaringan) sehingga
meninggikan permeabilitas kapiler dan timbul edema otak yang mengakibatkan kerusakan sel
neuron otak. Apabila anak sering kejang, akan semakin banyak sel otak yang rusak dan
mempunyai risiko menyebabkan keterlambatan perkembangan, retardasi mental, kelumpuhan
dan juga 2-10% dapat berkembang menjadi epilepsi (Mohammadi, 2010).
Menurut WHO tahun 2012 kejang demam yang berakibat epilepsy terdapat 80% di negara-
negara miskin dan 3,5- 10,7/1000 penduduk dinegara maju, sedangkan di Indonesia kejang
demam yang berakibat epilepsy terdapat 900 ribu sampai 1800 ribu penderita dan
penanganannyapun belum menjadi prioritas dalam system kesehatan nasional. Estimasi
jumlah kejadian kejang demam 2-5 % anak antara umur 3 bulan- 5 tahun di Amerika Serikat
dan Eropa Barat. Insiden kejadian kejang demam di Asia 3,4%-9,3% anak Jepang, dan 5% di
india (Andretty,2015).
Kejadian kejang demam dapat menyebabkan perasaan ketakutan berlebihan , terutama secara
emosional dan kecemasan pada orang tua (Jones & Jacobsen, 2007). Tingkat pengetahuan
orang tua yang berbeda dapat mempengaruhi pencegahan kejang demam pada anak saat anak
mengalami demam tinggi. Pemberian informasi untuk meningkatkan pengetahuan orang tua
tentang kejang demam sangat diperlukan karena dapat menurunkan kecemasan orang tua
(Riandita,2012)
5
mengetahui terhadap penanganan kejang demam, pada umunya bagi orang tua bingung dan
panic saat anak mengalami kejang demam, orang tua khusunya ibu hanya bisa menangis di
samping anaknya. Orang tua belum mengengetahui cara penanganan kejang demam pada
anak dan cenderung memberikan selimut tebal ketika anak sudah mengalami demam tinggi.
Penelitian Eny Susilowati (2016) juga mendapatkan hasil bahwa 91 % orang tua mengalami
kecemasan berat ketika anaknya mengalami kejang demam, kecemasan ini lebih tinggi
dibandingkan pada orang tua yang sebelumnya sudah mendapat pengetahuan tentang kejang
demam .Hasil penelitian (Rahayu,2015) menunjukkan hampir 80% orang tua takut terhadap
serangan kejang demam yang menimpa anaknya. Berdasarkan penelitian tersebut dapat
diketahui bahwa pengetahuan ibu tentang penanganan kejang demam sangat bervariasi.
Namun perbedaan pengetahuan ini akan mengakibatkan penanganan kejang demam pada
anak yang berbeda pula.Penanganan ibu tentang kejang demam dan penatalaksanaannya
diindonesia juga sangat bervariasi , mengingat hal ini dipengaruhi oleh banyak faktor.
Berdasarkan pertimbangan rasa takut atau khawatir dan kebingungan orang tua terhadap
anaknya ketika mengalami serangan kejang demam, diperlukan upaya pencegahan terhadap
berulangnya serangan kejang demam tersebut. Upaya mencegah dan menghadapi kejang
demam, orang tua harus diberi informasi tentang tindakan awal penatalaksanaan kejang
demam pada anak.
B. Tujuan
Tujuan umum:
Mahasiswa mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada klien kejang demam secara
komprehensif, meliputi aspek bio-psiko-sosial-spiritual dengan menggunakan pendekatan
proses keperawatan.
2. Tujuan Khusus
6
b) Mampu melaksanakan pengkajian pada klien kejang demam meliputi : pengumpulan
data dan analisa data.
BAB II
A. Pengertian kejang demam
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal
lebih dari 380 C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium. (Arif Mansjoer. 2000)
Kejang demam (febrile convulsion) ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu
tubuh yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium. (Taslim. 1989)
7
Kejang Demam (KD) adalah kejang yang terjadi pada suhu badan yang tinggi. Suhu badan
yang tinggi ini disebabkan oleh kelainan ekstrakranial. (Livingston, 1954)
Kejang demam adalah terbebasnya sekelompok neuron secara tiba-tiba yang mengakibatkan
suatu kerusakan kesadaran, gerak, sensasi atau memori yang bersifat sementara (Hudak and
Gallo,1996).
Kejang demam adalah serangan pada anak yang terjadi dari kumpulan gejala dengan demam
(Walley and Wong’st; line-height: edisi III,1996).
Kejang demam adalah bangkitan kejang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas
38° c) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium. Kejang demam sering juga disebut
kejang demam tonik-klonik, sangat sering dijumpai pada anak-anak usia di bawah 5 tahun.
Kejang ini disebabkan oleh adanya suatu awitan hypertermia yang timbul mendadak pada
infeksi bakteri atau virus. (Sylvia A. Price, Latraine M. Wikson, 1995).
Kejang demam adalah kejang yang terjadi pada saat seorang bayi atau anak mengalami
demam tanpa infeksi sistem saraf pusat (1,2). Hal ini dapat terjadi pada 2-5 % populasi anak.
Umumnya kejang demam ini terjadi pada usia 6 bulan – 5 tahun dan jarang sekali terjadi
untuk pertama kalinya pada usia <> 3 tahun. (Nurul Itqiyah, 2008)Dari pengertian diatas
dapat disimpulkan kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi karena peningkatan
suhu tubuh yang sering di jumpai pada usia anak dibawah lima tahun.
Kejang demam merupakan kelainan neurologis akut yang paling sering dijumpai pada anak.
Bangkitan kejang ini terjadi karena adanya kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas 38°C)
yang disebabkan oleh proses ekstrakranium. Penyebab demam terbanyak adalah infeksi
saluran pernapasan bagian atas disusul infeksi saluran pencernaan. (Ngastiyah, 1997
8
4. Umumnya kejang demam berlangsung singkat.
5. Gerakan sentakan berulang tanpa didahului kekauan atau hanya sentakan atau kekakuan
fokal.
C. Patofisiologi
Patofisiologi kejang demam idiopatik. Penyebab terbanyak kejangdemam terjadi pada infeksi
luar kranial dari bakteri, seperti tonsilitis,bronkitis dan otitis media akut akibat bakteri yang
bersifat toksik.Toksik yang dihasilkan menyebar ke seluruh tubuh secara hematogenataupun
limfogen.Naiknya suhu di hipotalamus, otot, kulit, dan jaringan tubuh yanglain akan
mengeluarkan mediator kimia berupa epinefrin danprostaglandin. Pengeluaran mediator
kimia ini merangsang peningkatanpotensial aksi pada neuron. Pada keadaan kejang demam
terjadipeningkatan reaksi kimia tubuh, sehingga reaksi-reaksi oksidasi terjadilebih cepat dan
menyebabkan oksigen cepat habis sehingga terjadihipoksia. Pada kejadian ini transport ATP
terganggu sehingga Naintrasel dan K ekstrasel meningkat dan menyebabkan
potensialmembran cenderung turun dan aktifitas sel saraf meningkat terjadi fasedepolarisasi
neuron dengan cepat sehingga timbul kejang
9
10
D. Komplikasi
a. Kerusakan neorotransmiter Lepasnya muatan listrik ini demikian besarnya sehingga dapat
meluas keseluruh sel ataupun membrane sel yang menyebabkan kerusakan pada neuron.
b. Epilepsi
Kerukan pada daerah medial lobus temporalis setelah mendapat serangan kejang yang
berlangsung lama dapat menjadi matang dikemudian hari sehingga terjadi serangan epilepsy
yang sepontan.
Serangan kejang yang berlangsung lama yang dapat menyebabkan kelainan diotak yang lebih
banyak terjadi pada anak berumur 4 bulan sampai 5 tahun.
E. Penatalaksanaan
Pada penatalaksanaan kejang demam ada 3 hal yang perlu dikerjakan yaitu :
1. Pengobatan Fase Akut Seringkali kejang berhenti sendiri. Pada waktu kejang pasien
dimiringkan untuk mencegah aspirasi ludah atau muntahan. Jalan napas harus bebas agar
oksigennisasi terjami. Perhatikan keadaan vital seperti kesadaran, tekanan darah, suhu,
pernapasan dan fungsi jantung. Suhu tubuh tinggi diturunkan dengan kompres air dan
pemberian antipiretik.
Obat yang paling cepat menghentikan kejangadalah diazepam yang diberikan intravena atau
intrarektal. Dosis diazepam intravena 0,3-0,5 mg/kgBB/kali dengan kecepatan 1-2 mg/menit
dengan dosis maksimal 20 mg. bila kejang berhenti sebelum diazepam habis, hentikan
penyuntikan, tunggu sebentar, dan bila tidak timbul kejang lagi jarum dicabut. Bila diazepam
intravena tidak tersedia atau pemberiannya sulit gunakan diazepam intrarektal 5 mg
(BB<10>10kg). bila kejang tidak berhenti dapat diulang selang 5 menit kemudian.
11
Bila tidak berhenti juga, berikan fenitoin dengan dosis awal 10-20 mg/kg BB secara intravena
perlahan-lahan 1 mg/kg BB/menit. Setelah pemberian fenitoin, harus dilakukan pembilasan
dengan Nacl fisiologis karena fenitoin bersifat basa dan menyebabkan iritasi vena.
Bila kejang berhenti dengan diazepam, lanjutkan dengan fenobarbital diberikan langsung
setelah kejang berhenti. Dosis awal untuk bayi 1 bulan -1 tahun 50 mg dan umur 1 tahun ke
atas 75 mg secara intramuscular. Empat jam kemudian diberikan fenobarbital dosis rumat.
Untuk 2 hari pertama dengan dosis 8-10 mg/kg BB/hari dibagi dalam 2 dosis, untuk hari-hari
berikutnya dengan dosis 4-5 mg/kgBB/hari dibagi 2 dosis. Selama keadaan belum membaik,
obat diberikan secara suntikan dan setelah membaik per oral.
3. Pengobatan profilaksis
Ada 2 cara profilaksis, yaitu (1) profilaksis intermiten saat demam atau (2) profilaksis terus
menerus dengan antikonvulsan setiap hari. Untuk profilaksis intermiten diberian diazepam
secara oral dengan dosis 0,3-0,5 mg/kgBB/hari dibagi menjadi 3 dosis saat pasien demam.
Diazepam dapat diberikan pula secara intrarektal tiap 8 jam sebanyak 5mg (BB<10kg)>10kg)
setiap pasien menunjukkan suhu lebih dari 38,5 0 C. efek samping diazepam adalah ataksia,
mengantuk dan hipotonia.Profilaksis terus menerus berguna untuk mencegah berulangnya
kejang demam berat yang dapat menyebabkan kerusakan otak tapi tidak dapat mencegah
terjadinya epilepsy dikemudian hari. Profilaksis terus menerus setiap hari dengan fenobarbital
4-5mg.kgBB/hari dibagi dalam 2 dosis. Obat lain yang dapat digunakan adalah asam valproat
dengan dosis 15-40 mg/kgBB/hari. Antikonvulsan profilaksis selama 1-2 tahun setelah
kejang terakhir dan dihentikan bertahap selama 1-2 bulan Profilaksis terus menerus dapat
dipertimbangkan bila ada 2 kriteria (termasuk poin 1 atau 2) yaitu :
1. sebelum kejang demam yang pertama sudah ada kelainan neurologist atau perkembangan
(misalnya serebral palsi atau mikrosefal)
12
2. Kejang demam lebih dari 15 menit, fokal, atau diikuti kelainan neurologist sementara dan
menetap.
3. Ada riwayat kejang tanpa demma pada orang tua atau saudara kandung.
4. bila kejang demam terjadi pada bayi berumur kurang dari 12 bulan atau terjadi kejang
multiple dalam satu episode demam.Bila hanya mmenuhi satu criteria saja dan ingin
memberikan obat jangka panjang maka berikan profilaksis intermiten yaitu pada waktu anak
demam dengan diazepam oral atau rectal tuap 8 jam disamping antipiretik.
13
BAB III
*Indentitas Klien
Nama : An. RE
Usia : 10 bulan
Jenis Kelamin : perempuan
Alamat : kotabumi
No RM :01414257
Tgl MRS : 5-8-2020
Tgl Pengkajian : 5-8-2020
Nama orangtua Ayah/ibu :wandi/rita
B. Analisa Data
05-08-2020
Ds: ibu klien mengatakan an,re panas
Do: Suhu Axila 38°C
-kulit merah
-kulit teraba anak
Masalah keperawatan:Hipertermi
14
05-08-2020 / 08:00
DS: ibu klien mengatakan anak kejang
DO:-peningkatan suhu tubuh 38,2°C
Anak terlihat kejang
Masalah keperawatan: risiko cedera
05-08-2020/08:00
Ds:ibu mengtakan anak sesak nafas
Do:-penggunaan otot bantu pernafasan
-pola napas abnormal
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
3..Pola napas tidak efektif b.d hambatan upaya napas d.d dispnea, penggunaan otot bantu
pernapasan, dan fase ekspirasi memanjang
15
D. RENCANA KEPERAWATAN
16
E. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan [SOAPIE]
17
masalahnya P:Lanjutkan
-Menjelaskan kepada intervensi
individu atau keluarga -Memonitor bahaya
dalam risiko tinggi keselamatan klien
bahaya lingkungan -Memonitor
kebutuhan
keselamatan
Pukul 08:00 Pola napas tidak efektif -Monitor pola napas Pukul 08:30
DS:Ibu mengatakan b.d hambatan upaya -Lakukan posisi semi S:Ibu klien
anak sesak napas napas d.d dispnea, Fowler atau Fowler mengatakan anak
Do:-penggunaan otot penggunaan otot bantu -Berikan minum sesak napas
bantu pernafasan pernapasan, dan fase hangat O:Menggunakan
-pola napas ekspirasi memanjan -Lakukan fisioterapi otot bantu
abnormal dada,jika perlu pernapasan, pola
napas abnormal
A:Masalah belum
teratasi
P:Lanjutkan
intervensi
-Memberikan klien
posisi semi Fowler
atau Fowler
-Memberikan
minum hangat
-Ajarkan fisioterapi
dada
18
Tanggal 6 Agustus 2020 (Perawatan hari ke2)
19
-Memonitor
kebutuhan
keselamatan
Pukul 08:00 Pola napas tidak -Monitor pola napas Pukul 08:30
DS:Ibu mengatakan efektif b.d hambatan -Lakukan posisi semi S:Ibu mengatakan
anak sesak napas upaya napas d.d Fowler atau Fowler anak masih sesak
Do:-penggunaan dispnea, penggunaan -Berikan minum napas
otot bantu otot bantu pernapasan, hangat O:Klien masih
pernafasan dan fase ekspirasi -Lakukan fisioterapi menggunakan alat
-pola napas memanjan dada,jika perlu bantu pernafasan
abnormal A:Masalah belum
teratasi
P:Lanjutkan
intervensi
-Lakukan posisi
semi Fowler atau
Fowler
-Berikan fisioterapi
dada
20
terabahangat P:intervensi
dihentikan
Pukul 08:00 Risiko cidera dd -Mengidentifikasi Pukul 08:30
Ds:DS: ibu klien ketidakamanan kebutuhan S:Klien sudah tidak
mengatakan anak transportasi,perubaha keselamatan kejang
kejang n sensasi -Menjelaskan kepada O:Suhu tubuh klien
DO:-peningkatan individu atau normal
suhu tubuh 38,2°C keluarga dalam A:Masalah teratasi
risiko tinggi bahaya P:Intervensi
lingkungan dihentikan
-Menghilangkan
bahaya keselamatan
lingkungan
Pukul 08:00 Pola napas tidak -Monitor pola napas Pukul 08:30
DS:Ibu mengatakan efektif b.d hambatan -Lakukan posisi semi S:Klien sudah tidak
anak sesak napas upaya napas d.d Fowler atau Fowler sesak napas
Do:-penggunaan dispnea, penggunaan -Berikan minum O:Klien sudah tidak
ototbantu otot bantu pernapasan, hangat menggunakan alat
pernafasan dan fase ekspirasi bantu pernapasan
-pola napas memanjan dan pola napas
abnormal normal
A:Masalah teratasi
P:Intervensi
dihentikaj
21
BAB VI
A. KESIMPULAN
Kejang demam ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh ( suhu rektal
diatas 38 derajat celcius) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium. Infeksi virus
saluran pernafasan atas, roseola dan otitis media akut adalah penyebab kejang demam yang
paling sering. Dalam penanggulangan kejang demam ada 4 faktor yang perlu di kerjakan
yaitu: memberantas kejang secepat mungkin, Pengobatan penunjang, Memberikan
pengobatan rumat, Mencari dan mengobati penyebab. Dengan penanggulangan yang tepat
dan cepat, prognosisnya baik. Dari penelitian yang ada, frekuensi terulangnya kejang berkisar
antara 25%-50%, yang umumnya terjadi pada 6 bulan pertama.
B. SARAN
Anak yang mengalami kejang demam perlu mendapat perhatian lebih dan penatalaksanaan
yang tepat. Oleh sebab itu, peran orang tua sangat penting dalam mengetahui kondisi anak,
apakah memiliki tanda gejala, faktor risiko, dan kemungkinan kekambuhan.Mematuhi
peraturan penggunaan obat dari dokter dan jadwal kontrol juga sangat penting.
DAFTAR PUSTAKA
22
1. Nelson.2000. Ilmu Kesehatan Anak, edisi 15. Jakarta: Penerbit buku kedokteran EGC. 2.
Hassan Ruspeno, et all. Kejang Demam. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak. Jilid II. Ed.11.
2007. Jakarta: Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia 3.
Sukandar.E.Y.(et all).2009. Iso Farmakoterapi. Jakarta: PT.ISFI Penerbitan. 4. Frank J.
Domino, MD. The 5-Minute Cinical Consult. Philadelphia: Department of Family Medicine
and Community Health; 2008. 5. Abdul Latief, et all. Pemeriksaan Neurologis. Diagnosis
Fisis pada Anak.Ed.2. 2009. Jakarta: CV Sagung Seto 6. Kee JL. Pedoman pemeriksaan
laboratorium dan diagnostik.Edisi 6. Jakarta: EGC; 2007. 7. Faizi M. kejang demam.
www.pediatrik.com. 2009.diakses tanggal 24 Januari 2011. 8. http://elsa-
novita.blogspot.co.id/2012/09/makalah-kejang-demam.html
23