Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH KLINIK MEDIKAL BEDAH I

PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIS

( PPOK)

DISUSUN OLEH KELOMPOK 6

NAMA KELOMPOK:

1. CINDY KRISTINA MANORA (1914471045)


2. NUR HASYANAH (1914471046)
3. MARTALINA (1914471047)
4. INTAN AGUSTIAPUTRI (1914471048)
5. AZVADILLA RAHMA SYAFITRI (1914471049)
6. I KETUT SUPRIYANTO (1914471050)
7. RAMONA RESTI PALUPI (1914471051)
8. RAHMA KARTIKA SARI (1914471052)

TINGKAT 2 REGULER 1

POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN KOTABUMI

TA 2020/2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga tugas ini
dapat diselesaikan dengan baik.Saya berharap semoga tugas ini bisa menambah
ilmu pengetahuan dan pengalaman bagi pembacanya.Saya sangat sadar masih
banyak kekurangan dan ketidaklengkapan didalam penyelesaian tugas ini,
karena keterbatasan pengetahuan.Untuk itu saya sangat mengharapkan kritik dan
saran yang membangun dari pembaca demi kelengkapan isi tugas ini.

Kotabumi, 5 Agustus 2020

Penulis

2
DAFTAR ISI

COVER.....................................................................................................................1
KATA PENGANTAR..............................................................................................2
DAFTAR ISI.............................................................................................................3
BAB 1 PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG.........................................................................................4
B. RUMUSAN MASALAH.....................................................................................7
C. TUJUAN...............................................................................................................8
BAB II ISI
A. Pengertian Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK).....................................9
B. Penyebab dan gejalaPenyakit paru obstruktif kronis (PPOK).....................11
C. Dignosis Penyakit Paru Obstruktif Kronis......................................................13
D. Komplikasi Penyakit Paru Obstruktif Kronis................................................14
E. Pengobatan Penyakit Paru Obstruktif Kronis................................................14
F. Pencegahan Penyakit Paru Obstruktif Kronis dan cara mencegahnya.......15
BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN.................................................................................................20
B. SARAN...............................................................................................................21

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) adalah masalah kesehatan secara global
yang sejak tahun 2001 merupakan masalah utama dalam kesehatan masyarakat.
PPOK diperkirakan menempati peringkat kelima di seluruh dunia dalam beban
penyakit dan peringkat ketiga dalam kematian pada tahun 2020 (Vestbo et al.,
2013). Menurut WHO pada tahun 2010 PPOK adalah masalah kesehatan utama
yang menjadi penyebab kematian peringkat empat di Indonesia (PDPI, 2016).
PPOK merupakan salah satu dari kelompok penyakit tidak menular yang telah
menjadi masalah kesehatan masyarakat di dunia. Masalah ini tidak hanya bagi
negara maju namun juga bagi negara berkembang seperti Indonesia (Depkes,
2008). Sesak nafas atau dyspnea merupakan masalah yang umum dijumpai pada
penderita PPOK (Ambrosino et al, 2006). Penderita PPOK sering mengalami
penurunan ventilasi alveolus yang membawa dampak terjadinya hipoksemia,
hipoksia dan hiperkapnia sehingga dapat menyebabkan terjadinya asidosis
respiratorik yang meningkatkan proses pernafasan dan penggunaan otot-otot
bantu pernafasan (Smeltzer et al. 2006). Hipoksia yang terjadi di dalam tubuh 1
akan menyebabkan hipoksia terhadap otot juga, sehingga akan terjadi
metabolisme anaerob yang dapat menghasilkan asam laktat yang menyebabkan
kelelahan otot. Kelelahan otot yang terjadi di saluran pernafasan dapat
menurunkan proses pernafasan (Guyton et al, 2007). Keadaan tersebut
mengakibatkan pasien PPOK memiliki ketidakmampuan mendasar dalam
mencapai angka aliran udara normal selama pernapasan terutama ketika
ekspirasi (Price et al, 2005). Ketidakmampuan dalam mencapai udara normal
akibat adanya obstruksi pernapasan dapat mengakibatkan paru-paru mudah
mengempis, sehingga terjadi penurunan aliran puncak ekspirasi (Guyton et al,
2007) Berdasarkan hasil survei penyakit tidak menular oleh Direktorat Jendaral

4
pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan di 5 rumah sakit provinsi di
Indonesia (Jawa Barat, Jawa Timur, Lampung dan Sumatra Selatan) pada tahun
2004, menunjukan PPOK menempati urutan pertama penyumbang angka
kesakitan (35%), asma bronkial (33%), kanker paru (30%) dan lainnya (2%)
(Depkes RI, 2008). Berdasarkan data rekam medis Rumah sakit Asy-Syaafi
kabupaten Pamekasan tahun 2014 didapatkan data 10 penyakit terbanyak pada
tahun 2013 pada unit rawat jalan adalah 577 pasien bronchitis dan 504 pasien
PPOK. Data pada unit rawat inap jumlah pasien PPOK mencapai 352 pasien
yang menjadi jumlah terbanyak kedua setelah tuberculosis yaitu 623 pasien.
Rata-rata jumlah kunjungan pasien PPOK selama 3 bulan terakhir yaitu pada
bulan Maret, April dan Mei tahun 2016 mencapai 80 pasien (Karina, 2016).
Berdasarkan hasil wawancara terhadap 4 orang pasien PPOK di RSU. Asy-
Syaafi pada tanggal 03 Mei 2016 seluruhnya mengatakan masalah yang sering
dialami adalah sesak nafas dan terkadang batuk dengan atau tanpa dahak. Sesak
nafas berulang yang dialami penderita PPOK menyebabkan mereka sering
datang ke rumah sakit untuk memeriksakan keadaannya. Pasien mengatakan
selama perawatan dirumah tidak pernah melakukan latihan nafas untuk
mengurangi sesak nafas karena tidak mengetahui bagaimana cara latihan nafas
yang dapat dilakukan. Pasien hanya menggunakan obat dari dokter dan kontrol
ke rumah sakit jika gejala sesak bertambah. Pasien juga menyampaikan bahwa
dampak dari PPOK yang diderita mempengaruhi banyak aspek. Dua orang
mengatakan sejak 2 bulan yang lalu berhenti bertani karena batuk yang tidak
segera sembuh. Satu orang mengatakan sesak nafas sangat menganggu aktifitas
sehari-hari seperti berjalan, menaiki tangga dan membersihkan rumah. Mereka
juga menyampaikan bahwa kondisi yang dialami saat ini menyebabkan tidak
yakin akan kemampuannya melakukan perawatan pada dirinya sendiri karena
kurang pengetahuan dalam melakukan perawatan selama terjadi sesak nafas
dirumah. Peak expiratory flow rate (PEF) atau arus puncak ekspirasi adalah titik
aliran tertinggi yang dicapai selama ekspirasi maksimal dan titik ini
mencerminkan terjadinya perubahan ukuran jalan nafas menjadi besar.
Pengukuran ini sangat berkolerasi dan sama dengan FEV (Smeltzer et al, 2013).

5
Menurut Iglesia (2004) PEF digunakan sebagai prediktor kematian rawat inap
pasien PPOK yang penting dalam memprediksi kematian pada pasien PPOK.
Sebuah penelitian di Inggris telah membuktikan bahwa pemeriksaan PEF bisa
digunakan dalam diagnosis PPOK. Diagnosis dapat menggunakan alat mini
wright peak flow meter. Alat ini lebih ringan, mudah dibawa, mudah
dioperasikan, serta lebih ekonomis. Cara pemeriksaan nilai PEF dengan peak
flow meter lebih mudah dan lebih sederhana dibandingkan dengan pemeriksaan
faal paru yang lainnya. Alatnya mudah dibawa dan dibersihkan, sehingga
pemeriksaan PEF dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja (virdahana, 2010).
Penurunan PEF yang menggambarkan adanya penurunan fungsi ventilasi pada
pasien PPOK sangat penting dilakukan suatu penanganan. Penatalaksaan untuk
pasien dengan PPOK berupa tindakan-tindakan untuk menghilangkan obstruksi
saluran pernafasan nafas kecil (Price et al, 2005). Penatalaksanaan medis
maupun keperawatan pada pasien PPOK bertujuan untuk mengurangi gejala
sesak nafas, mencegah eksaserbasi berulang, memperbaiki dan mencegah
penurunan faal paru dan meningkatkan kualitas hidup (PDPI, 2016). Salah satu
bentuk intervensi yang dapat diberikan pada pasien PPOK adalah memberikan
program edukasi dan rehabilitasi dengan melaksanakan latihan pernafasan.
Latihan pernafasan ini terdiri dari latihan dan praktik pernafasan yang
dimanfaatkan untuk mencapai ventilasi yang lebih terkontrol, efisien dan
mengurangi kerja pernafasan (Smetlzer et al., 2013). Menurut Kusumawati
(2013) pemberian tindakan rehabilitasi nafas pada penderita PPOK dapat
memperbaiki ventilasi dan memperbaiki kapasitas fungsional pernafasan.
Latihan rehabilitasi nafas yang dilakukan dengan teratur dan berkelanjutan dapat
menurunkan angka eksaserbasi dan meningkatkan kualitas hidup pasien PPOK.
Latihan pernafasan yang dapat diterapkan pada pasien dengan PPOK salah
satunya adalah pursed lips breathing exercise (PDPI, 2016). Pursed lips
breathing (PLB) merupakan teknik yang dapat digunakan untuk membantu
bernafas lebih efektif, yang memungkinkan untuk mendapatkan oksigen yang
dibutuhkan. PLB melatih untuk mengeluarkan nafas lebih lambat, sehingga
bernafas lebih mudah dan nyaman pada saat beristirahat atau beraktifitas (Tiep

6
et al, 2005). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sutiawati (2014)
di Poliklinik Paru RSUD Cengkareng menunjukkan ada pengaruh pendidikan
kesehatan latihan pursed lips breathing terhadap tingkat kekambuhan pasien
PPOK. Berdasarkan hasil workshop rehabilitasi penyakit paru di RS Moewardi
Surakarta pada 7 Desember 2005, pursed lips breathing yang dilakukan secara
teratur dapat memperbaiki ventilasi sehingga dapat memperbaiki aliran udara
dan volume paru. Bernafas dengan PLB akan terjadi peningkatan tekanan pada
rongga mulut, tekanan ini akan diteruskan melalui cabang-cabang bronkus
sehingga dapat mencegah air trapping dan kolaps saluran nafas kecil pada saat
ekspirasi. Peningkatan tekanan pada rongga mulut dan tekanan ini diteruskan
melalui cabangcabang bronkus sehingga dapat meningkatkan nilai forced
ekspiratory volume in one second (FEV1) pada PPOK (Smeltzer et al., 2008).
Hasil penelitian Natalia (2007) yaitu nafas dalam atau purse lips breathing
(PLB) dapat mempengaruhi volume tidal dan respirasi rate dengan nilai p<
0,001. Penelitian Kim (2013) didapatkan hasil PLB efektif untuk meningkatkan
PEF pada pasien asma bronchiale dengan nilai p.

B. Rumusan masalah

Ditinjau dari kondisi PPOK eksaserbasi akut yang sebagian besar memiliki
permasalahan seperti batuk berdahak, spasme otot-otot bantu pernapasan, sesak napas
dan penurunan aktivitas fungsional.
Dari permasalahan yang muncul pada penderita PPOK eksaserbasi akut diperoleh
beberapa rumusan masalah:
1. Apakah ada pengaruh nebulizer dan chest fisioterapi untuk mengurangi sesak napas
pada kondisi PPOK eksaserbasi akut?
2. Apakah ada pengaruh nebulizer dan chest fisioterapi untuk membersihkan jalan napas
pada kondisi PPOK eksaserbasi akut?
3. Apakah ada pengaruh nebulizer dan chest fisioterapi untuk merileksasi otot- otot
bantu pernafasan pada kondisi PPOK eksaserbasi akut?

7
C. Tujuan
1. .Tujuan umum
Mahasiswa/i mengetahui dan memahami konsep Penyakit paru obstruktif kronik
(PPOK).
2.      Tujuan khusus
1. Agar diketahuinya Pengertian Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK).
2. Agar diketahuinya Penyebab dan gejalaPenyakit paru obstruktif kronis
(PPOK).
3. Agar diketahuinya Diagnosis Penyakit Paru Obstruktif Kronis.
4. Agar diketahuinya Komplikasi Penyakit Paru Obstruktif Kronis.
5. Agar diketahuinya Pengobatan Penyakit Paru Obstruktif Kronis.
6. Agar diketahuinya Pencegahan Penyakit Paru Obstruktif Kronis dan cara
mencegahnya.

BAB II
ISI

A. Pengertian Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK)

Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) adalah sekelompok penyakit paru-paru


yang memblokir aliran udara napas Anda dan membuat Anda semakin sulit untuk
bernapas. Emfisema dan asma bronkitis kronis adalah dua kondisi utama yang
membentuk PPOK. Dalam semua kasus, kerusakan pada saluran udara Anda akhirnya
mengganggu pertukaran oksigen dan karbon dioksida dalam paru-paru .penyakit
peradangan paru yang berkembang dalam jangka waktu panjang. Penyakit ini
menghalangi aliran udara dari paru-paru karena terhalang pembengkakan dan lendir
atau dahak,sehingga penderitanyasulit bernapas.

8
PPOK adalah penyebab utama kematian di seluruh dunia. Kebanyakan PPOK
disebabkan oleh merokok dalam jangka panjang dan dapat dicegah dengan tidak
merokok. Kerusakan paru-paru ini tidak dapat disembuhkan, sehingga pengobatan
berfokus pada pengendalian gejala dan meminimalkan kerusakan lebih lanjut.
Keterbatasan aliran udara hanya sedikit dapat dibantu dengan bronkodilator.penyakit
peradangan paru yang berkembang dalam jangka waktu panjang. Penyakit ini
menghalangi aliran udara dari paru-paru karena terhalang pembengkakan dan lendir
atau dahak,sehingga penderitanyasulit bernapas.

Sebagian besar pederita PPOK adalah orang-orang yang berusia paruh baya dan
perokok.Penderita penyakit ini memiliki risiko untuk mengalami penyakit jantung dan
kanker paru-paru.penyakit peradangan paru yang berkembang dalam jangka waktu
panjang. Penyakit ini menghalangi aliran udara dari paru-paru karena terhalang
pembengkakan dan lendir atau dahak,sehingga penderitanyasulit bernapas.

Dua jenis penyakit paru obstruktif kronis yang terjadi, yaitu:

1. Bronkitis kronis

Bronkitis kronis adalah peradangan dinding saluran bronkus (cabang tenggorok)


yang terjadi menahun. Penyakit ini menyebabkan dinding pada saluran bronkus di paru-
paru menjadi merah, bengkak, dan dipenuhi lendir. Lendir inilah yang kemudian
menyumbat saluran napad dan membuat bernapas menjadi lebih sulit.

2. Emfisema

Emfisemasecara bertahap merusak kantung udara (alveolus) di paru-paru


sehingga membuat Anda semakin sesak napas. Rusaknya kantung udara, akan membuat
jumlah alveolus dalam paru-paru Anda semakin sedikit. Akibatnya, oksigen akan

9
kesulitan untuk masuk dan karbon dioksida juga sulit keluar. Kondisi ini juga menjadi
penyebab membuang napas menjadi lebih sulit.

Selama proses pernapasan, terdapat bagian-bagian utama paru yang ikut bekerja, yaitu
saluran bronkus (cabang tenggorok atau disebut juga saluran udara), alveolus (kantung-
kantung udara), dan trakea (batang tenggorok).Saat menarik napas, udara bergerak dari
batang tenggorok melewati bronkus untuk kemudian menuju ke alveolus. Dari alveolus,
oksigen bergerak masuk ke darah sementara karbon dioksida keluar dari darah.
Begitulah pernapasan normal seharusnya. Namun, pada orang PPOK prosesnya tak
berjalan lancar. Gangguan yang muncul akibat penyakit ini dapat menyebabkan sesak
napas. Hal ini menyebabkan paru-paru kekurangan oksigen, begitu juga organ tubuh
lainnya. Bila ini yang terjadi, Anda harus segera mencari bantuan medis sedini
mungkin.

Faktor Risiko Penyakit Paru Obstruktif Kronis

Faktor utama yang meningkatkan risiko terjadinya PPOK adalah paparan rokok dalam
jangka panjang, baik secara aktif maupun pasif. Selain paparan rokok, faktor risiko
PPOK lainnya adalah:

1. Paparan debu dan bahan kimia di tempat kerja. Paparan kimia, uap, dan debu
dalam jangka panjang di tempat kerja dapat mengiritasi dan membuat paru-paru
meradang.

2. Paparan asap dari pembakaran bahan bakar. Misalnya, terpapar asap dari
pembakaran bahan bakar saat memasak atau akibat ventilasi di rumah yang
buruk.

3. PPOK adalah penyakit yang berkembang secara bertahap, sehingga kebanyakan


pengidap baru mengalami gejalanya di usia 40 tahun.

10
4. Kekurangan genetik yang tidak biasa, yaitu defisiensi alpha-1-antitrypsin
merupakan penyebab dari beberapa kasus PPOK. Faktor genetik lainnya
dipercaya juga dapat membuat beberapa perokok lebih rentan terhadap penyakit
ini.

B. Penyebab dan gejalaPenyakit paru obstruktif kronis (PPOK)

1. Penyebab PPOK

Penyebab PPOK adalah penyumbatan atau kerusakan jaringan paru-paru. Jenis


kerusakan ini biasanya terjadi saat Anda secara rutin menghirup iritan untuk jangka
waktu lama. Iritan yang umum dapat meliputi:

 Asap rokok (baik mereka yang merokok aktif ataupun perokok pasif)—
merokok jangka panjang merupakan penyebab dari 80 sampai 90 persen
kasus PPOK
 Asap, gas, uap, atau bahan kimia
 Debu
 Polusi dalam ruangan (seperti bahan bakar padat yang digunakan untuk
memasak dan pemanasan
 Polusi luar ruangan
 Debu dan zat kimia okupasi (uap, iritan, dan asap)
 Infeksi pernapasan bawah yang sering terjadi selama masa kanak-kanak

2. Gejala PPOK

Gejala PPOK seringkali tidak muncul sampai paru-paru mengalami kerusakan


yang signifikan dan kinerjanya sudah semakin memburuk seiring berjalannya waktu,
apalagi jika pengidap tetap merokok. Pada bronkitis kronik, gejala utama yang dialami
pengidap adalah batuk berdahak yang berlangsung minimal 3 bulan dalam 2 tahun.

Gejala lain pada PPOK dapat meliputi:

11
 Sesak napas, terutama saat melakukan aktivitas fisik.
 Mengi.
 Produksi dahak yang banyak.
 Batuk kronik yang produktif.
 Seringnya terpapar infeksi saluran napas.
 Mudah lelah.
 Sianosis pada kuku maupun bibir.
 Penurunan berat badan.
 Bengkak pada pergelangan kaki, kaki, atau betis.
 Pada awalnya, Anda mungkin tidak merasakan gejala apa pun. Atau,
kalaupun gejalanya muncul Anda hanya mengalami gejala ringan
sehingga tidak menyadari bahwa Anda memiliki PPOK. Oleh karena
merupakan penyakit progresif, gejalanya baru benar-benar mengganggu
jika penyakit ini sudah cukup lama bersarang dalam tubuh Anda.
 Saat gejala PPOK Anda telah mengalami perkembangan selama
bertahun-tahun lamanya, pada akhirnya gejala itu mulai memengaruhi
tingkat aktivitas dan kualitas hidup Anda. Pada saat inilah mungkin Anda
baru benar-benar sadar bahwa ada masalah dalam paru-paru Anda.

12
Eksaserbasi PPOK

Gejala PPOK bisa memburuk secara tiba-tiba. Kondisi ini disebut dengan PPOK
eksaserbasi akut. Ketika tidak diobati, kondisi PPOK bisa saja memburuk. Beberapa
gejala berat mungkin sampai mengharuskan Anda melakukan perawatan di rumah
sakit.Eksaserbasi, atau disebut juga dengan flare-up PPOK, bahkan dapat membuat
Anda merasa cemas dan kesulitan untuk tidur atau bahkan hanya untuk menjalankan
aktivitas sehari-hari.Banyak pemicu yang bisa menyebabkan eksaserbasi. Pemicu paling
umum sering kali adalah infeksi. Menurut sebuah artikel di American Family Physician
pada tahun 2001, infeksi bakteri merupakan faktor yang berkontribusi hingga 70-75%
pada PPOK eksaserbasi akut. Sisanya, viruslah yang jadi penyebab orang mengalami
eksaserbasi PPOK.Polusi udara dan iritan lingkungan lainnya juga bisa memicu flare-up
PPOK. Memahami pemicu apa saja yang berpotensi menyebabkan perburukan gejala,
serta berupaya mengindarinya dapat sangat membantu mengurangi jumlah episode
flare-up dan kunjungan ke rumah sakit.

C. Dignosis Penyakit Paru Obstruktif Kronis

Diagnosis PPOK dilakukan berdasarkan wawancara medis dan pemeriksaan


fisik yang dibantu dengan pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan penunjang yang
dilakukan meliputi:

 Tes fungsi paru-paru. Tes ini bertujuan untuk mengukur jumlah udara yang bisa
kamu hirup dan hembuskan, dan apakah paru-paru memberikan oksigen yang
cukup ke darah. Spirometri adalah tes fungsi paru-paru yang paling sering
digunakan. Pada tes ini, kamu akan diminta untuk meniup udara ke dalam
tabung besar yang terhubung ke mesin kecil yang bernama spirometer. Mesin ini
dapat mengukur berapa banyak udara yang mampu ditahan oleh paru-paru
pasien dan seberapa cepat pasien dapat mengeluarkan udara dari paru-parunya.
Spirometri dapat mendeteksi PPOK, bahkan sebelum gejala penyakit tersebut

13
muncul. Tes ini juga digunakan untuk mengukur perkembangan penyakit dan
untuk memantau seberapa baik pengobatan bekerja.

 X-ray dada dapat mendeteksi adanya emfisema yang merupakan salah satu
penyebab utama PPOK.
 CT Scan juga dapat dilakukan untuk mendeteksi emfisema dan memprediksi
keuntungan yang bisa didapatkan melalui operasi. Selain itu, CT Scan juga dapat
digunakan sebagai skrining terhadap kanker paru-paru.

D. Komplikasi Penyakit Paru Obstruktif Kronis

PPOK adalah salah satu penyakit yang berisiko menimbulkan komplikasi.


Terdapat beberapakomplikasi PPOK yang mungkin saja terjadi, seperti:

 Masalah jantung: PPOK dapat menyebabkan detak jantung tidak teratur dan
mengalami perubahan. Kondisi ini disebut dengan aritmia. Masalah jantung lain
yang juga mungkin berisiko pada orang dengan PPOK adalah gagal jantung.
 Tekanan darah tinggi: PPOK dapat menyebabkan tekanan darah tinggi pada
pembuluh darah yang memasok darah ke paru-paru. Kondisi ini disebut dengan
hipertensi paru.
 Infeksi pernapasan: Ketika memiliki PPOK, Anda mungkin akan lebih sering
untuk terkena pilek, flu, atau bahkan pneumonia (infeksi paru serius yang
disebabkan oleh virus atau jamur). Infeksi ini dapat membuat gejala Anda
memburuk atau menyebabkan kerusakan paru lebih lanjut. 

E. Pengobatan Penyakit Paru Obstruktif Kronis

PPOK merupakan penyakit yang bisa diobati dengan melakukan beberapa


perawatan. Bahkan bila PPOK sudah mencapai tahap lebih lanjut pun, masih ada terapi
yang efektif untuk mengendalikan gejala dan mengurangi risiko komplikasi. Berikut
adalah beberapa pilihan pengobatan PPOK:

14
 Berhenti Merokok

Ini adalah langkah terpenting dalam mengatasi PPOK. Berhenti merokok adalah
satu-satunya cara agar PPOK tidak bertambah buruk, yang pada akhirnya bisa
mengurangi kemampuan bernapas.

 Pemberian Obat-obatan

Dokter dapat memberikan beberapa jenis obat untuk mengobati gejala dan
komplikasi PPOK. Pengidap dianjurkan untuk mengonsumsinya  secara teratur dan
sesuai kebutuhan.

 Terapi Paru-paru

Dokter sering menggunakan terapi tambahan ini untuk pengidap PPOK yang sedang
sampai berat.

 Operasi

Operasi adalah tindakan bagi pengidap emfisema yang parah dan tidak mempan lagi
diobati dengan obat-obatan. Pilihan operasi yang biasanya dilakukan adalah operasi
pengurangan volume paru-paru, transplantasi paru-paru, dan bullectomy.  

F. Pencegahan Penyakit Paru Obstruktif Kronis dan cara mencegahnya

Pencegahan utama dan yang terbaik untuk menghindari PPOK adalah dengan
menghindari paparan rokok, baik secara aktif maupun pasif. Oleh sebab itu, bagi orang
yang tidak merokok disarankan untuk tidak mencoba rokok dan sebisa mungkin
menghindari asapnya. Sedangkan bagi perokok, cara terbaik adalah berhenti merokok
dan juga menghindari paparan asapnya.

Bagi para pekerja yang bekerja di lingkungan yang penuh dengan bahan kimia
yang dapat membuat paru-paru menjadi iritasi, disarankan untuk menggunakan alat
pelindung seperti masker.Jika sudah telanjur didiagnosis PPOK, segala pengobatan

15
yang Anda lakukan biasanya bertujuan untuk meringankan gejala PPOK, mencegah
komplikasi PPOK, dan mencegah supaya penyakit tersebut tidak mudah kambuh. 

Orang yang memiliki penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) sering mengalami
flare-up atau eksaserbasi. Ini adalah kondisi di mana gejala mereka kambuh menjadi
lebih buruk daripada biasanya. Kondisi ini pula membuat mereka lebih rentan terhadap
infeksi. Penderita PPOK butuh penanganan untuk mengatasi flare-up dengan bantuan
medis. 

Flare-up yang sering terjadi membuat kondisi penderita berkembang dengan lebih
cepat. Untungnya, pencegahan kekambuhan PPOK mungkin untuk dilakukan.mencegah
PPOK kambuh dengan menjalani kebiasaan gaya hidup yang sehat. Berikut adalah
beberapa tips menjalani gaya hidup bagi penderita PPOK yang dapat menjadi langkah
pencegahan flare-up:

1. Berhenti merokok

Langkah pencegahan flare-up yang pertama adalah menghentikan penyebab


utama PPOK. Merokok adalah penyebab utama dari bronkitis dan emfisema, duet
penyakit yang menjadi penyebab PPOK. Apabila Anda adalah seorang perokok dan
belum juga berhenti, sangatlah penting untuk segera menghentikan kebiasaan itu.Jika
Anda tidak pernah merokok, jangan memulainya. Jika Anda adalah perokok, Anda
harus berhenti karena merokok dapat memperburuk PPOK. Meskipun Anda pernah
merokok, berhenti dapat membantu memperlambat perkembangan PPOK dan
membatasi kerusakan paru.Risiko merokok juga berlaku bagi perokok pasif. Menurut
organisasi kesehatan dunia, WHO, 10% dari kematian terkait rokok diakibatkan oleh
asap rokok.

2. Memahami kondisi Anda

Mengenali tanda-tanda flare-up, eksaserbasi, alias perburukan gejala PPOK bisa


menjadi salah satu cara untuk mencegah PPOK yang kambuh semakin memburuk.
Biasakan untuk mengetahui tempat terdekat yang bisa Anda kunjungi jika sewaktu-

16
waktu Anda mengalami kesulitan bernapas. Menyimpan nomor telepon dokter ataupun
orang terdekat lainnya untuk dimintai bantuan juga merupakan suatu persiapan yang
cerdas.

Memeriksakan diri secara rutin juga bisa membantu Anda mengantisipasi gejala
PPOK yang mungkin muncul. Sampaikanlah pada dokter apabila Anda mengalami
gejala baru atau gejala yang memburuk, seperti demam.Bawalah selalu catatan daftar
teman atau anggota keluarga yang bisa dihubungi jika Anda perlu untuk dibawa ke
rumah sakit. Bawa selalu petunjuk arah ke klinik dokter atau rumah sakit terdekat. Anda
juga harus membawa daftar semua obat yang Anda gunakan dan memberikannya ke
dokter yang mungkin harus memberikan bantuan medis darurat.

3. Jaga kebersihan udara di lingkungan Anda

Cara mencegah PPOK kambuh lainnya adalah dengan menghindari tempat-tempat


yang penuh dengan polusi, seperti asap rokok. Asap rokok dapat membuat paru-paru
lebih rusak. Jenis polusi udara lain, seperti asap knalpot kendaraan atau limbah pabrik,
juga bisa mengiritasi paru-paru Anda.

Jika Anda tinggal di dekat pabrik dan kualitas udaranya buruk, pastikan bahwa
udara dalam ruangan Anda bersih. Langkah pencegahan flare-up PPOK yang bisa Anda
lakukan adalah dengan menggunakan high-efficiency particulate air (HEPA) filter.

Filter tersebut dambersihkan ruangan dengan produk ramah lingkungan atau dengan
pembersih alami seperti air dan sabun, soda kue, dan cuka.

4. Ketahui riwayat keluarga

PPOK bisa jadi disebabkan oleh faktor genetik. Jika begini, keluarga Anda berisiko
PPOK lebih tinggi, apalagi jika ada anggota keluarga yang sudah kena PPOK. Jika
benar, Anda harus memeriksakan keluarga Anda untuk “gen PPOK”. Sebagai upaya
pencegahan, Anda bisa melakukan tes darah untuk menunjukkan apakah Anda
membawa gen PPOK. 

17
5. Lakukan vaksinasi

Flu dan pilek adalah hal yang umum terjadi dan tak memerlukan perlakuan khusus.
Namun, bagi orang dengan PPOK, ini dapat memperburuk kondisi saluran napas Anda
yang memang sudah terganggu.

Jika Anda memiliki PPOK, sebaiknya Anda melindungi diri dengan melakukan
vaksinasi influenza secara rutin setiap tahunnya. Dengan begitu, Anda akan mengurangi
risiko terpapar flu.

6. Makan makanan padat nutrisi

Terkadang, penderita PPOK tingkat lanjut tidak mendapatkan nutrisi yang mereka
perlukan agar tetap sehat. Bisa jadi, ini karena menurunnya nafsu makan atau sesak
napas yang muncul saat makan, atau setelah makan.

Padahal, mendapatkan asupan makanan yang berigizi dan menghindari


pantanganbisa membantu kondisi Anda semakin baik. Ini juga jadi salah satu langkah
pencegahan gejala PPOK Anda kambuh. 

Gaya hidup yang bisa Anda lakukan untuk mencegah PPOK kambuh adalah makan
dengan porsi lebih kecil dan lebih sering mungkin bisa membantu mengatasi masalah
ini. Dokter juga bisa menganjurkan suplemen gizi untuk memastikan bahwa Anda
mendapatkan nutrisi penting yang Anda butuhkan.

7. Menjaga kebugaran

Meski penderita PPOK sering dan mudah mengalami sesak napas, bukan berarti
mereka tak bisa berolahraga sama sekali. Malah, penderita PPOK dianjurkan untuk
tetap berolahragadan melatih otot pernapasannya. Kunci berolahraga untuk penderita
PPOK adalah tidak boleh terlalu berat atau terlalu ringan.

18
Selain memperkuat otot-otot pernapasan, Anda juga membutuhkan olahraga untuk
membakar lemak agar berat badan Anda tetap terjaga sehingga tak menimbulkan
masalah baru, seperti obesitas. 

8. Kelola stres

Orang yang hidup dengan penyakit yang melumpuhkan, seperti PPOK, terkadang
kalah dengan rasa cemas, stres, atau depresi. Itu sebabnya, mengelola stres bagi
penderita PPOK adalah hal penting. Jika stres mengganggu pola tidur Anda, lakukan
tips tidur nyenyak khusus untuk penderita PPOK. 

Anda dapat memulai kelola stres dengan mendiskusikan setiap masalah emosional
dengan dokter atau petugas medis lainnya. Jangan memendamnya sendirian karena itu
bukanlah salah satu perilaku hidup sehat.

Berkonsultasi dengan dokter bisa menjadi salah satu cara untuk meredakan
kecemasan atau rasa depresi yang membelenggu Anda. Para tenaga medis mungkin saja
meresepkan obat untuk membantu Anda mengatasi dan mencegah depresi akibat PPOK.

9. Dapatkan dukungan dari keluarga dan teman

Keluarga dan teman adalah sumber bantuan yang berharga. Anggota keluarga dan
mereka yang tercinta perlu mendukung di setiap waktu, terutama jika pengobatan PPOK
Anda sampai harus membutuhkan terapi oksigen.Kehadiran orang terdekat juga penting
saat penderita PPOK melakukan perjalanan ke berbagai tempat.

Menggunakan oksigen portabel di tempat umum bisa sulit untuk dihadapi karena itu
adalah tanda jelas bahwa Anda menderita kondisi ini. Karena itu, kehadiran orang lain
sangat penting untuk membantu merawat Anda dari PPOK. 

Dengan gaya hidup sehat serta kebiasaan baik yang Anda jalankan, tubuh Anda
akan menjadi lebih bugar dan kuat untuk mengatasi gejala PPOK dengan lebih baik,
atau bahkan berhasil melakukan pencegahan.

19
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Bronkitis kronis adalah peradangan dinding saluran bronkus (cabang tenggorok)


yang terjadi menahun. Penyakit ini menyebabkan dinding pada saluran bronkus di paru-
paru menjadi merah, bengkak, dan dipenuhi lendir. Lendir inilah yang kemudian
menyumbat saluran napad dan membuat bernapas menjadi lebih sulit. Emfisemasecara

20
bertahap merusak kantung udara (alveolus) di paru-paru sehingga membuat Anda
semakin sesak napas. Rusaknya kantung udara, akan membuat jumlah alveolus dalam
paru-paru Anda semakin sedikit. Akibatnya, oksigen akan kesulitan untuk masuk dan
karbon dioksida juga sulit keluar. Pencegahan utama dan yang terbaik untuk
menghindari PPOK adalah dengan menghindari paparan rokok, baik secara aktif
maupun pasif. Oleh sebab itu, bagi orang yang tidak merokok disarankan untuk tidak
mencoba rokok dan sebisa mungkin menghindari asapnya. Sedangkan bagi perokok,
cara terbaik adalah berhenti merokok dan juga menghindari paparan asapnya.

SARAN

Saran peneliti yang dapat diberikan terkait hasil penelitian ini pada berbagai pihak untuk
dapat membantu meningkatkan kualitas tidur padapasien PPOK antara lain sebagai
berikut:

1. Bagi Responden dan MasyarakatMasyarakat terutama responden penelitian


diharapkan dapat menerapkan latihan beathing retraining secara teratur
untukmeningkatkan kualitas tidur, mengurangi cemas, mengurangi gejala sesak,

dan dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat khususnya klien PPOK.

2. Bagi Institusi Pelayanan KesehatanProgram terapi nonfarmakologi seperti pemberian


pendidikan dan keterampilan terkait latihan breathing retraining pada pasien PPOK
dapat diberikan sebagai bentuk pelayanan kesehatan untuk mengurangi atau mengatasi
gangguan tidur yang diakibatkan oleh sesak nafas, sehingga pasien yang mengalami
sesak nafas ataupun gangguan pernafasan dapat menggunakan latihan breathing
retaraining.

3. Bagi PenelitianHasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan


pengetahuan mengenai aplikasi breathing retraining pada pasien dengan PPOK.
Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menyempurnakan pembahasan dan aplikasi

21
breathing retraining terhadap kualitas tidur pada pasien PPOK, serta penggunaan lembar
observasi untuk memantau kualitas tidur pasien PPOK sehari setelah melakukan latihan.

DAFTAR PUSTAKA

https://hellosehat.com/pernapasan/ppok/pencegahan-ppok/#gref

https://www.alodokter.com/penyakit-paru-obstruktif-kronis

https://hellosehat.com/pernapasan/ppok/pengertian-ppok/#gref

22

Anda mungkin juga menyukai