Anda di halaman 1dari 24

CONTOH HOME CARE DAN NURSING CENTER YANG ADA DI

INDONESIA

OLEH :

MUSTIKA JUSSI ARUMDANI ( 1914471001)

ZHAVIRA AZZAHRA (1914471002)

SUNYI RAHMASARI (1914471003)

MUHAMMAD HAIKAL PUTRAHADI (1914471004)

POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG


PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN KOTABUMI
T.A 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
wirausaha di bidang kesehatan/keperawatan tentang Homecare ini tepat pada
waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas dosen pada mata kuliah kewirausahaan.Selain itu,makalah ini juga bertujuan
untuk menambah wawasan tentang wirausaha di bidang kesehatan/keperawatan
tentang Homecare bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Deni Metri,S.kep., M.kes dan
Ibu Hasti Primadila,S.kep., MKM selaku dosen pada mata kuliah kewirausahaan
yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan
wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan
demi kesempurnaan makalah ini.
Kotabumi,21 Agustus 2021
 
Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................1
A. Latar Belakang............................................................................................1
B. Tujuan..........................................................................................................1
C. Ruang Lingkup............................................................................................2
BAB 2 MATERI.....................................................................................................3
A. Gambaran Umum........................................................................................3
B. Jenis Usaha.................................................................................................10
C. Ketenagaan.................................................................................................13
D. Pemasaran..................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................18

ii
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kewirausahaan (entrepreneurship) adalah kemampuan kreatif dan inovatif yang
dijadikan dasar, kiat dan sumber daya untuk mencari peluang usaha. Sesuatu yang baru
dan berbeda adalah nilai tambah barang dan jasa yang menjadi sumber keunggulan untuk
dijadikan peluang. Jadi, kewirausahaan merupakan suatu kemampuan dalam menciptakan
nilai tambah di pasar melalui proses pengelolaan sumber daya dengan cara-cara baru dan
berbeda. Terdapat banyak bidang dalam berwirausaha, salah satunya dalam bidang
keperawatan contohnya Home Care.
Menurut Depkes RI (2002) mendefinisikan bahwa home care adalah pelayanan
kesehatan yang berkesinambungan dan komprehensif diberikan kepada individu,
keluarga, di tempat tinggal mereka yang bertujuan untuk meningkatkan,
mempertahankan, memulihkan kesehatan/memaksimalkan kemandirian dan
meminimalkan kecacatan akibat dari penyakit. Layanan diberikan sesuai dengan
kebutuhan pasien/keluarga yang direncanakan, dikoordinir, oleh pemberi layanan melalui
staff yang diatur berdasarkan perjanjian bersama. Salah satu tujuan dari pelayanan
keperawatan professional adalah memberikan pelayanan keperawatan yang holistik
(menyeluruh ) bio, psiko, sosio, dan kultural kepada individu, kelompok dan masyarakat
sesuai dengan kebutuhan dasarnya. Pelayanan yang bersifat holistic ini akan lebih
lengkap dengan pemberian pelayanan keperawatan lanjutan di rumah atau lebih dikenal
dengan istilah home health care. Berdasarkan uraian diatas kami tertarik untuk membuat
makaah dan laporan observasi tentang Home Care.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah konsep dasar Home Care?
2. Bagaimanakah hasil observasi tentang usaha Home Care?

C. Tujuan
Tujuan Khusus
Terselenggaranya pelayanan keperawatan secara menyeluruh, efektif dan efesien yang
berkesinambungan, sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup pasien dan keluarga

1
Tujuan Umum
1. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat semaksimal mungkin.
2. Memudahkan pasien untuk mendapatkan perawatan walaupun berada di rumah.
3. Sebagai sarana menjalin satu kesatuan antara petugas kesehatan dan rumah sakit.
4. Membantu keluarga klien dalam merawat anggota keluarga yang sakit

D. Manfaat
1. Manfaat bagi pasien
a. Agar pasien mengetahui pelayanan yang ada di rumah sakit swasta
b. Agar pasien mengetahui rumah sakit mana saja yang ada pelayanan home care.
c. Agar pasien mampu membandingkan keefektifan dan keefisienan pelayanan yang di
rumah sakit

2. Manfaat bagi perawat


a. Untuk menambah wawasan perawat
b. Agar mengurangi pandangan buruk masyarakat terhadap perawat
c. Untuk memotivasi perawat agar mampu melaksanakan perannya dengan baik

3. Manfaat bagi rumah sakit


a. Untuk mempromosikan rumah sakit
b. Untuk memotivasi rumah sakit merencanakan, membuat/ memperbaharui program–
program rumah sakit yang mampu meningkatkan mutu pelayanan kesehatan terhadap
masyarakat
c. Agar rumah sakit mendapat citra yang baik dimasyarakat

2
BAB 2
MATERI

A. Pengertian
Home Care (HC) menurut Habbs dan Perrin, 1985 adalah merupakan layanan
kesehatan yang dilakukan di rumah pasien (Lerman D. & Eric B.L, 1993), Sehingga home
care dalam keperawatan merupakan layanan keperawatan di rumah pasien yang telah
melalui sejarah yang panjang.
Menurut Depkes RI (2002) mendefinisikan bahwa home care adalah pelayanan
kesehatan yang berkesinambungan dan komprehensif diberikan kepada individu,
keluarga, di tempat tinggal mereka yang bertujuan untuk meningkatkan,
mempertahankan, memulihkan kesehatan/memaksimalkan kemandirian dan
meminimalkan kecacatan akibat dari penyakit. Layanan diberikan sesuai dengan
kebutuhan pasien/keluarga yang direncanakan dikoordinir,oleh pemberi layanan melalui
staff yang diatur berdasarkan perjanjian bersama.
Rice. R, (2001) mengidentifikasi jenis kasus yang dapat dilayani pada program home
care yang meliputi kasus-kasus yang umum pasca perawatan di rumah sakit dan kasus-
kasus khusus klinik dan yang biasa dijumpai di komunitas.
Home care merupakan suatu komponen rentang keperawatan kesehatan yang
berkesinambungan dan komprehensif diberikan kepada individu dan keluarga di tempat
tinggal mereka, yang bertujuan untuk meningkatkan, mempertahankan atau
memulihkan kesehatan atau memaksimalkan tingkat kemandirian dan meminimalkan
akibat dari penyakit.

B. Tujuan
a. Terpenuhinya kebutuhan dasar (bio-psiko-sosial-spiritual) secara mandiri.
b. Meningkatkan perawatan yang yang efektif dan adekuat khususnya untuk anggota
keluarga dengan ketidakmampuan (cacat) atau dengan masalah-masalah khusus.
c. Memperkuat fungsi-fungsi keluarga dan hubungannya satu sama lainnya.
d. Meningkatkan kesehatan keluarga.

3
C. Manfaat
1. Bagi Klien dan Keluarga
a. Program Home Care (HC) dapat membantu meringankan biaya rawat inap yang makin
mahal, karena dapat mengurangi biaya akomodasi pasien, transportasi dan konsumsi
keluarga.
b. Mempererat ikatan keluarga, karena dapat selalu berdekatan pada saat anggoa
keluarga ada yang sakit.
c. Merasa lebih nyaman karena berada dirumah sendiri. d. Makin banyaknya wanita
yang bekerja diluar rumah, sehingga tugas merawat orang sakit yang biasanya dilakukan
ibu terhambat oleh karena itu kehadiran perawat untuk menggantikannya.

2. Bagi Perawat
a. Memberikan variasi lingkungan kerja, sehingga tidak jenuh dengan lingkungan yang
tetap sama.
b. Dapat mengenal klien dan lingkungannya dengan baik, sehingga pendidikan
kesehatan yang diberikan sesuai dengan situasi dan kondisi rumah klien, dengan begitu
kepuasan kerja perawat akan meningkat.
c. Data dan minat pasien.

3. Bagi Rumah Sakit


a. Membuat rumah sakit tersebut menjadi lebih terkenal dengan adanya pelayanan
home care yang dilakukannya..
b. Untuk mengevaluasi dari segi pelayanan yang telah dilakukan.
c. Untuk mempromosikan rumah sakit tersebut kepada masyarakat

D. Keuntungan
a. Setting rumah dapat lebih memberikan kenyamanan klien dalam menjalani perawatan
secara individual.
b. Banyak pasien lebih suka dirawat di rumah.
c. Pengkajian mengenai faktor-faktor linhkungan yang menunjang kesehatan dapat lebih
lengkap karena diobservasi secara langsung sehingga dapat langsung dipertimbangkan
mengenai pelayanan yang cocok untuk klien secar financial dll.

4
d. Penglkajian mengenai pola hidup dan norma-norma keluarga lebih mudah dilakukan.
e. Partisipasi anggota keluarga dapat terfasilitasi dengan baik. f. Menurunkan
nosocomial efection.

E. Kelemahan
a. Biaya perjalanan perawata atau pemberi pelayanan kesehatan di rumah mahal.
b. Kurang efisien dari praktik keperawatan bersama atau kunjungan klien ke ruang
rawat.
c. Distraksi misalnya, anak-anak dan suara TV sulit untuk dihindari.
d. Keamanan perawat dalam melakukan asuhan keperawatan tidak begitu terjaga

F. Lembar Observasi
Nama dan Alamat
Nama : Mutiara Home Care
Alamat : Jln. Bendungan Sutami No. 138 Malang

Bentuk Usaha
Mutiara Home Care ini merupakan bisnis jasa pelayanan kesehatan di rumah milik
Fakultas Ilmu Kesehatan UMM, atau sering disebut sebagai service bussines. Matahari
Home Care ini melakukan perbaikan dalam pengelolaan dan pelayanan kesehatan yang
dikelola secara tim yang terdiri dari beberapa profesi seperti dokter, perawatan
fisioterapi, ahli kesehatan masyarakat yang tergabung dalam satu tim kesehatan.
Perawat yang terlibat dalam usaha ini adalah para alumni perawat dari Fakultas Ilmu
Kesehatan.

Jenis Usaha
Mutiara Home Care merupakan suatu usaha yang bergerak di bidang pelayanan
kesehatan.

5
Kepemilikan
Pemilik Mutiara Home Care ini adalah FIKES Universitas Muhammadiyah Malang,
sedangkan direktur Matahari Home Care saat ini adalah Muhammad Haikal Putrahadi
S.Kep,M.Kep,Sp.Kom.

Lokasi
Lokasi Mutiara Home Care ini berada di jalan Bendungan Sutami No. 138 Malang

Pemasaran
Mutiara Home Care yang berkantor di wilayah Kota Malang menjadikan pasien-pasien
yang di yang dirawat di rumah sakit UMM sebagai daerah pemasarannya secara khusus,
serta seluruh masyarakat di wilayah Malang secara umumnya. Namun tidak menutup
kemungkinan melayani costumer-costumer di wilayah luar Kota Malang.

Simulasi Ekonomis/ Neraca


a.Pembiayaan Sarana Dan Prasarana Dan Obat-Obatan
Nama Barang Harga Keterangan
Suction pump Rp. 300.000/bln 1 x Pemakaian
Kasur Dekubitus Rp. 200.000/bln 1 x pemakaian
Kursi Roda Strecher Rp. 200.000/bln selama perawatan home
care
Oksigen 1 kubik Rp. 100.000/bln 1 x pemakaian
Inhalasi/Nebilizer Rp.100.000/bln 1 x pemakaian
Ventilator Rp. 500.000/hari selama perawatan home
care

b. Biaya Pelayanan Home Care


- Kunjungan dan perawatan paramedis:
1. Rp 50.000 untuk 1 kali kunjungan (berlaku radius 5-30 km)
2. Rp 75.000 untuk 1 kali kunjungan (berlaku radius >30 km)
3. Rp 30.000 untuk 1 kali kunjungan (radius < 5 km)
- Konsul dan kunjungan dokter:

6
1. Kunjungan ke rumah penderita: Rp 250.000,- per kunjungan sesuai radius di atas.
2. Konsul via telepon (hp): Rp50.000,- per hari (1 kali)
3. Sudah termasuk pemeriksaan tanda-tanda vital dan konsultasi.
4. Untuk pemasangan kateter = Rp. 30.000/tindakan
5. Untuk Pemasangan NGT = Rp. 30.000/tindakan
6. Untuk pemasangan infuse = Rp. 40.000/tindakan
7. Tindakan Suctioning = Rp. 30.000/tindakan
8. Untuk perawatan luka dan ganti balutan = Rp. 30.000 / tindakan
9. Jika ada tindakan lainnya diluar daftar tarif dikenakan biaya = Rp. 30.000/tindakan

Persyaratan Pendirian Apotek


Diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 9
Tahun 2017 BAB II Pasal 3-11
 Pasal 3
1) Apoteker dapat mendirikan Apotek dengan modal sendiri dan/atau
modal dari pemilik modal baik perorangan maupun perusahaan.

7
2) Dalam hal Apoteker yang mendirikan Apotek bekerjasama dengan
pemilik modal maka pekerjaan kefarmasian harus tetap dilakukan
sepenuhnya oleh Apoteker yang bersangkutan.
 Pasal 4
Pendirian Apotek harus memenuhi persyaratan, meliputi:
a. lokasi;
b. bangunan;
c. sarana, prasarana, dan peralatan; dan
d. ketenagaan.
 Pasal 5
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dapat mengatur persebaran
Apotek di wilayahnya dengan memperhatikan akses masyarakat
dalam mendapatkan pelayanan kefarmasian.
 Pasal 6
1) Bangunan Apotek harus memiliki fungsi keamanan, kenyamanan,
dan kemudahan dalam pemberian pelayanan kepada pasien serta
perlindungan dan keselamatan bagi semua orang termasuk
penyandang cacat, anak-anak, dan orang lanjut usia.
2) Bangunan Apotek harus bersifat permanen.
3) Bangunan bersifat permanen sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dapat merupakan bagian dan/atau terpisah dari pusat perbelanjaan,
apartemen, rumah toko, rumah kantor, rumah susun, dan bangunan
yang sejenis.
 Pasal 7
Bangunan Apotek sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 paling
sedikit memiliki sarana ruang yang berfungsi:
a. penerimaan Resep;
b. pelayanan Resep dan peracikan (produksi sediaan secara terbatas);
c. penyerahan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan;
d. konseling;
e. penyimpanan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan; dan

8
f. arsip.
 Pasal 8
Prasarana Apotek paling sedikit terdiri atas:
a. instalasi air bersih;
b. instalasi listrik;
c. sistem tata udara; dan
d. sistem proteksi kebakaran.
 Pasal 9
1) Peralatan Apotek meliputi semua peralatan yang dibutuhkan dalam
pelaksanaan pelayanan kefarmasian.
2) Peralatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) antara lain meliputi
rak obat, alat peracikan, bahan pengemas obat, lemari pendingin,
meja, kursi, komputer, sistem pencatatan mutasi obat, formulir
catatan pengobatan pasien dan peralatan lain sesuai dengan
kebutuhan.
3) Formulir catatan pengobatan pasien sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) merupakan catatan mengenai riwayat penggunaan Sediaan
Farmasi dan/atau Alat Kesehatan atas permintaan tenaga medis dan
catatan pelayanan apoteker yang diberikan kepada pasien.
 Pasal 10
Sarana, prasarana, dan peralatan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 7 sampai dengan Pasal 9 harus dalam keadaan terpelihara dan
berfungsi dengan baik.
 Pasal 11
1) Apoteker pemegang SIA dalam menyelenggarakan Apotek dapat
dibantu oleh Apoteker lain, Tenaga Teknis Kefarmasian dan/atau
tenaga administrasi.
2) Apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dan ayat (2) wajib memiliki surat izin praktik sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

9
1. Perizinan Apotek
Diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 9
Tahun 2017 BAB III Pasal 12-15
 Pasal 12
(1) Setiap pendirian Apotek wajib memiliki izin dari Menteri.
(2) Menteri melimpahkan kewenangan pemberian izin
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota.
(3) Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berupa SIA.
(4) SIA berlaku 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang selama
memenuhi persyaratan.
 Pasal 13
1) Untuk memperoleh SIA, Apoteker harus mengajukan permohonan
tertulis kepada Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dengan
menggunakan Formulir 1.
2) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
ditandatangani oleh Apoteker disertai dengan kelengkapan
dokumen administratif meliputi:
a. fotokopi STRA dengan menunjukan STRA asli;
b. fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP);
c. fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak Apoteker;
d. fotokopi peta lokasi dan denah bangunan; dan
e. daftar prasarana, sarana, dan peralatan.
3) Paling lama dalam waktu 6 (enam) hari kerja sejak menerima
permohonan dan dinyatakan telah memenuhi kelengkapan
dokumen administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota menugaskan tim pemeriksa
untuk melakukan pemeriksaan setempat terhadap kesiapan Apotek
dengan menggunakan Formulir 2.
4) Tim pemeriksa sebagaimana dimaksud pada ayat (3) harus
melibatkan unsur dinas kesehatan kabupaten/kota yang terdiri atas:

10
a. tenaga kefarmasian; dan
b. tenaga lainnya yang menangani bidang sarana dan prasarana.
5) Paling lama dalam waktu 6 (enam) hari kerja sejak tim pemeriksa
ditugaskan, tim pemeriksa harus melaporkan hasil pemeriksaan
setempat yang dilengkapi Berita Acara Pemeriksaan (BAP) kepada
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dengan menggunakan
Formulir 3.
6) Paling lama dalam waktu 12 (dua belas) hari kerja sejak
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota menerima laporan
sebagaimana dimaksud pada ayat (5) dan dinyatakan memenuhi
persyaratan, Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota menerbitkan SIA
dengan tembusan kepada Direktur Jenderal, Kepala Dinas
Kesehatan Provinsi, Kepala Balai POM, Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota, dan Organisasi Profesi dengan menggunakan
Formulir 4.
7) Dalam hal hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (5)
dinyatakan masih belum memenuhi persyaratan, Pemerintah
Daerah Kabupaten/Kota harus mengeluarkan surat penundaan
paling lama dalam waktu 12 (dua belas) hari kerja dengan
menggunakan Formulir 5.
8) Tehadap permohonan yang dinyatakan belum memenuhi
persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (7), pemohon dapat
melengkapi persyaratan paling lambat dalam waktu 1 (satu) bulan
sejak surat penundaan diterima.
9) Apabila pemohon tidak dapat memenuhi kelengkapan persyaratan
sebagaimana dimaksud pada ayat (8), maka Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota mengeluarkan Surat Penolakan dengan
menggunakan Formulir 6.
10) Apabila Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dalam menerbitkan
SIA melebihi jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (6),

11
Apoteker pemohon dapat menyelenggarakan Apotek dengan
menggunakan BAP sebagai pengganti SIA.
 Pasal 14
1) Dalam hal pemerintah daerah menerbitkan SIA sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 13 ayat (6), maka penerbitannya bersama
dengan penerbitan SIPA untuk Apoteker pemegang SIA.
2) Masa berlaku SIA mengikuti masa berlaku SIPA.
 Pasal 15
1) Setiap perubahan alamat di lokasi yang sama atau perubahan
alamat dan pindah lokasi, perubahan Apoteker pemegang SIA, atau
nama Apotek harus dilakukan perubahan izin.
2) Apotek yang melakukan perubahan alamat di lokasi yang sama
atau perubahan alamat dan pindah lokasi, perubahan Apoteker
pemegang SIA, atau nama Apotek, wajib mengajukan permohonan
perubahan izin kepada Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota.
3) Terhadap Apotek yang melakukan perubahan alamat di lokasi yang
sama atau perubahan nama Apotek sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) tidak perlu dilakukan pemeriksaan setempat oleh tim
pemeriksa.
4) Tata cara permohonan perubahan izin bagi Apotek yang melakukan
perubahan alamat dan pindah lokasi atau perubahan Apoteker
pemegang SIA sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mengikuti
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13.

2. 5W+1H Apotek
a. What
 Jenis usaha apa yang kita tawar?
 Jenis usaha di bidang perdagangan dengan mendirikan
apotek dengan nama apotek melati.

b. Who

12
 Siapa sasaran pembelinya?
 Orang yang membutuhkan obat dari resep dokter atau
non resep.
 Orang yang membutuhkan obat tradisional.
 Orang yang membutuhkan vitamin.
 Orang yang suka merawat diri dengan produk
kosmetik.
 Orang yang membutuhkan alat kesehatan.

c. Where
 Dimana akan dijalankan?
 Apotek melati akan dijalankan depan RS Candimas
Medical Center

d. When
 Kapan usaha akan dimulai?
 Usaha apotek melati akan dimulai pada tanggal 1
Januari 2022 dengan jam operasional mulai pukul 7.00-
18.00 dan buka setiap hari

e. Why
 Mengapa jenis usaha ini yang kita pilih?
 Apotek merupakan jenis usaha yang sangat menjajikan
untung yang sangat besar dikarenakan usaha ini selalu
dibutuhkan masyarakat dalam memelihara kesehatan
agar tetap optimal

f. How
 Bagaimana anda akan menjalankannya?
 Apotek melati menjalankan usaha dengan pengelolaan
yang biasa dilakukan antara lain: Pengadaan,

13
penyimpanan, penyaluran, pelaporan dan pengelolaan
Sumber Daya

G. Jenis Usaha
Apotek merupakan salah satu jenis usaha yang bergerak dalam bidang
perdagangan.Tidak hanya menjalankan pekerjaan kefarmasian, tetapi tugas pokok
dan fungsi apotek juga harus dijalankan dengan sebaik–baiknya sesuai dengan
standard prosedur yang telah ditetapkan.
Pengelolaan yang biasa dilakukan di apotek antara lain:
1. Pengadaan
Apotek menggunakan sistem pemesanan salesman yang datang langsung
ke apotek atau melalui pesawat telepon untuk memenuhi pengadaan
barang. Masalah yang sering dihadapi di apotek dalam pengadaan yaitu
keterlambatan dalam pengadaan obat yang disebabkan oleh kekosongan
pabrik, dalam mengatasi masalah ini dilakukan dengan cara memesan obat
dari jauh–jauh hari dan tidak menunggu stok obat tersebut kosong.2
Pemesanan dari jauh-jauh hari ditujukan agar apotek mempunyai cadangan
stok apabila persediaan obat-obatan yang dimaksud menipis dan
permintaan akan obat tersebut terus ada setiap hari, sehingga pasien atau
masyarakat tidak perlu khawatir akan ketersediaan obat.

2. Penyimpanan
Untuk menyimpan sediaan obat dan alat kesehatan di apotek di susun
berdasarkan abjad, bentuk sediaan dan stabilitas atau kesesuaian suhu pada
penyimpanan obat dan yang dimaksudkan dalam hal tersebut yaitu:
a) Golongan obat
Penyimpanan obat berdasarkan golongan obat, seperti obat bebas, bebas
terbatas obat keras dan obat narkotik. Tidak mengalami masalah yang
berarti dan sesuai dengan standar yang ditetapkan.
b) Abjad

14
Penyimpanan obat yang letaknya berdasarkan abjad agar dalam pencarian
dan pngelolaan obat tidak terganggu.
c) Bentuk sediaan
Penyimpanan obat berdasarkan bentuk sediaannya, seperti sirup bebas,
sirup ASKES, salep, injeksi, cairan dan lain-lain.
d) Suhu
Penyimpanan obat berdasarkan suhu penyimpanan agar obat tidak rusak,
seperti insulin disimpan dalam lemari es supaya tidak merusak bentuk dan
khasiatnya.

3. Penyaluran
Penyaluran obat di apotek dilakukan dengan 2 (dua) macam cara,
diantaranya:
a) Resep
Resep yang dilayani ada dua yaitu resep ASKES dan non ASKES

b) Non resep
Pembelian obat yang dilakukan tidak menggunakan resep atau penjualan
obat bebas. Masalah yang sering dihadapi adalah penyaluran obat
psikotropika yang disalurkan bebas tanpa menggunakan resep dokter
maupun petunjuk dokter, penyaluran itu tidak sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.

4. Pelaporan
Pelaporan di apotek antara lain:
a) Laporan harian merupakan laporan yang berisikan tentang barang yang
terjual, pengeluaran dan pemasukan obat yang masuk. Laporan harian
yang dilakukan sesuai jumlah obat yang masuk dan keluar setiap harinya.
b) Laporan bulanan biasanya berisi tentang laporan obat golongan Narkotika
dan Psikotropika yang masuk dan keluar dalam kurun waktu satu bulan.

15
Laporan Narkotika dan Psikotropika dilakukan oleh seorang asisten
apoteker yang diserahkan kepada Dinas Kesehatan dan laporan narkotika
dan psikotropika diserahkan setiap bulan sebelum tanggal 10, disertai
dengan surat pengantar dari apoteker pengelola.

Dalam penulisan obat-obatan yang didalamnya mengandung Narkotika


dan Psikotropika harus memenuhi beberapa syarat-syarat, diantaranya:
a) Ditulis oleh dokter serta diberi garis merah di bawah obat,
b) resep berlaku hanya satu kali/ tidak boleh di salin,
c) ada alamat dokter,
d) ada alamat pasien
5. Pengelolaan Sumber Daya
a) Sumber Daya Manusia
Sesuai ketentuan perundangan yang berlaku apotek harus dikelola oleh
seorang apoteker profesional. Dalam pengelolaan apotek, apoteker
senantiasa harus memiliki kemampuan menyediakan dan memberikan
pelayanan yang baik, mengambil keputusan yang tepat, mampu
berkomunikasi antar profesi, menempatkan diri sebagai pemimpin dalam
situasi multidisipliner, kemampuan mengelola SDM secara efektif, selalu
belajar sepanjang karier dan membantu memberi pendidikan dan memberi
peluang untuk meningkatkan pengetahuan.
b) Sarana dan Prasarana
Apotek berlokasi pada daerah yang dengan mudah dikenali oleh
masyarakat. Pada halaman terdapat papan petunjuk yang dengan jelas
tertulis kata apotek. Apotek harus dengan mudah di akses anggota
masyarakat. Pelayanan produk kefarmasian diberikan pada tempat terpisah
dari aktivitas pelayanan dan penjualan produk lainnya, hal ini berguna
untuk menunjukkan integritas dan kualitas produk serta mengurangi resiko
kesalahan penyerahan.

Apotek harus memiliki:

16
a) Ruang tunggu yang nyaman bagi pasien.
b) Tempat untuk mendisplai informasi bagi pasien, termasuk penempatan
brosur/materi informasi.
c) Ruangan tertutup untuk konseling bagi pasien yangt dilengkapi dengan
meja dan kursi serta lemari untuk menyimpan catatan medikasi pasien.
d) Ruang racikan.
e) Tempat pencucian alat.

H. Ketenagaan
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Indonesia Nomor 9 Tahun 2017
Tentang Apotek:
1. Tenaga Kefarmasian adalah tenaga yang melakukan pekerjaan
kefarmasian, yang terdiri atas Apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian.
2. Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai Apoteker dan
telah mengucapkan sumpah jabatan Apoteker.
3. Tenaga Teknis Kefarmasian adalah tenaga yang membantu Apoteker
dalam menjalankan pekerjaan kefarmasian, yang terdiri atas Sarjana
Farmasi, Ahli Madya Farmasi dan Analis Farmasi.
4. Surat Tanda Registrasi Apoteker yang selanjutnya disingkat STRA adalah
bukti tertulis yang diberikan oleh konsil tenaga kefarmasian kepada
apoteker yang telah diregistrasi.
5. Surat Izin Apotek yang selanjutnya disingkat SIA adalah bukti tertulis
yang diberikan oleh pemerintah daerah kabupaten/kota kepada Apoteker
sebagai izin untuk menyelenggarakan Apotek.
6. Surat Izin Praktik Apoteker yang selanjutnya disingkat SIPA adalah bukti
tertulis yang diberikan oleh pemerintah daerah kabupaten/kota kepada
Apoteker sebagai pemberian kewenangan untuk menjalankan praktik
kefarmasian.
7. Surat Izin Praktik Tenaga Teknis Kefarmasian yang selanjutnya disingkat
SIPTTK adalah bukti tertulis yang diberikan oleh pemerintah daerah

17
kabupaten/kota kepada tenaga teknis kefarmasian sebagai pemberian
kewenangan untuk menjalankan praktik kefarmasian
Selain Apoteker dan Tenaga Kefarmasian apotek juga memerlukan beberapa
ketenagaan antara lain:
1. Pemilik saham/pemilik lahan
Adalah individu maumpun kelompok yang memiliki saham ataupun lahan
dengan latar belakang pendidikan berbeda termasuk perawat untuk
mendirikan apotek.
2. Bagian pemasaran
Adalah individu yang bertugas untuk memasarkan produk apotek mulai
dari promosi sampe memikat para pelanggan dengan beberapa
keterambilan pemasaran yang baik.
3. Kasir
Adalah individu yang bertugas dalam pembayaran produk apotek yang
dibeli oleh pelanggan
4. Petugas gudang
Adalah individu yang bertugas untuk mengelola penyimpanan barang di
gudang agar tersimpan dengan baik
5. Petugas pembelian
Adalah petugas yang melayani pembeli mulai dari mencari produk yang
dicari,mengarahkan pembeli ke kasir untuk pembayaran
6. Petugas pelaporan
Adalah petugas yang bertugas dalam pencatatan pelaporan harian dan
pelaporan bulanan
7. Petugas kebersihan
Adalah petugas yang bertugas menjaga kebersihan apotek demi
meningkatkan kenyamanan pelanggan

I. Pemasaran
Dalam memaksimalkan pemasaran digunakanlah marketing mix,
marketing mix adalah sebagai seperangkat variabel pemasaran, yang dapat

18
dikendalikan dan dipadukan perusahaan untuk menghasilkan tanggapan yang
diinginkan didalam pasar sasaran. Bauran pemasaran terdiri atas segala sesuatu
yang dapat dilakukan oleh perusahaan untuk mempengaruhi permintaan terhadap
produknya kegiatan – kegiatan yang dimaksud dalam definisi tersebut adalah
keputusan dalam empat variabel, yaitu produk, price, place dan promosi.
1. Produk
Apotek melati menjual obat-obatan,obat tradisional,vitamin,kosmetik dan
berbagai alat kesehatan

2. Price
Apotek melati menentukan harga berdasarkan rumus Harga Jual Apotek
(HJA)
Rumus:
HJA=HNA+PPN+PROFIT
Ket:
HJA: Harga Jual Apotek
HNA: Harga Netto Apotek
PPN: Pajak Pertambahan Nilai
Profit: Jumlah Keuntungan Yang Akan Diambil

Rentang Harga
a. Obat-obatan:2.500-100.000
b. Obat tradisional:5.000-70.000
c. Vitamin:10.000-85.000
d. Kosmetik:10.000-90.000
e. Alat kesehatan:25.000-200.000

3. Place
Apotek melati memilih tempat didepan RS Candimas Medical Center
dikarenakan strategis dan belom ada apotek lain yang berdiri didepan RS
tersebut sehingga dapat menarik pelanggan lebih banyak.

19
4. Promosi
Apotek melati menggunakan cara promosi dengan media cetak dan media
sosial. Media cetak seperti pembagian brosur,leaflet dan banner yang
dipasang didepan toko. Promosi dengan media sosial yaitu melalui fb dan
ig dengan memberikan konten kesehatan diselingi dengan produk produk
obat dengan desain yang menarik sehingga mendapatkan banyak pembaca.

DAFTAR PUSTAKA

Bagaskara, Prima Palaphan. 2016. Kebijakan Pengawasan Pemeliharaan Farmasi


Oleh Pemerintah Kabupaten Bantul. Skripsi. Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta. Yogyakarta.

20
Kepmenkes RI No. 1027/MENKES/SK/IX/2004, tentang Standar Pelayanan
Farmasi di Apotek.Jakarta: Depkes RI

Kemenkes RI. 2017. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 9


Tahun 2017 tentang apotek. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia

JMC. 2020. “Cara Meningkatkan Omset Penjualan Apotek Dengan Jangkauan


Luas”, https://www.jmc.co.id/blog/5-cara-meningkatkan-omset-
penjualan-apotek-dengan-jangkauan-luas/, diakses pada 21 Agustus 2021
pukul 10.00.

SwipeRX. 2021. “4 Tahap Strategi Marketing Bisnis Apotek”,


https://belanja.swiperxapp.com/4-tahap-strategi-marketing-bisnis-
apotek/, diakses pada 21 Agustus 2021 pukul 10.05.

Sari. W, Irine Diana. 2010. Manajemen Pemasaran Usaha Kesehatan. Cetakan


Keempat. Yogyakata: Nuha Medika.

Fahmi, Irham. 2013. Kewirausahaan Teori, Kasus, dan Solusi. Bandung:


Alfabeta.

21

Anda mungkin juga menyukai