Anda di halaman 1dari 45

MAKALAH

“ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN KONDISI KHUSUS USIA LANJUT


& PERAWATAN PALLIATIVE CARE”

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Home Care

Dosen Pengampu : Rus Andraini,A.Kp,M.P.H

DISUSUN OLEH :

Amelia Putri Atmaja P07220118064


Bella Dwi Andika P07220118070
Jordy Riyan Elvano P07220118088
Mardiyana P07220118082
Zhakia Nabillah Matali P07220118110

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIANKESEHATAN
KALIMANTAN TIMUR
TAHUN AJARAN
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan karuniannya
laporan ini dapat terselesaikan. Dalam penyelesaian makalah ini,saya banyak mengalami
kesulitan,terutama disebabkan oleh kurangnya pengetahuan yang menunjang. Saya
menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini masih banyak kekurangan, oleh sebab itu
saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Dari makalah ini
insyaallah yang lain akan mendapatkan pengetahuan yang lebih luas dan lebih mudah
mengingatnya. Dan semoga dengan selesainya makalah ini dapat bermanfaat bagi
pembaca dan teman-teman. Amin. Salam.

Balikpapan, 14 Agustus 2019

Penyusun

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................................2
DAFTAR ISI.................................................................................................................................2
BAB I............................................................................................................................................2
PENDAHULUAN........................................................................................................................2
A.Latar Belakang......................................................................................................................2
B.Rumusan Masalah..................................................................................................................2
C.Tujuan....................................................................................................................................2
BAB II Tinjauan Teori
A. Konsep Home Care
…………………………………………………………………………………………....3
B. Konsep Lansia…………………………………………………………………………………….

C. Teori End Of Life Konsep Paliatif………………………………………………………..


BAB III Asuhan Keperawatan Paliatif Pada Pasien Gagal Jantung dengan Konsep
Peaceful end of life……………………………………………………………………. 25

BAB IV Penutup....................................................................................................................42
A. Kesimpulan....................................................................................................................452
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................452
BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang
Klien dengan usia lanjut dan memiliki kondisi khusus atau penyakit yang harapan
untuk sembuh sangat rendah, tentu memerlukan penanganan lebih dari pasien
paliatif dengan usia yang masih muda. Memahami bahwa tindakan paliatif kepada
pasien lansia dengan kondisi khusus bertujuan untuk mengurangi rasa sakit pada
lansia, meningkatkan rasa nyaman, meningkatkan kualitas hidup pasien lansia,
membantu pasien lansia melakukan aktifitas yang poitif dan mampu aktif selama
hidup,juga memberikan support kepada keluarganya. Meski pada akhirnya pasien
meninggal, yang terpenting sebelum meninggal dia sudah siap secara psikologis
dan spiritual, serta tidak stres menghadapi penyakit yang dideritanya.Perawatan
paliatif sangat luas dan melibatkan tim interdisipliner yang tidak hanya mencakup
dokter dan perawat tetapi mungkin juga ahli gizi, ahli fisioterapi, pekerja sosial,
psikolog/psikiater, rohaniwan, dan lainnya yang bekerja secara terkoordinasi dan
melayani sepenuh hati. Perawatan dapat dilakukan secara rawat inap, rawat jalan,
rawat rumah (home care), day care dan respite care.Rawat rumah dilakukan
dengan kunjungan ke rumah pasien, terutama mereka yang tidak dapat pergi ke
rumah sakit. Kunjungan dilakukan oleh tim untuk memantau dan memberikan
solusi atas masalah-masalah yang dialami pasien dan keluarganya, baik masalah
medis maupun psikis, sosial, dan spiritual.

B.Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari homecare?
2. Apa tujuan dari homecare?
3. Apa manfaat dari homecare?
4. Apa konsep/model dari homecare?
5. Bagaimana mekanisme pelayanan home care?
6. Apa pengertian dari lansia?
7. Apa saja tipe-tipe dari lansia?
8. Bagaimana melakukan perawatan paliatif kepada pasien lansia dengan kondisi
khusus?
C.Tujuan
1. Mengerti dan memahami pengertian dari homecare
2. Memahami dan mengetahui tujuan dari homecare
3. Mengetahu memahami manfaat dari homecare
4. Mengetahui dan memahami konsep dari homecare
5. Mengetahui dan memahami mekanisme pelayanan homecare
6. Mengetahui dan memahami pengertian dari lansia
7. Mengetahui tipe-tipe dari lansia
8. Mengetahui dan memahami cara melakukan tindakan paliatif pada pasien lansia
dengan kondisi khusus.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Homecare
1. Pengertian
Menurut Departemen Kesehatan (2002) menyebutkan bahwa home care adalah
pelayanan kesehatan yang berkesinambungan dan komprehensif yang diberikan kepada
individu dan keluarga di tempat tinggal mereka yang bertujuan untuk meningkatkan,
mempertahankan atau memulihkan kesehatan atau memaksimalkan tingkat kemandirian
dan meminimalkan akibat dari penyakit.
Pelayanan diberikan sesuai dengan kebutuhan pasien atau keluarga yang direncanakan
dan dikoordinasi oleh pemberi pelayanan melalui staf yang diatur berdasarkan perjanjian
bersama. Sedangkan menurut Neis dan Mc Ewen (2001) menyatakan home health care
adalah sistem dimana pelayanan kesehatan dan pelayanan sosial diberikan di rumah
kepada orang-orang yang cacat atau orang-orang yang harus tinggal di rumah karena
kondisi kesehatannya.
Home Care (HC) menurut Habbs dan Perrin, 1985 adalah merupakan layanan
kesehatan yang dilakukan di rumah pasien (Lerman D. & Eric B.L, 1993), Sehingga
home care dalam keperawatan merupakan layanan keperawatan di rumah pasien yang
telah melalui sejarah yang panjang.
Di beberapa negara maju,” home care “ (perawatan di rumah ), bukan merupakan konsep
yang baru, tapi telah dikembangkan oleh William Rathbon sejak tahun 1859 yang dia
namakan perawatan di rumah dalam bentuk kunjungan tenaga keperawatan ke rumah
untuk mengobati klien yang sakit dan tidak bersedia dirawat di rumah sakit.
Dari beberapa literatur pengertian “home care” adalah:
a. Perawatan dirumah merupakan lanjutan asuhan keperawatan dari rumah sakit
yang sudah termasuk dalam rencana pemulangan (discharge planning ) dan dapat
dilaksanakan oleh perawat dari rumah sakit semula, oleh perawat komunitas di mana
pasien berada, atau tim keperawatan khusus yang menangani perawatan di rumah.
b. Perawatan di rumah merupakan bagian dari asuhan keperawatan keluarga, sebagai
tindak lanjut dari tindakan unit rawat jalan atau puskesmas.
c. Pelayanan kesehatan berbasis dirumah merupakan suatu komponen rentang
keperawatan kesehatan yang berkesinambungan dan komprehensif diberikan kepada
individu dan keluarga di tempat tinggal mereka, yang bertujuan untuk
meningkatkan,mempertahankan atau memulihkan kesehatan atau memaksimalkan tingkat
kemandirian dan meminimalkan akibat dari penyakit termasuk penyakit terminal.
d.  Pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan pasien individu dan keluarga,
direncanakan, dikoordinasikan dan disediakan oleh pemberi pelayanan yang diorganisir
untuk memberi pelayanan di rumah melalui staf atau pengaturan berdasarkan perjanjian
kerja (kontrak) (warola,1980 dalam Pengembangan Model Praktek Mandiri keperawatan
dirumah yang disusun oleh PPNI dan Depkes).

2. Tujuan
Berikut ini adalah tujuan perawatan kesehatan di rumah (Efendi, 2009):
1. Membantu klien memelihara atau meningkatkan status kesehatan dan kualitas
hidupnya.
2. Meningkatkan keadekuatan dan keefektifan perawatan pada anggota keluarga
dengan masalah kesehatan dan kecacatan
3. Membantu klien untuk tinggal atau kembali ke rumah dan mendapatkan
perawatan yang diperlukan, rehabilitasi, atau perawatan paliatif
4. Biaya kesehatan akan lebih terkendali
3. Manfaat
Perawatan kesehatan di rumah memiliki manfaat baik untuk keluarga maupun
perawat. Manfaat tersebut adalah sebagai berikut (Efendi, 2009):
1. Manfaat untuk keluarga
a. Biaya kesehatan akan lebih terkendali
b. Mempererat ikatan keluarga karena dapat berdekatan dengan anggota keluarga
yang lain saat sakit
c. Merasa lebih nyaman karena berada di rumah sendiri
2. Manfaat untuk perawat
a. Memberikan variasi lingkungan kerja sehingga tidak jenuh dengan lingkungan
yang sama
b. Dapat mengenal lingkungan dan klien dengan baik sehingga pendidikan
kesehtan yang diberikan sesuai dan kondisi rumah klien.

4. Konsep Home care


a.   Teori Lingkungan (Florence Nightingale)
Lingkungan menurut Nightingale merujuk pada lingkungan fisik eksternal yang
mempengaruhi proses penyembuhan dan kesehatan yang meliputi lima komponen
lingkungan terpenting dalam mempertahankan kesehatan individu yang meliputi
1)      udara bersih,
2)      air yang bersih,
3)      pemeliharaan yang efisien
4)      kebersihan, serta
5)      penerangan/pencahayaan

Nightingale lebih menekankan pada lingkungan fisik daripada lingkungan sosial


dan psikologis yang dieksplor secara lebih terperinci dalam tulisannya.
Penekanannya terhadap lingkungan sangat jelas melalui pernyataannnya bahwa
jika ingin meramalkan masalah kesehatan, maka yang harus dilakukan adalah
mengkaji keadaan rumah, kondisi dan cara hidup seseorang daripada mengkaji
fisik/tubuhnya.

b.  Teori konsep manusia sebagai unit (Martha E. Rogers)

Dalam memahami konsep model dan teori ini,Rogers berasumsi bahwa manusia
merupakan satu kesatuan yang utuh,yang memiliki sifat dan karakter yang
berbeda – beda. Dalam proses kehidupan manusia yang dinamis, manusia dalam
proses kehidupan manusia setiap individu akan berbeda satu dengan yang lain dan
manusia diciptakan dengan karakteristik dan keunikan tersendiri. Asumsi tersebut
didasarkan pada kekuatan yang berkembang secara alamiah yaitu keutuhan
manusia dan lingkungan,kemudian system ketersediaan sebagai satu kesatuan
yang utuh serta proses kehidupan manusia berdasarkan konsep homeodinamik
yang terdiri dari integritas,resonansi dan helicy. Integritas berarti individu sebagai
satu kesatuan dengan lingkungan yang tidak dapat dipisahkan, dan saling
mempengaruhi satu dengan yang lain. Resonansi mengandung arti bahwa proses
kehidupan antara individu dengan lingkungan berlangsung dengan berirama
dengan frekuensi yang bervariasi dan helicy merupakan proses terjadinya interaksi
antara manusia dengan lingkungan akan terjadi perubahan baik perlahan – lahan
maupun berlangsung dengan cepat. Menurut Rogers (1970), tujuan keperawatan
adalah untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatan, mencegah kesakitan,
dan merawat serta merehabilitasi klien yang sakit dan tidak mampu dengan
pendekatan humanistik keperawatan. Menurut Rogers, 1979 Kerangka Kerja
Praktik: “Manusia utuh” meliputi proses sepanjang hidup. Klien secara terus
menerus berubah dan menyelaraskan dengan lingkungannya.

c.  Teori Transkultural nursing (Leininger)

Leininger percaya bahwa tujuan teori ini adalah untuk memberikan pelayanan
yang berbasis pada kultur. Dia percaya bahwa perawat harus bekerja dengan
prinsip ”care” dan pemahaman yang dalam mengenai ”care” sehingga culture‟s
care, nilai-nilai, keyakinan, dan pola hidup memberikan landasan yang realiabel
dan akurat untuk perencanaan dan implementasi yang efektif terhadap pelayanan
pada kultur tertentu. Dia meyakini bahwa seorang perawat tidak dapat
memisahkan cara pandangan dunia, struktur sosial dan keyakinan kultur (orang
biasa dan profesional) terhadap kesehatan, kesejahteraan , sakit, atau pelayanan
saat bekerja dalam suatu kelompok masyarakat tertentu, karena faktor-faktor ini
saling berhubungan satu sama lain. Struktur sosial seperti kepercayaan, politik,
ekonomi dan kekeluargaaan adalah kekuatan signifikan yang berdampak pada
”care” dan mempengaruhi kesejahteraan dan kondisi sakit.

d.  Theory of Human Caring (Watson, 1979)


Teori ini mempertegas bahwa caring sebagai jenis hubungan dan transaksi yang
diperlukan antara pemberi dan penerima asuhan untuk meningkatkan dan
melindungi pasien sebagai manusia, dengan demikian mempengaruhi
kesanggupan pasien untuk sembuh. Pandangan teori Jean Watson ini memahami
bahwa manusia memiliki empat cabang kebutuhan manusia yang saling
berhubungan diantaranya kebutuhan dasar biofisikial (kebutuhan untuk hidup)
yang meliputi kebutuhan makanan dan cairan, kebutuhan eliminasi dan kebutuhan
ventilasi, kebutuhan psikofisikal (kebutuhan fungsional) yang meliputi kebutuhan
aktivitas dan istirahat, kebutuhan seksual, kebutuhan psikososial (kebutuhan untuk
integrasi) yang meliputi kebutuhan untuk berprestasi, kebutuhan organisasi, dan
kebutuhan intra dan interpersonal (kebutuhan untuk pengembangan) yaitu
kebutuhan aktualisasi diri.

e.  Teori Self Care (Dorothea Orem)


Pandangan teori Orem dalam tatanan pelayanan keperawatan ditujukan kepada
kebutuhan individu dalam melakukan tindakan keperawatan mandiri serta
mengatur dalam kebutuhannya. Dalam konsep praktik keperwatan Orem
mengembangkan tiga bentuk teori Self Care, di antaranya:

1)  Perawatan Diri Sendiri (Self Care)


  Self Care: merupakan aktivitas dan inisiatif dari individu serta dilaksananakan
oleh individu itu sendiri dalam memenuhi serta mempertahankan kehidupan,
kesehatan serta kesejahteraan.
Self Care Agency: merupakan suatu kemampuan individu dalam melakukan
perawatan diri sendiri, yang dapat dipengaruhi oeh usia, perkembangan,
sosiokultural, kesehatan dan lain-lain.
Theurapetic Self Care Demand: tuntutan atau permintaan dalam perawatan diri
sendiri yang merupakan tindakan mandiri yang dilakukan dalam waktu tertentu
untuk perawatan diri sendiri dengan menggunakan metode dan alat dalam
tindakan yang tepat.
Self Care Requisites: kebutuhan self care merupakan suatu tindakan yang
ditujukan pada penyediaan dan perawatan diri sendiri yang bersifat universal dan
berhubungan dengan proses kehidupan manusia serta dalam upaya mepertahankan
fungsi tubuh. Self Care Reuisites terdiri dari beberapa jenis, yaitu: Universal Self
Care Requisites (kebutuhan universal manusia yang merupakan kebutuhan dasar),
Developmental Self Care  Requisites (kebutuhan yang berhubungan
perkembangan indvidu) dan Health Deviation Requisites (kebutuhan yang timbul
sebagai hasil dari kondisi pasien).

2)      Self Care Defisit

Self Care Defisit merupakan bagian penting dalam perawatan secara umum di
mana segala perencanaan keperawatan diberikan pada saat perawatan
dibutuhkan.Keperawatan dibutuhkan seseorang pada saat tidak mampu atau
terbatas untuk melakukan self carenya secara terus menerus. Self care defisit
dapat diterapkan pada anak yang belum dewasa, atau kebutuhan yang melebihi
kemampuan serta adanya perkiraan penurunan kemampuan dalam perawatan dan
tuntutan dalam peningkatan self care, baik secara kualitas maupun kuantitas.
Dalam pemenuhan perawatan diri sendiri serta membantu dalam proses
penyelesaian masalah, Orem memiliki metode untuk proses tersebut diantaranya
bertindak atau berbuat untuk orang lain, sebagai pembimbing orang lain, memberi
support, meningkatkan pengembangan lingkungan untuk pengembangan pribadi
serta mengajarkan atau mendidik pada orang lain.
f.       Teori Dinamic dan Self Determination for Self Care (Rice)
Perawat sebagai fasilitator dan koordinator dari pilihan keseimbangan sehat sakit
yang ditetapkan oleh pasien. (Aziz Alimul Hidayat, 2004)

B. Lansia
1. Pengertian

Menurut UU no 4 tahun 1945 Lansia adalah seseorang yang mencapai umur 55


tahun, tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk keperluan hidupnya sehari-hari dan
menerima nafkah dari orang lain (Wahyudi, 2000). Usia lanjut adalah sesuatu yang
harus diterima sebagai suatu kenyataan dan fenomena biologis. Kehidupan itu akan
diakhiri dengan proses penuaan yang berakhir dengan kematian (Hutapea, 2005).Usia
lanjut adalah suatu proses alami yang tidak dapat dihindari (Azwar, 2006).Menua
secara normal dari system saraf didefinisikan sebagai perubahan oleh usia yang terjadi
pada individu yang sehat bebas dari penyakit saraf “jelas” menua normal ditandai
oleh perubahan gradual dan lambat laun dari fungsi-fungsi tertentu (Tjokronegroho
Arjatmo dan Hendra Utama,1995).Menua (menjadi tua) adalah suatu proses
menghilangnya secara perlahan lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri
atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan
terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Constantinides 1994).
Proses menua merupakan proses yang terus menerus (berlanjut) secara alamiah
dimulai sejak lahir dan umumnya dialami pada semua makhluk hidup (Nugroho
Wahyudi, 2000).

2. Tipe-Tipe Lansia

Pada umumnya lansia lebih dapat beradaptasi tinggal di rumah sendiri daripada
tinggal bersama anaknya. Menurut Nugroho W ( 2000) adalah:

1. Tipe Arif Bijaksana: Yaitu tipe kaya pengalaman, menyesuaikan diri dengan
perubahan zaman, ramah, rendah hati, menjadi panutan.
2. Tipe Mandiri: Yaitu tipe bersifat selektif terhadap pekerjaan, mempunyai
kegiatan.
3. Tipe Tidak Puas: Yaitu tipe konflik lahir batin, menentang proses penuaan yang
menyebabkan hilangnya kecantikan, daya tarik jasmani, kehilangan kekuasaan,
jabatan, teman.
4. Tipe Pasrah: Yaitu lansia yang menerima dan menunggu nasib baik.
5. Tipe Bingung: Yaitu lansia yang kehilangan kepribadian, mengasingkan diri,
minder, pasif, dan kaget

3. Batasan Lansia

Menurut WHO, batasan lansia meliputi:

1. Usia Pertengahan (Middle Age), adalah usia antara 45-59 tahun


2. Usia Lanjut (Elderly), adalah usia antara 60-74 tahun
3. Usia Lanjut Tua (Old), adalah usia antara 75-90 tahun
4. Usia Sangat Tua (Very Old), adalah usia 90 tahun keatas
Menurut Dra.Jos Masdani (psikolog UI), mengatakan lanjut usia merupakan
kelanjutan dari usia dewasa. Kedewasaan dapat dibagi menjadi 4 bagian:
1. Fase iuventus antara 25dan 40 tahun
2. Verilitia antara 40 dan 50 tahun
3. Fase praesenium antara 55 dan 65 tahun
4. Fase senium antara 65 tahun hingga tutup usia
C. Perawatan Paliatif
1. Pengertian Perawatan Paliatif
Perawatan paliatif (dari bahasa Latin''palliare,''untuk jubah) adalah setiap
bentuk perawatan medis atau perawatan yang berkonsentrasi pada pengurangan
keparahan gejala penyakit, daripada berusaha untuk menghentikan, menunda, atau
sebaliknya perkembangan dari penyakit itu sendiri atau memberikan
menyembuhkan.Tujuannya adalah untuk mencegah dan mengurangi penderitaan
dan meningkatkan kualitas hidup orang menghadapi yang serius, penyakit yang
kompleks.

Definisi Palliative Care telah mengalami beberapa evolusi. Menurut WHO


pada 1990 Palliative Care adalah perawatan total dan aktif dari untuk penderita
yang penyakitnya tidak lagi responsive terhadap pengobatan kuratif. Berdasarkan
definisi ini maka jelas Palliative Care hanya diberikan kepada penderita yang
penyakitnya sudah tidak respossif terhadap pengobatan kuratif.Artinya sudah
tidak dapat disembuhkan dengan upaya kuratif apapun.Tetapi definisi Palliative
Care menurut WHO 15 tahun kemudian sudah sangat berbeda. Definisi Palliative
Care yang diberikan oleh WHO pada tahun 2005 bahwa perawatan paliatif adalah
sistem perawatan terpadu yang bertujuan meningkatkan kualitas hidup, dengan
cara meringankan nyeri dan penderitaan lain, memberikan dukungan spiritual dan
psikososial mulai saat diagnosa ditegakkan sampai akhir hayat dan dukungan
terhadap keluarga yang kehilangan/berduka.Di sini dengan jelas dikatakan bahwa
Palliative Care diberikan sejak diagnosa ditegakkan sampai akhir hayat.Artinya
tidak memperdulikan pada stadium dini atau lanjut, masih bisa disembuhkan atau
tidak, mutlak Palliative Care harus diberikan kepada penderita itu.Palliative Care
tidak berhenti setelah penderita meninggal, tetapi masih diteruskan dengan
memberikan dukungan kepada anggota keluarga yang berduka. Palliative Care
tidak hanya sebatas aspek fisik dari penderita itu yang ditangani, tetapi juga aspek
lain seperti psikologis, sosial dan spiritual.

Titik pusat dari perawatan adalah pasien sebagai manusia seutuhnya,


bukan hanya penyakit yang dideritanya.Dan perhatian ini tidak dibatasi pada
pasien secara individu, namun diperluas sampai mencakup keluarganya.Untuk itu
metode pendekatan yang terbaik adalah melalui pendekatan terintegrasi dengan
mengikutsertakan beberapa profesi terkait.Dengan demikian, pelayanan pada
pasien diberikan secara paripurna, hingga meliputi segi fisik, mental, social, dan
spiritual. Maka timbullah pelayanan palliative care atau perawatan paliatif yang
mencakup pelayanan terintegrasi antara dokter, perawat, terapis, petugas social-
medis, psikolog, rohaniwan, relawan, dan profesi lain yang diperlukan.Lebih
lanjut, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menekankan lagi bahwa pelayanan
paliatif berpijak pada pola dasar berikut ini :

1. Meningkatkan kualitas hidup dan menganggap kematian sebagai proses yang


normal.

2. Tidak mempercepat atau menunda kematian.

3. Menghilangkan nyeri dan keluhan lain yang menganggu.

4. Menjaga keseimbangan psikologis dan spiritual.

5. Berusaha agar penderita tetap aktif sampai akhir hayatnya.

6. Berusaha membantu mengatasi suasana dukacita pada keluarga

Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan dari Palliative Care adalah untuk
mengurangi penderitaan pasien, memperpanjang umurnya, meningkatkan kualitas
hidupnya, juga memberikan support kepada keluarganya.Meski pada akhirnya
pasien meninggal, yang terpenting sebelum meninggal dia sudah siap secara
psikologis dan spiritual, serta tidak stres menghadapi penyakit yang dideritanya.

2. Tindakan Paliatif kepada pasien lansia dengan kondisi khusus


Klien dengan usia lanjut dan memiliki kondisi khusus atau penyakit yang
harapan untuk sembuh sangat rendah, tentu memerlukan penanganan lebih dari
pasien paliatif dengan usia yang masih muda. Memahami bahwa tindakan paliatif
kepada pasien lansia dengan kondisi khusus bertujuan untuk mengurangi rasa
sakit pada lansia, meningkatkan rasa nyaman, meningkatkan kualitas hidup pasien
lansia, membantu pasien lansia melakukan aktifitas yang poitif dan mampu aktif
selama hidup,juga memberikan support kepada keluarganya. Meski pada akhirnya
pasien meninggal, yang terpenting sebelum meninggal dia sudah siap secara
psikologis dan spiritual, serta tidak stres menghadapi penyakit yang
dideritanya.Perawatan paliatif sangat luas dan melibatkan tim interdisipliner yang
tidak hanya mencakup dokter dan perawat tetapi mungkin juga ahli gizi, ahli
fisioterapi, pekerja sosial, psikolog/psikiater, rohaniwan, dan lainnya yang bekerja
secara terkoordinasi dan melayani sepenuh hati
4. Mengintegrasikan aspek psikologis dan spiritual dal. Perawatan dapat
dilakukan secara rawat inap, rawat jalan, rawat rumah (home care), day care dan
respite care.Rawat rumah dilakukan dengan kunjungan ke rumah pasien, terutama
mereka yang tidak dapat pergi ke rumah sakit. Kunjungan dilakukan oleh tim
untuk memantau dan memberikan solusi atas masalah-masalah yang dialami
pasien dan keluarganya, baik masalah medis maupun psikis, sosial, dan spiritual.
Day care adalah menitipkan pasien selama jam kerja jika pendamping atau
keluarga yang merawatnya memiliki keperluan lain (seperti day care pada
penitipan anak).Sedangkan respite care adalah layanan yang bersifat psikologis
melalui konseling dengan psikolog atau psikiater, bersosialisasi dengan penderita
kanker lain, mengikuti terapi musik, dan lain-lain. Beberapa karakteristik perawat
paliatif adalah:

1. Mengurangi rasa sakit dan keluhan lain yang mengganggu.

2. Menghargai kehidupan dan menyambut kematian sebagai proses yang normal.

3. Tidak berusaha mempercepat atau menunda kematian.

am perawatan pasien.

5. Membantu pasien hidup seaktif mungkin sampai akhir hayat.

6. Membantu keluarga pasien menghadapi situasi selama masa sakit dan setelah
kematian.

7. Menggunakan pendekatan tim untuk memenuhi kebutuhan pasien dan


keluarganya, termasuk konseling masa duka cita, jika diindikasikan.

8. Meningkatkan kualitas hidup, dan mungkin juga secara positif memengaruhi


perjalanan penyakit.

9. Bersamaan dengan terapi lainnya yang ditujukan untuk memperpanjang usia,


seperti kemoterapi atau terapi radiasi, dan mencakup penyelidikan yang
diperlukan untuk lebih memahami dan mengelola komplikasi klinis yang berat.

B. Peaceful And Of Life Theory

1. Riwayat Hidup Ahli Teori Peaceful End of life (EOL)


a. Cornelia M. Ruland

Cornelia M. Ruland lahir di Norwegia tahun 1954. Lulus sarjana


keperawatan (B.Sn ) pada tahun 1974 dari Universitas Bergen, Norwegia.
Pada tahun 1979, Ruland mengambil Registered Nurse (RN) selanjutnya
bekerja menjadi perawat klinik spesialis anak di tahun 1983. Tahun 1994
ia mengambil Master dan tahun 1998 mendapatkan gelar doktornya dari
Universitas Case Western Reserve, Cleveland, Ohio.

Karir keperawatannya dimulai sejak tahun 1979 sampai tahun 1980


dengan menjadi staf keperawatan di unit anak di Rumah Sakit Bergen,
Norwegia. Dilanjutkan dengan menjadi staf perawat di unit anak dan
onkologi di Oslo tahun 1980-1983. Tahun 1983-1988, Ruland menjadi
perawat klinik spesialis anak di Oslo, dilanjutkan dengan menjadi kepala
unit anak tahun 1988-1990. Tahun 1990-1994, ia menjabat sebagai
direktur keperawatan di Rumah Sakit Aker University. Pada tahun 1994-
1997, Ruland mendapat beasiswa untuk mengambil doctor di USA

dilanjutkan dengan menjadi asisten professor post doctoral di Oslo tahun

1998-1999. Tahun 2000-2001 ia menjadi asisten professor di Hanover dan


tahun 2001-2002 menjadi asisten professor di New York. Tahun 2006
mendapat gelar professor di department of clinical medicine, University of

Oslo.

Ruland memulai karir penelitian mulai tahun 1994 sebagai asisten


peneliti.Lalu menjabat sebagai direktur proyek riset bersama Shirley
Moore tahun 1995 sampai 1997. Saat ini (Juni 2002 – sekarang) Ruland
menjabat sebagai Direktur Center for shared Decision Making and Nursing
Research di RS Universitas Rikshospitalet Oslo Norwegia dan menjadi
asisten professor di Dartmouth Medical School, Hanover, New Hampshire
juga di Nursing College Universitas Iowa, Amerika Serikat.

Aktifitas professional dan akademik umum Cornelia M. Ruland meliputi:

1) Sebagai manuscript reviewer dari: JAMIA ( Journal of the American


Medical Informatics Association), AMIA ( American Medical
Informatics Association), Society for medical Decision Making,
Medical Care, Patient education and counseling, Computer in nursing,
Health services research, Expert review of pharmaco-economics and
outcomes research, Vardi Norden, dan Nursing informatics di tahun

2003.

2) Menerima hibah penelitian nasional dan internasional: pada presentasi


doctoral dari Konsil riset Norwegia tahun 1994-1997

3) Memperoleh penghargaan professional: dari AMIA, Sigma Theta Tau,


Paper nursing Informatics. Aktif di riset dan kongres internasional.

4) Melakukan publikasi: tesis, paper di jurnal, konferensi dan


menerbitkan buku tentang nursing informatics.
5) Menjadi pembicara di tingkat nasional dan internasional

6) Menjadi peneliti utama pada sejumlah penelitian

7) Mengajar
Ruland mengembangkan program riset untuk menerapkan
pengambilan keputusan dan hubungan pasien-pemberi pelayanan di
institusi kesehatan serta mengembangkan, melaksanakan dan
mengevaluasi system informasi untuk mendukung program tersebut.
Penelitiannya berfokus pada aspek-aspek instrument/alat pengambilan
keputusan bersama dalam situasi klinik yang menantang, seperti:

1) Saat pasien dihadapkan dengan tindakan yang sulit atau keputusan


skrining. Situasi ini membuat pasien sangat membutuhkan bantuan
untuk mengerti keuntungan dan kerugian alternative pilihan dan
memperoleh nilai-nilai serta pilihan/preferensi mereka

2) Pilihan/preferensi disesuaikan dengan manajemen penyakit kronis


atau penyakit serius yang lama.

b. Shirley M. Moore

Shirley M. Moore lahir pada tahun 1948. Lulus diploma keperawatan


tahun 1969 di Youngtown Hospital Association School of nursing. Tahun

1974 mengambil Bachelor of Nursing di Kent State University, kemudian


mengambil gelar Master di bidang mental psikiatri (1990) dan Doktornya
di bidang Nursing Science pada tahun 1993 di Case Western Reverse
University.
Moore tertarik di bidang epistemology dan teori-teori keperawatan,
model-model asuhan tim interdisiplin serta peningkatan kualitas
berkesinambungan (Continuous Quality Improvement). Ia menjadi peneliti
utama di beberapa riset dan melakukan riset dibidang:

1) Recovery following cardiac events

2) Health behavior change

3) Exercise following cardiac events

4) Obesity

5) Quality and safety

Proyek pelatihan yang dilakukan Moore adalah menjadi sponsor


mentor dan menjadi anggota dari komite kepemimpinan.Publikasi yang
telah dilakukan mencakup tesis, jurnal dan paper. Saat ini Moore
menjabat sebagai wakil dekan untuk penelitian di School of nursing, Case
Western Reserve University. Fokus pemikirannya adalah penerapan teori
keperawatan dan sains keperawatan di semua level mahasiswa
keperawatan dan pusat perhatiannya pada program pengembangan riset
dan teori pada kondisi pemulihan setelah cardio.

Di awal studi doktoralnya, Moore bersama beberapa ahli teori


seperti Joyce J. Fitzpatrick, Jean Johnson dan Elizabeth Lenz tidak hanya
menggunakan teori tetapi juga mengembangkannya. Selama beberapa
tahun, Moore diberi kesempatan untuk menjelaskan teori yang digunakan
pada tools praktik untuk para praktisi, peneliti dan dosen pada konferensi
yang selalu diadakan setiap tahun di Universitas Case Western Reserve.
Dalam hal ini Moore telah dibantu untuk mengembangkan dan
mempublikasikan beberapa teori (Good and Moore, 1996) dan telah
menerapkan bentuk teori menjadi sebuah keterampilan yang penting bagi
mahasiswa doktoral.
2. Sumber Teori

Peaceful End of life dikembangkan dari beberapa kerangka teori, secara


primer berdasarkan model klasik Donabedian baik struktur, proses dan
outcomes (Ruland dan Moore, 1998) yang sebagiannya berkembang dari teori
system umum grand teori. Pengaruh teori sistem umum dapat menembus
semua teori keperawatan, dari model konsep hingga teori middle dan
microrange, sebagai indikator kegunaanya dalam menjelaskan kompleksitas
interaksi antara kesehatan dan organisasi (Higgins dalam buku Tomey dan
Alligood, 2002). Dalam teori EOL, setting struktur adalah sistem keluarga
(pasien penyakit terminal dan orang-orang terdekat) yang menerima asuhan
dari tenaga professional di unit akut rumah sakit, dan prosesnya dijelaskan
sebagai tindakan-tindakan (intervensi keperawatan) yang didesain untuk
meningkatkan hasil positif terkait dengan:

1) Bebas dari rasa nyeri

2) Mengalami rasa nyaman

3) Mengalami perhargaan dan bermartabat

4) Menjadi lebih tenang

5) Mengalami kedekatan dengan orang-orang terdekat dan pemberi


asuhan.

Landasan teoritis kedua dari teori ini adalah teori preferensi atau pilihan
( Brandt, 1979), digunakan oleh para ahli filosofi untuk menjelaskan dan
mendefinisikan kualitas kehidupan (Sandoe, 1999). Ini merupakan suatu
konsep yang sangat penting dalam riset dan praktik EOL. Di dalam teori
preferensi, definisi kehidupan yang baik adalah mendapatkan apa yang
diinginkan, pendekatan ini terlihat sangat tepat pada asuhan EOL. Hal ini
dapat diaplikasikan untuk orang sadar maupun orang yang tak berdaya yang
sudah ada dokumentasinya untuk pengabilan keputusan EOL. Kualitas
kehidupan dapat dievaluasi sebagai manifestasi kepuasan melalui penilaian
empiris seperti berkurangnya gejala dan kepuasan dalam hubungan
interpersonal. Pilihan pasien menggabungkan keputusan asuhan dianggap
baik dan sesuai dengan teori ini (Ruland & Bakken, 2001; Ruland, Kresevic

& Lorensen, 1997) dan penting untuk kesuksesan proses dan hasil (Ruland &
Moore, 2001).
Teori EOL diturunkan dalam berbagai cara pragmatis. Hal ini terjadi
saat Ruland mengambil doktoral dan Moore sebagai orang fakultas. Teori-
teori middle range saat ini baru muncul dan ada beberapa definisi dan contoh
yang baik. Kelas ditantang untuk memikirkan kegunaan dan pengembangan
teori mid range dalam ilmu keperawatan dan praktiknya di masa depan.
Selanjutnya mahasiswa berdiskusi tentang sumber-sumber ilmu teori mid
range tersebut diperoleh seperti ilmu empiris, ilmu praktik klinik dan ilmu
sintesa. Setiap mahasiswa bertanya darimana teori-teori middle range itu
berasal. Ruland saat itu baru saja menyelesaikan proyek utamanya yaitu
mengembangkan standar praktik klinik untuk peaceful EOL dengan
sekelompok perawat kanker di Norwegia. Standar tersebut disintesa ke dalam
teori peaceful EOL oleh Ruland dan selanjutnya diperhalus dengan bantuan
Moore. Teori ini menjadi contoh awal penggunaan standar praktik sebagai
sumber pengembangan teori middle range.

3. Penggunaan bukti empiris

Teori ini berdasarkan bukti empiris yang berasal dari pengalaman


langsung perawat-perawat ahli dan tinjauan menyeluruh dari literature
beberapa komponen teori berasal. Kelompok praktisi ahli yang
mengembangkan standar asuhan peaceful EOL ini mempunyai pengalaman
klinik sekurang-kurangnya 5 tahun dalam merawat pasien penyakit terminal.
Standar asuhan terdiri dari praktik-praktik terbaik berdasarkan bukti
penelitian dalam area manajemen nyeri, rasa nyaman, nutrisi dan relaksasi. Di
dalam teori preferensi terdapat usulan pernyataan yang berhubungan dengan
bukti empiris yang dibutuhkan dan dari pernyataan ini hipotesis dapat
diturunkan dengan mudah untuk dites kegunaannya.

4. Konsep Utama dan Kegunaannya

a) Tidak mengalami nyeri

Bebas dari penderitaaan ataupun distress adalah bagian utama dari


banyaknya pengalaman EOL pasien. Nyeri dianggap sebagai pegalaman
sensoris atau emosi yang tidak menyenangkan dikaitkan dengan kerusakan
jaringan aktual maupun potensial (Lenz, Suppe, Gift, Pugh & Milligan,

1995; Pain term, 1979)


b) Mengalami rasa nyaman
Rasa nyaman didefinisikan secara inklusif, menggunakan Kolcaba dan
Kolcaba’s work (1991) sebagai bebas dari rasa tidak nyaman, kondisi
sentosa dan damai/puas dan apapun yang membuat hidup lebih mudah dan
menyenangkan (Ruland & Moore, 1998, p.172)

c) Merasa bermartabat dan dihargai

Setiap pasien penyakit terminal dihargai dan dinilai sebagai seorang


manusia (Ruland & Moore, 1998. P.172). Konsep ini menyatukan
pendapat tentang nilai pribadi, yang diekspresikan oleh prinsip etik
(otonomi) atau menghargai orang lain yang menyatakan bahwa indivisu
seharusnya diperlakukan sebagai agen otonomi dan orang-orang yang
otonominya berkurang mempunyai hak atas perlindungan (United State,

1978). Munn, et al 2008 mengatakan dalam penelitiannya bahwa merasa


dihargai (contoh: perhatian perawat terhadap inkontinen) merupakan hal
yang penting dalam EOL.

d) Menjadi damai

Damai adalah perasaan tenang, harmonis dan puas, bebas dari kecemasan,
kegelisahan, kekhawatiran dan ketakutan (Ruland & Moore, 1998,
p.172).keadaan penuh damai meliputi dimensi fisik, psikologis dan
spiritual.

e) Kedekatan dengan orang-orang terdekat

Kedekatan adaah perasaan terhubung dengan manusia-manusia yang


peduli (Ruland & Moore, 1998, p.172). hal ini meliputi kedekatan fisik
atau emosi yang diekspresikan melalui kehangatan dan hubungan yang
dekat/intim. Munn etal, 2008 dalam penelitiannya mengatakan bahwa ada
peran yang signifikan dalam hubungan kedekatan perawat-pasien saat
memberikan asuhan EOL.

5. Asumsi Mayor EOL (Keperawatan, individu, Kesehatan, dan


lingkungan)

Seperti halnya teori Middle-range lainnya focus teori EOL ini yaitu akhir
kehidupan klien dengan penuh damai (peaceful end of life) tidak begitu
membahas masing-masing konsep metaparadigma. Teori ini berasal dari
standart perawatan yang ditulis oleh perawat ahli yang berpengalaman di
praktek. Oleh karena itu, konsep paradigm yang secara eksplisit ditujukan
kepada keperawatan dan individu. Teori ini berfokus kepada fenomena
keperawatan yang komplek, perawatan secara holistic untuk mendukung
individu dalam menghadapi kematian secara damai.

Ada dua asumsi Roland and Moore (1998) identifikasi teori sebagai berikut:

a. Pengalaman kejadian dan perasaan pada masa akhir hidup merupakan


bersifat pribadi dan individual.

b. Asuhan Keperawatan mempunyai peranan yang sangat penting dalam


menciptakan pengalaman untuk menghadapi kematian dengan damai
(peaceful end of life). Perawat melakukan pengkajian dan
menginterpretasikan isyarat yang mereflesikan pengalaman seseorang
dalam menghadapi kematian dan mengintervensi dengan tepat untuk
memperoleh atau mempertahankan pengalaman yang damai. Bahkan
sekalipun pasien yang akan menghadapi kematian dengan keadaan tidak
dapat komunikasi verbal.

Ada dua tambahan asumsi yang tersirat, yaitu:

a. Keluarga, sebuah istilah yang mencangkup orang lain yang berate


bagi pasien merupakan bagian penting dalam perawatan klien dengan
keadaan menjelang kematian.

b. Tujuan pelayanan end of life adalah bukan mengoptimalkan pelayanan


dengan cara teknologi terbaik melainkan untuk memaksimalkan
pelayanan demi mencapai kualitas hidup dan kematian yang penuh
kedamaian.

Ruland and Moore (1998) mengidentifikasi enam pernyataan hubungan


eksplisit dalam teori mereka yaitu :

1. Memantau dan memberikan obat penghilang nyeri dan intervensi


farmakoterapi – nonfarmakoterapi untuk memberikan pengalaman
hidup tanpa nyeri
2. Mencegah, memantau dan memberi kenyamanan fisik, membantu
istirahat, relaksasi dan mencegah komplikasi yang berkontribusi pada
pengalaman merasa nyaman

3. Mengikutsertakan pasien dan orang terdekat dalam proses


pengambilan keputusan terkait pelayanan keperawatan yang diberikan
kepada pasien, memberlakukan pasien dengan martabat, empati dan
hormat, dan bersikap atentif terhadap kebutuhan pasien, harapan untuk
membuat pasien merasa bermartabat dan dihormati

4. Mendukung emosi, memantau dan memenuhi kebutuhan pasien akan


obat-obatan anti cemas, memenuhi keinginan percaya untuk membuat
pasien merasa damai

5. Memfasilitasi partisipasi orang-orang terdekat dalam pelayanan


keperawatan pasien, menerima rasa berduka keluarga, kekhawatiran,
pertanyaan-pertanyaan dan memberi kesempatan pada keluarga untuk
mengalami kedekatan pada orang yang dirawat

6. Kesemua lima point diatas dapat berkontribusi terhadap akhir


kehidupan yang penuh kedamaian

6. Pengembangan Teori EOL (End Of Life)

Peaceful end of life atau akhir kehidupan yang penuh kedamaian


merupakan teori yang terutama berdasarkan model klasik Donabedian,
mengikuti struktur, proses hingga tujuannya yang dikembangkan dari grand
theory. Menurut Donabedian tahun 1970, konsep kualitas dengan proses
evaluasi mendefinisikan mutu asuhan sebagai suatu keselarasan antara
perawatan aktual dan kriteria yang telah dibentuknya. Tiga jenis pendekatan
yang mutu asuhan yang berkaitan dengan struktur, proses dan hasil akhir
(Marr and Giebing, 2001).
Pada teori ini setting strukturnya adalah sistem keluarga yang menjadi
resipien pelayanan keperawatan dari para professional pada unit rawat di
rumah sakit untuk mendapatkan hal-hal yang positif yaitu bebas dari rasa
nyeri, merasa nyaman, tetap merasa bermartabat dan dihormati, merasa
damai, merasakan kedekatan dengan orang-orang terdekat

Proses yang dimaksud adalah proses asuhan keperawatan yang


diberikan kepada pasien, meliputi pengkajian, diagnosa, intervensi,
implementasi dan evaluasi. Sedangkan hasil akhir yang diinginkan dalam
teori ini adalah pasien meninggal dengan damai dan tenang.

Dalam teori ini konsep yang digunakan untuk menjelaskan end of life
adalah teori kualitas hidup, yang dimanifestasikan dengan kepuasan melalui
pengkajian empiris misalnya gejala penyakit yang dirasakan menjadi
berkurang, kepuasan dalam berhubungan dengan orang lain. Dasar
pembuatan teoria dalah teori pemilihan hal yang disukai (Brandt, 1979) yang
digunakan oleh para teoris untuk mendefinisikan kualitas kehidupan (Sandoe,

1999). Teori ini menjelaskan hidup yang berkualitas sebagai keadaan dimana
seseorang mendapatkan apa yang diinginkan, sebuah pendekatan yang dirasa
tepat untuk memberikan perawatan pada seseorang yang ingin menghadapi
kematian dengan tenang dan damai.

Berikut digambarkan dalam circle diagram: peaceful journey end of life


process Reinette Powars Murray, M.S.N, R.N

a. Diangnosis : Pasien menerima kenyataan bahwa prognosis penyakit


yang di derita merupakan penyakit yang terminal atau EOL.

b. Comfort : Pasien memiliki hak untuk berada dalam keadaan nyaman


setiap saat meliputi fisik, lingkungan dan atau intervensi psikospiritual.

c. Advance care directive / embracing your choice : Setelah di diagnosis


pasien harus memiliki instruksi lanjutan, hal ini memungkinkan pasien
menunjuk seseorang untuk berbicara mewakili mereka dalam hal
keinginan kesehatan mereka, sekalipun pasien tersebut tidak dapat
berbicara. Keputusan pasien tersebut yang oleh hukum harus dihormati bagi kalangan dokter.

d. Palliative / hospice care : perawatan total care yang aktif kepada pasien yang penyakitnya tidak responsif terhadap
pengobatan kuratif. yang terpenting dalam penanganan adalah pengendalian rasa sakit dan symtomatis serta mengatasi
masalah psikologis, sosial dan spiritual. pencapaian tujuan dalam perawatan adalah kualitas hidup terbaik bagi pasien dan
keluarga (WHO, 1990).

e. Sprituality : secara terbuka di definisikan sebagai pencarian individu akan makna utama kehidupan sesuai dengan keyakinan
atau pengalaman sendiri. Penyedia layanan kesehatan lebih baik dapat memberikan bantuan kepada pasien maupun keluarga
yang mengalami masalah dalam spitualitas.

f. Caring Quilt / Caring cart : bergagai alat perawatan bisa membantu pasien terminal memberikan suasana nyaman dan
menghibur pasien serta menjadi kenangan bagi yang terkasih pasien. Seperti music, film dan kamera.
7. Framework Teori Peaceful End of Life

Peaceful End Of Life

Tidak berada dalam Mengalami rasa Merasa dihargai dan Merasa damai Dekat dengan orang
nyaman yang bermakna
Nyeri / sakit Bermartabat

Memonitor dan Mencegah, Melibatkan pasien dan Memberikan Memfasilitasi


mengelola untuk memonitor dan orang bermakna dalam dukungan keikutsertaan orang
menghilangkan rasa menurunkan pengambilan emosional yang bermakna dalam
nyeri ketidaknyaman fisik keputusan perawatan pasien

Intervensi Memfasilitasi Merawat pasien Memonitor dan Menghadirkan rasa


farmakologis dan kebutuhan dengan tulus, empati, memenuhi berduka, khawatir
non farmakologis istirahat, relaksasi dan menghormati kebutuhan dengan dan ingin tahu orang
dan kesenangan pengobatan anti yang bermakna
cemas

Pencegahan Perhatian pada Menumbuhka Memfasilitasi kedekatan


komplikasi n dengan keluarga
kebutuhan, harapan
dan kesukaan kepercayaan
Menyediakan orang
bermakna bagi
pasien

Menyediakan
bimbingan rohani
tokoh agama, jika
pasien mengingink
BAB II

ASUHAN KEPERAWATAN PALLIATIF PASIEN SERANGAN JANTUNG


DENGAN KONSEP PEACEFUL END LIFE

1. Kasus

Tn. S berusia 75 di ruang medical dengan keluhan sesak nafas dan


fatigue. Mr. di diagnosa Gagal Jantung. Dia merupakan tulang punggung
keluarga, dia tinggal bersama istrinya disebuah apartemen. Semenjak di
diagnosa gagal jantung 4 bualan yang lalu Tn.S tidak bekerja.

Melihat keadaan pasien, tim perawatan paliatif menyadari bahwa selain


dari managemen perawatan paliatif. Ada kebutuhan lain yaitu dukungan
psikologis, social, dan spiritual. Pasien mengeluh bahwa takut mati karena ia
khawatir tentang bagaimana keluarganya akan mengelola financial. Mr S juga
ingin pulang untuk dirawat dirumah, dia mengatakan,” Saya ingin perawatan
dilakukan dirumah sampai nafas terakhir hidupku”.

2. Asuhan Keperawatan dengan Konsep Peaceful end of life

a. Pengkajian

Tahap pengkajian merupakan tahap awal dalam melakukan proses


asuhan keperawatan. Pada tahap ini perawat dapat mengkaji berbagai
data, baik data yang terkait aspek fisik (biologis), psikologis (mental),
sosial, dan spiritual.

1) Aspek fisik (biologis)

Pengkajian yang dapat dilakukan terkait aspek fisik, diantaranya: kaji


skala nyeri, monitoring dan catat hal – hal yang
meringankan/memperberat rasa nyeri, apakah dengan menggunakan
obat-obatan atau tidak yang dapat memberikan kontribusi dalam
meringankan rasa sakit, monitoring hal – hal untuk pencegahan rasa tidak
nyaman pada fisik, fasilitasi klien untuk beristirahat, dan relaksasi.

2) Aspek Psikologis (Mental)

Perawat harus mampu mengkaji respon emosional klien dalam


menghadapi kematian. Apakah klien berada pada fase menyangkal,
kemarahan, tawar menawar, depresi, atau penerimaan (Yosep I, 2007).
Kaji kemampuan klien menghadapi stress dan identifikasi kemungkinan
faktor penghambat klien dalam menghadapi proses berduka.

3) Aspek Sosial (hubungan interaksi dengan orang lain)

Kaji apakah penyakit terminal/kritis yang dialami klien, berpengaruh


terhadap kepuasannya dalam melakukan hubungan interpersonal, seperti
mengalami isolasi sosial. Kaji dukungan sosial (keluarga) terhadap
penerimaan kondisi klien.

4) Aspek Spiritual

Kaji persepsi klien terhadap kondisi sakit yang dialaminya, apakah klien
menyalahkan diri sendiri, atau sudah mampu menerima kondisinya saat
ini. Menurut Sherill & Larson (1992), makin kuat komitmen agama klien
yang mengalami penyakit terminal/kritis, maka proses penyembuhan
makin cepat, lebih mampu mengatasi nyeri, mengatasi deprasi, dan
penderitaan.
3. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis tentang respon aktual atau


potensial dari individu, keluarga, atau masyarakat terhadap masalah
kesehatan atau proses kehidupan (Carpenito, 1995). Diagnosa keperawatan
yang muncul pada klien dengan penyakit terminal/kritis, dipengaruhi oleh
data yang diperoleh dari hasil pengkajian. Pada teori ini, lebih
menitikberatkan pada dampak psikologis yang dialami klien (sesuai tujuan
akhir teori). Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul, diantarany:
berduka disfungsional kronik, isolasi sosial, harga diri rendah, distress
spiritual, anxietas, kehilangan, dll.

4. Intervensi Keperawatan

Intervensi keperawatan terdiri dari tiga aspek, yaitu tujuan umum, tujuan
khusus, dan rencana tindakan keperawatan. Tujuan umum berfokus pada
penyelesaian masalah dari diagnosa tertentu, dapat dicapai jika serangkaian tujuan
khusus sudah tercapai. Tujuan khusus merupakan rumusan kemampuan klien yang
perlu dicapai atau dimiliki klien. Umumnya kemampuan pada tujuan khusus
dibagi dalam tiga aspek yaitu: kemampuan kognitif, kemampuan psikomotor, dan
kemampuan affektif. Ketiga kemampuan tersebut terkait langsung dengan
kemampuan klien terhadap diri sendiri, kemampuan klien menggunakan sumber
daya yang tersedia, dan terkait dengan penggunaan terapi medik atau terapi lain
yang diperlukan (stuard and Sundeen, 2007). Intervensi keperawatan yang
dilakukan pada pasien end of life mengacu pada lima aspek dalam teori
tersebut, yang bertujuan agar pasien bebas dari rasa nyeri, terbebas dari
ketidaknyamanan sehingga menimbulkan kepuasan hidup, menghargai
pasien sehingga pasien merasa dihormati dan dihargai sebagai manusia,
memperoleh kedamaian baik secara fisik, psikologis dan spiritual serta tetap
merasakan kedekatan hubungan baik secara fisik maupun emosi.

Intervensi keperawatan yang dapat dirumuskan berdasarkan pada


teori Peaceful End of Life adalah:

Tujuan umum: Klien dapat menghadapi akhir kehidupan dengan penuh


kedamaian

Tujuan Khusus:

a. Klien mampu mengungkapkan perasaannya

b. Klien mampu berbagi rasa dengan orang lain (keluarga atau temen)

c. Klien/keluarga mampu menerima kenyataan kehilangan dengan perasaan


damai
d. Gejala penyakit yang dirasakan menjadi berkurang

e. Klien mengalami kepuasan dalam berhubungan dengan orang lain,


seperti: merasakan kedekatan dengan orang-orang terdekat
f. Pada unit rawat di rumah sakit klien mendapatkan hal-hal yang positif
yaitu: bebas dari rasa nyeri, merasa nyaman, tetap merasa bermartabat
dan dihormati, merasa damai

Interrvensi Keperawatan:

1. Prinsip rencana tindakan keperawatan pada klien yang mengalami


kehilangan (Yosep I, 2007).:

a. Bina dan tingkatkan hubungan saling percaya

b. Identifikasi kemungkinan faktor yang menghambat proses berduka


c. Kurangi/hilangkan faktor penghambat proses berduka

d. Beri dukungan terhadap respon kehilangan klien

e. Tingkatkan rasa kebersamaan antara anggota keluarga

2. Tentukan kondisi klien sesuai dengan fase yang sedang dialaminya:

a. Fase pengingkaran

1) Beri kesempatan klien mengungkapkan perasaannya

2) Berikan umpan balik yang tepat

3) Tunjukkan sikap menerima, ikhlas, dan mendorong klien untuk


berbagi rasa

4) Jadi pendengar aktif dan tidak menilai

5) Jadi pendukung dalam pemenuhan ADL


6) Berikan jawaban yang jujur terhadap pertanyaan klien tentang
sakit, pengobatan, dan kematian

b. Fase marah

1) Ijinkan dan mendorong klien mengungkapkan perasaan


marahnya secara verbal tanpa melawan dengan kemarahan

2) Jadi pendengar yang aktif

c. Fase tawar menawar

Bantu klien mengidentifikasi rasa bersalah dan perasaan takut


d. Fase depresi

1) Identifikasi tingkat depresi dan resiko merusak diri sendiri

2) Bantu klien mengurangi rasa bersalah


e. Fase penerimaan

1) Bantu klien untuk menerima kehilangan yang tidak bisa


dielakkan

2) Motivasi klien untuk mengekspresikan perasaan, pandangan


tentang dirinya

3) Bantu klien untuk merencanakan masa depan

4) Klien dapat menggunakan koping yang konstruktif

3. Beri informasi dan dukungan dengan menghadirkan orang – orang


yang memahami tentang penyakit terminal seperti kanker, jantung
kongestif , ginjal, dan neuromuskuler.

4. Berikan informasi mengenai proses kematian.

5. Bantu menyediakan pelayanan di rumah bila diinginkan

6. Pastikan keluarga tersebut mengetahui apa yang harus dilakukan saat


kematian tiba.

7. Berikan privasi dan waktu yang cukup bagi mereka untuk menerima
kenyataan tersebut

8. Ambil keputusan untuk memberikan perhatian pada klien yang


membutuhkan, dan memberikan rasa hormat untuk meningkatkan
martabat klien

9. Sediakan dukungan emosional, kebenaran, dan menemui klien untuk


menanyakan apa yang dibutuhkan untuk mengurangi kecemasan
10. Partisipasi dalam memfasilitasi klien untuk mengurangi kecemasan
dengan bertanya dan memberi kesempatan untuk didampingi oleh
orang terdekatnya.

11. Berikan perhatian dengan menghilangkan rasa nyeri, nyaman,


kedamaian dengan memberikan kesempatan orang terdekat untuk
mendampinginya.
5. Implementasi Keperawatan

Implementasi Keperawatan : dilakukan sesuai dengan intervensi yang telah


dibuat, dalam pelaksanaannya lebih menitikberatkan dalam mengurangi rasa
nyeri, memberikan rasa nyaman, menghormati martabat sebagai manusia,
memberi dukungan emosional dan rasa damai pada pasien menjelang akhir
kehidupan.

Prinsip implementasi yang dapat dilakukan adalah gunakan teknik


komunikasi therapeutic dan libatkan support sistem, seperti: keluarga atau
teman (Yosep I, 2007).

6. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi Keperawatan adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai efek


dari tindakan keperawatan pada klien. Evaluasi dilakukan secara terus
menerus pada respon klien terhadap tindakan yang telah dilaksanakan
(Keliat, B. A, dkk, 1999). Evaluasi keperawatan meliputi respon fisik,
respon emosi, dan respon sosial. Perawat dapat memberi asuhan
keperawatan dengan pasien terminal dan mengantarkan mereka untuk
mengakhiri kehidupan dengan tenang dan damai dengan menghormati dan
menghargai manusia sebagai individu yang bermartabat
Bab III

Penutup

A. Kesimpulan

27
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/35128432/ASKEP_GERONTIK_RUANG_EDELWEIS.docx

http://blognyanaghperawat.blogspot.com/2012/02/askep-stroke-pada-lansia.html

Carpenito, L.J & Moyet. (2007). Buku Saku Diagnosa Keperawatanedisi 10. Jakarta:
EGC.

Harnawatiaj. (2008). Format Dokumentasi


Keperawatan(http://harnawatiaj.wordpress.com//)
Nanda. (2005-2006). Panduan Diagnosa Keperawatan. Prima medika.
Potter & Perry. (2006). Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses dan PraktikEdisi
4 vol 1. Jakarta: EGC
Price, S.A & Wilson. L.M. (2006). Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit Edisi 6 vol 2. Jakarta: EGC
Wanhari, M.A. (2008). Asuhan Keperawatan Stroke
(http://askepsolok.blogspot.com/2008/08/stroke.html)
Winarni, S. (2008). Karya Tulis IlmiahStroke
(http://etd.eprints.ums.ac.id/2926/1/J200050072.pdf,

Alligood, M.R. (2014). Nursing theorists and their work eighth edition. USA: Mosby
Elseiver.701-709.

Dochterman, J. M and Bulecheck, G. M., 2004, Nursing Interventions

Clasification (NIC), Mosby: St. Louis, Missouri

http://txnmhospice.org/docs/2013Conference/HandoutsELNEC/Mod%201%20Ca se
%20Studies.doc

Keliat, B A, dkk. (1999). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC Munn,
JC, Dobbs, D, et.al. (2008). The end of life experience in long term care:
five themes identified from focus groups with residents, family members, and
staff. The Gerontologist 48.4

Murish, J., (2010). Development of an End of Life Care Pamhflet in the ICU.

California.

28
Nanda International. 2014. Nursing Diagnoses;definition & Clasification. Tenth
edision. Wiley Blackwell.

Reinette Powars Murray,. circle diagram: peaceful journey end of life process.

(online). http://www.endoflifejourney.com/circle.htm
Ruland, C. M., & Moore, S. M. (1998). Theory construction based on standards of care: A
proposed theory of the peaceful end of life. Nursing Outlook. Vol 46 (4). 169-175

Sherill & Larson. (1992). Religious Commitment And Health. APA: Annual

Meeting

Sue Moorhead., Johnson, M., Mass. M., 2004, Nursing Outcomes Clasification

(NOC), Mosby: St. Louis, Missouri

Yosep I, (2007). Keperawatan Jiwa. Bandung: Reflika Aditama.

28 29

Anda mungkin juga menyukai