Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN CEREBRAL PALSY

KELOMPOK 13
Rakhel Roma Tua S. Napitu 1914471026
Nurmanisa Dewi 1914471027

POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG PROGRAM STUDI


KEPERAWATAN KOTA BUMI TAHUN AKADEMIK 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji Sykur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan
rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Asuhan Keperawatan pada klien
dengan Cerebral Palcy.

Dalam penyusunan asuhan keperawatan ini penyusun telah berusaha semaksimal


mungkin sesuai dengan kemampuan kerja kelompok. Namun sebagai manusia biasa, kita
semua tidak luput dari kesalahan dan kekhilafan baik dari segi teknik penulisan maupun
tata bahasa. walaupun demikian penulis berusaha semaksimal mungkin untuk
menyelesaikan makalah ini meskipun tersusun sangat sederhana.

Kami menyadari tanpa kerjasama antara guru pembimbing dan penulis serta
beberapa kerabat yang memberi berbagai masukan yang bermanfaat bagi penulis demi
tersusunnya asuhan keperawatan ini. Untuk itu penyusun mengucapkan terima kasih
kepada pihak yang tersebut diatas yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk
memberikan arahan dan saran demi kelancaran penyusunan makalah ini.

Demikian semoga asuhan keperawatan ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan
para pembaca pada umumnya. Kami mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak
yang bersifat membangun.

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................i

DAFTAR ISI......................................................................................................................ii

BAB I.................................................................................................................................1

PENDAHULUAN.............................................................................................................1

A.    Latar Belakang.......................................................................................................1

B. Tujuan.......................................................................................................................2

BAB II...............................................................................................................................3

PEMBAHASAN................................................................................................................3

A. Pengertian Cerebral Palcy.........................................................................................3

B. Tanda dan Gejala Cerebral Palcy...............................................................................3

C. Patofisiologi..............................................................................................................4

D. Komplikasi................................................................................................................5

E. Penatalaksanaan.........................................................................................................5

BAB III..............................................................................................................................8

ASUHAN KEPERAWATAN............................................................................................8

A.Pengkajian..................................................................................................................8

B.Analisa Data...............................................................................................................8

BAB IV............................................................................................................................13

PENUTUP.......................................................................................................................13

1.KESIMPULAN.........................................................................................................13

2. SARAN....................................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................14

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang


Sistem saraf dan sistem hormonal adalah cara-cara bagian-bagian tubuh untuk saling
berkomunikasi
Sistem saraf dapat dibagi menjadi susunan saraf pusat yang terdiri dari jalur-jalur
saraf-saraf di otak dari korda spinalis dari susunan saraf prifer yang terdiri dari saraf-saraf
yang mensarafi bagian tubuh lainya.
Koordinasi sistem saraf pusat dan prifer memungkinkan kita
bergerak ,berpikir,berbicara dan berspon.
Cerebral palcy merupakan penyakit/kelainan kognetal persarafan dimana terjadi
kerusakan jaringan otak yang kekal pada bunyi sebelum selama atau segera setelah lahir
yang dapat menyebabkan disfungsi motorik disetai kelainan neurologis berupa
kelumpuhan spatis juga kelainan mental.
Cerebral palcy merupakan paralisis yang di akibatkan oleh kerusakan otak non-
progresif yang dapat terjadi setiap waktu sebelum otak mencapai kematangan dari
konspsi hingga usia 5 atau 6 tahun(Garison,1995).Insiden kurang lebih 5,5 tiap 1000
kelahiran hidup dan tersbar merta pada kedua jenis kelamin.segala ras dari berbagai
Negara.
Di inggris 1,7 per 100 menurut ashner dan schonell,1950 dikutip oleh (pearson,1972)
Di Indonesia sendiri angka kejadian cerebral palcy belum dapat di kaji secara
pasti,namun dilaporkan oleh instansi kesehatan di Indonesia diantarnya,
YPAC : Tahun 2001 : 313 anak
2002 : 242 anak
2002 : 265 anak
2002 : 239 anak
2002 : 118 anak
2006 : 112 anak
2007 : 192 anak

Upaya yang dilakukan dalam pencegahan cereral palsy yaitu dengan terapi dan
dari penelitian dilakukan untuk memperbaiki keadaan tersebut terutama pada bayi-bayi

1
yang mengalami masalah pernapasan dan penggunaan terapi medikasi untuk mencegah
perdarahan pada otak sebelum/segera setelah lahir.

B. Tujuan
1.      Mampu mengidentifikasi pengkajian pada klien dengan Cerebral Palcy.
2.      Mampu Mengidentifikasi diagnose keperawatan pada klien dengan Cerebral Palcy.
3.      Mampu mengidentifikasi intervensi keperawatan pada klien dengan Cerebral Palsy.
4.      Mengidentifikasi implementasi den evaluasi pada klien dengan Cerebral Palcy

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Cerebral Palcy
Cerebral Palcy adalah keadaan kerusakan jaringan otak yang tidak progresif,
yang bisa terjadi pada waktu muda (sejak dilahirkan) serta merintangi perkembangan otak
normal dengan gambaran klinik menunjukan kelainan dalam sikap dan pergerakan
disertai kelainan neurologis berupa kelumpuhan spastic, gangguan ganglia basal dan
sereblum, serta kelainan mental.
(Ngastiyah,201)

Cerebral Palcy : suatu gangguan non spesifik yang disebabkan oleh abnormalitas system
mayor piramida (motorik korteks, basal ganglia dan otak kecil) yang di tandai dengan
kerusakan pergerakan dan postur pada serangan awal. (Suriadi & Rita Yuliani.49)

B. Tanda dan Gejala Cerebral Palcy

 Kecenderungan menggunakan satu sisi tubuh. Misalnya menyeret salah satu


tungkai saat merangkak, atau menggapai sesuatu hanya dengan satu tangan.
 Terlambatnya perkembangan kemampuan gerak (motorik), seperti merangkak
atau duduk.
 Kesulitan melakukan gerakan yang tepat, misalnya saat mengambil suatu benda.
 Gaya berjalan yang tidak normal, seperti berjinjit, menyilang seperti gunting, atau
dengan tungkai terbuka lebar.
 Otot kaku atau malah sangat lunglai.
 Tremor.
 Gerakan menggeliat yang tidak terkontrol (athetosis).
 Kurang merespons terhadap sentuhan atau rasa nyeri.
 Masih mengompol walaupun usianya sudah lebih besar, akibat tidak bisa
menahan kencing (inkontinensia urine).
 Gangguan kecerdasan.
 Gangguan penglihatan dan pendengaran.
 Gangguan berbicara (disartria).
 Kesulitan dalam menelan (disfagia).

3
 Terus-menerus mengeluarkan air liur atau ngiler.
 Kejang.

C. Patofisiologi
-Adanya malformasi pada otak, penyumbatan pada vaskuler, atropi, hilangnya neuron dan
degenerasi laminar akan menimbulkan narrowe gyri, saluran sulci dan berat otak rendah.
-Anoxia merupakan penyebab yang berarti dengan kerusakan otak, atau sekunder dari
penyebab mekanisme yang lain. Cerebral palcy dapat dikaitkan dengan premature yaitu
spastic diplegia yang disebabkan oleh hypoxic infarction atau hemmorage dalam
ventrikel.
-Type athetoid/dyskenetik disebabkan oleh kernicterus dan penyakit hemolitik pada bayi
baru lahir, adanya pigmen berdeposit dalam basal ganglia dan beberapa saraf nuclei
cranial. Selain itu juga dapat terjadi bila basal ganglia mengalami injury yang ditandai
dengan tidak terkontrol, pergerakan yang tidak disadari dan lambat.
-Type Cerebral Palcy hemiparatik, karena trauma pada kortek atau CVA pada arteri
cerebral tengah. Cerebral hypoplasia : hypogli-ceria neonatal dapat dihubungkan dengan
ataxia cerebral palcy.
-Spastic Cerebral Palcy yang paling sering dan melibatkan kerusakan pada motor kortex
yang ditandai dengan ketegangan otot dan hiperesponsif. Reflex tendon yang dalam akan
meningkatkan dan menstimulasi yang dapat menyebabkan pergerakan sentakan yang
tiba-tiba pada sedikit atau semua ekstremitas.
-Ataxic cerebral palcy adanya injuri dari serebrum yang mana mengatur koordinasi,
keseimbangan dan kinestik akan tampak pergerakan yang tidak koordinasi pada
ekstremitas atas bila anak memegang atau mengapai benda. Adanya pergerakan berulang
dan cepat namun minimal.
-Rigid/tremor/atonik cerebral palcy ditandai dengan kekakuan pada kedua otot fleksor
dan ekstensor. Type ini mempunyai prognosis yang buruk karena ada deformitas multiple
yang terkait kurangnya pergerakan aktif.
(Suriadi & Rita Yuliani, hal.50)

Cerebral Palcy dibagi menjadi 4 kelompok yaitu :


1.Tipe Spastik ( 50% dari semua kasus cerebral palcy) dengan cirri-ciri otot-otot menjadi
kaku, kekakuan yang terjadi dapat berupa : Quardriplegi (kedua lengan dan kedua
tungkai), diplegi (kedua tungkai), hemiplegi ( lengan dan tungkai pada salah satu sisi
tubuh ).

4
2.Tipe Diskinetik (Koreoathethoid,20% dan semua kasus cerebral palsy), dengan ciri-ciri
otot-otot lengan dan badan secara spontan bergerak perlahan, menggeliat dan tak
terkendali tetapi bisa juga timbul gerakan ksar dan mengejang.
3.Tipe Ataksik (10 % dari semua kasus cerebral palcy) resiko terkena cerebral palcy
meningkat tajam seiring dengan berat badan lahir rendah, dilaporkan bahwa bayi dengan
berat badan lahir rendah < 1000 gram mempunyai resiko tinggi 40 kali lipat dibandingkan
dengan bayi dengan berat badan lahir normal. Angkah kejadian cerebral palcyspastic
diplegi dihubungkan dengan bayi dengan berat badan rendah. Cerebral palcy tipe spastic
diplegi merupakan tipe yang paling sering ditemukan.
4.Tipe Campuran (20% dari semua kasus cerebral palsy) resiko terkena cerebral palcy
meningkat tajam seiring dengan berat badan lahir rendah, dilaporkan bahwa bayi dengan
berat badan lahir rendah < 1000 gram mempunyai resiko tinggi 40 kali lipat dibandingkan
dengan bayi dengan berat badan lahir normal.
Angka kejadian cerebral palsy spastic diplegi dihugungkan dengan bayi dengan berat
badan rendah.
Cerebral palcy tipe Spastic Diplegi merupakan tipe yang paling sering ditemukan.

D. Komplikasi
a.       Kontraktur
b.      Retardasi Mental
c.      Konstipasi
(Suriadi & Rita Yuliani, 50)

E. Penatalaksanaan
a.     Penatalaksanaan Medik
Pengobatan kausal tidak ada, hanya simptonatik. Pada keadaan ini perlu
kerjasama yang baik dan merupakan “satu tim” antara dokter anak, neurology,
psikiater, dokter mata, dokter THT, ahli ortopedi, psikolog, fisiotrapi,
occupational therapist, pekerja sosial, guru sekolah luar bisa dan orang tua pasien.
         Fisioterapi
Tindakan ini harus segera dimulai secara intensif. Orang tua turut membantu
program latihan dirumah. Untuk mencegah konraktur perlu diperhatikan posisi
pasien pada waktu istirahat atau tidur. Bagi pasien yang berat dianjurkan untuk
sementara tinggal di pusat latihan. Fisioterapi ini dilakukan sepanjang pasien hidup.

5
         Tindakan Bedah
Bila terdapat hipertonus otot atau hiperspastisitas, dianjurkan untuk dilakukan
pembedahan otot tendon atau tulang untuk reposisi kelainan tersebut.

b.      Penatalaksanaan Keperawatan


Tindakan yang dapat dilakukan ialah :
         Mengobservasi dengan cermat bayi-bayi baru lahir yang berisiko, (baca
status bayi secara cermat mengenai riwayat kehamilan). Jika dijumpai adanya kejang atau
sikap bayi yang tidak biasa pada neonates segera memberitahukan dokter agar dapat
dilakukan penanganan semestinya.
         Jika telah diketahui bayi lahir dengan resiko terjadi gangguan pda otak
walaupun selama di ruang perawatan tidak terjadi kelainan agar dipesankan pada orang
tua jika melihat sikap bayi yang tidak normal supaya segera dibawa konsultasi ke dokter.

c.       Penatalaksanaan Terapeutik


1.      Terapi Fisik
         Brances (alat penokong)
         Splint (pembalut)
         Casting (pemasangan gibs)
         Alat-alat : Kursi roda atau yang lainnya
         Terapi kerja : menulis, makan, minum, dll
         Terapi bicara
         Pendidikan khusus
         Terapi social
         Terapi psikolog
2.      Terapi Medikal
         Diazepam untuk anak > 6 bln. dosis 0,12-0,8 mg/KG BB/hari/oral
(dibagi dalam 6-8 jam)
         Baclofen untuk 2-7 tahun.dosis 10-40 mg/hari/oral. (dibagi dalam
3-4 dosis) dosis dimulai 2.5-5 mg/oral 3 x / hari dinaikan 5-15 mg /hari.Untuk 8-11 tahun,
dosis 10-60 mg/hari/oral dibagi dalam 3-4 dosis. Dosis dimulai 2.5-5 mg/oral 3x/hari,
kemudian dinaikan 15 mg/hari, max 80 mg/hari.Untuk >12 tahun, dosis 20-80
mg/hari/oral/3x/hari, di bagi dalam 3-4 dosis.Dosis dimulai 5 mg/oral/3x/hari, kemudian
dinaikan 15 mg/hari, max 80 mg/hari.
         Dantroleng

6
Dosis dimuali dari 25 mg/hari, max 40 mg/hari
         Botolinum Toxin (Botox)
Menghambat pelebaran acetylcholine dari presinaptik pada
pertemuan otot dan saraf. Kombinasinya melemahkan dan menguatkan otot yang
berlawanan kerja.
         Baclofen Intratekal.
Indikasi : membantu penderita dalam mengatasi kekakuan otot yang sangat mengganggu
fungsi normal tubuh.

7
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA An. R DENGAN GANGGUAN SISTEM


PERSYARAFAN MENINGITIS: CEREBRAL PALSY

A.Pengkajian
1.Identitas Identitas pasien, pasien bernama An. R, lahir pada tanggal 01 januari 2017,
jenis kelamin laki-laki, suku Jawa, bangsa Indonesia.
Pengkajian Keperawatan
1. Penampilan umum : Klien terlihat gelisah,cemas,kurus,kesadaran menurun. TTV :
Tekanan darah 130/70 mmHg,Nadi 70 x/menit,Pernafasan 26x/menit,Suhu 35,1°C.
2. Pengkajian respirasi: Klien tidak ada pengkajian respirasi.
3. Pengkajian sirkulasi : Klien tidak ada gangguan pada sistem sirkulasi.
4. Pengkajian nutrisi dan cairan : Ibu klien mengatakan anaknya kesulitan makan
5. Pengkajian eliminasi : Ibu klien mengatakan anaknya ada permasalahan pada BAB dan
BAK.
6. Pengkajian aktivitas dan istirahat : Klien tampak kaku sendi,gerakan tidak
terorganisasi,rentang gerak(ROM) menurun.
7. Pengkajian neurosensori : Ibu klien mengatakan anaknya mengeluh sakit
kepala,mengeluh sulit menelan.
8. Pengkajian reproduksi dan seksual : Klien tidak mengalami gangguan pada reproduksi
dan seksual.
9. Pengkajian ibu hamil dan melahirkan : -
10. Pengkajian pasca partum : -
11. Pengkajian nyeri dan kenyamanan : Klien tampak terlihat gelisah
12. Pengkajian psikologis : Klien tampak gelisah,bingung,merasa tidak berdaya dan sulit
berkonsentrasi.
13. Pengkajian tumbuh kembang : Klien tampak pertumbuhan fisik terganggu
14. Pengkajian kebersihan diri : Klien tidak mampu mandi/mengenakan
pakaian/makan/ketoilet secara mandiri.
15. Pengkajian keamanan dan proteksi : Ibu klien mengatakan anaknya sering kejang.

8
B.Analisa Data
1. Analisa data

Tanggal DATA (DO/DS) MASALAH


07-08-2020 DS: Ibu pasien mengatakan pasien Hipertermia b.d Proses Penyakit d.d
panas suhu tubuh 38,2ºC, kulit terasa
DO: Suhu tubuh anak 39,0ºC, N : 158 hangat, mukosa bibir kering, kulit
x/menit, RR 38x/ menit,akral hangat, memerah
mukosa bibir kering, kulit merah
DS: Ibu pasien Gangguan tumbuh kembangkembang
mengatakanPerkembangananaknyaterh b.d Inkontinensia respon d.d Tidak
ambat mampu melakukan ketrampilan
DO: Tidak mampu melakukan sesuai usia ( Berbicara,psikososial),
ketrampilan sesuai usia Pertumbuhan fisik terganggu, Tidak
( Berbicara,psikososial), Pertumbuhan mampu melakukan perawatan diri,
fisik terganggu, Tidak mampu Kontak mata terbatas, Lesu, Mudah
melakukan perawatan diri, Kontak mata marah
terbatas, Lesu, Mudah marah.
DS: Ibu pasien mengatakan anaknya Gangguan mobilitas fisik b.d
kesulitan menggerakkan kaki, merasa Keterlambatan Perkembangan d.d
cemas saat melakukan pergerakan. kekuatan tonus otot lemah , sendi
DO: kekuatan tonus otot lemah , sendi kaku, gerakan tidak
kaku, gerakan tidak terkoordinasi,fisik terkoordinasi,fisik lemah, , merasa
lemah. cemas saat melakukan pergerakan.

2.Diagnosa Keperawatan dan Prioritas Masalah


a.Hipertermia b.d Proses Penyakit d.d suhu tubuh 38,2ºC, kulit terasa hangat, mukosa
bibir kering, kulit memerah
b.Gangguan tumbuh kembangb.d Inkontinensia respon d.d Tidak mampu melakukan
ketrampilan sesuai usia ( Berbicara,psikososial), Pertumbuhan fisik terganggu, Tidak
mampu melakukan perawatan diri, Kontak mata terbatas, Lesu, Mudah marah,

9
c.Gangguan Mobilitas Fisik b.d Keterlambatan Perkembangan d.d kekuatan tonus otot
lemah , sendi kaku, gerakan tidak terkoordinasi,fisik lemah, , merasa cemas saat
melakukan pergerakan.

3.Intervensi Keperawatan
No. Diagnosa Keperawatan Rencana Keperawatan
(SDKI)
Tujuan (SLKI) Intervensi (SIKI)

1. Hipertermia Diharapkan setelah Observasi :


dilakukan tindakan 1. Identifikasi penyebab
keperawatan 1x24 jam, hipertermia
Hipertermia teratasi. 2. Monitor suhu tubuh
Kriteria hasil : 3. Monitor kadar elektrolit
1. Menggil 4. Monitor keluaran urine
berkurang/tidak ada 5. Monitor komplikasi akibat
2. Kulit merah hipertermia
berkurang Teraupetik :
3. Suhu tubuh membaik 1. Sediakan lingkungan yang
4. Suhu kulit membaik dingin
2. Longgarkan atau lepaskan
pakaian
3. Basahi atau kipasi permukaan
tubuh
4. Berikan cairan oral
5. Ganti linen setiap hari
6. Lakukan pendinginan
eksternal
7. Hindari pemberian antipiretik
atau aspirin
8. Berikan oksigen (Jika perlu)
Edukasi :
1. Anjurkan tirah baring
Kolaborasi :

10
1. Kolaborasi pemberian cairan
elekrolit intravena, jika perlu
2. Gangguan tumbuh Diharapkan setelah Observasi :
kembangkembang dilakukan tindakan 1. Indetifikasi pencapaian tugas
keperawatan , Gangguan perkembangan anak
Tumbuh Kembang 2. Identifikasi isyarat perilaku
teratasi. dan fisiologis yang ditunjukan
Kriteria Hasil : Teraupetik :
1. Ketrampilan/perilaku 1. Pertahankan sentukan
sesuai usia membaik seminimal mungkin pada bayi
2. Kemampuan prematur
melakukan perawatan 2. Berikan sentuhan yang bersifa
diri meningkat gentle dan tidak ragu ragu
3. Kemarahan berkurang 3. Minimal nyeri
4. Kontak Mata 4. Minimalkan kebisingan
meningkat ruangan
5. Respon sosial 5. Pertahankan lingkungan yang
meningkat mendukung perkembangan
optimal
6. Motivasi anak untuk
berinteraksi pada orang lain
7. Fasilitasi anak untuk
bergantian atau bergiliran
8. Fasilitasi anak melatih
ketramplan pemenuhan
kebutuhan secara mandiri
9. Beryanyi bersama anak lagu-
lagu yang disukai
10. Bacakan dogeng atau cerita
Edukasi :
1. Jelaskan pada orang tua
dan/atau pengasuh tentang
mileston perkembangan anak
dan perilaku anak

11
2. Anjurkan orang tua
menyentuh dan menggendong
bayi nya
3. Anjurkan orang tua
berinteraksi dengan anak nya
4. Ajarkan anak keterampilan
berinteraksi
5. Ajarkan anak teknik asertif
Kolaborasi :
1. Rujuk untuk konseling, jika
perlu
3. Gangguan mobilitas fisik Diharapkan setelah Observasi :
dilakukan tindakan 1. Identifikasi adanya nyeri atau
keperawatan , Gangguan keluhan fisik lainnya
mobilitas fisik teratasi. 2. Identifikasi toleransi fisik
Kriteria Hasil : melakukan pergerakan
1. Kekuatan otot 3. Monitor frekuensi jantung dan
meningkat tekanan darah sebelum
2. Nyeri berkurang melakukan pergerakan
3. Gerakan tidak 4. Monitor kondisi umum
terkoordinasi berkurang selama melakukan mobilisasi
4. Rentang gerak Teraupetik :
meningkat 1. Fasilitasi aktivitas mobilisasi
dengan alat bantu
2. Fasilitasi melakukan
pergerakan, jika perlu
3. Libatkan keluarga untuk
membantu pasien dalam
meningkatkan pergerakan
Edukasi :
1. Jelaskan tujuan dan prosedur
mobilisasi
2. Anjurkan melakukan

12
mobilisasi dini
3. Ajarkan mobilisasi sederhana
yang harus dilakukan

BAB IV

13
PENUTUP

1.KESIMPULAN

a. Pada keadaan cerebral palcy kerja sama yang baik antara dokter anak, neurolog,
psikiater, dokter mata, dokter THT, ahli ortopedi, psikolog, fisioterapi,
perawatan, guru sekolah dan orang tua dalam pengobatan gejala.
b. Peran Perawat
         Meningkatkan kebutuhan keamanan dan mencegah injury
         Meningkatkan kemampuan mobilitas fisik
         Meningkatkan kebutuhan tumbuh kembang dalam tingkat yang optimum
         Meningkatkan komunikasi
         Meningkatkan kebutuhan status nutrisi
         Mencegah terjadi aspirasi
         Memenuhi kebutuhan sehari-hari
         Meningkatkan pengetahuan dan peran orang tua dalam memenuhi
kebutuhan perawatan anak
         Menganjurkan orang tua pasien jika hamil selalu dibawah pengawasan
dokter ahli kandungan.

2. SARAN
a. Bagi perawat,Diharapkan lebih memberikan motivasi kepada keluarga agar
keluarga mengetahui dan mencari informasi tentang perawatan anak pada cerebral
palsy. Hal tersebutsangat diharapkan untuk terciptanya pelayanan yang maksimal.
b. Bagi keluarga, Diharapkan keluarga untuk mencari informasi tentang perawatan
anak dengan cerebral palsy serta dapat memaksimalkan keadaan pasien yang ada
dengan cara mengajak anak ke ahli terapiwicara, ke klinik fisioterapi untuk mencegah
terjadinya kontraktur (kekakuan otot), dan memberikan pendidikan anak yang layak
(SLB).

14
DAFTAR PUSTAKA
Suriadi dan Yuliani R. 2010. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Jakarta: Sagung
SetoWikinson, Judith M. 2012. Buku saku diagnosa keperawatan: diagnose NANDA,
intervensi NIC, kriteria hasil: NOC; alih bahasa Indonesia, Dwi Widiarti. Edidsi revisi.
Jakarta: EGC.
http://eprints.ums.ac.id/25876/12/NASKAH_PUBLIKASI.

15

Anda mungkin juga menyukai