Anda di halaman 1dari 19

TINJAUAN NEUROLOGI PADA CEREBRAL PALSY

MAKALAH

Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Dasar-Dasar Neurologi
Dosen Pengampu: Nisa Nurhidayah, M.Pd.

Disusun oleh:
Kelompok 5

1. Hana Naura Nazieha 21.03.014


2. Neli Yuliani 21.03.022
3. Neni Mulyani 21.03.023
4. Ucu 21.03.043
5. Mella Amelia

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI (PIAUD)


SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYYAH (STIT) AL-HIDAYAH
TASIKMALAYA
2021
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahhirobbil’alamin, rasa syukur penulis panjatkan pada Allah


SWT yang telah memberikan nikmat sehat, sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Tinjauan Neurologi pada Cerebral Palsy” dengan tepat
waktu.

Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Ibu Nisa


Nurhidayah, M.Pd., selaku dosen pengampu mata kuliah Dasar-dasar Neurologi.
Tugas yang telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan terkait
bidang yang ditekuni penulis. Penulis juga mengucapkan terima kasih pada semua
pihak yang telah membantu proses penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan penulis terima demi
kesempurnaan makalah ini.

Tasikmalaya, Desember 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI
Hal
KATA PENGANTAR .................................................................................. i
DAFTAR ISI ................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ......................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................. 1
C. Tujuan Penulisan .................................................................... 2
D. Kegunaan Makalah................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Cerebral Palsy ..................................................... 3
B. Penyebab Cerebral Palsy ...................................................... 4
C. Klasifikasi Cerebral Palsy .................................................... 5
D. Tanda-Tanda Awal Penderita Cerebral Palsy ...................... 7
E. Pemeriksaan Penunjang yang Dapat Dilakukan untuk
Mendiagnosis Cerebral Palsy ............................................... 9
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ............................................................................ 12
B. Saran....................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 14

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Cerebral palsy merupakan suatu gangguan atau kelainan yang
terjadi dalam perkembangan anak, yaitu pada sel-sel motorik di dalam
susunan saraf pusat. Kelainan ini bersifat kronik dan tidak progresif akibat
kelainan pada jaringan otak yang belum selesai pertumbuhannya.
Cerebral palsy pertama kali dikenalkan oleh William John Little
yang menyebutnya dengan istilah cerebral diplegia, sebagai akibat
prematuritas atau afiksia neonatorum. Sir William Olser adalah yang
pertama kali memperkenalkan istilah cerebral palsy, sedangkan Sigmund
Freud menyebutnya dengan istilah Infantile Cerebral Paralysis.
Walaupun sulit, etiologi cerebral palsy perlu diketahui untuk
tindakan pencegahan. Fisioterapi dini dapat memberikan hasil yang baik,
namun dengan adanya gangguan perkembangan mental dapat menghalangi
tercapainya tujuan pengobatan.
Data epidemiologi cerebral palsy menunjukkan bahwa penyakit ini
adalah penyebab disabilitas tertinggi pada anak (Prasetio, 2021). Secara
global menurut website Alomedika, prevalensi Cerebral palsy berkisar
antara 1,5 - 4 kasus per 1000 kelahiran hidup (Prasetio, 2021). Cerebral
palsy lebih umum terjadi pada laki-laki dibandingkan perempuan.
Cerebral palsy dapat menimbulkan komplikasi yang cukup
banyak. Komplikasi yang ditimbulkan harus ditangani bersamaan untuk
meningkatkan kualitas hidup pasien.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas penulis membuat rumusan
masalah sebagai berikut:
1. Apa saja penyebab cerebral palsy?
2. Apa saja klasifikasi cerebral palsy?

1
2

3. Bagaimana tanda-tanda awal penderita cerebral palsy?


4. Bagaimana cara mendiagnosis cerebral palsy?

C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah tersebut maka tujuan dari makalah
ini adalah:
1. Mengetahui penyebab cerebral palsy.
2. Mengetahui klasifikasi cerebral palsy.
3. Mengetahui tanda-tanda awal penderita cerebral palsy.
4. Mengetahui cara mendiagnosis cerebral palsy.

D. Kegunaan Makalah
Hasil makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan dapat
digunakan untuk kepentingan baik secara teoritis maupun secara praktis.
1. Kegunaan Teoritis
Sebagai sarana dalam mengembangkan pengetahuan mengenai
cerebral palsy.
2. Kegunaan praktis
a. Penulis, sebagai sarana penambah pengetahuan dan konsep
keilmuan khususnya tentang cerebral palsy.
b. Pembaca, sebagai media informasi tentang cerebral palsy.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Cerebral Palsy


Cerebral Palsy (CP) atau dalam Bahasa Indonesia diterjemahkan
menjadi Palsi Serebral yang kemudian dikenal sebagai lumpuh otak, adalah
suatu kelainan kongenital pada gerakan otot atau postur yang disebabkan oleh
perkembangan otak yang tidak normal seringkali sebelum lahir. Oka Lely dan
Soetjiningsih (2000) menyebutkan bahwa kelainan CP disebabkan oleh
kerusakan otak yang menetap, tidak progresif, terjadi pada usia dini dan
merintangi perkembangan otak normal.
Cerebral Palsy menurut Centers for Disease Control and Prevention
adalah a group of disorders that affect a person’s ability to move and maintain
balance and posture (sekelompok gangguan yang mempengaruhi kemampuan
seseorang untuk bergerak dan menjaga keseimbangan dan postur). Oleh
karena itu, gejala CP yang muncul dapat mempengaruhi kemampuan
seseorang untuk bergerak, mempertahankan keseimbangan dan tonus (jumlah
ketegangan atau resistensi terhadap gerakan pada otot).
Hal tersebut sejalan dengan artikel yang ditulis oleh Perhimpunan
Dokter Spesialis Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi Indonesia (PERDOSRI)
Ellyana Sungkar, palsy atau dikenal sebagai Palsi Serebral merupakan suatu
keadaan (bukan penyakit) yang mempengaruhi perkembangan kontrol otot dan
gerak serta postur (BKPM dan Kemenkes, 2020).
Hinchcliffe (Mangunsong, 2011) mendefinisikan CP sebagai Cerebral
yang berarti yang berhubungan dengan otak, sedangkan palsy yang berarti
kelumpuhan atau tidak mampu bergerak. Maka, CP merupakan kelumpuhan
yang disebabkan oleh kerusakan pada otak.
Gejala CP bervariasi dari satu orang dengan yang lainnya. Seseorang
dengan CP parah mungkin memerlukan perawatan seumur hidup karena
mereka mungkin harus menggunakan peralatan berjalan khusus atau bahkan
tidak dapat berjalan. Di sisi lain, orang dengan CP ringan mungkin merasa

3
4

sedikit tidak nyaman untuk berjalan tetapi mungkin tidak membutuhkan


bantuan khusus.
Anak penderita CP juga memiliki suatu hambatan yang kompleks
misalnya: hambatan fisik, motorik, kecerdasan, emosional, hambatan visual.
Kerusakan pada otak ini menyebabkan cerebral palsy. Adapun jenis-jenis CP
yang disebutkan oleh Tjasmini dan Mimin (2016) adalah cerebral palsy
spatik, cerebral palsy atetoid, cerebral palsy ataksid, cerebral palsy
campuran.

B. Penyebab Cerebral Palsy


Cerebral palsy dapat disebabkan oleh cedera otak yang terjadi selama
periode prenatal, perinatal, dan postnatal (Fransisca, Theresia dan Joudy,
2016). 70-80% kasus CP diperoleh selama masa prenatal dan sebagian besar
penyebab tidak di ketahui. Angka prevalens CP berkisar antara 1-2 per 1.000
kelahiran hidup (Putri dkk,2019).
1. Prenatal
Seperti infeksi atau penyakit yang menyerang ibu selama mengandung,
kelainan kandungan, rhesus bayi dan ibu tidak sama, ibu mengalami
trauma selama mengandung, kekurangan oksigen ke otak (asfiksia),
keracunan merkuri dari ikan, paparan prenatal terhadap radiasi, obat-
obatan dan alkohol, Toksoplasmosis dari daging mentah / kurang matang
2. Natal
Seperti rusaknya jaringan syaraf otak karena proses kelahiran yang terlalu
dipaksa dengan alat, penggunaan anastesi berlebihan, keracunan air
ketuban, kekurangan oksigen ke otak (asfiksia), premature, atau bayi
sungsang.
3. Postnatal
Seperti kecelakaan yang merusak otak bayi seperti benturan yang terjadi
baik saat masih di dalam kandungan maupun saat sudah dilahirkan (trauma
otak yang menimbulkan pendarahan otak), infeksi otak (meningitis,
ensefalitis, septicaemia, influenza, measles dan pneumonia) yang terjadi
5

pada 2 tahun pertama kehidupan, kejang berulang, keracunan karbon


monoksida, tercekik, tumor otak, dll.

C. Klasifikasi Cerebral Palsy


Menurut Krisnan (2019), klasifikasi CP dapat dibedakan berdasarkan
derajat kecacatan, topografi dan fisiologinya.
1. Klasifikasi berdasarkan derajat kecacatan
Kelainan berdasarkan derajat kecacatannya CP dibagi menjadi 3
kategori yaitu:
a. Golongan ringan (mild)
Anak dengan golongan ringan tidak memerlukan alat bantu
dalam melakukan aktifitas, anak dapat mengungkapkan keinginan
dengan berbicara dan mampu menolong diri sendiri.
b. Golongan sedang (moderate)
Anak dengan golongan sedang biasanya memerlukan dukungan
dan latihan khusus baik untuk berjalan, berbicara, dan melakukan
aktivitas sehari-hari. Dukungan alat bantu dibutuhkan pada anak CP
golongan ini
c. Golongan berat (severe)
Anak dengan golongan berat selama hidupnya membutuhkan
bantuan orang lain, anak ini juga membutuhkan perawatan dalam
ambulansi, berbicara, maupun aktivitas sehari-hari.
2. Klasifikasi berdasarkan topografi (banyak anggota tubuh yang mengalami
kelumpuhan)
Kelainan berdasarkan banyaknya anggota tubuh yang mengalami
kelumpuhan CP dibagi menjadi 6 kategori yaitu:
a. Monoplegia, mengalami kelumpuhan hanya pada salah satu anggota
gerak saja, contoh pada kaki sebelah kanan.
b. Diplegia, mengalami kelumpuhan pada dua anggota gerak, contoh
pada kaki sebelah kanan dan tangan sebelah kiri. Kondisi ini
menimbulkan spastik pada kedua pergelangan kaki. Pada kaki
6

ditemukan penampakan scissoring posture dimana kedua kaki bengkok


kedalam.
c. Triplegia, mengalami kelumpuhan pada tiga anggota gerak, contoh
pada satu kaki dan dua tangan atau sebaliknya.
d. Quadriplegia, mengalami kelumpuhan pada empat anggota gerak,
contoh pada kedua kaki dan kedua tangan. Kondisi ini merupakan jenis
CP yang kronis dengan ketidakseimbangan motorik ekstrimitas atas
dan bawah, kejang, dan gangguan mental.
e. Hemiplegia, mengalami kelumpuhan pada anggota gerak pada sisi
yang sama, contoh pada tangan kiri dan kaki kiri. Kondisi ini akan
terlihat penurunan gerakan spontan pada bagian saraf yang terkena satu
sisi yang mendominasi pada lengan daripada kaki. Akan terlihat kaki
yang bengkok kedalam dan posisi jinjit.
f. Paraplegia, mengalami kelumpuhan pada anggota gerak bagian bawah
yakni kedua kaki.
3. Klasifikasi berdasarkan fisiologi atau kelainan pada fungsi gerak
Kelainan otak pada fungsi gerak dibagi menjadi 4 kategori yaitu:
a. CP Spatik, penyandang mengalami kekakuan pada otot. CP spastik
merupakan kelainan yang paling sering terjadi dan mempengaruhi
sekitar 80% orang dengan CP. Orang dengan CP spastik mengalami
peningkatan tonus otot. Ini berarti otot-otot mereka kaku dan,
akibatnya, gerakan mereka menjadi canggung. CP spastik biasanya
digambarkan oleh bagian tubuh mana yang terpengaruh, seperti yang
sudah dijelaskan pada poin sebelumnya.
b. CP Atetoid/ Diskinetik, penyandang mengalami gerakan yang tidak
terkontrol. Penyandang CP diskinetik memiliki masalah dalam
mengontrol gerakan tangan, lengan, kaki, dan tungkai, sehingga sulit
untuk duduk dan berjalan. Gerakannya tidak terkendali dan bisa lambat
dan menggeliat atau cepat dan tersentak-sentak. Terkadang wajah dan
lidah terpengaruh dan orang tersebut mengalami kesulitan mengisap,
menelan, dan berbicara. Seseorang dengan CP diskinetik memiliki
7

tonus otot yang dapat berubah (bervariasi dari terlalu kencang hingga
terlalu longgar) tidak hanya dari hari ke hari, tetapi bahkan selama satu
hari.
c. CP Ataksid/ Ataxia, penyandang mengalami gangguan pada
keseimbangan dan koordinasi. Penderita sering menunjukkan
koordinasi yang buruk, berjalan tidak stabil dengan gaya berjalan kaki
terbuka lebar, meletakkan kedua kaki dengan posisi saling berjauhan,
berjalan gontai kesulitan dalam melakukan gerakan cepat dan tepat,
misalnya menulis, atau mengancingkan baju. Mereka mungkin goyah
saat berjalan. Mereka mungkin mengalami kesulitan dengan gerakan
cepat atau gerakan yang membutuhkan banyak kontrol, seperti
menulis. Mereka mungkin mengalami kesulitan mengendalikan tangan
atau lengan mereka ketika mereka meraih sesuatu.
d. CP Campuran, yaitu penderita yang mengalami kelainan dua atau lebih
dari tipe-tipe kelainan di atas.

D. Tanda-Tanda Awal Penderita Cerebral Palsy


Gejala CP biasanya berkembang sebelum anak berumur 3 tahun.
Orangtua jadi orang pertama yang mengetahuinya, dan menyadari kalau anak
tidak berkembang secara normal.
Tidak banyak orang tua yang mengetahui jika anaknya menderita CP.
Seringnya orang tua terlambat mengetahui sehingga penanganannya juga
terlambat. Padahal, jika ditangani sejak dini, peluang kesembuhannya
mencapai 80-90 persen. Anak dengan penderita CP harus menjalani terapi
setiap hari agar kondisinya tidak makin parah. Anak-anak harus diajarkan
untuk bisa belajar mengontrol dirinya.
Tanda CP bervariasi dari rentang ringan hingga berat. Beberapa orang
dengan kondisi ini secara intelektual mengalami kekurangan tapi banyak juga
yang tidak mengalami masalah mental sama sekali.
8

Tanda-tanda cerebral palsy menurut Ismawati dalam artikel Ibupedia


1. Kelainan motorik yang dapat diketahui pada tahun pertama setelah
kelahiran. Saat lahir, biasanya terlihat lemah dan terkulai.
2. Bayi normal ketika diangkat dengan posisi menghadap ke bawah, kepala
dan punggungnya segaris. Sedangkan yang menderita cerebral palsy akan
terkulai ke bawah sehingga antara kepala dan kaki seakan membentuk
huruf U.
3. Bayi yang lahir dengan tanda-tanda kerusakan otak akan kesulitan
bernafas, tubuh terkulai, dan tubuhnya membiru.
4. Gangguan tumbuh kembang, misalnya bayi belum bisa berguling,
merangkak, duduk, dan berjalan di usia yang seharusnya.
5. Selama masa tumbuh kembang, anak dengan tanda cerebral palsy lambat
menegakkan kepala, duduk, dan bergerak dibanding anak-anak normal.
Kemudian sangat jarang menggunakan kedua tangannya.
6. Tubuh bayi dengan cerebral palsy cenderung kaku. Bayi bisa menangis
dalam jangka waktu lama atau bisa sangat diam dan hampir tidak pernah
menangis atau tersenyum.
7. Menyeret satu kaki, atau lebih suka menggunakan satu lengan, yang
menunjukkan fungsi otot tidak seimbang.
8. Bayi hanya menggunakan satu sisi tubuh saja dalam beraktivitas. Bayi
juga kesulitan berkomunikasi, terlambat belajar bicara, atau bahkan
kesulitan berbicara. Ini karena ada gangguan di otot.
9. Wajah mereka terlihat aneh karena ada kelemahan otot wajah. Ada juga
yang terus-menerus mengeluarkan air liur karena tidak bisa mengontrol
dan kesulitan menelan, atau kesulitan menghisap, menelan, atau bicara.
Cerebral palsy menyerang saraf motorik yang menyebabkan gangguan
pada gerakan dan koordinasi tubuh. Soal kecerdasan, mereka tidak ada
bedanya dengan anak normal. Beberapa orang dengan kondisi ini secara
intelektual mengalami kekurangan tapi banyak juga yang tidak mengalami
masalah mental sama sekali.
9

E. Pemeriksaan Penunjang yang Dapat Dilakukan untuk Mendiagnosis


Cerebral Palsy
CP dapat didiagnosis menggunakan kriteria Levine, yaitu POSTER
(Burkhardt, 2017). POSTER terdiri dari:
a. P - Posturing/Abnormal Movement (Gangguan Posisi Tubuh atau
Gangguan Bergerak).
b. O - Oropharyngeal Problems (Gangguan Menelan atau Fokus di Lidah).
c. S - Strabismus (Kedudukan Bola Mata Tidak Sejajar)
d. T - Tone (Hipertonus atau Hipotonus).
e. E - Evolution Maldevelopment (Refleks Primitif Menetap atau Refleks
Protective Equilibrium Gagal Berkembang).
f. R - Reflexes (Peningkatan Refleks Tendon atau Refleks Babinski
menetap).
Abnormalitas empat dari enam kategori diatas dapat menguatkan
diagnosis CP.
Menurut (Sitorus, 2016) untuk pemeriksaan penunjang lainnya dapat
dilakukan dengan:
a. Electroencephalogram (EEG)
EEG dapat dilakukan dari usia bayi sampai dewasa. Alat ini bekerja
dengan prinsip mencatat aktivitas elektrik di dalam otak, terutama pada
bagian korteks (lapisan luar otak yang tebal). Dengan pemeriksaan ini,
aktifitas sel-sel saraf otak kortek yang fungsinya untuk kegiatan sehari-
hari, seperti tidur, istirahat, dan lain-lain, dapat direkam Pada infeksi
susunan saraf pusat seperti meningitis, ensefalitis, pemeriksaan EEG perlu
dilakukan untuk melihat kemungkinan, misalnya terjadi kejang yang
tersembunyi atau adanya bagian otak yang terganggu.
b. Elektromiografi (EMG) dan Nerve Conduction Velocity (NCV)
Alat ini berguna untuk membuktikan dugaan adanya kerusakan pada otot
atau saraf. NCV digunakan terlebih dahulu sebelum EMG, dan digunakan
untuk mengukur kecepatan saat dimana saraf-saraf mentransmisikan
sinyal.
10

c. Tes Laboratorium
1) Analisa kromosom
Analisis kromosom dapat menunjukkan identifikasi suatu anomali
genetik, contohnya down syndrome, ketika anomali tersebut
muncul pada sistem organ.
2) Tes fungsi tiroid
Tes fungsi tiroid dapat menunjukkan kadar hormon tiroid yang
rendah dapat menyebabkan beberapa cacat bawaan dan retardasi
mental berat (kecerdasan atau kemampuan mental seseorang
berada di bawah rata-rata, disertai dengan kurangnya keterampilan
dalam menjalankan aktivitas sehari-hari).
3) Tes kadar ammonia darah
Kadar ammonia yang tinggi dalam darah (hiperammonemia)
bersifat toksik terhadap sistem saraf pusat (otak dan sumsum tulang
belakang).
d. Imaging test
Imaging test sangat membantu dalam mendiagnosis hidrosefalus,
abnormalitas struktural dan tumor. Informasi yang diberikan dapat
membantu dalam menentukan prognosis jangka panjang seorang anak.
1) Computed Tomography Scan (CT Scan)
Teknik ini merupakan gabungan sinar X dan teknologi komputer
yang menghasilkan suatu gambar yang memperlihatkan setiap
bagian tubuh secara rinci. CT scan kepala dapat menjabarkan
struktur jaringan otak, dokter dapat menentukan prognosis
penderita CP.
2) Magnetic Resonance Imaging (MRI)
MRI menggunakan medan magnet dan gelombang radio untuk
menciptakan gambar dan struktur internal otak. Dilakukan pada
anak-anak yang lebih tua. MRI adalah teknik imaging yang
canggih, menghasilkan gambar yang lebih baik dalam hal struktur
11

atau area abnormal dengan lokasi dekat dengan tulang


dibandingkan CT Scan kepala.
3) Ultrasonography (USG)
USG menggunakan echo dari gelombang suara yang dipantulkan
kedalam tubuh untuk membentuk suatu gambar yang disebut
sonogram. Alat ini dapat menggambarkan masalah dalam jaringan
otak. USG dapat digunakan pada bayi sebelum tulang 19 kepala
mengeras dan UUB tertutup. Walaupun hasilnya kurang akurat
dibandingkan MRI dan CT Scan, pemeriksaan ini dapat mendeteksi
kista dan struktur otak, lebih murah dan tidak membutuhkan
periode lama pemeriksaannya
e. Penilaian psikologik perlu dilakukan untuk menentukan tingkat
pendidikan yang diperlukan.
f. Pemeriksaan metabolik untuk menyingkirkan penyebab lain retardasi
mental.

Selain pemeriksaan di atas, kadang-kadang diperlukan pemeriksaan


arteriografi dan pneumoensefalografi individu. Untuk memperoleh hasil yang
maksimal, penderita CP perlu ditangani oleh suatu tim yang terdiri dari dokter
anak, ahli saraf, ahli jiwa, ahli bedah tulang, ahli fisioterapi, occupational
therapist, guru luar biasa, orang tua penderita dan bila perlu ditambah dengan
ahli mata, ahli THT, perawat anak dan lain-lain.
BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Cerebral palsy adalah istilah untuk kelompok gangguan neuorologikal
yang muncul di awal kehidupan anak. Kondisi ini secara permanen
mempengaruhi kemampuan seseorang untuk mengatur gerakan.
Ketidaknormalan pada otak menyebabkan cerebral palsy, meski sering kali
tak ada penyebab spesifik yang ditemukan. Cerebral palsy biasanya tidak
bersifat progresif, berarti tidak bertambah buruk seiring pertambahan usia.
Beberapa kemungkinan yang dapat menyebabkan CP antara lain
cedera janin, infeksi maternal, cedera kepala, komplikasi kelahiran dan infeksi
pada otak seperti meningitis dan ensepalitis. CP pada kelainan fisiologi terbagi
menjadi 3 jenis, yaitu spastik, atetoid, dan ataksid. Namun jenis CP yang
paling umum adalah spastik, yaitu ketidakmampuan penderita untuk
merilekskan otot karena otot menjadi kaku.
Gejala cerebral palsy biasanya berkembang sebelum anak berumur 3
tahun. Orangtua jadi orang pertama yang mengetahuinya, dan menyadari
kalau anak tidak berkembang secara normal. Tanda CP bervariasi dari rentang
ringan hingga berat. Beberapa orang dengan kondisi ini secara intelektual
mengalami kekurangan tapi banyak juga yang tidak mengalami masalah
mental sama sekali.
Perawatan pada anak CP memerlukan pengertian dan kerjasama yang
baik dari pihak orangtua ataupun keluarga penderita. Hal ini akan sangat
tercapai dengan baik jika diorganisasi terpadu pada satu pusat klinik khusus.
Perlu ditekankan pada orangtua penderita CP, bahwa tujuan dari
pengobatan bukan membuat anak menjadi seperti anak normal lainnya. Tetapi
mengembangkan sisa kemampuan yang ada pada anak tersebut seoptimal
mungkin, sehingga diharapkan anak tersebut dapat melakukan aktivitas sehari-
hari tanpa bantuan atau hanya membutuhkan sedikit bantuan.

12
13

B. Saran
Demikian makalah yang dapat kami susun dan kami sangat menyadari
makalah ini jauh dari kesempurnaan maka kritik dan saran yang membangun
demi perbaikan dan pengembangan sangat kami harapkan. Dan semoga
makalah ini dapat menambah pengetahuan pada pembaca dan bermanfaat.
Amin.
DAFTAR PUSTAKA

AA, Oka Lely dan Soetjiningsih. (2000). Aspek Kognitif Dan Psikososial pada
Anak Dengan Palsi Serebral. Jurnal Sari Pediatri, Vol.2, No.2.

Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat, Kementerian Kesehatan RI. (2020).


Hari Cerebral Palsy Dunia, Tingkatkan Kepedulian Stakeholder. Diakses
pada 15 Desember 2021, dari
https://www.kemkes.go.id/article/view/20112300001/hari-cerebral-palsy-
dunia-tingkatkan-kepedulian-stakeholder.html.

Center for Disease Control and Prevention. (2021). What is Cerebral Palsy?.
Diakses pada 15 Desember 2021, dari
https://www.cdc.gov/ncbddd/cp/facts.html

Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin. (2016). Bahan Ajar Cerebral Palsy.


Diakses pada 15 Desember 2021, dari
https://med.unhas.ac.id/kedokteran/wp-content/uploads/2016/09/Bahan-
Ajar-_-Cerebral-Palsy.pdf.

Fransisca, S. B., Theresia, M. I., & Joudy, G. (2016). Prevalensi anak cerebral
palsy di instalasi rehabilitasi medik rsup PROF.DR.R.D.kandau manado
periode 2015. Jurnal Kedokteran Klinik.

Ismawati. Penyebab dan Tanda Anak Menderita Cerebral Palsy. Artikel


Kesehatan. Diakses pada 16 Desember 2021, dari
https://www.ibupedia.com/artikel/kesehatan/penyebab-dan-tanda-anak-
menderita-cerebral-palsy.

Mangunsong. (2011). Psikologi dan Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus Jilid


Kedua. Depok: LPSP3 UI.

Putri, Sayu Made Ardhia Pramayanti dkk. 2019. Faktor Prenatal, Perinatal, dan
Postnatal Kejadian Cerebral Palsy pada Anak Di Rumah Sakit Umum
Pusat Sanglah Denpasar. Jurnal Medika Udayana, Vol. 8 No.8.

Prasetio, Adrian. (2021). Cerebral Palsy. Alomedika. Diakses pada 15 Desember


2021, dari https://www.alomedika.com/penyakit/neurologi/cerebral-
palsy/patofisiologi.

14
15

Ratnasari, Aida Ayu. (2019). Pengalaman Ibu Merawat Anak dengan Penyakit
Cerebral Palsy di Desa Kademangan Kec. Pagelaran Kabupaten Malang.
Karya Tulis Ilmiah Universitas Muhammadiyah Malang.

Sulistyawati, Nining. (2019). IDENTIFIKASI FAKTOR PENYEBAB DAN TANDA


GEJALA ANAK DENGAN CEREBRAL PALSY. Jurnal Kesehatan Karya
Husada.

Tjasmini, M. (2016). Arah Pembelajaran Anak Cerebral Palsy. Jurnal Ilmu


Pendidikan.

Anda mungkin juga menyukai